• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMERINTAH KOTA SURAKARTA LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI

PELAKSANAAN PPKM BERBASIS MIKRO DAN OPTIMALISASI PERAN SATUAN TUGAS KELURAHAN DALAM PENGENDALIAN

PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DI KOTA SURAKARTA

PERIODE 23 FEBRUARI – 08 MARET 2021 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KOTA SURAKARTA

TAHUN 2021

(2)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

MONITORING DAN EVALUASI PEMBERLAKUAN PPKM BERBASIS MIKRO DAN OPTIMALISASI PERAN SATUAN TUGAS KELURAHAN DALAM PENGENDALIAN

PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DI KOTA SURAKARTA

PERIODE (23 FEBRUARI – 8 MARET 2021)

Disusun Oleh:

Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Kota Surakarta

A. LATAR BELAKANG

Pada tanggal 22 Februari 2021, Pemerintah pusat memutuskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis skala mikro akan diperpanjang mulai 23 Februari hingga 8 Maret 2021. Kebijakan ini diambil, lantaran pemerintah menganggap PPKM Mikro efektif menghambat penyebaran virus corona.Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto mengatakan, setelah PPKM Mikro digelar pada periode 5 Februari-17 Februari 2021, terjadi penurunan kasus sebesar 2,53%

dari 176.672 menjadi 162.182 kasus aktif pada 17 Februari 2021. Sementara, angka absolut kasus aktif mengalami penurunan sebesar 10,29% menjadi 158.498 kasus aktif.

“Sesuai hasil evaluasi Komite PC-PEN bersama Pemerintah Daerah, maka diputuskan bahwa PPKM Mikro diperpanjang selama 2 minggu ke depan, dengan tetap dilakukan monitoring dan evaluasi secara intensif, serta penguatan operasionalisasi-nya di tingkat RT/RW di seluruh Desa/ Kelurahan pada 123 Kabupaten/ Kota,” kata Menko Airlangga saat Konferensi Pers, Sabtu (20/2).Untuk menindak lanjuti keputusan Komite PC-PEN yang memperpanjang penerapan PPKM Mikro tersebut, telah diterbitkan Instruksi Mendagri Nomor 04 tahun 2021 tentang Perpanjangan PPKM Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Covid- 19. Pemerintah provinsi diminta untuk mengkoordinasikan pemetaan zonasi risiko tingkat RT di semua Kabupaten/ Kota di wilayahnya, yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan bantuan beras dan masker, serta untuk dasar pelaksanaan 3 T di tingkat RT/ RW. Dalam perpanjangan PPKM Mikro 2 minggu ke depan, pemerintah akan memperkuat operasionalisasi dengan fokus ke pelaksanaan 3T (Testing, Tracing dan Treatment) dan penyaluran bantuan beras dan masker kepada warga. (sumber: https://nasional.kontan.co.id/news/ini-alasan- pemerintah-perpanjang-ppkm-mikro-hingga-8-maret?page=1)

Menindaklanjuti Instruksi Mendagri tersebut diatas, Plh. Walikota Surakarta segera menerbitkan Surat Edaran Nomor 067/495 tanggal 22 Februari 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Optimalisasi Peran Satuan Tugas Kelurahan Dalam Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Surakarta. Pada Surat Edaran kali ini tidak terdapat perubahan mendasar dari PPKM sebelumnya yaitu pembagian zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT, dengan kriteria zona hijau, zona kuning, zona oranye, dan zona merah masih tetap diberlakukan. Sedangkan penambahan kriteria baru terletak pada Optimalisasi Peran Satgas Penanganan

(3)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Covid-19 Tingkat Kelurahan dalam Pelaksanaan PPKM II melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Camat mendorong percepatan pembentukan Satgas Covid-19 Tingkat Kelurahan yang melaksanakan fungsi posko, 2. Lurah membentuk dan menetapkan Satgas Jogo Tonggo melalui SK Lurah, 3. Mengoptimalisasi peran Satgas Covid-10 Tingkat Kelurahan dan Koordinasi dengan Satgas Covid-19 tingkat kecamatan minimal 1 (satu) kali seminggu, 4. Lurah melaporkan hasil pelaksanaan PPKM Mikro II Tahap II ke Satgas Covid-19 Kota Surakarta periode 1 (satu) kali seminggu. Sehubungan dengan hal tersebut untuk mengetahui efektifitas dari pelaksanaan PPKM Mikro II yang diberlakukan sejak tanggal 23 Februari – 08 Maret 2021 dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPKM Mikro II melalui survey masyarakat dan mengkolaborasikan data kasus Covid-19 dari Satgas Covid-19 serta data pelanggaran penegakan disiplin dari Satpol PP Kota Surakarta.

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud

Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PPKM Mikro II ini dimaksudkan untuk menjadi dasar dan pedoman untuk menyusun kebijakan lebih lanjut mengenai hasil pemetaan serta strategi untuk menemukan formula yang lebih baik dalam menekan angka covid-19.

2. Tujuan

a. Mengetahui kondisi dan permasalahan dalam pelaksanaan PPKM Mikro II periode 23 Februari – 08 Maret 2021 di Kota Surakarta.

b. Menyusun dokumen Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan PPKM Mikro II sebagai dasar penyusunan kebijakan penanganan Covid-19 lebih lanjut.

C. DASAR HUKUM/ PERATURAN

Pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi PPKM Mikro II dilakukan dengan berdasar peraturan-peraturan/dasar hukum terkait yaitu:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional;

2. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);

4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

5. Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Percepatan Penanganan COVID-19 di Tingkat Rukun Warga (RW) melalui Pembentukan Satgas Jogo Tonggo;

(4)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

6. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 39 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

7. Surat Edaran Walikota Surakarta Nomor 067/495 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Optimalisasi Peran Satuan Tugas Kelurahan Dalam Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Surakarta

D. METODE PENELITIAN 1. Metode Pendekatan

Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan non-doktrinal yang kualitatif. [Soetandyo Wignjosoebroto, Silabus Metode Penelitian Hukum, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, tt.

Hal. 1 dan 3] Hal ini disebabkan di dalam penelitian ini, hukum tidak hanya dikonsepkan sebagi keseluruhan asas-asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga- lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam masyarakat, sebagai perwujudan makna-makna simbolik dari pelaku sosial, sebagaimana termanifestasi dan tersimak dalam dan dari aksi dan interkasi antar mereka. Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efektifitas dari Surat Edaran Walikota Surakarta tentang Kebijakan PPKM Mikro II disandingkan dengan persepsi dan perilaku masyarakat dalam menaati Surat Edaran tersebut.

Dengan demikian di dalam penelitian ini akan dicoba dilihat keterkaitan antara faktor hukum dengan faktor-faktor ekstra legal yang berkaitan dengan objek yang diteliti seperti kondisi masyarakat, kesamaan persepsi, faktor pendorong, penghambat, ketaatan, dsb.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lingkup Kota Surakarta. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive, yang didasarkan pada pertimbangan- pertimbangan mengenai monitoring dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan PPKM Mikro II di Kota Surakarta.

3. Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang berasal dari dua sember yang berbeda, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data-data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud tindakan-tindakan sosial dan kata-kata, dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti yaitu masyarakat Surakarta dan sekitar Solo Raya. Adapun data-data primer ini akan diperoleh melalui para informan dan situasi sosial tertentu, yang dipilih secara purposive, dengan menentukan informan dan situasi soisal awal terlebih dahulu melalui metode pengumpulan data kuesioner yang dikonsep dalam bentuk google form melalui link http://s.id/monev_PPKMmikro2 yang disebarkan ke masyarakat Kota Surakarta sampai dengan tingkat RT/RW melalui pihak Kecamatan. Selain ditujukan untuk masyarakat di 5 (lima) kecamatan, kuesinoer juga disebarkan secara acak melalui daring/online di whatsapp

(5)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

grup, instagram, facebook maupun media sosial lainnya dengan mencantumkan indikator-indikator yang telah disesuaikan dengan Surat Edaran Walikota Surakarta tentang PPKM Mikro II. Dalam pengumpulan data primer pada PPKM Mikro II kali ini lebih menekankan pada indikator Optimalisasi Peran Satgas Covid-19 di Tingkat Kelurahan dan Satgas Jogo Tonggo, sehingga responden lebih diarahkan pada masyarakat yang terlibat langsung dalam peran Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang berasal dari bahan-bahan pustaka, baik yang meliputi : 1) Dokumen-dokumen tertulis, yang bersumber dari peraturan perundang-

undangan (hukum positif Indonesia), artikel ilmiah, buku-buku literatur, dokumen-dokumen resmi, arsip dan publikasi dari lembaga-lembaga yang terkait.

2) Dokumen-dokumen yang bersumber dari data-data statistik, baik yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, maupun oleh perusahaan, yang terkait dengan fokus permasalahannya.

E. HASIL MONITORING DAN EVALUASI 1. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan ini telah dilakukan pengumpulan data melalui beberapa cara yaitu melalui OPD terkait di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta maupun masyarakat secara umum dengan keterangan sebagai berikut:

a. Permohonan data kepada Satpol PP Kota Surakarta mengenai daftar pelanggaran maupun sanksi yang diterapkan kepada pelanggar pada pelaksanaan PPKM Mikro II;

b. Permohonan data kepada Satgas Covid-19 Kota Surakarta mengenai trend peningkatan kasus Covid-19 dengan berbagai status mulai pelaksanaan PPKM Mikro II tanggal 23 Februari – 04 Maret 2021;

c. Penyebaran kuesioner dalam bentuk google form melalui link http://s.id/monev_PPKMmikro2 yang disebarkan secara acak melalui daring/online yang dimulai pada tanggal 02 Maret pukul 09:00 WIB sampai dengan 04 Maret 2021 pukul 12:00 WIB.

Berdasarkan pengumpulan data diatas, maka diperoleh hasil berupa data primer yaitu data pelanggaran dan sanksi untuk PPKM Mikro II, data kasus covid-19 periode 23 Februari – 04 Maret 2021, serta data responden dari hasil pengisian kuesioner sebanyak 240 responden.

2. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data primer di atas, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan cara melakukan pemetaan berdasarkan indikator yang dituangkan dalam kuesioner yang sudah disesuaikan dengan indikator pada SE Walikota Surakarta 067/495 tanggal 22 Februari 2021 yaitu sebagai berikut:

a. Data Responden dengan indikator meliputi: Jenis Kelamin, Umur, Alamat/Domisili, dan Pekerjaan;

b. Kepatuhan dan Pelaksanaan Protokol Kesehatan Terhadap Diri Sendiri dengan indikator meliputi: tertib pakai masker, tidak taat masker, tertib cuci tangan, tertib Physical Distancing, tidak taat (kerumunan), tertib PHBS, dan fasilitas kebersihan;

(6)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

c. Protokol Kesehatan di Fasilitas Umum (termasuk pasar tradisional) dengan indikator meliputi: Sosialisasi dan Edukasi, Fasilitas Kebersihan di Tempat Umum, identifikasi dan pemantauan, kegiatan desinfeksi lingkungan, pengaturan jaga jarak di tempat umum, fasilitas deteksi dini, larangan anak di bawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia;

d. Optimalisasi Peran Satgas Penanganan COVID-19 Tingkat Kelurahan dalam Pelaksanaan PPKM Mikro dengan indikator Dasar SK Satgas Covid-19 Tingkat Kelurahan, Kegiatan Supervisi dan Koordinasi 1 kali seminggu, pemetaan epidemiologis per RT, Pelaksanaan tracing dan tracking oleh Satgas Jogo Tonggo, dan Kendala dalam pelaksanaan tugas Satgas Jogo Tonggo maupun Satgas Covid-19;

e. Pengendalian Penyebaran Covid-19 dengan indikator meliputi:

kebijakan WFH 50%, KBM Daring, Tempat duduk untuk makan di tempat 50%, Penyajian makanan tertutup, kegiatan penyebab kerumunan, dan kapasitas tempat ibadah 50%,

f. Satgas Covid-19 dan Jogo Tonggo dengan indikator meliputi: peran aktif satgas covid-19, dan peran aktif satgas jogo tonggo;

g. Sanksi Pelanggaran Protokol Kesehatan dengan indikator meliputi:

pelanggaran prokes selama PPKM Mikro II, ada tidaknya sanksi, pemberian sanksi, dan jenis serta macam sanksi;

h. Kritik dan Saran dengan indikator meliputi: tanggapan positif maupun negatif yang disampaikan oleh responden selama pelaksanaan PPKM Mikro II.

3. Tahap Analisis Data Kuesioner

Berdasarkan pemetaan data diatas maka sesuai dengan 8 aspek yang didalamnya terdiri dari 41 indikator tersebut dihasilkan analisis data sebagai berikut:

a. Data Responden 1) Jenis Kelamin

Indikator jenis kelamin menunjukkan bahwa responden yang mengisi kuesioner sebagian besar berasal dari Jenis Kelamin laki-laki yaitu sebesar 71,7% atau 172 orang responden, sedangkan sisanya diisi oleh perempuan dengan prosentase 28,3% atau 68 orang.

(7)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 2) Umur

Indikator umur menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal dari usia >40 tahun yaitu 72,9% atau 175 orang, sedangkan sisanya 65 orang atau 27,1% dari usia 20-39 tahun Yang menarik adalah tidak adanya responden dibawah umur 19 tahun yang mengisi kuesioner, sehingga responden didominasi oleh umur >40 tahun.

3) Alamat/Domisili

a) Alamat Responden berdasarkan Kecamatan

Indikator alamat/domisili ini dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan Kabupaten/Kota dan Kecamatan di Kota Surakarta. Grafik diatas mencerminkan domisili responden berdasarkan kecamatan yang ditinggali. Pada grafik diatas terlihat responden paling banyak berasal dari Kecamatan Jebres yaitu 64 responden atau 26,7%, sedangkan tertinggi kedua diduduki oleh responden yang berdomisili di Kecamatan Banjarsari yaitu 49 orang atau 20,4%, dan tertinggi ketiga diduduki oleh responden yang berasal dari Kecamatan Laweyan dengan jumlah 23 orang atau 9,6%. Responden yang lain berdomisili tersebar di wilayah kecamatan di Kota Surakarta yang lain seperti Pasar Kliwon, dan ada 2 responden yang berasal dari polanharjo, dan 4 responden yang berasal dari grogol. Untuk indikator alamat/domisili responden beradasarkan Kabupaten/Kota dapat terlihat pada grafik dibawah ini:

(8)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Pada Indikator tempat tinggal berdasarkan Kabupaten/Kota Responden berasal, maka dapat terlihat bahwa responden tertinggi berasal dari Kota Surakarta sebesar 177 orang atau 73,8% ditambah responden yang bermaksud menuliskan Surakarta sehingga menjadi total 234 97,5% hal ini cukup baik, artinya dengan responden yang berasal dari Kota Surakarta maka sebagai warga terdampak dari kebijakan Surat Edaran Walikota Surakarta tentang PPKM Mikro II dapat terwakili dengan baik. Sedangkan responden lainnya terdapat 6 orang yang berasal dari Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo.

4) Pendidikan

Berdasarkan indikator pendidikan responden terdapat variasi pendidikan yaitu dari SD sampai dengan S3 dan ada pula pendidikan lainnya. Sesuai hasil diatas dapat dilihat bahwa responden terbanyak memiliki basic pendidikan S1 yaitu 89 orang atau 37,4%, sedangkan peringkat terbanyak kedua diduduki oleh Responden yang memiliki pendidikan SMA yaitu 85 orang atau 35,7%. Responden lainnya memiliki basic pendidikan DIII yaitu 28 orang atau 11,8%, S2 sebanyak 17 orang atau 7,1%, SMP sebanyak 13 orang atau 5,5%, SD sebanyak 4 orang atau 1,7%, dan pendidikan lainnya sebanyak 2 responden atau 0,8%.

(9)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 5) Pekerjaan

Indikator pekerjaan menunjukkan bahwa responden terbanyak dengan basic pekerjaan Swasta dengan prosentase sebesar 35,4%

atau sebanyak 85 orang. Jumlah ini juga diimbangi oleh responden dengan pekerjaan lainnya sebesar 26,2% atau sebanyak 63 orang yaitu pedagang, pekerja sambilan/freelance, serabutan, dll dimana pekerjaan inilah yang paling terdampak dari pandemic covid-19 dari segi ekonominya. Tertinggi ketiga yaitu jumlah responden yang bekerja sebagai PNS dengan prosentase sebesar 22,5% atau 54 orang, dan terakhir adalah Wirausaha sebesar 15,8% atau 38 orang.

b. Kepatuhan Protokol Kesehatan Pada Perseorangan 1) Tertib memakai masker

Indikator tentang ketertiban memakai masker menjadi indikator utama dalam penegakan protokol kesehatan, karena penularan virus tertinggi melalui sistem pernafasan. Berdasarkan data kuesioner sebanyak 97,9% responden atau sejumlah 234 orang menyatakan selalu memakai masker saat berada di tempat umum, hal ini berarti kesadaran masyarakat untuk memakai masker sudah tinggi. Akan tetapi juga terlihat responden sebesar 2,1% atau sejumlah 5 orang menjawab tidak tertib memakai masker. Hal ini masih menunjukkan adanya pelanggaran protokol kesehatan khususnya dalam pemakaian masker di kalangan masyarakat walaupun sangat kecil.

(10)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 2) Tidak taat masker

Indikator ini disusun untuk melakukan kroscek terhadap indikator

“tertib pakai masker”. Dengan adanya indikator ini akan mengecek kejujuran dan konsistensi responden dalam menjawab indikator ketaatan memakai masker. Terlihat sebanyak 85,7% responden atau 204 orang menjawab tidak pernah tidak taat memakai masker atau dengan kata lain selalu memakai masker di tempat umum. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 34 responden yang tidak konsisten memberikan jawaban atas ketaatan memakai masker, karena pada indikator sebelumnya terlihat sebanyak 234 responden menjawab selalu taat memakai masker. Jawaban ini diperkuat dengan adanya responden sebesar 14,3% atau 34 orang memilih jawaban pernah tidak taat memakai masker di tempat umum, artinya 34 orang tersebut pernah melakukan pelanggaran protokol kesehatan.

3) Tertib cuci tangan

Indikator ketertiban mencuci tangan sudah sangat baik yaitu ditunjukkan dengan 97,5% responden atau 233 orang menjawab selalu mencuci tangan sebelum memasuki rumah atau fasilitas umum. Akan tetapi sangat disayangkan karena masih ada 2,5% atau 6 orang yang menjawab tidak tertib mencuci tangan saat memasuki rumah atau fasilitas umum, hal ini berarti masih terdapat pelanggaran terhadap himbauan 3 M.

(11)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 4) Tertib Physical Distancing

Indikator tertib jaga jarak (physical distancing) ini sudah cukup baik dengan direpresentasikan oleh 94,2% responden atau 226 orang yang menyatakan bahwa selalu menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain, karena memang indikator ini juga sangat penting dalam mencegah penularan covid-19. Sedangkan 5,8% responden lain atau sebanyak 14 orang menjawab masih sering tidak tertib untuk menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain.

5) Ketaatan untuk tidak berkerumun

Indikator ketaatan untuk tidak berkerumun disini dijawab oleh 19,2%

responden atau sejumlah 46 orang yang menyatakan bahwa mereka masih sering berkerumun saat diberlakukannya PPKM Mikro II, sedangkan 80,8% responden lain sejumlah 193 orang menyatakan taat untuk tidak melakukan kerumunan disaat pemberlakuan PPKM Mikro II ini. Hal ini menjadi catatan bagi Penegak Protokol Kesehatan dalam hal ini Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo untuk meningkatkan upaya pengawasan yang lebih ketat. Sepertihalnya kita ketahui saat ini kerumunan masih menjadi peluang utama dalam menciptakan klaster covid-19 yang baru, dimana kita tidak pernah mengetahui apakah teman/saudara/tetangga kita yang bergabung dalam kerumunan itu terjangkit virus atau tidak, bisa jadi dalam kerumunan tersebut banyak carrier (pembawa virus) yang tidak memiliki gejala.

(12)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 6) Tertib PHBS

Indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) ini menjadi kunci dalam menekan penyebaran covid-19, karena indikator ini menyangkut perilaku kebiasaan sehari-hari dalam menciptakan pola kehidupan yang bersih dan sehat termasuk makan makanan bergizi dan olahraga teratur. Sebanyak 237 orang responden atau 99,2%

menjawab telah menerapkan PHBS dengan baik, sedangkan sisanya sebanyak 2 orang atau 0,8% responden menjawab belum menerapkan PHBS dengan baik.

7) Fasilitas Kebersihan

Indikator ini langsung merujuk pada kondisi tempat tinggal/rumah yang didiami oleh para responden, relevan dengan indikator PHBS sebelumnya yaitu untuk mengetahui seberapa besar responden yang peduli terhadap kebersihan. Sebanyak 97,5 % responden atau 234 orang menjawab telah menyediakan fasilitas kebersihan berupa tempat cuci tangan/handsanitizer/cairan semprot desinfektan.

Sedangkan 6 orang responden atau sebesar 2,5% menjawab belum memiliki/menyediakan fasilitas kebersihan tersebut.

c. Protokol Kesehatan di Fasilitas Umum (Termasuk Pasar) 1) Sosialisasi dan Edukasi

(13)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Indikator ini digukanan untuk mengetahui berapa banyak responden yang pernah mengikuti atau melaksanakan sosialisasi maupun edukasi terkait dengan kebijakan PPKM Mikro II, dari 240 orang responden yang menjawab diperoleh hasil bahwa 86,3% responden atau 207 orang menyatakan pernah mengikuti sosialisasi dan edukasi mengenai pembatasan kegiatan masyarakat. Sedangkan 12,5%

responden lainnya atau sebanyak 30 orang menyatakan belum pernah, artinya sosialisasi dan edukasi mengenai PPKM Mikro II ini masih kurang menyeluruh. Sisanya sejumlah 3 orang menyatakan belum mengetahui tentang kebijakan PPKM Mikro II ini.

2) Fasilitas Kebersihan di Tempat Umum (termasuk Pasar)

Indikator fasilitas kebersihan di tempat umum (termasuk pasar) ini memberikan gambaran mengenai tempat umum termasuk pasar yang menyediakan fasilitas kebersihan seperti tempat cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer bagi pengunjungnya. Dari hasil kuesioner diperoleh 95% responden atau 228 orang menjawab bahwa di tempat umum yang dikunjungi termasuk pasar telah menyediakan fasilitas kebersihan, ini berarti sebaian besar tempat umum maupun Pasar sudah menyediakan fasilitas kebersihan dengan baik, walaupun 7 orang responden atau 2,9% menjawab belum melihat fasilitas kebersihan di tempat umum maupun pasar yang mereka kunjungi.

Hal ini juga perlu mendapat perhatian karena di beberapa tempat umum masih ada yang belum menyediakan fasilitas kebersihan

7,3%

(14)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

berupa tempat cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer. Sisanya sebanyak 2,1% menjawab tidak tahu.

3) Identifikasi dan Pemantauan

Indikator ini mengukur tentang identifikasi dan pemantauan kesehatan terhadap pengunjung di tempat umum (termasuk pasar). Sebanyak 97,1% responden atau 233 orang menyatakan pernah menerima identifikasi dan pemantauan kesehatan melalui thermogun atau alat pengukur suhu sebelum memasuki tempat umum termasuk pasar.

Hal ini sudah cukup baik karena sebagian besar tempat umum termasuk pasar telah melakukan identifikasi dan pemantauan kesehatan pengunjung. Sedangkan sebanyak 2,9% atau 7 orang responden menyatakan belum menerima identifikasi dan pemantauan kesehatan di tempat umum termasuk pasar.

4) Kegiatan Desinfeksi Lingkungan

Indikator ini berisi tentang pengukuran terhadap kegiatan desinfeksi di lingkungan tempat tinggal, kantor, atau tempat umum lainnya secara berkala. Sebanyak 92,5% responden atau sejumlah 221 orang menyatakan bahwa di lingkungan tempat tinggal, kantor, maupun tempat umum lainnya telah menerapkan kegiatan desinfeksi secara berkala. Akan tetapi di satu sisi sebanyak 10 orang responden atau 4,2% menjawab tidak ada desinfeksi lingkungan secara berkala, hal ini menunjukkan bahwa belum terbangun rutinitas untuk melakukan desinfeksi di lingkungan, tempat kerja, dan tempat umum lainnya

(15)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

secara berkala. Sedangkan sisanya sebesar 3,3% responden menjawab tidak tahu.

5) Pengaturan Jarak di Tempat Umum

Indikator pengaturan jarak di fasilitas umum termasuk pasar digunakan untuk mengetahui apakah penerapan social distancing di tempat umum yang memungkinkan keramaian atau kerumunan sudah dilaksanakan dengan baik. Sebanyak 81,9% responden atau 195 orang menjawab bahwa di sebagian besar tempat umum termasuk pasar sudah menerapkan pengaturan jaga jarak, sedangkan responden lainnya sebanyak 13% atau 31 orang menyatakan bahwa di beberapa tempat belum menerapkan pengaturan jaga jarak maupun memberikan tanda jaga jarak. Sisanya menjawab 5%

menjawab tidak tahu.

6) Fasilitasi Deteksi Dini

Untuk menangani Covid-19 yang menjadi paling penting adalah adanya deteksi dini. Terkait dengan penyebaran virus corona, tes untuk mendeteksi sangatlah penting, dan fasilitas kesehatan seperti posko-posko kesehatan di fasilitas umum termasuk pasar harus diperkuat dan diperbanyak lagi. Indikator ini belum cukup baik karena hanya 57,7% atau 138 orang responden pernah memperoleh fasilitasi deteksi dini di tempat umum termasuk pasar. Sedangkan 84 responden atau 35,1% lainnya menjawab belum pernah memperoleh fasilitasi deteksi dini ataupun menggunakan fasilitas deteksi dini yang disediakan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Sisanya sebanyak 17

(16)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

orang menjawab tidak tahu bahwa terdapat fasilitasi deteksi dini di tempat umum termasuk pasar. Indikator ini sudah mulai membaik, akan tetapi masih perlu ditingkatkan lagi.

7) Larangan bagi anak di bawah 5 tahun, ibu hamil dan lansia

Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Walikota Surakarta tentang Pembatasan Kegiatan Masyarakat mikro bahwa anak dibawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia dilarang untuk memasuki pasar tradisional/pasar modern/toko modern/swalayan/pusat perbelanjaan, maka pada indikator ini akan terlihat berapa banyak tempat umum yang sudah memberikan larangan untuk anak dibawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia yaitu sebesar 88,3% responden atau 212 orang menyatakan bahwa di tempat umum termasuk pasar yang mereka kunjungi sudah mengatur tentang larangan tersebut.

Sedangkan 6,3% responden atau 15 orang menjawab tidak ada larangan yang diberlakukan di tempat umum termasuk pasar dan 5,4% menjawab tidak tahu. Indikator ini juga perlu mendapat perhatian, meskipun sudah banyak tempat umum termasuk pasar yang menerapkan larangan tersebut akan tetapi masih ada beberapa tempat umum termasuk pasar yang tidak melarang anak dibawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia untuk memasuki tempat tersebut.

8) Responden Yang Pernah Mengajak Anak dibawah 5 tahun

Indikator ini disusun untuk mengetahui tingkat kejujuran responden terkait larangan bagi anak dibawah usia 5 tahun, ibu hamil dan lansia untuk memasuki mall, pusat perbelanjaan, pasar dan tempat umum lainnya. Sesuai data grafik terlihat konsistensi jawaban sebesar

(17)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

93,8% atau sebanyak 225 orang menjawab tidak pernah mengajak anak di bawah 5 tahun, ibu hamil, maupun lansia ke mall atau pasar.

Sedangkan sebanyak 12 orang atau 5% menjawab pernah mengajak anak di bawah 5 tahun memasukki mall atau pusat perbelanjaan selama pemberlakuan PPKM Mikro II ini.

d. Optimalisasi Peran Satgas Penanganan COVID-19 Tingkat Kelurahan dalam Pelaksanaan PPKM Mikro (hanya diisi oleh Responden yang teribat sebagai Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo)

Pada Aspek ini berisi 5 (lima) buah indikator baru yang membedakan antara Pelaksanaan PPKM Mikro I dan II, yaitu tentang oprimalisasi peran satgas Covid-19 di tingkat kelurahan. Indikator ini kami gunakan untuk mengukur tingkat optimalisasi Peran Satgas Covid-19 di Tingkat Kelurahan sehingga responden yang mengisi indikator ini hanya responden yang terlibat sebagai Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo.

1) Penetapan SK Satgas Covid-19 di Kelurahan

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan penetapan SK kepada Satgas Covid-19 di tingkat kelurahan maka diperoleh data bahwa 119 responden atau 52,9% menjawab telah memperoleh SK penetapan mereka sebagai Satgas. Sedangkan 63 orang atau 28% responden belum menerima SK, dan 43 orang lainnya menjawab tidak tahu. Hal ini berarti bahwa masih terdapat beberapa satgas di beberapa lokasi yang belum menerima SK Penetapan.

2) Pelaksanaan Supervisi dan Koordinasi minimal 1 kali seminggu

(18)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Indikator ini digunakan untuk melihat efektivitas peran Satgas Covid- 19 di tingkat Kelurahan dan Satgas Jogo Tonggo melalui peran supervise dan koordinasi oleh Satgas Covid-19 tingkat Kecamatan.

Diperoleh data bahwa 108 orang responden atau 48,2% menyatakan sudah dilaksanakan supervisi dan koordinasi, akan tetapi sebesar 27,7% responden atau 62 orang masih menjawab belum ada supervise maupun koordinasi, sedangkan sisanya 54 orang atau 24,1% menjawab tidak tahu. Hal ini dapat diartikan bahwa supervise belum dilaksanakan secara optimal, sehingga perlu ditingkatkan kolaborasinya dengan Satgas Covid-19 di tingkat kelurahan maupun satgas Jogo Tonggo.

3) Pemetaan Epidemiologis oleh Satgas Jogo Tonggo per RT

Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Surat Edaran Walikota Surakarta maupun Intruksi Menteri Dalam Negeri bahwa salah satu peran Satgas Jogo Tonggo adalah melakukan pemetaan epidemiologis di tingkat RT untuk megetahui zonasi wilayah. Pada indikator ini terlihat bahwa 172 orang atau 76,4% responden menjawab sudah melakukan pemetaan di tingkat RT, hal ini sudah baik dan perlu ditingkatkan lagi karena masih terdapat 36 orang atau 16% responden belum melaksanakan tugas pemetaan epidemiologis, san sisanya 17 orang atau 7,6% menyatakan tidak tahu.

4) Pelaksanaan Tracing dan Tracking oleh Satgas Jogo Tonggo

(19)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Indikator ini digunakan untuk melihat pelaporan hasil pemetaan (tracing atau tracking) rumah ke dalam aplikasi jogo tonggo rutin setiap hari. Pada gambar diatas diperoleh hasil bahwa 108 orang responden atau 48,2% telah melaksanakan pelaporan rutin setiap harinya melalui aplikasi satgas jogo tonggo. Sedangkan 79 orang atau 35,3% orang responden menyatakan belum melakukan pelaporan secara rutin, hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa kendala seperti keterbatasan SDM, pengetahuan tentang IT yang kurang, sarpras seperti hp android dsb yang belum dimiliki oleh Satgas Jogo Tonggo atau sebab yang lain.

5) Kendala dalam pelaksanaan tugas Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo selama PPKM Mikro tahap II

Macam-macam Kendala Jumlah

Tidak Ada Kendala 50

Kesadaran Masyarakat Kurang 61

Kurangnya Koordinasi dan Komunikasi 18

Sarpras Masih Kurang 13

Kurangnya Anggaran Operasional 15

Kurang Pemahaman Pada Tugas 10

Keterbatasan SDM 8

Total Respon Terhadap Kendala 175

Pada kuesioner yang didistribusikan saat ini untuk mengukur efektifitas pelaksanaan PPKM Mikro II maka kami mencoba untuk menelaah kendala apa saja yang dihadapi oleh Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo dalam melaksanakan tugasnya di kecamatan, kelurahan sampai dengan tingkat RT/RW. Total responden yang mengisi kolom indikator tentang kendala sebanyak 175 orang.

Macam-macam kendala yang dihadapi oleh 175 orang responden kami coba petakan dalam 7 (tujuh) kendala besar yaitu tertinggi

“Kesadaran Masyarakat Kurang”, hal ini dijawab oleh 61 orang responden yang terlibat sebagai Satgas Covid-19 atau Satgas Jogo

50

61 18

13 15

10

8

Tidak Ada Kendala Kesadaran Masyarakat Kurang Kurangnya Koordinasi dan Komunikasi Sarpras Masih Kurang

Kurangnya Anggaran Operasional Kurang Pemahaman Pada Tugas Keterbatasan SDM

(20)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Tonggo yang menyatakan bahwa usaha mereka dalam menertibkan maupun memberikan teguran lisan kepada masyarakat yang melanggar protocol kesehatan akan tetapi masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh dengan teguran satgas. Jawaban tertinggi kedua yang disampaikan oleh responden sebanyak 18 orang responden yaitu “Kurangnya Komunikasi dan Koordinasi”. Struktur keanggotaan Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo yang terdiri dari beberapa unsur masyarakat membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang efektif, bahkan termasuk dengan masyarakat yang menjadi objek pemetaan itu sendiri. Jawaban tertinggi kegita yaitu oleh 15 orang responden yaitu “Kurangnya Anggaran Operasional”

karena beberapa orang yang tergabung dalam Satgas Covid-19 maupun Satgas Jogo Tonggo memerlukan waktu maupun perhatian ekstra dalam melaksanakan tugasnya, oleh sebab itu mereka berharap ada insentif sebagai bentuk stimulant dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan kendala lainnya yaitu berupa Sarpras yang masih kurang, Kurangnya pemahaman pada tugas, dan Keterbatasan SDM, dan sisanya 50 orang responden menjawab tugasnya lancar tanpa ada kendala.

e. Pengendalian Penyebaran Covid-19

1) Ketaatan Memakai Masker di Tingkat RT/RW

Indikator ini digunakan untuk melihat Apakah di lingkungan RT/RW masih ditemukan masyarakat yang tidak taat memakai masker saat keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain. Sesuai jawaban responden terdapat 167 orang atau 70,5% menjawab masih ditemukan masyarakat yang tidak memakai masker di lingkungan RT/RW mereka. Hal ini patut menjadi perhatian karena pelanggaran prokes tidak memakai masker justru ditemukan di tingkat lingkungan RT/RW, sehingga peran Satgas Jogo Tonggo dalam melakukan edukasi dan sosialisasi secara terus menerus perlu ditingkatkan lagi.

Sedangkan 68 orang atau 28,7% menjawab tidak ditemukan masyarakat yang melanggar, dan sisanya sejumlah 2 orang atau 0,8% menjawab tidak tahu.

(21)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 2) Kebijakan WFH

Indikator ini terkait kebijakan penerapan Work From Home (WFH) sebesar 50% dan Work Form Office (WFO) sebesar 50% di tempat kerja responden. Berdasarkan hasil kuesioner tersebut sebesar 70,5% responden atau 165 orang menjawab bahwa di tempat kerja mereka telah menerapkan kebijakan WFH dan WFO sesuai ketentuan, yang perlu dilihat lagi bahwa 26 orang responden atau sebesar 11,1% menjawab bahwa di tempat kerja mereka belum menerapkan WFH 50% dan WFO 50%, sedangkan 43 orang lainnya menjawab tidak tahu, ini dapat diindikasikan bahwa responden tersebut tidak menerapkan kebijakan WFH dan WFO di tempat kerja mereka.

3) KBM Daring/Online

Indikator Kegiatan Belajar Mengajar/KBM daring/online ini menunjukkan bahwa 97% responden atau 230 orang telah melaksanakan KBM secara daring/online. Sedangkan sisanya sebanyak 6 orang responden menjawab belum melaksanakan dan tidak tahu terkait KBM secara daring/online. Pada masa pandemic covid-19 ini KBM secara daring atau online sudah menjadi kebutuhan disaat pertemuan tatap muka belum dapat dilakukan, akan tetapi beberapa responden juga masih berharap agar KBM secara tatap muka dapat segera dilaksanakan.

(22)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 4) Kapasitas Makan di Tempat 50%

Indikator ini digunakan untuk mengetahui warung makan/café/

restoran/PKL/lapak jajanan/hik dan pusat kuliner apakah sudah menerapkan kebijakan layanan makan di tempat maksimal sebanyak 50% dari tempat duduk. Sebanyak 83,6% responden atau 199 orang menyatakan bahwa tempat makan yang pernah mereka kunjungi telah menerapkan kebijakan maksimal 50% tempat duduk untuk makan di tempat bagi pengunjungnya. Responden lain sebanyak 21 orang atau 8,8% menyatakan bahwa belum ada pembatasan kapasitas pengunjung yang makan di tempat, dan sisanya sebesar 7,6% atau 18 orang tidak mengetahui kebijakan makan ditempat maksimal 50% tersebut.

5) Penyajian Makanan Secara Tertutup

Indikator ini menunjukkan kebersihan dalam penyajian atau tingkat higienis dari makanan yang disajikan pada warung makan/café/

restoran/PKL/lapak jajanan/hik dan pusat kuliner. Sebanyak 195 responden atau 81,9% menjawab bahwa penyajian makanan di tempat makan yang dikunjungi sudah dilakukan secara tertutup dan pelayan memakai masker. Sedangkan 10,5% responden atau 25 orang menyatakan bahwa tempat makan yang mereka kunjungi belum menyajikan makanan secara tertutup. Sisanya sebanyak 18 orang menjawab tidak tahu.

(23)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 6) Kegiatan Penyebab Kerumunan

Indikator ini untuk mengetahui selama pelaksanaan PPKM apakah masih banyak kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan pada tempat tinggal/jalan/ruang publik/lapangan. Sebesar 29,8%

responden atau 70 orang menjawab bahwa masih ada beberapa kegiatan yang menimbulkan kerumunan pada saat diberlakukannya PPKM ini. Sedangkan 66,4% responden atau 156 orang menyatakan sudah tidak ada lagi kegiatan yang menimbulkan kerumunan selama PPKM, sisanya sebanyak 3,8% menjawab tidak tahu.

7) Kapasitas Tempat Ibadah 50%

Indikator ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Walikota Surakarta terkait pembatasan kapasitas tempat ibadah dan tanda jaga jarak dalam tempat ibadah, dimana sebesar 76,3%

responden atau 180 orang menjawab bahwa sudah ada pembatasan pada tempat ibadah di lingkungan mereka. Sedangkan 19,9% atau 47 orang menyatakan belum ada pembatasan tempat ibadah di lingkungan tempat tinggal mereka. Sisanya sebesar 3,8% responden menyatakan tidak tahu adanya pembatasan tempat ibadah.

Pembatasan tempat ibadah ini perlu mendapat perhatian lebih karena di beberapa tempat juga sudah mulai mengendorkan aturan jaga jarak maupun pembatasan kapasitas tempatnya. Hal ini menjadi bagian tugas dari Satgas Jogo Tonggo khususnya pemangku wilayah setempat.

(24)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

8) Ketersediaan Posko di Tempat Perbelanjaan

Indikator ini digunakan untuk mengetahui apakah responden saat mengunjungi mall/pasar tradisional/pusat perbelanjaan/tempat hiburan malam selama PPKM Mikro II ini, pengelola telah mendirikan Posko Penegakan Protokol Kesehatan. Sebanyak 142 responden atau 60,2% mengetahui bahwa di mall atau tempat perbelanjaan yang mereka kunjungi sudah disediakan Posko Penegakan Protokol Kesehatan. Sedangkan 39 orang atau 16,5%

responden menjawab tidak menemui Posko tersebut. Sisanya 55 responden menjawab tidak tahu.

9) Hajatan di Tempat Umum Yang Bukan Peruntukannya

Dari 236 orang responden, 42 orang atau 17,8% masih menjawab bahwa di lingkungan mereka masih ditemukan warga yang melaksanakan kegiatan hajatan di rumah tinggal, pendhopo joglo kelurahan/kecamatan, aula sekolah, gelanggang olahraga, dan gedung sejenis lainnya yang fungsinya tidak untuk melaksanakan hajatan. Sedangkan 75,8% responden atau 179 orang tidak menemui warga yang akan melaksanakan hajatan di tempat umum.

Sedangkan sisanya sebanyak 15 orang responden atau 6,4%

menajwab tidak tahu. Indikator ini menjadi penting karena terkadang masyarakat masih tidak menghiraukan anjuran pemerintah untuk tidak melaksanakan acara hajatan pada tempat umum yang fungsinya bukan sebagai tempat hajatan.

(25)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

f. Peran Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo 1) Peran Aktif Satgas Covid-19

Indikator ini berisi tentang tingkat peran aktif satgas covid-19 dalam memberikan edukasi dan sosialisasi pelaksanaan protokol kesehatan dan pencegahan kerumunan. Sebanyak 57,3% responden atau 134 orang menyatakan bahwa Satgas Covid-19 di tingkat kecamatan sudah memberikan edukasi dan peran aktf dalam protokol kesehatan dan pencegahan kerumuman. Sedangkan 25,6% responden atau 60 orang menyatakan belum melihat peran aktif dari Satgas Covid-19 tingkat kecamatan di lingkungan meraka dalam hal edukasi protokol kesehatan dan pencegahan kerumunan. Sisanya sebanyak 17,1 % atau sebanyak 40 orang memberikan jawaban tidak tahu mengenai edukasi maupun peran aktif Satgas Covid-19 di lingkungan mereka.

2) Peran Aktif Satgas Jogo Tonggo

Hampir sama dengan indikator sebelumnya yaitu mengenai edukasi dan peran aktif satgas, dimana indikator sebelumnya membahas mengenai satgas Covid-19, untuk indikator ini membahas peran aktif satgas jogo tonggo. Sebanyak 83,8% atau 196 orang responden menyatakan sudah mendapatkan edukasi dan peran aktif dari Satgas Jogo Tonggo di lingkungan mereka. Sedangkan 11,5% responden atau 27 orang menyatakan belum mendapat edukasi dan peran aktif satgas jogo tonggo, dan sisanya 4,7% atau 11 orang menyatakan tidak tahu.

(26)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 g. Pelanggaran dan Sanksi

1) Pelanggaran Prokes Pada Saat PPKM Mikro II

Indikator ini digunakan untuk melihat pelanggaran protokol kesehatan saat diberlakukannya PPKM Mikro II di lingkungan maupun tempat tinggal responden. Sebanyak 27,2% atau 64 orang responden menjawab masih terjadi pelanggaran protokol kesehatan di lingkungan mereka. Sedangkan 60% atau 141 orang menyatakan tidak ada pelanggaran protokol kesehatan di tingkat lingkungan atau tempat tinggal mereka selama diberlangsungkannya PPKM. Sisanya sebanyak 12,8% atau 30 orang mengatakan tidak tahu ada tidaknya pelanggaran protokol kesehatan maupun PPKM Mikro II.

2) Ada Tidaknya Sanksi terhadap Pelanggaran

Indikator ini disusun untuk menindaklanjuti indikator sebelumnya yaitu terkait dengan sanksi atas pelangaran protokol kesehatan maupun PPKM di tingkat tempat tinggal atau lingkungan responden. Hasil indikator ini cukup menarik bahwa untuk pelanggaran di tingkat lingkungan responden hanya 39,1% atau 92 orang yang menjawab ada sanksi untuk pelanggaran terhadap protokol kesehatan, sedangkan mayoritas sebesar 45,1% atau 106 orang responden menjawab tidak pernah ada sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan. Sisanya sebesar 15,7% atau 37 orang responden menjawab tidak tahu adanya sanksi. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu penegakan sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan di tingkat RT atau RW melalui peran aktif Satgas Jogo Tonggo.

(27)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 3) Pemberian Sanksi

Indikator ini digunakan untuk mempertegas atau menguatkan pernyatan responden pada indikator sebelumnya mengenai pemberian sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan. Pada indikator ini terdapat 52,3% atau sebanyak 124 responden mengatakan pernah melihat seseorang mendapatkan sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukannya. Sedangkan 39,2% atau 93 responden menyatakan tidak pernah melihat seseorang yang dijatuhkan sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan, dan sisanya sebesar 8,4% atau 20 orang menjawab tidak tahu.

4) Jenis dan Macam Sanksi

Indikator ini memberikan gambaran mengenai macam-macam sanksi yang diterima oleh pelanggar protokol kesehatan/PPKM Mikro II oleh Satgas Covid-19/Tim Cipta Kondisi. Pada indikator ini hanya diisi oleh responden yang pernah melihat pemberian sanksi oleh Satgas Covid- 19/Tim Cipta Kondisi pada pelanggar protokol kesehatan/PPKM, sehingga hanya 215 orang responden yang mengisi indikator ini, sedangkan 25 orang responden lainnya tidak mengisi disebabkan tidak pernah melihat pemberian sanksi saat adanya pelanggaran protokol kesehatan. Berdasarkan hasil kuesioner, sebesar 62,3% atau 134 orang responden melihat adanya pemberian sanksi berupa teguran lisan, sedangkan tingkatan kedua yaitu sebesar 16,7% atau 36 responden menjawab adanya sanksi berupa pembubaran kegiatan, dan jawaban tertinggi ketiga sebesar 14,9% atau 32 orang menjawab adanya sanksi berupa kerja social.

(28)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

5) Jenis dan Macam Sanksi Untuk Anak di bawah 5 tahun, Ibu Hamil, dan Lansia

Indikator ini disusun untuk mengetahui apakah responden pernah melihat anak yang berusia kurang dari 5 (lima) tahun, ibu hamil, dan orang lanjut usia yang melakukan pelanggaran protokol kesehatan dijatuhi sanksi oleh satgas penanganan COVID-19/Tim Cipta Kondisi selama pelaksanaan PPKM Mikro II ini. Berdasarkan hasil kuesioner sebanyak 171 orang responden atau 84,7% menyatakan sanksi yang diberikan kepada anak dibawah 5 tahun, perempuan hamil, lanjut usia adalah terguran lisan. Sedangkan 20 orang atau 9,9%

menjawab membuat pernyataan tidak akan mengulangi, dan sisanya sebanyak 11 orang atau 5,4% menjawab adanya sanksi berupa upaya pemulangan paksa ke rumah masing-masing.

h. Kritik dan Saran

Berdasarkan hasil kuesioner yang masuk yaitu sebanyak 240 responden menghasilkan 232 tanggapan, artinya terdapat 8 orang yang tidak memberikan tanggapan. Untuk memudahkan analisis, maka berdasarkan tanggapan responden tersebut dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu Respon Positif dan Respon Negatif. Di dalam tiap respon tersebut akan dirinci menjadi trend jawaban sesuai dengan isian responden, yaitu terdapat 6 jenis jawaban responden untuk respon positif, dan 5 jenis jawaban responden untuk respon negative sebagai berikut:

1) Respon Positif

25

16 16

13

1

Kesadaran Masyarakat Kurang Satgas Jogo Tonggo Kurang Aktif Pengawasan Lingkungan Belum Optimal Sanksi Dipertegas

Tidak Ada Anggaran Operasional

(29)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Tanggapan Responden Jumlah

PPKM Sudah Baik 104

Protokol Kesehatan Ditingkatkan 12

Percepatan Vaksin 6

Sosialisasi dan Edukasi Ditingkatkan 18

Kolaborasi Seluruh Pihak 19

KBM Tatap Muka Segera Dilaksanakan 2

Total Tanggapan Positif 161

Pada kelompok jawaban respon positif, tanggapan tertinggi disampaikan oleh 104 orang responden dengan jenis tanggapan berupa “PPKM Sudah Baik”. Jawaban ini muncul berdasarkan tanggapan responden yang merespon upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam memberlakukan kebijakan PPKM Mikro II baik dari segi preventif maupun represifnya, dan responden inilah yang mendukung untuk melanjutkan PPKM Mikro II tahap berikutnya.

Tanggapan tertinggi kedua disampaikan oleh 19 orang responden yaitu mengenai “Kolaborasi Seluruh Pihak”, bagi responden yang menjawab ini menyatakan bahwa PPKM Mikro II sebenarnya sudah baik, akan tetapi akan berat apabila tidak dilaksanakan oleh seluruh pihak, jadi kolaborasi wilayah perbatasan solo raya maupun pelibatan stakeholder dalam pelaksanaan mikro sangat penting. Sedangkan tanggapan tertinggi ketiga disampaikan oleh 18 orang responden yaitu “Sosialisasi dan Edukasi Ditingkatkan”, bagi responden ini menyatakan bahwa mereka sangat setuju dengan kebijakan PPKM Mikro II, akan tetapi untuk memberikan dampak yang lebih luas lagi, maka edukasi dan sosialisasi dari Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo perlu ditingkatkan lagi. Tanggapan positif lainnya yaitu peningkatan pada protocol kesehatan dan percepatan vaksin.

Sebanyak 2 responden juga berharap KBM tatap muka segera dilaksanakan.

2) Respon Negatif

25

16 16

13

1

Kesadaran Masyarakat Kurang Satgas Jogo Tonggo Kurang Aktif Pengawasan Lingkungan Belum Optimal Sanksi Dipertegas

Tidak Ada Anggaran Operasional

(30)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

Tanggapan Responden Jumlah

Kesadaran Masyarakat Kurang 25

Satgas Jogo Tonggo Kurang Aktif 16

Pengawasan Lingkungan Belum Optimal 16

Sanksi Dipertegas 13

Tidak Ada Anggaran Operasional 1

Total Respon Negatif 71

Pada tanggapan respon negatif diatas, jawaban tertinggi pertama diperoleh dari 25 responden dengan jenis respon yaitu

“Kesadaran Masyarakat Kurang”, responden yang memberikan tanggapan ini menganggap bahwa pelanggaran protokol kesehatan pada PPKM Mikro II masih terjadi di kalangan masayrakat khususnya pada level RT/RW yang disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang kurang, artinya mereka hanya taat prokes saat ada penegakan disiplin atau melakukan mobilitas yang jauh dari tempat tinggalnya, sedangkan saat di luar rumah dan berintraksi dengan tetangga masih banyak yang tidak taat prokes. Jawaban tertinggi kedua yaitu 16 responden dengan jenis respon yaitu “Satgas Jogo Tonggo Kurang Aktif”, responden yang memberikan tanggapan ini menyatakan bahwa peran Satgas Jogo Tonggo belum aktif, artinya hanya Satgas Jogo Tonggo hanya berperan dalam pemetaan wilayah saja, sedangkan dalam melaksanakan peran preventif atau melakukan teguran lisan bagi tetangga yang melanggar prokes belum dilakukan. Tanggapan negatif yang nilainya sama yaitu 16 orang responden menyatakan bahwa “Pengawasan Lingkungan Belum Optimal”. mereka memandang bahwa perlu dilakukan pengawasan yang lebih intens di tingkat lingkungan, karena pelanggaran yang terjadi lebih banyak di lingkungan tempat tinggal daripada di tempat umum.

Selain tiga jawaban teratas tersebut, ada beberapa respon negative lainnya dari responden yaitu 1. Terkait dengan penerapan sanksi yang kurang tegas, karena selama ini mereka menganggap sanksi atas pelanggaran protocol kesehatan kurang membuat jera bagi para pelanggarnya, seharusnya dapat ditingkatkan lagi menjadi sanksi yang lebih berat, 2. Tidak adanya anggaran operasional untuk Satgas Jogo Tonggo, sehingga responden menganggap bahwa kurang termotivasinya Satgas Jogo Tonggo dalam menegakkan protocol kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh adanya stimulant berupa anggaran operasional bagi mereka, karena selama ini masih menggunakan anggaran swadaya atau support dari warga.

4. Tahap Analisis Data Sektoral (Satpol PP dan Satgas Covid-19) a. Data Penegakan Disiplin dari Satpol PP Kota Surakarta

1) Personil Penegak Disiplin

(31)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 Personil

Februari Maret

23 24 25 26 27 1 2 3 4 TOTAL Satpol PP 20 20 25 15 34 22 20 18 30 204

TNI 2 1 2 0 3 1 0 0 1 10

Polri 6 10 6 10 13 11 10 7 13 86

Lainnya 0 0 0 0 24 0 0 0 0 24

Berdasarkan data grafik maupun tabel diatas terlihat bahwa jumlah personil yang dilibatkan dalam menegakkan protokol kesehatan selama periode PPKM Mikro II paling banyak didominasi oleh Satpol PP yaitu sejumlah 204 personil, kemudian Polri dengan 86 personil, TNI sejumlah 10 personil, dan 24 personil dari unsur lainnya. Data personil harian yang dilibatkan dalam penegakan protokol kesehatan ini fluktuatif tiap harinya berubah sesuai dengan kebutuhan lokasi dan jumlah wilayah yang akan dilakukan operasi penegakan disiplin.

2) Pelanggaran yang dilakukan Perseorangan (Razia Masker) - Data Pelanggar Berdasarkan jenis kelamin

Data ini berisi tentang identitas pelanggar protokol kesehatan dan PPMK Mikro II berdasarkan jenis kelamin dalam kurun waktu tanggal 23 Februari – 8 Maret 2021. Rekap identitas pelanggar berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:

0 5 10 15 20 25 30 35

23 24 25 26 27 1 2 3 4

Jumlah

Periode PPKM II (Tanggal 23 Feb - 08 Maret 2021)

DATA PERSONIL PENEGAK DISIPLIN

Satpol PP TNI Polri Lainnya

0 10 20 30 40

23 24 25 26 27 1 2 3 4

Jumlah

Periode PPKM II (Tanggal 23 Feb- 8 Maret 2021)

DATA PELANGGAR (JENIS KELAMIN)

Pria Wanita

(32)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 Jenis

Kelamin

Februari Maret

23 24 25 26 27 1 2 3 4 TOTAL Pria 15 22 21 25 38 23 10 22 11 187

Wanita 2 1 3 1 3 6 3 0 2 21

Pada PPKM Mikro II yaitu tanggal 23 Februari – 8 Maret 2021, data pelanggar protokol kesehatan dalam operasi razia masker berdasarkan jenis kelaminnya didominasi oleh Pria yaitu sebanyak 187 orang, sedangkan wanita sebanyak 21 orang.

- Data Pelanggar Berdasarkan usia

Usia

Tanggal

23 24 25 26 27 1 2 3 4 TOTAL

<19 tahun 4 7 2 5 2 4 2 2 4 32

20 - 39

tahun 8 10 8 17 22 13 5 14 7 104

> 40 tahun 5 6 14 4 17 1 6 6 2 61

Data pelanggar protokol kesehatan pada PPKM Mikro II menunjukkan bahwa usia pelanggar yang paling tinggi melakukan pelanggaran terhadap protokol kesehatan dan PPKM adalah 20 – 39 tahun yaitu sebanyak 104 orang pelanggar. Jumlah tertinggi kedua ditempati usia > 40 tahun yaitu sejumlah 61 orang, dan yang ketiga adalah usia < 19 tahun sejumlah 32 orang.

- Data Pelanggar berdasarkan pekerjaan

0 5 10 15 20 25

23 24 25 26 27 1 2 3 4

Jumlah

Periode PPKM II (Tanggal 23 Feb - 8 Maret 2021)

DATA PELANGGAR (USIA)

<19 tahun 20 - 39 tahun

> 40 tahun

0 10 20 30 40

23 24 25 26 27 1 2 3 4

Jumlah

Periode PPKM II (Tanggal 23 Feb - 8 Maret 2021)

DATA PELANGGAR (PEKERJAAN)

Pelajar/Mhs PNS/TNI/Polri Swasta/Lainnya

(33)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021 Pekerjaan

Februari Maret

23 24 25 26 27 1 2 3 4 TOTAL

Pelajar/Mhs 6 6 2 5 2 7 4 4 3 39

PNS/TNI/Polri 0 0 0 17 0 2 0 0 0 19 Swasta/Lainnya 11 17 22 4 39 20 9 18 10 150

Melihat data diatas, pada pemberlakuan PPKM Mikro II diperoleh data pelanggar berdasarkan pekerjaan paling banyak didominasi oleh swasta/lainnya sebanyak 150 orang, tertinggi kedua ditempati oleh pelajar/mahasiswa sebanyak 39 orang, dan yang paling kecil jumlahnya adalah pelanggar dengan basic pekerjaan PNS/TNI/Polri yaitu 19 orang.

- Macam Sanksi yang diberikan

Macam Sanksi

Februari Maret

23 24 25 26 27 1 2 3 4 TOTAL Mengucapkan

Pancasila/

Menyanyi Lagu Wajib

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Push Up 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Menyapu/

Membuang Sampah 14 20 15 24 38 19 8 15 9 162 Sita KTP/Teguran 3 3 9 2 3 10 5 7 4 46

Denda Uang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pada PPKM Mikro II ini, penegak disiplin dari berbagai elemen telah menerapkan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan dan PPKM dengan bentuk sanksi terbanyak yaitu sanksi kerja sosial dalam bentuk menyapu/membuang sampah/membersihkan sungai yaitu sebanyak 162 pelanggar yang dikenakan sanksi tersebut.

Sedangkan sanksi terbanyak yang kedua berupa Sita KTP/Teguran dari Petugas saja yaitu dengan jumlah 46 pelanggar.

Sedangkan sanksi lainnya belum diterapkan pada pelanggaran

0 5 10 15 20 25 30 35 40

23 24 25 26 27 1 2 3 4

Jumlah

Periode PPKM II (Tanggal 23 Feb - 8 Maret 2021)

SANKSI YANG DIBERIKAN

Mengucapkan Pancasila/

Menyanyi Lagu Wajib Push Up

Menyapu/

Membuang Sampah Sita KTP/Teguran

Denda Uang

(34)

MONEV PPKM MIKRO II KOTA SURAKARTA - 2021

PPKM Mikro II kali ini. Sanksi yang tegas dan humanis menjadi pilihan tepat dalam membentuk kedisiplinan masyarakat.

3) Pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha

Jenis Pelanggaran

Februari Maret 24 26 27 28 3 TOTAL Jam Operasional Tidak Sesuai 2 2 0 0 0 4 Tidak Taat Prokes (kerumunan,

tempat cuci tangan, dan jaga jarak) 0 1 2 0 2 5

Masih Buka 0 0 0 0 0 0

Tempat Duduk Terlalu banyak 0 0 2 0 0 2

Pembeli lebih 50 % 0 0 0 0 0 0

Acara Hajatan/live musik 1 0 2 0 0 3

Penjual Reaktif 0 0 0 0 0 0

Tidak Mematuhi SE 0 0 0 0 0 0

Belum ada banner himbauan 0 0 0 0 0 0

Pada periode PPKM Mikro II ini masih terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha terhadap protokol kesehatan dan PPKM akan tetapi sudah berkurang dibandingkan dengan PPKM Jilid I dengan tingkat jenis pelanggaran terbanyak yaitu pelanggaran kerumunan dan tidak taat prokes yaitu sebanyak 5 pelanggar.

Kemudian peringkat terbanyak kedua yaitu jenis pelanggaran berupa jam operasional tidak sesuai sejumlah 4 pelanggar. Sedangkan jenis pelanggaran tertinggi ketiga adalah Acara Hajatan yang hanya sejumlah 3 pelanggar. Sedangkan sanksi yang diberikan berikut:

0 2 4 6 8 10

24 26 27 28 3

Jumlah

PPKM Periode II (23 Feb - 8 Maret 2021)

Jenis Pelanggaran oleh Pelaku Usaha

Jam Operasional Tidak Sesuai

Tidak Taat Prokes (kerumunan, tempat cuci tangan, dan jaga jarak) Masih Buka

Tempat Duduk Terlalu banyak

Pembeli lebih 50 %

0 2 4 6 8 10

24 26 27 28 3

Jumlah

PPKM Periode II (23 Feb-8 Maret 2021)

Jenis Sanksi terhadap Pelanggar (Pelaku Usaha)

Teguran Pertama Teguran Kedua Teguran Tertulis Pembubaran Penutupan Himbauan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan nilai akhir juga masih menggunakan sistem perhitungan yang sangat sederhana, tidak ada perbedaan pembobotan untuk setiap kriteria calon pegawai, Cara yang

Selain itu, kepercayaan kepada pemimpin sebagai pencelah di antara amalan kepimpinan dan keberkesanan kepimpinan dan penyederhana pemilikan organisasi, hubungan

Akan tetapi jika gangguan pada jaringan makahal tersebut tidak bisa dilakukan oleh informan yang keempat, jika sinyal pada ponsel dirasa kurang memungkinkan dan

Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi yang mengisyaratkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih dan bertanggung jawab dengan mengacu pada

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa : Pengaruh Pengawasan Camat Terhadap Efektivitas Penyaluran Beras Untuk Rumah Tangga Miskin di

Terdapat dua kelas sel-sel di dalam plasma darah, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang berperan dalam transpor O 2 dan sel darah putih (leukosit) yang berfungsi dalam

Pemerintah Kota Surakarta membagikan Surat Edaran Walikota Surakarta No 067/ 4904 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 2 COVID-19 di Kota Surakarta

Untuk Usaha Sosial yang baru berdiri, Anda mungkin memiliki dana terbatas untuk mempekerjakan kandidat yang berpengalaman dan memiliki kemampuan hebat, sehingga Anda mungkin