39
BAB III
METODE PERENCANAAN 3.1 Wilayah Perencanaan
Perencanaan TPST ini berlokasi di Kelurahan Tembokrejo yang terletak di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Kelurahan Tembokrejo terletak pada ketinggian ±20 meter diatas permukaan laut. Kelurahan Tembokrejo memiliki luas wilayah 5,48 km2, dengan luas wilayah tersebut 0,39 km2 lahan pemukiman dan 5,09 km2 lahan sawah. Sarana Jalan di Kelurahan Tembokrejo hampir semuanya berupa Jalan beraspal, oleh karena itu sarana atau alat transportasi yang sering dijumpai adalah Kendaraan Roda 2 dan Roda 4. (Kecamatan Muncar dalam angka, 2018). Untuk lokasi Kelurahan Tembokrejo dapat dilihat pada Gambar 3.1
U
Gambar 3. 1 Peta Kelurahan Tembokrejo (Google Earth) 3.2 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kelurahan Tembokrejo adalah 28.968 jiwa dengan kepadatan penduduk 5.286 per km2 . Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Tembokrejo sebanyak 6.134 KK. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin terbagi menjadi laki – laki sebanyak 14.775 jiwa dan perempuan sebanyak 14.193 jiwa. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kelurahan Tembokrejo adalah sebagai Pertanian, Kehutanan,Perburuan dan Perikanan yaitu sebesar 4.383 jiwa, sebagai Industri Pengolahan sebesar 4.163 jiwa, sebagai Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan sebesar 1.568. (Kecamatan Muncar dalam angka, 2018).
3.3 Kerangka Perencanaan
Penyusunan kerangka perencanaan berfungsi untuk mengetahui tahapantahapan pada saat melakukan perencanaan dan sebagai pedoman dalam melakukan perencanaan sehingga mempermudah dalam proses perencanaan. Kerangka Perencanaan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangat diperlukan dalam proses perencanaan TPST ini.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer merupakan penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan data yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam perencanaan TPST.
Data primer yang diambil adalah data sampah di Kecamatan Muncar yang meliputi : a) Timbulan sampah, untuk mengetahui besar kapasitas TPST yang direncanakan di
Kelurahan Tembokrejo.
b) Volume sampah, untuk mengetahui kebutuhan lahan yang direncanakan di Kelurahan Tembokrejo
c) Komposisi sampah, untuk menentukan komponen fasilitas daur ulang sampah yang diperlukan TPST di Kelurahan Tembokrejo.
Gambar 3. 2 Kerangka Perencanaan Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan adalah data pendukung di Kecamatan Muncar yang meliputi :
- Data Geografis dan Peta wilayah Kelurahan Tembokrejo
- Data sosial ekonomi, karakteristik wilayah dan kependudukan di Kelurahan
Tembokrejo
- Data pertumbuhan penduduk 5 tahun sebelum tahun perencanaan - Profil persampahan di Kelurahan Tembokrejo.
Metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-3964-1995 :
1) Lokasi lokasi pengambilan sampel penelitian di Kecamatan Muncar. Sampel diambil di setiap kelurahan di Kecamatan Muncar. Kriteria lokasi pengambilan sampel yaitu:
a. Perumahan
● Permanen yang setara dengan tipe > 70
● Semi permanen yang setara dengan tipe 45-70
● Non permanen yang setara dengan tipe 21- 45 2) Frekuensi
Pengambilan sampel dilakukan 8 kali dalam seminggu termasuk hari kerja dan hari libur pada lokasi.
3) Penentuan Jumlah Sampel
Cara pengambilan sampel sampah dilakukan langsung di sumber sampah masingmasing perumahan. Jumlah sampel timbulan sampah dari perumahan dihitung berdasarkan rumus:
S = Cd √Ps Dimana:
S = Jumlah sampel (jiwa)
Cd = Koefisien perumahan
Cd = 1 ( kota besar / metropolitan )
Cd = 0,5 ( kota sedang atau kecil )
Ps = Populasi (jiwa)
Jumlah KK yang diamati :
K = 𝑆
𝑁
Dimana:
K = Jumlah sampel (KK)
N = Rata-rata jumlah jiwa per keluarga S
= Jumlah contoh jiwa
Laju timbulan sampah juga ditentukan oleh klasifikasi pemukiman. Berdasarkan SNI 19-3964- 1994 Tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan pemukiman diklasifikasikan atas permukiman permanen, non-permanen dan semi permanen. Komponen komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas-karton, kayu, kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu, keramik). Jumlah contoh timbulan sampah dari
perumahan adalah sebagai berikut :
Contoh dari perumahan permanen = (S1 x K) keluarga.
Contoh dari perumahan semi permanen = (S2 x K) keluarga. Contoh dari perumahan non permanen = (S3 x K) keluarga. dimana
:
S1 = Proporsi jumlah KK perumahan permanen dalam (25%) S2
= Proporsi jumlah KK perumahan semi permanen dalam (30%) S3 = Proporsi jumlah KK perumahan non permanen dalam (45%)
Jumlah penduduk Kecamatan Muncar pada tahun 2017 sebanyak 130.649 jiwa, maka jumlah sampel adalah :
S = Cd √Ps
130.649
Karena 1 rumah diasumsikan rata-rata terdiri dari 5 orang, maka :
K=
K= 36 Sampel rumah
Untuk memudahkan perhitungan maka jumlah sampel yang diambil menjadi 36 rumah dengan proporsi :
Perumahan Permanen (25%) = 9 rumah
Perumahan semi permanen (30%) = 11 rumah
Perumahan non permanen (45%) = 16 rumah
Setelah diketahui jumlah sampel KK yang harus diambil, selama 8 hari berturut-turut dilaksanakan pengambilan contoh sampah. Setiap KK diberikan kantong plastik dan diminta untuk memasukkan sampah yang dihasilkan setiap hari ke kantong plastik tersebut dan dilakukan penimbangan sampah setiap harinya sehingga diketahui ratarata jumlah sampah yang dihasilkan liter/orang/hari atau Kg/orang/hari.
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses pengambilan sampel antara lain:
a. Bahan
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kecamatan Muncar sehari.
b. Peralatan dan perlengkapan
1. Alat pengambil sampel berupa kantong plastik dengan volume 40 liter 2. Alat pengukur volume sampel berupa kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100
cm yang dilengkapi dengan skala tinggi
3. Alat pengukur volume sampel berupa kotak berukuran 50 cm x 100cm x 100cm yang dilengkapi dengan skala tinggi
4. Timbangan
5. Perlengkapan berupa alat pemindah seperti sekop 6. Sarung tangan
Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-3964-1994. Cara pengambilan dan pengukuran sampel timbulan sampah adalah sebagai berikut:
1. Dibagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 2. Dicatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
3. Dikumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah 4. Diangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran 5. Ditimbang kotak pengukur
6. Dituang secara bergiliran sampel tersebut ke kotak pengukur 40 liter (20 cm x 20 cm x 100 cm)
7. Dihentak 3 kali kotak sampel dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm, lalu jatuhkan ke tanah
8. Diukur dan dicatat volume sampah (Vs) 9. Ditimbang dan dicatat berat sampah (Bs) 10. Ditimbang bak pengukur 500 liter
11. Dicampurkan seluruh sampel dari setiap lokasi pengambilan dalam bak pengukur 500 liter
12. Diukur dan dicatat volume sampah 13. Ditimbang dan dicatat berat sampah
Cara pengukuran sampel komposisi sampah merupakan kelanjutan dari pengukuran timbulan sampah, tahap selanjutnya setelah pengukuran timbulan sampah adalah sebagai berikut:
1. Ambil sampah secara acak, masukkan ke dalam bak pengukur 500 liter sampai penuh
2. Dipilah sampel berdasarkan komponen komposisi sampah
3. Ditimbang dan dicatat berat sampah 4) Perhitungan Volume Sampah
Volume sampah diperoleh dari timbulan sampah yang dihasilkan satu orang dikalikan dengan jumlah penduduk pada kecamatan Muncar
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ = 𝑇𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 5) Perhitungan Residu Sampah
Pengurangan sampah yang dilakukan pada TPST Tembokrejo adalah menggunakan perhitungan mass balance Analisis mass balance digunakan untuk mengetahui jumlah sampah yang dapat direduksi atau residu. Perhitungan potensi reduksi sampah dengan mass balance analysis dilakukan dengan mengetahui jumlah timbulan sampah, komposisi sampah dan nilai recovery factor (Dirjen cipta karya,direktorat pengembangan penyehatan dan pemukiman 2016). Nilai recovery factor tiap material pada sumber sampah yang tidak dipilah dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Nilai Recovery Factor
Material Persentase recovery (%)
Rentang Tipikal
Kertas 40 – 60 50
Kardus 25 – 40 30
Plastik 30 – 70 50
Kaca 50 – 80 65
Kaleng Timah 70 – 85 80
Kaleng Alumunium 85 - 95 90
Sumber : Tschobanoglus, Theisen dan Vigil, 2013
Recovery factor bergantung pada penanganan sampah, sampah yang bercampur dan sampah yang sudah dipilah dari sumber sampah memiliki nilai persentase recovery factor yang berbeda. Nilai recovery factor tiap material yang telah dipilah dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Nilai Recovery Factor sampah dengan proses pemilahan
Material
Persentase recovey (%)
mpah dengan
pemilahan manual Pemilahan dengan mesin sortir sampah bercampur
Rentang Tipikal Rentang Tipikal
Kertas 60-95 90
Kardus 60-95 90
HDPE 80-95 90
PET 80-95 90
Plastik Campur 80-98 90
Kaca 80-98 90 50-90 80
Kaleng besi 80-95 90 65-95 85
Kaleng alumunium 85-95 90 60-90 75
Sumber : Tschobanoglus, Theisen dan Vigil, 2013
Recovery factor di dapat dari perbandingan komponen sampah yang masih bernilai ekonomi dengan berat sampah per komponen.
Berat recovery sampah organik = berat komponen sampah organik x recovery factor sampah organik
Volume recovery sampah organik = volume komponen sampah organik x recovery factor sampah organik
Berat total residu = berat sampah total yang masuk – berat sampah yang dikelola + residu awal
Volume total residu = volume sampah total yang masuk – volume sampah yang dikelola + residu awal
3.5 Metode Pengolahan Data
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan dan pembahasan perencanaan sebagai berikut :
1. Penentuan Metode Pemilahan
Metode pemilahan sampah ditentukan berdasarkan jenis sampah organik dan sampah anorganik yang nantinya akan dimanfaatkan untuk diambil nilai ekonomisnya.
2. Material Balance Analysis
Menguraikan proses pengolahan sampah yang akan dilakukan di TPST serta berapa banyak produk yang dihasilkan dan residu yang dihasilkan.
3. Diagram Alir TPST
Menggambarkan rangkaian kegiatan yang direncanakan dalam TPST.
4. Material Loading Rate
Loading Rate adalah perhitungan untuk menentukan beban pengolahan sampah tiap jamnya dengan menggunakan rumus :
(
5. Kebutuhan lahan, desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Kebutuhan lahan dan desain yang akan dirancang berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan serta dihitung juga sampai Rencana Anggaran Biaya.
𝑅𝐴𝐵 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 Desain yang akan dirancang meliputi :
1. Area penerimaan/dropping area;
2. Area pemisahan/separasi;
Area dropping atau penerimaan sampah adalah area kendaraan pengangkut sampah menurunkan sampah yang telah dibawa dan dikumpulkan di sebuah tempat. Kemudian dipisahkan oleh pekerja di area pemilahan, pemilahan yang dilakukan adalah memisahkan sampah organik yang bisa di kompos dan sampah anorganik yang dapat dijual kembali.
Tinggi maksimum timbulan sampah pada bak pemilah = 0,3 m (Pengelolaan sampah, PLP 2011)
Luas area = luas tempat sorting (pemilahan) + luas jarak antara a.
Area pemilahan sampah organic
𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟
b. Area pemilahan sampah anorganik
𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟
c. Luas area pemilahan
Luas area pemilahan = (luas lahan organik + luas lahan anorganik) + luas jarak antara
3. Area pencacahan dengan mesin pencacah;
Area pencacahan meliputi area alat pencacah dan area penampung sampah yang akan melalui proses pencacahan
Dimensi alat = P alat x L alat x T alat Luas alat = P alat x L alat
Luas total = luas penampang + luas alas + luas jarak antara 4. Area komposting
Setelah pencacahan sampah organik diletakan di lahan pengomposan Proses pengomposan sendiri memakai metode open windrow dengan penumpukan sampah yang telah dicacah setiap harinya. Pengomposan secara aerobik dilakukan selama 30-40 hari pada perencanaan ini dilakukan proses pengomposan selama 30 hari.
V pencacahan 30 hari = Volume hasil pencacahan x 30 hari Luas penampang = ((a+b)/2) x Tinggi
Kebutuhan panjang tumpukan = V pencacahan 30 hari / Luas penampang Luas area = Panjang tumpukan x Lebar tumpukan
5. Area pematangan kompos/angin;
6. Area Pengayak Kompos
Dimensi alat = P alat x L alat x T alat Luas alat = P alat x L alat
Luas total = luas alas + luas jarak antara
7. Area Penyimpanan Kompos dan Barang lapak
Area ini berguna sebagai tempat penyimpanan kompos dan menyimpan barang hasil sampah anorganik yang bisa dijual kembali
a. Area penyimpanan kompos
Volume kompos selama n hari = volume kompos x n hari Tinggi tumpukan = direncanakan
Luas area penyimpanan = Volume kompos selama n hari / tinggi tumpukan
b. Area penyimpanan barang lapak Lama penyimpanan = direncanakan Tinggi tumpukan = direncanakan
Volume barang lapak selama penyimpanan = volume barang lapak x lama penyimpanan
Luas area penyimpanan = Volume barang lapak selama penyimpanan / tinggi tumpukan
c. Luas area total
Luas area total = Luas area penyimpanan kompos + Luas area penyimpanan barang lapak
8. Bangunan kantor;
Luas bangunan kantor tergantung pada lahan yang tersedia dengan mempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain : pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencana pengoperasian TPA, tempat cuci kendaraan, kamar mandi/wc, gudang, bengkel dan alat pemadam kebakaran.
9. sarana air bersih dan sanitasi.
Toilet direncanakan berukuran 1,5 m x 2 m yang di luar nya akan disediakan tempat mencuci tangan.