• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

__________________________________________________________________

Laporan Kasus : Tatalaksana Rigid Gas Permeable (RGP) Lensa Kontak pada Anisometropia

Penyaji : Raden Fitri Fatimah Iskandar Pembimbing : dr. Ine Renata Musa, Sp.M(K)

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing:

dr. Ine Renata Musa, Sp.M(K)

Selasa, 28 Desember 2021 Pukul 07.30 WIB

(2)

1

RIGID GAS PERMEABLE (RGP) CONTACT LENS MANAGEMENT IN ANISOMETROPIA

Abstract

Introduction : Anisometropia is a refractive error in which both eyes have a power of refraction that differs from one diopter between the right and left eyes.

High anisometropia can cause binocular problems, such as diplopia or asthenopia.

Uncorrected anisometropia can cause complications in the form of lazy eye, which is known as amblyopia.

Purpose : To report the Rigid Gas Permeable (RGP) as the management of high myopia anisometropia in young adult patient.

Case report : A-19-year old female came to Refractive, Low Vision and Contact Lens Unit in National Eye Center Cicendo Eye Hospital with chief complaint of blurry vision during farsighting especially on her right eye. Best corrected visual acuity of the right eye was 0.63 using correction S -9.50 C -1.00 x 180 and left eye was 1.0 using correction S -1.00 C -0.50 x180. Patient was diagnosed as high myopia on right eye, compound myopia astigmatism on both eyes and anisometropic amblyopia on right eye. Patient then was managed RGP contact lens.

Conclusions : Treatment of high anisometropia can be done by giving contact lenses to maintain binocular vision so the image formed is not much different and the aniseikonia that occurs is minimal. The results using RGP contact lenses are better than glasses.

Keywords: Contact lens, Spectacles, Anisometropia, Amblyopia

I. Pendahuluan

Kelainan refraksi merupakan kelainan mata yang sering terjadi secara umum. Kelainan refraksi (Ametropia) terjadi akibat cahaya mata tidak mampu membuat sinar sejajar masuk ke dalam media refraksi tepat jatuh di retina tanpa adanya akomodasi. Kelainan refraksi antara lain ialah miopia, hiperopia, dan astigmatisma. Menurut WHO, 153 juta orang di seluruh dunia hidup dengan gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. 1-3

Anisometropia merupakan kelainan refraksi pada kedua mata memiliki kekuatan refraksi yang berbeda lebih dari satu dioptri antara mata kanan dan kiri.

Apabila anisometropia tinggi lebih dari 2-6 dioptri akan mengalami masalah binokular, seperti diplopia atau asthenopia. Kelainan anisometropia tidak

(3)

2

terkoreksi dapat menyebabkan komplikasi berupa mata malas yang biasa disebut dengan Ambliopia. Ambliopia adalah penurunan tajam penglihatan dengan koreksi terbaik, biasanya terjadi pada satu atau kedua mata, yang tidak berhubungan dengan kelainan struktrural anatomi mata maupun jaras visual. 1,6,7

Pada koreksi anisometropia, dapat terjadi perbedaan ukuran bayangan yang jatuh di retina akibat perbedaan kekuatan refraksi lensa kacamata yang digunakan.

Lensa kontak dapat mengatasi masalah tersebut dengan memberikan lapang pandang yang lebih luas. Pada kasus anisometropia, lensa kontak dapat menjadi alternatif penatalaksanaan.1-5 Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas penggunaan Rigid Gas Permeable (RGP) lensa kontak sebagai tatalaksana anisometropia.

II. Laporan Kasus

Seorang perempuan, Nn. R berusia 19 tahun datang ke Poliklinik Refraksi, Low Vision dan Lensa Kontak Pusat Mata Nasional (PMN) Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 17 November 2021 dengan keluhan tidak nyaman menggunakan kacamata, terasa pusing sejak ± 1 tahun SMRS. Pasien pertama kali menggunakan kacamata sejak SMP, saat itu pasien merasa kacamata sering pusing dan padangan buram. Pasien saat itu menggunakan kacamata dengan ukuran -9.00 pada mata kanan, dan mata kiri -0.50. Sejak pasien SMA, pasien merasakan kacamata kembali pusing dan tidak nyaman. Ukuran koreksi kacamata berubah menjadi mata kanan -9.00 dan mata kiri -1.00. Tidak ada keluhan mata merah dan penglihatan ganda. riwayat trauma, riwayat operasi mata, riwayat penggunaan obat tetes mata dalam waktu lama, riwayat kencing manis, riwayat konsumsi obat dalam waktu lama. Tidak ada riwayat penggunaan kacamata tebal pada keluarga. Pasien adalah mahasiswa, saat ini bersekolah online menggunakan komputer dan telepon genggam ± 5 jam per hari.

Pada pemeriksaan tanggal 17 November 2021 keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis serta tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan mata kanan adalah 1/60 sedangkan mata

(4)

kiri 0.2. Gerakan bola mata baik ke segala arah. Tekanan intraokular (TIO) pada mata kanan dan kiri normal menggunakan palpasi. Hasil pemeriksaan objektif refraktometer pupil kecil menunjukkan hasil S -10.25 C -1.50 x 148 pada mata kanan dan S – 1.25 C -1.00 x 180 pada mata kiri. Pemeriksaan lensometer kacamata pasien, mata kanan : S -3.00 = 1/60 dan mata kiri : S -1.25 = 0.63. Pemeriksaan subjektif pupil kecil didapatkan visus dasar mata kanan 1/60 dengan koreksi S -9.50 C -1.00 x 180 = 0.63 dengan pinhole tidak maju dan mata kiri 0.2 dengan koreksi S -1.00 C -0.50 X 180 = 1.0. Pasien merasa pusing menggunakan koreksi terbaiknya. Pemeriksaan penglihatan dekat secara binokuler didapatkan hasil 0.8 M dalam jarak baca 30 cm. Jarak antar pupil untuk penglihatan dekat 60 dan penglihatan jauh 62 mm.

Pemeriksaan sensitifitas kontras pada mata kanan dan kiri 1.25%.

Pemeriksaan Amsler’s Grid kedua mata didapatkan tidak ada skotoma maupun metamorfopsia. Pemeriksaan buta warna menggunakan ishihara pada kedua mata masih dalam batas normal. Pada tes cover-uncover tidak ditemukan adanya deviasi tropia maupun foria. Hasil pemeriksaan Worth’s Four Dot Test dengan koreksi kacamata pasien tidak ditemukan supresi maupun diplopia. Pemeriksaan segmen anterior kedua mata dalam batas normal. Pemeriksaan segmen posterior kedua mata dalam batas normal.

Pasien kemudian didiagnosis dengan Anisometropia ODS + Astigmatisme Miopia Kompositus ODS dan selanjutnya direncanakan untuk diberikan Rigid gas permeable (RGP) lensa kontak pada mata kanan dan kiri.

Gambar 1. Pemeriksaan Schirmer 1

Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo

(5)

4

Pada fitting RGP lensa kontak ada beberapa pemeriksaan yang diperhatikan.

Pada gambar 1 dapat dilihat penilaian kualitas air mata kanan dan kiri dengan tes Schirmer 1 menunjukkan hasil lebih dari 10 mm dalam lima menit. Tes tear break up time (TBUT) didapatkan lebih dari 10 detik. Parameter yang harus diukur saat fitting adalah diameter, base curve, dan kekuatan (power). Diameter RGP lensa kontak didapat dari hasil pengukuran Horizontal Visible Iris Diameter (HVID) dikurang 2 mm, yaitu 10 mm dikurang 2 mm menjadi 8 mm.

Pada gambar 2 pemeriksaan keratometri dilakukan untuk menentukan base curve RGP lensa kontak. Hasil keratometri mata kanan menunjukkan nilai K1 7.62 mm dan K2 7.29 mm. Hasil perhitungan base curve menggunakan rata – rata keratometri menjadi 7.46 mm dan dibulatkan menjadi 7.45. Pemeriksaan keratometri mata kiri dilakukan seperti mata kanan dengan menentukan base curve RGP lensa kontak. Hasil keratometri menunjukkan nilai K1 7.57 mm dan K2 7.30 mm. Hasil perhitungan rata- rata base curve adalah 7.44 mm dan dibulatkan menjadi 7.45. Dilakukan fitting dengan trial lensa kontak RGP Menicon EX diameter 9,2 dengan power lensa kontak -4.00 D.

Gambar 2. (A) Pemeriksaan keratometri mata kanan.

Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo

Pada gambar 3 (A-B) Evaluasi fitting lensa kontak dilakukan dengan pemeriksaan lampu celah untuk melihat sentrasi dan pergerakan lensa. Hasil fitting

(6)

menunjukkan dengan base curve 7.45, namun RGP terlihat loose fit. Kemudian dilakukan fitting dengan base curve 7.40 terlihat good fit dengan pergerakan lensa saat mata berkedip (version) dalam batas normal. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan over-refraksi dengan menggunakan trial lens didapatkan hasil S-6.00.

Pasien dapat mencapai tajam penglihatan 1.0 F pada mata kanan. Berdasarkan table vertex distance S-6.00 (VD= -5.50). Hasil fitting mata kiri menunjukkan base curve 7.45, namun RGP terlihat loose fit . Kemudian dilakukan fitting dengan base curve 7.40 terlihat good fit dengan pergerakan lensa saat mata berkedip (version) dalam batas normal. Dilakukan pemeriksaan over-refraksi dengan menggunakan trial lens didapatkan hasil S+2.50 . Pasien dapat mencapai tajam penglihatan 1.0 pada mata kiri. Pasien diberikan saran RGP lensa kontak dengan ukuran OD S -9.50 D/ Base curve 7.40/ Diameter 9.2 mm mata kanan dan OS S -1.50 D/ Base curve 7.40/

Diameter 9.2 mm. Pasien dapat mencapai tajam penglihatan 1.0 F pada mata kanan dan 1.0 mata kiri sehingga tajam penglihatan binocular 1.0 dengan koreksi RGP lensa kontak.

Gambar 3. (A-B) Pemeriksaan fitting RGP dengan fluorescein test mata kanan dan kiri. Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo

III. Diskusi

Kelainan refraksi miopia terjadi ketika sinar sejajar jatuh di depan retina saat mata tidak berakomodasi. Miopia dapat dilihat berdasarkan miopia ringan (< - 3.00 D), sedang (-3.00 D sampai 6.00 D) dan miopia tinggi (miopia gravior) (> - 6.00 D). Miopia dapat disertai dengan kelainan astigmatisme. Astigmatisme kondisi kelainan refraksi berupa sinar cahaya yang masuk ke dua titik yang difokuskan berbeda di retina. Astigmatisme dilihat berdasarkan posisi kedua titik fokus bayangan yang jatuh pada retina. Astigmatisme miopia kompositus merupakan astigmastime yang mana dua bayangan jatuh di depan retina.1,3,8,9 Pada kasus ini pasien memiliki koreksi refraksi terbaik S-9.50 C-1.00 x 180 pada mata kanan dan

(7)

6

S-1.00 C-0.50 x180 pada mata kiri. Diagnosis dari pasien ini adalah miopia gravior OD + astigmatisme miopia kompositus ODS.

Pada kondisi anisometropia dapat terjadi perbedaan kekuatan refraksi sebesar lebih dari satu dioptri pada satu atau lebih meridian. Keadaan ini mengakibatkan perbedaan bayangan yang jatuh di retina berbeda pada mata kanan dan kiri. Selain itu, anisometropia dapat mengakibatkan perbedaan ukuran bayangan yang terbentuk di retina disebut dengan Aniseikonia. Kelainan ini dapat menimbulkan terjadinya efek penglihatan ganda atau diplopia, menyebabkan supresi mata dengan kekuatan refraksi lebih besar sehingga menimbulkan efek ambliopia. Ambliopia adalah kondisi berkurangnya tajam penglihatan walau dengan koreksi terbaik terjadi baik unilateral dan bilateral, yang tidak berhubungan dengan kelainan struktural anatomi mata maupun jalur visual posterior.1,7,8 Pasien ini memiliki perbedaan kekuatan refraksi sferis yang signifikan pada kedua matanya, yaitu S-9.50 C-1.00 x 180 pada mata kanan dan S-1.00 C -0.50 x180 pada mata kiri.Tajam penglihatan terbaik pasien setelah koreksi sebesar 0.63 pada mata kanan dan 1.0 pada mata kiri. Hasil pemeriksaan oftalmologis segmen anterior dan posterior tidak ditemukan kelainan pada mata pasien.

Salah satu indikasi pemakaian lensa kontak adalah untuk mengoreksi gangguan refraksi, terapeutik, dan kosmetik. Kontraindikasi penggunaan lensa kontak yaitu pasien dengan riwayat infeksi berulang, alergi kronis, gangguan lakrimasi, higienitas yang buruk, kesulitan dalam menggunaan lensa kontak, dan bekerja di lingkungan yang kering serta berdebu.1,4,9 Beberapa tipe lensa kontak adalah lensa kontak lunak (soft contact lenses), rigid gas permeable (RGP) contact lenses, dan orthokeratology (Ortho K). Lensa kontak terbagi menjadi dua jenis berdasarkan kekuatan refraksinya, yaitu sferis dan torik. Pasien dengan astigmatisme kurang dari 1.0 D dapat menggunakan lensa kontak lunak sferis.

Ukuran astigmatisme yang besar maka penggunaan lensa kontak torik lunak atau RGP dapat menjadi pilihan.4,10-11 Dalam kasus ini pasien diberikan penatalaksanaan refraksi menggunakan lensa kontak RGP pada mata kanan dan kiri. Lensa kontak

(8)

RGP dapat memberikan koreksi optik dan tajam penglihatan yang lebih baik terutama untuk mengoreksi astigmatisme.

Fitting lensa kontak merupakan prosedur yang dilakukan pada pasien baru dianggap layak untuk menggunakan lensa kontak. Tujuan fitting kontak lensa untuk mencapai penglihatan terbaik yang tetap konstan saat pasien mengedip, mengevaluasi penggunaan kontak lensa, dan meminimalisir komplikasi. Mengukur parameter pada lensa kontak dengan diameter, base curve, dan kekuatan lensa (power). Pada lensa kontak RGP, diameter yang digunakan adalah 2 mm lebih kecil dari diameter kornea horizontal. Pemeriksaan keratometer dilakukan untuk menilai base curve. Pada lensa kontak RGP base curve didapatkan dari nilai rata- rata K1 dan K2. Kekuatan lensa kontak yang diberikan pada pasien disesuaikan dengan koreksi refraksi yang sudah didapatkan sebelumnya.1,9,11-12 Pasien diberikan saran RGP lensa kontak dengan ukuran OD S-9.50/ base curve 7.40/ diameter 9.2 mm mata kanan dan ukuran OS S-1.50/ base curve 7.40/ diameter 9.2 mm. Diameter lensa kontak didapat dari hasil pengukuran HVID, yaitu 10 mm dikurang 2 mm menjadi 8 mm. Pemeriksaan keratometri mata kanan pasien menunjukkan K1 7.62 mm dan K2 7.29 mm, sehingga hasil perhitungan base curve menggunakan adalah 7.46 mm dan disesuaikan dengan lensa kontak yang tersedia menjadi 7.40 dan 7.45.

Keratometri mata kiri nilai K1 7.57 mm dan K2 7.30 mm, hasil perhitungan base curve 7.44 mm dan disesuaikan dengan lensa kontak yang tersedia menjadi 7.40 dan 7.45

Melakukan evaluasi posisi lensa kontak salah satu penilaian yang penting.

Penilaian fitting menggunakan lampu celah dengan mengevaluasi parameter kenyamanan pasien, sentrasi lensa kontak, dan pergerakan lensa kontak. Apabila lensa tidak bergerak saat berkedip maka lensa kontak terlalu ketat dan gerakan yang berlebihan maka lensa kontak terlalu longgar. Setelah lensa kontak terpasang kekuatan refraksi pasien harus dievaluasi kembali dengan over-refraksi untuk menentukan kekuatan lensa kontak yang digunakan sudah tepat. Edukasi penggunaan lensa kontak seperti cara pemasangan dan pelepasan lensa kontak, penggunaan tetes mata, cara membersihkan dan perawatan lensa kontak penting

(9)

8

disampaikan kepada pasien untuk meminimalisir komplikasi.1,5,11-13 Hasil evaluasi fitting pada pasien ini menunjukkan good fit dengan sentrasi baik, pergerakan lensa saat mata berkedip dalam batas normal.

IV. Simpulan

Penanganan anisometropia yang tinggi dapat dilakukan dengan pemberian lensa kontak untuk mempertahankan penglihatan binokular agar tidak terjadi bayangan yang terbentuk tidak jauh berbeda dan aniseikonia yang terjadi minimal.

Hasil dengan menggunakan RGP lensa kontak lebih baik daripada kacamata.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cantor LB, Rapuano CJ, McCannel CA. Contact Lenses. Dalam: Brodie SE, Gupta PC, Irsch K, Jackson ML, Mauger TF, Strauss L, et al., editors. Basic Clinical Science Course: Clinical Optics. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2020. hlm. 205-37.

2. Riordan-Eva P, Augsburger JJ. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. Edisi ke-19. McGraw-Hill Education; 2017. hlm. 304–311.

3. Ang M, Wong TY. Updates on Myopia: A Clinical Perspective. Singapore:

Springer Singapore; 2019. hlm 1–15.

4. Bennett ES, Henry VA. Clinical Manual of Contact Lenses. Edisi ke-5.

Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2019. hlm. 2–45.

5. Wolffsohn JS, Dumbleton K, Huntjens B, Kandel H, Koh S, Kunnen CME, et al. CLEAR - Evidence-based contact lens practice. Contact Lens Anterior Eye. 2021;44(2):368–97.

6. Fu Z, Hong H, Su Z, Lou B. Global prevalence of amblyopia and disease burden projections through 2040 : a systematic review and meta-analysis.

2019;1–7.

7. Cantor LB, Rapuano CJ, McCannel CA. Contact Lenses. Dalam: Hered RW, Archer SM, Braverman RS, Khan AO, Lee KA, et al.editors. Basic Clinical Science Course: Pediatric Opthalmology and Strabismus. San Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2020. hlm 53–61.

8. Benjamin WJ. Borish’s Clinical Refraction. Edisi ke-2. Missouri: Elsevier Health Sciences; 2006. hlm. 1461–1508.

9. Yanoff M, Duker JS. Ophthalmology. Edisi ke-5. Elsevier; 2018. hlm.

1239– 1243.

10. Agarwal S, Agarwal A, Agarwal A. Dr Agarwals’ Textbook on Contact Lenses. Edisi ke-1. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2005.

hlm. 116–134.

11. Efron N. Contact Lens Practice. Edisi ke-3. Brisbane: Elsevier Health Sciences; 2018. hlm. 86–94.

12. Opačić D, Miljak S, Ćuruvija-Opačić K. The level of improvement of visual acuity in high corneal astigmatism with rigid gas permeable contact lenses. Coll Antropol. 2015 Mar;39(1):229-32. PMID: 26040096.

13. Wu, S.-S. (2015). Observation of the curative effect of rigid gas permeable contact lens in the treatment of adult high and special type ametropia.

International Eye Science. 15. 936-938.

Gambar

Gambar 1. Pemeriksaan Schirmer 1
Gambar 2. (A) Pemeriksaan keratometri mata kanan.
Gambar 3. (A-B) Pemeriksaan fitting RGP dengan fluorescein test     mata kanan dan kiri

Referensi

Dokumen terkait

29 Evolusi Pasar Evolusi Pasar Tahap kemunculan Tahap kemunculan Tahap pertumbuhan Tahap pertumbuhan Tahap kedewasaan Tahap kedewasaan Tahap penurunan Tahap penurunan Jika pertumbuhan

Individu dengan kelainan penglihatan warna akan menghasilkan pola kesalahan yang khas, nomor, dan posisi kesalahan dapat digunakan untuk mengarahkan diagnosis dan

Prosedur anestesi umum pada tatalaksana laserasi kanalikuli dengan COVID-19 dapat dihindari, apabila tidak terdapat trauma berat di daerah lain.. Teknik anestesi MAC

Blok Diagram Secara Keseluruhan Dari gambar 1, sistem kerja navigasi kapal laut berbasis image processing metode color detection terdiri dari 2 blok utama yaitu blok perangkat

Dalam kuliah Kalkulus pada tahun pertama, integral Riemann biasanya diperke- nalkan sebagai limit dari ‘jumlah Riemann’, tidak melalui integral Riemann atas dan integral Riemann

Sedangkan penyelesaian kerugian yang diaki- batka oleh bukan bendahara dilakukan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai- mana diatur dalam Peraturan

Pada kasus pertama pasien langsung disarankan pemeriksaan untuk penegakkan diagnosis dan tatalaksana kemoterapi, namun pada kasus kedua pasien tidak datang untuk kontrol

Manfaat yang dimiliki hand magnifier adalah harga relatif lebih murah, dapat mengatur jarak antara mata dan objek secara fleksibel, dan ringan sehingga mudah