• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

INCOME AND WELFARE LEVELS OF PALM OIL FARMERS IN JANGKANG DISTRICT SANGGAU REGENCY

R,Yulia Pratiwi1*, A. Hamid A. Yusra2, Dewi Kurniati3

1*Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjung Pura Pontianak

2Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjung Pura Pontianak

3Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjung Pura Pontianak

*Penulis korespondensi: tiwi.xiaomi2@gmail.com

ABSTRACT

Welfare is the arrangement of social, material, or physical and spiritual life through a sense of security, moral and inner and outer peace for citizens in building businesses and efforts to fulfill the proper desires of themselves, households and society. The purpose of this study is to determine the income level of the welfare level of oil palm farmers in Sape village, Jangkang District, Sanggau Regency. The research method is a survey method, while the sample uses a simple random method (simple random sampling). The research sample was 40 respondents from 414 oil palm farmer populations. The technique of collecting data through interviews using a questionnaire. The research variables used are the income of oil palm farmers from on-farm income, off-farm income and non-farm income as well as household expenses from food and non-food expenditure. The welfare level analysis is calculated based on the presentation of food consumption expenditure (Gilarso). The results of the research on the income and welfare of oil palm farmers obtained in Sape Village, Jangkang District, Sanggau Regency, were that the average income was Rp. 101,344,806 / year, the level of welfare based on the analysis of oil palm farmers' food consumption expenditures is included in the high welfare level category of 57.5% and is included in the category of medium welfare level 42.5%

Keyword: Income, Welfare, Palm Farmer

ABSTRAK

Kesejahteraan adalah penataan hidup kemasyarakatan, materi, ataupun jasmani dan rohani melalui rasa aman, moral dan kedamaian lahir dan batin bagi warga negara dalam membangun bisnis usaha memenuhi keinginan yang semestinya pada diri, rumah tangga maupun masyarakat.

Tujuan penelian ini mengetahui besarnya pendapatan tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit.

Penelitian ini menggunakan metode survey, sedangkan penentuan sampel secara acak sederhana. Sampel penelitian sebanyak 40 responden dari 414 populasi petani kelapa sawit.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Variabel penelitian yang digunakan yaitu pendapatan petani kelapa sawit bersumber pada pendapatan on farm,

(2)

pendapatan off farm dan pendapatan non Farm serta pengeluaran rumah tangga bersumber dari pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Analisis tingkat kesejahteraan dihitung berdasarkan presentasi pengeluaran konsumsi pangan (Gilarso). Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata pendapatan sebesar Rp. 101.344,806/tahun, tingkat kesejahteraan berdasarkan analisis pengeluaran konsumsi pangan petani kelapa sawit masuk dalam katagori tingkat kesejahteraan tinggi sebesar 57,5% dan masuk dalam katagori tingkat kesejahteraannya sedang 42,5%.

Kata kunci: Pendapatan, Tingkat kesejahteraan, Petani Kelapa Sawit

PENDAHULUAN

Indonesia dijuluki sebagai negara agraris yang memiliki daya alam sangat luas salah satunya bagian bidang pertanian, indonesia mempunyai 74,52 persen lahan pertanian dan 25,48 persen digunakan pembangunan lahan industri, bermukim dan lainnya (statistik, 2004). Peranan kelapa sawit sangat bermanfaat untuk industri minyak yaitu menjadi sumber bahan bakunya.

Masa ini Indonesia menghasilkan minyak sawit mentah tertinggi dengan total mencapai 85% dari produksi dunia. Pengelolaan Perkebunan Sawit di indonesia tidak hanya dilakukan oleh rakyat tapi sudah hampir digemari oleh pemerintah dan swasta. Meskipun manajemen pengelolaan dilakukan dengan cara tersendiri tapi bahan olahan nya adalah berasal dari kelapa sawit. Pertanian sangat berpengaruh dalam berlangsungnya hidup warga di Indonesia,maka prosedur kebijakan perlu diperhatikan sehingga hasil pertanian indonesia berkembang dan bertambah.

Kabupaten Sanggau mempunyai curah hujan 2500 mm hingga 3500 mm pertahun dengan distribusi rata-rata sebesar 100 mm untuk setiap bulannya, sehingga dapat mendukung pengembangan perekonomian daerah sebagai distributor kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat. Kecamatan Jangkang suatu wilayah yang memiliki dataran yang tinggi dan iklim dengan curah hujan yang stabil untuk berkebun tanaman kelapa sawit dan cukup potensial dalam pengembangan produksi kelapa sawit. Mayoritas penduduk di Kecamatan Jangkang ini berawal dari petani karet. Namun, anjloknya harga jual karet beberapa tahun belakangan, menyebabkan sebagian besar masyarakat beralih ke jenis tanaman perkebunan yang lain dengan mempertimbangkan banyak hal misalnya terhadap faktor iklim, cuaca, tanah dan harga jual produk yang cukup tinggi sehingga tidak menyebabkan kerugian bagi petani, dan salah satu jenis tanaman yang cocok untuk menggantikan perkebunan karet adalah tanaman kelapa sawit. Berikut ini penjabaran berbagai tanaman, luas lahan , produksi dan besaran petani yang terdapat di Kecamatan Jangkang di sajikan pada Tabel 1 berikut.

(3)

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Jangkang Tahun 2019 Jenis Tanaman

Luas Areal (Ha)

Jumlah Produksi (Ton)

TBM TM TT/TR Jumlah

Petani (KK)

(1) (3) (3) (4) (5) (6) (7)

Kelapa Dalam 2 63 12 77 24 360

Kakao 20 28 6 54 5 36

Lada 11 9 1 21 9 150

Kopi 2 5 3 10 2 84

Karet 4328 4840 1562 10784 4700 3700

Kelapa Sawit 300 1258 - 1558 3845 1200

Kelapa Hibrida - 1 - 1 1 1

Keterangan :

TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TT/TR : Tanaman Tua / Tanaman Rusak KK : Kepala Keluarga

Sumber : Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sanggau Tahun 2019

Petani di Kecamatan Jangkang terus berubah terhadap kemajuan jenis komoditas tanaman di wilayah tersebut. Pemilikan kebun kelapa sawit sebagian besar adalah kebun milik sendiri yaitu sekitar 50 sampai 80% , petani yang mempunyai kebun kecil yaitu ≤ 3 ha harus menambah pekerjaan lain guna pemenuhan kebutuhan . Masalah yang masih dihadapi oleh petani yaitu aspek pada harga produksi yang mengalami fluktuasi (naik-turun). Perkembangan rata-rata harga buah kelapa sawit setiap tahun berbeda menyebabkan rata-rata pemasukan yang dihasilkan petani bervariasi pada beberapa daerah di Kabupaten Sanggau (Gambar 1).

Gambar 1. Perkembangan Harga Buah Kelapa Sawit Tingkat Produsen di Kecamatan Jangkang Selama Satu tahun 2019-2020 (BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2020).

Perubahan nilai tandan buah segar (TBS) mempengaruhi pendapatan maupun kesejahteraan para pekebun khususnya petani kelapa sawit yang berada di Kabupaten Sanggau akibat lemahnya posisi tawar. Pendapatan kegiatan usahatani kelapa sawit yang didapatkan belum mampu mencukupi kebutuhan dasar rumah tangga. Pendapatan usahatani kelapa sawit yang rendah menyebabkan petani mencari pekerjaan lain seperti wiraswasta, buruh, berdagang, dan lain sebagainya. Usahatani yang dilakukan petani menjadi harapan untuk meningkatkan pendapatan sehingga keperluan hidup semakin terwujud. Nilai harga dan daya produksi menjadi faktor ketidakpastiaan, sehingga akan mengubah pendapatan petani yang dicapai

0 500 1000 1500 2000

Har ga/ Kg

Bulan

(4)

(Soekartawati,1990).

Kesejahteraan petani diperoleh berdasarkan tingkat pendapatan petani dan keuntungan yang didapat petani. Pengukuran kesejahteraan bersifat subjektif dan berbeda setiap individu atau keluarga. Namun, pedoman kesejahteraan berhubungan pada keperluan dasar, apabila keperluan dasar pada perorangan atau keluarga mampu terpenuhi, sehingga kesejahteraan tersebut telah tercapai. Berdasarkan latar belakang, pada penelitian mempunyai tujuan mengetahui pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit yang berada di Desa Sape Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian menggunakan metode survei. Metode survei adalah metode dalam mencapai kebenaran dari fenomena yang tersedia dan mendapat penjelasan dengan nyata, baik mengenai lembaga kemasyarakatan, perdagangan, dan tatanan dari satu organisasi ataupun daerah (Nazir, 2013). Sumber data penelitian berupa data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dikerjakan secara langsung dengan survei lapangan dan dilakukannya wawancara pada petani kelapa sawit di Desa Sape Kecamatan Jangkang, sedangkan pengumpulan data sekunder didapat secara mengakumulasikan data-data yang diterima pada lembaga berkaitan pada masalah peneliti meliputi studi kepustakaan dengan mempelajari dari buku, jurnal, artikel, dan berbagai informasi resmi seperti Statiktika Perkebunan Indonesia, BPS Kabupaten Sanggau, dan pemerintahan setempat.

Populasi penelitian yaitu petani kelapa sawit di Desa Sape Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau berjumlah 414 petani. Teknik pengambilan sampel dilakukan peneliti secara sengaja (purposive sampling) yang mempertimbangkan responden pada daerah tersebut lebih homogen terhadap kepemilikan lahan dan penerapan sarana dan prasarana, serta berdasarkan umur tanaman kelapa sawit. Penentuan sampel dalam penelitian menggunakan rumus slovin (Marmi, 2008), maka diperoleh sampel berjumlah 40 responden yang akan di pilih secara random.

Metode analisis menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif berfungsi menginterpretasi hasil analisis dengan menambahkan penjelasan dan pemahaman, sedangkan analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis berupa angka-angka menggambarkan perhitungan statistik, serta berfungsi mengetahui pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau. Metode pengolahan data yaitu digunakan metode tabulasi Microsoft Excel dan alat analisis tingkat kesejahteraan menurut Gilarso (1994).

1. Pendapatan Petani Kelapa Sawit a. Total biaya yang dikeluarkan

Rumus: TC = TFC + TVC Keterangan:

TC = Total cost (total biaya)

TFC = Total fixed cost (total biaya tetap)

TVC = Total variable cost (total biaya variabel). (Soekartawi, 1993) b. Total penerimaan yang diperoleh

Rumus: TR = Y . Py Keterangan:

TR = Total Revenue (total penerimaan) Y = Produksi yang didapatkan

(5)

Py = Harga Jual Produk. (Soekartawi, 1993) c. Pendapatan

Rumus: TR – TC Keterangan:

𝜋 = Jumlah Pendapatan yang didapat Perusahaan TR = Total Penerimaan yang diterima Perusahaan

TC = Total Biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan. (Soekartawi, 1993) 2. Pendapatan Total Petani Kelapa Sawit

Pendapatan total pekebun kelapa sawit yaitu menjumlahkan hasil pendapatan bersumber pada pendapatan on farm, pendapatan off farm, dan pendapatan non farm berasal dari usahatani kelapa sawit dan pendapatan keluarga berasal dari luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut:

Prt = Pusahatani+ P𝑜𝑓𝑓𝑓𝑎𝑟𝑚+ P𝑛𝑜𝑛𝑓𝑎𝑟𝑚 Keterangan :

Prt = Pendapatan rumah tangga petani pertahun Pusahatani = Pendapatan usahatani

Poff farm = Pendapatan dari pertanian tetapi di luar kegiatan usahatani Pnon farm = Pendapatan di luar pertanian

3. Tingkat Kesejahteraan Petani

Tingkat kesejahteraan petani dari konsumsi atau pengeluaran diukur menggunakan kriteria menurut Gilarso (1994) sebagai berikut: (a) Apabila pangan yang dikeluarkan sebesar >

75 % dari pendapatan keluarga petani pertahun maka tingkat kesejahteraan rendah; (b) Apabila pangan yang dikeluarkan sebesar 40 – 75 % dari pendapatan keluarga petani pertahun maka tingkat kesejahteraan sedang ; (c) Apabila pangan yang dikeluarkan sebesar < 40 % dari pendapatan keluarga petani pertahun maka tingkat kesejahteraan tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara garis besar, Desa Sape merupakan desa yang mempunyai masyarakat yang bekerja sebagai petani kelapa sawit. Selain bekerja sebagai petani sawit, masyarakat Desa Sape juga mempunyai sumber pendapatan lain. Pada dasarnya para keluarga petani kelapa sawit yang mempunyai pendapatan lain bertujuan untuk membantu atau menambah penghasilan untuk biaya kebutuhan hidup. Sumber pendapatan lain terbagi menjadi pendapatan off farm dan pendapatan non farm.

Pendapatan petani dari kelapa sawit merupakan sumber utama dari petani sawit dalam membiayai kebutuhan sehari-hari. Pembayaran atau penerimaan pendapatan dari penjualan tandan buah segar tersebut akan didapat para pekebun kelapa sawit setiap bulannya. Rata-rata penerimaan petani tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Rata-Rata Pendapatan Petani Kelapa Sawit (on farm) di Desa Sape Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau

No Uraian Rata-rata (Rp/thn)

1 Penerimaan 94.219.243

2 Total Biaya 9.496.716

3 Pendapatan On Farm 84,722,526

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2020

(6)

Tabel 2 menunjukkan penerimaan petani kelapa sawit sebesar Rp. 94.219.243 pertahun, total pengeluaran biaya petani tanaman kelapa sawit on farm ialah Rp. 9.496.716 pertahun, dan hasil pendapatan rata-rata on farm petani kelapa sawit sejumlah Rp. 84,722,526 pertahun.

Pendapatan total berasal dari usahatani kelapa sawit (on farm) maupun off farm dan non farm. Pendapatan pada on farm yaitu dari hasil TBS sawit, pendapatan off farm dari hasil upah buruh sawit, dan pendapatan non farm dari warung/toko, usaha pakaian, dan jasa. Pendapatan total petani kelapa sawit sebagai berikut:

Tabel 3. Rata-Rata Pendapatan Total Petani Kelapa Sawit di Desa Sape Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau

No Uraian Pendapatan Rata-rata (Rp/thn) Persentase

(%)

1 Pendapatan on farm 84.722.526 66,8

2 Pendapatan off farm 15.527.314 12,2

3 Pendapatan non farm 26.485.714 20,9

Jumlah 126.735.554 100%

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2020

Tabel 3 menunjukkan pendapatan total petani kelapa sawit on farm rata-rata sebesar Rp.

84.722.526 per tahun, pendapatan rata-rata off farm mencapai Rp. 15.527.314 pertahun serta pendapatan rata-rata non farm sebesar Rp. 26.485.714 pertahun (lampiran 4). Pendapatan on farm petani plasma sawit yang diterima setiap bulannya sangat berbeda-beda, hal tersebut disebabkan jumlah produksi yang tidak tetap dan harga pada buah segar (TBS) yang tidak tetap.

Pendapatan off farm diperoleh dari borongan atau buruh sawit dan upahnya akan dibayar bersamaan dengan penerimaan pendapatan on farm setiap bulannya. Sedangkan pendapatan non farm adalah usaha sampingan untuk menambah pendapatan selain on farm yaitu dari usaha warung, berjualan pakaian, dan penggunaan jasa.

Tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit yang diteliti, dinilai dengan memperbandingan persentase besarnya pengeluaran pangan petani kelapa sawit terhadap total pendapatan yang diperoleh usahatani kelapa sawit dan usaha lainnya. Berikut ini disajikan penggolongan tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit.

Tabel 4. Penggolongan Tingkat Kesejahteraan Responden Berdasarkan Pengeluaran Konsumsi

No Tingkat

Kesejahteraan

Pengeluaran Pangan

Jumlah Responden

Persentase (%)

1 Rendah > 75 0 0

2 Sedang 40-75 17 42,5

3 Tinggi < 40 23 57,5

Jumlah 40 100%

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2020

Tabel 4 menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kelapa sawit di Desa Sape yang diukur berdasarkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi rata-rata sebesar Rp.34.158.575 /tahun. Tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit sebagian besar termasuk dalam golongan tingkat kesejahteraan tinggi berjumlah 23 responden atau sebesar 57,5% dan tingkat kesejahteraan sedang berjumlah 17 responden atau sebesar 42,5% serta tidak terdapat kategori rendah dalam usahatani kelapa sawit tersebut. Hal ini disebabkan harga tandan buah

(7)

segar (TBS) kelapa sawit terdapat kenaikan, maka rata-rata pendapatan petani kelapa sawit sangat tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga petani.

Kebutuhan keluarga petani kelapa sawit Desa Sape meliputi pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi maupun non konsumsi. Kebutuhan konsumsi diukur dari pengeluaran golongan pangan yang meliputi padi-padian, lauk pauk, sayuran, minyak/lemak, gula, kopi dan teh, bumbu dapur, dan rokok, sedangkan pengeluaran non pangan meliputi biaya pendidikan, pakaian dan kesehatan. Pengeluaran rumah tangga pada dasarnya tidak hanya menggambarkan tingkat kemiskinan satu keluarga akan tetapi dapat juga mencerminkan tingkat kesejahteraan.

Pengeluaran rata-rata konsumsi pangan dan non pangan akan disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Pangan dan Konsumsi Non Pangan Petani Kelapa Sawit

No Jenis pengeluaran Rata-rata (Rp/thn) Persentase (%)

1 Konsumsi pangan 24.309.013 71,16

2 Konsumsi non pangan 9.849.563 28,84

Jumlah 34.158.575 100%

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2020

Tabel 5 menjelaskan rata-rata pengeluaran konsumsi pangan lebih tinggi sebesar Rp.

24.309.013 atau mencapai 71,16% pertahun dibandingkan pengeluaran konsumsi non pangan sebesar Rp. 9.849.563 atau 28,84% pertahun. Tingginya pengeluaran pangan disebabkan pemenuhan kebutuhan pangan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kesimpulan hasil pendapatan penelitian dan tingkat kesejahteraan petani desa Sape Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau sebagai berikut: (1) Pendapatan petani kelapa sawit (on farm) di Desa Sape Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau rata-rata adalah sebesar Rp.

84.722.526/tahun, pendapatan off farm sebesar Rp. 15.527.314/tahun, dan pendapatan non farm sebesar Rp. 26.485.714/tahun. Total pendapatan petani kelapa sawit sebesar Rp.101.344.806 /tahun ; (2) Hasil analisis tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit di Desa Sape Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau termasuk ke dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi yang diindikasikan dari segi konsumsi atau pengeluaran pangan rumah tangga < 40% dengan persentase responden 57,5%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan kesimpulan, penulis menyampaikan masukan dan kritikan meliputi: (1) Bagi petani, dalam meningkatkan jumlah produksi mendatang yang akan meningkatkan pendapatan, perlu adanya perawatan untuk tanaman sesuai petunjuk budidaya seperti pada pemupukan sesuai anjuran dan teknis budidaya. Hal tersebut disebabkan intensitas petani responden dalam perawatan masih termasuk rendah; (2) Penyuluh pertanian lebih aktif mendatangi para petani dan membuat program terkait pada pengolahan tanaman kelapa sawit yang berfungsi untuk memberikan penyuluhan berupa peralihan informasi dan teknologi yang dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi ; (3) Bagi para petani

(8)

kelapa sawit pada tingkat kesejahteraan tinggi supaya lebih meningkatkan produktivitas kebun dengan cara memberikan perawatan tanaman kelapa sawit secara rutin untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi, mengurangi pengeluran konsumsi non pangan secara berlebihan, memberi kesempatan dan dukungan anggota keluarga petani untuk ikut berperan dalam suatu lembaga masyarakat, memberikan sumbangan kegiatan sosial dan menggunakan sebagian pendapatan untuk biaya kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. 2001. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Alfrida, A., Noor, T. I. 2017. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH. Vol 4. No. 3, hal 426-433. Diakses pada 04 April 2020.

Andajani, T. K. 2010. Peranan Pertanian dalam Sistem Perekonomian Indonesia(Modul 2). UB Press. Malang.

Anggraini, H. F., Lestari, D. A. H., Adawiyah, R. 2015. Pendapatan dan Kesejahteraan Peternak Kambing Pe Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 3.

No. 4, hal 393-401. Diakses pada tanggal 14 April 2020.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2015. Pemupukan Spesifik Lokasi.

http://pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 18 Mei 2020

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2007. Badan Pusat Statistik.

Jakarta.

Badan Pusat Statistik Sanggau. 2019. Kecamatan Jangkang Dalam Angka 2019.

http://sanggaukab.bps.go.id. Diakses pada tanggal 3 April 2020.

Barita, Sharma, 2009 Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Masyarakat Petani Desa Sungai Nipah Kecamatan Teluk Pakedai. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.

Dedi Muttakin. 2014. Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Usahtani Kelapa Sawit Pola Sawadaya di Desa Kepau Jaya Kabupaten Kampar. Jurnal RAT 3 (1).

Diakses pada tanggal 14 April 2020.

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. 2019. Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Kabupaten Sanggau, 2019. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.

Gilarso 1992:44. Tingkat Kesejahteraan Pengeluaran Pangan Pokok Rumah Tangga.

Yogyakarta.

Pahan, Iyung, 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta

Setyamidjaja,1991. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius Soekartawi, 1986. Analisis Usahatani. UIP. Jakarta.

Soeparmoko, 1991. Metode Penelitian Praktis. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta.

Sudarman, 1986. Teori Ekonomi Mikro. BPPE, Yogyakarta.

Suwarto, 2009. Konsumsi Rumah Tangga Tani Di Kabupaten Gunungkidul Menurut Kelembagaan Lahan Dan Tenaga Kerja Pada Usaha Tani. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Yantu, Rinawati, M.R, Rustam Abd, Rauf 2013. Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Masyarakat Tani Padi Sawah Di Desa Karawana Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Todoloku Palu.

Gambar

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Jangkang Tahun 2019  Jenis Tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula KSB (kemiri sunan 25% + bandotan 5%) pada konsentrasi 10 ml/ l menghasilkan nilai persentase serangan PBK terendah, sedangkan formula

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan dari hasil analisis regresi disimpulkan bahwa kompensasi

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu memilih dengan sengaja terhadap petani kelapa sawit yang memiliki kriteria yaitu pekerjaan pokok sebagai petani

Terkait dengan kondisi fasilitas tersebut, penelitian ini juga mengemukakan secara sekilas faktor tata ruang kewilayahan terminal Purwoasri dalam Rencana Tata Ruang

Menurut Brown dan Walter (1993), menyatakan bahwa soal dapat dirumuskan melalui beberapa situasi, antara lain: gambar, benda manipulatif, permainan, teorema/konsep,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat peneliti berikan, yaitu : (1) Bagi guru yang ingin menggunakan media pembelajaran

Pendapatan usahatani sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan Budong – Budong Kabupaten Mamuju Tengah dan petani

fisik CentOS mengalami penurunan kecepatan download lebih rendah dari pada CentOS saat kondisi normal hingga kondisi flooding minimal, sedangkan pada kondisi