• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTEK PENYEMBELIHAN AYAM POTONG DI PASAR ANGSO DUO DITINJAU DARI FATWA MUI NOMOR 12 TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PRAKTEK PENYEMBELIHAN AYAM POTONG DI PASAR ANGSO DUO DITINJAU DARI FATWA MUI NOMOR 12 TAHUN 2009"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTEK PENYEMBELIHAN AYAM POTONG DI PASAR ANGSO DUO DITINJAU DARI FATWA MUI NOMOR 12 TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Hukum Ekonomi Syariah Pada Fakultas Syariah

SITI AISYAH SHE.162084

DOSEN PEMBIMBING:

Dra. MASNIDAR, M.E.I PIDAYAN SASNIFA, SH.,M.Sy

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya akan menerima konsekuensi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

ii

(3)

Pembimbing I : Dra. Masnidar., M.E.I Pembimbing II : Pidayan Sasnifa., SH.,M.Sy

Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi

Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

Jambi, Maret 2020 Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Di JAMBI

PERSETUJUAN PEMBIMBING Assalamualaikum wr wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari Siti Aisyah, SHE. 162084 yang berjudul:“ Praktek Ayam Potong Di Pasar Angso Duo Ditinjau Dari Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009”Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam program studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamualaikum wr wb.

iii

(4)

4180

iv

(5)

MOTTO











































Artinya : Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik. (QS. Al- An’am : (6) ayat 121.

v

(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena sudahmenghadirkan orang-orang berarti disekeliling saya.Yang selalu memberi semangat dan doa, sehingga skripsi saya ini dapat diselesaikan dengan

baik.

Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk Ayahanda (Sayidina Usman) dan ibunda (Zuryana), beliaulah yang senantiasa mendo’akan setiap

saat, memberikan motivasi, dukungan serta membuat saya semangat untuk menyeselsaikan skripsi ini

Terimakasih selanjutnya untuk adik saya (Yuli Fitriyani) dan (Tris Kurniawan) dan beserta keluarga besar (Family Abdullah) yang senantiasa

memberi saya motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk teman sekaligus keluargadi prodi Hukum Ekonomi Syariah senasib, seperjuangan dan sepernanggungan, terima kasih atas canda tawa dan

solidaritas yang sangat luar biasa selama ini.

Terima kasih juga buat ibu pidayan sekaligus pembimbing saya dan juga sebagai ibu kosan terutama yang sudah banyak membantu, menasehati,

dan sebagainya saya ucapkan banyak-banyak terima kasih atas segala yang mereka berikan yang terbaik buat kami satu kosan dan juga temen-temen, dan

adik-adik kosan yang saya cintai tak saya lupakan kenangan bersama kalian semua.

Serta orang-orang yang membantu lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak.

vi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Praktek Penyembelihan Ayam Potong Di Pasar Angso Duo Ditinjau Dari Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009.

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu dan memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kejanggalan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA. Ph. D, Sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag.,MH Sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Agus Salim, S.Th.I.,MA.,M.IR.,Ph Sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan.

4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,M.Hum Sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.

vii

(8)

5. Bapak Dr. H. Ishak, SH.,M.Hum Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

6. Bapak Rasito, SH., M.Hum dan IbuPidayan Sasnifa, SH., M.Sy Sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Ibu Dra. Masnidar, M.E.I dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M.Sy sebagai pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen dan Seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.

10. Kepala Pengelolah Pasar Angso Duo Kota Jambi beserta Karyawan/i yang telah membantu dan menerima saya dengan baik untuk memberikan data-data informasi yang saya butuhkan.

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT.

Kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.

Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi, 19 Maret 2020

Siti Aisyah SHE. 162084

viii

(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Praktek Penyembelihan Ayam Potong Di Pasar Angso Duo Ditinjau Dari Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009”. Skripsi ini bertujuan Ingin mengetahui praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi , Ingin mengetahui praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi menurut Sertifikasi Penyembelihan Halal MUI No.12 Tahun 2009. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif dengan pendekatan penelitian yuridis normatif, metode yang digunakan pengumpulan data melalui observasi wawancara dan dokumentasi. Hasil dan penelitian menunjukkan bahwa praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi penyembelihan yang terjadi pada agen ayam potong tersebut. Penyembelihan dilakukan oleh karyawan yang beragama Islam agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat muslim dan sedangkan agen ayam potong sebagai pemiliknya hanya melakukan transaksi jual beli serta kegiatan lainnya. Dari hasil wawancara yang didapatkan bahwa tata cara penyembelihan yang dilakuakan lakukan kurang tepat dalam setiap penyembelihan ayam potong mengucapkan sekali basmallah dengan sistem massal, terkait penyembelihan yang dilakukan tersebut tidak sesuai dalam Fatwa MUI yang seharusnya. Maka penyembelihan ayam potong di pasar angso duo dinyatakan haram dan diragukan kehalalannya. Setelah diadakan sosialisasi pertemuan antara pemilik agen ayam potong dengan Fatwa MUI oleh pengelola pasar berdasarkan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009. Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal yang telah ditetapkan Bahwa pelaksanaan penyembelihan hewan di dalam Islam harus mengikuti tata cara yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat muslim. Selanjutnya di Pasar Angso Duo Menurut Fatwa MUI mengatakan bahwa penyembelihan seharusnya yang dilakukan setiap kali pemotongan hewan perekor membaca dengan basmallah, menghadap kearah kiblat, menggunakan alat yang tajam, serta di lakukan oleh orang yang sudah baligh, dan beragama Islam. Dengan demikian setelah praktek penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo diberikan arahan dari Fatwa MUI maka dinyatakan kehalalan dalam penyembelihannya.

Kata Kunci: Praktek Penyembelihan, Ayam Potong, Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009.

ix

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL JADWAL PENELITIAN ... 30 TABEL PEMASARAN PASAR TRADISIONAL KOTA JAMBI ... 37 TABEL UKURANTEMPAT LESEHAN PASAR TRADISIONAL

ANGSO DUO KOTA JAMBI ... 37 TABEL PRODUK YANG DIPERJUAL BELIKAN DI PASAR

ANGSO DUO KOTA JAMBI ... 38 TABEL STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PENGELOLA PASAR ANGSO DUO KOTA JAMBI ... 30

x

(11)

DAFTAR SINGKATAN MUI : MajelisUlamaIndonesia

UIN : UniveristasIslamNegeri

hlm : Halaman

dkk : DanKawanKawan

LOS : LembagaOmbudsmanSwastaRumahBesarPanjang/Pasar

WTC : WorldTradeCenter

Q.S : Al-Quran Surah

SAW : Sallah alaihi wassalam

SWT : Subhannallah wataala

Kabag :KantorBagian

xi

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Konseptual ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 22

BAB II METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Sifat Penelitian ... 25

B. Jenis dan Sumber Data ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data ... 26

xii

(13)

D. Teknik Analisis Data ... 27

E. Sistematika Penulisan ... 29

F. Jadwal Penelitian ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Pasar Angso Duo Kota Jambi ... 31

B. Letak Geografis Pasar Angso Duo Kota Jambi ... 35

C. Visi dan Misi Pasar Angso Duo Kota Jambi ... 36

D. Sistem Pemasaran Ayam Potong Pasar Angso Duo Kota Jambi ... 36

E. Produk-Produk Yang Diperjual Belikan Di Pasar Angso Duo Kota Jambi ... 38

F. Struktur Organisasi Kantor Pengelola Pasar Angso Duo Kota Jambi ... 40

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Praktik Penyembelihan Ayam Potong Di Pasar Angso Duo Kota Jambi ... 41

B. Praktik Penyembelihan Ayam Potong Menurut Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal ... 48

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

C. Kata Penutup ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

xiii

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Makanan merupakan kebutuhan dasar utama untuk manusia, sehingga sangat penting menjaga ketersediannya. Makanan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik, sedangkan yang buruk adalah kebalikannya. Oleh karena itu untuk manusia Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memakan makanan yang baik dan melarang mereka memakan makanan yang buruk.

Dalam Islam penyembelihan hewan ternak sebelum di konsumsi merupakan salah satu hal yang sangat penting. Di samping belakangan di temukan tentang alasan kesehatan, binatang yang di sembelih bukan atas nama Allah menjadi haramnya untuk di makan. Karena pentingnya makanan halal bagi muslim, maka memberikan perhatian penuh pada makanan dari sumber hewani yang akan di konsumsi menjadi penting. Terutama pada proses penyembelihan dan pengelohannya. Perhatian ini dianggap perlu karena semakin banyak dan kompleksnya jenis makanan yang menurut sebagian orang dianggap modern dan memenuhi syarat kesehatan, tetapi tidak jelas halal haramnya karena tidak jelas penyembelihannya.1

Islam adalah salah satu agama yang membawa petunjuk kebaikan bagi umat manusia. Islam memberi petunjuk kepada manusia setiap kehidupannya termasuk dalam hal makanan. Seorang muslim harus memakan yang sehat dan halal. Hewan

1Novita Nanda Sari: Pemotongan Ayam Oleh Pedagang Ayam Potong Di Pasar Tradisional Sukaramai Medan Area Kota Medan (Tinjauan Menurut Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal Menurut Fatwa MUI No. 12 Tahun 2009). Skrpsi, (Medan, Universitas Islam Negeri (Uin) Sumatera Utara medan, 2018), hlm. 05.

1

(15)

2

konsumsi tidak halal dimakan kecuali dengan penyembelihan secara syariat kecuali ikan dan belalang.2 Penyembelihan adalah sengaja memutus saluran makanan, tenggorokan dan dua pembulu darah hewan dengan alat yang tajam. Penyembelihan dilakukan untuk melepaskan nyawa binatang dengan jalan yang paling mudah, yang kiranya meringankan dan tidak menyakiti.3

Halal haram bukanlah persoalan sederhana yang di abaikan, melainkan masalah yang amat penting dan mendapatkan perhatian dari agama secara umum.

Karena masalah ini tidak menyangkut hubungan antara sesama manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan. Ketika Allah menghalalkan hal-hal yang baik kepada umat manusia, tidak ada maksud pengharaman itu kecuali untuk kemaslahatan umat manusia.4

Syarat yang harus di penuhi dalam penyembelihan adalah memotong urat leher dan penyembelihannya adalah seorang Muslim. Ada dua syarat lagi yang harus perlu di perhatikan yaitu: Pertama, Niat berkehendak hati untuk menyembelih agar halal di makan.5 Kedua, membaca basmallah ketika hendak menyembelih. Terkait membaca basmallah ketika menyembelih secara tekstual di sebutkan dalam Ayat Al-Qur’an.

Penyembelihan secara syariat Islam disini yaitu penyembelihan yang di lakukan sesuai dengan ketentuan yang diajarkan oleh syariat Islam seperti yang diatur

2 F.M Nashar, Antara Halal Dan Haram, (Bandung: Angakasa, 2013),hlm..10

3 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, (Bandung: Jabar, 2007), hlm., 67.

4 Ma‟ruf Amin, dkk, Himpunan Fatwa MUI sejak 1975,(Jakarta: Erlangga, 2011), hlm.916

5Rohadi Abdul Fatah, Pedoman Pemotongan Hewan Secara Halal,.(Jakarta: Kementrian Agama, 2010). hlm.17.

(16)

3

dalam Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal yang telah di tetapkan.6

Bahwa pelaksanaan penyembelihan hewan di dalam Islam harus mengikuti tata cara yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat muslim. Dalam pelaksanaan proses penyembelihan hewan, banyak sekali toko pemotong hewan yang memanfaatkan peralatan modern seiring dengan perkembangan teknologi, sehingga muncul beragam model penyembelihan dan pengelolahan yang menimbulkan pertanyaan terkait dengan kesesuaian pelaksanaan penyembelihan tersebut dengan hukum Islam. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya fatwa MUI tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal untuk dijadikan pedoman.

Berdasarkan pada Ketentuan Fatwa MUI yang menjelaskan tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal tersebut ;

1. Ketentuan Hukum: Standar hewan yang di sembelih.

a. Hewan yang di sembelih adalah hewan yang boleh dimakan.

b. Hewan harus dalam keadaan hidup ketika disembelih.

c. Kondisi hewan harus memenuhi standar kesehatan hewan yang di tetapkan oleh lembaga yang di miliki kewenangan.

2. Standar penyembelihan,

a. Beragam Islam dan sudah akil baligh.

b. Memahami tata cara penyembelihan secara syar’i.

6Ibid, hlm.03.

(17)

4

c. Memiliki keahlian dalam penyembelihan.

3. Standar alat penyembelihan, a. Alat penyembelihan harus tajam,

b. Alat dimaksud bukkan kuku, gigi/taring atau tulang. Standar proses penyembelihan,

c. Penyembelihan di laksanakan dengan niat menyembelih dan menyebut atas nama Allah.

d. Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan saluran makanan (mari’/esophagus), saluran pernafasan/tenggorokan (hulkun/trachea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan arteri carotids).

e. Penyembelihan dilakukan dengan satu kali dan secara cepat.

f. Memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewan sebagai tanda hidupnya hewan (hayyah mustaqirrah).

g. Memastikan matinya hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut.7

Berdasarkan observasi pada tanggal 04 januari 2020 terdapat di pasar angso duo Kota Jambi ada beberapa pemilik agen ayam potong yang menmesan ayam dengan jumlah yang di antaranya Koko yang mempunyai karyawan sebanyak 5 orang yaitu Ijat, Sumardi, Ali, Munir, dan Herman”.8 Hal ini memb permintaan ayam dari konsumen sangat banyak sehingga membuat karyawan yang bagian potong ayam

7 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal, (Jakarta: komisi Fatwa MUI, 2009).

8Wawancara dengan koko pemilik agen ayam potong pasar angso duo kota jambi. 4 Januari 2020.

(18)

5

pada saat pemotongan beliau melakukan pada potongan ayam pertama membaca bismillah dan ayam selanjutnya dan seterusnya tidak membaca bismillah, oleh sebab itu mereka menyembutnya penyembelihan secara massal. Dan pada saat itu juga penulis melihat kejadian pemotongan ayam tidak menghadap kearah kiblat.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul Praktek Penyembelihan Ayam Potong Di Pasar Angso Duo Ditinjau Dari Fatwa Mui Nomor 12 Tahun 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi?

2. Bagaimana praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi menurut Sertifikasi Penyembelihan Halal MUI No.12 Tahun 2009?

C. Batasan Masalah

Melihat identifikasi latar belakang masalah diatas maka penulis membatasi masalah hanya pada praktek tata cara penyembelihan Ayam Potong Di Pasar Angso Duo Ditinjau Dari Fatwa Mui Nomor 12 Tahun 2009.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitan

a. Ingin mengetahui praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi.

(19)

6

b. Ingin mengetahui praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi menurut Sertifikasi Penyembelihan Halal MUI No.12 Tahun 2009.

2. Manfaat Penelitian

Selain ada tujuan yang ingin dicapai diharapkan juga dapat memberi manfaat atau kegunaan penelitian, antara lain sebagai berikut:

a. Secara akademis, diharapkan dapat memberi masukan dalam upaya mengembangkan khasanah penelitian tentang sistematika, dan praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi menurut Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal.

b. Penelitian ini diharapkan menambah cakralawa berpikir bagi penulis serta untuk menambah keilmuan dan pengetahuan kepada masyarakat untuk mengetahui praktik penyembelihan ayam potong menurut Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal.

c. Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) pada Fakultas Syariah di jurusan Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Konseptual

Standar Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 12 Tahun 2009 menjelaskan bahwa, dalam Ketentuan Umum: Gagal penyembelihan adalah hewan yang disembelih dengan

(20)

7

tidak memenuhi Standar Penyembelihan Halal. Fatwa standar penyembelihan halal.

1. Pengertian penyembelihan

Menurut bahasa menyembelih artinya baik dan suci. Yang dimaksudkan ialah hewan yang di sembelih sesuai dengan aturan syariat menjadikan hewan yang disembelih itu baik dan suci serta halal untuk dimakan. Sedangkan menyembelih menurut istilah adalah mematikan atau mematikan hewan dengan cara memotong saluran napas dan saluran makanan serta urat nadi utama di lehernya dengan pisau, pedang, atau alat lain yang tajam sesuai dengan ketentuan syariat, kecuali tulang dan kuku agar halal dimakan.9

Penyembelihan menurut Kamus Dewan berarti perbuatan menyembelih, pemotongan. Menurut Kamus Indonesia pula berarti memotong atau menggorok leher. Dalam bahasa Arab menggunakan kata Al-Zabh (ﺢﺑﺬﻟا). Bagi penulis kitab- kitab fikih menggunakan istilah Al-Zabaih dari kata jamak Zabh yaitu memotong.

Menggunakan Al-Zabaih karena terlalu banyak alat yang dapat di gunakan untuk menyembelih hewan. Menurut madzhab Hanafi dan Maliki, penyembelihan adalah tindakan memotong urat-urat kehidupan yang ada pada hewan itu, yaitu empat buah urat: tenggorokan, kerongkongan dan dua urat besar yang terletak di bagian samping leher.P9F10P

9 Rohadi Abdul Fatah, Pedoman Pemotongan Hewan Secara Halal, Hlm.20.

10 F.M Nashar, Antara Halal Dan Haram, (Bandung: Angakasa, 2013),Hlm. 11.

(21)

8

2. Dasar hukum penyembelihan a. Al-qur’an

Dasar hukum penyembelihan, diantaranya Firman Allah dalam surah Al- An’am ayat 118 sampai dengan 121:























Artinya : Maka makanlah dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.11



















































...

Artinya : Dan mengapa kamu tidak mau memakan dari apa (daging hewan) `yang ketika disembelih disebut nama Allah, padahal Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya kepadamu, kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa. Dan sungguh, banyak yang menyesatkan orang dengan keinginannya tanpa dasar pengetahuan. Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.12

Ayat-ayat di atas mengajarkan kepada umat Islam agar memakan binatang halal yang disembelih dengan nama Allah. Sebaliknya, orang-orang mukmin di larang memakan bangkai dan binatang yang disembelih bukan atas nama Allah, seperti binatang yang di sembelih untuk penghormatan kepada berhala sebagaimana yang di lakukan oleh orang-orang musrik Arab. Hijazi, mengatakan, orang-orang

11 QS. Al-An’am (6): 118.

12 QS. Al-An’am (6): 119.

(22)

9

musrik Arab menjadikan sembelihan sebagai ibadah. Mereka menyembah tuhan dan patung dengan cara menyembelih binatang.

Ayat di atas di akhiri dengan ungkapan inkuntum bi’ayatihi mu’minin (jika kamu beriman kepada ayat-ayat Nya). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang memakan suatu makanan erat kaitannya dengan iman. Di antara indikator keimanan seseorang di tandai dengan makanannya; ia hanya memakan makanan binatang yang halal yang di sembelih dengan nama Allah. Sebaliknya, perilaku memakan makanan yang haram seperti bangkai dan binatang yang di sembelih bukan atas nama Allah menggambarkan cederanya iman.13

b. Hadits

Al-Hadits yang menjelaskan tentang penyembelihan:

ﷲ لﻮﺳر لﺎﻗ:َلﺎَﻗ ٍسْوَا ِﻦْﺑد ِ اَﺬَﺷ ْﻦَﻋَو ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ َنﺎَﺴْﺣِﻷْا َﺐَﺘَﻛ ﷲ نا ﷺ َﺔَﻠْﺘﻘﻟااْﻮُﻨِﺴْﺣَﺎَﻓ ْﻢُﺘْﻠَﺘَﻗ اَذِﺎَﻓ,ٍءْﻲَﺷ ...َﺔَﺤْﯾ ِّﺬﻟ ااْﻮُﻨَﺴْﺣَﺎَﻓ ْﻢُﺘْﺤَﺑَذاَذِاَو

Artinya: Syaddad bin Aus bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat kebaikan terhadap segala sesuatu. Maka, jika engkau membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik dan jika engkau menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik, dan hendaknya seorang diantara kamu

13Kadar m.yusuf, Tafsir Ayat Ahkam (Tafsir Tematik Ayat-Ayat Hukum), (Jakarta:

Paragonatama Jaya Alamzah, 2013), Hlm.164-165.

(23)

10

mempertajamkan pisaunya dan memudahkan (kematian) binatang sembelihannya.(HR. Muslim)14

Perintah menyembelih dengan baik dan menajamkan pisau, diantaranya:

َلﺎَﻗ ُﮫْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺻَر ٍسْوَأ ِﻦْﺑِدا�ﺪَﺷ ْﻦَﻋ ُﷲ ﻰ�ﻠَﺻ ﷲ ِلﻮُﺳَر ْﻦَﻋﺎَﻤُﮭُﺘْﻈِﻔَﺣ ِنﺎَﺘْﻨِﺷ:

َنﺎَﺴْﺣِإْا َﺐَﺘِﻛ ُﷲ َنِإ:َلﺎَﻗ َﻢ�ﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ َﺄَﻓ ْﻢُﺘْﻠَﺘَﻗاَذِﺈَﻓ ,ٍءْﻲَﺷ

ْﻢُﺘْﺤَﺑَذاَذِإَو,َﺔَﻠْﺘِﻘﻟْااﻮُﻨِﺴْﺣ َﺮْﻔَﺷ ْﻢُﻛُﺪَﺣَأ�ﺪِﺤُﯿْ ﻟَو َﺢْﺑ�ﺬﻟااْﻮُﻨِﺴْﺣَﺄَﻓ

ُﮫَﺘَﺤْﯿِﺑ َذ ْحِﺮُﯿْﻟَو ُ ﮫَﺗ

Artinya: Syaddad bin Aus r.a. mengatakan bahwa ia menghapal dua hal dari sabda Rasulullah, Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala sesuatu. Karena itu, apabila kamu membunuh, maka lakukanlah dengan cara yang baik. Dan, apabila kamu menyembelih, maka lakukanlah dengan cara yang baik dan hendaklah penyembelihan itu menajamkan mata pisaunya agar tidak menyakiti hewan yang di sembelihnya.15

Pada saat melakukan penyembelihan, orang yang menyembelih di isyaratkan membaca atau menyebut nama Allah. Nama Allah yang di baca pada umumnya adalah basmallah ; Bismillaahirrahmaanirrahiim, Hal ini mengacu pada Al-Qur’an surat Al-An’Am ayat 118. Menurut madzhab Al Hanafiyah, Ahmad bin Hambal, Al-

14 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), Hlm. 643.

15 M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Depok: Gema Insani, 2005), Hlm.

632.

(24)

11

Tsaury dan Hasan bin Shalih, penyembelihan tanpa menyebut nama Allah dapat menyebabkan binatang tersebut “haram” di konsumsi, pada Firman Allah dalam Surat Al-An’am ayat 121.

c. Ijma’

Madzhab Hanafi mengharuskan setiap penyembelih harus beragama islam.

Maka orang-orang non muslim sembelihannya tidak sah, kecuali ahli kitab. Yang dimaksud ahli kitab adalah pengikut agama Nasrani atau Yahudi (pengikut Injil dan Taurat) dan orang-orang yang mengenal ahli kitab. Orang yang tidak mempunyai kitab atau tidak beriman kepada nabi utusan, sembelihannya tidak halal. Termasuk kategori mereka adalah orang-orang aliran kepercayaan kebatinan tanpa terkecuali.

Sedangkan untuk penyembelihan orang muktazillah dan jabariyah dan aliran yang menurut pandanga ahli ijtihad fikih tidak termasuk kategori kafir atau murtad, adalah sah dan halal, walaupun mereka durhara atau fasik. Karena maksiat dan fasik masih termasuk golongan umat yang sembelihannya halal.

Mazhab Maliki memberikan syarat islam untuk menjadi seorang penyembelih. Selain bergama islam, sembelihannya tidak halal dimakan kecuali ahli kitab saja. Termasuk kategori yang tidak boleh dimakan sembelihannya adalah orangmurtad, shabiin, majusidan orang musyrik.

Madzhab Syafi‟i mensyaratkan untuk menjadi seorang penyembelih harus orang muslim. Non muslim penyembelihannya tidak syah dan tidak halal kecuali ahli kitab sesuai dengan nash yang tertulis dalam Al-Qur‟an. Menurut mazhab Syafi‟i

(25)

12

ahlikitab adalah orang Yahudi dan Nasrani dari Bangsa non arab dan Bangsa Arab yang masuk agama sebelum terjadinya perubahan dan penyelewengan kitab suci mereka.

Dengan demikian berdasarkan beberapa madzhab diatas dapat kita simpulkan yang lebih bersangkutan dengan Fatwa MUI yang berlandaskan hukum Islam Al- qur’an dan Hadish terdapat pada madzhab syafi’i sesuai mengikuti aturan dalam fatwa mui. Dan penjelasan diatas untuk meletakkan batasan-batasan orang yang berhak mendapat legalisasi penyembelihan. Batasan dan spesifikasi ini sebagian disepakati dan sebagian lain masih dalam perbedaan diantara ulama fikih.

d. Qiyas

Qiyas mursal yaitu hukum menghadapkan kiblat itu memuliakan, sedangkan menyembelih adalah ibadah, maka diisyaratkan menghadap kiblat pada saat menyembelih ayam yang ada di Pasar Angso Duo. Bahwanya Allah menetapkan berbuat baik dan hendaklah melakukan penyembelihan secara baik dan mengikutin ajaran Fatwa MUI. Apabila kamuditugaskan untuk membunuh dan apabila engkau hendak menyembelih maka sembelihlah dengan menyembut nama Allah (bismiilah), dan hendaklah mempertajamkan pisaunya dan memberi kesenagan kepada yang disembelih (yaitu tidak disiksa dalam penyembelihannya).16

3. Syarat Penyembelih a. Niat

16Refliyanto: tinjauan hukum islam tentang stunning pada pemotongan hewan, Skripsi, (Lampung, UIN Raden Intan Lampung, 2011). hlm. 65.

(26)

13

Untuk Niat yaitu berkehendak hati untuk menyembelih agar halal dimakan, bukan hanya sekedar mencabut nyawa seekor hewan.Para ulama fikih sepakat untuk mensyaratkan niat untuk menyembelih hewan tertentu meski salah perkiraan atau salah jenis yang disembelih, atau salah sasaran. Jika urat leher hewan sudah terlanjur dipotong tanpa niat menyembelihnya, maka sembelihannya tidak boleh dimakan. Karena, hukumnya sama seperti misalnya melempar hewan dengan sebuah pisau atau sejenisnya.

Lantas pisau tersebut mtepat mengenai leher hewan, atau mengenai hewan lain atau tujuan melempar pisau atau tujuan melempar pisau itu sekedar ingin membunuh hewan tanpa niat menyembelih, maka hewan tersebu tidak boleh dimakan.

b. Menyebut Nama Allah

Membaca basmalah ketika menyembelih tepatnya ketika tangan mulai bergerak untuk menyembelih leher hewan. Disunnahkan juga untuk membaca takbir bersama basmalah dengan mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar”. Mayoritas ulama selain ulama Safi’iyyah berkata, disyaratkan untuk membaca basmalah ketika menyembelih dan ketika melepaskan anjing yang terlatih untuk berburu.

Jika seseorang sengaja tidak membaca basmalah ketika menyembelih atau yang sejenisnya, maka sembelihannya tidak sah.

c. Bagian tubuh yang disembelih

(27)

14

Madzhab Hanafi berpendapat bahwa tempat anggota tubuh binatang yang dijadikan penyembelihan berbeda-beda sesuai dengan jenis binatang yang akan disembelih. Penyembelihan itu dalam literatur Arab berarti dzaab,nahrdanaqr Dzaab adalah penyembelihan khusus sapi, kambing, burung dan hewan yang sejenisnya.

Dzaab adalah penyembelihanpada tenggorokan (halq) binatang ternak, tepat dibawah kedua rahang. Cara ini berlaku untuk menyembelih hewan yang berleher panjang sedangkan, aqr adalah melukai pada salah satu bagian tubuh binatang yang akan disembelih. Cara inikhusus untuk binatang dan burung yang tidak bisa dipegang dan ditangkap.

Pada bagian yang hendak disembelih denngan senjata mengenai tubuhnya dan menyebabkan mati. Penyembelihan dalam keadaan mudah dan terkendali yang memungkinkan untuk melakukan sebagaimana mestinya baik dzaabmaupun nahr, tempat perbatasan leher dan dada (lubbah) sebagaimana pada unta Dan ulama' Fiqih juga menyepakati bahwa tempat yang disembelih adalah tenggorokan dan lubbah (lubang leher), dan dikhususkan pada kedua tempat ini karena merupakan tempat berkumpulnya urat-urat yang membuat hewan cepat mati, menjadikan dagingnya baik, dan tidak menyakiti hewan.

d. Alat untuk penyembelihan17

Alat yang bisa digunakan untuk menyembelih bermacam-macam diantaranya ada dua jenis, dengan senjata tajam atau dengan perantara hewan buruan. Pertama

17 Ridho Anwar: Pengaruh Penyembelihan Halal Terhadap Perilaku Konsumen Studi Kasus Rumah Potong Ayam Alfa Broiler Yosodadi Metro Timur. Skripsi, IAIN Metro Lampung, 1438/2017M. hlm,20.

(28)

15

dengan senjata tajam, misalnya pedang, pisau, perisai dan senjata lainnya yang biasa digunakan untuk menyembelih hewan. Kedua dengan menggunakan perantara hewan buruan misalnya anjing buru, burung elang dan hewan buas lainnya baik yang didarat maupun jenis burung. Dengan berdalih ada hadits dan nash-nash yang tidak disebutkan, bahwasanya syariat telah mengharuskan dalam menyembelih hewan agar menggunakan alat, baik alat yang berbentuk senjata maupun perantara hewan buruan.

Salah satu syarat penyembelihan adalah penggunaan alat penyembelihan.

e. Sadar dan berakal sehat

Penyembelihan merupakan ibadah yang disyaratkan dan membutuhkan niat, maksud, tujuan.Karena itu,hal lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan orang yang menyembelih saat melakukan penyembelihan.Penyembelih harus mempunyai akal dan sadar dengan apa yang dilakukan sebab penyembelihan itu merupakan ibadah kepada Allah.Hal itu tidak akan nyata bila orang yang menyembelih adalah orang gila, orang mabuk, atau anak kecil yang belum tamyiz,ketika orang-orang tersebut melakukan penyembelihan tidak akan tepat pada bagian leher yang ditentukan oleh syara‟.

f. Tata cara penyembelihan hewan

Ada dua cara penyembelihan hewan yaitu dengan cara tradisional dan mekanik. Kedua cara ini diperbolehkan dan hasil sembelihannya halal dimakan dengan catatan syara-syarat yang telah ditentukan syara‟ harus terpenuhi, seperti ketentuan hewan yang disembelih, alat yang dipergunakan, dan ketentuan orang yang

(29)

16

menyembelih semuanya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan syara‟.

Penyembelihan secara tradisional adalah penyembelihan yang biasa dilakukan oleh masyarakat dengan mempergunakan alat sederhana seperti pisau yang tajam.

Sedangkan penyembelihan secara mekanik adalah penyembelihan dengan cara menggunakan mesin dan alat-alat modern. Karena dalam penyembelihan ini menggunakan mesin maka hasil yang diperoleh pun cukup banyak dan beban kerja lebih ringan, dan yang mengkonsumsi pun bukan kalangan terbatas tetapi masyarakat luas.18

Adapun syarat yang diperjelaskan dalam Fatwa MUI antara lain:

1. Hewan yang akan disembelih, disunnahkan untuk dihadapkan ke kiblat.

2. Penyembelihan semaksimal mungkin dilaksanakan secara manual, tanpa didahului dengan stunning (pemingsanan) dan semacamnya.

3. Stunning (pemingsanan) untuk mempermudah proses penyembelihan hewan hukumnya boleh, dengan syarat:

a. Stunning hanya menyebabkan hewan pingsan sementara, tidak menyebabkan kematian serta tidak menyebabkan cedera permanen;

b. Bertujuan untuk mempermudah penyembelihan;

c. Pelaksanaannya sebagai bentuk ihsan, bukan untuk menyiksa hewan;

d. Peralatan stunning harus menjamin terwujudnya syarat a, b, c, serta tidak digunakan antara hewan halal dan nonhalal (babi) sebagai langkah preventif.

18 Ibid,. hlm,21-25.

(30)

17

e. Penetapan ketentuan stunning, pemilihan jenis, dan teknis pelaksanaannya harus dibawah pengawasan ahli yang menjamin terwujudnya syarat a, b, c, dan d.

f. Melakukan penggelonggongan hewan, hukumnya haram.

4. Rukun Penyembelihan

Menyembelih ialah melenyapkan ruh binatang dengan cara memotong leher kerongkongan dan tenggorokan serta dua urat nadi dengan alat yang tajam, kecuali gigi dan tulang atau cara lain yang dibenarkan oleh syariat Islam. Binatang yang tidak di sembelih, hukumnya haram untuk di makan karena status binatang itu adalah bangkai.

Sementara itu, hewan yang di sembelih harus binatang yang halal dan boleh untuk di makan, misalnya sapi, kerbau, kambing, dan ayam. Jika binatang yang di sembelih itu binatang haram, seperti babi maka meskipun di sembelih dengan mengatas namakan Allah, binatang itu tetap haram hukumnya untuk di makan.

Dengan kata lain, status hewan itu tidak berubah menjadi halal meskipun telah di potong atau di sembelih secara syari’ah.19

Adapun rukun penyembelihan antaranya, sebagai berikut;

a. Penyembelihan hendaklah orang Islam atau ahli kitab (yang berpegang dengan kitab Allah selain dari Al-Qur’an) dan melakukannya dengan sengaja.

Sebagaimana di jelaskan dalam Firman Allah, surah Al-Maidah ayat 5.

19 Rohadi Abdul Fatah, Pedoman Pemotongan Hewan Secara Halal, (Jakarta: Kementrian Agama, 2010), Hlm.18.

(31)

18

b. Cara penyembelihnya: Hewan yang dapat di sembelih di lehernya, hendaklah di sembelih di lehernya, di potong urat tempat makanan dan urat tempat keluar nafasnya. Kedua urat itu harus putus. Binatang yang tidak dapat di sembelih di lehernya karena liar atau jatuh dalam lubang sehingga tidak dapat di sembelih di lehernya, maka menyembelihannya di lakukan di mana saja dari badannya, asal dapat mati karena lukanya itu.20

c. Alat (perkakas) menyembelih, yaitu semua barang tajam, melukakan, besi, bambu, atau lain-lainnya kecuali gigi dan kuku, begitu juga segala macam tulang.

Menurut sebagian ulama, dilarangnya menyembelih dengan gigi dan kuku itu karena keduanya bukan barang yang tajam, berarti keduanya tidak dapat ditajamkan. Jadi, binatang yang disembelih dengan keduanya berarti sama dengan binatang yang mati tercekik.21

Sebagian ulama berpendapat bahwa membaca bismillah itu wajib dengan alasan Firman Allah Swt. Dalam surat Al-Maidah ayat 3 yang telah diuraikan sebelumnya, yang mengatakan bahwa di antara yang haram ialah binatang yang di sembelih dengan nama selain dari nama Allah. Bagi pendapat pertama (yang mengatakan membaca bismillah itu sunnah) ayat itu tidak menunjukkan wajibnya membaca bismillah, tetapi ayat itu hanya mengharamkan menyembelih dengan nama

20 Nasaruddin Umar, Pengamalan Ajaran Agama Dalam Siklus Kehidupan, Departemen agama RI (Jakarta, 2016)., Hlm.89.

21Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018), Hlm.470.

(32)

19

lain selain dari nama Allah; berarti dengan diam tidak menyebut nama sesuatu pun tidak ada halangan.22

5. Alat Penyembelihan

Alat penyembelihan itu hendaklah tajam sehingga memungkinkan mengalirkan darah dan terputusnya apa yang telah di isyaratkan, sehingga tercabut nyawa binatang. Misalnya besi, batu, pedang, kaca, sembilu yang semuanya mempunyai sisi yang tajam yang dapat di pergunakan untuk memotong. Disamping itu, ijma ulama telah menetapkan bahwa besi, batu, kayu dan belahan kayu yang bisa mengalirkan darah (melukai) dan memutus urat-urat leher boleh dipakai untuk menyembelih.23 Kemudian Nasaruddin Umar melengkapi bahwa “semua barang tajam, besi atau bambu dan lainnya, boleh dipakai untuk menyembelih, terkecuali kuku dan segala macam tulang”.24

Pada saat menyembelih hewan yang di halalkan ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, khususnya berkaitan dengan alat yang di gunakan. Beberapa hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut:

a. Baca basmallah pada saat menyembelih hewan.

b. Perhatikan alat yang akan di gunakan. Dalam Islam, Rasulullah menganjurkan agar menggunakan benda yang tajam, seperti pisau dan lain-lain. Karena kalau benda tumpul atau yang tidak tajam justru akan menyakitkan bagi

22Ibid,. Hlm,473.

23Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Fiqh al -Ath'amah, (Kairo-Alexandria: Dār As- Salām, 2010), Hlm. 212.

24 Nasaruddin Umar, Pengamalan Ajaran Agama Dalam Siklus Kehidupan, (Jakarta, Departemen agama RI, 2016)., Hlm.90.

(33)

20

hewan. Sebab itu, hewan yang ditabrak atau dipukul, kemudian mati, tidak boleh dimakan.

c. Rasululullah mengharamkan menggunakan kuku dan tulang untuk penyembelihan, baik kuku dan tulang binatang ataupun manusia.

Pengharaman ini menurut kebanyakan ulama bersifat taat budi.

Adapun hadis yang bersangkutan dengan alat yang di pakai sebaiknya terbuat dari besi atau lembaga, seperti pisau atau golok. Sementara itu gigi, kaka, dan tulang tidak boleh di pergunakan untuk menyembelih meskipun tajam atau lancip. Alat penyembelihan menggunakan pisau yang tajam yang bisa memotong tenggorokan dan kerongkongan. Di lakukan dengan membaca basmallah setiap pemotongan ayam Pemotongan di lakukan pada ujung leher yang harus di potong pada dua urat leher yaitu kerongkongan dan tenggorokan. Dalam hadis Nabi Saw, disebutkan: “Segala sesuatu yang dapat mengalirkan darah dan di sebut nama Allah ketika menyembelihnya, silakan kalian makan”.25

6. Tata Cara Penyembelihan

Penyembelihan menurut istilah Ilmu Fiqih di sebut dzakaat yang berarti baik atau suci. Penyembelihan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam akan menjadikan binatang yang di sembelih itu baik dan suci sehingga halal di makan. Jika binatang-binatang yang secara syariat Islam boleh di konsumsi dengan cara di sembilih, tetapi tidak di lakukan penyembelihan atau di lakukan penyembelihan yang

25 Rohadi Abdul Fatah, Pedoman Pemotongan Hewan Secara Halal, Hlm.22.

(34)

21

tidak sesuai dengan ketetentuan syariat Islam, kedudukannya berubah menjadi bangkai yang menjadikannya berubah statusnya menjadi haram di konsumsi.26

Adapun urutan cara menyembelih hewan itu dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Penyembelihan dilaksanakan dengan niat menyembelih dan menyebut atas nama Allah.

b. Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan saluran makanan (mari’/esophagus), saluran pernafasan/tenggorokan (hulkun/trachea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan arteri carotids).

c. Penyembelihan di lakukan dengan satu kali dan secara cepat.

d. Memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewan sebagai tanda hidupnya hewan (hayyah mustaqirrah).

e. Memastikan matinya hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut.27

Hukum makan daging yang tidak di ketahui apakah di sembelih dengan menyebut nama Allah ataukah tidak. Adapun orang yang baru masuk Islam. Dan orang seperti mereka kadang-kadang tidak banyak mengetahui hukum-hukum secara rinci yang hanya di ketahui oleh orang-orang yang sudah lama tinggal bersama kaum muslimin.28

7. Standar pengolahan, penyimpanan, dan pengiriman

26 Abu Sari Muhammad Abdul Hadi, Hukum Makanan dan Sembelihan dalam Islam, (Bandung:Trigenda Karya, 1997), 194.

27 Saman Sulaiman, Menyibak Telaga Ibadah, (Jambi Timur: Sulthan Thaha Press IAIN STS Jambi, 2010), hlm. 186-188.

28Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dkk.,Fatwa-Fatwa Terkini, (Jakarta: Mu’assasah al-Juraisiy, 2008), Hlm. 397.

(35)

22

a. Pengolahan dilakukan setelah hewan dalam keadaan mati oleh sebab penyembelihan.

b. Hewan yang gagal penyembelihan harus dipisahkan.

c. Penyimpanan dilakukan secara terpisah antara yang halal dan nonhalal.

Dalam proses pengiriman daging, harus ada informasi dan jaminan mengenai status kehalalannya, mulai dari penyiapan (seperti pengepakan dan pemasukan ke dalam container), pengangkutan (seperti pengapalan/shipping), hingga penerimaan.

F. Tinjauan Pustaka

Masalah yang dikaji dalam skripsi ini yaitu Praktik Penyembelihan Ayam Potong Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal Di Pasar Angso Duo Kota Jambi banyak literatur yang membahas tentang masalah ini, namun belum ada literatur yang membahas secara khusus tentang judul skripsi ini. Agar nantinya pembahasan ini lebih fokus pada pokok kajian maka dilengkapi beberapa literatur yang masih berkaitan dengan pembahasan yang dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut:

Tesis yang ditulis dalam Arif Al Wasim yang berjudul“Etika Penyemebelihan Hewan Dan Relevansinya Terhadap Jaminan Keaman Pangan Tahqiq Dan Dirasah Kitab Nazam Tazkiyah Karya K.H. Ahmad Rifa’i (1786- 1870)”. Dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010, skripsi menggunakan penelitian

(36)

23

pustaka dalam penelitian ini prosedur penyembelihan hewan dalam perspektif Fiqih dalam Kitab Nazam Tazkiyah adalah prosedur penyembelihan menurut Mazhab Syafi’i. Proses penyembelihan harus dilakukan dengan kesengajaan dan memotong seluruh bagian tenggorokan dan kerongkongan. Orang yang menyembelih adalah orang Islam atau Ahli Kitab hewan yang disembelih harus hewan yang dihalalkan dalam syariat, dan benar-benar hewan yang masih bugar dengan adanyahayat mustaqirrah. Alat yang digunakan untuk menyembelih adalah benda tajam yang bukan dari unsur tulang, gigi, atau kuku. Orang yang menyembelih harus memegang teguh moral dan etika dengan berusaha mempelajari ilmu syariat dan memahami tata cara menyembelih sebelum melakukan penyembelihan, menyembelih hewan satu bentuk ibadah, dan senantiasa mengusahakan aspek halal dan menjauhi hal-hal yang haram dalam penyembelihan. Dengan memegang teguh moral dan etika tersebut seorang penyembelih akan terjaga dari perbuatan-perbuatan curang, sehingga daging yang diperoleh dapat terjaga mutu dan kehalalannya.29

Skripsi yang ditulis dalam Ilham berjudul “Analisis Perbandingan Terhadap Sistem Penyembelihan Hewan Secara Stunning Dengan Manual”. Dari UIN Alauddin Makassar 2017, skripsi ini menggunakan penelitian pustaka penyembelihan tanpa stunning lebih baik dan hewan pun tidka merasakan sakit, darah ternak pun dapat keluar dengan sempurna, daging hewan yang disembelih tanpa stunning menghasilkan kualitas daging yang baik bagi tubuh jika dikonsumsi. Proses

29Arif Al Wasim: Etika Penyemebelihan Hewan Dan Relevansinya Terhadap Jaminan Keaman Pangan Tahqiq Dan Dirasah Kitab Nazam Tazkiyah Karya K.H. Ahmad Rifa’i (1786-1870).

Tesis, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga 2010 ), hlm. 05.

(37)

24

penyembelihan secara stunning berdampak menurunkan kualitas daging dan proses secara manual perlu adanya pengkajian secara materi terkait mengenai Fatwa MUI No. 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal.30

Skripsi yang ditulis dalam Ridho Anwar berjudul “Pengaruh Penyembelihan Halal Terhadap Perilaku Konsumen Studi Kasus Rumah Potong Ayam Alfa Broiler Yosodadi Metro Timur”. Dari IAIN Metro 2017, skripsi ini menggunakan penelitian lapangan penelitian ini mengembangkan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh penyembelihan halal terhadap perilaku konsumen serta untuk memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi para produsen dan konsumen mengenai penyembelihan halal terhadap hasil sembelihan ayam yang dikonsumsi oleh masyarakat dan hubungan dengan keputusan membeli oleh konsumen penyembelihan halal terhadap perilaku konsumen dalam hal ini untuk membuat keputusan membeli dan mengetahui proses penyembelihan yang di lakukan oleh rumah potong ayam Alfa Broiler mengetahui kebeneran proses aspek kehalalan suatu penyembelihan.31

Hasil penelitian yang di kemukakan diatas, dapat di ketahui bahwa penelitian yang di lakukan oleh penulis ini memiliki kajian yang berbeda, walaupun memiliki fokus kajian yang sama pada tema-tema tertentu.

30 Ilham: Analisis Perbandingan Terhadap Sistem Penyembelihan Hewan Secara Stunning Dengan Manual. Skripsi, ( Makassar, UIN Alauddin Makassar 2017), hlm. 09.

31 Ridho Anwar: Pengaruh Penyembelihan Halal Terhadap Perilaku Konsumen Studi Kasus Rumah Potong Ayam Alfa Broiler Yosodadi Metro Timur, Skripsi, (Lampung, IAIN Metro Lampung 2017), hlm.20.

(38)

25

Dan pada penelitian ini lebih ditekankan pada Praktik Penyembelihan Ayam Potong Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal Di Pasar Angso Duo Kota Jambi. Penyembelihan Secara Halal dengan alat yang digunakan untuk menyembelih adalah benda tajam yang bukan dari unsur tulang, gigi, atau kuku. Orang yang menyembelih harus memegang teguh moral dan etika dengan berusaha mempelajari ilmu syariat dan memahami tata cara menyembelih sebelum melakukan penyembelihan, menyembelih hewan satu bentuk ibadah, dan senantiasa mengusahakan aspek halal dan menjauhi hal-hal yang haram dalam penyembelihan.

(39)

BAB II

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Sifat Penelitian

Penelitian ini adalah penlitian lapangan bersifat kualitatif ialah kualitatif yaitu penelitian yang Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui studi lapangan (field reseach). Deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan kaedah, subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu penelitian yang berusaha mendiskripsikan, menjelaskan dan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta dan hubungan yang bertujuan menggambarkan permasalahan yang terjadi pada masyarakat.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, yaitu melihat dan memilih data-data tentang penyembelihan serta ayam potong yang terjadi di Pasar Angso Duo Kota Jambi, dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi tentang Praktek Penyembelihan Ayam Potong Di Pasar Angso Duo Ditinjau Dari Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009.

B. Jenis Dan Sumber Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

26

(40)

27

Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumbernya ataupun lokasi objek penelitian atau keseluruhan data hasil penelitian yang di peroleh dari lapangan.32

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang di peroleh secara tidak langsung, seperti dokumen-dokumen, sejumlah buku-buku, jurnal, dan hasil penelitian yang berwujud laporan, yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini yang dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.33

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Pelaku usaha pemotong ayam beserta karyawannya 2. Konsumen/masyarakat

3. Tokoh agama 4. Tokoh masyarakat

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang dikumpulkan dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

32 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2012), hlm. 34.

33 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 30.

(41)

28

1. Observasi

Observasi Adalah suatu proses pengambilan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara .sistematis terhadap objek penelitian yang diteliti dengan cara langsung dan terencana bukan kebetulan.34

Penulisan melakukan pengamatan terhadap kejadian-kejadian yang berhubungan dengan masalah tersebut.

2. Wawancara (interview)

Teknik wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.35 Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara pemilik agen penyembelihan ayam potong yang ada di Pasar Angso Duo Kota Jambi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu sebagai pelengkap dari teknis wawancara observasi.

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi dan sumber data yang tertulis untuk membantu memecahkan masalah melalui analisis dokumentasi. Dalam hal ini penulis akan melihat pada data atau dokumentasi yang ada di pemilik agen penyembelihan ayam potong yang ada di Pasar Angso Duo Kota Jambi.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis kualitatif yaitu dengan menjelaskan hasil yang di peroleh lapangan dari data observasi, wawancara dan

34 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 310.

35Ibid, hlm. 317.

(42)

29

dokumentasi. Sehingga dapat dipahami dan di peroleh dapat diinformasikan pada orang lain. Setelah penulis memperoleh informasi, maka langkah selanjutnya adalah penulis menganalisis data dengan beberapa teknik yang sering digunakan pada penelitian kualitatif.

Adapun tahap-tahap dalam menganalisis data yaitu:

1. Pengumpulan data

Sebagai peneliti hal yang harus di lakukan selanjutnya adalah pengumpulan seluruh catatan lapangan berdasarkan di peroleh yang telah di lakukan, dengan cara sebelumnya yaitu: observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen yang terlibat.

2. Klasifikasi Data

Agar penelitian ini lebih sistematis, maka data hasil wawancara di klasifikasikan berdasarkan kategori tertentu, yaitu berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah, sehingga data yang di peroleh benar-benar memuat informasi yang di butuhkan dalam penelitian ini.

3. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan hasil atau proses penelitian. Setelah langkah-langkah di atas, maka langkah yang terakhir adalah menyimpulkan dari analisis data untuk menyempurnakan penelitian ini. Sehingga mendapatkan keluasan ilmu khususnya bagi peneliti serta bagi para pembacanya. Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan dari keseluruh data-data yang telah diperoleh dari kegiatan penelitian yang sudah dianalisis kemudian menuliskan kesimpulan pada bab V.

(43)

30

E. Sistematika Penulisan

Penyusun skripsi ini terbagi pada lima bab yang mana setiap bab terdiri dari atas sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-permasalahan tertentu tetapi tetap saling terkait antara satu sub dengan sub bab lainnya. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan: Latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual, tinjauan pustaka, pembahasan untuk mengarahkan pembaca pada subtansi penulisan ini.

BAB II : Metode Penelitian: Pendekatan dan sifat penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika penulisan, jadwal penelitian.

BAB III : Gambaran Umum: Sejarah Pasar Angso Duo Kota Jambi, Letak Geografis Pasar Angso Duo Kota Jambi, Sistem Pemasaran ayam potong Pasar Angso Duo Kota Jambi, Struktur Organisasi Kantor Pengelola Pasar Angso Duo Kota Jambi .

BAB IV : Pembahasa dan Hasil Penelitian: Yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti pada Pasar Angso Duo Kota Jambi Membahas tentang Praktik Penyembelihan Ayam Potong Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal Di Pasar Angso Duo Kota Jambi terhadap praktik penyembelihan ayam potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi.

(44)

31

BAB V : Penutup: Berisi kesimpulan, Saran dan kata penutup. Pada bab ini dijelaskan atas persoalan yang menjadi pokok pembahasan yang kemudian di lengkapi dengan saran-saran.

F. Jadwal Penelitian

No Waktu Kegiatan

Bulan

Juli Oktober Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan

Judul √

2

Pengajuan proposal dan

dosen pembimbing

3

Pengajuan seminar proposal

4 Seminar

proposal √ 5 Perbaikan

proposal √ 6 Pengesahan

Judul √ 7 Riset √ √ 8 Bimbingan

Skripsi √ √ √ √

(45)

32

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Pasar Angso Duo Kota Jambi

Pasar Angso Duo merupakan pasar tradisional terbesar di Jambi. Pasar tradisional ini menjadi sandaran hidup 5.000 pedagang setempat, dan punya sejarah panjang sebagai pasar yang nomaden alias berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Pada awal abad ke-18, kawasan muara Jambi berada di Dermaga Bom Batu, yang kini telah berubah menjadi Mal WTC. Di situ ada sebuah pasar tradisional kecil.

Orang menyebutnya Pasar Tanah Pilih.

Pasar inilah yang menjadi cikal bakal Angso Duo walaupun letaknya tidak sama dengan yang sekarang berdiri. Tokoh masyarakat Jambi, Junaedi T Noor, mengatakan, pada zaman penjajahan Jepang, pasar tersebut hancur. Pasar pun pindah sekitar 500 meter ke arah tenggara, dari lokasinya yang sekarang. Lokasinya disebut Gang Siku. Pasar yang baru tersebut dibangun sederhana, berupa deretan Meja-Meja dari Batu. Orang kemudian menyebutnya Pasar Meja Batu.36

Berdasarkan wawancara dengan bapak Ansori sebagai Ansori Kabag Humas Kantor Pengelola Pasar Angso Duo Kota Jambi beliau mengatakan:

bahwa di pasar yang baru ini, tidak hanya terhampar ikan, daging, dan sayur yang dijual di atas Meja Batu. Di tempat itu juga sebagian warga duduk bersantai sambil menikmati kopi. ”Dulu, deretan meja ini penuh dengan orang- orang ngobrol sambil ngopi. Suasananya menyenangkan Pada masa itu, barang-barang impor dari Singapura sudah banyak yang masuk ke Jambi, berupa pakaian, kasur, dan perlengkapan rumah tangga. semua barang dikirim dari muara menuju Sungai Batranghari. 37

36 Dokumentasi Kantor Pengolahan Pasar Angso Duo Kota Jambi.

37Wawancara dengan Ansori Kabag Humas Kantor Pengelola Pasar Angso Duo Kota Jambi.

04 Januari 2020.

(46)

33

Di Pasar Angso Duo yang kini berada biasanya oleh yang secara dulunya hanyalah tempat kapal bersandar dan menurunkan barang-barang dagangan. Dan dari situlah, barang-barang tersebut di angkut oleh para kuli menuju pasar. Dalam perkembangannya, pada saat itu di namakan dengan Pasar Meja Batu yang kini telah berubah menjadi pasar Angso Duo Kota Jambi dengan semakin ramai oleh pedagang dan berbagai jenis barang dagangan. Karena belum berperkembangnya pasar tersebut hingga kurangnya tempat, sehingga membuat jalan menjadi sempit sehingga sepanjang jalan itu menjadi becek dan tidak nyaman bagi para pembeli dan penjual.

Pada tahun 1970, sedimentasi sungai kian parah. Pemerintah daerah melaksanakan pengerukan. Tanah dan pasir hasil pengerukan ditimbun di sekitar sungai sehingga terbentuklah daratan baru. Pada daratan itulah pemerintah akhirnya memindahkan kembali pusat pasar tradisional dari Pasar Meja Batu. Pasar yang baru bernama Angso Duo resmi berdiri pada 1974, tepat di tepi Sungai Batanghari. Pasar ini dibangun atas hasil reklamasi sungai.

Adapun di Pasar Meja Batu, lambat laun berubah menjadi pertokoan dan di sepanjang jalan penuh dengan pedagang kaki lima. Seperti pasar-pasar terdahulu, keberadaan Pasar Angso Duo belakangan ini mulai menimbulkan masalah. Pasar menjadi sangat kumuh. Lantainya bukan lagi becek, tetapi banjir ketika musim hujan.

Air limpasan dari Sungai Batanghari kerap masuk ke bagian belakang pasar.

Akibatnya, pasar menjadi tidak nyaman bagi para pembeli. Pedagang-pedagang yang menggelar lapak di belakang pasar mulai meninggalkan. Mereka pindah ke depan pasar, dan menggelar dagangan di bagian luar, memakan sebagian badan jalan umum.

Pada pagi hari, jalan menjadi macet karena aktivitas jual-beli memenuhi sebagian

(47)

34

jalan. Mobil-mobil angkutan kota kerap berkerumun menunggu calon penumpang.

Maka, kian semrawutlah keadaan di depan Pasar Angso Duo.38

Setelah 35 tahun, muncul lagi wacana memindahkan pasar tradisional terbesar di Jambi ini ke tempat lain. Lokasi baru yang dipilih hanya berjarak 100 meter.

Lahannya juga berada di tepi Sungai Batanghari, tetapi posisinya agak lebih tinggi daripada sungai itu. Melalui desain yang dibuat Pemerintah Kota Jambi, awal tahun ini, Angso Duo diharapkan menjadi pasar tradisional yang semimodern. Pasar itu tidak hanya akan menampung pedagang dalam kios dan lapak. Pemkot juga akan menyediakan ruko dan ruang-ruang pameran. Tempat parkir disediakan lebih luas.

Adapun pasar yang lama akan dijadikan ruang hijau alias taman kota.

Sebanyak 5.000 pedagang, baik di dalam maupun luar pasar, akan direlokasi. Jadi, taman kota yang baru nantinya akan benar-benar memberi kenyamanan bagi masyarakat Jambi. Yang menjadi masalah, Pemkot tidak dapat menjanjikan kapan pasar yang baru ini akan terwujud. Apakah tempat yang baru dapat benar-benar mengatasi persoalan pasar tradisional yang identik dengan kumuh dan becek. Juga, apakah tempat yang baru akan terjangkau bagi para pedagang. Semoga proyek relokasi Pasar Angso Duo dilakukan dengan perencanaan yang benar-benar matang.

Sekitar Kota Jambi, Pasar angso duo bukanlah pasar rakyat biasa dan bukanlah pasar yang berdiri begitu saja tanpa adanya sejarah awal mula didirikannya pasar tersebut. Ada sejarah panjang dalam berdirinya pasar angso diantaranya : pasar angso duo dibangun pada abad ke-18, saat itu pasar angso duo hanyalah sebuah pasar kecil yang terletak di Dermaga Bom Batu Muaro Jambi (Saat ini menjadi Mall WTC

38 Dokumentasi Kantor Pengolahan Pasar Angso Duo Kota Jambi

(48)

35

Batanghari Jambi). Pada saat itu nama yang digunakan Bukan Pasar Angso Duo melainkan Pasar Tanah Pilih.

Pada zaman penjajahan Jepang, Pasar Tanah Pilih hancur dan dipindahkan ke suatu tempat yang bernama Gang Siku. Setelah dipindahkan, Pasar Tanah Pilih menjadi lebih baik walaupun hanya terdiri dari deretan meja-meja yang terbuat dari batu. Dikarenakan pasar tersebut hanya terdiri dari deretan meja-meja dari batu, maka masyarakat Jambi saat itu merubah kembali nama Pasar Tanah Pilih menjadi Pasar Meja Batu.

Seiring berjalannya waktu, pasar kecil meja batu menjadi pusat perdagangan masyarakat jambi pada masa nya. Pedagang yang berjualan pun semakin lama semakin ramai sehingga membuat gang siku menjadi gang yang sangat ramai.Lalu ada tahun 1970, terjadi sedimentasi sungai Batanghari. Oleh karena itu, pemerintah kota Jambi memutuskan untuk melakukan pengerukan. Tanah hasil pengerukan ditimbun di sekitar sungai hingga membentuk sebuah daratan baru.Pada daratan itulah pemerintah akhirnya memindahkan kembali pusat pasar rakyat dari Pasar Meja Batu. Setelah dipindahkan ke daratan baru tersebutlah pasar rakyat Meja Batu berubah nama menjadi Pasar Angso Duo yang letaknya tepat di tepi sungai Batanghari Jambi. Penggantian nama ini terjadi pada tahun 1974 dan nama tersebut tetap digunakan hingga saat ini.

Namun semakin pesatnya kemajuan zaman membuat pasar tradisional angso duo menjadi semakin ramai terutama pada hari-hari libur. Tentunya hal tersebut membuat kemacetan yang terus terjadi disekitar pasar tersebut, lingkungan sekitar pun menjadi terlihat kumuh akibat sampah-sampah sisa perdagangan. Sehingga pada

Referensi

Dokumen terkait

Vitamin C, vitamin E dan karoten diketahui merupakan sumber nutrisi dalam makanan yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan, namun banyak juga senyawa lain yang memiliki

Berdasarkan hasil program pengabdian ini, saran yang diajukan adalah: (1) bagi Pengawas Ma- drasah hendaknya merancang program supervisi kolegial bagi para guru dalam

Rasional: Penurunan curah jantung (yang terjadi selama episode iskemia miokard) merangsang system saraf simpatis/parasimpatis, menyebabkan berbagai rasa sakit/sensasi

Pada penelitian ini ( Analisis Flight Data Recorder Kecelakaan Pesawat Terbang A320 untuk Mendapatkan Stall Speed dan Proses Rekonstruksi Kecelakaan Menggunakan

Dari tabel yang dipaparkan di atas kita bisa melihat bahwa pada kondisi awal tanpa penggunaan media computer, proses pembelajaran masih bersifat konvensional

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol.. Penilaian dari atasan dan pengawas ; f) Prestasi teacher efficacy yang signifikan pada guru yang akademik ; g) Karya

Udara yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu kemudian mendapat hambat di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara sehingga terjadilah

Pada tahap ini ada 3 sesi, yaitu sosialisasi tentang bencana di Pangandaran, menggali potensi dan kekurangan diri, dan games tentang kerjasama. Saat sosialisasi, kami