• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung, Telur Ayam Ras Dan Telur Bebek Secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung, Telur Ayam Ras Dan Telur Bebek Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH:

WINDA WAHIDAR NIM 091524009

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH

WINDA WAHIDAR NIM 091524009

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

WINDA WAHIDAR NIM 091524009

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Maret 2011

Disetujui Oleh: Pembimbing I,

(Drs. Maralaut Batubara, M.Phill.,Apt.) NIP 195101311976031003

Pembimbing II,

(Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.) NIP 195006221980021001

Medan, Maret 2011

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah

Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan

judul:“Penetapan Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung, Telur

Ayam Ras, dan Telur Bebek Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta (Alm. Iskandar A.Thaleb dan Wahdah Syahlan

Manurung) yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai

dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun

non-materi.

2. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill.,Apt dan bapak Drs. Muchlisyam,

M.Si., Apt yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta

saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan, staf pengajar dan

staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa

perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi.

4.Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt selaku penasihat akademik yang telah

(5)

5. Ibu Dra. Masfria, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi

Kualitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis

sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

6. Bapak Baharuddin AR selaku penanggung jawab Laboratorium Balai Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (BPPKS) Medan dan Bapak Hambali selaku Operator

Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah

memberikan fasilitas kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

7. Kakanda, Abang dan adik ku tercinta (Lily Meilisda, Wanda Wardani, Fitri

Dahlia, Handri Asmara, Alfiansyah, M.Yugo Andria Nugroho, Dara Cantika),

serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

8. Spesial untuk sahabat-sahabat ku Tentuwin (Ira, Anita, Rikha, Desmi, Sri,

Emil, Ipit, Vivi Kei, Iezzha, mak Ve), Bayu, Taqin, Fika, Siti dkk, Giant, Dina,

Herlina, Ririn, Aqim dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2009, terima

kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

9. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum

namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

bagi kita semua.

Medan, Maret 2011 Penulis,

(6)

PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Telur merupakan salah satu bahan pangan sebagai sumber mineral.

Mineral yang terkandung dalam telur diantaranya kalsium, besi, magnesium,

fosfor, kalium, natrium, mangan, dan zink.

Magnesium merupakan mineral makro yang dibutuhkan tubuh manusia.

Magnesium berperan penting bagi tubuh terutama untuk relaksasi otot, jaringan

saraf, serta mengaktifkan beberapa enzim. Faktor yang mempengaruhi kandungan

gizi termasuk mineral magnesium pada telur adalah kondisi lingkungan induk,

pakan, dan suhu penyimpanan.

Bahan yang dianalisis adalah telur ayam kampung, telur ayam ras, dan

telur bebek yang diperoleh dari pasar tradisional Sukaramai Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar magnesium dalam

telur ayam kampung, telur ayam ras dan telur bebek. Metode penetapan kadar

dilakukan dengan cara spektrofotometri serapan atom nyala udara-asetilen.

Analisis kuantitatif magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2

nm. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata magnesium pada telur ayam

kampung adalah 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, pada telur ayam ras adalah 13,2028

± 0,1271mg/100g dan pada telur bebek adalah 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Batas

deteksi dan kuantitasi diperoleh 0,5967 mcg/ml dan 1,9890 mcg/ml

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa telur bebek mengandung

kadar magnesium yang lebih besar dibandingkan telur ayam ras dan telur ayam

kampung.

(7)

DETERMINATION OF MAGNESIUM IN KAMPUNG CHICKEN EGG, RAS CHICKEN EGG, AND DUCK EGG WITH

ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Egg is one of food as a source of mineral. The minerals contained in egg

include calcium, iron, magnesium, phosphorus, potassium, sodium, manganese,

and zinc.

Magnesium is a macro mineral that the human body need. Magnesium

plays an important role for the body, especially for the relaxation of muscles,

nerve tissue, and activate certain enzym. Factors affecting mineral nutrient content

including magnesium in egg is the main environmental conditions, feed, and

storage temperature.

The analysis material was kampung chicken egg, ras chicken egg and duck

egg obtained from traditional market Sukaramai Medan.

The aim of this study was to determine magnesium levels in kampung

chicken egg, ras chicken egg and duck egg. The determination method performed

by atomic absorption spectrophotometry of air-acetylene flame.

Quantitative analysis of magnesium performed at a wavelength of 285.2

nm. The results showed that the average magnesium content in the kampung

chicken egg was 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, ras chicken egg was 13,2028 ±

0,1271mg/100g and duck egg was 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Limit of detection

and quantitation obtained 0.5967 mcg / ml and 1.9890 mcg / ml.

The results showed that the duck eggs contain a more magnesium content

than kampung chicken egg and ras chicken egg.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Uraian. ... 4

2.1.1 Ayam Ras Petelur ... 4

2.1.2 Ayam Kampung. ... 4

2.1.3 Bebek. ... 5

(9)

2.2.1 Ekstensif Yang Diperbaiki ... 5

2.2.2 Semi-Intensif ... 6

2.2.3 Intensif ... 6

2.3 Kandungan Gizi Telur. ... 6

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kandungan Gizi Telur ... 7

2.5 Magnesium. ... 8

2.6 Spektrofotometeri Serapan Atom. ... 9

2.6.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom. ... 9

2.6.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi. ... 13

2.6.3 Gangguan-Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom. ... 13

2.7 Validasi Metode Analisis. ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Bahan dan Alat ... 18

3.2.1 Sampel ... 18

3.2.2 Pereaksi ... 18

3.2.3 Alat-alat ... 18

3.3 Prosedur Penelitian... 19

3.3.1 Sampel ... 19

3.3.1.1 Pengambilan Sampel ... 19

3.3.1.2 Persiapan Sampel ... 19

3.3.2 Pembuatan Pereaksi ... 19

(10)

3.3.4 Pemeriksaan Kualitatif ... 20

3.3.5 Analisa Kuantitatif ... 20

3.3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 20

3.3.5.2 Penetapan Kadar Magnesium Dalam Sampel ... 21

3.3.6 Perhitungan Kadar Magnesium ... 21

3.3.7 Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasii ... 21

3.3.8 Prosedur Uji Perolehan Kembali ... 22

3.3.9 Analisis Data Secara Statistik ... 22

3.3.9.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 22

3.3.9.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Pemeriksaan Kualitatif ... 25

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif ... 25

4.2.1 Kurva Kalibrasi Magnesium ... 25

4.2.2 Kadar Magnesium Pada Sampel Telur Ayam Kampung, Telur Ayam Ras dan Telur Bebek ... 26

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 28

4.4 Uji Perolehan Kembali ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan Gizi per 100 g Telur Ayam dan Telur Bebek... 6

Tabel 2. Temperatur Nyala Dengan Berbagai Kombinasi ... 13

Tabel 3. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%... 23

Tabel 4. Analisis Kualitatif Mg Dalam Sampel ... 25

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom ... 13

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mg ... 26

Gambar 3. Telur Ayam Kampung ... 61

Gambar 4. Telur Ayam Ras ... 61

Gambar 5. Telur Bebek ... 61

Gambar 6. Larutan Baku Mg dan Blanko ... 62

Gambar 7. Uji Kualitatif Sampel ... 62

Gambar 8. Proses Destruksi ... 63

Gambar 9. Alat Spektrofotometer Serapan Atom ... 64

Gambar 10.Pemeliharaan Intensif ... 65

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar

Magnesium (Mg), Perhitungan Persamaan Garis Regresi

dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Mg ... 32

Lampiran 2. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Mg ... 34

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Mg Pada Telur

Ayam Kampung ... 35

Lampiran 4. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi

dan Kadar Mg Pada Telur Ayam Kampung... ... 36

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Mg Pada Telur

Ayam Ras ... 37

Lampiran 6. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi

dan Kadar Mg Pada Telur Ayam Ras... ... 38

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Mg Pada Telur

Bebek ... 39

Lampiran 8. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi

dan Kadar Mg Pada Telur Bebek... ... 40

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Mg Dalam Sampel... 41

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada Telur Ayam

Kampung ... 46

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada Telur Ayam Ras ... 47

(14)

Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara

Telur Ayam Kampung dan Telur Ayam Ras ... 49

Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Kampung dan Telur Bebek ... 51

Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Ras dan Telur Bebek... 53

Lampiran 16. Perhitungan Kadar Magnesium dalam Telur Ayam Kampung untuk Recovery... 55

Lampiran 17. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Magnesium dalam Telur Kampung... 57

Lampiran 18. Data % Recovery Magnesium ... 58

Lampiran 19. Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... 59

Lampiran 20. Tabel Nilai Kritik Distribusi F ... 60

Lampiran 21. Gambar Sampel ... 61

Lampiran 22. Uji Kualitatif Magnesium ... 62

Lampiran 23. Gambar Proses Destruksi ... 63

Lampiran 24. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom ... 64

(15)

PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Telur merupakan salah satu bahan pangan sebagai sumber mineral.

Mineral yang terkandung dalam telur diantaranya kalsium, besi, magnesium,

fosfor, kalium, natrium, mangan, dan zink.

Magnesium merupakan mineral makro yang dibutuhkan tubuh manusia.

Magnesium berperan penting bagi tubuh terutama untuk relaksasi otot, jaringan

saraf, serta mengaktifkan beberapa enzim. Faktor yang mempengaruhi kandungan

gizi termasuk mineral magnesium pada telur adalah kondisi lingkungan induk,

pakan, dan suhu penyimpanan.

Bahan yang dianalisis adalah telur ayam kampung, telur ayam ras, dan

telur bebek yang diperoleh dari pasar tradisional Sukaramai Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar magnesium dalam

telur ayam kampung, telur ayam ras dan telur bebek. Metode penetapan kadar

dilakukan dengan cara spektrofotometri serapan atom nyala udara-asetilen.

Analisis kuantitatif magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2

nm. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata magnesium pada telur ayam

kampung adalah 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, pada telur ayam ras adalah 13,2028

± 0,1271mg/100g dan pada telur bebek adalah 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Batas

deteksi dan kuantitasi diperoleh 0,5967 mcg/ml dan 1,9890 mcg/ml

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa telur bebek mengandung

kadar magnesium yang lebih besar dibandingkan telur ayam ras dan telur ayam

kampung.

(16)

DETERMINATION OF MAGNESIUM IN KAMPUNG CHICKEN EGG, RAS CHICKEN EGG, AND DUCK EGG WITH

ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Egg is one of food as a source of mineral. The minerals contained in egg

include calcium, iron, magnesium, phosphorus, potassium, sodium, manganese,

and zinc.

Magnesium is a macro mineral that the human body need. Magnesium

plays an important role for the body, especially for the relaxation of muscles,

nerve tissue, and activate certain enzym. Factors affecting mineral nutrient content

including magnesium in egg is the main environmental conditions, feed, and

storage temperature.

The analysis material was kampung chicken egg, ras chicken egg and duck

egg obtained from traditional market Sukaramai Medan.

The aim of this study was to determine magnesium levels in kampung

chicken egg, ras chicken egg and duck egg. The determination method performed

by atomic absorption spectrophotometry of air-acetylene flame.

Quantitative analysis of magnesium performed at a wavelength of 285.2

nm. The results showed that the average magnesium content in the kampung

chicken egg was 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, ras chicken egg was 13,2028 ±

0,1271mg/100g and duck egg was 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Limit of detection

and quantitation obtained 0.5967 mcg / ml and 1.9890 mcg / ml.

The results showed that the duck eggs contain a more magnesium content

than kampung chicken egg and ras chicken egg.

(17)

BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan

penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja

enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu pembentukan ikatan

yang memerlukan mineral seperti pembentukan haemoglobin (Almatsier, 2001).

Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral

makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg

sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari

(Almatsier, 2001).

Magnesium merupakan makromineral keempat terbanyak dalam tubuh

manusia. Di dalam tubuh, magnesium ditemukan pada bagian tulang (60-65%)

dan pada otot (25%) serta sisanya tersebar merata pada sel tubuh dan cairan tubuh.

Magnesium berperan penting bagi tubuh terutama untuk relaksasi otot dan

jaringan saraf, serta mengaktifkan beberapa enzim (Wirakusumah, 2000).

Salah satu sumber magnesium adalah telur. Telur merupakan produk

peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi

masyarakat, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna.

Oleh karenanya, telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak

yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral dalam jumlah banyak

(Sudaryani, 2003).

Telur mengandung berbagai vitamin, antara lain vitamin A, riboflavin,

(18)

pangan sumber mineral. Beberapa mineral yang terkandung dalam telur di

antaranya besi, fosfor

kalsium, kalium, natrium , magnesium, tembaga, yodium, mangan, dan zink

(Sudaryani, 2003).

Beberapa jenis telur yang diperdagangkan dan dikonsumsi manusia, yaitu

telur ayam, telur bebek, telur puyuh, telur penyu dan telur ikan. Pada kenyataannya

telur ayam dan telur bebek yang paling populer di kalangan konsumen. Ada dua

jenis telur ayam yaitu telur ayam kampung (buras) dan telur ayam negeri (ras).

Demikian pula untuk telur bebek ada dua macam yang berwarna biru dan berwarna

putih (Anonim, 2009)

Berdasarkan uraiaan diatas, maka peneliti tertarik untuk menentukan

kandungan kadar magnesium pada telur ayam ras, telur ayam kampung dan telur

bebek.

Pada penelitian ini digunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom

karena memiliki keuntungan antara lain kecepatan analisisnya, ketelitiannya, dan

dapat menentukan konsentrasi dalam jumlah sangat kecil. Keuntungan yang lain,

sebelum pengukuran tidak perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena

kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan

(19)

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah kandungan magnesium yang terdapat pada telur bebek lebih tinggi

dari telur ayam kampung dan telur ayam ras

2. Apakah ada perbedaan kadar magnesium antara telur ayam kampung, telur

ayam ras dan telur bebek

1.3 Hipotesis

1. Telur bebek mengandung magnesium dalam jumlah lebih tinggi dari telur

ayam ras dan telur ayam kampung.

2 Terdapat perbedaan kadar magnesium pada ketiga jenis telur tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mngetahui kadar magnesium dalam telur ayam kampung, telur ayam

ras dan telur bebek.

2. Untuk membandingkan kadar magnesium dalam telur ayam kampung, telur

ayam ras dan telur bebek.

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan mineral

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian

2.1.1 Ayam Ras Petelur

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan

liar yang ditangkap dan dipelihara oleh masyarakat pedesaan.

Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam

liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa

Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini

kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena

keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda

disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam

negeri (ayam ras). Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan adalah ayam

ras white leghorn (Anonim, 2010).

2.1.2 Ayam Kampung

Ayam kampung adalah ayam jinak yang telah terbiasa hidup di tengah

masyarakat. Daya adaptasinya sangat tinggi, karena ayam itu mampu

menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Lingkungan, dan iklim yang ada.

Umumnya ayam ini dipelihara secara ekstensif, dibiarkan lepas bebas

berkeliaran di halamn rumah, lapangan, kebun, dan tempat-tempat lain disekitar

kampung atau daerah pemukiman manusia. Karena tempat hidupnya itulah lalu

(21)

2.1.3 Bebek

Bebek disebut juga sebagai unggas air, karena sebagian kehidupannya

dilakukan di tempat yang berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik seperti

selaput jari dan paruh yang lebar dan panjang. Selain bentuk fisik dapat juga

dilihat bahwa keberadaannya di muka bumi ini, dimana bebek kebanyakan

populasinya berada di daerah dataran rendah, yang banyak dijumpai di rawa-rawa,

persawahan, muara sungai. Daerah-daerah seperti ini dimanfaatkan oleh itik

menjadi tempat bermain dan mencari makan (Saleh, 2009).

Bebek adalah salah satu jenis unggas yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

Anseriformes, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus Anatini dan genus

Anas. Dikenal banyak spesies bebek liar yang hidup di alam bebas di seluruh

dunia, antara lain adalah Mallard, Pintail, Wood duck, Bluewinged Teal,

Green-winged Teal, dan Widgeon. Nama-nama latinnya adalah: Anas plathyrynchos,

Anas acuta, Anas crecca dan Anas penelope (Srigandono, 1997).

2.2 Cara Pemeliharaan

2.2.1 Ekstensif yang diperbaiki

Pada cara pemeliharaan yang lama, ayam dilepas bebas tanpa desediakan Kandang untuk tempak istirahat atau tidur. Ayam bebas berkeliaran ke mana saja

dan pemilik tidak memberikan makanan apa-apa pada ternaknya.

Cara lama ini diperbaiki dan disebut cara ekstensif yang diperbaiki. Pada

cara ini ayam tetap dilepas bebas dan bisa berkeliaran ke mana saja yang disukai.

Namun penilik menyediakan kandang untuk ayamnya, memberikan makanan

(22)

2.2.2 Semi-intensif

Cara pemeliharaan ini ayam tetap dilepas bebas. Namun arealnya terbatas hanya disekitar pekarangan rumah atau peralatan khusus (pagar) yang disediakan

untuknya. Cara ini biasanya digunakan untuk ternak bebek dengan tambahan

dibuat kolam buatan. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 25).

2.2.3 Intensif

Cara pemeliharaan ini, kandang berperan penuh sebagai tempat hidup ayam sepanjang hidupnya. Hidup ayam sangat tergantung dari perhatian pemiliknya,

karena sepanjang waktu ayam tidak bisa keluar-masuk kandang seenaknya.

Dengan demikian makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup dan baik

mutunya mutlak harus disediakan secara teratur. Begitu pula vaksinasi, kebersihan

kandang, dan keperluan lainnya yang dianggap penting membutuhkan perhatian

yang seksama. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 25) (Sarwono, 1997).

2.3 Kandungan Gizi Telur

Kandungan gizi pada telur ayam dan telur bebek dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini.

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram Telur Ayam dan Telur Bebek

Zat gizi Telur ayam Telur Bebek

Energi (kkal) 143 185

Protein (g) 12,58 12,81

Total lemak (g) 9,94 13,77

Karbohidrat (g) 0,77 1,45

Kalsium/Ca (mg) 53 64

Besi/Fe (mg) 1,83 3,85

Magnesium/Mg (mg) 12 17

Fosfor/P (mg) 191 220

Kalium/K (mg) 134 222

Natrium/Na (mg) 140 146

(23)

Tembaga/Cu (mg) 0,102 0,062

Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038

Selenium/Se (mkg) 31,7 36,4

Thiamin (mg) 0,069 0,156

Riboflavin (mg) 0,478 0,404

Vitamin B6 (mg) 0,143 0,250

Kolin (mg) 251,1 263,4

Vitamin B12 (mkg) 1,29 5,40

Vitamin A (IU) 487 674

Vitamin E (mg) 0,97 1,34

Vitamin K (mkg) 0,3 0,4

Kolesterol (mg 423 884

Sumber: USDA (2007)

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kandungan Gizi Telur 1. Kondisi Lingkungan induk

• Penyakit

Beberapa jenis penyakit ayam, seperti ND (newcastle disease) dan

infeksi bronkitis dapat menimbulkan abnormalitas pada kulit telur.

Bahkan penyakit tersebut juga menimbulkan penurunan kualitas

pada putih telur dan kuning telur.

• Suhu

Suhu yang panas akan mengurangi kualitas putih telur dan

mengurangi kekuatan maupun ketebalan kulit telur. Hal ini

disebabkan oleh penurunan nafsu makan pada ayam sehingga

zat-zat gizi yang diperlukan tidak mencukupi. Suhu yang

(24)

2. Pakan

Kualitas pakan juga akan mempengaruhi kualitas kuning telur serta putih

telur. Untuk memenuhi sejumlah unsur nutrisi, ayam memperoleh pakan dari

berbagai bahan makanan. Bahan pakan sebagai sumber energi yaitu jagung

kuning, jagung putih dedak, bekatul dan ubi kayu. Bahan pakan sebagai

sumber protein yaitu bungkil kacang kedelai, bungkil kacang tanah, bungkil

kelapa. Bahan makanan sebagai sumber mineral yaitu tepung tulang, tepung

kerang, tepung ikan (Rasyaf, 1994)

3. Suhu Penyimpanan

Suhu optimum penyimpanan telur antara 12-15 C dan kelembapan

70-80%. Di bawah atau di atas suhu tersebut akan berpengaruh kurang baik

terhadap kualitas telur. Penyimpana telur dalam skala besar sebaiknya

dilakukan di ruang yang berpendingin (ber-AC). Jika tidak terdapat AC, dalam

ruang penyimpanan dapat diletakkan ember berisi air yang berfungsi untuk

menjaga kelembapan ruang. Dengan cara ini penguapan cairan di dalam telur

dapat dikurangi (Sudaryani, 2003).

2.5 Magnesium

Fungsi magnesium hampir sama dengan kalsium dan fosfor. Hampir 60%

magnesium dalam tubuh terdapat pada tulang, 26% dalam otot, dan sisanya ada

dalam jaringan lunak serta cairan tubuh. Fungsi utama magnesium berpusat pada

kemampuannya untuk mengaktifkan beberapa enzim. (Wirakusumah, 1999).

Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus sistem

(25)

sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi berkaitan

dengan metabolisme energi, karohidrat, lipida, protein dan asam nukleat.

Di dalam cairan sel ekstraseluler magnesium berperan dalam transmisi

saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini peranan magnesium

berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot, sedangakn

magnesium mengendorkan otot. Kalsium mendorong penggumpalan darah

sedangkan magnesium mencegah. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf,

sedangkan magnesium melemaskan saraf (Almatsier,2004).

Magnesium penting untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan

tulang dengan cara bekerja sama dengan kalsium dan vitamin D untuk membantu

memelihara kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis (Anonim, 2009)

Kekurangan magnesium ditandai oleh gejala-gejala seperti gangguan

mental, kelelahan, gangguan jantung, dan masalah-masalah pada konduksi saraf

serta kontraksi otot.Gejala lainnya kejang otot, susah tidur, dan stress

(Wirakusumah, 1999).

2.6 Spektrofotometri Serapan Atom

2.6.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk

mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali

mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi

atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam

dalam sampel (Bender, 1987).

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif

(26)

analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak

tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok

untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas

deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya

sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar

oleh atom-atom netral dalam bentuk gas (Rohman, 2007).

Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan

spektrofotometri atom dengan cara absorbs yaitu penyerapan energy radiasi oleh

atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi

pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai

contoh plumbum menyerap radiasi pada panjang gelombang 283,3 nm, kadmium

pada 228,8 nm, magnesiunm pada 285,2 nm, natrium pada 589 nm, sementara

kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm. Dengan menyerap energi,

maka atom akan memperoleh energy sehingga suatu atom pada keadaan dasar

dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi (Rohman, 2007).

Secara eksperimental akan diperoleh puncak-puncak serapan sinar oleh

atom-atom yang dianalisis. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena

serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaaan azas ke salah satu

tingkat energy yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (Resonance line).

Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi

cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang

(27)

Kelemahan spektrofotometri serapan atom adalah sampel harus dalam

bentuk larutan dan tidak mudah menguap dan satu lampu katoda hanya digunakan

untuk satu unsur saja (Fifield, 1983).

Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai

berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga

(hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang

mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga

yang dilapisi dengan logam tertentu (Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel

yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih

dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk

mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan

menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat

dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk

gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000

2. Tanpa nyala (Flameless)

C. Sumber nyala asetilen-udara

ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Padas umber

nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan

(28)

Pengtoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel

diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit,

kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan system elektris dengan cara

melewatkan arus listrik apda grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang

akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini

dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga

terjadilah proses penyerapan energy sinar yang memenuhi kaidah analisis

kuantitatif (Rohamn, 2007).

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih

spectrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam

analisis dari sekian banyak spectrum yang dihasilkan lampu katoda

berongga (Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang

melalui tempat pengatoman (Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang

diterima dari detector sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout)

(Rohman, 2007).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan

(29)

kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman,

2007).

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom 2.6.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, asetilen, dan

propan, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, dan NO2. Menurut Harris

(1982), temperatur dari berbagai nyala dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi

Bahan Bakar Oksidasi Temperatur Maksimum (oK)

Asetilen Udara 2400-2700

Asetilen Nitrogen Oksida 2900-3100

Asetilen Oksigen 3300-3400

Hidrogen Udara 2300-2400

Hidrogen Oksigen 2800-3000

Sianogen Oksigen 4800

2.6.3 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan dapat terjadi pada saat dilakukan analisis dengan alat

(30)

a. Gangguan oleh penyerapan non-atomik

Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang

bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomic dapat

disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel pengganggu yang

berada di dalam nyala. Cara mengatasi penyerapan non-atomik ini adalah bekerja

pada panjang gelombang yang lebih besar (Rohman, 2007).

b. Gangguan spectrum

Gangguan spectrum dalam spektrofotometer serapan atom timbul akibat

terjadinya tumpang tindih antara frekuensi-frekuensi garis resonansi unsure yang

dianalisis dengan garis-garis yang dipancarkan oleh unsure lain. Hal ini

disebabkan karena rendahnya resolusi monokromator (Mulja, 1995).

c. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom di

dalam nyala.

Pembentukan atom-atom netral dalam keadaan azas di dalam nyala sering

terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu:

• Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna disebabkan terbentuknya

senyawa refraktorik (sukar diuraikan dalam api), sehingga akan

mengurangi jumlah atom netral yang ada di dalam nyala.

• Ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu yang digunakan terlalu

tinggi. Prinsip analisis dengan spektrofotometer serapan atom adalah

mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan azas.

Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuran absorbansi

atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama dengan spectrum atom-atom dalam

(31)

2.7 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa

parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis

adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan

ditentukan dengan dua cara, yaitu:

• Metode Simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu

bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan

hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang

sebenarnya) (Harmita, 2004).

• Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode

yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi

tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan

divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa

(32)

menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat

ditemukan kembali (Harmita, 2004).

Menurut Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai

recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan

metode standar adisi.

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara

berulang untuk sampel yang homogeny. Nilai simpangan baku relatif yang

memenuhi persyaratan adanya keseksamaan metode yang dilakukan (Harmita,

2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang

hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,

menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit

dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang

dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima

(33)

e. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kadar magnesium pada telur ayam kampung, telur ayam ras dan

telur bebek secara spektrofotometri serapan atom.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas

Farmasi USU, Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 – Januari 2011.

3.2 Bahan dan Alat 2.2.1 Sampel

Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah telur ayam kampung,

telur ayam ras dan telur bebek (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 22).

3.2.2 Pereaksi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak dinyatakan lain

mempunyai kualitas pro analis produksi E. Merck yaitu Larutan standar Mg 1000

ppm, asam nitrat 65%, Kuning Titan 0,1%, NaOH 2N, dan akuabides (PT.

Ikapharmindo Putramas).

3.2.3 Alat-alat

Spektrofotometer Serapan Atom (GBC Avanta ∑, Australia) dengan nyala

udara-asetilen lampu Mg (GBC Avanta ∑, Australia) (Gambar dapat dilihat pada

Lampiran 24), lemari asam, neraca analitik (Boeco), hot plate (Fisons), kertas

(35)

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Sampel

3.3.1.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah sampel telur ayam kampung, telur ayam

ras dan telur bebek yang banyak tersedia dipasar – pasar tradisional seperti Pasar

Sukaramai, Pasar Halat, Pasar Mandala, Pasar Aksara, dan Pasar Simpang Limun,

yang sumbernya berasal dari peternakan Pantai Labu. Sampel yang digunakan

diambil secara purposif di Pasar Sukaramai. Metode pengambilan sampel purposif

yang ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil mempunyai

karakteristik yang sama (homogen) dengan sampel yang diteliti (Sudjana, 2001).

3.3.1.2 Persiapan Sampel

Telur dicuci bersih dengan air mengalir. Lalu dikeluarkan dari

cangkangnya, kemudian dihomogenkan dengan cara diblender agar putih dan

kuning telur tercampur sempurna.

3.3.2 Pembuatan Pereaksi 3.3.2.1 Kuning Titan 0,1%

Larutan Kuning Titan 0,1% dibuat dengan cara melarutkan 0,1 g Titan

Yellow dalam 100 ml akuades (Vogel, 1990).

3.3.2.2 Natrium Hidroksida 2N

Larutan Natrium Hidroksida 2N dibuat dengan melarutkan 8,002 g

(36)

3.3.3 Proses Destruksi

Sampel telur yang telah homogen masing – masing ditimbang sebnayak 20

gram, dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu direndam masing – masing dengan

25 ml HNO3 65% b/v, didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, sampel

dipanaskan pada hotplate dengan suhu 110OC selama ± 30 menit sampai terbentuk

larutan bewarna kuning jernih. Hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml dan dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan akuabides. Lalu

disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dengan membuang 2 ml filtrat

pertama hasil penyaringan dan filtrat selanjutnya ditampung kedalam botol.

Kemudian dilakukan uji kualitatif terhadap larutan filtrat. (Haswell, 1991)

(Gambar dapat dilihat pada Lampiran23).

3.3.4 Pemerikasaan Kualitatif

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan filtrat, diatur pH-nya

mendekati netral (pH=7), ditambahkan 3 tetes reagensia kuning titan dan 3 tetes

NaOH 2 M. Dihasilkan warna atau endapan merah (Vogel, 1990).

3.3.5 Analisa Kuantitatif

3.3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium (Mg)

Larutan baku Mg (1000 mcg/ml) sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam

labu tentukur 100 ml lalu dicukupkan dengan aquabidest hingga garis tanda. Dari

larutan tersebut (10 mcg/ml) masing-masing di pipet 5 ml; 10 ml; 15 ml; 20 ml;

dan 25 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan

aquabidest hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1,0

mcg/ml; 2,0 mcg/ml; 3,0 mcg/ml; 4,0 mcg/ml; dan 5,0 mcg/ml, lalu dilakukan

(37)

3.3.5.2 Penetapan Kadar Magnesium dalam Sampel

Larutan uji sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan

diencerkan dengan aquabidest hingga garis tanda ( Faktor Pengenceran = 100/5 =

20 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom

pada panjang gelombang 285,2 nm.

3.3.6 Perhitungan Kadar Logam Magnesium

Perhitungan Kadar Logam Mg dalam larutan sampel

dapat dihitung dengan rumus :

Kadar (mcg/ml) =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel (mg)

3.3.7 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit

dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation

(LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat diukur

secara cermat dan akurat.

Batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada Standar Deviasi (SD) dari

kurva antara respon dan kemiringan (slope) dengan rumus :

(38)

Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat digunakan rumus :

3.3.8 Prosedur Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode

penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar

logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan

kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan

konsentrasi tertentu (Ermer, 2005). Larutan standar yang ditambahkan yaitu 20

ml larutan baku magnesium (konsentrasi 2 mcg/ml) pada larutan sampel.

Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

3.3.9 Analisis Data Secara Statistik 3.3.9.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6

larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada

(39)

Tabel 3. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

(Rohman, 2007)

Untuk menentukan kadar magnesium di dalam sampel dengan interval

kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

μ = X ± t ½ α s/√n

Keterangan : µ = interval kepercayaan

X = kadar rata-rata sampel

t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = tingkat kepercayaan

s = standar deviasi

n = jumlah perlakuan (Wibisono, 2005)

3.3.9.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan

masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga

dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)

atau berbeda (σ1≠ σ2) dengan menggunakan rumus:

(40)

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan

dengan uji t dengan rumus:

(X1 – X2) to =

Sp √1/n1 + 1/n2

dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus :

(X1 – X2) to =

S12/n1 + S22/n2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui

adanya magnesium dalam larutan sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif

dengan Spektrofotometer Serapan Atom. . Hasil analisis kualitatif Magnesium

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis kualitatif Magnesium dalam sampel yang dianalisis

No Sampel Reaksi dengan

Kuning Titan 0,1% Keterangan

1

Telur Ayam Kampung Merah rosa +

2 Telur Ayam Ras Merah rosa +

3 Telur Bebek Merah rosa +

Tabel diatas menunjukkan bahwa sampel telur ayam kampung, telur ayam

ras dan telur bebek mengandung magnesium. Hasil reaksi memberikan warna

merah rosa dengan penambahan kuning titan.

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi Magnesium

Dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar magnesium yang berada

dalam konsentrasi rentang kerja (linear range) pada panjang gelombang 285,2 nm

diperoleh persamaan garis regresi y = 0,0478x + 0,0128 dengan koefisien korelasi

(42)

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan

standar Magnesium yang dapat dilihat pada Gambar 2 :

0

Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi

dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9955.

Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan bukti adanya korelasi linier yang menyatakan

adanya hubungan antara X dan Y (Shargel dan Andrew, 1999). (Data hasil

pengukuran absorbansi dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada

Lampiran 1).

4.2.2 Kadar Magnesium pada sampel Telur Ayam Kampung, Telur Ayam Ras dan Telur Bebek

Analisis kadar magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan

atom. Kadar magnesium dalam telur ayam kampung, telur ayam ras dan telur

bebek diperoleh dari persamaan garis regresi larutan standarnya. (Data dan contoh

perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Analisis dilanjutkan

dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, 12,

13, 14 dan 15). Hasil analisis kuantitatif magnesium dalam telur ayam kampung,

telur ayam ras dan telur bebek dapat dilihat pada Tabel 5.

(43)

No Sampel Kadar magnesium (mg/100g)

1 Telur Ayam Kampung 12,4292 ± 0,1735

2 Telur Ayam Ras 13,2028 ± 0,1271

3 Telur Bebek 16,3302 ± 0,3338

Keterangan : Hasil yang diperoleh merupakan rata-rata dari 6 kali ulangan

Hasil diatas menunjukkan bahwa sampel telur bebek memiliki kadar

magnesium yang lebih tinggi dibandingkan telur ayam ras dan telur ayam

kampung.

Salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan kandungan gizi telur

adalah kandungan gizi pakan yang akan mempengaruhi kualitas telur. Dari hasil

survey di peternakan pantai labu diperoleh bahwa bahan pakan pada ayam dan

pada bebek umumnya sama yaitu jagung kuning, dedak, dan konsentrat yang

diperoleh dari pabrik (campuran tepung ikan, tepung kerang, dan tepung tulang).

Tetapi pada bebek diberi bahan makanan lain seperti ikan, bekicot, dan makanan

sisa dapur, sehingga menyebabkan kandungan magnesium pada telur bebek lebih

besar dari telur ayam.

Berdasarkan pengamatan secara visual telur bebek lebih besar

dibandingkan dengan telur ayam ras dan telur ayam kampung. Berat telur bebek

sekitar 65-75 gram, telur ayam ras 55-60 gram, dan telur ayam kampung paling

kecil dengan berat 40-45 gram. Pada telur bebek warna kuning telurnya adalah

lebih agak kemerahan dibanding telur ayam kampung dan pada telur ayam ras

kuning telurnya adalah kuning cerah. Komposisi kuning telur bebek lebih banyak

dari pada putihnya, sedangkan telur ayam kampung dan telur ayam ras kuning

(44)

ayam ras berwarna agak kecoklatan, dan telur ayam kampung berwarna putih

(Aisyah, 2009).

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Untuk melihat kadar terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

yang masih memberikan respon signifikan dan kuantitas terkecil analit dalam

sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama, maka dilakukan

perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi. Dari hasil perhitungan diperoleh

batas deteksi sebesar 0,5967 mcg/ml dan batas kuantitasi sebesar 1,9890 mcg/ml.

(Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 2).

Hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi

dan batas kuantitasi. Sehingga penetapan kadar magnesium memenuhi

persyaratan.

4.4. Uji Perolehan Kembali

Hasil yang didapat dari uji perolehan kembali untuk Magnesium pada telur

ayam kampung adalah 93,63%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima

karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali

adalah antara 80-120% (Ermer, J dan Miller ,2005 ).

Dengan demikian metode spektrofotometri serapan atom yang dilakukan

pada penelitian ini mempunyai akurasi yang baik untuk penetapan kadar

magnesium pada sampel (Data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil penetapan kadar dengan menggunakan spektrofotometer

serapan atom menunjukkan bahwa kadar magnesium pada telur ayam

kampung adalah 12,4292 mg/100g, telur ayam ras adalah 13,2028

mg/100g, dan telur bebek adalah 16,3302 mg/100g.

2. Hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata kadar magnesium antara telur

ayam kampung, telur ayam ras, dan telur bebek, menyimpulkan bahwa

kadar magnesium pada telur bebek lebih tinggi dari telur ayam kampung

dan telur ayam ras.

5.2 Saran

Disarankan kepada masyarakat mengkonsumsi telur bebek sebagai salah

(46)

DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2009). Manfaat Magnesium.

Anonim. (2010). Budidaya Ayam Ras Petelur.

Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal 246.

Bender, G.T. (1987). Principal of Chemical Instrumentation. Philadelphia: W.B.Sounders Company. Page 98.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 748.

Ermer, J dan Miller, JHM. (2005). Method Validation in Pharmaceutical

Analysis. A Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH, Page 89.

Fifield, F.W. (1983). Principles and Practice of Analytical Chemistry. Edisi Kedua. London:International Textbook Company Limited. Pages. 10, 277.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara

Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.1(3):

119, 130,131.

Haswell. S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam: Elsevier. Pages. 202, 207-208

Khopkar, S.M. (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi kedua, UI Press, Jakarta.

Mulja. (1995). Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Bandung: Penerbit Universitas Gajah Mada. Hal.87.

Rasyaf. (1994). Makanan Ayam Broiler. Cetakan 1. Yogyakarta: Konisius. Hal. 102, 110, 129.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisi., Pustaka Pelajar Universitas Islam Indonesia. Hal. 298

Sabri, L. dan Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 112-118.

(47)

Sarwono. (1997). Beternak Ayam Buras. Cetakan 15. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 59-62.

Shargel, L., and Andrew, B. C. (1999). Applied Biopharmaceutics and

Pharmacokinetics. USA: Prentice-hall international, INC. Page 15.

Srigandono. (1997). Produksi Unggas Air. Cetakan 3. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 3.

Sudaryani, T. (2003). Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi Ke-6. Bandung: Tarsito. Hal.168-169

USDA, (2007). The USDA Food Search for Windows. Human Nutritition Research Center of Agricultural Research and Service

Vogel. (1979). Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. LongmanGroup Limited. London. Diterjemahkan oleh Setiono L.1990.

Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi V. PT. Jakarta:

Kalman Media Pustaka. Hal. 307.

Wibisono,Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 451-452

(48)

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Magnesium (Mg), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Mg.

1. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar Mg

No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi

1 0,000 0,0000

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

No X Y X2 Y2 XY

(49)
(50)
(51)

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Magnesium dalam telur ayam kampung

Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi Mg dalam sampel yang beratnya 20,012 g dan

absorbansi 0,1327.

X = Konsentrasi sampel

Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah

Y = 0,0478X + 0,0128

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 2,5084 mcg/ml

Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

= 12,5345 mg/100g

(52)

Lampiran 4. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar magnesium pada telur ayam kampung dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g)

1 Telur Ayam Kampung

20,012 0,1327 2,5084 12,5345

20,030 0,1323 2,5000 12,4813

20,047 0,1319 2,4916 12,3935

20,050 0,1324 2,5021 12,4793

20,021 0,1330 2,5146 12,5717

(53)

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Magnesium dalam telur ayam ras

Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi Mg dalam sampel yang beratnya 20,020 g dan

absorbansi 0,1400.

X = Konsentrasi sampel

Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah

Y = 0,0478X + 0,0128

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 2,6611 mcg/ml

Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

= 13,2922 mg/100g

(54)

Lampiran 6. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar magnesium pada telur ayam ras dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g) 1 Telur Ayam Ras 20,020 0,1400 2,6611 13,2922

20,042 0,1380 2,6192 13,0686

20,037 0,1409 2,6799 13,3748 20,040 0,1384 2,6276 13,1118 20,046 0,1385 2,6297 13,1183

(55)

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Magnesium dalam telur bebek

Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi Mg dalam sampel yang beratnya 20,051 g dan

absorbansi 0,1716.

X = Konsentrasi sampel

Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah

Y = 0,0478X + 0,0128

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 3,3222 mcg/ml

Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

= 16,5687 mg/100g

(56)

Lampiran 8. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar magnesium pada telur ayam bebek dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g)

1 Telur Bebek 20,051 0,1716 3,3222 16,5687

20,047 0,1709 3,3075 16,4987

20,022 0,1649 3,1820 15,8925

20,028 0,1697 3,2824 16,3891

20,025 0,1675 3,2364 16,1618

(57)

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Mg dalam sampel 1. Telur ayam kampung

A. Konsentrasi

y = 0,0478x + 0,0128

y = absorbansi, x = konsentrasi

1) 0,1327= 0,0478x + 0,0128

x = 2,5084 mcg/ml

2) 0,1323 = 0,0478x + 0,0128

x = 2,5000 mcg/ml

3) 0,1319 = 0,0478x + 0,0128

x = 2,4916 mcg/ml

4) 0,1324 = 0,0478x + 0,0128

x = 2,5021 mcg/ml

5) 0,1330 = 0,0478x + 0,0128

x = 2,5146 mcg/ml

6) 0,1287 = 0,0478x + 0,0128

x = 2,4247 mcg/ml

B. Kadar

Kadar (mcg/ml) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)

V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran

(58)

1) Kadar 1 =

y = absorbansi, x = konsentrasi

(59)
(60)

6) Kadar 6 =

y = absorbansi, x = konsentrasi

(61)
(62)

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada telur ayam kampung

Dari 6 data yang diperoleh, data ke 6 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji

dengan uji Q.

12,1150 - 12,3935

Q = = 0,6098 12,5717 – 12,1150

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

Rata-rata kadar Mg dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6,

dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 20).

μ =X ± t ½ α s/√n

μ = 12,4292 ± 2,5706 . 0,1653/√6

(63)

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada telur ayam ras

Dari 6 data yang diperoleh, data ke 2 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji

dengan uji Q.

13,0686 – 13,1118

Q = = 0,1410 13,3748 – 13,0686

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

Rata-rata kadar Mg dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6,

dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 20).

μ =X ± t ½ α s/√n

μ = 13,2028 ± 2,5706 . 0,1211/√6

(64)

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada Telur Bebek

Dari 6 data yang diperoleh, data ke 3 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji

dengan uji Q.

15,8925 – 16,1618

Q = = 0,3982 16,5687 – 15,8925

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

Rata-rata kadar Mg dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6,

dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 20).

μ =X ± t ½ α s/√n

μ = 16,3302 ± 2,5706 . 0,3181/√6

(65)

Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam kampung Dan Telur Ayam Ras

No Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung (mg/100g)

Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Ras mg/100g)

Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi

kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).

1. Ho: σ1 = σ2

H1: σ1≠ σ2

2. Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (5,5))adalah = 7,1464

(Lampiran 21).

Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo≤ 7,1464

Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 dan Fo > 7,1464

4. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa σ1 = σ2, Kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata –

(66)

Karena ragam populasi sama (σ1 = σ2), maka simpangan bakunya adalah: 4. Pengujian statistik:

( X1 – X2)

5. Karena to = -9,2460 < -2,2281, maka hipotesa ditolak, Berarti terdapat

perbedaan signifikan rata-rata kadar magnesium antara telur ayam

(67)

Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Kampung Dan Telur Bebek

No Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung (mg/100g)

Kadar Magnesium Pada Telur Bebek mg/100g)

Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi

kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).

1. Ho : σ1 = σ2

H1 : σ1 ≠ σ2

2. Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F 0,05/2 (5,5)) adalah 7,1464

(Lampiran 21)

Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo ≤ 7,1464

Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 atau Fo > 7,1464

3. Fo = 2

4. Dari hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak sehingga

disimpulkan bahwa σ1 = σ2. Kemudian dilanjutkan dengan uji beda

(68)

Karena ragam populasi sama (σ1 = σ2), maka simpangan bakunya adalah :

4. Pengujian statistik

to =

5. Karena to = -25,6537 < -2,2281 maka hipotesa ditolak. Berarti terdapat

perbedaan signifikan rata-rata kadar magnesium antara telur ayam

(69)

Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Ras Dan Telur Bebek

No Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Ras (mg/100g)

Kadar Magnesium Pada Telur Bebek mg/100g)

Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi

kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).

1 Ho : σ1 = σ2

H1 : σ1 ≠ σ2

2 Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F 0,05/2 (5,5)) adalah 7,1464

(Lampiran 21)

Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo ≤ 7,1464

Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 atau Fo > 7,1464

3 Fo = 2

4 Dari hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak sehingga

disimpulkan bahwa σ1 = σ2. Kemudian dilanjutkan dengan uji beda

(70)

Karena ragam populasi sama (σ1 = σ2), maka simpangan bakunya adalah :

4. Pengujian statistik

to =

5. Karena to = -22,5044 < -2,2281 maka hipotesa ditolak. Berarti terdapat

perbedaan signifikan rata-rata kadar magnesium antara telur ayam

(71)

Lampiran 16 . Perhitungan Kadar Magnesium Dalam Telur Ayam Kampung Untuk Recovery

Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat Sampel (mg)

A. Konsentrasi

Persamaan garis regresi y = 0,0478+ 0,0128

y = absorbansi, x = konsentrasi

(72)
(73)

Lampiran 17. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Mg

Kadar larutan baku yang ditambahkan

= Volume larutan baku yang ditambahkan x Konsentrasi larutan baku

= 20 ml x 2 mcg/ml

= 40 mcg

Kadar logam standar yang ditambahkan

40 mcg x20

=

20,0335 g

= 39,933 mcg/g

= 3,9933 mg/100g

% Recovery = 16,1682 – 12,4292 x 100%

3,9933

(74)

Lampiran 18. Data % Recovery Mg No Berat

Sampel (mg)

Absorbansi Konsentasi (mcg/ml)

Kadar Total (KT)

(mg/kg)

Kadar Awal (KA)

(mg/kg)

% Recovery

1 20,033 0,1661 3,2071 16,0091 12,5345

93,63%

2 20,039 0,1661 3,2071 16,0429 12,4813

3 20.038 0,1697 3,2824 16,3803 12,3935

4 20,025 0,1671 3,2280 16,1198 12,4793

5 20,029 0,1676 3,2385 16,1690 12,5715

6 20,037 0,1688 3,2636 16,2878 12,1150

X = 20,0335 KT=

16,1682

(75)
(76)
(77)

Lampiran 21. Gambar Sampel

Gambar 3. Telur Ayam Kampung

Gambar 4. Telur Ayam Ras

(78)

Lampiran 22.Uji Kualitatif Magnesium

Gambar 6. Larutan Baku Mg dan Blanko

(79)

Lampiran 23. Gambar Proses Destruksi

(80)

Lampiran 24. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom

Gambar

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram Telur Ayam dan Telur Bebek Zat gizi Telur ayam Telur Bebek
Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom
Tabel 3. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%
Tabel 4. Analisis kualitatif Magnesium dalam sampel yang dianalisis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Secara Spektrofotometri Serapan Atom Dengan ini menyatakan

PENETAPAN KADAR BESI, KALSIUM, MAGNESIUM, DAN SENG DALAM BUAH OYONG (Luffa acutangula (L.) Roxb) SEGAR DAN DIREBUS SECARA SPEKTROFOTOMETRI..

Judul Skripsi : Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Daun Salam ( Eugenia Polyantha Wight) Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Dengan ini menyatakan

Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar Besi, Kalsium, Magnesium, dan Kalium pada Sampel. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar Besi

Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium dalam Pare Segar. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD)

Judul Skripsi : Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium dalam Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) secara Spektrofotometri Serapan Atom Dengan ini

Contoh Perhitungan Kadar Kalsium, Kalium, dan Natrium pada Buah Sawo Mengkal tidak

Tempat penyimpanan terbesar besi didalam tubuh adalah hati sehingga dimungkinkan hati ayam ras dan ayam buras tersebut mengandung besi dengan kadar yang