PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
OLEH:
WINDA WAHIDAR NIM 091524009
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH
WINDA WAHIDAR NIM 091524009
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
OLEH:
WINDA WAHIDAR NIM 091524009
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Maret 2011
Disetujui Oleh: Pembimbing I,
(Drs. Maralaut Batubara, M.Phill.,Apt.) NIP 195101311976031003
Pembimbing II,
(Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.) NIP 195006221980021001
Medan, Maret 2011
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah
Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan
judul:“Penetapan Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung, Telur
Ayam Ras, dan Telur Bebek Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta (Alm. Iskandar A.Thaleb dan Wahdah Syahlan
Manurung) yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai
dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun
non-materi.
2. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill.,Apt dan bapak Drs. Muchlisyam,
M.Si., Apt yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta
saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan, staf pengajar dan
staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa
perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi.
4.Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt selaku penasihat akademik yang telah
5. Ibu Dra. Masfria, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi
Kualitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis
sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.
6. Bapak Baharuddin AR selaku penanggung jawab Laboratorium Balai Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (BPPKS) Medan dan Bapak Hambali selaku Operator
Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Kakanda, Abang dan adik ku tercinta (Lily Meilisda, Wanda Wardani, Fitri
Dahlia, Handri Asmara, Alfiansyah, M.Yugo Andria Nugroho, Dara Cantika),
serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.
8. Spesial untuk sahabat-sahabat ku Tentuwin (Ira, Anita, Rikha, Desmi, Sri,
Emil, Ipit, Vivi Kei, Iezzha, mak Ve), Bayu, Taqin, Fika, Siti dkk, Giant, Dina,
Herlina, Ririn, Aqim dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2009, terima
kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.
9. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum
namanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua.
Medan, Maret 2011 Penulis,
PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
ABSTRAK
Telur merupakan salah satu bahan pangan sebagai sumber mineral.
Mineral yang terkandung dalam telur diantaranya kalsium, besi, magnesium,
fosfor, kalium, natrium, mangan, dan zink.
Magnesium merupakan mineral makro yang dibutuhkan tubuh manusia.
Magnesium berperan penting bagi tubuh terutama untuk relaksasi otot, jaringan
saraf, serta mengaktifkan beberapa enzim. Faktor yang mempengaruhi kandungan
gizi termasuk mineral magnesium pada telur adalah kondisi lingkungan induk,
pakan, dan suhu penyimpanan.
Bahan yang dianalisis adalah telur ayam kampung, telur ayam ras, dan
telur bebek yang diperoleh dari pasar tradisional Sukaramai Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar magnesium dalam
telur ayam kampung, telur ayam ras dan telur bebek. Metode penetapan kadar
dilakukan dengan cara spektrofotometri serapan atom nyala udara-asetilen.
Analisis kuantitatif magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2
nm. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata magnesium pada telur ayam
kampung adalah 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, pada telur ayam ras adalah 13,2028
± 0,1271mg/100g dan pada telur bebek adalah 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Batas
deteksi dan kuantitasi diperoleh 0,5967 mcg/ml dan 1,9890 mcg/ml
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa telur bebek mengandung
kadar magnesium yang lebih besar dibandingkan telur ayam ras dan telur ayam
kampung.
DETERMINATION OF MAGNESIUM IN KAMPUNG CHICKEN EGG, RAS CHICKEN EGG, AND DUCK EGG WITH
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY
ABSTRACT
Egg is one of food as a source of mineral. The minerals contained in egg
include calcium, iron, magnesium, phosphorus, potassium, sodium, manganese,
and zinc.
Magnesium is a macro mineral that the human body need. Magnesium
plays an important role for the body, especially for the relaxation of muscles,
nerve tissue, and activate certain enzym. Factors affecting mineral nutrient content
including magnesium in egg is the main environmental conditions, feed, and
storage temperature.
The analysis material was kampung chicken egg, ras chicken egg and duck
egg obtained from traditional market Sukaramai Medan.
The aim of this study was to determine magnesium levels in kampung
chicken egg, ras chicken egg and duck egg. The determination method performed
by atomic absorption spectrophotometry of air-acetylene flame.
Quantitative analysis of magnesium performed at a wavelength of 285.2
nm. The results showed that the average magnesium content in the kampung
chicken egg was 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, ras chicken egg was 13,2028 ±
0,1271mg/100g and duck egg was 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Limit of detection
and quantitation obtained 0.5967 mcg / ml and 1.9890 mcg / ml.
The results showed that the duck eggs contain a more magnesium content
than kampung chicken egg and ras chicken egg.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian... 3
1.5 Manfaat Penelitian... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Uraian. ... 4
2.1.1 Ayam Ras Petelur ... 4
2.1.2 Ayam Kampung. ... 4
2.1.3 Bebek. ... 5
2.2.1 Ekstensif Yang Diperbaiki ... 5
2.2.2 Semi-Intensif ... 6
2.2.3 Intensif ... 6
2.3 Kandungan Gizi Telur. ... 6
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kandungan Gizi Telur ... 7
2.5 Magnesium. ... 8
2.6 Spektrofotometeri Serapan Atom. ... 9
2.6.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom. ... 9
2.6.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi. ... 13
2.6.3 Gangguan-Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom. ... 13
2.7 Validasi Metode Analisis. ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2 Bahan dan Alat ... 18
3.2.1 Sampel ... 18
3.2.2 Pereaksi ... 18
3.2.3 Alat-alat ... 18
3.3 Prosedur Penelitian... 19
3.3.1 Sampel ... 19
3.3.1.1 Pengambilan Sampel ... 19
3.3.1.2 Persiapan Sampel ... 19
3.3.2 Pembuatan Pereaksi ... 19
3.3.4 Pemeriksaan Kualitatif ... 20
3.3.5 Analisa Kuantitatif ... 20
3.3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 20
3.3.5.2 Penetapan Kadar Magnesium Dalam Sampel ... 21
3.3.6 Perhitungan Kadar Magnesium ... 21
3.3.7 Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasii ... 21
3.3.8 Prosedur Uji Perolehan Kembali ... 22
3.3.9 Analisis Data Secara Statistik ... 22
3.3.9.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 22
3.3.9.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
4.1 Pemeriksaan Kualitatif ... 25
4.2 Pemeriksaan Kuantitatif ... 25
4.2.1 Kurva Kalibrasi Magnesium ... 25
4.2.2 Kadar Magnesium Pada Sampel Telur Ayam Kampung, Telur Ayam Ras dan Telur Bebek ... 26
4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 28
4.4 Uji Perolehan Kembali ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29
5.2 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan Gizi per 100 g Telur Ayam dan Telur Bebek... 6
Tabel 2. Temperatur Nyala Dengan Berbagai Kombinasi ... 13
Tabel 3. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%... 23
Tabel 4. Analisis Kualitatif Mg Dalam Sampel ... 25
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom ... 13
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mg ... 26
Gambar 3. Telur Ayam Kampung ... 61
Gambar 4. Telur Ayam Ras ... 61
Gambar 5. Telur Bebek ... 61
Gambar 6. Larutan Baku Mg dan Blanko ... 62
Gambar 7. Uji Kualitatif Sampel ... 62
Gambar 8. Proses Destruksi ... 63
Gambar 9. Alat Spektrofotometer Serapan Atom ... 64
Gambar 10.Pemeliharaan Intensif ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
Magnesium (Mg), Perhitungan Persamaan Garis Regresi
dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Mg ... 32
Lampiran 2. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Mg ... 34
Lampiran 3. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Mg Pada Telur
Ayam Kampung ... 35
Lampiran 4. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi
dan Kadar Mg Pada Telur Ayam Kampung... ... 36
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Mg Pada Telur
Ayam Ras ... 37
Lampiran 6. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi
dan Kadar Mg Pada Telur Ayam Ras... ... 38
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Mg Pada Telur
Bebek ... 39
Lampiran 8. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi
dan Kadar Mg Pada Telur Bebek... ... 40
Lampiran 9. Perhitungan Kadar Mg Dalam Sampel... 41
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada Telur Ayam
Kampung ... 46
Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada Telur Ayam Ras ... 47
Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara
Telur Ayam Kampung dan Telur Ayam Ras ... 49
Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Kampung dan Telur Bebek ... 51
Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Ras dan Telur Bebek... 53
Lampiran 16. Perhitungan Kadar Magnesium dalam Telur Ayam Kampung untuk Recovery... 55
Lampiran 17. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Magnesium dalam Telur Kampung... 57
Lampiran 18. Data % Recovery Magnesium ... 58
Lampiran 19. Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... 59
Lampiran 20. Tabel Nilai Kritik Distribusi F ... 60
Lampiran 21. Gambar Sampel ... 61
Lampiran 22. Uji Kualitatif Magnesium ... 62
Lampiran 23. Gambar Proses Destruksi ... 63
Lampiran 24. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom ... 64
PENETAPAN KADAR MAGNESIUM PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
ABSTRAK
Telur merupakan salah satu bahan pangan sebagai sumber mineral.
Mineral yang terkandung dalam telur diantaranya kalsium, besi, magnesium,
fosfor, kalium, natrium, mangan, dan zink.
Magnesium merupakan mineral makro yang dibutuhkan tubuh manusia.
Magnesium berperan penting bagi tubuh terutama untuk relaksasi otot, jaringan
saraf, serta mengaktifkan beberapa enzim. Faktor yang mempengaruhi kandungan
gizi termasuk mineral magnesium pada telur adalah kondisi lingkungan induk,
pakan, dan suhu penyimpanan.
Bahan yang dianalisis adalah telur ayam kampung, telur ayam ras, dan
telur bebek yang diperoleh dari pasar tradisional Sukaramai Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar magnesium dalam
telur ayam kampung, telur ayam ras dan telur bebek. Metode penetapan kadar
dilakukan dengan cara spektrofotometri serapan atom nyala udara-asetilen.
Analisis kuantitatif magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2
nm. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata magnesium pada telur ayam
kampung adalah 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, pada telur ayam ras adalah 13,2028
± 0,1271mg/100g dan pada telur bebek adalah 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Batas
deteksi dan kuantitasi diperoleh 0,5967 mcg/ml dan 1,9890 mcg/ml
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa telur bebek mengandung
kadar magnesium yang lebih besar dibandingkan telur ayam ras dan telur ayam
kampung.
DETERMINATION OF MAGNESIUM IN KAMPUNG CHICKEN EGG, RAS CHICKEN EGG, AND DUCK EGG WITH
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY
ABSTRACT
Egg is one of food as a source of mineral. The minerals contained in egg
include calcium, iron, magnesium, phosphorus, potassium, sodium, manganese,
and zinc.
Magnesium is a macro mineral that the human body need. Magnesium
plays an important role for the body, especially for the relaxation of muscles,
nerve tissue, and activate certain enzym. Factors affecting mineral nutrient content
including magnesium in egg is the main environmental conditions, feed, and
storage temperature.
The analysis material was kampung chicken egg, ras chicken egg and duck
egg obtained from traditional market Sukaramai Medan.
The aim of this study was to determine magnesium levels in kampung
chicken egg, ras chicken egg and duck egg. The determination method performed
by atomic absorption spectrophotometry of air-acetylene flame.
Quantitative analysis of magnesium performed at a wavelength of 285.2
nm. The results showed that the average magnesium content in the kampung
chicken egg was 12,4292 ± 0,1735 mg/100g, ras chicken egg was 13,2028 ±
0,1271mg/100g and duck egg was 16,3302 ± 0,3338 mg/100g. Limit of detection
and quantitation obtained 0.5967 mcg / ml and 1.9890 mcg / ml.
The results showed that the duck eggs contain a more magnesium content
than kampung chicken egg and ras chicken egg.
BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang
Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja
enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu pembentukan ikatan
yang memerlukan mineral seperti pembentukan haemoglobin (Almatsier, 2001).
Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg
sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari
(Almatsier, 2001).
Magnesium merupakan makromineral keempat terbanyak dalam tubuh
manusia. Di dalam tubuh, magnesium ditemukan pada bagian tulang (60-65%)
dan pada otot (25%) serta sisanya tersebar merata pada sel tubuh dan cairan tubuh.
Magnesium berperan penting bagi tubuh terutama untuk relaksasi otot dan
jaringan saraf, serta mengaktifkan beberapa enzim (Wirakusumah, 2000).
Salah satu sumber magnesium adalah telur. Telur merupakan produk
peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi
masyarakat, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna.
Oleh karenanya, telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak
yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral dalam jumlah banyak
(Sudaryani, 2003).
Telur mengandung berbagai vitamin, antara lain vitamin A, riboflavin,
pangan sumber mineral. Beberapa mineral yang terkandung dalam telur di
antaranya besi, fosfor
kalsium, kalium, natrium , magnesium, tembaga, yodium, mangan, dan zink
(Sudaryani, 2003).
Beberapa jenis telur yang diperdagangkan dan dikonsumsi manusia, yaitu
telur ayam, telur bebek, telur puyuh, telur penyu dan telur ikan. Pada kenyataannya
telur ayam dan telur bebek yang paling populer di kalangan konsumen. Ada dua
jenis telur ayam yaitu telur ayam kampung (buras) dan telur ayam negeri (ras).
Demikian pula untuk telur bebek ada dua macam yang berwarna biru dan berwarna
putih (Anonim, 2009)
Berdasarkan uraiaan diatas, maka peneliti tertarik untuk menentukan
kandungan kadar magnesium pada telur ayam ras, telur ayam kampung dan telur
bebek.
Pada penelitian ini digunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom
karena memiliki keuntungan antara lain kecepatan analisisnya, ketelitiannya, dan
dapat menentukan konsentrasi dalam jumlah sangat kecil. Keuntungan yang lain,
sebelum pengukuran tidak perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena
kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah kandungan magnesium yang terdapat pada telur bebek lebih tinggi
dari telur ayam kampung dan telur ayam ras
2. Apakah ada perbedaan kadar magnesium antara telur ayam kampung, telur
ayam ras dan telur bebek
1.3 Hipotesis
1. Telur bebek mengandung magnesium dalam jumlah lebih tinggi dari telur
ayam ras dan telur ayam kampung.
2 Terdapat perbedaan kadar magnesium pada ketiga jenis telur tersebut.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mngetahui kadar magnesium dalam telur ayam kampung, telur ayam
ras dan telur bebek.
2. Untuk membandingkan kadar magnesium dalam telur ayam kampung, telur
ayam ras dan telur bebek.
1.5 Manfaat Penelitian
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan mineral
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian
2.1.1 Ayam Ras Petelur
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan
liar yang ditangkap dan dipelihara oleh masyarakat pedesaan.
Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam
liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa
Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini
kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena
keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda
disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam
negeri (ayam ras). Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan adalah ayam
ras white leghorn (Anonim, 2010).
2.1.2 Ayam Kampung
Ayam kampung adalah ayam jinak yang telah terbiasa hidup di tengah
masyarakat. Daya adaptasinya sangat tinggi, karena ayam itu mampu
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Lingkungan, dan iklim yang ada.
Umumnya ayam ini dipelihara secara ekstensif, dibiarkan lepas bebas
berkeliaran di halamn rumah, lapangan, kebun, dan tempat-tempat lain disekitar
kampung atau daerah pemukiman manusia. Karena tempat hidupnya itulah lalu
2.1.3 Bebek
Bebek disebut juga sebagai unggas air, karena sebagian kehidupannya
dilakukan di tempat yang berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik seperti
selaput jari dan paruh yang lebar dan panjang. Selain bentuk fisik dapat juga
dilihat bahwa keberadaannya di muka bumi ini, dimana bebek kebanyakan
populasinya berada di daerah dataran rendah, yang banyak dijumpai di rawa-rawa,
persawahan, muara sungai. Daerah-daerah seperti ini dimanfaatkan oleh itik
menjadi tempat bermain dan mencari makan (Saleh, 2009).
Bebek adalah salah satu jenis unggas yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
Anseriformes, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus Anatini dan genus
Anas. Dikenal banyak spesies bebek liar yang hidup di alam bebas di seluruh
dunia, antara lain adalah Mallard, Pintail, Wood duck, Bluewinged Teal,
Green-winged Teal, dan Widgeon. Nama-nama latinnya adalah: Anas plathyrynchos,
Anas acuta, Anas crecca dan Anas penelope (Srigandono, 1997).
2.2 Cara Pemeliharaan
2.2.1 Ekstensif yang diperbaiki
Pada cara pemeliharaan yang lama, ayam dilepas bebas tanpa desediakan Kandang untuk tempak istirahat atau tidur. Ayam bebas berkeliaran ke mana saja
dan pemilik tidak memberikan makanan apa-apa pada ternaknya.
Cara lama ini diperbaiki dan disebut cara ekstensif yang diperbaiki. Pada
cara ini ayam tetap dilepas bebas dan bisa berkeliaran ke mana saja yang disukai.
Namun penilik menyediakan kandang untuk ayamnya, memberikan makanan
2.2.2 Semi-intensif
Cara pemeliharaan ini ayam tetap dilepas bebas. Namun arealnya terbatas hanya disekitar pekarangan rumah atau peralatan khusus (pagar) yang disediakan
untuknya. Cara ini biasanya digunakan untuk ternak bebek dengan tambahan
dibuat kolam buatan. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 25).
2.2.3 Intensif
Cara pemeliharaan ini, kandang berperan penuh sebagai tempat hidup ayam sepanjang hidupnya. Hidup ayam sangat tergantung dari perhatian pemiliknya,
karena sepanjang waktu ayam tidak bisa keluar-masuk kandang seenaknya.
Dengan demikian makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup dan baik
mutunya mutlak harus disediakan secara teratur. Begitu pula vaksinasi, kebersihan
kandang, dan keperluan lainnya yang dianggap penting membutuhkan perhatian
yang seksama. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 25) (Sarwono, 1997).
2.3 Kandungan Gizi Telur
Kandungan gizi pada telur ayam dan telur bebek dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram Telur Ayam dan Telur Bebek
Zat gizi Telur ayam Telur Bebek
Energi (kkal) 143 185
Protein (g) 12,58 12,81
Total lemak (g) 9,94 13,77
Karbohidrat (g) 0,77 1,45
Kalsium/Ca (mg) 53 64
Besi/Fe (mg) 1,83 3,85
Magnesium/Mg (mg) 12 17
Fosfor/P (mg) 191 220
Kalium/K (mg) 134 222
Natrium/Na (mg) 140 146
Tembaga/Cu (mg) 0,102 0,062
Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038
Selenium/Se (mkg) 31,7 36,4
Thiamin (mg) 0,069 0,156
Riboflavin (mg) 0,478 0,404
Vitamin B6 (mg) 0,143 0,250
Kolin (mg) 251,1 263,4
Vitamin B12 (mkg) 1,29 5,40
Vitamin A (IU) 487 674
Vitamin E (mg) 0,97 1,34
Vitamin K (mkg) 0,3 0,4
Kolesterol (mg 423 884
Sumber: USDA (2007)
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kandungan Gizi Telur 1. Kondisi Lingkungan induk
• Penyakit
Beberapa jenis penyakit ayam, seperti ND (newcastle disease) dan
infeksi bronkitis dapat menimbulkan abnormalitas pada kulit telur.
Bahkan penyakit tersebut juga menimbulkan penurunan kualitas
pada putih telur dan kuning telur.
• Suhu
Suhu yang panas akan mengurangi kualitas putih telur dan
mengurangi kekuatan maupun ketebalan kulit telur. Hal ini
disebabkan oleh penurunan nafsu makan pada ayam sehingga
zat-zat gizi yang diperlukan tidak mencukupi. Suhu yang
2. Pakan
Kualitas pakan juga akan mempengaruhi kualitas kuning telur serta putih
telur. Untuk memenuhi sejumlah unsur nutrisi, ayam memperoleh pakan dari
berbagai bahan makanan. Bahan pakan sebagai sumber energi yaitu jagung
kuning, jagung putih dedak, bekatul dan ubi kayu. Bahan pakan sebagai
sumber protein yaitu bungkil kacang kedelai, bungkil kacang tanah, bungkil
kelapa. Bahan makanan sebagai sumber mineral yaitu tepung tulang, tepung
kerang, tepung ikan (Rasyaf, 1994)
3. Suhu Penyimpanan
Suhu optimum penyimpanan telur antara 12-15 C dan kelembapan
70-80%. Di bawah atau di atas suhu tersebut akan berpengaruh kurang baik
terhadap kualitas telur. Penyimpana telur dalam skala besar sebaiknya
dilakukan di ruang yang berpendingin (ber-AC). Jika tidak terdapat AC, dalam
ruang penyimpanan dapat diletakkan ember berisi air yang berfungsi untuk
menjaga kelembapan ruang. Dengan cara ini penguapan cairan di dalam telur
dapat dikurangi (Sudaryani, 2003).
2.5 Magnesium
Fungsi magnesium hampir sama dengan kalsium dan fosfor. Hampir 60%
magnesium dalam tubuh terdapat pada tulang, 26% dalam otot, dan sisanya ada
dalam jaringan lunak serta cairan tubuh. Fungsi utama magnesium berpusat pada
kemampuannya untuk mengaktifkan beberapa enzim. (Wirakusumah, 1999).
Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus sistem
sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi berkaitan
dengan metabolisme energi, karohidrat, lipida, protein dan asam nukleat.
Di dalam cairan sel ekstraseluler magnesium berperan dalam transmisi
saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini peranan magnesium
berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot, sedangakn
magnesium mengendorkan otot. Kalsium mendorong penggumpalan darah
sedangkan magnesium mencegah. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf,
sedangkan magnesium melemaskan saraf (Almatsier,2004).
Magnesium penting untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan
tulang dengan cara bekerja sama dengan kalsium dan vitamin D untuk membantu
memelihara kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis (Anonim, 2009)
Kekurangan magnesium ditandai oleh gejala-gejala seperti gangguan
mental, kelelahan, gangguan jantung, dan masalah-masalah pada konduksi saraf
serta kontraksi otot.Gejala lainnya kejang otot, susah tidur, dan stress
(Wirakusumah, 1999).
2.6 Spektrofotometri Serapan Atom
2.6.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali
mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi
atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam
dalam sampel (Bender, 1987).
Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif
analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak
tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok
untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas
deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya
sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar
oleh atom-atom netral dalam bentuk gas (Rohman, 2007).
Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan
spektrofotometri atom dengan cara absorbs yaitu penyerapan energy radiasi oleh
atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai
contoh plumbum menyerap radiasi pada panjang gelombang 283,3 nm, kadmium
pada 228,8 nm, magnesiunm pada 285,2 nm, natrium pada 589 nm, sementara
kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm. Dengan menyerap energi,
maka atom akan memperoleh energy sehingga suatu atom pada keadaan dasar
dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi (Rohman, 2007).
Secara eksperimental akan diperoleh puncak-puncak serapan sinar oleh
atom-atom yang dianalisis. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena
serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaaan azas ke salah satu
tingkat energy yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (Resonance line).
Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Rohman, 2007).
Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi
cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
Kelemahan spektrofotometri serapan atom adalah sampel harus dalam
bentuk larutan dan tidak mudah menguap dan satu lampu katoda hanya digunakan
untuk satu unsur saja (Fifield, 1983).
Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai
berikut:
a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga
(hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang
mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga
yang dilapisi dengan logam tertentu (Rohman, 2007).
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel
yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih
dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk
mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:
1. Dengan nyala (Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan
menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat
dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk
gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000
2. Tanpa nyala (Flameless)
C. Sumber nyala asetilen-udara
ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Padas umber
nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan
Pengtoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel
diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit,
kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan system elektris dengan cara
melewatkan arus listrik apda grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang
akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini
dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga
terjadilah proses penyerapan energy sinar yang memenuhi kaidah analisis
kuantitatif (Rohamn, 2007).
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih
spectrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam
analisis dari sekian banyak spectrum yang dihasilkan lampu katoda
berongga (Rohman, 2007).
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang
melalui tempat pengatoman (Rohman, 2007).
e. Amplifier
Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang
diterima dari detector sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout)
(Rohman, 2007).
f. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan
kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman,
2007).
Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom 2.6.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi
Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, asetilen, dan
propan, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, dan NO2. Menurut Harris
(1982), temperatur dari berbagai nyala dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi
Bahan Bakar Oksidasi Temperatur Maksimum (oK)
Asetilen Udara 2400-2700
Asetilen Nitrogen Oksida 2900-3100
Asetilen Oksigen 3300-3400
Hidrogen Udara 2300-2400
Hidrogen Oksigen 2800-3000
Sianogen Oksigen 4800
2.6.3 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
Gangguan-gangguan dapat terjadi pada saat dilakukan analisis dengan alat
a. Gangguan oleh penyerapan non-atomik
Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang
bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomic dapat
disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel pengganggu yang
berada di dalam nyala. Cara mengatasi penyerapan non-atomik ini adalah bekerja
pada panjang gelombang yang lebih besar (Rohman, 2007).
b. Gangguan spectrum
Gangguan spectrum dalam spektrofotometer serapan atom timbul akibat
terjadinya tumpang tindih antara frekuensi-frekuensi garis resonansi unsure yang
dianalisis dengan garis-garis yang dipancarkan oleh unsure lain. Hal ini
disebabkan karena rendahnya resolusi monokromator (Mulja, 1995).
c. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom di
dalam nyala.
Pembentukan atom-atom netral dalam keadaan azas di dalam nyala sering
terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu:
• Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna disebabkan terbentuknya
senyawa refraktorik (sukar diuraikan dalam api), sehingga akan
mengurangi jumlah atom netral yang ada di dalam nyala.
• Ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu yang digunakan terlalu
tinggi. Prinsip analisis dengan spektrofotometer serapan atom adalah
mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan azas.
Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuran absorbansi
atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama dengan spectrum atom-atom dalam
2.7 Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa
parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis
adalah sebagai berikut:
a. Kecermatan
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan
ditentukan dengan dua cara, yaitu:
• Metode Simulasi
Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang
dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan
hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya) (Harmita, 2004).
• Metode penambahan baku
Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode
yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi
tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan
divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa
menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat
ditemukan kembali (Harmita, 2004).
Menurut Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai
recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan
metode standar adisi.
b. Keseksamaan (presisi)
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara
berulang untuk sampel yang homogeny. Nilai simpangan baku relatif yang
memenuhi persyaratan adanya keseksamaan metode yang dilakukan (Harmita,
2004).
c. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).
d. Linearitas dan rentang
Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,
menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang
dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima
e. Batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar magnesium pada telur ayam kampung, telur ayam ras dan
telur bebek secara spektrofotometri serapan atom.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas
Farmasi USU, Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 – Januari 2011.
3.2 Bahan dan Alat 2.2.1 Sampel
Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah telur ayam kampung,
telur ayam ras dan telur bebek (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 22).
3.2.2 Pereaksi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak dinyatakan lain
mempunyai kualitas pro analis produksi E. Merck yaitu Larutan standar Mg 1000
ppm, asam nitrat 65%, Kuning Titan 0,1%, NaOH 2N, dan akuabides (PT.
Ikapharmindo Putramas).
3.2.3 Alat-alat
Spektrofotometer Serapan Atom (GBC Avanta ∑, Australia) dengan nyala
udara-asetilen lampu Mg (GBC Avanta ∑, Australia) (Gambar dapat dilihat pada
Lampiran 24), lemari asam, neraca analitik (Boeco), hot plate (Fisons), kertas
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Sampel
3.3.1.1 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah sampel telur ayam kampung, telur ayam
ras dan telur bebek yang banyak tersedia dipasar – pasar tradisional seperti Pasar
Sukaramai, Pasar Halat, Pasar Mandala, Pasar Aksara, dan Pasar Simpang Limun,
yang sumbernya berasal dari peternakan Pantai Labu. Sampel yang digunakan
diambil secara purposif di Pasar Sukaramai. Metode pengambilan sampel purposif
yang ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil mempunyai
karakteristik yang sama (homogen) dengan sampel yang diteliti (Sudjana, 2001).
3.3.1.2 Persiapan Sampel
Telur dicuci bersih dengan air mengalir. Lalu dikeluarkan dari
cangkangnya, kemudian dihomogenkan dengan cara diblender agar putih dan
kuning telur tercampur sempurna.
3.3.2 Pembuatan Pereaksi 3.3.2.1 Kuning Titan 0,1%
Larutan Kuning Titan 0,1% dibuat dengan cara melarutkan 0,1 g Titan
Yellow dalam 100 ml akuades (Vogel, 1990).
3.3.2.2 Natrium Hidroksida 2N
Larutan Natrium Hidroksida 2N dibuat dengan melarutkan 8,002 g
3.3.3 Proses Destruksi
Sampel telur yang telah homogen masing – masing ditimbang sebnayak 20
gram, dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu direndam masing – masing dengan
25 ml HNO3 65% b/v, didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, sampel
dipanaskan pada hotplate dengan suhu 110OC selama ± 30 menit sampai terbentuk
larutan bewarna kuning jernih. Hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu tentukur
50 ml dan dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan akuabides. Lalu
disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dengan membuang 2 ml filtrat
pertama hasil penyaringan dan filtrat selanjutnya ditampung kedalam botol.
Kemudian dilakukan uji kualitatif terhadap larutan filtrat. (Haswell, 1991)
(Gambar dapat dilihat pada Lampiran23).
3.3.4 Pemerikasaan Kualitatif
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan filtrat, diatur pH-nya
mendekati netral (pH=7), ditambahkan 3 tetes reagensia kuning titan dan 3 tetes
NaOH 2 M. Dihasilkan warna atau endapan merah (Vogel, 1990).
3.3.5 Analisa Kuantitatif
3.3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium (Mg)
Larutan baku Mg (1000 mcg/ml) sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
labu tentukur 100 ml lalu dicukupkan dengan aquabidest hingga garis tanda. Dari
larutan tersebut (10 mcg/ml) masing-masing di pipet 5 ml; 10 ml; 15 ml; 20 ml;
dan 25 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan
aquabidest hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1,0
mcg/ml; 2,0 mcg/ml; 3,0 mcg/ml; 4,0 mcg/ml; dan 5,0 mcg/ml, lalu dilakukan
3.3.5.2 Penetapan Kadar Magnesium dalam Sampel
Larutan uji sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan
diencerkan dengan aquabidest hingga garis tanda ( Faktor Pengenceran = 100/5 =
20 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom
pada panjang gelombang 285,2 nm.
3.3.6 Perhitungan Kadar Logam Magnesium
Perhitungan Kadar Logam Mg dalam larutan sampel
dapat dihitung dengan rumus :
Kadar (mcg/ml) =
W CxVxFp
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)
V = Volume larutan sampel (ml)
Fp = Faktor pengenceran
W = Berat sampel (mg)
3.3.7 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit
dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation
(LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat diukur
secara cermat dan akurat.
Batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada Standar Deviasi (SD) dari
kurva antara respon dan kemiringan (slope) dengan rumus :
Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat digunakan rumus :
3.3.8 Prosedur Uji Perolehan Kembali
Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode
penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar
logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan
kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan
konsentrasi tertentu (Ermer, 2005). Larutan standar yang ditambahkan yaitu 20
ml larutan baku magnesium (konsentrasi 2 mcg/ml) pada larutan sampel.
Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
3.3.9 Analisis Data Secara Statistik 3.3.9.1 Penolakan Hasil Pengamatan
Kadar magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6
larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.
Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada
Tabel 3. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%
Banyak data Nilai Qkritis
4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524
(Rohman, 2007)
Untuk menentukan kadar magnesium di dalam sampel dengan interval
kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
μ = X ± t ½ α s/√n
Keterangan : µ = interval kepercayaan
X = kadar rata-rata sampel
t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α = tingkat kepercayaan
s = standar deviasi
n = jumlah perlakuan (Wibisono, 2005)
3.3.9.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata
Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan
masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga
dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)
atau berbeda (σ1≠ σ2) dengan menggunakan rumus:
Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan
dengan uji t dengan rumus:
(X1 – X2) to =
Sp √1/n1 + 1/n2
dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus :
(X1 – X2) to =
√S12/n1 + S22/n2
Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui
adanya magnesium dalam larutan sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif
dengan Spektrofotometer Serapan Atom. . Hasil analisis kualitatif Magnesium
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis kualitatif Magnesium dalam sampel yang dianalisis
No Sampel Reaksi dengan
Kuning Titan 0,1% Keterangan
1
Telur Ayam Kampung Merah rosa +
2 Telur Ayam Ras Merah rosa +
3 Telur Bebek Merah rosa +
Tabel diatas menunjukkan bahwa sampel telur ayam kampung, telur ayam
ras dan telur bebek mengandung magnesium. Hasil reaksi memberikan warna
merah rosa dengan penambahan kuning titan.
4.2 Pemeriksaan Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi Magnesium
Dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar magnesium yang berada
dalam konsentrasi rentang kerja (linear range) pada panjang gelombang 285,2 nm
diperoleh persamaan garis regresi y = 0,0478x + 0,0128 dengan koefisien korelasi
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan
standar Magnesium yang dapat dilihat pada Gambar 2 :
0
Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi
dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9955.
Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan bukti adanya korelasi linier yang menyatakan
adanya hubungan antara X dan Y (Shargel dan Andrew, 1999). (Data hasil
pengukuran absorbansi dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada
Lampiran 1).
4.2.2 Kadar Magnesium pada sampel Telur Ayam Kampung, Telur Ayam Ras dan Telur Bebek
Analisis kadar magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan
atom. Kadar magnesium dalam telur ayam kampung, telur ayam ras dan telur
bebek diperoleh dari persamaan garis regresi larutan standarnya. (Data dan contoh
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Analisis dilanjutkan
dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, 12,
13, 14 dan 15). Hasil analisis kuantitatif magnesium dalam telur ayam kampung,
telur ayam ras dan telur bebek dapat dilihat pada Tabel 5.
No Sampel Kadar magnesium (mg/100g)
1 Telur Ayam Kampung 12,4292 ± 0,1735
2 Telur Ayam Ras 13,2028 ± 0,1271
3 Telur Bebek 16,3302 ± 0,3338
Keterangan : Hasil yang diperoleh merupakan rata-rata dari 6 kali ulangan
Hasil diatas menunjukkan bahwa sampel telur bebek memiliki kadar
magnesium yang lebih tinggi dibandingkan telur ayam ras dan telur ayam
kampung.
Salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan kandungan gizi telur
adalah kandungan gizi pakan yang akan mempengaruhi kualitas telur. Dari hasil
survey di peternakan pantai labu diperoleh bahwa bahan pakan pada ayam dan
pada bebek umumnya sama yaitu jagung kuning, dedak, dan konsentrat yang
diperoleh dari pabrik (campuran tepung ikan, tepung kerang, dan tepung tulang).
Tetapi pada bebek diberi bahan makanan lain seperti ikan, bekicot, dan makanan
sisa dapur, sehingga menyebabkan kandungan magnesium pada telur bebek lebih
besar dari telur ayam.
Berdasarkan pengamatan secara visual telur bebek lebih besar
dibandingkan dengan telur ayam ras dan telur ayam kampung. Berat telur bebek
sekitar 65-75 gram, telur ayam ras 55-60 gram, dan telur ayam kampung paling
kecil dengan berat 40-45 gram. Pada telur bebek warna kuning telurnya adalah
lebih agak kemerahan dibanding telur ayam kampung dan pada telur ayam ras
kuning telurnya adalah kuning cerah. Komposisi kuning telur bebek lebih banyak
dari pada putihnya, sedangkan telur ayam kampung dan telur ayam ras kuning
ayam ras berwarna agak kecoklatan, dan telur ayam kampung berwarna putih
(Aisyah, 2009).
4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Untuk melihat kadar terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signifikan dan kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama, maka dilakukan
perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi. Dari hasil perhitungan diperoleh
batas deteksi sebesar 0,5967 mcg/ml dan batas kuantitasi sebesar 1,9890 mcg/ml.
(Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 2).
Hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi
dan batas kuantitasi. Sehingga penetapan kadar magnesium memenuhi
persyaratan.
4.4. Uji Perolehan Kembali
Hasil yang didapat dari uji perolehan kembali untuk Magnesium pada telur
ayam kampung adalah 93,63%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima
karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali
adalah antara 80-120% (Ermer, J dan Miller ,2005 ).
Dengan demikian metode spektrofotometri serapan atom yang dilakukan
pada penelitian ini mempunyai akurasi yang baik untuk penetapan kadar
magnesium pada sampel (Data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil penetapan kadar dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom menunjukkan bahwa kadar magnesium pada telur ayam
kampung adalah 12,4292 mg/100g, telur ayam ras adalah 13,2028
mg/100g, dan telur bebek adalah 16,3302 mg/100g.
2. Hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata kadar magnesium antara telur
ayam kampung, telur ayam ras, dan telur bebek, menyimpulkan bahwa
kadar magnesium pada telur bebek lebih tinggi dari telur ayam kampung
dan telur ayam ras.
5.2 Saran
Disarankan kepada masyarakat mengkonsumsi telur bebek sebagai salah
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2009). Manfaat Magnesium.
Anonim. (2010). Budidaya Ayam Ras Petelur.
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal 246.
Bender, G.T. (1987). Principal of Chemical Instrumentation. Philadelphia: W.B.Sounders Company. Page 98.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 748.
Ermer, J dan Miller, JHM. (2005). Method Validation in Pharmaceutical
Analysis. A Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH, Page 89.
Fifield, F.W. (1983). Principles and Practice of Analytical Chemistry. Edisi Kedua. London:International Textbook Company Limited. Pages. 10, 277.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara
Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.1(3):
119, 130,131.
Haswell. S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam: Elsevier. Pages. 202, 207-208
Khopkar, S.M. (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi kedua, UI Press, Jakarta.
Mulja. (1995). Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Bandung: Penerbit Universitas Gajah Mada. Hal.87.
Rasyaf. (1994). Makanan Ayam Broiler. Cetakan 1. Yogyakarta: Konisius. Hal. 102, 110, 129.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisi., Pustaka Pelajar Universitas Islam Indonesia. Hal. 298
Sabri, L. dan Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 112-118.
Sarwono. (1997). Beternak Ayam Buras. Cetakan 15. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 59-62.
Shargel, L., and Andrew, B. C. (1999). Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics. USA: Prentice-hall international, INC. Page 15.
Srigandono. (1997). Produksi Unggas Air. Cetakan 3. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 3.
Sudaryani, T. (2003). Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi Ke-6. Bandung: Tarsito. Hal.168-169
USDA, (2007). The USDA Food Search for Windows. Human Nutritition Research Center of Agricultural Research and Service
Vogel. (1979). Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. LongmanGroup Limited. London. Diterjemahkan oleh Setiono L.1990.
Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi V. PT. Jakarta:
Kalman Media Pustaka. Hal. 307.
Wibisono,Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 451-452
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Magnesium (Mg), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Mg.
1. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar Mg
No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi
1 0,000 0,0000
2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)
No X Y X2 Y2 XY
Lampiran 3. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Magnesium dalam telur ayam kampung
Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi
Contoh perhitungan konsentrasi Mg dalam sampel yang beratnya 20,012 g dan
absorbansi 0,1327.
X = Konsentrasi sampel
Y = Absorbansi sampel
Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah
Y = 0,0478X + 0,0128
Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 2,5084 mcg/ml
Kadar =
W CxVxFp
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)
V = Volume larutan sampel (ml)
Fp = Faktor pengenceran
= 12,5345 mg/100g
Lampiran 4. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar magnesium pada telur ayam kampung dengan 6 kali Replikasi
No Perlakuan Berat Sampel (g)
Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)
Kadar (mg/100g)
1 Telur Ayam Kampung
20,012 0,1327 2,5084 12,5345
20,030 0,1323 2,5000 12,4813
20,047 0,1319 2,4916 12,3935
20,050 0,1324 2,5021 12,4793
20,021 0,1330 2,5146 12,5717
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Magnesium dalam telur ayam ras
Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi
Contoh perhitungan konsentrasi Mg dalam sampel yang beratnya 20,020 g dan
absorbansi 0,1400.
X = Konsentrasi sampel
Y = Absorbansi sampel
Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah
Y = 0,0478X + 0,0128
Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 2,6611 mcg/ml
Kadar =
W CxVxFp
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)
V = Volume larutan sampel (ml)
Fp = Faktor pengenceran
= 13,2922 mg/100g
Lampiran 6. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar magnesium pada telur ayam ras dengan 6 kali Replikasi
No Perlakuan Berat Sampel (g)
Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)
Kadar (mg/100g) 1 Telur Ayam Ras 20,020 0,1400 2,6611 13,2922
20,042 0,1380 2,6192 13,0686
20,037 0,1409 2,6799 13,3748 20,040 0,1384 2,6276 13,1118 20,046 0,1385 2,6297 13,1183
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Magnesium dalam telur bebek
Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi
Contoh perhitungan konsentrasi Mg dalam sampel yang beratnya 20,051 g dan
absorbansi 0,1716.
X = Konsentrasi sampel
Y = Absorbansi sampel
Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah
Y = 0,0478X + 0,0128
Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 3,3222 mcg/ml
Kadar =
W CxVxFp
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)
V = Volume larutan sampel (ml)
Fp = Faktor pengenceran
= 16,5687 mg/100g
Lampiran 8. Data hasil berat sampel, absorbansi, konsentrasi, dan kadar magnesium pada telur ayam bebek dengan 6 kali Replikasi
No Perlakuan Berat Sampel (g)
Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)
Kadar (mg/100g)
1 Telur Bebek 20,051 0,1716 3,3222 16,5687
20,047 0,1709 3,3075 16,4987
20,022 0,1649 3,1820 15,8925
20,028 0,1697 3,2824 16,3891
20,025 0,1675 3,2364 16,1618
Lampiran 9. Perhitungan Kadar Mg dalam sampel 1. Telur ayam kampung
A. Konsentrasi
y = 0,0478x + 0,0128
y = absorbansi, x = konsentrasi
1) 0,1327= 0,0478x + 0,0128
x = 2,5084 mcg/ml
2) 0,1323 = 0,0478x + 0,0128
x = 2,5000 mcg/ml
3) 0,1319 = 0,0478x + 0,0128
x = 2,4916 mcg/ml
4) 0,1324 = 0,0478x + 0,0128
x = 2,5021 mcg/ml
5) 0,1330 = 0,0478x + 0,0128
x = 2,5146 mcg/ml
6) 0,1287 = 0,0478x + 0,0128
x = 2,4247 mcg/ml
B. Kadar
Kadar (mcg/ml) =
W Fp x V x C
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)
V = Volume labu kerja (ml)
Fp = Faktor pengenceran
1) Kadar 1 =
y = absorbansi, x = konsentrasi
6) Kadar 6 =
y = absorbansi, x = konsentrasi
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada telur ayam kampung
Dari 6 data yang diperoleh, data ke 6 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji
dengan uji Q.
12,1150 - 12,3935
Q = = 0,6098 12,5717 – 12,1150
nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.
Rata-rata kadar Mg dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6,
dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 20).
μ =X ± t ½ α s/√n
μ = 12,4292 ± 2,5706 . 0,1653/√6
Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada telur ayam ras
Dari 6 data yang diperoleh, data ke 2 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji
dengan uji Q.
13,0686 – 13,1118
Q = = 0,1410 13,3748 – 13,0686
nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.
Rata-rata kadar Mg dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6,
dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 20).
μ =X ± t ½ α s/√n
μ = 13,2028 ± 2,5706 . 0,1211/√6
Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Mg pada Telur Bebek
Dari 6 data yang diperoleh, data ke 3 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji
dengan uji Q.
15,8925 – 16,1618
Q = = 0,3982 16,5687 – 15,8925
nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.
Rata-rata kadar Mg dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6,
dk = 5, dari tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 20).
μ =X ± t ½ α s/√n
μ = 16,3302 ± 2,5706 . 0,3181/√6
Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam kampung Dan Telur Ayam Ras
No Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung (mg/100g)
Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Ras mg/100g)
Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi
kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).
1. Ho: σ1 = σ2
H1: σ1≠ σ2
2. Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,05/2 (5,5))adalah = 7,1464
(Lampiran 21).
Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo≤ 7,1464
Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 dan Fo > 7,1464
4. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa σ1 = σ2, Kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata –
Karena ragam populasi sama (σ1 = σ2), maka simpangan bakunya adalah: 4. Pengujian statistik:
( X1 – X2)
5. Karena to = -9,2460 < -2,2281, maka hipotesa ditolak, Berarti terdapat
perbedaan signifikan rata-rata kadar magnesium antara telur ayam
Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Kampung Dan Telur Bebek
No Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Kampung (mg/100g)
Kadar Magnesium Pada Telur Bebek mg/100g)
Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi
kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).
1. Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
2. Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F 0,05/2 (5,5)) adalah 7,1464
(Lampiran 21)
Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo ≤ 7,1464
Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 atau Fo > 7,1464
3. Fo = 2
4. Dari hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak sehingga
disimpulkan bahwa σ1 = σ2. Kemudian dilanjutkan dengan uji beda
Karena ragam populasi sama (σ1 = σ2), maka simpangan bakunya adalah :
4. Pengujian statistik
to =
5. Karena to = -25,6537 < -2,2281 maka hipotesa ditolak. Berarti terdapat
perbedaan signifikan rata-rata kadar magnesium antara telur ayam
Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Magnesium Antara Telur Ayam Ras Dan Telur Bebek
No Kadar Magnesium Pada Telur Ayam Ras (mg/100g)
Kadar Magnesium Pada Telur Bebek mg/100g)
Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi
kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).
1 Ho : σ1 = σ2
H1 : σ1 ≠ σ2
2 Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F 0,05/2 (5,5)) adalah 7,1464
(Lampiran 21)
Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo ≤ 7,1464
Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 atau Fo > 7,1464
3 Fo = 2
4 Dari hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak sehingga
disimpulkan bahwa σ1 = σ2. Kemudian dilanjutkan dengan uji beda
Karena ragam populasi sama (σ1 = σ2), maka simpangan bakunya adalah :
4. Pengujian statistik
to =
5. Karena to = -22,5044 < -2,2281 maka hipotesa ditolak. Berarti terdapat
perbedaan signifikan rata-rata kadar magnesium antara telur ayam
Lampiran 16 . Perhitungan Kadar Magnesium Dalam Telur Ayam Kampung Untuk Recovery
Kadar =
W CxVxFp
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)
V = Volume larutan sampel (ml)
Fp = Faktor pengenceran W = Berat Sampel (mg)
A. Konsentrasi
Persamaan garis regresi y = 0,0478+ 0,0128
y = absorbansi, x = konsentrasi
Lampiran 17. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Mg
Kadar larutan baku yang ditambahkan
= Volume larutan baku yang ditambahkan x Konsentrasi larutan baku
= 20 ml x 2 mcg/ml
= 40 mcg
Kadar logam standar yang ditambahkan
40 mcg x20
=
20,0335 g
= 39,933 mcg/g
= 3,9933 mg/100g
% Recovery = 16,1682 – 12,4292 x 100%
3,9933
Lampiran 18. Data % Recovery Mg No Berat
Sampel (mg)
Absorbansi Konsentasi (mcg/ml)
Kadar Total (KT)
(mg/kg)
Kadar Awal (KA)
(mg/kg)
% Recovery
1 20,033 0,1661 3,2071 16,0091 12,5345
93,63%
2 20,039 0,1661 3,2071 16,0429 12,4813
3 20.038 0,1697 3,2824 16,3803 12,3935
4 20,025 0,1671 3,2280 16,1198 12,4793
5 20,029 0,1676 3,2385 16,1690 12,5715
6 20,037 0,1688 3,2636 16,2878 12,1150
X = 20,0335 KT=
16,1682
Lampiran 21. Gambar Sampel
Gambar 3. Telur Ayam Kampung
Gambar 4. Telur Ayam Ras
Lampiran 22.Uji Kualitatif Magnesium
Gambar 6. Larutan Baku Mg dan Blanko
Lampiran 23. Gambar Proses Destruksi
Lampiran 24. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom