• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Alih fungsi penggunaan lahan

a. Penggunaan Lahan

Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan tutupan lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi. Istilah penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Sebagai contoh, sebagian lahan di daerah pinggiran kota mungkin digunakan untuk perumahan satu keluarga. Tergantung pada tingkat kerincian pemetaannya, penggunaan lahannya dapat diartikan sebagai lahan kekotaan , lahan permukiman, atau digunakan untuk permukiman satu keluarga. (Lilesand, 1990:143).

Penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989 : 207) penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertaniann dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan, atau yang terdapat di atas lahan tersebut. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan desa atau kota (permukiman, industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya) (Dit. Land use (1976) dalam Arsyad (1989:2007).

Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS disusun berdasarkan kriteria berikut :

a. Tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harusnya tidak kurang dari 85%.

(2)

b. Ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama.

c. Hasil yang dapat diulang harus dapat diperoleh dari penafsir satu ke penafsir yang lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain.

d. Sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas.

e. Kategorisasi harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari tipe penggunaan lahannya.

f. Sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data penginderaan jauh yang diperoleh dari waktu yang berbeda.

g. Kategori harus dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari skala besar atau survey lapangan.

h. Pengelompokan kategori harus dapat dilakukan.

i. Harus dimungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutup lahan pada masa akan dating.

j. Lahan multiguna harus dapat dikenali bila mungkin.

Hasil sistem klasifikasi penggunaan lahan dan tutupan lahan USGS untuk digunakan dengan data penginderaan jauh ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut:

(3)

Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Penutup Lahan untuk Data Penginderaan Jauh

Tingkat I Tingkat II

1. Perkotaan atau lahan bangunan

1. Permukiman

2. Perdagangan dan jasa 3. Industri

4. Transportasi, komunikasi dan umum 5. Kompleks industri dan perdagangan 6. Kekotaan campuran dan lahan bangunan 7. Kekotaan atau lahan bangunan lainnya

2. Lahan pertanian 1. Tanaman semusim dan padang rumput

2. Daerah buah-buahan, jeruk, anggur, dan labu bibit dan tanaman hias

3. Tempat penggembalaab terkurung 4. Lahan pertanian lainnya

5. Lahan tanaman obat

Tingkat I Tingkat II

3. Lahan peternakan 1. Lahan peternakan semak belukar 2. Lahan peternakan campuran

4. Lahan hutan 1. Lahan hutan gugur daun musiman 2. Lahan hutan yang selalu hijau 3. Lahan hutan campuran

5. Air 1. Sungai dank anal

2. Danau 3. Waduk

4. Teluk dan muara

6. Lahan Basah 1. Lahan hutan basah 2. Lahan basah bukan hutan

7. Lahan Gundul 1. Dataran garam kering 2. Gisik

3. Daerah berpasir selain gisik 4. Batuan singkapan gundul

5. Tambang terbuka, pertambangan dan tambang kerikil 6. Daerah peralihan

7. Lahan gundul campuran

8. Padang Lumut 1. Padang lumut semak dan belukar 2. Padang lumut tanaman obat 3. Padang lumut lahan gundul 4. Padang lumut basah 5. Padang lumut campuran

9. Es dan salju abadi 1. Lapangan salju abadi 2. Glasier

Sumber : USSG dalam Lillesand Kiefer (1990 : 146)

(4)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pengertian lahan pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha pertanian. Usaha pertanian ini meliputi pembibitan, penanaman, pemanenan, pengolahan. Lahan pertanian yang disebutkan meliputi lahan pertanian tanah basah seperti sawah dan lahan pertanian tanah kering seperti tegalan.

Hardjowigeno dan Luthfi (2005:1) mengungkapkan bahwa, tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk menanam padi sawah, baik secara terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum, seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian, dan sebagainya.

Menurut Kyuma dalam Hardjowigeno dan M Luthfi (2005:2) Tanah sawah (paddy soil) adalah tanah yang digunakan atau berpotensi digunakan untuk menanam padi sawah. Dalam definisi ini tanah sawah mencakup semua tanah yang terdapat dalam zona iklim dalam rezim temperature yang sesuai untuk menanam padi paling tidak satu kali dalam setahun (sesuai dengan tersedianya air untuk menggenangi tanah selama waktu yang diperlukan oleh tanaman padi sawah tersebut). Berdasarkan pengertian tersebut, istilah “tanah sawah” berhubungan langsung dengan penggunaan lahan dan tidak berkaitan dengan jenis tanah tertentu dalam pengertian pedologi.

b. Alih fungsi penggunaan lahan

Alih fungsi penggunaan lahan/perubahan tutupan lahan telah menjadi hal yang sentral dan komponen penting dalam strategi untuk mengelola sumberdaya alam dan pemantauan perubahan lingkungan.

Yunus (1990:16) mengemukakan teori dinamis yang dikutip dari Barlow dan Nweton sebagai berikut : “ Alih fungsi penggunaan lahan disebabkan oleh dua macam kekuatan yaitu, kekuatan centrifugal dan centripetal.

(5)

1) Kekuatan centrifugal

Yaitu bentuk kekuatan dari dalam yang mengakibatkan perubahan bentuk lahan dari suatu kota yang realisasinya berwujud gerakan penduduk yang berasal dalam kota menuju kearah luar kota.

2) Kekuatan centripetal

Yaitu bentuk kekuatan yang mengakibatkan perubahan bentuk lahan dari suatu kota yang realisasinya berwujud gerakan penduduk yang berasal dari luar kota menuju kedalam kota. Kekuatan ini merupakan kekuatan yang bersifat menarik terhadap fungsi itu.

Pola Alih fungsi penggunaan lahan menurut Sumaryanto et al. (2006: 45) dapat ditinjau dari beberapa aspek. Menurut pelakunya, maka dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, perubahan secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Lazimnya, motif tindakan ada 3: (a) untuk pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, (b) dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, (c) kombinasi dari (a) dan (b) seperti misalnya untuk membangun rumah tinggal yang sekaligus dijadikan tempat usaha.Pola Alih fungsi penggunaan lahan seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil kecil dan tersebar. Kedua, Alih fungsi penggunaan lahan yang diawali dengan alih penguasaan. Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha nonsawah atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsilahan melalui cara ini terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan). Dalam arti sempit pengertian Alih fungsi penggunaan lahan adalah perubahan bentuk penggunaan lahan yang dilakukan oleh penduduk sebagai individu atau dalam masyaraka ataupun pihak lain (pemerintah atau swasta) dengan maksud mengintensifkan lahan untuk kepentingan sosial maupun ekonomi.

Dalam PP No. 1 Tahun 2011 tentang penetapan dan Alih fungsi penggunaan lahan pertanian pangan berkelanjutan pasal 36 dinyatakan bahwa Alih fungsi penggunaan lahan pertanian panganberkelanjutan yang dilakukan

(6)

dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum terbatas pada kepentingan umum yang meliputi :

a) Jalan umum b) Waduk c) Bendungan d) Irigasi

e) Saluran air minum atau air bersih f) Drainase dan sanitasi

g) Bangunan pengairan h) Pelabuhan

i) Bandar udara

j) Stasiun dan jalan kereta api k) Terminal

l) Fasilitas keselamatan umum m) Cagar alam

n) Pembangkit jaringan listrik.

Menurut Lestari (2009) proses Alih fungsi penggunaan lahan pertanian ke penggunaan

non pertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya Alih fungsi penggunaan lahan sawah yaitu:

1) Faktor Eksternal.

Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

2) Faktor Internal.

Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3) Faktor Kebijakan.

Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Kelemahan pada aspek

(7)

regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi.

c. Perolehan Informasi Penggunaan Lahan dari Citra Penginderaan Jauh

Penelitian ini memanfaatkan citra ikonos sebagai alat untuk mengamati objek pada permukaan bumi. Ikonos merupakan citra satelit resolusi tinggi pertama yang digunakan untuk kebutuhan komersial. Diluncurkan pada 24 September 1999 dari Markas Angkatan Udara Vandenburg, California USA.

Ikonos mencitra pankromatik dengan resolusi 0.82m pada nadir dan multispektral 3.2m pada nadir. (Pusfatekgan.lapan.go.id). Band Spektral Pada Citra Ikonos dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Band Spektral Pada Citra Ikonos

Mode Pencitraan Pankromatik Multispektral Jangkauan Spektral 450 – 900 nm  Biru (450-520 nm)

 Hijau (520-600 nm)

 Merah (625-695 nm)

 IR (760-690) Sumber :Pusfatekgan.lapan.go.id

Data ikonos terekam dengan 11 bit, kualitas citra jauh lebih detail bila dibandingkan dengan citra yang memiliki perekaman 8 bit. Resolusi dari IKONOS sebanding dengan resolusi foto udara. Pada citra IKONOS, memiliki harga $16 per Km2 untuk perekaman lebih dari 90 hari. Sedangkan, untuk perekaman kurang dari 90 hari (fresh arsip) memiliki harga $25 per Km2. Untuk perolehan data citra IKONOS dapat menggunakan citra Google Earth.citra Google Earth dipilih karena penggunaannya praktis dan gratis. Data yang dihasilkan dari perekaman citra Google Earth mempunyai hasil dan resolusi yang sama jika dibandingkan dengan citra IKONOS asli.

(8)

Data yang dihasilkan dari citra Google Earth memiliki 2 pilihan sistem koordinat yaitu koordinat geografis yang menggunakan derajat, menit dan detik (o, ,’’) dan koordinat UTM (Universal Transfer Mercator). Google Earth juga menyediakan citra yang bersifat time series atau citra yang bersifat multitemporal yang artinya citra tersebut direkam di suatu lokasi yang sama namun dalam rentan waktu yang berbeda – beda. Untuk ketersediaan perekaman pada citra multitemporal di Google Earth memiliki hasil yang berbeda – beda. Sesuai dengan data yang tersedia di suatu wilayah perekaman. Citra Ikonos yang bersifat multitemporal ini digunakan untuk melihat perubahan fenomena yang terjadi pada suatu lokasi. Dalam penelitian ini citra multi temporal diinterpretasi untuk melihat perubahan fenomena penggunaan lahan yang kemudian diartikan sebagai Alih fungsi penggunaan lahan.

Estes dan Simonette (1975 dalam Sutanto, 1986) mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan unsur-unsur pengenal objek ataupun gejala yang terekam pada citra. Unsur-unsur inilah yang dinamakan unsur interpretasi. Ada 9 jenis unsur interpretasi, rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs dan asosiasi (Estes et al., 1983 dalam Sutanto 1986). Penjelasan 9 jenis unsur interpretasi adalah sebagai berikut : 1) Rona dan Warna

Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona yang ada biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya tergantung pada keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya sinar matahari, waktu pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan sebagainya.

Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum tampak, spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan

(9)

penggunaan spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda- beda. Selain itu karakter pemantulan objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan rona pada foto udara berwarna.

2) Bentuk

Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.

Contoh:

a) Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau empat persegi panjang.

b) Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.

3) Ukuran

Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.

Contoh:

Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m-100 m).

4) Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan:

kasar, halus, dan sedang.

Misalnya:

Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus. Pabrik dapat dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang besar.

(10)

5) Pola

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.

Contoh:

Pola aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan.

Kebun karet,kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

6) Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.

Contoh:

Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto- foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.

7) Situs

Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.

Misalnya:

Permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.

(11)

8) Asosiasi

Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.

Contoh:

Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).

9) Konvergensi Bukti

Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu.

Contoh:

Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.

2. Pendapatan Petani

Petani menurut Anggraini (2003:9) dalam Laeli (2005:9) adalah pengelola usaha tani, baik sebagai pemilik penggarap, penyewa penggarap, atau penyakap penggarap. Petani memiliki peranan dan kedudukan sebagai pengelola usaha tani. Artinya, petani mengatur agar usahanya berjalan atau menghasilkan komoditi pertanian secara menguntungkan.

Menurut Samin dalam Anggraini (2003:10) dalam Laeli (2005:10) ciri – ciri petani adalah :

a. Satuan keluarga (rumah tangga) petani adalah satuan dasar dalam masyarakat desa yang berdimensi ganda.

b. Petani hidup dalam usaha tani dengan mengolah lahan.

c. Pola kebudayaan petani berciri tradisional dan khas.

d. Petani menduduki posisi terendah dalam masyarakat, mereka adalah orang kecil terhadap masyarakat diatas desa.

(12)

Status penguasaan lahan yaitu lahan yang digarap atau diolah dalam usahatani yang dilihat dari cara pengusaan lahan petani pemilik, petani penyewa dan petani penyakap.

a. Petani pemilik ialah golongan petani yang bebas mengusahakan usahataninya.

b. Petani penyewa ialah golongan petani yang mengusahakan lahan orang lain dengan jalan menyewa, serta lamanya kontrak tergantung pada perjanjian antara pemilik lahan dan penyewa.

c. Petani penggarap ialah golongan petani yang mengusahakan lahan orang lain dengan sistem bagi hasil. Dalam sistem bagi hasil resiko usahatani ditanggung oleh pemilik tanah dan penggarap. (Meike, 2017).

Mudakir (2011) dalam Meike (2017:56 )mengungkapkan bahwa status penguasaan lahan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pemilik penggarap (owner operator), penyewa (cash tenant) dan bagi hasil (share tenant). Status penguasaan lahan yang berbeda secara teoritis akan menentukan tingkat keragaman usaha tani yang berbeda pula, yang dalam hal ini meliputi tingkat produktivitas lahan, pendapatan dan pengeluaran yang berlainan.

Perbedaan status penguasaan lahan akan menentukan akses petani terhadap modal. Yang selanjutnya akan mempengaruhi faktor-faktor produksi yang digunakan dan pada akhirnya akan mempengaruhi produksi. Selain itu tingkat pendapatan dan tingkat efisiensi pada usahatani mereka akan berbeda pula. Meike (2017:56).

(13)

Analisis Sosial Ekonomi Petani di Indonesia Hasil Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP, 2013) menyebutkan sumber pendapatan petani adalah sebagai berikut :

a. Pendapatan dari usaha sektor pertanian.

b. Pendapatan dari usaha di luar sektor pertanian.

c. Pendapatan lainnya dan transfer.

d. Pendapatan sebagai buruh pertanian.

e. Pendapatan sebagai buruh di luar pertanian

Sumber pendapatan petani tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang juga mempengaruhi kecenderungan petani untuk melakukan Alih fungsi penggunaan lahan. Faktor- faktor antara lain :

a. Tingkat usia.

b. Lama pendidikan.

c. Luas lahan.

d. Jumlah tanggungan.

e. Pengalaman usaha tani.

f. Produktivitas lahan (Peniarti, 2018).

Klasifikasi pendapatan petani mengacu pada klasifikasi yang ditentukan oleh Badan Pusat Statistik, klasifikasi pendapatannya adalah sebagai berikut:

a. Golongan pendapatan sangat tinggi (> Rp 3.500.000 per bulan).

b. Golongan pendapatan tinggi ( Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 per bulan).

c. Golongan pendapatan sedang ( Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 per bulan).

d. Golongan pendapatan rendah (< Rp 1.500.000 ).

(Badan Pusat Statistik, 2008).

Rata –rata pendapatan perkapita menurut golongan rumah tangga pertanian adalah sebagai berikut :

(14)

Tabel 2.3 Jumlah Rata – Rata Pendapatan Perkapita Tahun 2000, 2005, 2008 No Golongan Rumah

Tangga

Rata-rata Pendapatan

2000 2005 2008

1 Rumah Tangga Buruh

Tani 2.200.000 4.600.000 5.900.000

2 Rumah Tangga

Pengusaha Pertanian 18.000.000 6.876.000 11.400.000 3 Rumah Tangga Petani

Gurem 2.600.000 5.300.000

4 Rumah Tangga

Pengusaha Pertanian yang memiliki lahan 0,5 – 1 ha

3.900.000 8.000.000

5 Rumah Tangga

Pengusaha Pertanian yang memiliki lahan lebih dari 1 ha

3.700.000 8.600.000

Sumber : BPS Online

(15)

B. Kerangka Berpikir

Pertumbuhan dan pengembangan wilayah mengalami peningkatan setiap waktu. Peningkatan ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang terus mengalami pertambahan jumlah setiap tahunnya. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan ruang tempat tinggal dan usaha semakin besar. Permintaan akan ruang tempat tinggal dan usaha tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan akan lahan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang bersifat dinamis sedangkan ketersediaan lahan yang ada bersifat statis atau tetap. Keadaan yang seperti inilah yang menyebabkan potensi masalah Alih fungsi penggunaan lahan.

Alih fungsi penggunaan lahan yang sering terjadi adalah Alih fungsi penggunaan lahan pertanian. Alih fungsi penggunaan lahan pertanian adalah perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian yang difungsikan sebagai produksi tanaman pangan menjadi fungsi non pertanian. Fungsi non pertanian meliputi bangunan, perumahan, ruko, pabrik, dan sebagainya. Alih fungsi penggunaan lahan dari lahan pertanian ke non pertanian ini menimbulkan suatu dampak pada pendapatan petani karena lahan yang mereka olah semakin lama semakin menyempit.

Hal ini menyebabkan hasil produksi padi yang mereka hasilkan semakin sedikit dan berdampak pada kehidupan ekonomi para pelaku usaha pertanian. Berubahnya keadaan ekonomi yang dialami oleh petani menimbulkan suatu kecenderungan pada petani untuk melakukan usaha lain di luar pertanian sebagai upaya untuk menambah pendapatan.

Untuk mencegah terjadinya alih fungsi penggunaan lahan pertanian secara terus-menerus maka perlu diadakan pengamatan dan pengawasan mengenai luasan lahan pertanian. pengamatan tersebut dapat menggunakan citra satelit ikonos yang digunakan pada aplikasi google earth, dengan menggunakan citra ini kita dapat melihat perkembangan penggunaan lahan dari tahun ke tahun dengan mengatur rentang waktu pada citra. Di daerah yang mengalami Alih fungsi penggunaan lahan yang tinggi perlu diadakan pengawasan yang ketat. Untuk lebih memudahkan dalam melihat pola perubahan Alih fungsi penggunaan lahan maka dibuatlah peta Alih

(16)

fungsi lahan. Untuk melihat perubahan pendapatan petani yang terdampak Alih fungsi penggunaan lahan pertanian perlu diadakan survey. Dengan survey yang diadakan dapat diketahui pendapatan pelaku usaha tani, dengan mengetahui pendapatan petani diharapkan mampu membantu dalam pemecahan masalah.

Setelah mengetahui dua variabel tersebut yaitu alih fungsi penggunaan lahan dan pendapatan petani, kemudian kedua variabel tersebut dikorelasikan. Dengan korelasi tersebut dapat diketahui besaran pengaruh Alih fungsi penggunaan lahan terhadap kondisi sosial ekonomi petani. Materi mengenai alih fungsi tersebut diharapkan dapat menjadi suplemen pembelajaran bagi mata pelajaran geografi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) khususnya untuk kelas XII pada Kompetensi Dasar Menganalisis jaringan transportasi dan tata guna lahan dengan peta dan/atau citra penginderaan jauh serta sistem informasi geografis (SIG) kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir Pertumbuhan dan

Pengembangan Wilayah

Pertumbuhan Penduduk Peningkatan Kebutuhan Ruang

Tempat Tinggal dan Usaha

Potensi Masalah Alih Fungsi Penggunaan Lahan

Alih Fungsi Penggunaan Lahan Pertanian

Alih Fungsi Penggunaan Lahan

Pertanian Ke Non Pertanian Perubahan Pendapatan Petani

Pengaruh Alih Fungsi Penggunaan Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani

Suplemen Pembelajaran Geografi

Referensi

Dokumen terkait

nota retour, lalu kedua nota tersebut dibawa ke perusahaan roti dan di masukkan ke komputer oleh petugas administrasi, sedangkan untuk pendistribusian roti

** Untuk Prior Review Kontrak I: dipilih salah satu paket untuk minta persetujuan NOL Bank Dunia, Bila sudah terkontrak, agar diisi.. Pekerjaan Konstruksi (Civil

Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.. Syarat- syarat sist

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan tambahan referensi kepada kalangan akademik, terutama mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang berkenaan

Rata-rata jumlah tandan jantan, betina, dan berat tandan buah pasir segar pada plasma nutfah kelapa sawit asal Kamerun tipe Tenera.. The average of male bunch, female bunch, and

Salah salah satu parameter yang dapat menggambarkan kondisi fisis geologi lokal terhadap deformasi adalah Ground Shear Strain (GSS).GSS diperoleh dari hubungan

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Surat elektronik berkontribusi pada pemecahan masalah dengan memungkinkan manajer berkomunikasi secara tepat dan mudah dengan orang lain.. Surat elektronik efektif