BAB II
SASARAN DAN PROSES PENYALURAN KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM
PENANGANAN KEMISKINAN
2.1 Sasaran Program Penanganan Kemiskinan
Penanganan kemiskinan tetap menjadi fokus utama pemerintah di tengah gejolak kenaikan harga minyak dunia (BBM). Pemerintah telah menetapkan beberapa program penanganan kemiskinan terbagi ke dalam tiga kluster, sesuai karakteristik sasaran dapat kita lihat seperti;
1. Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran
Sasaran 19,1 juta RTS/Rumah Tangga Sasaran (Raskin, BLT, PKH, BOS, JAMKESMAS) termasuk pemberian layanan khusus bagi 3,9 juta RTSM.
2. Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Program-program yang tergabung dalam PNPM. Fokus: 5.270 kecamatan dalam bentuk: Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp.3 Milyar/kec./tahun.
3. Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Sasaran: pelaku usaha mikro dan kecil. Penyaluran KUR; diarahkan untuk kredit Rp.5 juta ke bawah. Plus: penyaluran program pendanaan.29
Di tengah perjalanan menuju masa membangun, negara Indonesia dihadapi dengan permasalahan krisis perekonomian dunia. Dimana krisis perekonomian ini 2.2 Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
29 Situs Departemen Sosial RI dalam Efektifitas Bantuan Langsung Tunai 2008.
menyangkut pada masalah yang sangat vital yakni bahan bakar minyak yang disingkat dengan BBM. Kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga BBM pada bulan Maret rata-rata 29 persen dan Oktober tahun 2005 hingga mencapai 126% dan pada tahun 2008 membuat masyarakat menjadi gelisah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari. Dampak dari kebijakan tersebut dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang berada pada garis kemiskinan.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009 pemerintah akan menargetkan pengurangan angka kemiskinan dari 18,2 persen tahun 2002 menjadi 8,2 persen tahun 2009. Adapun angka pengangguran terbuka diharapkan turun dari 8,1 persen tahun 2002 menjadi 6 persen tahun 2009. Dengan kenaikan harga pangan dan BBM, orang miskin berpotensi meningkat sebesar 15 persen, atau tambahan 19,01 juta jiwa lebih (sehingga total orang miskin mencapai 56,6 juta jiwa) pada tahun ini;sementara tambahan pengangguran terbuka baru bisa mencapai 18,61 jiwa sehingga total pengangguran terbuka mencapai 29,94 juta jiwa.30
30 Surat kabar Kompas, 19 Mei 2008;06
Namun demikian, rencana pembangunan pemerintah yang dibuat harus sejalan dengan apa yang terjadi di lapangan. Ternyata di tengah kondisi Indonesia yang mengalami krisis perekonomian yang berkaitan dengan dunia Internasional memaksa pemerintah untuk membuat kebijakan dengan menaikkan harga BBM sebanyak dua kali dalam setahun pada tahun 2005 setinggi 29 % dan 126 % pada bulan Maret dan Oktober.
Krisis harga minyak dunia menyebabkan naiknya harga minyak dunia hingga mencapai 72,4 dollar AS perbarel menciptakan dilema bagi pemerintah.
Menurut Bambang Heru dalam tulisannya menyebutkan bahwa ada dua kelompok yang pro dan kontra terhadap naikknya harga BBM. Kelompok pertama adalah mereka yang menikmati pertumbuhan ekonomi dan agak tidak peduli dengan inflasi. Kelompok kedua, mereka yang berpenghasilan tidak tetap, bahkan tak menentu, sedikit tersentuh pertumbuhan ekonomi, dan rentan kenaikkan harga bahan bakar pokok. Jika dilakukan voting, kata Bambang maka yang menang adalah kelompok kedua. Namun, pada akhirnya pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan alasan pemerintah tidak sanggup mensubsidi BBM karena akan terjadi defisit pada APBN.
Keputusan kenaikkan harga BBM pada tahun 2005 dan bulan Juni tahun 2008 yang secara otomatis diikuti oleh naikknya harga kebutuhan barang pokok membuat gelisah kelompok kedua yang dijelaskan diatas yang merupakan sebagian besar pada kelas menengah kebawah dan berada pada garis kemiskinan selain itu mengakibatkan masyarakat miskin tersebut akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar dan warga masyarakat miskin akan terkena dampak sosial semakin menurun taraf kesejahteraannya atau menjadi miskin. Maka dari itu, seiring dengan naikknya harga BBM yang pastinya akan membawa dampak, pemerintah perlu mereview kebijakan tentang subsidi BBM, sehingga subsidi yang selama ini dinikmati juga oleh golongan masyarakat mampu dialihkan untuk golongan masyarakat miskin dan membuat suatu program sebagai kompensasi dari kenaikkan harga BBM sebagai subsidi bagi masyarakat miskin. Untuk itu diperlukan program perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin dalam bentuk program kompensasi (compensatory program) yang sifatnya khusus (crash program) atau program jaring pengaman sosial (social safety net)31
- Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan selama satu tahun, dan setiap tahap diberikan Rp.300.000,-/3 bulan. Sasarannya Rumah Tangga
, program kompensasi inilah yang disebut dengan Kompensasi Bantuan Langsung Tunai.
Program ini merupakan bentuk bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin. Program tersebut berupa bantuan subsidi langsung tunai tanpa adanya syarat kepada rumah tangga miskin. Pada tahun 2005 dan 2006 pemerintah melaksanakan skema program PKPS (Progam Kompensasi Pengurangan Subsidi)-BBM yang meliputi:
a. PKPS BBM Tahap I :
- Bidang pendidikan, yang diarahkan untuk menyukseskan program wajib belajar 9 tahun melalui pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) dan bantuan khusus murid (BKM).
- Bidang kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui system jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi layanan kesehatan dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan penunjang lainnya.
- Bidang infrastruktur perdesaan, diarahkan pada penyediaan infrakstruktur di desa-desa tertinggal (jalan, jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa sederhana dan penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerlukan.
b. PKPS BBM Tahap II :
31 Petunjuk Teknis Penyaluran BLT, Departeman Sosial RI tahun 2008
Sasaran sejumlah 19,1 juta sesuai hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Departemen Sosial yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan32
Dan dapat kita lihat Realisasi bayar di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan bantuan langsung tunai (BLT) 2008 tahap I dengan alokasi BLT terhadap Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebanyak 83.525 dengan distribusi kartu (RTS) sebanyak 82.258 dan realisasi pembayaran untuk Rumah Tangga Sasaran sebesar Rp.24.351.300.000 sebanyak 81.171 RTS. Untuk tahap II, alokasi BLT (RTS) 83.525, distribusi kartu (RTS) 82.258, realisasi bayar sebesar Rp.
32.215.600.000 sebanyak 80539 RTS.
.
Pada pelaksanaanya, pada tahun 2005 dan sekarang pada tahun 2008 pemerintah melanjutkan skema program PKPS BBM tersebut dari bulan Juni s.d Desember 2008 dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan selama 7 bulan, dengan rincian diberikan Rp.300.000,-/3 bulan (Juni- Agustus) dan Rp.400.000,-/4 bulan (September-Desember).
33
Kompensasi ini dikeluarkan oleh pemerintah dengan anggapan bahwa menghadapi masyarakat miskin selayaknya tidak dengan program yang sifatnya hit and run, harus dengan program yang mampu memenuhi kebutuhan dasar secara berkelanjutan dan mendorong mereka untuk mendayagunakan potensi dan sumber yang dimilikinya (empowering). Namun pada sisi lain pemerintah juga berkewajiban memberikan perlindungan sosial (social protection) bagi masyarakat miskin untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan penyesuaian
32 Ibid, hal.5
33 Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
harga BBM atau dalam keadaan adanya kebijakan/program penyesuaian secara struktural akan mempengaruhi masyarakat luas (Structural Adjusment Program/SAPs). Karena itu program BLT-RTS dalam rangka PKPS BBM diselenggarakan dalam kerangka kebijakan perlindungan sosial (social protection) melalui asistensi sosial (social assistance)34
34 Ibid, Hal.6
.
Dalam perkembangannya, komitmen nasional pemerintah adalah mewujudkan pelaksanaan Program Bantuan langsung Tunai dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM, harus langsung menyentuh dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat miskin, mendorong tanggung jawab sosial bersama serta dapat menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat terhadap perhatian pemerintah kepada masyarakat miskin.
2.3 Kerangka Konsep Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Kemiskinan adalah masalah yang masih terus dihadapi oleh bangsa kita.
Barbagai upaya penanggulangan yang dibuat oleh pemerintah melalui program belum dapat menghasilkan secara maksimal untuk menyelesaikan masalah ini.
Meskipun demikian pemerintah berusaha untuk mensejahterakan masyarakat miskin di Indonesia dengan berbagai program, adapaun salah satu programnya adalah penyaluran Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada keluarga miskin.
Adapun kerangka konsep program bantuan langsung tunia (BLT) tersebut;
a. Tujuan Program bantuan Langsung Tunai
Tujuan dari program Bantuan Langsung Tunai bagi Rumah Tangga Sasaran dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah;
1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.
3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.
b. Sasaran
Penerima bantuan langsung tunai adalah Rumah Tangga Sasaran sebanyak 19,1 Juta RTS hasil pendataan oleh BPS, yang meliputi Rumah Tangga Sangat Miskin (poorest), Rumah Tangga Miskin (poor) dan Rumah Tangga Hampir Miskin (near poor)35
35 Instruksi Presiden RI No.3 tahun 2008, Tentang Pelaksanaan Program BLT untuk Rumah Tangga Sasaran.
di seluruh wilayah Indonesia.
c. Dasar Hukum
Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga sasaran tersebut didasarkan pada Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran.
Untuk menjelaskan bagaimana alur dari pelaksanaa dari penelitian ini dapat dilihat melalui skema/tabel I berikut;
Tabel I
Kerangka Konsep BLT
Maka dalam defenisi konsep di atas, menjelaskan bahwa pelaksanaan program bantuan langsung tunai merupakan suatu kegiatan atau pelaksanaan sebagai usaha yang diarahkan untuk meningkatkan akses keluarga miskin terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dalam hal harga dan ketersediaanya guna meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin. Dan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud adalah proses peningkatan mutu dan dan taraf kesejahteraan keluarga36
36 Ibid
.
Program BLT :
1. Subsidi langsung kepada masyarakat miskin 2. Jumlah subsidi sebesar Rp. 300.000/3 bulan 3. Waktu pelaksanaan tahap I tahun 2005 dan
Tahap II tahun 2008
Tujuan Pelaksanaan Program :
- Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.
- Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.
Kesejahteraan Masyarakat
2.4 Kriteria Keluarga Penerima BLT
Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang berlaku. Saat ini sudah cukup banyak ukuran dan standar yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan.
Kriteria mereka yang berhak menerima BLT meliputi masyarakat sangat miskin, miskin, dan mendekati miskin (near poor) berdasarkan definisi konsumsi kalori atau pengeluaran37
1. Miskin sekali, jika konsumsi perkapita pertahun sebesar 75% dari nilai total konsumsi sembilan bahan pokok yang ditetapkan;
. 2.4.1 Klasifikasi kemiskinan
Klasifikasi kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria adalah sebagai berikut :
2. Miskin, jika konsumsi per kapita per tahun sebesar 75% - 125% dari nilai total konsumsi sembilan bahan pokok yang ditetapkan
3. Hampir miskin, jika konsumsi per kapita per tahun sebesar 125% - 200% dari nilai total konsumsi sembilan bahan pokok yang ditetapkan.
Standar kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria dalam Nawawi (1997), adalah berdasarkan konsumsi sembilan bahan pokok yang dihitung berdasarkan harga setempat. Standar kebutuhan minimum perorang per bulan : 100 kg beras, 60 liter minyak tanah, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 4 meter tekstil kasar, 6 kg minyak goreng, 2 meter batik kasar dan 4 kg garam.
37 Instruksi Presiden RI No.3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah Tangga Sasaran
Jumlah mereka yang berhak mendapat BLT ini mencapai 62 juta orang (19,1 juta KK) atau 28 persen dari total jumlah penduduk. Oleh BPS, kriteria rumah tangga miskin ini dirinci lagi menjadi 14 variabel yang diperoleh dari hasil kajian selama bertahun-tahun.
2.4.2 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Biro Pusat Statistik Tabel 2 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Biro Pusat Statistik Dalam penyaluran BLT, juga harus mempertimbangkan beberapa kriteria yang berhak mendapatkan program tersebut, sehingga program yang dikucurkan benar-benar tepat sasaran. Kriteria ini dipergunakan sebagai standarisasi masyarakat yang berhak menerima kompensasi BBM dan klasifikasi atau kriteria sebagai rumah tangga miskin ini dapat kita lihat dalam tabel berikut;
No. Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin
1. Luas lantai bangunan tempat
tinggal Kurang dari 8 m² per orang 2. Jenis lantai bangunan tempat
tinggal Tanah/bamboo/kayu murahan
3. Jenis dinding tempat tinggal Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester
4. Fasilitas tempat buang air besar Tidak punya/bersama-sama dengan rumah tangga lain
5. Sumber penerangan rumah
tangga Bukan listrik
6. Sumber air minum Sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan
7. Bahan bakar untuk memasak
sehari-hari Kayu bakar/arang/minyak tanah 8. Konsumsi daging/susu/ayam
per minggu
Tidak pernah mengkonsumsi/hanya satu kali dalam seminggu
8. Konsumsi daging/susu/ayam per minggu
Tidak pernah mengkonsumsi/hanya satu kali dalam seminggu
9. Pembelian pakaian baru untuk setiap art dalam setahun
Tidak pernah membeli/hanya membeli satu stel dalam setahun
10. Makanan dalam sehari untuk
setiap art Hanya satu kali makan/dua kali makan dalam sehari
11.
Kemampuan membayar untuk berobat ke
Puskesmas/Poliklinik
Tidak mampu membayar untuk berobat
12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga
Petani dengan luas lahan 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 perbulan
13. Pendidikan tertinggi kepala
keluarga Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD
14. Pemilikan asset/tabungan
Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya
Sumber : BPS 200538
1). Keluarga Sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum mereka tetapi belum memenuhi kbutuhan sosial Selain itu, BKKBN mengambil keluarga batih (nuclear family) sebagai unit pengertian, namun tidak menggunakan konsep kemiskinan, melainkan konsep kesejahteraan. Konsep kesejahteraan di sini jelas terkait dengan taraf hidup dan garis kemiskinan. Dengan sejumlah indikator yang dibuat oleh BKKBN, klasifikasi keluarga terdiri dari:
38 Badan Pusat Statistik dalam Kriteria Rumah Tangga Miskin Penerima BLT.
dan psikologis sepeti interaksi keluarga, intaraksi bertetangga dan pekerjaan-pekerjaan yang menentukan standar kehidupan yang baik.
2). Keluarga Sejahtera tahap II. Ditujukan dengan anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur, sekali seminggu keluarga makan daging, ikan/telur. Setiap akhir tahun paling sedikit memperoleh satu stel pakaian baru, luas rumah paling kurang 8 m untuk setiap penghuni. Kesehatan keluarga baik, memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin. Anak umur 7-15 tahun bersekolah dan yang telah memiliki 2 anak atau lebih memakai alat kontrasepsi.
3). Keluarga Sejahtera tahap III. Ditujukan dengan anggota keluarga berusaha meningkatkan pengetahuan agama, sebagian penghasilan keluarga ditabung, makanan empat sehat lima sempurna dan keluarga makan bersama sehari dalam sekali serta dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Ikut dalam kegiatan di masyarakat tempat tinggal, rekreasi minimal enam bulan sekali, mendapat informasi dari surat kabar, TV, radio, majalah dan anggota keluarga mampu menggunakan transportasi setempat.
4). Kelurga Sejahtra IIII plus. Di samping ditujukan dengan keadaan keluarga seperti keluarga sejahtera tahap III, juga ditambah dengan keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materi untuk kegiatan sosial dan ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
SKEMA PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) KEPADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS)
BRI Pencetakan
Kartu BLT oleh Posindo Database RTS
2005/2006 (BPS) 19,1 juta
Pengiriman data ke Posindo
Penyediaan Dana BLT oleh Depsos
Kantor Pos Pengiriman Kartu
BLT ke Kantor Pos seluruh Indonesia Data Update
1000 Kec (PKH)
Pengecekan kelayakan daftar
RTS di tingkat desa/kelurahan
Pembagian Kartu BLT kepada RTS oleh Petugas
Pos dibantu aparat desa/kelurahan
Updating awal database RTS
oleh BPS – Hasil Verifikasi
pembagian kartu
Updating lapangan, verifikasi dan evaluasi RTS oleh Petugas
BPS dan mitra, serentak di seluruh Indonesia
Hasil akhir Database RTS –
Tahun 2008 Penajaman Sasaran :
1. Program BLT 2. Program Raskin
3. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat/ Askeskin 4. Program Keluarga Harapan 5. Program BOS
6. Program PNPM Ketentuan :
1. Membatalkan/menahan kartu bagi RTS yang pindah, meninggal dunia (tanpa ahli waris), tidak berhak (inclusion error).
2. Kartu yang dibatalkan boleh diberikan kepada rumah tangga yang
berhak/layak (exclusion error), tidak melebihi dari yang dibatalkan.
3. Rumah tangga pengganti harus sama atau lebih miskin dari rumah tangga yang telah dinyatakan layak.
4. Jumlah kuota kartu per
desa/kelurahan harus tetap/berkurang (total Nasional ≤ 19,1 juta)
5. Daftar RTS yang dibatalkan dan penambahan kartu RTS baru
dimusyawarahkan dalam rembug desa dan harus dilegalisir oleh
Kades/Lurah.
Pencairan BLT oleh RTS
di Kantor Pos
2.5 Proses Mekanisme dan Tahapan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Secara umum, tahapan yang dilaksanakan berkaitan dengan penyaluran dan BLT adalah:
1. Sosialisasi Program Bantuan Langsung Tunai, dilaksanakan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika Departemen Sosial, bersama dengan Kementerian/Lembaga di Pusat bersama-sam pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Aparat Kecamatan dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Karang Taruna, Kader Taruna Siaga Bencana (TAGANA), pekerja sosial masyarakat (PSM), tokoh agama dan tokoh masyarakat).
2. Penyiapan data Rumah Tangga Sasaran dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS Pusat). Daftar nama dan alamat yang telah tersedia disimpan dalam system database BPS, Departemen Sosial dan PT Pos Indonesia.
3. Pengiriman data berdasarkan nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran dari BPS Pusat ke PT Pos Indonesia.
4. Pencetakan kartu Kompensasi BBM (KKB) berdasarkan data yang diterima oleh PT Pos Indonesia.
5. Penandatangan KKB oleh Menteri Keuangan RI.
6. Pengiriman KKB ke kantor Pos seluruh Indonesia.
7. Pengecekan kelayakan daftar RTS di tingkat desa/kelurahan.
8. Penerima Program Keluarga Harapan juga akan menerima BLT, sehingga dimasukan sebagai RTS yang masuk dalam daftar.
9. Pembagian KKB kepada RTS oleh Petugas Pos dibantu aparat desa/kelurahan, tenaga kesejahteraan masyarakat, serta aparat keamanan setempat jika diperlukan.
10. Pencairan BLT oleh RTS berdasarkan KKB di kantor Pos atau di lokasi- lokasi pembayaran yang telah ditetapkan untuk daerah-daerah yang terpencil/sulit menjangkau kantor pos. Terhadap Kartu Penerima dilakukan pencocokan dengan daftar penerima (dapem), yang kemudian dikenal sebagai Kartu Duplikat.
11. Pembayaran terhadap penerima KKB dilakukan untuk periode Juni s.d Agustus sebesar Rp.300.000,- dan periode September s.d Desember sebesar Rp.400.000,-. Penjadwalan pembayaran pada setiap periode menjadi kewenangan dari PT Pos Indonesia.
12. Jika kondisi penerima KKB tidak memiliki identitas sebagai persyaratan kelengkapan verifikasi proses bayar, maka proses bayar dilakukan dengan verifikasi bukti diri yang sah (KTP,SIM,Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari Kelurahan, dan lain-lain).
13. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLT oleh tim terpadu.
Pelaporan bulanan oleh PT Pos Indonesia kepada Departemen Sosial39 Adapun mekanisme dan tahapan administrasi diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerjasama antar Depsos, PT Pos Indonesia dan PT BRI, serta Peraturan Dirjen Perbendaharaan.
.
Penerima BLT adalah orang per orang yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Penerima yang dalam hal ini
39 Petunjuk Teknis Penyaluran BLT untuk Rumah Tangga Sasaran dalam rangka Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM), Departemen Sosial Ri
diwakili oleh kepala keluarga, menerima Kartu Kompensasi BBM dari Badan Pusat Statistik Kota atau Kabupaten. Kartu Kompensasi BBM yang selanjutnya disebut dengan kartu asli, adalah kartu yang berisikan data penerima dan 2 (dua) buah carik (kupon). Carik (kupon), adalah lembar yang dapat dipertukarkan oleh pembawa atau pengunjuk kartu dengan senilai uang yang tertulis didalamnya.
Kartu asli dianggap sebagai barang berharga, sehingga penyalahgunaan, kehilangan ataupun kerusakan Kartu asli menjadi tanggung jawab penerima dan oleh karena itu tidak dapat diganti.
Proses penguangan dilakukan di kantor pos yang telah ditunjuk, yang tertera pada kartu. Penguangan di kantor pos selain yang tertera pada kartu tidak dapat dilayani, kecuali terdapat masalah dengan prosedur distribusi kartu, maka kepada pemegang kartu akan dibuatkan berita acara dan proses pembayaran akan diselesaikan setelah proses berita acara dilakukan.
Kartu yang sah adalah kartu yang memenuhi spesifikasi teknis dan kelengkapan yang telah ditentukan. Secara umum spesifikasi teknis kartu adalah sebagai berikut:
• Memiliki logo Garuda Pancasila
• Ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati
• Ukuran Bidang Kartu 8,50 cm x 7 cm
• Ukuran Bidang carik(kupon) : (3,5 cm x 4,5 cm)
• Judul Kartu : Kartu Kompensasi BBM.
KARTU KOMPENSASI BBM
Keterangan di belakang kartu : KARTU KOMPENSASI BBM
1. Diberikan sebagai kompensasi atas kenaikan BBM bagi rumah tangga miskin.
2. Satuan penerima subsidi adalah rumah tangga.
3. Kompensasi pengurangan subsidi BBM sebesar Rp. 100.000,- per bulan.
4. Pembayaran ke-I dilakukan untuk 3 bulan sebesar Rp. 300.000,-.
Pembayaran ke-II dilakukan untuk 4 bulan sebesar Rp. 400.000,-.
5. Penentuan penerima kompensasi adalah berdasarkan pendataan BPS (Badan Pusat Statistik).
6. Pemberian bantuan dilakukan di UPT (Unit Pelaksana Teknis) PT Pos Indonesia yang ditunjuk.
KETENTUAN
1. Kartu ini dianggap sah apabila memiliki ciri-ciri Kartu sesuai dengan ketentuan Pemerintah.
2. Kartu ini berharga uang, segala bentuk penyalahgunaan, kehilangan dan kerusakan Kartu menjadi tanggung jawab penerima Kartu.
3. Kartu ini dilengkapi 2 (dua) kupon, dan setiap kupon merupakan bukti pembayaran.
4. Kartu hanya dapat dibayarkan sesuai masa bayar dan lokasi Kantor Bayar yang ditetapkan.
5. Waktu pembayaran diatur oleh Kantor Bayar setempat .
6. Petugas berhak menolak membayarkan apabila ketentuan diatas tidak terpenuhi.
Untuk proses penguangan kartu asli di kantor pos, maka pada saat pembawa atau pengunjuk kartu asli harus menunjukkan kondisi kartu asli dalam keadaan baik (tidak rusak) dan carik (kupon) tidak terpisah-pisah. Hanya petugas pembayar yang berhak memisahkan carik (kupon) yang dapat diuangkan. Petugas tidak berhak pula untuk memisahkan carik (kupon) yang belum dijadwalkan pembayarannya. Carik (kupon) tidak dapat diuangkan sekaligus, hanya dapat diuangkan satu-persatu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Tetapi bilamana carik(kupon) yang belum dibayarkan pada masa bayar sebelumnya, dapat dibayarkan bersamaan (sekaligus). Pembayaran dilakukan satu-persatu, tidak diperkenankan melakukan pembayaran secara kolektif (1 orang menguangkan lebih dari 1 kartu)40
Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai RTS adalah Departemen Sosial selaku Kuasa Pengguna Anggaran dibantu oleh pihak-pihak terkait yang
.
2.6 Organisasi Pelaksana Penyaluran Dana BLT-RTS
40 Situs Departemen Sosial dan Bappenas.
telah ditetapkan dengan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran.
Penyaluran BLT-RTS merupakan suatu bentuk kerjasama yang didasarkan pada fungsi dan tugas pokok masing-masing, sehingga masing-masing lembaga bertanggungjawab terhadap kelancaran bidang tugas masing-masing. Bentuk kerjasam ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penyaluran dan BLT-RTS kepada kelompok sasaran sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal. Untuk meningkatkan sinergi pelayanan yang maksimal, maka masing-masing lembaga saling berkoordinasi. Dan dalam pelaksanaan Program BLT difasilitasi penyediaan unit Pelaksana Program BLT (UPP-BLT) dari tingkat pusat sampai dengan Kecamatan.
Tugas pokok dan tanggung jawab dari masing-masing instansi dapat dilihat dari Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran yang dijabarkan dalam tabel berikut ;
STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI
Sumber : Petunjuk Teknis Penyaluran BLT, Departemen Sosial RI Tahun 2008 Tim Pengarah
DEPSOS
UPP-BLT Pusat
Tim Pengendali Terpadu Tim Koordinasi Pusat
PT. Pos Indonesia dan BRI
Dinas/instansi Sosial Provinsi UPP-BLT Provinsi
Dinas/instansi Sosial Kab/Kota UPP-BLT Kab/kota
Dinas/instansi Sosial Provinsi UPP-BLT Kecamatan
Tim Koordinasi Provinsi
Tim Koordinasi Kab/Kota Kantor Pemeriksa Pos dan BRI Unit/Cabang
Kantor / Petugas Pos
RTS Penerima BLT
Kec & Desa/Kel
Kab/Kota Provinsi
Pusat
1. Departemen Sosial
Dalam hal ini, Departemen Sosial memiliki kewajiban untuk menyiapkan dana berdasarkan daftar nominative dan menyampaikan Surat Perintah kepada PT.
Pos Indonesia untuk membayarkan Dana BLT untuk rumah tangga sasaran.
Setelah itu bekerjasama dengan PT.Pos Indonesia (Persero) dan PT.BRI (Persero) Tbk untuk menyalurkan dana tersebut sesuai dengan daftar nominative penerima BLT yang disampaikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Untuk kejelasan bagaimana proses penyalurannya, Departmen Sosial berkewajiban untuk membuat dan menyusun petunjuk teknis penyaluran BLT-RTS bersama dengan Bappenas, Menko Kesra, Depdagri, BPS, PT.Pos Indonesia (Persero), dan PT.BRI (Persero) Tbk.
Untuk membangun kerjasama dalam antar lembaga, Departemen Sosial bersama dengan Menko Kesra, Bappenas, Depdagri Depkominfo, BPS, Dinas/Instansi Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan rapat-rapat koordinasi lintas sektor, supervise, monitoring dan pengawasan umum terhadap pelaksanaan penyaluran BLT-RTS. Kewajiban dan tanggung jawab Departemen Sosial juga Mengelola Unit Pelaksana Program Bantuan Langsung Tunai (UPP-BLT) di Departemen Sosial yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Sosial Nomor 27/HUK/2008 tentang Tim Pelaksana Program BLT bagi RTS. Dalam teknis pelaksanaan penanggung jawab program di Departemen Sosial adalah Sekretaris Jenderal Departemen Sosial sedangkan Ketua Pelaksana merangkap Kuasa Pengguna Anggaran adalah Kepala Biro Keuangan Departemen Sosial, dibantu jajaran dari lintas unit Departemen Sosial.
Sebagai pertanggungjawaban terhadap pemerintah, departemen sosial berkewjiban membuat laporan pelaksanaan kepada Presiden RI tentang pelaksanaan penyaluran BLT-RTS tersebut.41
Untuk memberikan kemudahan dalam identifikasi siapa saja yang berhak menerima BLT, PT. Pos membuat dan mencetak KKB baru untuk RTS pengganti yang telah ditetapkan melalui musyawarah rembug desa dan telah dilegalisir oleh Kades/Lurah. PT. Pos juga ditunjuk sebagai tempat pemmbayarkan Dana Bantuan Langsung Tunai untuk rumah tangga sasaran sesuai dengan daftar realisasi penyaluran KKB yang disampaikan oleh Departemen Sosial sejumlah tertentu 2. Kewajiban PT.Pos Indonesia (Persero)
Adapun tugas dan kewajiban dari PT. Pos Indonesia untuk program BLT dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak adalah menyiapkan rekening Giro Utama di Bank Rakyat Indonesia cabang Jakarta Veteran yang berfungsi untuk menampung dana bantuan langsung tunai dari DIPA (Daftar Isian Pelaksana Anggaran) Departemen Sosial yang akan disalurkan kepada Rekening Giro Kantor Pos. Mencetak dan menyaluran KKB (Kartu Kompensasi BBM) ke KPRK (Kantor Pos Pemeriksa) seluruh Indonesia berdasarkan Daftar Nominatif, selanjutnya KPRK menyalurkan KKB kepada rumah tangga sasaran bekerja sama dengan aparat desa setempat, TKSM (Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat) dan aparat keamanan bila diperlukan. Dalam hal ini PT.Pos juga harus melaporkan realisasi penyaluran KKB kepada Departemen Sosial dan selanjutnya menyampaikan rencana penyaluran Dana Bantuan Langsung Tunai.
41 Departemen Sosial RI, Juknis Penyaluran BLT untuk RTS dalam Rangka Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak, 2008
dengan jadwal yang ditetapkan oleh PT.Pos Indonesia. Dan Pembayaran dana bantuan langsung tunai untuk rumah tangga sasaran dilakukan atas dasar KKB pemilik RTS dengan menunjukan identitas atau bukti diri yang sah.
Dan jika terjadi kekeliruan atau keluhan masyarakat pada saat penyaluran BLT tersebut, PT. Pos berkewajiban menyediakan fasilitas kotak Pos (PO Box) sebagai wadah pengaduan pelaksanaan pembayaran dan bantuan langsung tunai.
Dan selanjutnya jika terjadi pengaduan ataupun tidak PT. Pos berkewajiban untuk membuat laporan pelaksanaan program BLT-RTS sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki kepada Menteri Sosial.42
Lembaga ini memiliki peran dan kewajiban untuk menyediakan data rumah tangga sasaran penerima BLT yang dikategorikan; rumah tangga sangat 3. Kewajiban Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia memiliki peran untuk menyiapkan dana Bantuan Langsung Tunai atas permintaan PT.Pos Indonesia. Dan BRI juga membebaskan biaya administrasi pembukuan rekening dan membebaskan atas kewajiban setoran pertama dalam pembukuan giro di kanca BRI Jakarta Veteran dan Kanca BRI seluruh Indonesia. Demi kelancaran dalam proses penyaluran dan segala administrasi dana BLT, BRI memberikan kemudahan kepada PT. Pos Indonesia untuk memindahbukukan dana dari rekening Giro Kantor Pos seluruh Indonesia.
Sebagai bentuk kewajiban dan tanggung jawab, BRI juga menyampaikan laporan keuangan mutasi rekening giro utama dari giro Kantor Pos melalui layanan Cash Management BRI.
4. Kewajiban Badan Pusat Statistik
42 Ibid,
miskin, rumah tangga miskin, rumah tangga hampir miskin. Kegiatan untuk menyediakan data tersebut dilakukan dengan Updating lapangan, verifikasi, dan evaluasi RTS oleh petugas BPS dan mitra serentak di seluruh Indonesia. Dan sebagai bentuk tanggung jawab atas proses menyediakan data, Badan Pusat Statistik juga memiliki kewajiban untuk membuat laporan pelaksanaan program BLT-RTS sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki.43
43 Ibid,
5. Kewajiban Dinas/Instansi Sosial Provinsi
Pada tataran Dinas/Instansi Sosial Provinsi untuk proses program BLT tersebut, berkewajiban untuk mengelola Unit Pelaksana Program BLT (UPP- BLT) pada tingkat provinsi, dan struktur pelaksanaanya, ketua pengelola UPP- BLT adalah kepala dinas/instansi sosial, sekretaris dan anggota ditetapkan pejabat di lingkungan dinas/instansi sosial yang dapat bertugas secara intensif selama proses pelaksanaan program BLT. Bila dipandang perlu dapat melibatkan lintas sektor sebagai anggota pengelola UPP-BLT.
Melakukan pembinaan, supervise dan pengawasan terhadap pelaksanaan BLT, termasuk pengelolaan Unit Pelaksana Program BLT di tingkat kabupaten/Kota dan Kecamatan. Juga mengkoordinasikan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendampingan terhadap PT Pos pada saat pembagian kartu BLT dan pembayaran BLT dengan melibatkn tenaga kesejahteraan sosial masyarakat.
Selain itu, dinas/instansi sosial tingkat provinsi juga memberikan perlindungan khusus bagi kelompok rentan (penyandang cacat, ibu hamil, dan lanjut usia serta RTS yang sakit).
Dan pada akhirnya sebagai bentuk tanggung jawab, dinas/instansi sosial harus membuat laporan pelaksanaan Program BLT-RTS sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki.44
Dan dari keseluruhan proses penyaluran pada jajaran dinas/instansi sosial kabupaten/kota berkewajiban untuk membuat laporan pelaksanaan program BLR- 6. Kewajiban Dinas/ Instansi Sosial Kabupaten/Kota
Pada tingkat jajaran Dinas atau Instansi Sosial Kabupaten/Kota, pada proses penyaluran BLT tersebut memiliki peran dan kewajiban untuk mengelola Unit Pelaksana Program Bantuan Langsung Tunai (UPP-BLT), dan sebagai pejabat yang menduduki posisi sruktur organisasi pengelola penyaluran BLT sebagai ketua pengelola UPP-BLT adalah kepala dinas/instansi sosial, sekretaris dan anggota ditetapkan pejabat di lingkungan dinas/instansi sosial yang dapat bertugas secara intensif selama proses pelaksanaan program BLT. Bila dipandang perlu dapat melibatkan lintas sektor sebagai anggota pengelola UPP-BLT.
Kegiatan lain juga melakukan pembinaan, supervise dan pengawasan terhadap pelaksanaan BLT, termasuk pengelolaan Unit Pelaksana Program BLT di kecamatan.
Melakukan pendampingan dan membantu PT Pos pada saat pembagian kartu BLT dan pembayaran BLT dengan melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (Karang taruna, tokoh agama, tokoh masyarakat) agar penyaluran dapat berjalan dengan baik dan benar. Selain itu memberikan perlindungan khusus bagi kelompok rentan (penyandang cacat, ibu hamil, dan lanjut usia serta RTS yang sakit).
44 Ibid,
RTS sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki sebagai bukti tanggung jawab dari proses pelaksanaan penyaluran program Bantuan Langsung Tunai (BLT) tersebut.
7. Kewajiban Kecamatan (Camat)
a. Mengelola Unit Pelaksana Program Bantuan Langsung Tunai (UPP-BLT) pada tingkat Kecamatan.
b. Memantau mitra kerja pada tingkat kecamatan/desa/kelurahan yang akan terlibat secara efektif dalam pendistribusian kartu BLT dan penyaluran dana BLT, serta pengendalian dan pengamanan di lapangan.
c. Menyelenggarakan pelaksanaan pertemuan-pertemuan koordinasi dengan seluruh mitra pada tingkat kecamatan.
d. Menginformasikan (sosialisasi) program BLT kepada RTS dan mendukung sosialisasi kepada masyarakat umum.
e. Memantau petugas Pos pada saat distribusi kartu BLT untuk sampai pada sasaran RTS.
f. Melakukan pendampingan dan membantu petugas Pos pada saat pembagian Kartu BLT dan pembayaran BLT dengan melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (Karang taruna, taruna siaga bencana/TAGANA, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat keamanan.
g. Memantau penyelesaian masalah oleh Desa/kelurahan (antara lain pada saat penetapan RTS, distribusi kartu, penyaluran dana BLT ) sesuai dengan jenis pengaduan dan tingkat kewenangannya melalui instansi terkait pada tingkat kecamatan.
h.Membuat laporan pelaksanaan Program BLT-RTS sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki secara berjenjang kepada pihak-pihak terkait, termasuk kepada dinas/instansi sosial kabupaten/kota.45
d.Mengupayakan penyelesaian masalah yang terjadi (antara lain pada saat penetapan RTS, distribusi kartu, penyaluran dana BLT) sesuai dengan jenis pengaduan dan tingkat kewenangannya.
8. Kewajiban Desa/ Kelurahan
a.Membantu petugas pos pada saat pengecekan daftar penerima BLT dan mendistribusikan Kartu kepada RTS.
b.Bersama-sama petugas Pos menentukan pengganti RTS yang pindah, meninggal (tanpa ahli waris) atau tidak berhak, melalui rembug desa/ kelurahan yang dihadiri unsur-unsur kepala desa/lurah, badan permusyawaratan desa/kelurahan, RW,RT tempat tinggal RTS yang akan diganti, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan karang taruna.
c.Melakukan pendampingan dan membantu petugas Pos pada saat pembagian kartu BLT dan pembayaran BLT dengan melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (karang taruna, taruna siaga bencana/TAGANA, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat keamanan setempat.
46
45 Ibid,
46 Ibid,
9. Tim Pengendali Terpadu
Dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan penyaluran dana BLT- RTS, dibentuk Tim Pengendali Terpadu yang terdiri dari unsur:
a. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.
b. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
c. Manteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
d. Menteri Keuangan.
e.Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
f. Menteri Sosial.
g. Menteri Dalam Negeri.
h. Menteri Komunikasi dan Informatika.
i. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.
j. Jaksa Agung RI
k.Panglima Tentara Nasional Indonesia.
l. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
m. Kepala Badan Pusat Statistik.
n. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
o. Para Gubernur.
p. Para Bupati/ Walikota.
Adapun tugas pokok dan fungsi Tim Pengendali secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS). Tim pengendali tersebut dapat menugaskan pejabat yang terkait untuk terlibat dalam Tim Koordinasi Program BLT untuk RTS untuk terus menerus melakukan koordinasi secara intensif dalam pelaksanaan program BLT sesuai dengan kewenangannya di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Kelembagaan Tim Koordinasi Program BLT pada tingkat Provinsi dan kabupaten/kota dapat merupakan optimalisasi fungsi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD).
Tugas dan tanggung jawab tim Koordinasi Program BLT bagi RTS adalah merencanakan langah-langkah strategis dan operasional pendistribusian Kartu BLT dan penyaluran dan BLT kepada RTS. Selain itu mengidentifikasi dan melakukan kerjasama dengan mitra kerja untuk sosialisasi program BLT dan mengkoordinaskan jajaran/ perangkat atau jaringan/ mitra kerja pada tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai dengan kecamatan dan desa/ kelurahan pada tahap persiapan, pelaksanaan dan pengendalian program BLT. Juga melakukan pembahasan dan membantu penyelesaian masalah (antara lain pada saat penetapan RTS, distribusi kartu, penyaluran dana BLT dan lainnya) sesuai dengan jenis pengaduan dan tingkat kewenangannya melalui instansi terkait.
Tim ini juga memiliki tugas untuk menggalang tanggung jawab sosial dan partisipasi masyarakat (Perguruan Tinggi, Dunia Usaha dan Tokoh Masyarakat) dalam menyukseskan pelaksanaan program BLT serta memonitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program BLT secara berjenjang sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing anggota tim koordinasi.47
Untuk kelancaran dan transparansi pelaksanaan penyaluran dana Program BLT-RTS, maka perlu dilakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan 2.7 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program BLT
47 Situs Departemen Sosial RI tahun 2008.
penyaluran dana BLT. Monitoring BLT bertujuan untuk memantau pelaksanaan BLT pada sisi masukan (Inputs) dan luaran (Outputs). Program monitoring ini akan mengidentifikasi berbagai hal yang muncul dalam pelaksanaan BLT sehingga memberi kesempatan kepada pelaksana program untuk melakukan perbaikan yang diperlukan. Sedangkan evaluasi bertujuan untuk melihat manfaat (Outcomes) dan dampak (Impacts) pelaksanaan penyaluran dana BLT.
Bentuk kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) ini adalah melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan Program BLT-RTS dengan tujuan agar dapat dipastikan pelaksanaan Program BLT-RTS diterima dalam jumlah dan sasaran yang tepat dan akurat.48
Pelaksanaan kegiatan monitoring (Monev) dilakukan oleh Tim Monev tingkat Pusat, Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota, serta tim Independen Monev. Selain monitoring dan evaluasi
Adapun komponen yang dimonitor dan dievaluasi dari program BLT tersebut berdasarkan petunjuk teknis penyaluran BLT dari Departemen Sosial RI adalah;
a. Alokasi dana Program BLT-RTS.
b. Penyaluran dan penyerapan dana BLT.
c. Manfaat dan dampak dari BLT-RTS.
d. Pelayanan dan Penanganan pengaduan yang berasal dari lembaga organisasi pelaksana tersebut.
e. Administrasi keuangan dana BLT-RTS.
f. Pelaporan pelaksanaan kegiatan penyaluran dana BLT-RTS.
48 Departemen Sosial RI tahun 2008, Petunjuk Teknis Penyaluran BLT.
program BLT tersebut, juga dilakukan pengawasan (audit) oleh BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) dan instansi yang berwenang lainnya.
Tim monitoring (Monev) juga wajib membuat laporan hasil kegiatannya kepada Menteri Sosial RI yaitu realisasi penyaluran dan penyerapan dana, hasil penanganan, pengaduan masyarakat serta manfaat dan dampak dari penyaluran Program BLT untuk RTS. Dalam hal petunjuk teknis penyaluran bantuan langsung tunai kepada rumah tangga sasaran tersebut, disusun untuk bagi semua pelaksana di tingkat pusat hingga tingkat daerah atau lokal. Dan hal-hal lain yang tidak dimuat dalam aturan petunjuk teknis tersebut, diatur tersendiri dalam peraturan-peraturan, berbagai keputusan dan petunjuk atau surat edaran yang akan mengatur hal-hal lainnya secara lebih teknis guna memperlancar proses kegiatan penyaluran dana BLT-RTS tersebut.
MEKANISME HUBUNGAN KELEMBAGAAN ANTAR PIHAK DALAM PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)
KEPADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS)
Ket:
= Alur Dana
= Alur Administrasi
KANCA BRI/KCP BRI UNIT
KANCA BRI MENKO KESRA
BAPPENAS
DEPKEU /KPPN
BPS DEPSOS
BRI PUSAT
PT POS IND
BPS KAB/KOTA KPRK POS IND
KANCA POSINDO
RUMAH TANGGA SASARAN PEMDA/DINAS SOS
PROP/KAB/KOTA
2.8 Korelasi Kebijakan Program BLT dan Penanganan Kemiskinan
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, terlebih dahulu harus dipahami apa itu kemiskinan dan apa penyebab kemiskinan, selanjutnya penyebab kemiskinan tersebutlah yang diatasi. Dari berbagai referensi mengenai kemiskinan, cukup banyak konsep tentang kemiskinan tersebut, mulai dari sekadar ketakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral.
Namun pada umumnya, ketika orang berbicara tentang kemiskinan, yang dimaksud adalah kemiskinan material yang dirasakan sangat kurang memadai karena tidak cukup untuk memahami realitas kemiskinan, dapat menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menanggulangi kemiskinan cukup hanya dengan menyediakan bahan makanan yang memadai, dan tidak bermanfaat bagi pengambil keputusan ketika harus merumuskan kebijakan lintas sektor, bahkan bisa kontraproduktif.
Kemiskinan juga tidak bisa disamakan dengan kesejahteraan, karena tidak semua kemiskinan identik dengan ketidaksejahteraan. Demikian juga tingkat pendapatan yang tinggi, belum mencerminkan tingkat kesejahteraan yang tinggi, oleh karena itu, dalam mengukur tingkat kemiskinan mestinya dimasukkan variabel-variabel non keuangan (non financial variables), seperti kemudahan mendapatkan pendidikan yang murah, fasilitas kesehatan yang luas dan murah, kesempatan kerja yang tinggi, angka kematian balita dan ibu yang melahirkan, tingkat kemungkinan hidup, sistem perumahan dan sarana kesehatan umum, listrik dan lain lain.
Selain itu, kemiskinan juga tidak semata-mata merupakan kondisi kekurangan pangan dan kekurangan aset produktif, tetapi juga termasuk ketidaktenangan dan terbatasnya partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.
Persoalan kemiskinan juga menyangkut berbagai komponen termasuk ketidakberdayaan, keterisolasian, kemiskinan materi, kelemahan fisik, kerentanan, dan sikap/perilaku.
Adapun penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu (i) faktor alamiah: kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, adanya bencana alam dan lain lain yang bermakna bahwa mereka miskin karena memang miskin, (ii) faktor non alamiah:akibat kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber daya alam.
Jadi untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, langkah yang dilakukan tidak lain daripada mempertimbangkan kedua faktor tersebut, yaitu mengubah kondisi lingkungannya menjadi lebih baik, meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, dan melakukan perbaikan terhadap sistem yang ada melalui pemberantasan korupsi dan menetapkan pengelola yang kompeten baik dari kemampuan, integritas, maupun moral.
Penanganan ini tentunya harus dilakukan secara menyeluruh dan kontekstual. Menyeluruh berarti menyangkut seluruh penyebab kemiskinan, sedangkan kontekstual mencakup faktor lingkungan si miskin. Beberapa di antaranya yang menjadi bagian dari penanggulangan kemiskinan tersebut yang perlu tetap ditindaklanjuti dan disempurnakan implementasinya adalah perluasan
akses pada masyarakat miskin, peningkatan pendidikan masyarakat, perluasan lapangan kerja dan pembudayaan entrepeneurship.
2.8.1 Operasional Variabel dalam Implementasi Program BLT
Menurut Stanfort Laboltitz dan Robert Hagerdon, defenisi operasional adalah perincian dari prosedur-prosedur yang dapat diobservasi, yang digunakan untuk mendefenisikan apa yang dimaksud kata yang didefenisikan (Laboltitz, 1984 :33). Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa defenisi defenisi operasional adalah penjabaran lebih lanjut dari konsep-konsep yang telah dikelompokkan menjadi variabel.
Berangkat dari pemahaman di atas maka yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Efektifitas yaitu apakah hasil yang diinginkan telah tercapai sesuia dengan perencanaan program yang ditentukan sebelumnya
2. Efesiensi yaitu apakah tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan program tersebut menggunakan sumber daya secara optimal
3. Kecukupan yaitu seberapa jauh hasil yang dicapai dan yang diinginkan dapat memecahkan permasalahan masyarakat
4. Perataan yaitu apakah hasil atau manfaat program dirasakan dan didistribusikan secara merata kepada kelompok yang berbeda 5. Responsivitas yaitu apakah hasil program memuaskan kebutuhan,
preferensi atau nilai kelompok –kelompok tertentu
6. Ketepatan yaitu apakah hasil atau tujuan yang diinginkan dalam pelaksanaan program benar-benar bermakna atau bernilai.