• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43152/PP/M.XI/16/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43152/PP/M.XI/16/2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43152/PP/M.XI/16/2013 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai

Tahun Pajak : 2008

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Penerbitan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-208/WPJ.25/2010 tanggal 28 Oktober 2010, tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2008 Nomor 00006/207/08/105/09 tanggal 13 November 2009;

Koreksi positif Reklasifikasi Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut kepada Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp9.191.724.100,00

Menurut Terbanding

: bahwa terdapat koreksi positif atas penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri sebesar Rp9.191.724.100,00 berdasarkan rekap fisik Faktur Pajak dan koreksi negatif sejumlah yang sama atas penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut, atas koreksi tersebut Pemeriksa telah memberikan rincian koreksi melalui facsimile tanggal 03 November 2009 namun sampai dengan tanggal yang ditentukan yaitu 7 (tujuh) hari sejak tanggal 28 Oktober 2009 sebagaimana disebutkan dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Nomor PEM-22/WPJ.25/KP.0500/2009, ternyata Pemohon Banding tidak hadir untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan, oleh karena itu maka Pemohon Banding dianggap menyetujui hasil pemeriksaan dan koreksi dipertahankan;

Menurut Pemohon Banding

: bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut ke penyerahan yang PPN-nya dipungut sebesar Rp9.191.724.100,00 disebabkan penyerahan sesuai Faktur Pajak tersebut diserahkan ke pihak pembeli yang berada pada Kawasan Berikat, sehingga atas PPN-nya tidak dipungut;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi positif Reklasifikasi Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut kepada Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp9.191.724.100,00 karena berdasarkan rekap faktur pajak atas penyerahan yang tidak dipungut PPN, terdapat beberapa faktur pajak yang tidak ada stempel tidak dipungutnya, sehingga Terbanding tidak dapat mengambil kesimpulan atas Faktur Pajak tersebut dan dimasukkan kedalam penyerahan yang PPN-nya harus dipungut;

bahwa pada saat pemeriksaan Terbanding telah melakukan permintaan data, namun tidak disediakan oleh Pemohon Banding. Data yang diberikan hanya fotokopi faktur pajak saja, sedangkan data akuntansi perusahaan tidak diserahkan, dan tidak ada dokumen-dokumen pendukung lainnya yang bisa diteliti oleh Terbanding;

bahwa sesuai dengan ketentuan apabila ada kewajiban dalam Pasal 28 maupun Pasal 29 Undang-Undang KUP yang tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, maka beban pembuktian berada pada sisi Wajib Pajak untuk membuktikan ketidakbenaran SKP yang diterbitkan oleh Terbanding;

bahwa menurut Pemohon Banding penyerahan ini adalah penyerahan kepada pengusaha di dalam kawasan berikat dengan kode 07, yang dapat Pemohon Banding buktikan dengan dokumen BC.4.0, sehingga atas PPN-nya tidak dipungut;

bahwa Pemohon Banding bisa menyediakan bukti arus uang dan arus barang, untuk membuktikan bahwa atas penyerahan tersebut adalah benar ke dalam kawasan berikat;

bahwa Majelis memerintahkan kepada Pemohon Banding untuk menyerahkan asli dokumen pendukung bukti arus uang dan arus barang dan melakukan uji bukti dengan Terbanding terhadap sengketa koreksi positif Reklasifikasi Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut kepada Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp9.191.724.100,00;

bahwa namun sampai dengan sidang terakhir Pemohon Banding tidak menyerahkan data pendukung sehingga uji bukti tidak bisa dilaksanakan;

bahwa berdasarkan data yang dilampirkan dalam Surat Banding Pemohon Banding berupa fotokopi:

SPT Masa PPN Bulan April 2008 beserta bukti lapor;

4 lembar Faktur Pajak atas total penyerahan sebesar Rp9.191.724.100,00;

4 lembar bukti pemberitahuan pemasukan barang ke kawasan berikat sesuai Form BC.4.0 dari Dirjen Bea dan Cukai;

Kontrak dan invoice atas penyerahan sebesar Rp9.191.724.100,00;

dengan perincian data sebagai berikut:

NOMOR KONTRAK PENJUALAN &

INVOICE

KEPADA

NOMOR &

TANGGAL FAKTUR

PAJAK

BC 4.0 JUMLAH (Rp)

1 2 3 4 5

01/PPP/KTRMKS/

LOK/II/2008 14 Februari 2008;

&

013/PPP/IV/2008 1 April 2008

PT QQ Jalan K. L.

DF KM 7,8, Tanjung

Mulai, Medan

0X0.000- 0X.000000XX

1 April 2008

000464, 5/3/2008

2.624.100

04/PPP/KTRIKS/

LOK/IV/2008 7 April 2008

&

014/PPP/IV/2008 10 April 2008

PT QQ Jalan K. L.

DF KM 7,8, Tanjung

Mulai, Medan

0X0.000- 0X.000000XX

10 April 2008

000689, 24/4/2008

486.600.000

03/PPP/KTRMKS/

LOK/IV/2008 10 April 2008

&

015/PPP/IV/2008 14 April 2008

PT FD Jalan HJ

Km. 17 Medan Marelan-

Medan

0X0.000- 0X.000000XX

14 April 2008

101817, 11/4/2008

4.157.000.000

04/PPP/KTRIKS/

LOK/IV/2008 24 April 2008

&

017/PPP/IV/2008 28 April 2008

PT FD Jalan HJ

Km. 17 Medan Marelan-

Medan

0X0.000- 0X.000000XX

28 April 2008

102156, 25/4/2008

4.545.500.000

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan tersebut di atas, maka Majelis berpendapat Pemohon Banding tidak menyerahkan data pendukung untuk dilakukan Uji Bukti sampai dengan proses persidangan terakhir selesai dilangsungkan, sehingga dengan demikian tidak dapat diyakini kebenaran terhadap 4 (empat) Faktur Pajak dimaksud;

bahwa oleh karena itu Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding sudah benar dan tetap dipertahankan;

Koreksi positif Pajak Masukan PPN Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2008 sebesar Rp246.589.273,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menurut Terbanding

: bahwa kegiatan usaha Pemohon Banding meliputi pabrik kelapa sawit dan perkebunan kelapa sawit yang atas penyerahan TBS (Tandan Buah Segar) dari perkebunan kelapa sawit tersebut dibebaskan dari pengenaan PPN. Berdasarkan penelitian terhadap Faktur Pajak dan hubungannya dengan kegiatan usaha diketahui / ditemukan adanya Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan sebanyak 10 (sepuluh) Faktur Pajak yaitu atas pembelian pupuk, tojok sawit, dan kereta dorong sebesar Rp109.201.723,00 karena merupakan pembelian untuk keperluan perkebunan kelapa sawit dimana PPN atas penyerahan Tandan Buah Segar dibebaskan;

Menurut Pemohon Banding

: bahwa berdasarkan rekapitulasi dari semua Faktur Pajak dapat Pemohon Banding sampaikan bahwa penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dari Pemohon Banding terdiri dari:

PENYERAHAN BKP/JKP

DIPUNGUT TIDAK

DIPUNGUT

RETUR TOTAL

CPO 45.639.130.505 30.120.263.270 (199.209.482) 75.560.184.293 Kernel 6.005.269.908 4.319.991.630 - 10.325.261.538

Jasa Olah 1.353.127.500 - - 1.353.127.500

Total 52.997.527.913 34.440.254.900 (199.209.482) 87.238.573.331

bahwa dari penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak tersebut tidak ada yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, maka Pemohon Banding keberatan atas koreksi yang dilakukan oleh Terbanding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Majelis : bahwa SKPKB PPN yang menjadi sengketa mencakup masa pajak Januari s.d. Juni 2008, dengan penjelasan sesuai uraian sebagai berikut:

Terbanding melakukan koreksi Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan terhadap 10 (sepuluh) Faktur Pajak Masukan senilai Rp109.201.723,00 yaitu untuk pembelian pupuk, tojok sawit, dan kereta dorong yang digunakan untuk unit yang menghasilkan barang yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN;

bahwa menurut Terbanding dan memperhatikan penjelasan Pemohon Banding dalam Surat Bandingnya maupun dalam persidangan, usaha Pemohon Banding meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit dengan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU:01134) adalah Perkebunan Kelapa Sawit;

bahwa produk yang dihasilkan dari usaha perkebunan kelapa sawit tersebut adalah Tandan Buah Segar kelapa sawit, sedangkan produk dari usaha pengolahan kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel) serta jasa olah Tandan Buah Segar menjadi CPO dan kernel;

bahwa menurut Majelis, kegiatan tersebut di atas merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam arti oleh satu entitas/badan yaitu Pemohon Banding dan dalam persidangan tidak terbukti bahwa kegiatan menghasilkan CPO dan kernel dihasilkan oleh entitas/badan yang terpisah dari Pemohon Banding, dengan demikian penggunaan UNIT tidak berarti adanya entitas/badan yang terpisah;

bahwa Tandan Buah Segar kelapa sawit merupakan barang hasil pertanian yang termasuk Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis dimana atas penyerahannya mendapat fasilitas PPN dibebaskan;

bahwa menurut Terbanding, memperhatikan Pasal 16B ayat (3) UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 18 Tahun 2000, Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan;

bahwa menurut Pasal 16B ayat (3) UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 18 Tahun 2000:

“Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan barang kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan”

bahwa dalam penjelasan Pasal 16B ayat (3) tersebut dinyatakan:

“Berbeda dengan ketentuan dalam ayat (2), adanya perlakuan khusus berupa pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai mengakibatkan tidak adanya Pajak Keluaran, sehingga Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan Barang kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang memperoleh pembebasan tersebut tidak dapat dikreditkan”

bahwa menurut Terbanding, sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 575/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Penyerahan Yang Terutang Dan Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak, bagi Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha terpadu (integrated) yang terdiri dari unit atau kegiatan yang menghasilkan barang yang atas penyerahannya tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai dan unit atau kegiatan yang menghasilkan barang yang atas penyerahannya terutang Pajak Pertambahan Nilai, maka Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang nyata-nyata digunakan untuk unit atau kegiatan yang atas penyerahannya tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan;

bahwa dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pajak Masukan a quo tidak dapat dikreditkan apabila ada/ terkait dengan penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN;

bahwa menurut Majelis, dalam persidangan Terbanding tidak dapat membuktikan adanya penjualan TBS yang dilakukan oleh Pemohon Banding dalam masa Januari-Juni 2008;

bahwa menurut penjelasan Pasal 1A huruf f UU PPN. dinyatakan bahwa:

“Apabila suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang, yaitu tempat melakukan penyerahan Barang Kena Pajak kepada pihak lain , baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan , maka Undang-undang ini menganggap bahwa pemindahan Barang Kena Pajak antar tempat-tempat tersebut merupakan penyerahan barang Kena Pajak. Yang dimaksud dengan cabang dalam ketentuan ini termasuk antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran dan sejenisnya;”

bahwa hal ini berarti pemindahan barang antar tempat-tempat dalam suatu perusahaan oleh undang-undang diperlakukan sebagai penyerahan apabila perusahaan itu mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang dan yang diserahkan Barang Kena Pajak;

bahwa dari dalam persidangan tidak terdapat data yang menunjukkan bahwa Pemohon Banding mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang;

bahwa penyerahan yang dilakukan Pemohon Banding adalah berupa CPO, kernel dan jasa olah yang semuanya terutang PPN baik yang dipungut maupun yang tidak dipungut PPN;

bahwa rekapitulasi dari semua Faktur Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dari Pemohon Banding tersebut terdiri dari:

PENYERAHAN BKP/JKP

DIPUNGUT TIDAK

DIPUNGUT

RETUR TOTAL

CPO 45.639.130.505 30.120.263.270 (199.209.482) 75.560.184.293 Kernel 6.005.269.908 4.319.991.630 - 10.325.261.538

Jasa Olah 1.353.127.500 - - 1.353.127.500

Total 52.997.527.913 34.440.254.900 (199.209.482) 87.238.573.331

bahwa dengan demikian dari penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak tersebut tidak ada yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis berpendapat bahwa pemindahan Tandan Buah Segar dari UNIT/pisi perkebunan ke UNIT/pisi pengolahan bukan merupakan penyerahan, oleh karenanya Pemohon Banding tidak melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak;

bahwa selanjutnya Majelis berpendapat bahwa kegiatan usaha Pemohon Banding tidak termasuk dalam kriteria “melakukan penyerahan terutang pajak dan penyerahan tidak terutang pajak“ oleh karena itu tidak termasuk dalam pengertian Pengusaha sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (6) Undang-Undang PPN, oleh karena itu Pajak Masukan atas pupuk, dan egrek (alat pertanian) tidak dapat diterapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 575/KMK.04/2000;

bahwa dari bukti-bukti dan fakta-fakta dalam persidangan, maka Majelis berpendapat:

1. untuk masa pajak Januari s.d. Juni 2008 tidak ada penjualan Tandan Buah Segar (TBS);

2. sesuai dengan Pasal 16B ayat (3) UU PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 18 Tahun 2000: “Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan barang kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN, tidak dapat dikreditkan,” terbukti tidak ada penjualan / penyerahan yang dibebaskan atau tidak dikenakan PPN;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan tersebut di atas, maka Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding terhadap Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan sebesar Rp109.201.723,00 adalah tidak tepat, sehingga oleh karenanya tidak dapat dipertahankan;

Koreksi Pajak Masukan yang jawaban konfirmasi Faktur Pajaknya dijawab tidak ada sebesar Rp137.387.550,00;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menurut Terbanding

: bahwa berdasarkan penelitian terhadap jawaban konfirmasi Faktur Pajak diketahui terdapat jawaban konfirmasi yang menyatakan Tidak Ada / Tidak dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak lawan transaksi sebanyak 25 (dua puluh lima ) Faktur Pajak senilai Rp137.387.550,00;

bahwa Pemohon Banding tidak kooperatif dalam memberikan dokumen yang dibutuhkan pemeriksa dalam proses pemeriksaan;

Menurut Pemohon Banding

: bahwa Pemeriksa tidak memberikan isi jawaban konfirmasi yang dijadikan dasar koreksi tersebut kepada Pemohon Banding, sehingga Pemohon Banding kesulitan untuk memberikan tanggapan dan pembuktian;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Menurut Majelis : bahwa sampai dengan sidang terakhir, Pemohon Banding tidak memberikan data pendukung untuk dilakukan uji arus uang dan arus barang dan dalam melakukan uji bukti hanya memberikan fotokopi SPT Masa lawan transaksi. Dengan penjelasan sesuai uraian sebagai berikut:

bahwa Terbanding mengoreksi Faktur Pajak Masukan tersebut karena:

berdasarkan penelitian terhadap jawaban konfirmasi Faktur Pajak diketahui terdapat jawaban konfirmasi yang menyatakan tidak ada / tidak dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak lawan transaksi sebanyak 25 (dua puluh lima) Faktur Pajak senilai Rp137.387.550,00;

Pemohon Banding tidak kooperatif dalam memberikan dokumen yang dibutuhkan pemeriksa dalam proses pemeriksaan sehingga terhadap jawaban konfirmasi Faktur Pajak masukan yang menyatakan

“Tidak Ada/ Tidak dilaporkan oleh PKP lawan transaksi” sebesar Rp137.387.550,00;

Terbanding (Pemeriksa) telah memberikan rincian koreksi melalui faksimile tanggal 03 November 2009, namun sampai dengan tanggal yang ditentukan yaitu 7 (tujuh) hari sejak tanggal 28 Oktober 2009 sebagaimana disebutkan dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, Pemohon Banding tidak hadir dalam rangka melakukan pembahasan akhir dan oleh karenanya maka Pemohon Banding dianggap menyetujui hasil koreksi tersebut dan koreksi dipertahankan;

bahwa Terbanding juga tidak meyakini bahwa atas PPN tersebut telah dibayar Pemohon Banding kepada pihak penjual, karena tidak adanya dokumen pendukung berupa Faktur Pajak Masukan Asli, bukti pengeluaran kas / bank berupa invoice, voucher, dan Rekening Koran, serta surat jalan;

bahwa di samping itu pada tingkat keberatan juga telah dilakukan konfirmasi, akan tetapi tidak ada surat dari KPP domisili PKP penjual atas tindak lanjut jawaban konfirmasi tersebut sehingga Terbanding (Peneliti) menganggap bahwa atas Faktur Pajak yang belum dilaporkan tersebut belum diterbitkan SKPKB / SKPKBT sehingga tidak dapat dikreditkan;

bahwa menurut Pemohon Banding rincian Faktur Pajak Masukan yang dikoreksi karena jawaban konfirmasi

“tidak ada” tersebut tidak diketahuinya, karena Pemohon Banding telah secara resmi telah meminta rincian tersebut namun tidak ada jawabannya;

bahwa menurut Terbanding, atas pernyataan Pemohon Banding tersebut di atas faktanya Terbanding (Pemeriksa) telah mengirimkan rincian koreksi melalui faksimile tanggal 3 November 2009, namun tidak ditanggapi Pemohon Banding sampai dengan tanggal yang telah ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

bahwa menurut Pemohon Banding, mengenai faktur pajak hasil konfirmasi, Pemohon Banding mendapatkan data dari lawan transaksi bahwa faktur pajak tersebut sudah dilaporkan seluruhnya dan di samping itu Pemohon Banding juga menyiapkan bukti arus uang /arus barangnya;

bahwa untuk membuktikan kebenaran adanya Faktur Pajak tersebut telah dilakukan uji bukti;

bahwa berdasarkan Berita Acara Uji Bukti tanggal 23 Desember 2011, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan data dari lawan transaksi bahwa faktur pajak tersebut sudah dilaporkan, di samping itu pemohon Banding juga tidak dapat menunjukkan bukti-bukti perolehan Barang Kena Pajak Dan Atau Jasa Kena Pajak dan pembayaran PPN atas perolehannya, sehingga tidak dapat dilakukan uji arus barang dan arus uang atas perolehan dan pembayaran tersebut;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan tersebut di atas, Majelis berkesimpulan karena Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti adanya arus uang dan arus barang serta hasil konfirmasi dijawab tidak ada, maka koreksi Terbanding terhadap Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan sebesar Rp137.387.550,00 adalah sudah benar dan oleh karenanya tetap dipertahankan;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi kecuali besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

bahwa oleh karena atas jumlah PPN yang masih harus dibayar yang disengketakan oleh Pemohon Banding dibatalkan sebagian koreksinya oleh Majelis, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

Memutuskan : Menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-208/WPJ.25/2010 tanggal 28 Oktober 2010, tentang Keberatan Wajib Pajak atas SKPKB PPN Barang dan Jasa Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2008 Nomor 00006/207/08/105/09 tanggal 13 November 2009, atas nama: PT.XXX, sehingga jumlah PPN Barang dan Jasa Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2008 dihitung kembali menjadi sebagai berikut:

1. Dasar Pengenaan Pajak:

a. Ekspor

b. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri

c. Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN

d. Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut

e. Jumlah seluruh penyerahan 2. Perhitungan PPN Kurang Bayar:

a. Pajak Keluaran yang harus dipungut / dibayar sendiri

b. Dikurangi: Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan

c. Perhitungan PPN kurang bayar

3. Kelebihan Pajak yang sudah dikompensasikan ke masa pajak berikutnya

4. PPN yang kurang dibayar

5. Sanksi Administrasi: Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP

6. Jumlah PPN yang masih harus dibayar

Rp 0,00 Rp 62.189.252.013,00 Rp 0,00 Rp 25.049.321.318,00 Rp 87.238.573.331,00 Rp 6.201.111.517,00 Rp 5.242.635.401,00 Rp 958.476.116,00 Rp 176.057.128,00 Rp 1.134.533.244,00 Rp 1.134.533.244,00 Rp 2.269.066.488,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Gejala Terinfeksi Nuclear Polyhedrosis Virus Pengamatan gejala serangan larva yang terinfeksi NPV ditandai dengan kurang aktifnya larva penggerek batang bergaris dan

Analisis penilaian menunjukkan tingkat penilaian responden ahli terhadap teknik sinematografi yang digunakan pada video pertama (long shot, eye level, panning, low angle

Pengukuran kadar abu dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak 3–5 g dan dimasukkan ke dalam cawan pengabuan yang telah mencapai berat konstan. Cawan dan sampel dimasukkan ke dalam

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat penulis simpulkan pengertian efektivitas yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.43793/PP/M.III/16/2013 tanggal 07 Maret 2013, maka

Nomor 133b/KMK.04/2000 tanggal 28 April 2000 tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara Lain dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-122c/PJ/2000 tanggal 1

bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 9 ayat (6) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana

bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000 tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan