Nama : Ardi Saputra Sinaga
Kelas / Nim : Manajemen Pertanahan / 14232836 Mata Kuliah : Tata Ruang dalam Perencanaan Wilayah
KAJIAN PERTANAHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
DAN PENATAAN RUANG
A. PENATAGUNAAN TANAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
Penatagunaan tanah ini merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan seperti tercantum pada pasal 3 PP 16 2004 mengenai tujuan dari penatagunaan tanah. Permasalahan Penyusunan RTRW belum mempertimbangkan data pada Neraca Penatagunaan Tanah, sehingga dimungkinkan adanya pola ruang yang kurang tepat. Penyusunan RTRW yang belum mempertimbangkan faktor penguasaan tanah, sehingga pendaftaran tanah pertama kali maupun pada saat pemeliharaan data pendaftaran tanah terkendala oleh perubahan pola ruang yang tertuang pada RTRW (pemanfaatan menjadi tidak sesuai peruntukan). Laju alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman, perdagangan atau perindustrian yang semakin pesat khususnya di kawasan yang sedang berkembang.
Kegiatan penyusunan neraca penatagunaan tanah ini sangat bermanfaat bagi penyediaan informasi ketersediaan tanah untuk mengevaluasi RTRW guna penyusunan ulang nantinya. Perubahan penggunaan tanah dalam periode tertentu dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perubahan penggunaan tanah. Selanjutnya, data perubahan ini dioverlay dengan RTRW sehingga diperoleh gambaran perubahan penggunaan tanah dalam fungsi kawasan . Peta Neraca Penatagunaan Tanah ini bisa menjadi acuan untuk revisi RTRW sekali dalam lima tahun
B. PEMILIKAN DAN PENGUASAAN TANAH
Pemilikan dan penguasaan tanah dapat diartikan sebagai suatu hak yang diberikan bagi pemilik tanah untuk menggunakan dan memanfaatkan tanah sesuai dengan peruntukannya Pembatasan pemilikan dan penguasaan tanah yang diatur dalam UUPA diantaranya tanah absente dan kelebihan tanah maksimum. Hal tersebut diberlakukan dengan harapan tidak terjadinya ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah.
bukan pemilik tanah apabila berkeinginan untuk menguasai tanahnya, wajib untuk mendapatkan izin dari pemilik tanah tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya Perusahaan yang ingin menguasai tanah dengan sistem perjanjian menggunakan tanah pada pemegang HPL yaitu PT KAI ,harus mendapat izin dari pemilik tanah yaitu pemegang HPL tersebut dengan membuat perjanjian penggunaan tanah.Hal ini sangatlah perlu dilakukan agar mencegah permasalahan pertanahan yang dapat timbul dikemudian hari dan membantu dalam pengendalian terhadap penguasaan dan pemilikan tanah yang tidak sesuai dengan tata ruang ataupun pemilik/penguasa tanah memberikan informasi yang salah/palsu maka izin ataupun pemberian hak dapat dirubah/dicabut.
Kementerian ATR/BPN melaksanakan pengendalian terhadap penguasaan dan pemilikan tanah yang tidak sesuai dengan tata ruang dan apabila terjadi kekeliruan dalam penyusunan tata ruang tersebut jika dihadapkan dengan kondisi di lapangan dan berdasarkan pada kajian pertanahan yang telah dikeluarkan maka dapat digunakan sebagai bahan revisi.
C. NILAI TANAH
Nilai tanah adalah suatu pengukuran atau penilaian tanah yang didasarkan kepada kemampuan tanah secara ekonomis yang terkait dengan produktifitas dan strategi ekonomisnya. Nilai tanah sangat diperlukan dalam berbagai pengambilan keputusan bagi masyarakat, swasta dan pemerintah. Agar tidak terjadi masalah di kemudian hari investor membutuhkan informasi yang lengkap tentang kepastian nilai tanah dan tingkat pertumbuhannya, konsep tata ruang wilayah, status kepemilikan hak, dan regulasi yang berlaku.
Dalam hal ini Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN berperan dalam pembuatan Peta Zona Nilai Tanah. Peta ZNT akan diperbaharui setiap tahun berdasarkan keputusan pemerintah dengan pertimbangan aksesibilitas seperti ketersediaan air, akses jalan, dan sebagainya. Nanti akan ada sekitar tujuh tingkatan sesuai klasifikasi seperti kawasan dan aksesibilitas yang menentukan harga pasaran tanah di wilayah tertentu. Peta ZNT ditarget bisa menjadi acuan yang nantinya digunakan untuk kegiatan jual beli tanah. Peta ZNT akan jauh lebih mendekati harga kepantasan (tanah) hal ini dilakukan agar dapat menghadirkan kepastian nilai jual tanah, ZNT bukanlah harga yang sesuai dengan mekanisme pasar melainkan hasil analisis pemerintah terhadap sejumlah variabel, di antaranya tata ruang.
D. POLITIK PERTANAHAN
perumusan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang sekarang telah diganti menjadi Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Kementrian ATR/BPN paling tidak memuat tiga agenda yang bertautan sangat kuat dengan persoalan agraria, tata ruang dan pertanahan, yakni: (1) memberikan jaminan kepastian hukum hak kepemilikan atas tanah, penyelesaian sengketa tanah dan menentang kriminalisasi penuntutan kembali hak tanah masyarakat; (2) peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar; serta (3) mewujudkan kedaulatan pangan melalui perbaikan jaringan irigasi dan pembukaan 1 juta hektar sawah baru.Meskipun belum operasional karena adanya restrukturisasi kelembagaan, tetapi program ini dengan menguatnya rezim pengendalian pemanfaatan ruang sekaligus dengan terbentuknya Ditjend Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah.
E. LAND POLICY (KEBIJAKAN PERTANAHAN)
Kajian pertanahan terkait Land Policy (Kebijakan Pertanahan) dimana Kementerian ATR/BPN mempunyai kewenangan salah satunya dalam mengeluarkan Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP). Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP) dalam rangka Penerbitan Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) (PerKaBPN 2/2011). Kantor Pertanahan dalam menerbitkan pertimbangan teknis pertanahan harus memperhatikan kesesuai penggunaan tanah dengan RTRW sehingga tercipta pola pemanfaatan ruang yang baik. Penerbitan Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) akan cacat hukum apabila pertimbangan teknis pertanahan tidak dilaksanakan
F. LAND REFORM
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Hadimoeljono, B. (2013). "Pengendalian Pemanfaatan Ruang: Mencari Kelembagaan
Pemanfaatan Ruang yang Efektif" dalam Buletin Tata Ruang dan Pertanahan. Edisi II Tahun 2013. (Jakarta: Direktort Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas).
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang