• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PKN 1303205 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PKN 1303205 Chapter3"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (kualitative approach)

dengan metode studi kasus. Adapun alasan mengapa penulis menggunakan pendekatan kualitatif serta metode studi kasus adalah karena dalam hal ini penulis hanya menggambarkan atau mendeskripsikan keberadaan PDI Perjuangan di masyarakat, bentuk pendidikan politik, proses pendidikan politik, kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pendidikan politik, upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut serta hasil dari pelaksanaan pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang guna membentuk karakter bertanggung jawab warga negara tanpa melakukan perhitungan secara kuantitatif atau tanpa menggunakan angka secara statistik.

Pembentukan karakter bertanggung jawab warga negara melalui pendidikan politik dianggap sebagai sebuah kasus karena hal tersebut sukar dilakukan, sebab setiap manusia dan kader partai tidak ada yang melibatkan dirinya sepenuhnya dengan urusan partai politik. Dan saat ini kebanyakan partai politik hanya berorientasi pada kekuasaan belaka, tanpa mau peduli apakah kader partai dalam memperoleh kekuasaan tersebut menempuh jalan yang benar atau jalan yang salah, namun dibenarkan. Disisi lain, pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik masih terbatas pada kalangan partai semata, tanpa melibatkan masyarakat luas selaku konstituen dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara yang demokratis.

(2)

kualitatif lebih banyak menggunakan hipotetiko verifikatif. Pendekatan tersebut di mulai dengan berpikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian di lapangan.

Sementara itu, data yang berhasil dikumpulkan selama proses penelitian berupa kata-kata, perbuatan, sikap maupun tingkah laku dari subyek penelitian di olah apa adanya tanpa terkontaminasi oleh pendapat peneliti. Hal tersebut dimaksudkan supaya data yang disajikan benar-benar alamiah sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan pada saat proses penelitian berlangsung. Menurut Lofland dan lofland (1984, hlm.47) dalam Basrowi dan Suwandi (2008, hlm.169), bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sugiyono, (2010, hlm.15) mengatakan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci (key intrument),

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Menurut Alwasilah (2003, hlm.26), penelitian kualitatif digunakan sebagai istilah pembungkus yang meliputi sejumah strategi penelitian yang sama-sama memiliki sejumlah sifat tertentu, yang diambil dari serangkaian asumsi yang saling berhubungan yang bersifat khas paradigma kualitatif. Sementara itu, Basrowi dan Suwandi (2008, hlm.20 & 23) berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Dikatakan lebih lanjut, bahwa tujuan penelitian kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan.

Adapun maksud dan tujuan pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan agar peneliti lebih leluasa dalam mengkaji dan menganalisis berbagai fenomena yang ditemui dilapangan secara komprehensif sebagaimana yang dijelaskan oleh Miles dan Hubermen (2007, hlm.2) bahwa

(3)

kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan

memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat”. Kirk dan Miller (1986, hlm.9) sebagaimana yang dikutif Moleong (2013, hlm.4), mengatakan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasan maupun dalam peristilahan.

Sementara itu, menurut Miles dan Huberman (1992, hlm.2), data dalam penelitian kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Data dalam kualitatif lebih condong dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru. Dilain pihak, Denzin dan Lincoln (2009, hlm.2) berpendapat bahwa penelitian kualitaitf mencakup penggunaan subyek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris, studi kasus, pengalaman pribadi, intropeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks hasil pengamatan, historis, interaksional, dan visual yang menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematis dalam kehidupan seseorang.

Adapun karakterisitik penelitian kualitatif menurut Creswell (2010, hlm.261-263), adalah: (1) lingkungan alamiah/natural setting, (2) peneliti sebagai instrumen kunci/researcher as key instrument, (3) beragam sumber data/multiple sources of data, (4) analisis data induktif/inductive data analysis, (5) makna dari para partisipan/participants meaning, (6) rancangan yang berkembang/emergent desaign, (7) persfektif teoritis atau theoritical lens, (8) bersifat penapsiran atau

interpretative, (9) pandangan menyeluruh atau holistic account. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian, atau dengan kata lain tujuan penelitian kualitatif adalah rancangan penelitian yang dipilih.

(4)

(j) design flexibility. Disisi lain, Denzin dan Lincoln (2009, hlm.301) mengatakan bahwa ada tiga jensi studi kasus, yakni: Pertama, studi kasus intrinsik (intrinsict case study). Jenis ini ditempuh oleh peneliti yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Kedua, studi kasus instrumental (instrumental case study). Jenis ini digunakan untuk peneliti suatu kasus tertentu agar tersaji sebuah perspektif tentang isu atau perbaikan suatu teori. Ketiga, studi kasus kolektif (colective case study). Jenis ini sebagai pengembangan dari studi instrumental kedalam beberapa kasus yang hendak dikaji.

Pernyataan di atas menyiratkan bahwa pendekatan kualitatif (qualitative approach) merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada kajian interperatif data hasil penelitian dan tidak menggunakan kuantifikasi atau perhitungan statistik. Pendekatan kualitatif juga lebih menekankan pada proses, oleh karenanya pendekatan ini ketika terjun ke lapangan dalam mengumpulkan data relatif lebih lama sebab data yang dikumpulkan sampai pada tahap kejenuhan. Sebab menurut Denzin dan Lincoln (2009, hlm.299), sebagai sebuah bentuk penelitian, studi kasus ditentukan oleh minat pada kasus-kasus individual, bukan ditentukan oleh metode-metode penelitian yang digunakan.

Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa penelitian kualitatif (pendekatan kualitatif) adalah penelitian dimana peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data (peneliti sebagai instrumen kunci), data yang dikumpulkan dalam keadaan alamiah atau apa adanya (apa yang dilihat, didengar maupun dirasakan), pengumpulan datanya sampai pada tingkat kejenuhan, tidak melakukan perhitungan angka secara statistik dan pengolahan datanya bersifat induktif.

3.2Metode Penelitian

(5)

penulis dan penyusunan hasil penelitian dilakukan secara induktif. Namun, walaupun demikian saat melakukan penelitian, penulis terjun langsung ke lapangan dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menurut Yin (2014, hlm.1) studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.

Bogdan & Biklen (1982: hlm.58) mengatakan: “A case study is a detailed

examination of one setting or one single subject or one single depository of

document or one particular event.” Selanjutnya, Bogdan & Biklen (1982, hlm.59) menggambarkan rancangan umum dari sebuah studi kasus itu sebagai berikut:

(1) peneliti mencari tempat dan orang yang akan dijadikan sebagai subjek atau sumber data, (2) menemukan lokasi yang diinginkan untuk dikaji kemudian mencoba mempertimbangkan kelayakan tempat tersebut atau sumber data untuk mencapai tujuannya, (3) mencari kunci-kunci tentang bagaimana ia dapat melangkah dan apa yang semestinya dilakukan, (4) memulai mengumpulkan data, mereviuew, dan mengeksplorasinya, (5) membuat keputusan tentang arah yang akan dituju dengan penelitiannya, (6) membuat keputusan tentang bagaimana mengatur waktu, siapa yang akan diinterviuwe dan apa yang akan digali secara mendalam, (7) memodifikasi desain secara terus menerus dan memilih prosedur yang lebih sesuai dengan topik kajian, (8) membuat keputusan berkenaan dengan aspek apa di antara setting, subyek, atau sumber data yang akan dikaji, dan (9) mengembangkan fokus.

Metode studi kasus adalah proses pengumpulan data dan kegiatan penelitian yang akan mempersempit wilayah, subyek, bahan, topik, dan tema. Dari permulaan pencarian yang luas, peneliti bergerak menuju pengumpulan data dan analisis yang lebih terarah. Dalam penelitian ini kasus yang dikaji adalah bentuk, proses, karakter bertanggung jawab warga negara, kendala dan solusi serta hasil pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karena itu, studi kasus ini bersifat observasional, situasional, dan aktivitas suatu tipe studi kasus kualitatif yang oleh Bogdan & Biklen disebut Observational Case Studies.

(6)

a. Peneliti bisa berfokus pada hal-hal yang subtil (subtle) dan rumit dari situasi sosial yang kompleks. Peneliti bisa menjelaskan hubungan sosial antar pihak yang tidak mungkin bisa dijelaskan lewat survei. Ini disebabkan studi kasus pendekatannya holistik sedangkan survei melihat persoalan secara terisolasi.

b. Peneliti bisa menggunakan berbagai cara (multiple methods) untuk mendapatkan realitas yang kompleks yang sedang diteliti.

c. Sejalan dengan kemungkinan digunakannya berbagai cara, studi kasus memungkinkan pengunaan berbagai sumber data (multiple source of data) yakni yang lazim disebut triangulation.

d. Studi kasus layak untuk meneliti fenomena yang diteliti terjadi secara alami dan peneliti tidak memiliki kewajiban melakukan kontrol untuk merubah keadaan. Ini berbeda dengan kajian tindakan (action research). e. Studi kasus cocok untuk penelitian skala kecil tetapi memungkinkan

peneliti untuk berkosentrasi pada satu kasus topik penelitian sehingga pemahamannya mendalam. Studi kasus cocok untuk memahami proses yang terjadi, yang akan tetap tersembunyi bila hanya dilakukan lewat survei.

Sementara itu, Daniel (2003, hlm.117, 119 & 120) mengatakan bahwa keuntungan apabila peneliti menggunakan metode studi kasus adalah, peneliti akan mendapatkan gambaran yang luas dan lengkap dari subyek yang diteliti. Dikatakan lebih lanjut bahwa, ciri-ciri dari studi kasus adalah, Pertama, terbatas pada populasi, tempat, dan waktu tertentu. Kedua, cukup mudah, kadangkala mirip survei. Disisi lain, Myers (2009) dalam Sarosa (2012, hlm.123), berpendapat bahwa keunggulan studi kasus (case study) adalah face (muka/rupa).

Face validity adalah kemampuan case study yang ditulis dengan baik dan didukung bukti empiris yang kuat dan kredibel untuk dipahami oleh pembaca. Selain itu, juga memungkinkan peneliti menguji teori ke dalam situasi nyata yang sering tidak semudah atau sesederhana asumsi teori tersebut.

(7)

Metode studi kasus dipilih sebagai metode dalam penelitian ini karena permasalahan yang dikaji terjadi pada tempat dan situasi tertentu. Hal di atas sejalan dengan apa yang di kemukakan Alwasilah, (2012, hlm.225), yang menyatakan bahwa: studi kasus pada umumnya lebih menantang daripada penulisan laporan, seperti artikel jurnal, buku ajar, artikel koran, dan sejenisnya. Dan menurut Patton (2009, hlm.23 & 24), studi kasus berguna ketika:

Orang perlu memahami suatu problem atau situasi tertentu dengan amat mendalam, dan dimana orang mengidentifikasi kasus yang kaya, dalam pengertian bahwa suatu persoalan besar dapat dipelajari dari beberapa contoh fenomena dalam bentuk pertanyaan. Studi kasus umumnya bernilai ketika evaluasi berupaya untuk menangkap perbedaan individual atau variasi unik dari satu latar persoalan program ke yang lainnya.

Metode studi kasus lebih menitikberatkan pada suatu kasus. Adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan politik dalam membentuk karakter bertanggung jawab warga negara. Kasus tersebut hanya dibatasi dalam suatu ruang lingkup partai politik, yakni PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang. Penggunaan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus ini diharapkan mampu mengungkap aspek-aspek yang diteliti terutama, berkaitan dengan bentuk, proses, karakter bertanggung jawab yang ingin dibentuk, kendala dan solusi serta hasil pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan dalam membentuk karakter bertanggung jawab warga negara menuju good and smart citizen.

(8)

Dengan demikian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti kasus yang ruang lingkupnya relatif lebih kecil, terjadi di daerah tertentu dan dalam rentang waktu tertentu pula. Dan yang dimaksudkan dengan kasus dalam penelitian ini adalah pembentukan karakter bertanggung jawab warga negara melalui pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI perjuangan di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Mengapa pembentukan karakter warga negara dikatakan sebagai kasus? Hal tersebut dikarenakan banyaknya warga negara terutama yang telah mempunyai hak pilih dalam setiap proses politik belum mengerti untuk apa mereka terlibat dalam proses politik tersebut dan masih banyak yang tidak menggunakan hak suaranya secara benar, dan setiap warga negara serta kader partai tidak ada yang melibatkan dirinya dengan sepenuh hati dalam kegiatan partai politik.

3.3Disain Penelitian

3.3.1 Wawancara

Wawancara adalah sebuah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dimana ada pihak yang bertanya (pewawancara) dan ada pihak yang ditanya (terwawancara) secara langsung atau bertatap muka, dimana pertanyaan yang diajukan secara lisan. Adapun hal-hal yang ditanyakan oleh pewawancara kepada terwawancara adalah seputar tema yang diangkat dalam sebuah penelitian atau dalam sebuah kegiatan yang telah, sedang, maupun akan berlangsung. Bentuk pertanyaannya pun seputar sikap, pendapat, dan komentar terhadap masalah yang diangkat dalam penelitan.

(9)

Koentjaraningrat (1994, hlm.129), mengatakan bahwa metode wawancara atau interview adalah mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang reponden. Basrowi dan Suwandi (2008, hlm.127), mengatakan bahwa percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara dikenal juga dengan teknik komunikasi langsung. Hal ini dikarenakan antara pihak yang mewawancara dengan pihak yang diwawancara bertemu secara tatap muka (face to face). Menurut Faisal (1989, hlm.52) yang di maksud dengan teknik komunikasi langsung adalah peneliti bertatap muka secara langsung dengan responden dan pertanyaan diajukan secara lisan. Moleong, (2013, hlm.186) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan atau interviewer) dan terwawancara (yang menjawab pertanyaan atau interviewe).

Patilima (2011, hlm.68), mengatakan bahwa metode wawancara dalam penelitian kualitaitf adalah salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi. Hal ini didasarkan pada dua hal, yakni: (1) dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subyek yang diteliti, akan tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subyek penelitian, (2) apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Nawawi, (2007, hlm.101) mengatakan bahwa teknik komunikasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.

(10)

diajukan kepada responden, ada tiga macam, yakni (1) wawancara tertutup, yaitu wawancara dengan mengajukan pertanyaan dengan menuntut jawaban tertentu, (2) wawancara terbuka, yaitu wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang mengundang jawaban terbuka, (3) wawancara tertutup dan terbuka, yaitu gabungan wawancara jenis pertama dan kedua.

Sementara itu, Esterbeg (2002) dalam Sugiyono (2009, hlm.73-74) mengatakan bahwa wawancara dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni: Pertama, wawancara terstruktur (structur interview). Jenis wawancara ini digunakan apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Kedua, wawancara semiterstruktur (semiterstructur interview). Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan idenya. Ketiga, wawancara tak berstruktur (unstructur interview). Wawancara ini adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data.

Berdasarkan pengertian wawancara di atas, maka dalam hal ini penulis menggunakan wawancara secara mendalam dan terstruktur yakni wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan subyek penelitian (individu dengan individu) sampai pada batas tertentu, yaitu sebuah batas dimana tidak ditemukan lagi data yang berbeda dari setiap responden serta daftar pertanyaannya sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Bungin (2010, hlm.108), berpendapat bahwa wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

(11)

dimaksudkan supaya data yang diperoleh benar-benar mendalam walaupun jawaban dari responden tidak persis sama.

Berkaitan dengan jumlah atau pengelompokkan responden yang di wawancara dalam rentang waktu yang sama, Bungin (2010, hlm.111) membaginya menjadi empat bagian, yakni:

(1) wawancara individu dengan individu, yaitu wawancara yang dilakukan antara seseorang dengan yang lainnya, (2) wawancara individu dengan kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan antara seseorang terhadap suatu kelompok, (3) wawancara kelompok dengan individu, yaitu sekelompok pewawancara mewawancarai seseorang, (4) wawancara kelompok dengan kelompok yang lainnya, yaitu dua kelompok yang saling mewawancarai atau satu kelompok yang mewawancarai kelompok yang lainnya.

Berdasarkan beberapa pengertian dari wawancara di atas, maka dalam hal ini penulis berkesimpulan bahwa wawancara adalah proses tanya jawab antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan individu dan kelompok dengan kelompok secara tatap muka maupun menggunakan sarana teknologi, berupa telepon, dimana daftar pertanyaannya dapat dipersiapkan terlebih dahulu (wawancara terstruktur) maupun dilakukan secara spontan (tidak terstruktur) sesuai dengan kondisi yang terjadi saat wawancara berlangsung. Dengan demikian wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian adalah proses wawancara dengan melakukan tanya jawab terhadap responden secara langsung (face to face) di lapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, dimana daftar pertanyaannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu (wawancara terstruktur).

3.3.2 Observasi

(12)

Sehubungan dengan observasi di atas, dalam hal ini Patton (2009, hlm.10) berpendapat bahwa data observasi harus data yang mendalam dan rinci, tergambar secara jelas, gambaran yang cukup membuat pembaca dapat memahami apa yang terjadi dan bagaimana hal itu terjadi. Senada dengan Patton, Basrowi dan Suwandi (2008, hlm.94), mengatakan bahwa observasi adalah:

Salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer. Lebih lanjut dikatakan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Bungin (2010, hlm.115) mengatakan bahwa observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya atau dengan kata lain adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.

Adapun jenis-jenis observasi menurut Bungin, diantaranya adalah (1) observasi partisipan, (2) observasi tidak berstruktur, yaitu observasi yang dilakukan tanpa menggunakan metode observasi (guide), (3) observasi kelompok. Sementara itu, Creswell (2008, hlm.221), mengatakan bahwa observasi adalah

observation is a proces of gafhering open-ended, firsthand information by

observing people and places at a research site. Observasi adalah suatu proses pengumpulan data secara terbuka yang memperoleh informasi dengan cara mengamati orang-orang dan tempat-tempat di lokasi penelitian.

Moleong (2013) dalam menyebutkan observasi lebih suka menggunakan istilah pengamatan secara langsung. Hal ini dikarenakan ketika peneliti mengobservasi ke lapangan secara otomatis peneliti tersebut akan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Adapun pengamatan menurut Guba dan Lincoln (1981, hlm.191-193) adalah:

(13)

memahami situasi yang rumit, (6) sebagai alternatif apabila teknik lain tidak bisa digunakan.

Metode observasi dapat juga dikatakan sebagai metode survei. Hal ini dikarenakan peneliti ketika melakukan observasi identik dengan melakukan survey di lapangan terhadap permasalahan yang diangkat dalam sebuah penelitian. Adapun yang dimaksud dengan metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok, Singarimbun & Effendi, (1995, hlm.3). Penelitian survei juga bisa diartikan sebagai penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil, (Sukmadinata 2010, hlm.82).

Patilima, (2011, hlm.63) mengatakan bahwa metode pengamatan adalah sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam metode pengamatan dikenal ada tiga jenis metode yang sering digunakan, diantaranya: (1) metode pengamatan biasa, yaitu sebuah metode yang tidak memperbolehkan seorang peneliti terlibat secara langsung dalam hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran dari penelitian, (2) metode pengamatan terkendali, yaitu para pelaku akan diseleksi dan kondisi yang ada dalam ruangan atau tempat kegiatan, pelaku diamati dan dikendalikan oleh peneliti, (3) metode pengamatan terlibat, yaitu seorang peneliti harus terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan masyarakat yang diteliti supaya bisa mengamati setiap gejala yang ada, sesuai dengan maknanya dengan yang dipahami oleh masyarakat yang sedang diteliti.

Sementara itu menurut Alwasilah (2003, hlm.211), observasi adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya.

(14)

Jadi, berdasarkan pada berbagai pengertian observasi di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa observasi adalah proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan dengan menggunakan pancaindra dan melakukan pencatatan sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan dari semula.

3.3.3 Studi Dokumentasi

Dalam proses penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif peneliti sekaligus sebagai instrumen kunci karena peneliti dalam mengumpulkan data terjun langsung ke lapangan dan bertemu langsung dengan responden, oleh karenanya peneliti dapat memanfaatkan berbagai sumber yang dianggap bisa menunjang kelengkapan data berupa catatan-catatan maupun dokumen.

Data yang menggunakan teknik dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan guna mendukung hasil observasi dan wawancara. Selama berada dilapangan penulis melakukan dokumentasi terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pengurus, maupun kader PDI Perjuangan terutama yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan politik berupa fhoto, dan arsip surat.

Sukmadinata, (2010, hlm.222) mengatakan bahwa untuk menyajikan data tentunya harus dianalisis terlebih dahulu dan bukan dalam data mentah, namun walaupun demikian ada juga data yang disajikan dalam bentuk mentah, misalnya data yang dipandang sebagai data kunci.

Sementara itu, menurut Arikunto (2010, hlm.274) yang menjadi obyek kajian dari studi dokumenter ini adalah benda mati, misalnya catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger agenda, dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti bisa mempelajari berbagi dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Senada dengan pendapat Arikunto di atas, Creswell (2011, hlm.217), mengatakan bahwa dokumen dapat dibagi kedalam dua bentuk, yakni dokumen pribadi dan dokumen publik. Adapun yang termasuk dalam dokumen pribadi, diantaranya adalah:

(15)

mempunyai kelebihan, yakni berupa bahasa dan kata-kata dari para partisipan itu sendiri, yang biasanya mendapat pertimbangan yang matang sebelum diungkapkan. Ia juga siap dianalisis tanpa perlu ditranskripsikan seperti halnya data yang diperoleh dari observasi dan wawancara.

Dilain pihak, Basrowi dan Suwandi (2008, hlm.158) berpendapat bahwa metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen, yang biasanya hanya sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Merujuk pada berbagai pendapat di atas, maka dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan studi dokumentasi adalah berbagai benda mati yang terdapat dalam bentuk catatan-catatan baik pribadi maupun umum yang dapat digunakan untuk menunjang (pelengkap) data hasil penelitian selama berada di lapangan.

3.3.4 Studi Literatur

Adapun studi literatur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan berbagai teori yang dianggap relevan dengan permasalahan dalam proses penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji berbagai literatur yang berhubungan dengan keadaan membentuk karakter bertanggung jawab warga negara melalui pendidikan politik (Studi kasus pada partai politik PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang).

Alwasilah (2003, hlm.155), mengatakan bahwa dokumen atau literatur adalah barang yang tertulis atau terfilmkan yang tidak disiapkan secara khusus atas permintaan peneliti. Adapun hal-hal yang termasuk ke dalam dokumen, diantaranya, surat, memoar, otobiografi, diari, jurnal, buku teks, surat wasiat, makalah (position paper), pidato, artikel koran, editorial, catatan medis, pamflet propaganda, publikasi pemerintah, dan foto.

(16)

Pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004.

3.4Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1992, hlm.16), mengatakan bahwa dalam proses penelitian kualitatif, data yang didapatkan berupa kata-kata dari responden maupun hasil catatan lapangan. Data tersebut untuk selanjutnya perlu dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan teknik tertentu.

Moleong (2013, hlm.280), mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data sebab prinsip pokok dalam penelitian kualitatif adalah menemukan sebuah teori dari data yang didapatkan. Berkaitan dengan hal di atas, Patilima (2011, hlm.92) mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah membangun kata-kata dari hasil wawancara atau pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum supaya memperoleh gambaran serta dapat membuat kesimpulan yang jelas dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Sementara itu, menurut Irwanto (2006, hlm.81), analisis adalah upaya untuk menghubung-hubungkan berbagai elemen atau faktor yang kita identifikasi dalam data dan menjelaskannya. Walizer dan Wienir (1991, hlm.48), mengatakan bahwa analisis adalah setiap prosedur sistematis yang dirancang untuk mengkaji isi informasi yang terekam. Hal ini bertujuan untuk mempelajari variabel-variabel

atau gejala yang “lebih besar” dari orang perorang. Selanjutnya menurut Setyosari (2010, hlm.189), analisis data harus dilakukan secara cermat oleh peneliti supaya bisa menghasilkan data yang benar-benar berkualitas berdasarkan pada hasil temuan dilapangan, baik menggunakan statistik maupun nonstatistik. Disisi lain, Sugiyono, (2010, hlm.89) berpendapat bahwa:

(17)

menjabarkan kedalam unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Analisis data kualitatif juga bersifat induktif, artinya suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa bagian atau alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan di lapangan ketika peneliti melakukan penelitian. Sugiyono, (2010, hlm.338) mengemukakan bahwa di dalam analisis data dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu

data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (ketiga bagian analisis data tersebut dipaparkan di bahwa ini). Sebagai seorang peneliti, ketika melakukan proses penelitian maka harus siap bergerak dalam lingkaran seperti yang ditunjukkan oleh panah dalam siklus di bawah ini guna mendapatkan data yang ajeg, valid, dan komplit.

Bagan 3.1: Komponen Analisa Data

3.4.1 Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan ketika melakukan penelitian jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu perlu di catat secara teliti dan lebih rinci sesuai dengan hal yang telah ditentukan dari semula. Data tersebut berbentuk catatan lapangan yang akan diseleksi dan dipilih dengan cara yang teliti agar mendapatkan data yang tidak terlalu luas dan sesuai dengan fokus masalah yang diteliti. Dalam proses reduksi data ini peneliti menerapkan hasil dari observasi, wawancara dan angket.

Pengumpulan Data/data colection

Data Display

(Penyajian Data)

Data Reduction

(Reduksi Data)

Conclusion Drawing (Verification)/verifikasi

data

(18)

Miles dan Huberman (1992, hlm.16), mengatakan bahwa reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Menurut Emzir (2011, hlm.130), reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Reduski data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi

dalam catatan-catatan lapangan tertulis.

Sedianya penelitian ini difokuskan pada “Membentuk Karakter Bertanggung Jawab Warga Negara melalui Pendidikan Politik (Studi kasus pada Partai Politik PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang)” Kalimantan Barat. Oleh karena itu, data yang direduksi berkaitan dengan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi literatur. Data-data tersebut berhubungan dengan bentuk, proses, karakter bertanggung jawab yang ingin dibentuk, kendala dan solusi dan hasil dari pelaksanaan pendidikan politik yang dilakukan oleh PDI Perjuangan terutama di Kabupaten Sintang.

Dengan demikian reduksi data adalah proses pemilahan data yang telah diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya disesuaikan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian supaya data yang ada benar-benar ajeg dan valid.

3.4.2 Penyajian Data

(19)

Miles dan Huberman (1992, hlm.17), mengatakan bahwa penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Menurut Emzir (2011, hlm.131), model data atau penyajian data (data display) adalah suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan demikian data yang telah berhasil dikumpulkan harus disajikan dan disusun dengan rapi supaya hasil laporan penelitian menjadi lebih ilmiah, valid, ajeg, dan educative.

3.4.3 Kesimpulan

Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman (1992, hlm.19) adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukakan atau disajikan masih bersifat sementara, tidak akan berubah apabila tidak ditemukan lagi bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang disajikan pada tahap awal di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang valid dan bisa di percaya kebenarannya atau kredibel.

Glasser dan Strauss (1967) dalam Emzir (2011, hlm.133), mengatakan bahwa:

Kesimpulan “akhir” mungkin tidak terjadi hingga pengumpulan data selesai, tergantung pada ukuran korpus catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode-metode perbaikan yang digunakan, pengalaman peneliti, dan tuntutan dari penyandang dana, tetapi kesimpulan sering digambarkan sejak awal, bahkan ketika seorang peneliti menyatakan telah memproses hasil penelitian secara induktif.

Dikatakan lebih lanjut bahwa verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman

(20)

kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.

Inilah alur pengolahan dan analisis data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian dan melalui tahapan ini pula, tentunya penulis berharap akan memperoleh data secara lengkap, ajeg, dan valid terutama data mengenai

“Membentuk Karakter Bertanggung Jawab Warga Negara melalui Pendidikan Politik (Studi kasus pada Partai Politik PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang)” Kalimantan Barat.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab semua rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak bisa, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara (tentatif) yang akan berkembang seiring dengan perjalanan waktu pada saat melakukan penelitian di lapangan karena fenomena yang terjadi di lapangan tidak dapat diprediksi semuanya sebelum peneliti terjun langsung ke lapangan dan masuk ke dalam fenomena tersebut.

3.5Validitas Data

Tidak sedikit orang yang meragukan hasil dari penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif karena dianggap datanya kurang valid atau tidak memenuhi standar validitas dan reliabilitas sesuai dengan syarat keilmuan yang berlaku. Oleh karenanya, ada cara tertentu yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internalnya). Menurut Nasution (1996, hlm.114-118), cara yang dapat dilakukan dalam mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya, diantaranya: memperpanjang masa observasi, pengamatan secara terus menerus, triangulasi, menggunakan bahan referensi, dan melakukan member check. Sementara itu, Nasution (2009, hlm.74) mengatakan bahwa validitas dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni validitas isi, validitas prediktif, dan validitas konstruktif.

(21)

diobservasi dalam penelitian? Sementara itu validitas eksternal (external validity)

yang mencakup validitas prediktif dan validitas konstruktif seperti yang diutarakan oleh Nasution diatas, menurut Setyosari (2010, hlm.138) adalah bahwa dalam hasil penelitian yang telah dilakukan, tentunya peneliti sangat berharap bahwa hasil penelitiannya dapat diaplikasikan dalam konteks yang lebih luas, serta dalam kelompok yang lainnya sehingga dengan demikian penelitian benar-benar memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Menurut Emzir (2011, hlm.78), reliabilitas dan validitas merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek penelitian. Patilima, (2011, hlm.97) mengatakan bahwa:

Validitas akan dinilai dengan keadaan yang terlibat secara baik dan penggambaran secara tepat data yang dikumpulkan, namun hal ini bisa saja tidak akan tepat apabila peneliti menerima pentingnya keadaan dan kebenaran dengan begitu saja, oleh karenanya peneliti perlu memilah data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Sementara itu, menurut Patton (2009, hlm.11), validitas data kualitatif tergantung pada keluasan kemampuan, kompetensi, dan kekerasan evaluator karena pengamat adalah sebagai instrumen.

Berkaitan dengan validitas data ini, penulis merujuk pada pendapat Nasution (1996:114-118), yang mengatakan bahwa dalam mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya, diantaranya dapat melakukan: (a) memperpanjang masa observasi, (b) pengamatan secara terus menerus, (c) triangulasi, (d) menggunakan bahan referensi, (e) melakukan member check.

3.5.1 Memperpanjang Masa Observasi

(22)

Saat melakukan observasi selama kurang lebih 40 (empat puluh) hari, penulis menemukan bahwa dalam membentuk karakter bertanggung jawab warga negara, aktivitas yang dilakukan oleh PDI Perjuangan masih terbatas pada kader dan pengurus partai saja dan belum banyak melibatkan masyarakat luas terutama di daerah pemilihannya masing-masing.

3.5.2 Pengamatan yang Terus Menerus

Guna memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, seorang peneliti dapat melakukan pengamatan secara terus menerus (kontinue). Melalui pengamatan yang terus menerus, diharapkan data yang didapatkan bisa valid dan dengan demikian peneliti bisa mendeskripsikan berbagai fenomena yang terjadi di lapangan berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian yakni “Membentuk Karakter Bertanggung Jawab Warga Negara melalui Pendidikan Politik (Studi kasus pada Partai Politik PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang)”.

3.5.3 Triangulasi

Triangulasi adalah proses pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang berada di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu, (Moleong 2013, hlm.330). Menurut Sugiyono (2012, hlm.372) bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian, menurut Sugiyono terdapat tiga triangulasi, diantaranya (1) triangulasi sumber, yakni dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, (2) triangulasi teknik, yakni mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, (3) triangulasi waktu, yakni melakukan pengecekan data dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu yang berbeda.

Bungin (2010, hlm.256), mengatakan triangulasi dapat dibagi menjadi empat bagian, misalnya:

(23)

dengan sumber data, yakni membandingkan dengan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan penelitian, (3) triangulasi dengan metode, yakni dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan interview sama dengan metode observasi atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di-interview. Begitu juga teknik ini dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika di-interview dan diobservasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda, (4) triangulasi dengan teori, yakni dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan

pembanding.

Dalam hal ini, penulis mengacu pada pendapat Bungin (2010, hlm.256) dalam mengumpulkan data di lapangan. Cara tersebut dilakukan supaya data-data yang diperoleh benar-benar ajeg, valid, dan kredibilitas dan sesuai dengan pertanyaan penelitian. Saat melakukan pengolahan data, penulis menggunakan keempat triangulasi seperti yang tercantum di atas.

3.5.4 Menggunakan Bahan Referensi

(24)

ditemukan oleh peneliti. Adapun bahan pendukung yang membuktikan bahwa PDI Perjuangan melakukan pendidikan politik kepada masyarakat, berupa dokumentasi atau foto. Sementara itu, bukti partai ini melakukan pendidikan politik kepada kader, dan pengurus partai, berupa Surat Keputusan (SK) kepengurusan di seluruh kecamatan dan dokumentasi atau foto serta rapat partai.

3.5.5 Mengadakan Member Check

Member Check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti dari pemberi data (responden). Tujuan dari Member Check adalah agar informasi yang didapatkan dari responden dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden tersebut. Tujuan lain dari Member Check ini menurut Sugiyono (2012, hlm.375) adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Member Check ini sangat sangat penting dilakukan terutama untuk mengecek kembali hasil akhir dari wawancara dengan cara menyebutkan garis besar dari pertanyaan yang telah diajukan kepada responden supaya responden bisa memperbaiki jawaban yang telah diberikan apabila masih terdapat kekurangan serta kekeliruan. Saat melakukan penelitian, penulis mengkaji dengan cermat setiap pernyataan dari responden, baik yang dilihat, dirasakan maupun yang didengar. Bahkan sesaat setelah selesai penelitian, penulis berbincang-bincang dengan kader PDI perjuangan yang bertugas di sekretariat partai guna lebih memantapkan keajegkan data yang diperoleh.

3.6Subyek dan Lokasi Penelitian

3.6.1 Subyek Penelitian

(25)

pemilihan subyek penelitian ini karena dianggap dapat memberikan jawaban atau data secara terperinci (data primer) sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian yakni “Membentuk Karakter Bertanggung Jawab Warga Negara melalui Pendidikan Politik (Studi kasus pada Partai Politik PDI Perjuangan di Kabupaten Sintang)”. Semua subyek penelitian mendapatkan perlakukan yang sama dari peneliti pada saat melakukan proses wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hal ini dilakukan karena setiap responden mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Bungin (2010, hlm.76), menjelaskan bahwa informan penelitian kualitatif adalah menjelaskan obyek penelitian yang fokus dan lokus, yaitu apa yang menjadi sasaran dari penelitian. Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul serta topik penelitian, akan tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Informan penelitian adalah subyek yang memahami informasi obyek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami obyek penelitian tersebut.

3.6.2 Lokasi Penelitian

Adapun letak lokasi penelitian berada di sekretariat partai PDI Perjuangan yang beralamat di jalan Kelam, Kantor DPRD yang terletak di jalan Muhamad Saad depan Dinas Pekerjaan Umum Sintang. Maksud dari pemilihan lokasi penelitian di atas adalah karena lokasi tersebut memang tepat dan dianggap dapat memberikan segala informasi yang penulis perlukan untuk penulisan sebuah karya ilmiah dalam bentuk tesis dalam rangka penyelesaian studi jenjang Strata Dua (S-2) Sekolah Pascasarjana di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Jawa Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tanaman yang dibahas dalam penelitian ini adalah daun kemangi Ocimum citriodorum yang mana dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman tersebut terbukti memiliki

Pada pada sapi hilangnya epididimis dapat sebagian atau total dari satu atau kedua epididimis, tetapi lebih sering terjadi epididimis yang kanan yang tidak ada.. Segmental

Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan pada penulis.. Semoga semua

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi (IMT/U), tingkat paparan media massa, dan faktor keturunan dengan usia menarche pada siswi di SMP

Pada dasarnya Action Script adalah bahasa pemrograman yang dibangun dari class-class yang telah dibuat oleh developer Flash.Progammer dapat menggunakan class tersebut

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat dari hasil koefisien determinasi yang dilihat dari Negelkerke (R 2 ) adalah 0,073, artinya kombinasi variabel independen yaitu

Nur Fitriana II Honeypot Menggunakan Honeyd… Dari ketiga pengujian terhadap serangan DoS, FTP dan ICMP dibuat grafik hasil pengamatan terhadap ketiga jenis serangan

dengan sejarah berdirinya Kota Lamongan yang pada waktu itu, yaitu “Masjid Ambuko Sucining Manembah” yang berarti Masjid yang memiliki gapura model cina dua genuk atau