• Tidak ada hasil yang ditemukan

TPA INANG MATUTU sebagai bagian dari Pend Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TPA INANG MATUTU sebagai bagian dari Pend Masyarakat"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan secara umum adalah sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir, emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah masyarakat. Prinsip dasar dari pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani dan mampu menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu, dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, sehingga terdorong untuk memelihara diri sendiri maupun hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.

(2)

menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan apa saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keputusan itu.

Dapat dikatakan disini tugas pendidik pada umumnya adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri dan mempertimbangkan pandangan dan interest orang lain. Dengan singkat menolong orang lain untuk berkembang dan matang. Dalam andragogi, keterlibatan orang dewasa dalam proses belajar jauh lebih besar, sebab sejak awal harus diadakan suatu diagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan, dan mengevaluasi hasil belajar serta mengimplementasikannya secara bersama-sama.

(3)

miliki. Begitupun untuk pengelolaannya harus diserahkan pada masyarakat, dominasi pemerintah harus dikurangi.

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, dan dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat

menjadi “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat . Menurut Young, (1980) mengatakan bahwa pendidikan berbasis masyarakat menekankan pada pentingnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat dan cara pemecahan oleh masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada di lingkungannya. Aspek yang sangat penting dalam pendidikan berbasis masyarakat anatara lain pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan organisasi kemasyarakatan, dan pemanfaatan sumber daya yang kurang termanfaatkan sebagai tempat sosial.

(4)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang berada di masyarakat, pendidikan yang menjawab kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat, memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat, dan menuntut partisipasi masyarakat.

Dari uraian latar belakang di atas telah kita pahami bahwa pendidikan masyarakat itu merupakan hal yang sangat mendesak untuk diutamakan saat ini. Pendidikan masyarakat itu dapat kita temui dimana dan kapan saja seperti

konsep dari pendidikan non formal “dimana dan kapan saja”.

Pendidikan non formal atau pendidikan masyarakat diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, PAUD, Pendidikan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pekerjaan, pendidikan kesetaraan serta masih banyak lagi.

Membahas mengenai pendidikan masyarakat bahwasanya tujuannya adalah memberdayakan masyarakat.

(5)

dikeluarkannya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), maka pengembangan pendidikan usia dini mulai dilakukan dengan baik. Baik peran pemerintah secara langsung maupun peran pemerintah untuk mendorong pengembangan PAUD yang lebih berkualitas. Dalam hal ini UU No, 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Salah satu jenis layanan pendidikan anak usia dini adalah Taman Penitipan Anak (TPA) bagi anak usia 0-6 tahun. Layanan ini merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal yang diarahkan pada kegiatan pengasuhan anak bagi orang tua yang mempunyai kesibukan kerja, sehingga memerlukan sebuah layanan pengasuhan anak yang selain berfungsi untuk menjaga anak-anak mereka juga memberikan pendidikan yang sesuai dengan usia anak-anak mereka.

(6)

selama ditinggal orang tuanya bekerja atau melaksanakan tugas. Sejak dibentuknya Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (Dit PADU) tahun 2000, maka pembinaan untuk pendidikan menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional. Kebijakan Direktorat PAUD untuk seluruh bentuk layanan PAUD termasuk TPA adalah memberikan layanan yang holistik dan integratif. Holistik berarti seluruh kebutuhan anak (kesehatan, gizi, pendidikan, perlindungan, berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidup) dilayani dalam lembaga penyelenggara TPA. Integratif berarti semua lembaga TPA melakukan koordinasi dengan instansi-instansi Pembina.

Kajian yang lebih mendalam terhadap berbagai aspek dalam program PAUD terutama TPA harus terus dilakukan. Dalam hal ini uraian yang membahas hal itu diupayakan dengan tujuan mengembangkan pemahaman terhadap TPA sebagai salah satu bentuk PAUD. baik melalui kajian kepustakaan maupun pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD.

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana konsep dasar dari Taman Penitipan Anak (TPA)?

2. Seperti apa gambaran umum dari UPTD PPSTPA INANG MATUTU KOTA MAKASSAR?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari taman penitipan anak

2. Untuk mengetahui seperti apa gambaran umum dari UPTD PPSTPA INANG MATUTU KOTA MAKASSAR?

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini, yaitu :

1. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai lembaga-lembaga pendidikan non formal

(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Pendidikan NonFormal

Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia hidup. Pendidikan hendaknya lebih dari sekedar masalah akademik atau perolehan pengetahuan, skill dan mata pelajaran secara konvensional, melainkan harus mencakup berbagai kecakapan yang diperlukan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Karena itu, pendidikan hendaknya meliputi keterampilan kerumahtanggaan, apresiasi terhadap estetika, berpikir analitik, pembentukan sikap, pembentukan nilai-nilai dan aspirasi, asimilasi pengetahuan yang berguna, dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan.

Pendidikan adalah proses berkelanjutan. Pendidikan dimulai dari bayi sampai dewasa dan berlanjut sampai mati yang memerlukan berbagai metode dan sumber-sumber belajar. Dalam hubungan ini, Philips H.Coombs mengkategorikan metode menjadi tiga, yaitu informal, formal, dan nonformal.

(9)

kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajar tertentu pula.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Sedangkan satuan penyelenggara pendidikan nonformal adalah :

• Kelompok bermain (KB)

(10)

• Lembaga kursus

• Sanggar

• Lembaga pelatihan

• Kelompok belajar

• Pusat kegiatan belajar masyarakat

• Majelis taklim

• Lembaga Ketrampilan dan Pelatihan

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Konsep dasar Taman Penitipan Anak

(11)

formal antara lain melalui Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Anfal (RA) sedangkan jalur nonformal dapat berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (Kober) dan bentuk lainnya yang sederajat.

Khususnya mengenai TPA menurut modul Pendidikan Anak Usia Dini yang dikeluarkan oleh Direktorat PAUD, yang dimaksud dengan TPA adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal sebagai wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja. TPA merupakan layanan PAUD yang menyelenggaran pendidikan sekaligus pengasuhan terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (dengan prioritas anak usia di bawah 4 tahun).

Dengan demikian, TPA merupakan salah satu bentuk layanan PAUD yang berusaha mengabungkan dua tujuan, yaitu tujuan pengasuhan karena orang tua anak bekerja serta tujuan pendidikan melalui program-program pendidikan anak usia dini. Dalam hal ini TPA merupakan solusi terbaik bagi orang tua yang keduanya bekerja yang diharapkan anak-anak mereka aman dan memperoleh pendidikan yang baik.

C. Kelembagaan TPA

(12)

fleksibel sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Hal itu, menurut M. Solehhudin (1997:56) bahwa pendidikan prasekolah (sekarang dikenal dengan PAUD) memiliki karakteristik dan cara belajar tersendiri, program pendidikannya tampak tidak terstruktur, bersifat informal, dan bahkan kelihatan solah-olah ”tidak terencana”.

Namun sesungguhnya, karakteristik di atas hanya salah satu wujud dari pendekatan pendidikan anak usia dini yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Sekarang ini, seiring perkembangan, jalur PAUD nonformal pun dewasa ini telah memiliki organisasi dan kurikulum yang lebih baik, sehingga mampu mencapai tujuan-tujuannya, baik tujuan kelembagaannya maupun tujuan pendidikan nasional itu sendiri.

D. Konsep Dasar Anak Usia Dini

(13)

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa. Anak selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tau terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti belajar. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0–8 TAHUN ( NAEYC, 1992).

Berkaitan dengan pendidikan anak usia dini, terdapat beberapa masa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana seharusnya seorang pendidik menghadapai anak usia dini, yaitu sebagai berikut :

(14)

E. Gambaran tentang UPTD PPSTPA INANG MATUTU Kota Makassar

Menghadapi permasalahan kesejahteraan sosial yang semakin meningkat dan kompleks serta munculnya tuntunan masyarakat akan hak-haknya, maka pelayanan sosial harus dapat dilaksanakan dengan lebih berkualitas dan profesional secara terarah, sehingga pelaksanaan pemberian pelayanan sosial tersebut lebih terarah sampai pada sasaran dan dirasakan langsung oleh para penerima manfaat pelayanan. Pemerintah saat ini telah menetapkan kebijakan pembangunan sosial sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan sosial, sehingga mampu menumbuh kembangkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

2. Memperluas jangkauan pelayanan yang semakin adil dan merata

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan sosial baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun pemerintah

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan sosial secara terencana, terarah, terorganisir, dan melembaga atas dasar swadaya.

(15)

tuanya bekerja mencari nafkah secara rutinitas, sehingga fungsinya sebagai orang tua yang seharusnya dapat memberikan pengasuhan dan perlindungan tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

1) Sejarah UPTD PPSTPA INANG MATUTU

Berdiri awal pada tanggal 01 April 1979, yang diprakarsai oleh Drs. H. Syamsul Bachri yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Kanwil Depsos Prov. Sul-Sel dan berlokasi di Jl. Bungaya No. 77 dengan nama “TAMAN PENITIPAN ANAK UJUNG PANDANG” . Tanggal 09 September 1981, menempati gedung barunya di JL. Tamalate I No. 26 yang diresmikan oleh Bapak Drs. Soejono Dirjen Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, dan

pada saat itu namanya diganti menjadi “SASANA PENITIPAN ANAK

INANG MATUTU”. Pada Tahun 1989, berdasarkan keputusan Menteri Sosial

RI No 23/HUK/89, namanya berubah lagi menjadi “PANTI SOSIAL TAMAN PENITIPAN ANAK INANG MATUTU”

Sejak otonomi daerah pada tahun 200, berubah nama menjadi sub unit

pelaksanan teknis dinas PPSTPA “INANG MATUTU” Makassar. Pada tahun

(16)

2) Visi dan Misi UPTD PPSTPA Inang Matutu Makassar Adapun Visinya yaitu :

Mensejahterakan anak, khususnya anak balita dan keluarga, agar kelak menjadi generasi yang memiliki kualitas manusia seutuhnya

Adapun misinya yaitu :

 Terwujudnya pengetahuan dasar bagi anak

 Terwujudnya rasa kebangsaan dan cinta tanah air

 Timbulnya rasa percaya diri ke arah kemandirian

 Tertanamnya raa disiplin sedini mungkin

3) Tenaga pendidik

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No 34 Tahun 2009, tanggal 18 Februari 2009 tentang organisasi dan tata kerja UPTD PPSTPA Inang Matutu pada Dinas Sosial Sulawesi Selatan adalah :

a. Kepada UPTD PPSTPA : 1 orang b. Kepala Bagian Tata Usaha : 1 Orang c. Pekerja Sosial Fungsional : 28 Orang d. Staf dan petugas non organik : 9 orang

Jumlah seluruh pegawai atau tenaga pendidik adalah 39 Orang 4) Model pembelajaran pada UPTD PPSTPA Inang Matutu Makassar

(17)

penting juga bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka karena bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik, sosial dan sistem komunikasi.

Para ahli berpendapat, anak-anak harus bermain agar mereka dapat mencapai perkembangan yang optimal. Seperti Herbert Spencer (Catron & Allen,1999) menyatakan bahwa anak senang bermain karena mereka mempunyai energi berlebih. Energi ini yang mendorong mereka melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan.

Seorang anak dapat mengembangkan rasa harga diri melalui bermain, karena dengan bermain dia memperoleh kemampuan untuk menguasai tubuhnya, benda-benda, dan keterampilan sosial. Anak-anak bermain dengan cara berinteraksi dan belajar mengkreasikan pengetahuan. Bermain juga merupakan cara dan jalan anak berpikir dan menyelesaikan masalah, mereka membutuhkan pengalaman langsung dalam interaksi sosial agar mereka memperoleh dasar kehidupan sosial.

(18)

juga memandang bermain sebagai kegiatan yang tidak memiliki target. Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan bermain kapanpun mereka mau.

Oleh sebab itu kita melihat bahwa bermain adalah hal yang penting dan sangat berpengaruh pada anak. Alangkah baiknya bila aktifitas-aktifitas di kelas yang dirancang oleh guru dapat menyediakan berbagai pilihan bagi anak, menyenangkan dan ada interaksi diantara anak. Bagi guru suatu kegiatan dapat dikatakan bermain apabila mengandung unsur eksplorasi, eksperimentasi, dan penemuan. Para pendidik harus dapat merancang kegiatan membaca, menulis, berhitung, menggambar yang dapat memenuhi kriteria bermain anak. Selain itu juga dapat menyajikan pembelajaran yang bersifat sukarela, tanpa evaluasi benar salah, tanpa usaha besar (setidaknya dalam kacamata anak), dengan sedikit perintah dari guru memungkinkan aktifitas fisik dan ada pilihan untuk berhenti. Ini berarti perlu diciptakan permainan yang bermuatan akademis tetapi tetap memenuhi kriteria bermain dalam persepsi anak.

5) Program Kemitraan

Mitra kerja UPTD PPSTPA Inang Matutu dalam pelaksanaan progam melibatkan antara lain :

(19)

b. Dinas kesehatan, sedangkan mitra dengan Dinas Kesehatan merupakan jalinan kerjasama yang rutin dilaksanakan pada setiap bulannya yaitu check up kesehatan Anak-anak

c. Organisasi forum taman penitipan anak/kelompok bermain Se Kab/Kota Prov Sul-Sel

d. Organisasi sosial atau yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan anak

6) Kelebihan dan Kekurangan TPA Inang Matutu Kelebihan:

 Para staf pengasuh memiliki dasar pendidikan anak sekaligus ilmu

kesehatan dasar anak yang diawasi langsung oleh pengelola PPSTPA Inang Matutu

 Program di PPSTPA Inang Matutu dirancang sesuai perkembangan

bayi dan balita. Untuk balita, PPSTPA Inang Matutu biasanya menerapkan kurikulum pendidikan anak usia dini (PAUD).

 Anak akan memiliki aktivitas dan alat bermain yang beragam serta

ruang bermain (baik di dalam maupun diluar ruang) yang relatif lebih luas bila dibandingkan ruang mereka di rumah sendiri.

 Anak akan berkenalan dengan suasana baru, orang baru dan

(20)

 Karena staf pengasuh yang bertugas mengurus dan merawat si kecil

tidak hanya satu, maka ia tidak lengket dengan sang pengasuhnya saja.

 Biaya pengasuhan di PPSTPA Inang Matutu lebih murah

dibandingkan dengan pengasuhan baby sitter di rumah.

 Jika lokasi PPSTPA Inang Matutu dekat dengan tempat Ayah atau

Bunda bekerja atau bahkan berada dalam satu gedung tempat bekerja, memungkinkan Ayah atau Bunda bisa menengok si kecil secara langsung ketika waktu istirahat kerja.

Kekurangan:

 Karena sistem pengasuhan di PPSTPA Inang Matutu adalah satu orang

pengasuh untuk 2-3 orang anak, sehingga sang pengasuh tidak bisa fokus memberikan perhatian penuh pada si kecil.

 Si kecil sangat berisiko tertular penyakit dari orang di sekitar PPSTPA

Inang Matutu

 Membawa serta si kecil ke PPSTPA Inang Matutu menciptakan

kondisi yang merepotkan, karena Bunda harus membereskan beberapa pakaian, alat makan, dan perlengkapan mandi, dan lain-lainnya milik si kecil

 Jika si kecil sedang sakit, Anda tidak diperbolehkan untuk

(21)

 Di PPSTPA Inang Matutu, Bunda lah yang harus siap menerima

kondisi bahwa si kecil harus mengikuti aturan dan nilai kebiasaan di PPSTPA Inang Matutu tersebut. Jika aturan tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan yang Bunda lakukan di rumah, si kecil akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dan akan membuatnya kurang nyaman.

 Jika jam kerja Bunda melebihi jam operasional PPSTPA Inang

Matutu, maka mau tidak mau, Bunda harus mengambil si kecil lebih cepat dan membawanya ke tempat kerja Bunda sampai Bunda pulang. Atau Bunda harus mencari penyedia jasa pengasuhan anak lainnya. 7) Sarana dan Prasarana

UPTD PPSTPA Inang Matutu berdiri di atas tanah seluas 1.200 m2 dengan status tanah Hak Pakai dan bersertifikat, memiliki luas bangunan 1,196 m2dan berlantai dua.

(22)

8) Manajemen Mutu Penyelenggaraan

Membahas mengenai manajemen mutu penyelenggaraan adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.

a) Input

Dalam manajemen mutu penyelenggaraan terdapat tiga aspek penting di dalamnya yaitu input, proses, dan outputnya. Pada PPSTPA INANG MATUTU KOTA MAKASSAR tentunya memiliki tenaga-tenaga yang memiliki skill dalam proses pelayanan anak. PPSTPA Inang Matutu memiliki tenaga pendidik sebanyak 39 orang dengan latar belakang pendidikan yaitu sebagai berikut :

 Kepala UTD PPSTPA Inang Matutu, bernama Ibu Dra. Siti

Nurbaya, M.Si berasal dari Dinas Sosial. Ditugaskan di TPA sebagai kepala lembaga pada tahun 2009.

 Kepala bagian Tata Usaha, bernama Pak Muh Amin, S.Sos, juga

berasal dari Dinas Sosial.

 Pekerja Sosial Fungsional terdiri dari 28 Orang, pekerja fungsional

(23)

 Staf dan petugas non organik, yang dimaksud dengan staf dan

petugas non organik adalah mereka yang menunjang atau membantu proses pelayanan sehari-harinya. Staf dan petugas non organik ini terdiri dari petugas dapur (tukang masak), pembuat susu, petugas cuci baju anak penerima manfaat, satuan pengamanan (satpan), cleaning service, dan petugas yang tinggal di lembaga dalam hal ini yang menutup lembaga pada malam harinya dan yang membuka lembaga pada pagi harinya.

b) Proses

Pada bagian ini akan dibahas mengenai proses serta tahapan pelayanan dalam melaksanakan program pelayanan sosial yaitu dimana dalam melaksanakan pelayanan program pelayanan sosial, di UPTD PPSTPA Inang Matutu Makassar memiliki pola pendekatan antara lain :

Pendekatan survival, yaitu pendekatan melalui pemenuhan

kebutuhan kelangsungan hidup dan pertumbuhan, melalui pemberian makan, perawatan kesehatan dan Tidur

 Pendekatan development, yaitu pendekatan melalui

pengembangan potensi kreativitas, daya cipta, inisiatif serta pembentukan kepribadian anak

Pendekatan preventif, yaitu pendekatan melalui pencegahan

(24)

Pendekatan protection, yaitu pendekatan melalui pemberian

perlindungan anak dari keterlantaran dan perlakuan anak serta menghindarkan anak dari kemungkinan tumbuh kembang yang menyimpang.

Tahapan pelayanan kegiatan kesejahteraan sosial :

 Tahap kegiatan awal

 Tahap pengungkapan dan pemahaman masalah

 Tahap penyusunan rencana pemecahan masalah

 Tahap pemecahan masalah

 Tahap evaluasi, terminasi dan rujukan

 Tahap bimbingan dan pembinaan lanjut

Materi kegiatan dalam proses pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial: o Hari senin : pendidikan moral keagamaan yang diberikan dalam

bentuk dongeng dan berlatih sholat serta menghapal doa-doa pendek o Hari selasa : kemampuan berbahasa, diberikan dalam bentuk bercerita

dengan menggunakan konsep yang sederhana yang dapat dipahami oleh anak serta membebaskan anak untuk berbicara, bercerita semampunya anak tersebut

(25)

sepeda dan bermain bola, bermain bongkar pasang dan mengenal warna

o Hari kamis : daya pikir dan kecerdasan diberikan dalam bentuk mengenal dan mempelajari fungsi benda yang ada disekitarnyya, memainkan semua alat peraga yang ada, dapat mengenal nama-nama hari dan bulan serta berhitung dari satu sampai 50 dan mengenal huruf abjad

o Hari jumat : pendidikan jasmani dan rohani diberikan dalam bentuk olahraga, menghafal doa-doa pendek serta latihan sholat dan mengenal huruf dan angka arab

o Hari sabtu : daya guna, diberikan dalam mempelajari kegunaan anggota tubuh dan dapat menyebutkan semua benda yang ada disekitarnya dan menyebutkan fungsinya

c) Output

(26)

kanak-kanak dan 20 % (193 anak) melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah dasar.

(27)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab II maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Konsep dasar taman penitipan anak adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

2. Gambaran umum mengenai UPTD PPSTPA Inang Matutu dapat dilihat dari sejarah pembentukan, visi dan misi lembaga, tenaga pendidik, model pembelajaran PNF, program kemitraan, serta manajemen mutu penyelenggaraan.

B. Saran

(28)

DAFTAR PUSTAKA

________2011. Profil UPTD PPSTPA INANG MATUTU Kota Makassar

http://fb-education.com/pendidikan-orang-dewasa-dalam-masyarakat-belajar-2.html

http://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-konsep-dasar-tpa.html

http://www.yski.info/index.php?option=com_content&view=article&id=182:a

syiknya-belajar-melalui-bermain&catid=58:parenting&Itemid=137

http://www.blog-guru.web.id/2012/09/manajemen-mutu-dalam penyelenggaraan.html

DARI

Hany M Saidi

http://www.facebook.com/hanysaidi/

Universitas Negeri Makassar

Angkatan 2014

·

Nonformal Education FIP UNM 2010

·

Kota

Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Satuan PAUD Sejenis yang selanjutnya disingkat SPS adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program

Satuan PAUD Sejenis yang selanjutnya disingkat SPS adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program

Satuan PAUD Sejenis yang selanjutnya disingkat SPS adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program

Satuan PAUD Sejenis yang selanjutnya disingkat SPS adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program

PAUD Holistik Integratif adalah penanganan anak usia dini secara utuh (menyeluruh) yang mencakup layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan, dan

Pendidikan anak usia dini berbasis keluarga merupakan salah satu bentuk program parenting yang dilakukan oleh lembaga PAUD dalam menselaraskan pengasuhan anak di rumah dan

Selain Kelompok Bermain (KB) yang termasuk dalam PAUD nonformal ialah Taman Penitipan Anak (TPA), yaitu salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur

Artinya kegiatan PKM berupa Pelatihan Parenting (Komunikasi dasar pengasuhan anak usia dini pada orang tua, pendidik paud, dan penggerak PKK di Desa Nagrog Cicalengka