• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Parameter Reologi Tanah Menggunakan Uji Geser Baling- Baling untuk Menjelaskan Pergerakan Mudflow

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Parameter Reologi Tanah Menggunakan Uji Geser Baling- Baling untuk Menjelaskan Pergerakan Mudflow"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Yogyakarta, 10-11 Juni 2014

31

1

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

Pergerakan tanah pada umumnya dibagi menjadi 3 ma-cam yaitu tipe aliran lambat (slow flowage), tipe aliran cepat (rapid flowage), dan longsoran (landslide). Salah satu pergerakan tanah tipe aliran cepat adalah mud-flow. Mudflow adalah longsoran dengan tipe aliran ce-pat dengan kondisi kadar air sama atau lebih dari batas cair (liquid limit).Menurut Hungr et al. (2001), kece-patan mudflow adalah sangat cepat dengan kecepatan dapat melebihi 5 cm/s.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji terha-dap kuat geser tanah dan viskositas pada dua jenis ta-nah yaitu tata-nah kaolin dan tata-nah longsoran di Parakan Muncang, Jawa Barat di mana uji kuat geser ini dila-kukan dengan membuat model di laboratorium yang membutuhkan volume tanah dalam jumlah yang besar dengan berbagai kadar air yang bervariasi mengguna-kan alat uji geser baling-baling. Kadar air yang berva-riasi mengacu pada nilai batas cair (LL) yang didapat

dengan melakukan uji batas Atterberg menggunakan metode konvensional dengan alat Casagrande. Nilai kadar air yang diambil adalah pada kondisi 0.8 LL, 0.9 LL, LL, 1.1 LL, dan 1.2 LL. Penelitian kuat geser ta-nah ini kemudian dilanjutkan dengan mendapatkan ni-lai viskositas () pada tanah kaolin dan tanah longso-ran yang ditampilkan sebagai hubungan antara

Liquidity Index (LI)dan viskositas ().

1.2

Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan parameter reologi tanah yaitu yield stress dan viskosi-tas di dalam relasinya dengan pergerakan tanah yang dikenal dengan mudflow (aliran lumpur) menggunakan uji geser baling-baling yang kemudian dibandingkan dengan database kuat geser dan viskositas dari peneli-tian yang telah ada sebelumnya.

Ide awal penelitian ini berasal dari penelitian Skempton and Northey (1952) seperti ditunjukkan pa-da Gambar 1. Hasil penelitian mereka berupa kurva

Penentuan Parameter Reologi Tanah Menggunakan Uji Geser

Baling-Baling untuk Menjelaskan Pergerakan Mudflow

Budijanto Widjaja

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Indonesia E-mail: geotek.gw@gmail.com

David Wibisono Setiabudi

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Indonesia E-mail: david_dve@yahoo.co.id

ABSTRAK: Makalah ini dimaksudkan untuk menurunkan parameter reologi tanah yaitu yield stress dan viskositas di dalam relasinya dengan pergerakan tanah yang dikenal dengan mudflow (aliran lumpur). Mudflow dapat terjadi ketika nilai kadar air materialnya sama atau lebih besar daripada batas cairnya. Namun, terdapat kesulitan di dalam penentuan kedua parameter tersebut menggunakan alat uji laboratorium standar seperti viskometer. Penelitian ini menggunakan uji geser baling-baling laboratorium. Untuk kadar air tertentu, dengan melakukan modifikasi terhadap kecepatan putaran baling-baling dapat ditentukan hubungan antara kecepatan putaran dan yield stress. Yield stress dalam hal ini dianggap sama dengan nilai kohesi tak teralir. Metode Bingham kemudian diaplikasikan untuk menentukan nilai Bingham yield stress dan viskositas tanah ini. Dua sampel yaitu kaolin dan Parakan Muncang diuji dengan memvariasikan kecepatan putaran untuk setiap kadar air tertentu di mana sampel disiapkan di dalam kondisi remolded. Kondisi remolded ini dimaksudkan agar menyerupai kondisi tanah saat material mudflow berpindah ke daerah deposisi. Kadar air yang diuji adalah bervariasi dari 0.8 hingga 1.2 dari batas cairnya. Kecepatan putaran baling-baling diatur dari 3o hingga 48o per menit di mana kecepatan standar uji geser baling-baling adalah 6o per menit. Perbandingan dengan hasil penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa nilai viskositas yang diperoleh dari uji geser baling-baling relatif mendekati hasil dari Vallejo dan Scovaco. Kecepatan aliran mudflow akan melambat akibat tingginya nilai viskositas. Jadi, penelitian ini setidaknya memberikan kontribusi untuk menjelaskan pengaruh pemilihan alat uji di dalam penentuan parameter reologi pada mudflow.

(2)

rate yang dapat digunakan untuk menurunkan parame-ter reologi yaitu yield stress (y) dan viskositas () dari

uji geser baling-baling (VST).

Gambar 1. Hubungan antara yield stress dan shear strain rate dengan uji geser baling-baling (Skempton and Northey, 1952).

2

T INJAUAN PUSTAKA

2.1

Batas cair

Batas cair (LL) merupakan kadar air yang dinyatakan sebagai batas teratas dari keadaan plastis atau batas terbawah dari kondisi cairan kental (viscous liquid). Pada kondisi ini, tanah mempunyai kuat geser yang re-latif rendah.

Batas cair dapat ditentukan dengan Casagrande Cup Method (ASTM D 4318). Proses pengujian LL ini dilakukan dengan cara menyiapkan tanah dengan kadar air tertentu yang diletakkan pada mangkok Casa-grande, kemudian dilakukan pemotongan tanah meng-gunakan grooving tool. Pengujian ini dilakukan seba-nyak lima kali dengan variasi kadar air yang berbeda-beda kemudian dicatat jumlah ketukan pada saat bela-han tanah yang ada menyatu sepanjang 1.3 cm. Alat ini mencerminkan kondisi pergerakan tanah (longsoran atau mudflow) dalam skala kecil. Selanjutnya dibuat hubungan antara jumlah ketukan dengan kadar air. Ni-lai LL didapat pada kadar air yang berhubungan den-gan ketukan ke-25.

2.2

Mudflow

Mudflow merupakan tanah longsoran dengan tipe ali-ran cepat (rapid flowage) dengan kondisi kadar air sa-ma atau lebih besar dari batas cair (LL). Mudflow juga didefinisikan sebagai aliran cepat dengan kondisi ken-tal dengan parameter tanah butir halus jenuh air (Hungr et al., 2001). Batas cair menjadi parameter penting dalam mengindikasi perilaku dari mudflow, menurut Petkovsek et al. (2009) kuat geser pada tanah kohesif saat LL adalah sekitar 2 kPa. Nilai LL ini

san-lempung.

Secara umum, mudflow berada dalam kondisi cairan kental (viscous liquid state) ketika nilai liquidity index (LI) bernilai sama dengan atau lebih dari satu yang menggambarkan tegangan vertikal efektif yang relatif sangat rendah. Indikasi terjadinya mudflow dapat ter-gantung pada perubahan kondisi alam seperti intensitas hujan, penebangan hutan, gempa tektonik, gempa vul-kanik, dan sifat fisis tanah (Sidle and Ochiai, 2006; Marfai et al., 2008). Oleh karena itu, riset di bidang

mudflow masih terbuka.

Peningkatan nilai kadar air pada tanah sampai pada kondisi tanah jenuh air merupakan faktor utama dalam penentuan karakteristik mudflow (Atkinson, 1993; Woo,1999). Tekanan tambahan misalnya infiltrasi air melalui retakan tanah dan pelapukan merupakan faktor penting dalam mekanisme inisiasi terjadinya mudflow. Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah gravitasi yang dapat menyebabkan mudflow mengalir seperti cairan kental.

2.3

Yield stressdan viskositas

Kekuatan geser tanah dibutuhkan dalam mengestimasi besarnya nilai daya dukung tanah, kestabilan dari nah, dan analisis terhadap regangan-tegangan pada ta-nah.

Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang di-lakukan oleh butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Bila ada pembebanan, maka beban tersebut ditahan oleh

 Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya

 Gesekan antar butir-butir tanah.

Viskositas menggambarkan kekentalan material dan berfungsi menahan material untuk mengalir. Viskositas muncul dikarenakan adanya gaya gesek dari material tertentu yang jika nilainya melebihi nilai tertentu (da-lam hal ini yield stress) maka material tersebut dapat mengalir. Sebaliknya, jika material tersebut memiliki tegangan geser lebih rendah dari yield stress maka ti-dak terjadi aliran.

Kedua parameter di atas yaitu kuat geser tanah (yai-tu yield stress, y) dan viskositas () merupakan

para-meter reologi Non Newtonian. Reologi merupakan il-mu yang mempelajari bagaimana material tersebut mengalir/bergerak.

Salah satu model reologi sederhana adalah model Bingham (Gambar 2). Parameter reologi untuk model ini diturunkan dengan cara menarik garis tangensial terhadap kurva real dari hubungan shear stress terha-dap shear strain rate. Kemiringan garis tangensial ter-sebut adalah  dan perpotongan garis tersebut ke sum-bu vertikal adalah y.

(3)

33

2.4

Uji geser baling-baling (vane shear test)

Vane Shear Test (VST) merupakan uji in-situ yang di-gunakan untuk menentukan nilai kuat geser tak ter-drainase (Su) dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat mengukur kuat geser tanah hingga 200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Namun, beberapa peneliti mereko-mendasikan agar VST dibatasi pada tanah yang memi-liki nilai kuat geser tak teralir (Su) tidak lebih dari 50

kPa dan untuk tanah yang memiliki permeabilitas yang rendah. VST juga dapat digunakan pada tanah lanau, gembur dan material tanah lainnya yang dapat dipre-diksi kekuatan geser tak terdrainase-nya. Metode penggunaan VST ini tidak cocok diaplikasikan pada tanah pasir, kerikil, dan jenis tanah lainnya yang memi-liki permeabilitas tinggi.

Gambar 2. Model Bingham.

Tes ini pertama kali dilakukan pada tahun 1919 di Swedia yang kemudian dikembangkan oleh John Ols-son. VST terdiri dari empat baling-baling (blade) yang awalnya berbentuk persegi panjang dengan sudutnya 90˚, baling-baling tersebut kemudian akan didorong masuk ke dalam tanah kemudian diikuti dengan pen-gukuran torsi yang dibutuhkan pada prosedur uji ketika baling-baling menggeser tanah. Torsi yang didapat da-pat mengukur seberapa besar perlawanan tanah yang muncul akibat pergeseran yang diterima pada baling-baling.

2.5

Konfigurasi alat

Vane shear test (VST)terdiri atas measuring unit, pro-tection pipe, rod, ball bearing, protection shoe, dan

vane. Adapun beberapa variasi baling-baling yang di-gunakan pada pengujian ini (Gambar 3), yaitu tap-pered vane dan rectangular vane. Untuk tipe tapered vane, pada bagian sisi tepi baling-baling memiliki uku-ran sudut 90˚. Tinggi baling-baling sebaiknya beruku-ran 2D di mana D adalah diameter dari baling-baling.

2.6

Kuat geser tak terdrainase

Dalam penentuan nilai kuat geser tak terdrainase yang didapat dari pengukuran torsi, terdapat beberapa asum-si sebagai berikut.

1.Tanah diasumsikan berada dalam keadaan tak terdrainase, tidak ada tahapan konsolidasi pada sampel tanah saat melakukan uji geser baling-baling. Hal ini terkait di dalam hubungan dengan

mudflow di mana selama masa transportasi, stress level relatif kecil dan massa tanah bergerak dengan sangat cepat.

2.Tidak ada gangguan selama penginstalan baling-baling.

3.Zona remolded disekeliling baling-baling sangat kecil.

4.Tidak ada kesalahan saat melakukan uji yang dapat berdampak pada nilai torsi yang berpengaruh pada perhitungan kuat geser tanah.

5.Kondisi isotropic pada massa tanah.

Gambar 3. Tipe Baling-Baling Vane Shear Test (ASTM D2573). Pada perhitungan kuat geser tak terdrainase pada uji geser baling-baling, besarnya nilai kuat geser tak ter-drainase dipengaruhi oleh torsi maksimum dan luas permukaan pada jenis baling-baling tipe tertentu. Tipe rectangular : 3 . 7 max 6 ( ) D T Su fv   (1) Tipe tappered : ) 6 ) cos( ) cos( ( 2 max 12 ( ) H B D T D D T Su fv       (2)

di mana (Su)fv adalah kuat geser tak terdrainase dari

VST, Τmax adalah nilai torsi maksimum, D adalah di-ameter baling-baling, H adalah tinggi baling-baling,

T adalah sudut dari baling-baling bagian atas, dan B

(4)

PERANCANGAN MODEL

3.1

Persiapan dan pengambilan sampel tanah

Tahap pertama dalam melakukan penelitian ini adalah mempersiapkan sampel tanah. Sampel tanah yang diuji adalah kaolin dan tanah longsoran di Parakan Mun-cang. Kaolin dalam hal ini dipilih sebagai pilot project.

3.2

Indeks propertis tanah

Uji indeks propertis tanah yang dilakukan adalah uji kadar air alami tanah, berat isi tanah, berat jenis tanah, batas-batas Atterberg (batas plastis dan batas cair), uji saringan dan uji hidrometer.

3.3

Persiapan model uji

Persiapan model uji dilakukan dengan mempersiapkan beberapa alat dan bahan, antara lain (Gambar 4): 1.Alat uji geser baling-baling

Terdiri dari alat pemutar, bacaan putaran sudut, dial gauge, pegas, rod, dan baling-baling.

2.Drum

Drum yang digunakan berukuran diameter 60 cm dan tinggi 90 cm.

3.Pemasangan meteran pada sisi dalam drum untuk mengetahui ketinggian tanah di dalam drum dan penentuan kedalaman blade untuk variasi kecepatan putaran.

4.Pemberian tanda pada baling-baling dan rod untuk penentuan kedalaman tusukan.

5.Persiapan dudukan untuk uji geser baling-baling. 6.Persiapan baling-baling dan rod

Baling-baling yang digunakan ada dua tipe yaitu tipe

rectangular dan tappered. Adapun ukuran dari masing-masing tipe baling-baling (Gambar 3) adalah

 Tipe rectangular : diameter (D) = 9.9 cm, tinggi (H) = 19.8 cm.

 Tipe tappered : diameter (D) = 7.3 cm, tinggi (H) = 14.5 cm.

3.4

Prosedur penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi beberapa tahap. 1.Mempersiapkan tanah yang digunakan dalam

penelitian kali ini, yaitu kaolin dan tanah longsoran Parakan Muncang.

2.Kedua tanah tersebut diuji indeks propertis tanah untuk memperoleh jenis dan konsistensi tanah. 3.Kedua tanah tersebut kemudian dilakukan proses

homogenisasi dengan lima variasi kadar air yaitu

batas cair.

4.Memasukan tanah ke dalam drum (Gambar 4) yang sudah disiapkan kemudian ditutup rapat dengan plastik sehingga kadar air terjaga, dan didiamkan selama ±24 jam.

Gambar 4. Setup alat uji dengan uji geser baling-baling.

5.Mengeset konfigurasi alat-alat yang digunakan. Ta-hap pertama mempersiapkan rangka kayu untuk meletakan dudukan uji geser baling-baling. Tahap kedua adalah memasang dudukan uji geser baling-baling pada rangka kayu. Tahap ketiga adalah mengikat rangka kayu dan dudukan uji geser baling-baling agar selama proses pengujian dalam kondisi steady.

6.Memasang rod dan baling-baling, kemudian memberikan tanda pada baling-baling agar dapat menentukan kedalaman penetrasi dari baling-baling.

7.Memasukan rod dan baling-baling ke dalam tanah dengan kedalaman penetrasi bervariasi mulai dari 20 cm, 30 cm, 40 cm. Tujuan dari variasi kedalaman penetrasi ini agar dapat dilakukan variasi kecepatan putaran pada tanah yang diuji un-tuk kadar air tertentu.

8.Memberikan marker berupa bola-bola hitam di sekitar baling-baling untuk menentukan boundary effect baling-baling terhadap perlawanan tanah (Gambar 5).

(5)

35 Gambar 5. Marker berupa bola hitam untuk memprediksi boundary

ef-fect dariuji geser baling-baling.

9.Setelah semua konfigurasi alat sudah siap, kemudian dilakukan pengujian VST dengan lima variasi kecepatan 3˚/menit, 6˚/menit, 12˚/menit, 24˚/menit, dan 48˚/menit. Dari variasi kecepatan tersebut dipe-roleh nilai bacaan dial yang kemudian dikonversikan menjadi nilai torsi (T) dan dihitung sebagai kuat geser tanah tak teralir (Su).

4

DATA DAN ANALISIS DATA

4.1

Data tanah

Seperti ditunjukkan pada Tabel 1, nilai batas cair (LL) untuk kaolin dan Parakan Muncang masing-masing se-besar 68 dan 66.64 dan masing-masing diklasifikasikan sebagai MH dan CH. Persentase tanah butir halus un-tuk kaolin adalah 97.7% dan unun-tuk Parakan Muncang adalah 90.1%.

Tabel 1. Parameter tanah

Sampel LL PL PI Gs Jenis tanah Kaolin 68 38.45 29.55 2.61 MH Parakan Muncang 66.64 29.28 37.36 2.60 CH Catatan: LL adalah batas cair, PL adalah batas plastis, PI adalah in-deks plastisitas, dan Gs adalah berat jenis.

Homogenitas sampel dapat diindikasikan dari berat isi tanah () yang relatif meningkat seiring dengan pe-ningkatan kadar air. Misalnya, untuk tanah kaolin pada saat kadar air (w) sebesar 61.08%,  adalah sebesar 16.5 kN/m3 dan pada saat w sebesar 79.28%,  me-ningkat menjadi 19.8 kN/m3.

4.2

Hasil tipikal uji geser baling-baling

Gambar 6 menunjukkan hasil tipikal uji geser baling-baling untuk tanah kaolin dengan kecepatan putaran

3/menit untuk kadar air 61.08%. Torsi maksimum adalah sebesar 54 kg cm (5.4 x 10-3 kPa m).

Gambar 6. Kurva tipikal hubungan antara torsi dan putaran baling-baling untuk tanah kaolin pada saat kadar air 61.08%.

Selanjutnya dengan menggunakan nilai torsi dari se-tiap kadar air dapat digambarkan hubungan antara

shear strength terhadap shear strain rate seperti ditun-jukkan pada Gambar 7 untuk kadar air 61.08%. Den-gan mengaplikasikan model reologi Bingham diperoleh nilai yield stress (y) sebesar 12.8 kPa dan viskositas

() sebesar 231.1 kPa●s.

Gambar 7. Parameter reologi untuk tanah kaolin saat kadar air 61.08%. Untuk lima variasi kadar air dari 50.5% hingga 79.28%, dibuat kurva normalisasi antara rasio kuat geser Su/ Su,max dan shear strain rate. Kurva normali-sasi tersebut memperlihatkan bahwa shear strain rate

maximum adalah sebesar 0.0035 s-1 untuk nilai Su/Su,max

adalah satu. Hasil seluruh variasi kadar air berada pada rentang yang cukup berdekatan seperti diperlihatkan pada Gambar 8. Hal serupa juga ditunjukkan pada ta-nah Parakan Muncang.

Hasil kuat geser tanah terhadap shear strain rate

untuk tanah Parakan Muncang ditampilkan pada Gam-bar 9. Semakin tinggi kadar air, semakin rendah kuat geser tanah.

(6)

Secara umum, boundary effect akibat pemutaran bal-ing-baling di dalam sampel tanah baik untuk tanah kaolin dan Parakan Muncang memperlihatkan bahwa zona pengaruh maksimum adalah sebesar 1.9D (D = diameter baling-baling). Semakin tinggi kadar air, zona pengaruh makin besar (Gambar 10).

Gambar 8. Kurva normalisasi kuat geser terhadap shear strain rate un-tuk tanah kaolin.

Gambar 9. Kurva hubungan antara kuat geser terhadap shear strain rate untuk Parakan Muncang.

Gambar 10. Boundary effect dari pengujian uji geser baling-baling, di-ukur dari as baling-baling.

Nilai viskositas dari uji uji geser baling-baling (VST) dapat dilihat pada Gambar 11. Nilai viskositas () un-tuk kaolin berada dalam rentang 25 kPa●s – 241 kPa●s. Sedangkan untuk Parakan Muncang, berada dalam rentang 45 kPa●s hingga 650 kPa●s. Hasil viskositas ini mendekati Vallejo dan Scovacco (2003) yang me-nurunkan nilai viskositas menggunakan flume channel.

Tren penurunan nilai viskositas dari VST mirip dengan uji Flow Box Test (Widjaja and Lee, 2013) meskipun  yang diturunkan dari VST lebih tinggi.

Uji Flow Box Test (FBT) ini digunakan untuk memperoleh parameter reologi mudflow. Peningkatan kadar air (w) akan diikuti oleh makin rendahnya nilai

. Pada saat memasuki kondisi viscous liquid (yaitu LI = 1), kemungkinan mudflow terjadi. Hasil uji FBT ini telah divalidasi untuk simulasi kejadian mudflow riil menggunakan bantuan program Flo2d dengan hasil si-mulasi mendekati waktu transportasi dan tebal deposisi riil di lapangan (Widjaja and Lee, 2013).

Oleh karena tingginya nilai  dari VST, kecende-rungannya adalah kurang baik di dalam menyimulasi-kan kejadian mudflow. Tingginya nilai tersebut me-nyebabkan material tanah yang dimodelkan relatif tidak bergerak.

Namun demikian, kontribusi utama adalah nilai yield stress (y) dapat diperoleh di sekitar LL di mana

nilai y dapat diinput ke uji FBT untuk menghasilkan

nilai viskositas yang lebih realistis untuk mudflow.

Gambar 11. Validasi nilai viskositas dari uji Vane Shear Test terhadap uji lainnya.

5

KESIMPULAN

Dari penelitian mengenai pengaruh nilai kuat geser dan viskositas pada kaolin dan tanah longsoran Parakan Muncang dengan uji geser baling-baling ini dapat dita-rik kesimpulan sebagai bedita-rikut :

(7)

37 1.Boundary effect dengan uji geser baling-baling pada

tanah kaolin dan Parakan Muncang berbanding lurus dengan peningkatan kadar air dari tanah. Semakin besar nilai kadar air maka semakin besar area pengaruh saat dilakukan uji geser baling-baling. Area pengaruh maksimum adalah sebesar 1.9 kali diameter baling-baling yang diukur dari as baling-baling.

2.Nilai kuat geser tak terdrainase akan semakin besar ketika kecepatan putaran semakin tinggi. Nilai kuat geser tak terdrainase akan semakin rendah ketika kadar air pada suatu tanah meningkat. Kuat geser tak terdrainase pada kaolin dan Parakan Muncang dengan lima variasi kadar air dan lima variasi kecepatan putaran berada pada nilai lebih rendah dari 50 kPa.

3.Nilai viskositas untuk kaolin berada dalam rentang 25 kPa●s – 241 kPa●s. Sedangkan untuk Parakan Muncang,  berada di dalam rentang 45 kPa●s - 650 kPa●s. Viskositas Parakan Muncang relatif le-bih tinggi kekentalannya dibandingkan kaolin yang dapat disebabkan karena perbedaan jenis tanah. 4.Nilai viskositas sangat tergantung kepada tipe uji

yang digunakan dan shear strain rate. Pada peneli-tian ini memperlihatkan bahwa nilai viskositas dari uji geser baling-baling mirip dengan uji flume channel, namun sangat berbeda dengan hasil uji da-ri flow box test. Di dalam hubungan dengan mud-flow, nilai viskositas dari uji geser baling-baling cenderung sangat tinggi sehingga kurang baik digu-nakan di dalam simulasi mudflow. Namun, nilai

yield stress-nya dapat digunakan untuk dikombina-sikan dengan uji lain misalnya flow box test.

6 DAFTAR PUSTAKA

ASTM. 1978. Standard test method for field vane shear test in cohesive soil [D2573-72(1978)]. Annual Book of Standards.

Budhu, M. 2000. Soil mechanics and foundations. New York: John Wiley & Son, Inc.

Bell, F.G. 1993. Engineering geology. London: Blackwell Scientific Publications.

Hungr, O., Evans, S.G., Bovis, M.J. ,and Hutchinson, J.N. 2001. A Review of the Classification of Landslides of the Flow Type. Environ. and Eng. Geoscience VII(3): 221-238.

Marfai, M.A., King, L., Singh, L.P., Mardiatno, D., Sartodi, J., Hadmoko, D.S. and Dewi, A. 2008. Natural ha-zards in Central Java Province, Indonesia: an overview, Environ. Geol. 56: 335-351.

Petkovsek, A., Macek, M., Kocevar, M., Benko, I. and Majes, B. 2009. Soil matric suction as an indicator of the mud flow occurrence. Proc. 17th Int. Conf. on Soil Me-chanics and Geotech. Eng., Alexandria, Egypt, 1855-1860.

Schnaid, F.. 2009. In situ testing in geomechanics. London: Taylor & Francis.

Sidle, R.C. and Ochiai, H. 2006. Landslides-processes, pre-diction, and land use. Washington D.C.:AGU.

Skempton, A.W. and Northey, R.D. 1952. The sensitivity of clays. Geotechnique 3 (1): 1-16.

Vallejo, L.E. and Scovazzo, V.A. 2003. Determination of the shear strength parameters associated with mudflows. Soils and Foundations 43(2): 129-133.

Widjaja, B. and Lee, S.H.H. Flow box test for viscosity of soil in plastic and viscous liquid states. Soils and Foun-dations 53 (1): 35-46.

Woo, G. 1999. The mathematics of natural catastrophes. UK: College Press.

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara yield stress dan shear strain rate dengan  uji geser baling-baling (Skempton and Northey, 1952).
Gambar 3. Tipe Baling-Baling Vane Shear Test (ASTM D2573).  Pada perhitungan kuat geser tak terdrainase pada uji  geser  baling-baling,  besarnya  nilai  kuat  geser  tak   ter-drainase  dipengaruhi  oleh  torsi  maksimum  dan  luas  permukaan pada jenis b
Gambar 4. Setup alat uji dengan uji geser baling-baling.
Tabel 1.  Parameter tanah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten / Kota Regency / Municipality Sawah Irigasi Jumlah Ditanamai padi Tidak ditanamai padi. 1 Kali Tanam 2 Kali & Lebih Tanam Ditanami

Bila nilai median suatu blok lebih besar daripada nilai median citra akan diperoleh bit hash sama dengan 1, sedangkan bila nilai median suatu blok lebih kecil dari pada

RITMAR MARBUN (penyesuaian spesifikasi berdasarkan hasil sensus tahun 2018 dengan Berita Acara No.020/21910/DKI/XII/2018 tgl.. 2017 Kasi Pengembangan

Media periklanan yang kita kenal saat ini seperti iklan pada media televisi, majalah, surat kabar, radio, bahkan internet pun sangat mempe- ngaruhi kehidupan kita karena

Berdasarkan pengamatan peneliti, S1 telah melaksanakan langkah keempat dari Polya dengan baik, yang dimulai dari memahami masalah, merencanakan penyelesaian,

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Yoga Gigih Aprilia, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS REAKSI HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN ATAS PENGUMUMAN

Service encounter yang tidak berpengaruh positif terhadap customer satisfaction menunjukkan bahwa perusahaan jasa, khususnya perbankan belum mampu secara nyata

Berangkat dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melihat sejauh apa efektivitas pelaksanaan program pengem bangan UMKM pada Dinas Koperasi Kota Pekanbaru