• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan kependudukan yang muncul di Indonesia yaitu terkait dengan perpindahan penduduk atau migrasi. Ada banyak jenis migrasi, salah satunya perpindahan penduduk dari desa ke kota atau lebih dikenal dengan istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani secara menyeluruh. Meski harus diakui bahwa tidak ada negara di era industrialisasi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi berarti tanpa urbanisasi, namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa dampak urbanisasi menciptakan masalah kemiskinan beragam akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik. Laporan State of World Population 2007 memberikan gambaran urbanisasi dunia, bahwa pada tahun 2008, lebih dari separuh penduduk dunia yaitu 3,3 milyar jiwa akan tinggal di daerah urban. Angka ini akan naik tajam menjadi 5 milyar pada tahun 2030 (Jurnal Gemari, 2007).

Permasalahan urbanisasi tersebut juga terjadi di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Wilayah ini terkenal dengan bencana kekeringan yang terjadi setiap tahun terutama di wilayah selatan yang dikenal dengan sebutan Pegunungan Seribu. Secara geografis, daerah ini memang berupa daerah kapur sehingga air hujan

(2)

langsung meresap ke dalam tanah. Dampak dari faktor geografis tersebut membuat sektor pertanian tidak bisa berkembang, sebagai contoh ketiadaan sawah membuat produksi padi hanya terjadi sekali setahun dengan sistem tadah hujan. Hal tersebut juga berdampak pada minimnya lapangan pekerjaan sehingga menyebabkan angka urbanisasi cukup tinggi. Data menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2011 mencapai 2.837 orang (BPS Gunungkidul, 2012). Para pencari kerja tersebut berurbanisasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya. Tingginya jumlah urban (pencari kerja) tersebut disebabkan karena minimnya lapangan kerja di Gunungkidul dan rendahnya upah yang diberikan (Harian Jogja, 23 Mei 2012). Sebagian besar dari pelaku urbanisasi di Gunungkidul tergolong dalam kategori pemuda yakni yang berusia 16 – 30 tahun (berdasarkan Undang-Undang Kepemudaan No.40 Tahun 1999). Data dari Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa pada pasca lebaran tahun 2012 saja jumlah pencari kerja yang membawa AK-1 (Kartu Kuning) mencapai 416 orang. Semua pencari kerja tersebut memiliki rentang umur 15 – 29 tahun (Kedaulatan Rakyat Online, 27 Agustus 2012).

Tingkat urbanisasi yang tinggi, terutama urbanisasi pemuda, tentu saja akan menimbulkan berbagai masalah karena pemuda merupakan golongan yang memegang peranan penting dalam masyarakat. Ditangan pemuda masa depan suatu masyarakat ditentukan. Pemuda memiliki peran tiga peran utama yakni sebagai agent of change, moral force dan iron stock. Agent of change atau agen perubahan dalam hal ini pemuda adalah sosok yang diharapkan dapat membawa

(3)

perubahan berdasarkan idealisme yang dibungkus dengan keberanian dan keterbukaan menyerap ilmu serta inovasi dan kreativitas mereka. Moral force atau kekuatan moral, dimana pemuda diharapkan mampu memberikan tekanan moral pada kebaikan yang berawal dari sikap dan idealisme yang dimilikinya. Iron stock atau cadangan keras bisa dipahami sebagai kekuatan yang masif dalam jumlah banyak. Dalam kaitannya dengan urbanisasi, tingginya angka urbanisasi pemuda mengakibatkan pembangunan di daerah akan terhambat karena tidak didukung oleh generasi muda yang berkualitas. Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut maka akan mengancam ketahanan wilayah Kabupaten Gunungkidul secara umum dan khususnya Kecamatan Tepus.

Secara geografis, posisi Kecamatan Tepus yang berhadapan langsung dengan pantai selatan pulau Jawa memberikan potensi yang sangat besar dalam hal kekayaan maritim. Perikanan dan pariwisata merupakan salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan secara maksimal. Keberadaan daerah atau kampung nelayan tersebut berpotensi memberikan lapangan pekerjaan yang luas. Hal tersebut didukung dengan Rencana Pembangunan Nasional yang mengutamakan pemberdayaan potensi maritim Indonesia mengingat dua per tiga wilayah negara ini adalah perairan.

Pemuda sebagai salah satu penduduk dalam usia kerja (produktif) juga mendapat peluang untuk bekerja dalam sektor kelautan di pesisir selatan tersebut. Keberadaan lapangan kerja tersebut dapat membantu mengurangi tingkat urbanisasi di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai

(4)

upaya pengendalian urbanisasi dan implikasinya terhadap ketahanan ekonomi wilayah dengan mengambil daerah penelitian di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Kecamatan Tepus dipilih karena kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang paling luas di Gunungkidul dan memiliki potensi di sektor kelautan yang besar tetapi ironisnya angka kemiskinan di kecamatan ini cukup tinggi, tingkat urbanisasi juga tinggi serta pendapatan per kapita termasuk terendah di Kabupaten Gunungkidul.

1.2 Permasalahan

Berangkat dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya mengendalikan urbanisasi pemuda di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.

2. Bagaimana implikasi pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.

1.3 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan urbanisasi, potensi kelautan dan ketahanan ekonomi telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaituTri Joko S dan Haryono (1999) yang meneliti tentang dampak urbanisasi dari sisi masyarakat yang ditinggalkan, Bambang Triatmojo dan Nizam (2001) yang mengidentifikasi lokasi pendaratan ikan dalam rangka pengembangan perikanan

(5)

laut di pantai selatan DIY, dan Shaleh Amirudin (2003) yang meneliti tentang ketahanan ekonomi keluarga nelayan di pantai Sadeng, Kab.Gunungkidul. Sebagian besar penelitian tersebut lebih menyorot pada dampak urbanisasi, potensi kelautan dan ketahanan ekonomi keluarga. Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian di atas dimana penelitian ini menyoroti urbanisasi, potensi kelautan, dan ketahanan ekonomi wilayah dalam kaitannya dengan peran generasi muda di daerah tersebut. Penjelasan lebih detail mengenai beberapa penelitian sejenis tersebut bisa ditemukan di bagian tinjauan pustaka tesis ini.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peran pemuda (Kelompok Nelayan dan Kelompok Sadar Wisata) dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.

2. Mengetahui implikasi pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY umumnya dan Pemerintah Kecamatan Tepus khususnya, sebagai masukan dalam mengambil kebijakan dan perencanaan pembangunan yang bertumpu pada potensi daerah sehingga tujuan pembangunan tercapai secara efektif.

(6)

2. Bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami lebih dalam tentang peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi.

3. Bagi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih pemikiran, dan menjadi referensi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

4. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini menjadi wujud sumbangsih dan dedikasi peneliti untuk tanah kelahiran yakni Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul sekaligus menjadi media belajar dan berlatih untuk menjadi peneliti yang baik.

1.6Sistematika Penulisan

Dalam rangka mempermudah pembahasan dan pemahaman isi penelitian, tesis ini dibagi dalam 7 bab. Setiap bab memuat uraian hal-hal yang berkaitan dengan tema penelitian. Dalam satu bab terdiri dari beberapa sub bab. Jumlah sub bab tergantung pada besar dan pentingnya permasalahan yang dibahas. Secara lebih rinci sistematika penulisan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang permasalahan tentang permasalahan urbanisasi pemuda dan pemberdayaan pemuda secara umum dan khususnya di Kabupaten Gunungkidul. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuanpenelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

(7)

Bab II berisi tinjauan pustaka, landasan teori dan metode penelitian. Bab ini menguraikan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian serta beberapa pengertian dan teori tentang peran, pemuda, pemberdayaan, urbanisasi, dan ketahanan ekonomi wilayah.

Bab III membahas tentang metode penelitian yang dipergunakan sebagai pendekatan dalam penulisan tesis ini. Bab ini menguraikan jenis penelitian, lokasi, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, jenis data yang dikumpulkan, teknik analisis data dan definisi operasional variabel penelitian.

Bab IV menguraikan gambaran umum Kecamatan Tepus sebagai obyek penelitian. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah memahami kondisi dan situasi di lapangan sehingga dapat mendukung obyektivitas hasil penelitian. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni gambaran Kecamatan Tepus dari aspek geografi, demografi serta sumber daya alam dan potensi ekonomi yang dimiliki. Aspek geografi meliputi letak, luas, keadaan alam, topografi, kondisi pesisir, pantai, pertanian dan peternakan. Aspek demografi berisi uraian tentang jumlah dan kepadatan penduduk serta tingkat kesejahteraan penduduk.

Bab V membahas peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi. Bab ini terdiri atas beberapa sub bab yaitu kondisi masyarakat nelayan, kondisi pemuda dan urbanisasi pemuda di Kecamatan Tepus, profil pemuda yang bekerja di sektor kelautan, kendala yang dihadapi dalam upaya pemberdayaan pemuda, peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan, faktor-faktor yang mempengarui pemberdayaan

(8)

pemuda dan peran pemberdayaan pemuda terhadap usaha pengendalian urbanisasi.

Bab VI menguraikan implikasi pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah Kecamatan Tepus. Bab ini diawali dengan pembahasan mengenai kondisi ketahanan ekonomi wilayah Kecamatan Tepus dilanjutkan dengan uraian tentang potensi sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah dan diakhiri dengan pembahasan mengenai sumbangan pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah Kecamatan Tepus.

Bab VII berisi kesimpulan penelitian serta rekomendasi atau saran yang dapat dilakukan guna memaksimalkan peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi.

Referensi

Dokumen terkait

dengan menggunakan Unity 3D ini tidak hanya mudah dalam menggunakan atau mengerjakan suatu pekerjaaan, tetapi aplikasi Unity 3D ini juga dapat bekerja dengan aplikasi lainnya

Ayam buras milik peternakan rakyat dari 5 kecamatan di Kota Palangka Raya yang memiliki titer antibodi positif terhadap virus Avian influenza hanya 3 kecamatan yakni

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat rancangan keamanan jaringan yang dapat menganalisis kejadian serangan pada jaringan dengan menggunakan Model Proses

Gambar 6 Grafik Persentase Validitas Konstruk Media sebagai multimedia memiliki 5 indikator penilaian antara lain: kejelasan tujuan pembelajaran yang ingin

Pantai Pulau Bengkalis bagian Barat yang mengalami laju abrasi dan akresi paling tinggi pada kurun waktu tahun 1988 – 2014 .... Laju perubahan garis pantai Pulau Bengkalis bagian

Proses pemilihan calon tenaga kerja dalam Islam, memiliki beberapa ketentuan yang bersifat mengikat. Proses ini diawali dengan menentukan tugas dan

Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa pengetahuan, sikap dan manajemen lak- tasi ibu di wilayah kerja Puskesmas Samaenre pada tahun 2014 sebagian besar masih berada pada

Lingkungan rumah juga cukup dominan untuk menentukan atas kemandirian dalam belajar, perhatian khusus dari orang tua untuk mengajar anak dalam memanfaatkan waktu