• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pareto ABC indeks kritis dan Economic Order Quantity (EOQ) sediaan farmasi dengan pola penyakit hipertensi primer di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pareto ABC indeks kritis dan Economic Order Quantity (EOQ) sediaan farmasi dengan pola penyakit hipertensi primer di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010 - USD Repository"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PARET O AB C I NDE KS KRITIS DAN

ECONOMIC

ORDER QUANTITY

(EOQ ) SE DI AAN FARMAS I DENGAN

POLA PENYAKIT HI PERTE NSI PRI MER DI RUMAH S AKIT

PANTI RAPIH YO GYAKARTA T AH UN 2 010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Korneli a D yah A yu Purbos ari

NIM : 088114015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

One Night I Had a dream, I was walking along the beach with the Lord; and across the skies flashed scenes

from my life. In each scenes I noticed two sets of foot prints in the sand and to my surprise, I notice that many

times along the path of my life there was only one set of foot prints. And I noticed that it was at the lowest and saddest times in my life. I asked the Lord about it. Lord you said that once I decided to follow you, you would walk

whit me all the way. But I notice that during the most trouble sometimes in my life there is only one set foot prints. I don’t understand why you left my side when I needed you most, The Lord said : “My precious child, I never left you during your time or trial where you see

only one set of foot prints. I was carrying you”

Ia membuat segala sesuatu indah pada

waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam

hati mereka, Tetapi manusia tidak dapat menyelami

pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai

akhir

(Pengkhotbah 3:11)

I dedicated this thesis to:

(5)
(6)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan

rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Analisis Pareto ABC Indeks Kritis dan

Economic Order Quantity

(EOQ) Sediaan Farmasi dengan Pola Penyakit Hipertensi Primer di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010” sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan lancar. Maka pada kesempatan ini penulis dengan

kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang berkenan memberikan

ijin penelitian kepada penulis

2. Dekan Fakultas Farmasi Unversitas Sanata Dharma Yogyakata.

3. Ibu Eliza Konda L, S.Si., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberi ijin untuk pengambilan data dan

memberikan masukan serta saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Djaman G Manik, Apt selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, perhatian, pengarahan dan saran yang

berharga kepada penulis.

5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt dan Bapak Ipang Djunarko, M.Sc.,

Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang berharga

bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Mas Narto dan Mas Dwi selaku karyawan sekretariat Farmasi yang telah

membantu dalam proses pembuatan surat-surat ijin untuk keperluan penelitian

selama pengerjaan skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, Mbak Lia atas doa, kepercayaan, perhatian, nasihat, bimbingan,

(7)

vii

8. Mia selaku partner dalam mengerjakan skripsi ini, terimakasih atas segala ide,

semangat, suka duka dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama dari

awal sampai akhir perjalanan skripsi ini.

9. Riva atas segala doa, kasih sayang, semangat dan dukungan kepada penulis

dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman kost

Hijau

tersayang (Rosita, Linda, Siska, Monik, dan Hanum)

atas berbagai keceriaan, kebersamaan, dukungan dan semangat kepada penulis

dalam menyusun skripsi ini.

11.

Teman-teman seperjuangan setanah air (Putri, Sinta, Lucia, Andrea, Vicka,

Rosita, Franciska, Lia) atas keceriaan dan kebersamaan persahatan kita selama

ini dalam berbagai rasa kehidupan dengan kalian. “

Keep Our Relationship

Guys”..Never Ending.

12. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2008 kelas A dan FKK A atas

kebersamaan dan dukungan selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis dari awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Pepatah mengatakan “Tiada Gading Yang Tak Retak, No Body is

Perfect” maka penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pembaca.

(8)
(9)

ix

INTISARI

Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit memberikan pengaruh

yakni sebesar 60-70% dari seluruh pemasukan rumah sakit. Hipertensi primer

merupakan penyakit terbesar kedua di RS. Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010,

sehingga perlu pengendalian

lebih ketat. Analisis ABC Indeks Kritis dan

Economic Order Quantity

(EOQ) digunakan untuk mengendalikan persediaan

agar lebih efektif dan efisien dengan mengelompokkan sesuai kategori ABC dan

menentukan nilai EOQ untuk setiap sediaan. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi hipertensi primer, nilai

EOQ, dan kesesuaian formularium rumah sakit.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan

penelitian studi kasus retrospektif. Data yang digunakan didapat dari data

pemakaian obat di RS. Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010 dan dianalisis dengan

metode ABC Indeks Kritis dan

Economic Order Quantity

(EOQ).

Hasil analisis didapatkan nilai pakai kelompok A 4,14% dari 266 item,

kelompok B 3,57% dari 280 item, dan kelompok C 3,71% dari 1.106. Nilai

investasi kelompok A 2,27% dari 264 item, kelompok B 2,40% dari 333 item, dan

kelompok C 4,55% dari 1.055 item. Nilai indeks kritis kelompok A 2,96% dari

270 item, kelompok B 3,77% dari 239 item, dan kelompok C 3,94% dari 1.143

item. Nilai EOQ, ROP, dan SS dari sediaan hipertensi primer sebesar

masing-masing. Sediaan hipertensi primer yang dianalisis dengan ABC Indeks Kritis tidak

sesuai dengan formularium rumah sakit.

(10)

x

ABSTRACT

Pharmaceutical dossage form management in the hospital gave influence;

it was 60-70% of the total income. Primary hypertension was second of the

biggest diseases in Panti Rapih hospital Yogyakarta in year 2010, so the firmer

control was needed. Analysis of Pareto ABC and

Economic Order Quantity

(EOQ) could be used to control the inventory to be more effective and efficient by

classifying according to ABC category and decided EOQ value for each

inventory. This research was aimed to find out the plan and the pharmacy

inventory of primary anti-hypertension, the EOQ value, and the suitability of

hospital formularium.

This was a non-experimental research with retrospective case study

research planning. The data were taken from the installation medicine usage data

of patients in Panti Rapih hospital Yogyakarta. The data was analysed with Pareto

ABC and

Economic Order Quantity

(EOQ) method.

The result showed that the use value of group A was 4,14% of 266 items,

group B was 3,57% of 280 items, and group C was 3,71% of 1.106 items. The

invest value of group A was 2,27% of 264 items, group B was 2,40% of 333

items, and group C was 4,55% of 1.055 items. The critical index value of group A

was 2,96% of 270 items, group B was 3,37% of 239 items, and group C was

3,94% of 1.143 items. The EOQ, ROP, SS value of primary hypertension

inventory based on each them. The primary hypertension inventory analyzed

using Critical Index ABC was not suitable to the hospital formularium.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ....ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ....iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...v

PRAKATA... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI... ix

ABSTRACT

...x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAS GAMBAR...xv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xx

BAB I. PENGANTAR

A. Latar Belakang ...1

1. Permasalahan ...3

2. Keaslian penelitian...4

3. Manfaat penelitian ...7

B. Tujuan Penelitian...8

1. Tujuan umum...8

(12)

xii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit...9

1. Definisi Rumah Sakit...9

2. Tugas dan Fungsi RumahSakit...9

3. Klasifikasi Rumah Sakit...10

4. Tujuan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit...12

5. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta...13

6. Formularium Rumah Sakit...15

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit...16

1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit...16

2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih...16

3. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit...17

4. Tugas dan fungsi instalasi farmasi rumah sakit...17

C. Apoteker...19

1. Definisi Apoteker...19

2. Standar Kompetensi Apoteker...20

3. Tugas Apoteker...20

4. Tanggung Jawab Apoteker di Rumah Sakit...21

D. Sediaan Farmasi...21

E. Hipertensi Primer...23

F. Manajemen Farmasi...25

1. Manajemen Logistik...25

(13)

xiii

3. Manajemen Persediaan...27

G. Analisis ABC (

Always Better Control

)...28

H. EOQ (

Economic Order Quantity

)...30

I. Keterangan Empiris...33

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...34

B. Variabel Penelitian...34

C. Definisi Operasional...34

D. Materi Penelitian...35

E. Instrumen Penelitian...36

F. Tempat Penelitian...36

G. Jalannya Penelitian...36

H. Analisis Data...37

1. Analisis ABC nilai pakai...37

2. Analisis ABC nilai investasi...38

3. Analisis ABC nilai indeks kritis...39

4. Analisis EOQ (

Economic Order Quantity

) sediaan farmasi dengan pola

penyakit Hipertensi primer...40

5. Analisis ABC Indeks Kritis terhadap Formularium Rumah Sakit...42

I. Kesulitan Penelitian...43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Pareto ABC ...45

(14)

xiv

2. Analisis ABC nilai investasi...51

B. Analisis ABC Nilai Indeks Kritis ...58

C. Analisis

Economic Order Quantity

(EOQ) ...62

D. Analisis Perbandingan Formularium Rumah Sakit ...69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...75

B. Saran ...77

DAFTAR PUSTAKA ...78

LAMPIRAN...80

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Diagram Batang Jumlah Item dan Persentase Jumlah

Pemakaian

Berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai Sediaan Farmasi untuk Pola

Penyakit Hipertensi primer di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2010...46

Gambar 2

Diagram Batang Persentase Jumlah Item dan Persentase Jumlah

Pemakaian Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer

di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010 Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Pakai...48

Gambar 3

Diagram Batang Nilai Investasi dan Persentase Nilai Investasi

Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi Sediaan Farmasi untuk

Pola Penyakit Hipertensi primer di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2010...52

Gambar 4

Grafik Distribusi Persediaan Berdasarkan Analisis ABC Nilai

Investasi Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi primer di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010...54

Gambar 5

Diagram Batang Persentase Jumlah Item Sediaan Farmasi untuk Pola

Penyakit Hipertensi Primer di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2010 Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi...56

Gambar 6

Diagram Batang Nilai Indeks Kritis dan Persentase Nilai Indeks

(16)

xvi

untuk Pola Penyakit Hipertensi primer di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2010...59

Gambar 7

Diagram Batang Persentase Jumlah Item Sediaan Farmasi untuk Pola

Penyakit Hipertensi Primer di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2010 Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis...61

Gambar 8

Grafik Hasil Perhitungan ROP dan SS...66

Gambar 9

Diagaram

Lingkaran

Sediaan

Farmasi

untuk

Pola

Penyakit

Hipertensi Primer

Berdasarkan Analisis Perbandingan dengan

Formularium RS. Panti Rapih Tahun 2010...70

Gambar 10

Grafik

Sediaan Farmasi Untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer

dalam Analisis Indeks Kritis Berdasarkan Perbandingan dengan

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Klasifikasi

untuk

Hipertensi

Primer

Berdasarkan

Tekanan

Darah...23

Tabel II.

Terapi Farmakologi untuk Hipertensi Primer Menurut JNC

VII...24

Tabel III.

Terapi

Kombinasi

untuk

Hipertensi

Primer

menurut

JNC

VII...25

Tabel IV.

Pengelompokan Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis ABC Nilai

Pakai

Tahun

2010

di

Rumah

Sakit

Panti

Rapih

Yogyakarta...45

Tabel V.

Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer Banding

Jumlah Pemakaian Tiap Kelompok Sediaan Farmasi di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010 Berdasarkan Analisis

Nilai Pakai...48

Tabel VI.

Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer Banding

Jumlah Total Pemakaian Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Tahun 2010 Berdasarkan Analisis Nilai

Pakai...44

Tabel VII.

Pengelompokan Sediaan Farmasi Berdasarkan Analisis ABC Nilai

Investasi

Tahun

2010

di

Rumah

Sakit

Panti

rapih

(18)

xviii

Tabel VIII.

Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer Banding

Jumlah Investasi Tiap Kelompok Sediaaan Farmasi di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010 Berdasarkan Analisis Nilai

Investasi...56

Tabel IX.

Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer Banding

Jumlah Total Pemakaian Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Panti

Rapih

Yogyakarta

Tahun

2010

Berdasarkan

analisis

Nilai

Pakai...56

Tabel X.

Jumlah Item dan Persentase Jumlah Item Sediaan Farmasi

Berdasarkan Nilai Indeks Kritis untuk Pola Penyakit Hipertensi

primer

di

RS.

Panti

Rapih

Yogyakarta

tahun

2010...58

Tabel XI.

Jumlah item dan Persentase Jumlah Item Sediaan Farmasi untuk

Pola Penyakit Hipertensi Primer Banding Tiap Total Kelompok

Sediaan farmasi yang Digunakan RS. Panti Rapih Yogyakarta

Tahun

2010

Berdasarkan

Analisis

Indeks

Kritis...61

Tabel XII.

Jumlah item dan Persentase Jumlah Item Sediaan Farmasi untuk

Pola Penyakit Hipertensi Primer Banding Seluruh Sediaan Farmasi

yang Digunakan RS. Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010

Berdasarkan Analisis Indeks Kritis...61

Tabel XIII.

Perhitungan EOQ, ROP, dan SS untuk Sediaan Norvask® 5

(19)

xix

Tabel XIV.

Hasil Perhitungan Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi

Primer di RS. Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010 dengan analisis

EOQ...66

Tabel XV.

Sediaan

Farmasi

untuk

Pola

Penyakit

Hipertensi

Primer

Berdasarkan

Perbandingan

Formularium

Rumah

sakit...69

Tabel XVI.

Sediaan Farmasi untuk

Pola Penyakit

Hipertensi primer Dalam

Analisis Indeks Kritis Berdasarkan Perbandingan Formularium RS.

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2010...71

Tabel XVII.

Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer yang

Tidak Sesuai dengan Formularium RS. Panti Rapih Yogyakarta

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Daftar Sediaan Farmasi Kriteria Eksklusi...80

Lampiran 2.

Data Sediaan Farmasi RS. Panti Rapih Tahun 2010 Berdasarkan

Nilai Pakai...89

Lampiran 3.

Data Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi Primer RS.

Panti

Rapih

Tahun

2010

Berdasarkan

Nilai

Pakai...140

Lampiran 4.

Data Sediaan Farmasi RS. Panti Rapih Tahun 2010 Berdasarkan

Nilai Investasi...143

Lampiran 5.

Data Sediaan Farmasi untuk

Pola Penyakit

Hipertensi Primer RS.

Panti

Rapih

Tahun

2010

Berdasarkan

Nilai

Pakai...194

Lampiran 6.

Data Sediaan Farmasi RS. Panti Rapih Tahun 2010 Berdasarkan

Nilai Indeks Kritis...197

Lampiran 7.

Data Sediaan Farmasi untuk

Pola Penyakit

Hipertensi Primer RS.

Panti

Rapih

Tahun

2010

Berdasarkan

Nilai

Indeks

Kritis...229

Lampiran 8.

Data Sediaan Farmasi untuk

Pola Penyakit

Hipertensi Primer RS.

Panti Rapih Tahun 2010 Berdasarkan Perbandingan Formularium

RS...231

Lampiran 9. Perhitungan EOQ Sediaan Farmasi untuk Pola Penyakit Hipertensi

(21)

xxi

Lampiran 10. Daftar 10 Penyakit Terbesar di RS. Panti Rapih Yogyakarta Tahun

2010...244

(22)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Menurut UU Nomor 44 tahun 2009, Rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan

bagi

masyarakat

dengan

karateristik tersendiri

yang

dipengaruhi

oleh

perkembangan ilmu

pengetahuan

kesehatan,

kemajuan

teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Guna mewujudkan

pelayanan yang bermutu dan peningkatan derajat kesehatan, rumah sakit perlu

memberikan pelayanan yang optimal dalam segala bidang.

Perencanaan merupakan hal yang mendasar dalam menentukan jenis dan

jumlah sediaan farmasi yang diperlukan untuk pengadaan dalam suatu periode.

Menurut Khasanah (2010),

60%-70% dari seluruh pemasukan rumah sakit

berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Maka diperlukan perencanaan

logistik yang tepat untuk mencapai pelayanan yang optimal kepada pasien.

Manajemen

logistik

mempunyai

banyak

cara

untuk

menjalankan

pengelolaan dan perencanaan obat, salah satunya dengan metode analisis ABC.

Metode ini dikatakan cukup ideal karena dapat memperkirakan jenis dan jumlah

sediaan farmasi yang mendekati kebutuhan,

meningkatkan keefektifan dalam

penggunaan obat secara tepat, serta meningkatkan efisiensi biaya dalam

(23)

menjadi 3 kelompok yaitu kelompok A, kelompok B, kelompok C. Untuk lebih

meningkatkan perencanaan sediaan farmasi menjadi lebih efektif dan efisien maka

dapat dipakai metode kombinasi ABC Indeks Kritis, dimana merupakan

kombinasi analisis ABC nilai pakai dan nilai investasi. Nilai pakai berdasarkan

jumlah pemakaian dan nilai investasi berdasarkan jumlah pemakaian dikalikan

harga satuan sediaan farmasi tersebut. Sedangkan untuk lebih mengendalikan

persediaan dari hasil analisis indeks kritis maka perlu dilakukan kombinasi

dengan

Economic Order Quantity

(EOQ).

Rumah sakit menangani berbagai macam penyakit yang diderita

masyarakat. Rumah sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit swasta di

Yogyakarta yang mempunyai angka kunjungan pasien cukup tinggi. Pengadaan

sediaan farmasi di rumah sakit tersebut juga tinggi sehingga memerlukan tahap

perencanaan dan pengendalian sediaan farmasi yang tepat.

Menurut Daftar Tabulasi Data (DTD) hipertensi primer termasuk dalam 10

pola penyakit terbesar di rumah sakit Indonesia pada tahun 2010, dengan jumlah

kasus hipertensi primer pada pasien rawat inap sebesar 19.874 kasus (5,96%)

sedangkan pada pasien rawat jalan sebesar 80.615 kasus (7,06%). Di Daerah

Istimewa Yogyakarta sendiri berdasarkan STP (Sistem Survailans Terpadu),

hipertensi primer menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbesar untuk

rumah sakit di Yogyakarta pada tahun 2010. Selain itu berdasarkan dari data 10

pola penyakit terbanyak pada tahun 2010 di Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta

menunjukkan bahwa hipertensi primer berada diurutan kedua dengan jumlah

(24)

peneliti menitikberatkan pada pengadaan sediaan farmasi untuk pola penyakit

hipertensi primer dikarenakan walaupun menduduki urutan terbesar kedua, hal

ini tetap dapat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pengadaan sediaan

farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta karena

belum menerapkan metode Pareto ABC dalam tahap pengadaan obat dan masih

berdasarkan metode konsumsi sehingga dalam perencanaan sediaan farmasi

kurang efektif dan efisien. Maka pada penelitian ini peneliti melakukan analisis

kombinasi Pareto ABC dan EOQ yang bertujuan untuk mengefektifkan

pengadaan sediaan farmasi dan mengefisienkan

biaya yang dikeluarkan, serta

dapat mengendalikan persediaan dengan mengetahui jumlah dan waktu yang tepat

untuk pengadaan sediaan farmasi. Hal ini diharapkan dapat membantu tahap

perencanaan dan pengendalian sediaan farmasi secara efektif dan efisien di rumah

sakit Panti Rapih Yogyakarta serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam menyusun atau merevisi formularium rumah sakit secara tepat untuk

periode selanjutnya, sehingga rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta dapat

memberikan pelayanan yang baik untuk pasien sesuai dengan visi dan misinya.

1.

Permasalahan

a. Bagaimana nilai Pareto ABC dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi

sediaan farmasi berdasarkan pola penyakit hipertensi primer di RS Panti

Rapih Yogyakarta tahun 2010?

b. Bagaimana Nilai Indeks Kritis (NIK) sediaan farmasi berdasarkan pola

(25)

c. Bagaimana nilai (EOQ) jumlah pemesanan ekonomis, (ROP) waktu

pemesanan kembali, serta persediaan pengaman (SS) khusus untuk sediaan

farmasi pola penyakit hipertensi primer kelompok Indeks Kritis A dan B?

d. Bagaimana perbandingan antara hasil nilai indeks kritis sediaan farmasi

untuk pola hipertensi primer dengan formularium Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta?

2.

Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran dan pengetahuan penulis, penelitian tentang Analisis

Pareto ABC Indeks Kritis dan EOQ Sediaan Farmasi dengan Pola Penyakit

Hipertensi primer di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta belum pernah

dilakukan.

Beberapa penelitian yang relevan antara lain :

a.

Sari (2010) dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, berjudul

Analisis

Pareto ABC Sediaan Farmasi Puskesmas Di Kabupaten Bantul Dengan Pola

Penyakit Utama Nasofaringitis Akut Dan Hipertensi Primer Periode 2009.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai A

NP

12,69%, B

NP

16,68%, C

NP

70,63%; A

NI

22,27%, B

NI

24,61%, C

NI

53,12%; A

NIK

16,95%, B

NIK

16,67%,

C

NIK

66,38% dan terdapat 15 sediaan farmasi yang menjadi prioritas dalam

pengadaan sediaan farmasi dengan total nilai investasi 15 sediaan tersebut

adalah sebesar Rp 572.318.662,65. Perbedaan dengan penelitian ini terletak

pada tempat, periode penelitian, serta metode analisis yang dilakukan peneliti

dimana

peneliti

menambahkan

metode

EOQ,

ROP,dan

SS untuk

(26)

sakit. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu mengenai

pengelolaan sediaan farmasi menggunakan Pareto ABC dan dengan pola

penyakit tertinggi.

b.

Awaludin (2010) dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

berjudul

Analisis Sediaan Farmasi berdasarkan Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Palang Biru Kutoharjo periode tahun 2006-2008.

Hasil

penelitia menunjukkan bahwa nilai A

NP

83 item, B

NP

131 item, C

NP

499 item;

A

NI

106 item, B

NI

153 item, C

NI

454 item; Analisis VEN terdapat 74 item

kelompok vital, 508 item

kelompok

esensial, 306 item kelompok non

esensial; A

NIK

53 item, B

NIK

320 item, C

NIK

515 item serta direkomendasikan

373 item (kelompok A dan B) dari analisis NIK dalam pengadaan sediaan

farmasi. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tempat, periode

penelitian,

serta

metode

analisis

yang

dilakukan

peneliti

dimana

menambahkan

metode EOQ, ROP, SS dan perbandingan dengan

formularium rumah sakit serta tidak adanya analisis VEN pada bagian

analisis ABC Indeks Kritis yang peneliti lakukan. Persamaan dengan

penelitian yang peneliti lakukan yaitu mengenai pengelolaan sediaan farmasi

menggunakan Pareto ABC.

c.

Annisa (2008) dari Universitas Indonesia, berjudul

Pengendalian Persediaan

Obat Antibiotik Dengan Metode Analisis ABC, EOQ, dan ROP di Sub Unit

Apotik Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode Januari-Maret 2008

. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis ABC untuk obat

(27)

sebesar 4,03%. 11 item obat yang termasuk dalam kelompok A didapatkan

nilai EOQ yang bervariasi mulai dari 11-1045 unit, untuk obat kelompok B

mulai dari 1-691 unit, dan untuk obat kelompok C mulai dari 1-15 unit.

Perhitungan ROP kelompok A sebanyak 4-473 unit, kelompok B sebanyak

1-263 unit, sedangkan kelompok C dari 1-45 unit. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian pokok

yang diteliti, yaitu mengenai pengelolaan sediaan farmasi menggunakan

Pareto ABC, EOQ, dan ROP. Perbedaannya adalah pada metode analisis dan

sediaan farmasi yang digunakan. Peneliti terdahulu hanya menggunakan

analisis

ABC

untuk

obat

golongan

antibiotik.

Sedangkan

peneliti

menggunakan analisis ABC Indeks Kritis sediaan farmasi dengan pola

penyakit Hipertensi Primer.

d.

Rahayu (2011) dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, berjudul

Evaluasi Pengadaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek-Apotek Kota

Yogyakarta Periode Januari-Juni 2011 Menggunakan Analisis Pareto ABC

dan Moving Average Total

. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkiraan

jumlah pemakaian 33 sediaan kelompok A

NIK

seluruh apptek di Kota

Yogyakarta pada semester kedua, yaitu periode, yaitu periode Juli-Desember

2011 adalah sebanyak 496.128,40 dengan Calmlet

®

2 mg sebagai

item

sediaan dengan jumlah pemakaian paling banyak. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian pokok yang

diteliti, yaitu mengenai pengelolaan sediaan farmasi menggunakan Pareto

(28)

sebesar 3% dari harga satuan sediaan farmasi. Perbedaannya adalah pada

metode analisis dan sediaan farmasi yang digunakan. Peneliti terdahulu

menggunakan analisis

moving average total

serta sediaan farmasi golongan

narkotika dan psikotropika, sedangkan peneliti melakukan analisis ROP, SS

dan perbandingan dengan formularium, serta sediaan farmasi untuk hipertensi

primer.

3.

Manfaat penelitian

b.

Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai

perencanaan sediaan farmasi berdasarkan pola penyakit Hipertensi

Primer agar pengadaan sediaan di suatu rumah sakit dapat efisien serta

pemakaian obat-obat tersebut efektif sehingga meningkatkan mutu

kehidupan pasien.

c.

Manfaat praktis

1) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada apoteker dan pihak rumah sakit berdasarkan

hasil analisis

indeks kritis sediaan farmasi

dengan formularium

rumah sakit

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan perencanaan dan penyusunan formularium rumah sakit

periode selanjutnya.

2) Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

(29)

metode pengadaan persediaan yang lebih efektif dan efisien dengan

kombinasi metode

Economic Order Quantity

(EOQ).

B. Tujuan Penelitian

1.

Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk perencanaan pengadaan sediaan farmasi di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta berdasarkan analisis Pareto ABC

Indeks Kritis dan EOQ agar mendapatkan pengadaan sediaan farmasi yang

efektif dan efisien.

2.

Tujuan khusus

a.

Mengetahui nilai Pareto ABC dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi

sediaan farmasi berdasarkan pola penyakit hipertensi primer di RS Panti

Rapih Yogyakarta tahun 2010.

b.

Mengetahui Nilai Indeks Kritis (NIK) sediaan farmasi berdasarkan pola

penyakit hipertensi primer di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2010.

c.

Mengetahui jumlah pemesanan ekonomis (EOQ), waktu pemesanan

kembali (ROP) dan jumlah persediaan pengaman (

safety stock

) khusus

untuk sediaan farmasi berdasarkan pola penyakit hipertensi primer dalam

kelompok Indeks Kritis A dan B.

d.

Mengetahui perbandingan hasil nilai indeks kritis sediaan farmasi

berdasarkan pola penyakit hipertensi primer dengan Formularium Rumah

(30)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1.

Definisi

Menurut UU Nomor 44 tahun 2009 menyatakan bahwa Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

2.

Tugas dan Fungsi rumah sakit

Rumah

sakit

mempunyai

tugas

memberikan

pelayanan

kesehatan

perorangan secara paripurna. Dimana pelayanan kesehatan perorangan maksudnya

yaitu setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, dan memulihkan kesehatan.

Dalam menjalankan tugasnya, rumah sakit memniliki fungsi antara lain :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

(31)

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

(Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2009a).

3.

Klasifikasi rumah sakit

Menurut Permenkes No.340 tahun 2010, klasifikasi rumah sakit adalah

pengelompokkan kelas rumah sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayananan. Klasifikasi rumah Sakit ditetapkan berdasarkan : Pelayanan, sumber

daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana, administrasi dan manajemen.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum

diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

1. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 5 (lima)Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,

12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas)

Pelayanan Medik Sub Spesialis.

2. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

pelayanan.

3. Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Menteri.

(32)

5. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

1. Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua)

Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

2. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

pelayanan.

3. Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Menteri.

4. Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

5. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

1. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik.

2. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

(33)

3. Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Menteri.

4. Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

5. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

1. Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik

Spesialis Dasar.

2. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat

pelayanan.

3. Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Menteri.

4. Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

5. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana.

(Departemen Kesehatan RI, 2010c).

4.

Tujuan pelayanan farmasi rumah sakit

Farmasi rumah sakit yang baik dapat meningkatkan tujuan pelayanan

farmasi, dan tujuan pelayanan farmasi rumah sakit itu meliputi :

a.

Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalamkeadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun

(34)

b.

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.

d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,telaah dan evaluasi

pelayanan.

f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan.

g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

(Departemen Kesehatan RI, 2004a).

5.

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Titik awal berdirinya RS Panti Rapih adalah dibentuknya yayasan “Onder

de Bogen” atau dalam bahasa Belanda

Onder de Bogen Stichting

oleh pengurus

Gereja Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1927. Peletakan batu pertama

pembangunan fisik rumah sakit dilakukan oleh Ny. C.T.M. Schmutzer van

Rijckevorsel pada tanggal 14 September 1928.

Rumah Sakit Panti Rapih dibuka secara resmi pada 14 Septenber 1929

oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit “Onder de

Bogen” kemudian pada tahun 1942, Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ, memberikan

nama baru yaitu Rumah Sakit Panti Rapih.

Rumah Sakit Panti Rapih artinya adalah rumah penyembuhan dengan

(35)

inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan kepada siapa saja

secara profesional dan penuh kasih dalam suasana syukur kepada Tuhan”.

Misi yang dipumyai oleh RS. Panti Rapih Yogyakarta antara lain :

a.

Rumah

Sakit

Panti

Rapih

menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan

menyeluruh secara ramah, adil, profesional, ikhlas, dan hormat dalam

semangat iman Katolik yang gigih membela hak hidup insani dan berpihak

kepada yang berkekurangan.

b.

Rumah Sakit Panti Rapih memandang karyawan sebagai mitra karya dengan

memberdayakan mereka untuk mendukung kualitas kerja demi kepuasan

pasien dan keluarganya, dan dengan mewajibkan diri menyelenggarakan

kesejahteraan karyawan secara terbuka, proporsional, adil, dan merata sesuai

dengan perkembangan dan kemampuan.

Berdasarkan tingkat klasifikasi, Rumah Sakit Panti termasuk Rumah Sakit

kelas B karena memiliki 370 tempat tidur dan tingkat pelayanan yang ada antara

lain:

a. Pelayanan Medik Umum yang terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,

Pelayanan

Medik

Mulut

dan

Gigi,

Pelayanan

Kesehatan

Ibu

Anak/Keluarga Berencana.

b. Pelayanan Medik Spesialis Dasar yangi terdiri dari Pelayanan Spesialis

Bedah Umum, Spesialis Anak, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dan

Spesialis Penyakit Dalam;

c. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yang terdiri dari Pelayanan

(36)

Imaging

/MRI), Rehabilitasi Medik, Hematologi Klinis, Kimia Klinik,

Urinalisa dan Patologi Anatomi;

d. Pelayanan Medik Spesialis Lainnya yang terdiri dari Pelayanan Spesialis

Mata, Spesialis THT, Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Jantung dan

Pembuluh Darah, Spesialis Kulit, Spesialis Psikiatri, Spesialis Paru dan

Asma, Spesialis Bedah Tulang, Spesialis Bedah Urologi, Spesialis Bedah

Saraf, Spesialis Bedah Plastik, Spesialis Saluran Cerna;

e. Pelayanan Medik Subspesialis Dasar yang terdiri dari Spesialis Bedah

Digesti, Spesialis Bedah Thorax, Spesialis Penyakit Darah, Spesialis

Bedah Anak

(Panti Rapih, 2012).

6.

Formularium Rumah Sakit

Formularium Rumah Sakit adalah dokumen berisi kumpulan produk obat

yang dipilih PFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaa obat

tersebut, serta kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah

sakit tersebut. Formularium ini harus terus menerus direvisi agar selalu

akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf operasional pelayan kesehatan,

berdasrkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf

medik rumah sakit tersebut (Siregar dan Amalia, 2004).

Penerapan sistem formularium rumah sakit memberikan kegunaan penting

bagi rumah sakit, antara lain :

1. Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam

(37)

2. Sebagai bahan edukasi bagi staf tentang terapi obat yang tepat.

3. Memberi rasio manfaat-biaya tertinggi, bukan hanya sekedar pengurangan

harga.

(Siregar dan Amalia, 2004).

Formularium yang dimiliki RS. Panti Rapih disusun oleh Panitia Farmasi

dan Terapi setiap dua tahun sekali. Sediaan farmasi disusun dalam bentuk tabel

dan diklasifikasikan berdasarkan golongan obat. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan formularium periode 2008-2011 (Panti Rapih,2012).

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1.

Definisi

Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu unit di rumah sakit dan

merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan semua fungsi pekerjaan

kefarmasian

yang

mengelola

semua

aspek

obat

mulai

dari

produksi,

pengembangan, pelayanan farmasi untuk pasien, profesional kesehatan dan

program rumah sakit (Siregar dan Kumolosasi, 2006).

2.

Instalasi farmasi Rumah Sakit Panti Rapih

Secara umum Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Panti Rapih dibedakan

menjadi 2, yaitu instalasi farmasi rawat jalan dan instalasi farmasi rawat inap yang

semuanya melayani 24 jam. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih dipimpin

oleh seorang Apoteker selaku Kepala Instalasi Farmasi, yang merupakan bagian

dari Bidang Penunjang Medik di bawah pimpinan Direktur Pelayanan Medik.

(38)

lain:

Pelayanan

IGD,

pelayanan

rawat

inap

intensif,

pelayanan

rawat

inap,pelayanan rawat jalan, penyimpanan dan pendistribusian, dan produksi obat.

Tenaga pelayanan pada Instalasi Farmasi di RS. Panti Rapih ada 61 orang,

terdiri dari: 11 apoteker, 39 asisten pendamping apoteker, dan 11 staf

administrasi. Standar pelayanan di instalasi farmasi RS. Panti Rapih mengacu

pada keputusan Menkes No.1197 tahun 2004. Pemberian obat yang rasional,

efektif dan efisien menjadi tujuan layanan farmasi Rumah Sakit Panti Rapih

(Panti Rapih, 2012).

3.

Tujuan instalasi farmasi rumah sakit

Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah mengadakan, melaksanakan

fungsi, dan pelayanan farmasi yang langsung serta bertanggung jawab dalam

mencapai hasil (

outcomes

) yang pasti, guna meningkatkan mutu kehidupan

individu pasien dan anggota masyarakat (Siregar dan Kumolosasi, 2006).

4.

Tugas dan fungsi instalasi farmasi rumah sakit

Berdasarkan Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit yang dikeluarkan

oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004,

tugas dari instalasi farmasi rumah sakit antara lain :

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk

(39)

f. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

h. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

i. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit

Fungsi dari Insatalasi Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

1)

Pengelolaan Perbekalan Farmasi, antara lain :

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

c.

Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

2)

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan, antara

lain :

(40)

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan.

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan

e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga

f.

Memberi konseling kepada pasien/keluarga

g. Melakukan pencampuran obat suntik

h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral

i.

Melakukan penanganan obat kanker

j.

Melakukan penentuan kadar obat dalam darah

k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan dan melaporkan kegiatan

(Departemen Kesehatan RI, 2004a).

C. Apoteker

1.

Definisi apoteker

Menurut PP 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 5 tentang Pekejaan Kefarmasian,

menyatakan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai

Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Dewan Perwakilan

Rakyat RI, 2009b).

Apoteker merupakan penghubung antara staf medis dan bagian farmasi

dengan bagian pembelian RS untuk menjamin bahwa pasien akan menerima

(41)

melaksanakan pengawasan terhadap persediaan obat-obatan secara maksimal

(Seto, dkk, 2008).

2.

Standar kompetensi apoteker

a.

Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik

b.

Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan

farmasi

c.

Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan

d.

Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat

kesehatan sesuai standar yang berlaku

e.

Mempunyai keterampilan komunikasi dalam pemberian

informasi

sediaan farmasi dan alat kesehatan

f.

Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan

masyarakat

g.

Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar

yang berlaku

h.

Mempunyai ketrampilan organisasi dan mampu membangun hubungan

interpersonal dalam melakukan praktik profesionai kefarmasian

i.

Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berhubungan dengan kefarmasian

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2011).

3.

Tugas apoteker

Berdasarkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Praktik

kefarmasiaan

(42)

kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimana

meliputi

pembuatan termasuk

pengendalian

mutu

sediaan

farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan

obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,

bahan obat dan obat tradisional (Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2009b).

4.

Tanggung jawab apoteker di rumah sakit

Tanggung jawab Apoteker di rumah sakit, antara lain :

a. Mengawasi pembuatan obat-obat yang digunakan di rumah sakit

b. Menyediakan dan mengawasi akan kebutuhan obat dan suplay obat ke

bagian-bagian.

c. Menyelenggarakan sistem pencatatan dan pembukuan yang baik

d. Merencanakan, mengorganisasi, menentukan kebijakan apotek rumah sakit

e. Memberikan informasi mengenai obat (konsultan obat) kepada dokter dan

perawat

f. Merawat fasilitas apotek rumah sakit

g. Ikut memberikan program pendidikan dan training kepada perawat

h. Melaksanakan keputusan komisi farmasi dan terapi

(Anief, 2005).

D. Sediaan Farmasi

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

(43)

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Dewan Perwakilan Rakyat

RI, 2009c).

Obat yang digunakan oleh RS. Panti Rapih Yogyakarta meliputi :

1.

Obat generik

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan (pasal 40 ayat 6), yang dimaksud dengan obat generik adalah obat

yang menggunakan nama

Internasional Non Propertery Name (INN)

dan

penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.

2.

Obat Askes

Obat ini merupakan obat-obat yang

diresepkan untuk peserta Askes dan

termasuk dalam Daftar dan Plaflon Harga Obat (DPHO) PT. Askes. DPHO

adalah daftar obat dengan nama generik dan atau nama lain yang diberikan

oleh pabrik yang memproduksinya serta daftar harganya. Menurut Keputusan

Direksi PT. Askes Nomor. 500/Kep/ 2009, DPHO merupakan pedoman

dalam penyediaan dan pemberian obat-obatan bagi peserta PT. Askes

(Persero) untuk pelayanan tingkat pertama di Dokter Keluarga dan pelayanan

tingkat lanjutan, baik rawat jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit.

3. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang

Menurut Permenkes Nomor 68 tahun 2010 (pasal 1 ayat 3), yang dimaksud

dengan obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik yang

(44)

E. Hipertensi Primer

Pada umumnya dikenal dua jenis hipertensi yaitu hipertensi primer dan

sekunder. Hipertensi primer adalah peningkatan persistensi tekanan arteri karena

ketidakteraturan mekanisme kontrol tubuh yang normal. Faktor-faktor yang

berperan dalam timbulnya hipertensi model ini antara lain: kelebihan asupan

garam

atau

rusaknya

kemampuan

ginjal

dalam

mengeluarkan

garam,

hiperaktifnya sistem saraf simpatis atau tidak sensitifnya ujung saraf sensoris

arteri utama leher (

Carotid baroreceptor

) sehingga tubuh kurang responsif

terhadap perubahan volume darah atau naiknya level natrium dan kalsium

antarselular, yang berakibat meningkatnya tegangan otot halus. Sedangkan untuk

hipertensi sekunder berkaitan dengan berbagai penyakit seperti kelainan ginjal,

kelainan sistem saraf pusat, penyakit endokrin dan penyakit vaskuler (Mambo,

2010)

Menurut JNC 7 klasifikasi tekanan darah untuk dewasa (≥ 18 tahun) dapat

dibedakan menjadi 4 klasifikasi.

Tabel I. Klasifikasi Untuk Hipertensi Primer Berdasarkan Tekanan Darah

Klasifikasi

Tekanan darah sistolik

(mm Hg)

Tekanan darah

diastolik (mm Hg)

Normal

< 120

< 80

Prehipertensi

120-139

80-89

Hipertensi stage 1

140-159

90-99

(45)

Tabel II. Terapi farmakologi untuk hipertensi primer menurut JNC VII

Golongan

Nama Obat

(Zat Aktif)

Diuretik Thiazid 1. Klorothiazid 2. Klortalidon

ACEI 1. Benazepril

2. Captopril

ARB 1. Candesartan

2. Eprosartan

1. Diltiazem extended release 2. Diltiazem extended release 3. Verapamil immediate

release

4. Verapamil long acting 5. Verapamil

4. Nikardipin sustained release

5. Nifedipin long acting 6. Nisoldipin

BB 1. Atenolol

2. betaxolol 3. bisoprolol 4. metoprolol

5. metoprolol extended release

6. nadolol 7. propranolol

(46)

Tabel III. Terapi kombinasi farmakologi untuk hipertensi primer menurut

JNC VII

Golongan Nama Obat

(Zat Aktif)

Dosis (mg) Frekuensi

Pemakaian

(5/6.25, 10/12.5, 20/12.5, 20/25) (25/15, 25/25, 50/15, 50/25) (5/12.5, 10/25)

(10/12.5, 20/12.5) (10/12.5, 20/12.5, 20/25) (7.5/12.5, 15/25)

(2.5/6.25, 5/6.25, 10/6.25)

(50/25, 100/25)

(2.5/10, 5/10, 5/20, 10/20)

(5/5)

(2/180, 1/240, 2/240, 4/240) 1 5. Olmesartan

medoxomil-hydrochlorothiazide (20/12.5, 40/12.5, 40/25)

(40/12.5, 80/12.5)

(80/12.5, 160/12.5, 160/25)

1

1. ACEI (Angiostensin Converting Enzyme Inhibitors)/ Penghambat ACE

2. ARB (Angiotensin Receptor Blocker)/Penghambat reseptor angiotensin

3. CCB (Calcium Channel Blocker)/ Penghambat Kalsium

4. BB (Beta Blocker)/ Penghambat reseptor beta

(Chobanian,dkk., 2004).

F. Manajemen Farmasi

1.

Manajemen logistik

Manajemen logistik merupakan kegiatan manajemen yang bertujuan untuk

(47)

jasa. Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam

material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, dan dengan total biaya

yang terendah (Aditama, 2010).

2.

Manajemen perencanaan

Perencanaan

merupakan

suatu

dasar

yang

utama

dalam

lingkup

manajemen, dimana pada tahap ini dilakukan analisis situasi sekarang,

mempirakan kebutuhan, menetapkan tujuan, dan menentukan obyek dan target,

stategi, tanggung jawab, serta sumber yang dibutuhkan untuk mendapatkan obyek

atau tujuan tersebut (Quick,dkk.,1997).

Perencanaan sebagai suatu proses adalah suatu cara yang sistematis untuk

menjalankan suatu pekerjaan.Perencanaan terdiri atas aktivitas yang dioperasikan

oleh seorang pimpinan, antara lain :

a.

Prakiraan

b.

Penetapan tujuan

c.

Pemograman dan penjadwalan

d.

Penganggaran

e.

Pengembangan prosedur

f.

Penetapan dan interpretasi kebijakan

(Siswanto, 2010).

Di dalam metode perencanaan sediaan

ada dua macam metode yang

dikenal untuk menyusun jumlah masing-masing item sediaan yaitu metode

morbiditas dan metode konsumsi. Metode morbiditas didasarkan pada dua data

(48)

dengan rata-rata standar terapi. Sedangkan metode konsumsi (retrospektif) dibuat

berdasarkan atas data konsumsi perbekalan farmasi (obat) pada periode

sebelumnya (Zulfikarijah, 2005).

3.

Manajemen persediaan

Persediaan (

inventory

) merupakan sejumlah bahan yang disediakan oleh

produsen, baik berupa bahan jadi, bahan mentah, maupun bahan dalam proses

yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi produksi guna memenuhi

permintaan konsumen setiap saat.

Keuntungan memiliki persediaan yang cukup antara lain :

1) Adanya kesempatan untuk menjual sediaan

2) Memungkinkan mendapatkan potongan

3) Biaya pemesanan dapat diketahui

4) Menjamin kelancaran proses produksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan, yaitu :

1) Volume penjualan

2) Jangka waktu proses produksi

3) Daya tahan/faktor mode produk akhir

Manajemen

persediaan

(

inventory

control

)

adalah

kegiatan

untuk

menentukan jumlah dan komposisi persediaan sehingga produsen dapat

melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan

pembelanjaan produsen dapat efektif dan efisien, termasuk pengaturan dan

(49)

dan waktu yang dibutuhkan, dengan biaya yang serendah-rendahnya (Margaretha,

2011).

Prinsip manajemen persediaan adalah adanya penentuan jumlah dan jenis

barang yang disimpan sehingga dapat selalu memenuhi kebutuhan, tetapi di lain

pihak harus dijaga agar biaya investasi yang timbul dari penyediaan barang

tersebut seminimal mungkin. Prinsip tersebut menandakan bahwa pengelolaan

sediaan harus berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Efektif berarti

dapat menjamin pemenuhan kebutuhan sediaan, sedangkan efisien berarti dapat

menekan persediaan sampai ke tingkat minimum penggunaan (Indrajit dan

Djokopranoto, 2003).

Manajemen farmasi di RS. Panti Rapih dalam metode perencanannya

masih menggunakan metode konsumsi, dimana perencanaan dan pengadaan

sediaan farmasi berdasarkan pada data tahun sebelumnya (Panti Rapih,2011).

G. Analisis ABC

(Always, Better, Control)

Konsep Pareto ditemukan oleh Vilfredo Pareto yang menemukan bahwa

hanya sedikit sekali individu yang secara ekonomi memperoleh pendapatan

terbaik. Hal ini juga terjadi pada perusahaan dimana hanya sedikit sekali barang

yang laku dijual. Penemuannya ini diaplikasikan dalam manajemen persediaan

yang disebut dengan ABC analisis atau yang disebut dengan prinsip Pareto

(Zulfikarijah, 2005).

Dalam analisis ABC terdapat tiga klasifikasi yang sering kali disebut

dengan hukum 80-20 yaitu A, B, dan C yang didasarkan pada volume dollar

(50)

persediaan dengan biaya per unit. Persediaan tipe A berisi 20% dari total

persediaan dengan biaya total persediaan 70%-80%, persediaan tipe B berisi 30%

dari total persediaan dengan biaya total persediaan 15%-20%, persediaan tipe C

berisi 50% dari total item dengan biaya total persediaan 5% (Zulfikarijah, 2005).

Teori analisis ABC dalam penyediaan obat dapat digunakan untuk:

1. Menentukan frekuensi permintaan item obat, karena dengan memesan item

obat kelompok A lebih sering dan dalam jumlah yang sedikit akan mengurangi

biaya inventoris.

2. Mencari sumber item kelompok A dengan harga yang lebih murah.

3. Memonitor status permintaan item untuk mencegah terjadinya kekurangan item

yang mendadak yang berakibat pada keharusan pembayaran darurat yang

biasanya lebih mahal.

4. Memonitor prioritas penyediaan agar sesuai dengan prioritas sistem kesehatan

yang menunjukkan jenis obat yang sering digunakan.

5. Membandingkan biaya aktual dan terencana.

(Quick,dkk., 1997).

Teori analisis ABC dalam distribusi dan manajemen inventori sediaan

farmasi dapat digunakan untuk:

1. Menentukan waktu paruh sediaan. Sebaiknya dilakukan pengawasan khusus

pada sediaan yang masuk dalam kelompok A untuk meminimalkan sediaan

yang terbuang.

2. Menentukan jadwal pengiriman sediaan.

(51)

dalam jumlah yang lebih sedikit untuk sediaan yang masuk dalam kelompok A.

4. Dengan melakukan kontrol yang ketat terhadap pemasukan dan pengeluaran

sediaan yang masuk dalam kelompok A dapat meminimalkan terbuangnya

sediaan dan sediaan yang hilang akibat pencurian (Quick, dkk., 1997).

Analisis ABC dapat diterapkan pada periode tahunan, periode lebih

singkat, atau dalam jangka waktu dilakukannya tender. Langkah-langkah dalam

analisis ABC yaitu:

1. Mendata semua item yang dibeli atau dikonsumsi dan memasukkannya ke

dalam unit biaya

2. Memasukkan kuantitas konsumsi selama satu periode

3. Menghitung nilai konsumsi lalu menghitung persentase nilai total setiap item

5. Menyusun kembali daftar berurutan dari total nilai yang paling tinggi

6. Menghitung persentase kumulatif nilai total untuk setiap item

7. Memilih point

cut-off

atau batasan (range persentase) untuk obat kelompok A,

B, dan C

8. Menyajikan data dalam bentuk grafik

(Quick, dkk., 1997).

H.

EOQ

(Economic Order Quantity)

Pada tahun 1915 FW. Harris mengembangkan rumus yang cukup terkenal

yaitu

Economic Order Quantity

(EOQ). Walaupun EOQ merupakan teknik

penentuan persediaan yang tertua, namun EOQ dengan variasinya masih banyak

digunakan oleh perusahaan untuk permintaan independent dalam manajemen

(52)

Pada saat biaya meningkat seperti halnya adanya persediaan yang

meningkat dan yang lainnya menurun, maka keputusan ukuran pemesanan terbaik

jarang terjadi. Ukuran lot terbaik akan menghasilkan persediaan yang secukupnya

agar terjadi pengurangan beberapa biaya, karena dengan jumlah persediaan yang

besar akan memunculkan biaya penyimpanan yang cukup besar pula. Maka perlu

dibuat keputusan dalam menghadapi biaya yang saling bertentangan, dan model

EOQ dapat membantu mencapai keputusan dalam kondisi tersebut ( Zulfikarijah,

2005).

EOQ merupakan jumlah unit barang atau bahan yang harus dipesan setiap

kali

mengadakan

pemesanan.

Dimana

tujuan

dari

metode

EOQ

untuk

meminimalkan total biaya persediaan tahunan (Margaretha, 2011).

Model EOQ dapat digunakan dalam menentukkan persediaan dengan syarat

memenuhi asumsi dibawah ini :

1. Tingkat penggunaan seragam dan diketahui (permintaannya konstan).

2. Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak ada diskon).

3. Semua pesanan dikirim pada waktu yang sama (tidak dalam kondisi back

order).

4.

Lead time

konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat pada

saat persediaan habis (minimal persediaan nol atau tidak terjadi

stockout

/kehabisan persediaan).

5. Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan produk

(53)

6. Biaya penempatan dan penerimaan pesanan diabaikan untuk sejumlah

pesanan.

7. Struktur biaya khusus digunakan dengan cara : biaya item unit konstan dan

tidak ada diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Biaya penyimpan

persediaan memiliki fungsi linier untuk sejumlah item (tidak ada skala

ekonomi dan biaya penyimpanan)

( Zulfikarijah, 2005).

Reorder Point

(ROP) merupakan saat dimana pemesanan harus dilakukan

lagi untuk mengisi persediaan. Dalam hal ini

lead time

dapat memberikan

pengaruh pada ROP, dimana

lead time

adalah waktu yang diperlukan sejak

dimulainya

pelaksanaan

usaha-usaha

yang

diperlukan

untuk

memesan

barang/bahan sampai barang/bahan tersebut diterima konsumen (Margaretha,

2010).

Apabila tingkat pemesanan kembali lebih besar daripada persediaan

maksimum maka perlu diperhatikan, hal ini disebabkan oleh

lead time

yang

terlalu lama atau tidak diketahuinya dengan pasti tingkat permintaan dan lead

time. Ada 4 alasan yang menyebabkan dilakukan titik pemesanan kembali, yaitu:

tingkat permintaan,

lead time

, adanya permintaan dan

lead time

yang beragam,

tingkat resiko kehabisan stock yang akan diterima manajemen (Zulfikarijah,

2005).

Safety stock

(SS) merupakan persediaan pengaman yang digunakan untuk

menutup permintaan apabila terjadi lonjakan permintaan pada barang/bahan yang

Gambar

Gambar 2Diagram Batang Persentase Jumlah Item dan Persentase Jumlah
Gambar 8Grafik Hasil Perhitungan ROP dan SS.............................................66
Tabel I.Klasifikasi
Tabel X.Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem hidrolik ialah semua komponen yang ada oil hidrolik didalamnya, dari mulai pompa hidrolik sampai dengan motor hidrolik yang terdapat pada roda depan

Pencapaian yang optimis tersebut tentunya didukung dengan asumsi yang kuat baik kondisi perekonomian domestik maupun kondisi eksternal, termasuk di dalamnya harapan yang besar

PR : dalam pelaksanaan UN CBT resmi yang dilakukan itu ya penyiapan komputer, sistem, ruang ujian dan pembagian tugas panitia seperti pengawas dan teknisi. AN :

(2) Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Radio Siaran Pemerintah Kabupaten Swara Murung Raya FM atau disingkat SMURA FMa. Pasal

Bila dibandingkan dengan persentase kebuntingan dengan metode Ovsynch (64,71%) penggunaan GnRH ke-2 untuk induksi ovulasi juga tidak berbeda nyata (P &gt;

Ternak kambing yang lebih dari satu kali melahirkan dan pada setiap kelahiran memiliki anak kembar adalah hasil dari ovulasi ganda atau lebih, menyebabkan kandungan

Di dalam makalah ini akan dianalisis osilasi curah hujan musiman dan tahunan menggunakan transformasi wavelet untuk beberapa daerah di Sumatra Barat, yaitu

Pada tahap ini, output software LINGO dan hasil dari model Algoritma Genetik dianalisis untuk melihat apakah model dapat membantu pihak perusahaan dalam meminimasi