• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BATU BARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BATU BARA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

5.1. RTRW KABUPATEN BATU BARA

5.1.1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

Tujuan umum penataan ruang; sesuai dengan amanah Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, adalah :

1) Aman : Masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman;

2) Nyaman : Memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan nilai - nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan damai;

3) Produktif : Proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing;

4) Berkelanjutan : Kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.

Atas dasar hal tersebut, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara 2011 – 2031 dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta mendukung terwujudnya strategi dan kebijakan pembangunan kabupaten untuk 20 tahun mendatang. Perumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Batu Bara diselaraskan dengan visi kabupaten, yaitu: Kabupaten Batu Bara Sejahtera Berjaya. Visi ini bermakna mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan mapan dengan mengandalkan potensi sumberdaya lokal.

Merujuk pada visi kabupaten tersebut, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Batu Bara yang dirumuskan adalah :

Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Batu Bara sebagai kawasan

investasi maju yang berbasis sektor agro, industri, jasa pelabuhan dan hasil laut yang unggul, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dalam rangka mewujudkan kemandirian kabupaten.

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Batu Bara dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bab.

5

(2)

Kebijakan 1 : Pengembangan Kegiatan berbasis Agro dalam Arti Luas, Perikanan serta kegiatan jasa pelabuhan dan perdagangan sebagai Basis Perekonomian Wilayah di Masa Datang;

Strategi :

1) Mengembangkan sentra - sentra kegiatan perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan ;

2) Pengembangan obyek wisata potensial;

3) Mengembangkan kegiatan industri pengolahan; dan

4) Mengembangkan pusat perdagangan regional yang didukung kegiatan jasa pelabuhan, dalam rangka meningkatkan nilai tambah ekonomi, daya saing dan memperkuat basis perekonomian wilayah.

Kebijakan 2 : Pelestarian dan Pengembangan Potensi Sumber Daya Alam secara Optimal sesuai Daya Dukung Wilayah;

Strategi :

1) Mengamankan dan melestarikan kawasan hutan bakau/mangrove dari dampak negatif pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara ;

2) Mengendalikan alih fungsi lahan; dan

3) Mempertahankan lahan irigasi teknis Bahbolon sebagai potensi ketahanan pangan regional;

Kebijakan 3 : Pengembangan Sistem Perkotaan yang Efisien, Efektif, Rasional serta terintegrasi untuk Meningkatkan Kegiatan Sosial-Ekonomi Masyarakat dan Pelayanan Publik;

Strategi :

1) Mengembangkan pusat - pusat perkotaan baru dibagian Utara Kabupaten Batu Bara (Tanjung Tiram, Perupuk, Kuala Tanjung dan Pangkalan Dodek) untuk mendorong perkembangan pembangunan kawasan pesisir yang masih terisolir;

2) Mengembangkan pusat-pusat perkotaan dengan pendekatan cluster kegiatan ekonomi wilayah;

3) Mengembangkan kawasan perkotaan Lima Puluh dan Perupuk dikawasan pesisir dan bagian Tengah Kabupaten Batu Bara secara terpadu. Kawasan perkotaan Lima Puluh difungsikan sebagai pusat perdagangan berskala Kecamatan dan kawasan Perupuk sebagai pusat pemerintahan kabupaten;

4) Mengembangkan kawasan industri Kuala Tanjung dan pelabuhan Pengumpan nasional dan regional yang terintegrasi dengan kawasan industri Sei Mangke;

5) Mengembangkan Kawasan Perkotaan Indrapura dibagian Timur Kabupaten Batu Bara sebagai bagian dari kawasan koridor ekonomi Sumatera dan Koridor Ekonomi Kuala Tanjung - Sei Mangke; dan

(3)

Kebijakan 4 : Pembangunan Sistem Jaringan Sarana Prasarana Wilayah secara Terpadu dan Berkelanjutan untuk Mendukung Kegiatan Sosial-Ekonomi Masyarakat dan Pelayanan Publik ;

Strategi :

1) Membangun sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi secara terpadu inter moda (jalan, terminal regional, kereta api dan pelabuhan pengumpan nasional dan regional) dengan tetap memperhatikan daya dukung wilayah ;

2) Mengembangkan dan membangun jaringan jalan untuk mendorong perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi di kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara dan terkoneksi ke kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung;

3) Mengembangkan jalur kereta api yang menghubungkan kantong - kantong produksi diwilayah Kabupaten Batu Bara dan sekitarnya ke kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung;

4) Membangun prasarana energi dan sistem jaringan distribusi untuk meningkatkan kapasitas, jangkauan dan kualitas layanan energi listrik secara berkelanjutan di kawasan industri Kuala Tanjung, kawasan perkotaan Lima Puluh dan kawasan perkotaan disekitarnya;

5) Membangun sistem prasarana pengolahan air bersih dan sistem jaringan distribusi untuk meningkatkan kapasitas sediaan, jangkauan, dan kualitas layanan air bersih secara berkelanjutan di kawasan perkotaan dan perdesaan; dan

6) Membangun sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu, yang melayani kawasan perkotaan

7) Membangun dan meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi (terestrial dan satelit) di kawasan perkotaan dan perdesaan untuk meningkatkan akses informasi bagi masyarakat;

Kebijakan 5 : Peningkatan Upaya - Upaya Pengamanan Wilayah terhadap Potensi Bencana Alam melalui Penyelenggaraan Kegiatan Pembangunan dan Penataan Ruang Wilayah yang Berwawasan Mitigasi Bencana.

Strategi :

1) Mengendalikan pembangunan kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan perairan Selat Malaka dalam rangka mengantisipasi terjadinya bencana abrasi ; dan

2) Mengantisipasi terjadinya bencana banjir di wilayah Kabupaten Batu Bara, melalui pengamanan dan pelestarian kawasan hutan bakau/mangrove .

3) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait rencana pengelolaan mitigasi bencana

Kebijakan 6:Peningkatan Fungsi Kawasan Untuk Pertahanan dan Keamanan Negara

Strategi :

(4)

keamanan

2) Mengembangkan.kawasan budi daya secara selektif didalam dan disekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan

3) Mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagai zona penyangga.

5.1.2. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Batu Bara disusun dengan mempertimbangkan hal - hal, sebagai berikut :

1. Posisi geografis kabupaten Batu Bara pada Koridor Ekonomi Sumatera (NAD, Medan, Dumai, Pekan baru, Jambi, Palembang dan Lampung) telah menimbulkan dampak positif terhadap percepatan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi, khususnya pada kawasan perkotaan Indrapura, Sei Suka dan Lima Puluh.

2. Kecenderungan perkembangan pusat - pusat perkotaan eksisiting diwilayah Kabupaten Batu Bara sebagai kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara, antara lain: Perkotaan Indrapura, Lima Puluh, Tanjung Tiram, Sei Balai, Sei Suka dan Pangkalan Dodek.

3. Kawasan Perupuk di pesisir Batu Bara yang dipromosikan sebagai kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Batu Bara. Kondisi eksisting Kawasan Perupuk ini merupakan kawasan permukiman nelayan yang berciri arsitektur tradisional Melayu. Pengembangan kawasan pusat pemerintahan kabupaten Batu Bara direncanakan tetap mempertahankan ciri arsitektur tradisional Melayu

4. Keberadaan kawasan industri Kuala Tanjung sebagai bagian dari kawasan industri di Provinsi Sumatera Utara yang dapat mendorong tumbuhnya pusat - pusat perkotaan baru di kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara. Di Kawasan Industri Kuala Tanjung saat ini sudah terdapat kegiatan Industri Pengolahan Alumunium (Inalum), Pengolahan Minyak Goreng Sania (PT. Multimas Nabati Asahan) dan Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (PT. Domba Mas, PT. Dairi Prima, dan PT. AAAA). Kawasan Kuala Tanjung akan didukung prasarana pelabuhan pengumpan nasional dan regional dan jalur kereta api. Dalam jangka panjang, Kawasan Kuala Tanjung akan didorong fungsinya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

5. Sebaran potensi sumberdaya alam dan kantong - kantong produksi (perkebunan, pertanian dan perikanan tangkap dan budidaya) serta dukungan pengembangan industri berbasis pertanian dan pelabuhan, sebagai dasar pengembangan basis ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara yang maju dan memiliki keunggulan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara;

6. Daya dukung wilayah darat, pesisir dan laut dan pulau - pulau kecil;

(5)

berbatasan, antara lain: Kabupaten Simalungun (khususnya kawasan Sei Mangkei), kabupaten Asahan dan Serdang Bedagai;

8. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara (2008 - 2028);

9. Rencana sistem transportasi darat dan laut (intermoda) yang terpadu dan terintegrasi.

10. Rencana pengembangan jalan Tol Medan-Tebing Tinggi-Kualanamu (Bandar Udara Medan) yang akan mempengaruhi percepatan pembangunan ekonomi wilayah kabupaten Batu Bara bagian Timur.

Rencana struktur ruang ini ditujukan untuk mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi wilayah dan membuka daerah terisolasi serta memperkuat interaksi dan fungsi kawasan perkotaan secara berjenjang (PKW, PKL, PPK dan PPL) yang didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang lebih baik dan lengkap.

Dalam konteks lokal, rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Batu Bara ditujukan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan ekonomi, membuka daerah terisolasi khususnya pada kawasan pesisir Kabupaten Batu Bara, melalui pembentukan sistem cluster ekonomi dalam satu koridor pengembangan wilayah yang terintegrasi. Wilayah kabupaten Batu Bara direncanakan dalam 9 Cluster ekonomi yang mencakup (Gambar 3.1):

1. Cluster Indrapura, sebagai pusat orientasi pengembangan wilayah Kabupaten Batu Bara bagian Timur. Cluster ini memiliki potensi kegiatan pertanian/agribisnis yang didukung dengan prasarana pengairan Bobolon dan pusat permukiman perkotaan serta kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional;

2. Cluster Kuala Tanjung, sebagai kawasan industri dan pelabuhan pengumpan nasional dan regional memiliki peluang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kawasan ini memiliki peran strategis dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara bagian Utara/kawasan pesisir. Cluster Kuala Tanjung dan Indrapura dikembangkan dalam satu koridor ekonomi;

3. Cluster Sei Suka, sebagai kawasan pertanian/agribisnis dan permukiman perkotaan serta perdagangan dan jasa yang tumbuh dalam satu koridor dengan cluster Indrapura;

4. Cluster Medang Deras - Pangkalan Dodek, berpotensi sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap dan budidaya (pola minapolitan) dengan komoditi utamanya : udang, kepiting dan pengolahan ikan asin;

5. Cluster Air Putih, sebagai sentra pertanian/agribisnis dalam arti luas;

(6)

7. Cluster Perupuk, direncanakan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Batu Bara dan permukiman nelayan yang diperkuat dengan ciri arsitektur tradisional Melayu. Cluster Perupuk terletak di Kabupaten Batu Bara bagian Utara/Pesisir. Untuk memberikan pelayanan optimal, maka cluster Perupuk harus mudah dicapai dari pusat-pusat permukiman diwilayah Kabupaten Batu Bara;

8. Cluster Tanjung Tiram, sebagai sentra pengembangan perikanan, perdagangan dan jasa, industri pengolahan perikanan dan permukiman perkotaan. Cluster Tanjung Tiram, Perupuk dan Kuala Tanjung dikembangkan dalam satu koridor ekonomi bagian Utara;

9. Cluster Talawi dan Sei Belai, direncanakan sebagai sentra pertanian/agribisnis yang dikembangkan dengan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk komoditi perkebunan;

10. Cluster Pulau Salah Nama dan Pulau Pandan, sebagai sentra pengembangan perikanan dan pariwisata yang dilakukan secara terbatas. Kedua pulau tersebut memiliki lapisan tanah (top soil) yang relatif tipis dan amat rentan terhadap kerusakan lingkungan. Cluster ini menempati posisi yang strategis diperairan Selat Malaka yang dapat dicapai dari pelabuhan Tanjung Tiram.

Pengembangan cluster-cluster ekonomi di atas direncanakan dengan sistem koridor, yaitu: Koridor Ekonomi bagian Utara/pesisir (Tanjung Tiram-Perupuk-Kuala Tanjung-Pangkalan Dodek), Koridor Ekonomi bagian Selatan sebagai bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera (Sei Suka Deras-Indrapura-Lima Puluh) dan Koridor Ekonomi Indrapura-Kuala Tanjung. Melalui sistem cluster dan koridor ini diharapkan dapat memudahkan upaya percepatan pembangunan ekonomi dan peningkatan daya saing wilayah yang didukung oleh kemudahan pengembangan sistem transportasi wilayah dengan keterpaduan intermoda, optimalisasi pengembangan kantong - kantong produksi dan komoditi unggulan (diwilayah darat, pesisir dan laut), pengembangan lokasi industri dan pelabuhan, pengembangan permukiman dan sarana/prasarana perkotaan secara berjenjang.

(7)

Gambar 5.1. Rencana Struktur Ruang dalam Perencanaan KEK

Konsep struktur ruang wilayah dalam RTRW Propinsi Sumatera Utara 2008 – 2028 yang berlaku untuk Kabupaten Batu Bara adalah ;

a) Rencana Sistem Perkotaan

Dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara (2014 - 2033), sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Batu Bara hanya direncanakan fungsinya, sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Lihat Tabel 5.1 yaitu :

1. Perkotaan Lima Puluh, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan permukiman perkotaan dan perdagangan dan jasa ; dan

2. Perkotaan Indrapura, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan perikanan, pelabuhan, industri pengolahan hasil pertanian dan pendidikan kejuruan.

(8)

N o

Hierar

ki Kota

Status

Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan

1. PKL

Sumber : RTRW Kabupaten Batu Bara

b) Rencana Sistem Jaringan Jalan

Rencana sistem jaringan jalan di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara, diantaranya adalah :

a) Jalan Arteri Primer, merupakan jalan Trans Sumatera diwilayah pesisir Sumatera dengan status nasional yang mencakup ruas Rantau Prapat -Tanjung Balai – Kisaran - Lima Puluh - Tebing Tinggi - Medan.

b) Jalan Kolektor Pimer 2 (KP 2) yang berfungsi strategis sebagai penghubung pusat pusat perkotaan diwilayah Kabupaten Batu Bara dengan pusat -pusat perkotaan diwilayah kabupaten yang berbatasan. dengan status jalan provinsi. Jalan Kolektor Primer 2 ini, mencakup ruas :

 Pematang Siantar – Perdagangan – Indrapura;

 Tanjung Tiram – Perdagangan;

 Simpang Empat - Kisaran- Mandoge.

c) Rencana pengembangan jalan Tol untuk mendukung perkembangan PKN Mebidang, sekaligus untuk melengkapi ruas jalan tol Belawan – Medang -Tanjung Morawa. Ruas pengembangan jalan tol yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara, adalah :

 Kisaran - Tebing Tinggi;

 Medan – Kualanamu - Tebing Tinggi;

 Tebing Tinggi - Pematang Siantar – Parapat – Tarutung – Sibolga;

 Rantau Prapat – Kisaran.

c) Rencana Sistem Jaringan Kereta Api

(9)

pengembangan jaringan Kereta Api baru dalam rangka membangun koneksitas (intermoda) sistem Jaringan Kereta Api wilayah Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan NAD untuk mendukung pengembangan sentra - sentra produksi diwilayah provinsi tersebut. Secara umum jaringan Kereta Api yang dipersiapkan sebagai penghubung dari sentra - sentra produksi ke Pelabuhan Belawan.

Pengembangan sistem jaringan Kereta Api yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan pembangunan sentra - sentra produksi di wilayah Kabupaten Batu Bara adalah sistem koneksitas jaringan Kereta Api Sumatera Utara - Riau, melalui Medan - Tebing Tinggi – Kisaran - Rantau Prapat - Dumai. Pada masa mendatang, rencana pengembangan Kereta Api difokuskan juga pada peningkatan pengoperasian dan pelayanan manajemen pengelolaan stasiun kereta api diseluruh jalur kereta api yang tersedia.

Berdasarkan hasil analisis terdahulu dan pertimbangan di atas, maka pengembangan sistem pusat - pusat perkotaan di wilayah Kabupaten Batu Bara, direncanakan, sebagai berikut (Tabel 5.2):

(10)

No Siste

kolektor primer 2 dan peningkatan

(11)

No Siste

3 PKLp Pangkalan Dodek

(Kec. Medang

(12)

No Siste

Sumber : RTRW Kabupaten Batu Bara 2013-2033

d) Rencana Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Batu Bara

Pembangunan prioritas bidang Cipta Karya adalah mengacu kepada kawasan-kawasan yang termasuk pada Kawasan Strategis Nasional yang tergolong pada kluster 1 (pertama) dan seterusnya.

Kabupaten Batu Bara merupakan kawasan yang mempunyai Kawasan Strategis Nasional tersebut diatas, yaitu pada pengembangan kawasan ekonomi khusus.

(13)

Wilayah Kabupaten Batu Bara dan pusat - pusat perkotaan diwilayah yang berbatasan.

Kawasan Industri Kuala Tanjung dalam jangka panjang berpeluang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di kabupaten Batu Bara.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mewujudkan Kuala Tanjung sebagai kawasan industri, adalah:

a) Menyusun Master Plan/Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Industri dan Pelabuhan Kuala Tanjung, yang ditujukan untuk memantapkan fungsi kawasan dan mendorong percepatan pembangunan kawasan Industri;

b) Mengembangkan koridor ekonomi Sei Mangkei-Indrapura-Kuala Tanjung dan Koridor Tanjung Tiram-Perupuk-Kuala Tanjung;

c) Mewujudkan keterpaduan sistem transportasi darat (sistem jaringan jalan dan jaringan kereta api) dan sistem transportasi laut serta keterpaduan sistem intermoda yang dapat mendukung percepatan pembangunan kawasan industri dan Pelabuhan Kuala Tanjung;

d) Menyusun Master plan/Rencana Detail Tata Ruang kawasan pelabuhan Kuala Tanjung sebagai Pelabuhan Pengumpul yang menyatu dengan kawasan industri. Dalam kawasan pelabuhan ini direncanakan memiliki area penumpukan barang (stok pile), stasiun KA, pergudangan, parkir container, jaringan pipa untuk mengalirkan minyak CPO dari stasiun KA ke kapal maupun ke Blok Kegiatan industri, alat angkut container ke kapal dan jaringan jalan dalam kawasan industri yang memadai dan baik;

e) Menyusun Master Plan/rencana pengembangan jaringan kereta api yang melayani kantong-kantong produksi di wilayah kabupaten Batu Bara dan wilayah kabupaten sekitarnya menuju kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung. Rencana ini ditujukan untuk merencanakan penempatan stasiun-stasiun yang berdekatan pada kantong-kantong produksi pertanian, merencanakan jalur kereta api secara terpadu dan sekaligus merencanakan gerbong kereta api yang dapat didayagunakan sebagai alat angkut hasil produksi pertanian, minyak CPO (sawit) dan penumpang menuju kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung;

f) Meningkatkan kondisi jalan lokal primer yang akan berperan strategis sebagai penghubung kawasan perkotaan Kuala Tanjung ke wilayah hinterland-nya (PPK dan PPL);

g) Mempersiapkan lahan pengembangan kawasan industri dan pelabuhan Kuala Tanjung yang dipersiapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus;

h) Mempersiapkan prasarana energi/listrik dengan memanfaatkan Sumberdaya listrik dari PLTA Asahan,

i) Mempersiapkan prasarana sumberdaya air, pengolahan limbah dan telekomunikasi yang cukup.

(14)

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara (2011-2031) dirumuskan dengan mempertimbangkan beberapa hal penting, sebagai berikut :

1. Arahan pola ruang (kawasan lindung dan budidaya) RTRW Provinsi Sumatera Utara (2008 - 2028) sebagai acuan dan rujukan dalam merumuskan arahan pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara (2011 - 2031). Luas kawasan lindung dan kawasan hutan produksi diwilayah kabupaten Batu Bara, sekitar 18000 hektar dan atau tidak memenuhi persyaratan kawasan hijau sekurang-kurangnya 30 % dari luas wilayah kabupaten Batu Bara. Oleh karena itu perhitungan luas kawasan hijau minimal dilakukan dengan perhitungan luas regional. Kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi diidentifikasi dengan mencermati kesatuan kawasan DAS Asahan dan Batu Bara. Untuk mencapai luasan minimal 30 % kawasan hutan dihitung secara regional wilayah Kabupaten Asahan dan Batu Bara;

2. Wujud pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara sebagai wilayah Kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara yang dibentuk berdasarkan pemekaran wilayah Kabupaten Asahan;

3. Ketersediaan kawasan hijau yang cukup, agar dapat mewujudkan keseimbangan ekologis kawasan pulau Salah Nama dan pulau Pandang;

4. Sebaran kawasan lindung yang perlu dipertahankan;

5. Potensi dan permasalahan pengembangan fisik,sosial dan ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara saat ini;

6. Hasil analisis pengembangan wilayah, yang terkait analisis fisik, pola ruang, kesesuaian lahan, peluang pasar produk lokal dan sistem sarana dan prasarana dasar wilayah.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pola ruang kawasan lindung dan budidaya yang mencakup jenis fungsi ruang dan alokasi kebutuhan lahan diwilayah Kabupaten Batu Bara, dapat dirinci sebagai berikut : (Tabel 5.3 dan Gambar 5.2)

Tabel 5.3 Perkiraan Jenis Fungsi Ruang dan Kebutuhan Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara

No Fungsi Luas (Ha) %

Kawasan Lindung

1 Kawasan Hutan Lindung 1.995,08 2,08%

2 Kawasan Lindung Setempat (Sempadan Pantai, Sempadan

Sungai dan Sekitar Danau) 845,37

0,88%

3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya (Kawasan Hutan Bakau dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan)

789,14 0,82%

Kawasan Budidaya

(15)

2. Pertanian Lahan Basah/Tanaman Pangan 13.382,09 13,93%

3 Pertanian Lahan Kering/ Hortikultura 30.534,65 31,93%

4 Perkebunan 24.906,58 25,92%

4 Industri dan pelabuhan 2.033,68 2,12%

5 Permukiman 6.790,42 7,07%

6 Peruntukan lainnya/Pertahanan dan Keamanan 4.320,00 4,50%

Total Luas Wilayah 96.099,59 100%

(16)
(17)

5.1.4. Kawasan Strategis Kabupaten Batu Bara

Kawasan strategis Kabupaten Batu Bara yang akan dituju pada masa mendatang ditetapkan dengan mempertimbangkan ketentuan dan kriteria penetapan kawasan strategis kabupaten, hasil rencana struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Batu Bara, rencana kawasan strategis Nasional dan Provinsi Sumatera Utara, ketersedian potensi sumberdaya alam, adanya sektor - sektor strategis yang dapat menjadi trigger perkembangan pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Batu Bara dan kemudahan pelaksanaan pembangunan kawasan strategis serta posisi geografis wilayah Kabupaten Batu Bara yang berhadapan dengan perairan Selat Malaka dan berdampingan dengan Kawasan Strategis Provinsi Sumatera Utara (Asahan - Tanjung Balai dan Tebing Tinggi - Pematang Siantar).

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka pengembangan wilayah Kabupaten Batu Bara (2013 - 2033), ditetapkan 4 (empat) kawasan strategis kabupaten. Pengembangan kawasan strategis ini diwujudkan dalam satu kesatuan kawasan pengembangan yang terpadu dan terintegrasi serta berorientasi lokal dan regional. Rencana kawasan strategis kabupaten Batu Bara perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten yang penetapannya melalui Peraturan Daerah. Kawasan strategis yang direncanakan, adalah (Tabel 5.4 dan Gambar 5.3).

Tabel 5.4. Kawasan Strategis Kabupaten Batu Bara

N o

Kawasan Strategis

Nilai Strategis Dukungan Kegiatan Strategis

1 Indrapura

a) Terletak pada Koridor Ekonomi Sumatera

b) Terletak pada koridor ekonomi Kuala Tanjung-Indrapura-Sei Mangkei

c) Pusat perdagangan dan jasa dengan skala regional d) Kawasan pusat pendidikan

dibidang pertanian dan perikanan

e) Pengembangan permukiman perkotaan

a) Peningkatan kondisi Jaringan jalan, Arteri Primer Kolektor Primer 2 dan lokal primer serta peningkatan dan

pengembangan jaringan kereta api

b) Mempersiapkan area terminal regional tipe B

c) Penyediaan prasarana energi/listrik, air bersih dan telekomunikasi

b) Pusat kegiatan ekonomi wilayah kabupaten batu bara bagian Utara/Kawasan pesisir

c) Berpeluang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

a) Peningkatan kondisi dan fungsi Pelabuhan Kuala Tanjung menjadi pelabuhan pengumpan nasional dan regional

b) Pengembangan jalan Kolektor Primer 2 dan peningkatan kondisi jaringan jalan lokal primer serta pengembangan jaringan kereta api

c) Penyediaan prasarana energy/listrik, air bersih dan telekomunikasi

a) Pusat kegiatan ekonomi wilayah kabupaten Batu Bara bagian Utara dan Barat berbasis perikanan

b) Kawasan sentra produksi

(18)

permukiman disekitarnya)

perikanan

c) Lokasi kegiatan industri pengolahan perikanan d) Pusat perdagangan dan jasa

disekitarnya secara berkala b) Pengembangan jalan kolektor

primer 2 (Tanjung Tiram-Perupuk-Kuala Tanjung

c) Penyiapan lahan pengembangan kegiatan industri pengolahan perikanan dan tempat pelelangan ikan

d) Peningkatan jalan penghubung dan pelayanan angkutan umum ke kawasan perkotaan Kisaran (Kabupaten Asahan) dan Tanjung Balai

e) Penyediaan prasarana energy/listrik, air bersih dan telekomunikasi

4 Pangkalan

Dodek dan sekitarnya (mencakup kawasan pesisir Kabupaten Batu bara)

a) Pengembangan perkotaan dan Sentra kawasan perikanan b) Pelestarian lingkungan c) Kawasan potensi rawan

bencana gelombang tinggi

a) Pengembangan kawasan perkotaan dan sentra perikanan yang diorientasikan kewilayah daratan dan atau membatasi perkembangan secara linier pada kawasan pesisir yang berpotensi abrasi

b) Pengamanan dan pelestarian tanaman bakau

c) Melakukan penanaman kembali (reboisasi tanaman bakau) d) Melakukan pengawasan ketat

dalam rangka meminimalisasi terjadinya kerusakan tanaman bakau

e) Melakukan sosialisasi secara berkala terkait pelestarian tanaman bakau

(19)
(20)

5.1.5. Arah Pemanfaatan Ruang

Untuk mempercepat perwujudan rencana struktur dan pola ruang serta rencana pengembangan kawasan strategis, dalam rangka mewujudkan tujuan dan visi pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara 2013 - 2033, maka dipandang perlu menyusun program - program utama yang diprioritaskan sebagai pendorong percepatan pembangunan wilayah Kabupaten Batu Bara. Program - program utama yang dimaksud, antara lain meliputi :

1) Program perwujudan rencana struktur ruang. Program utama yang disusun ditujukan untuk :

a) Mengintegrasikan pembangunan sistem pusat - pusat diwilayah daratan, pesisir dan kepulauan;

b) Memantapkan fungsi kawasan Perkotaan Lima Puluh sebagai pusat ibukota kabupaten. Oleh karena itu pengembangan kawasan Perkotaan Lima Puluh sebagai PKWp perlu dipertegas sebagai pusat orientasi pengembangan sistem pusat pusat diwilayah daratan, pesisir dan kepulauan Kabupaten Batu Bara; dan

c) Membuka daerah terisolasi dengan mempromosikan pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan diwilayah daratan, pesisir dan kepulauan sebagai PKLp, PPK dan PPL.

Program - program utama yang diusulkan, adalah : pembangunan jalan baru, peningkatan fungsi jaringan jalan eksisting, peningkatan pelayanan fungsi pelabuhan, penyediaan prasarana energi, air bersih dan telekomunikasi, perluasan kawasan perkotaan (Lima Puluh), pengembangan kegiatan industri berbasis pertanian dan kegiatan pariwisata.

2) Program perwujudan rencana pola ruang. Program utama yang disusun, ditujukan untuk :

a) Mengamankan kawasan berfungsi lindung dari dampak negatif pembangunan kawasan sekitarnya;

b) Membatasi upaya pemanfaatan kawasan hutan produksi dalam rangka mendukung upaya pelestarian kawasan hutan diwilayah Propinsi Sumatera Utara umumnya dan diwilayah Kabupaten Batu Bara khususnya;

c) Melakukan perluasan kawasan perkebunan dan sekaligus meningkatkan produktifitas lahan;

d) Melakukan perluasan kawasan pertanian tanaman pangan (sawah) dan hortikultura;

e) Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kegiatan pariwisata;

f) Mengembangkan kegiatan industri berbasis pertanian; dan

g) Melakukan perluasan pengembangan kawasan permukiman perkotaan.

(21)

industri, perluasan kawasan perkotaan dan penyediaan fasilitas sosial dan pelayanan umum perkotaan.

3) Program perwujudan kawasan strategis Kabupaten Batu Bara. Program utama yang disusun, ditujukan untuk :

a) Mewujudkan percepatan pengembangan kawasan strategis perkotaan Lima Puuh secara terintegrasi dan terpadu; serta

b) Mewujudkan pengembangan kawasan strategis lainnya sebagai kawasan permukiman perkotaan dan pusat niaga skala kecamatan.

Program - program utama yang diusulkan, adalah : pengembangan kegiatan industri berbasis pertanian, pariwisata, komersial perkotaan dan didukung oleh peningkatan pelayanan pelabuhan, pembangunan jalan baru (kolektor dan lokal primer), penyediaan prasarana energi dan air bersih.

5.1.5.1.Indikasi Program Utama

Indikasi Program Pembangunan sebagai upaya untuk mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara 2011 – 2031, disusun berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain :

a. Pengembangan Kawasan Strategis dan Sektor Unggulan, Pertimbangan ini dilakukan guna mendorong laju percepatan perkembangan kawasan/sektor lainnya. Dengan penekanan pengembangan pada kawasan prioritas dan sektor unggulan, diharapkan pada tahap awal pengembangan telah tercipta motor penggerak yang mampu memacu perkembangan wilayah dan sektor lainnya di Kabupaten Batu Bara.

b. Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi, Pembangunan dibidang ini perlu mendapatkan perhatian yang serius mengingat fungsinya yang penting sebagai sarana interaksi antar wilayah. Selain itu, rencana pembangunan jaringan jalan, jembatan dan pelabuhan merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Batu Bara yang telah diprogramkan baik dalam rencana program maupun dalan rencana strategis.

c. Kemampuan Pendanaan Pemerintah Kabupaten Batu Bara, Penyusunan Indikasi Program secara realistis harus pula mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Batu Bara serta sumber – sumber penerimaan daerah. Untuk menciptakan penghematan anggaran, pelaksanaan program pembangunan harus didasarkan atas pola kemitraan yang jelas antara pemerintah Kabupaten Batu Bara dengan pihak investor. Melalui penerapan pola kemitraan ini, maka jelas wewenang pendanaan yang menjadi tanggungjawab masing - masing pihak yang terlibat.

5.1.5.2.Prioritas Pemanfaatan Ruang

Dalam rangka mewujudkan struktur dan pola ruang kabupaten maka prioritas pemanfaatan ruang di Kabupaten Batu Bara secara umum adalah sebagai berikut :

(22)

pesisir antara lain dengan pengembangan melalui pertahanan maju, yaitu membangun barrier kearah laut dengan tanaman pohon atau merekayasa bangunan pantai (struktur) atau bertahan ditempat dengan melakukan pembuatan bangunan struktur keras (hard engineering) diantaranya ; revetment, sea wall dan sub merged/detached break water ; dan

2) Upaya memenuhi kebutuhan dan dinamika pengembangan ruang. Hal ini dilakukan dengan mendorong terwujudnya rencana pola ruang kabupaten pada kawasan pusat kecamatan, serta perwujudan komponen komponen pembentuk struktur ruang yang dapat memacu pertumbuhan kawasan.

Berdasarkan pertimbangan daya dukung wilayah dan tuntutan dinamika perkembangan kabupaten, maka pengembangan wilayah di Kabupaten Batu Bara dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Wilayah yang dibatasi perkembangannya meliputi wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana (terutama bencana abrasi), wilayah dengan daya dukung lingkungan rendah, serta wilayah yang dijaga kelestariannya dalam upaya untuk tetap menjaga keseimbangan ekologi. Pada kawasan ini prioritas pemanfaatan wilayah diarahkan pada upaya pelestarian lingkungan dengan membatasi perkembangan pola ruang yang tidak sesuai serta mewujudkan struktur ruang yang dapat mereduksi ancaman bencana; 2. Wilayah yang dikendalikan perkembanganya adalah wilayah kabupaten

yang sudah berkembang. Wilayah yang dikendalikan perkembangannya ini meliputi wilayah Ibukota Kota Lima Puluh. Pada kawasan yang dikendalikan pengembangannya, prioritas pemanfaatan ruang diarahkan pada upaya untuk menjaga lingkungan yang sudah stabil;

3. Wilayah yang didorong perkembanganya adalah wilayah kota yang masih belum terbangun dan didorong pengembangan dalam rangka memenuhi kebutuhan dinamika perkembangan Kabupaten Batu Bara. Prioritas pemanfaatan ruang pada wilayah yang dorong perkembangannya diarahkan pada pengembangan jaringan jalan baru sebagai pembentuk struktur ruang utama dan pengembagan pola ruang sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Batu Bara.

4. Berkaitan dengan penetapan kawasan strategis di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batu Bara yang merupakan kawasan yang diprioritaskan penataan ruangnya karena berbagai pertimbangan, maka dalam pemanfaatannya menetapkan bahwa kawasan - kawasan strategis tersebut menjadi prioritas untuk dikembangkan pada lima tahun pertama, sehingga diharapkan memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan Kabupaten Batu Bara.

5.2. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

(RPJMD)

(23)

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencana Pembangunan Daerah.

Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten yang disebut RPJM Kabupaten untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Kabupaten dengan memperhatikan RPJM Nasional.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Kota dan sejalan dengan sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menetapkan bahwa RPJM Kabupaten harus disusun untuk perencanaan lima tahun ke depan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah menyebutkan bahwa Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Prioritas pembangunan yang dirancang untuk pembangunan jangka menengah 2010 -2014 Kabupaten Batu Bara disusun berdasarkan penjabaran dari Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Batu Bara meliputi :

a) Peningkatan Kualitas Dan Sumber Daya Manusia;

b) Penanggulangan Kemiskinan Dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial;

c) Peningkatan Percepatan Pembangunan Prasarana Dan Sarana Wilayah;

d) Peningkatan Perekonomi;

e) Penyelenggaraan Pemerintah Yang Baik Dan Bersih;

f) Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup.

5.3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERKOTAAN DAERAH (KSPD)

Arah Kebijakan Pembangunan Perkotaan Indonesia jangka panjang hingga tahun2025, disistematisasikan dalam urutan peran sebagai berikut:

A. Dua Kebijakan pertama (K1 dan K2), diposisikan sebagai “Kebijakan makro” yang memayungi keseluruhan Kebijakan Perkotaan di Indonesia, denganpertimbangan bahwa isu permasalahan yang menghasilkan kedua Kebijakanpertama, selalu muncul di setiap forum pertemuan Stakeholder selamaproses penyusunan KSPN ini berlangsung, yaitu sejak Lokakarya Regionalhingga Seminar Nasional KSPN. Ke‐ dua Kebijakan pertama itu adalah: K1 =Penguatan peran kota sebagai basis pembangunan nasional dan menjaminpemenuhan kesejahteraan warga (Urban led development policy), dan K2 =Menjamin pemerataan pembangunan namun terkonsentrasi pada beberapa pusat pertumbuhan tertentu (Desentralizing urban concentration)

(24)

Pemenuhan PSU permukiman, K6 = Pengendalian tataruang, K7 = Pengendalian kualitas Lingkungan, mitigasi resiko bencana dankesiapan menghadapi dampak perubahan iklim.

C. Kebijakan kedelapan/terakhir (K8), diposisikan sebagai landasan yangmemungkinkan atau bahkan menjamin ketujuh Kebijakan diatas dapat diterapkan dan efektif. K8 = Tata kelola dan kelembagaan.

5.4. ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PAM KABUPATEN BATU BARA

(RISPAM)

Pengembangan SPAM baru diperlukan manakala upaya pengurangan kebocoran air dan jumlah air tidak berekening, pemanfaatan idle capacity dan air tanah dangkal yang baik belum dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat.

Masih rendahnya cakupan pelayanan air minum yang ada, dan relative rendahnya potensi air tanah dangkal merupakan indikasi diperlukannya pengembangan SPAM baru di wilayah kabupaten Batu Bara.

Pengembangan SPAM baru dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

• SPAM Jaringan Perpipaan

• SPAM Bukan Jaringan Perpipaan

Dengan pertimbangan bahwa pembangunan SPAM membutuhkan biaya yang relative besar dan adanya keterbatasan kemampuan pendanaan Pemerintah Kabupaten Batu Bara, maka pengembangan SPAM baru diprioritaskan pada zona-zona pengembangan, sebagai berikut :

• Pengembangan SPAM Ibukota Kabupaten • Pengembangan SPAM Ibukota Kecamatan • Pengembangan SPAM Kawasan Strategis

• Pengembangan SPAM Perdesaaan/Desa Rawan Air.

(25)

Gambar. 5.4. Zona pengembangan SPAM di wilayah Kabupaten Batu Bara

(26)

Merencanakan sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Batu Bara, hal penting harus diperhatikan adalah sumber air bersih dan jumlah kebutuhan akan air bersih. Selama ini sumber air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih berasal dari Sungai Tanjung di Kecamatan Air Putih. Untuk wilayah lainnya menggunakan sumur bor dengan kapasitas yang sangat terbatas. Hal lainnya adalah mengenai jumlah kebutuhan yang akan sangat tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah penduduk dan tingkat sosial ekonomi penduduk. Dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk dan peningkatan tingkat perekonomian di Kabupaten Batu Bara dimasa mendatang, maka kebutuhan air bersih dapat diprediksi dengan mempergunakan asumsi, sebagai berikut :

a. Bentuk pelayanan untuk rumah tangga dibedakan dalam 2 jenis berdasarkan tingkat sosial ekonomi, yaitu sambungan rumah (SR), diberikan untuk rumah permanen dan semi permanen, di mana bentuk rumah ini mewakili tingkat sosial ekonomi yang cukup, serta hidran umum (HU), diberikan untuk rumah non permanen, yang mewakili tingkat sosial ekonomi yang rendah;

b. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, wilayah perencanaan dikategorikan ke dalam desa dan kawasan perkotaan untuk kota kecil. Pemakaian air kebutuhan domestik (rumah tangga) dengan alokasi kebutuhan air untuk standar masing -masing skala kota kecil yang diperhitungkan atas jumlah penduduk adalah sebesar 100 liter/orang/hari untuk sambungan rumah dan 30 liter/orang/hari untuk hidran umum. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik, dialokasikan sebesar 20 % dari kebutuhan air kebutuhan domestik;

c.Tingkat pelayanan penyediaan air bersih di wilayah perencanaan pada tahun 2020 diharapkan mencakup 40% dari total jumlah penduduk, dan akhir tahun perencanaan (2031) telah mencapai 80%;

d. Faktor koreksi akibat air yang hilang dalam proses pengolahan, pencucian dan pengurasan unit - unit instalasi maupun kehilangan air pada jalur transmisi dan distribusi yang masuk ke wilayah perencanaan, diasumsikan konstan selama masa perencanaan sebesar 30%, yang diperhitungkan dari jumlah kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik;

e. Sebisa mungkin sistem air bersih yang direncanakan terintegrasi dengan sistem air bersih eksisting yang telah ada;

f. Mengintegrasikan pengembangan sistem prasarana air bersih dengan sistem jaringan jalan, sehingga semua kawasan yang memiliki aksesibilitas akan di dukung oleh pelayanan jaringan perpipaan air bersih;

g. Proses pengolahan air bersih dapat di lakukan secara konvesional untuk memudahkan pengoperasian dan pemeliharaannya;

h. Sumur – sumur bor peninggalan kolonial yang saat ini masih dipakai tetap digunakan secara terbatas, akan tetapi mesti dilakukan pemeliharaan secara berkala untuk mempanjang usia pakai;

i. Memisahkan sistem jaringan air bersih dan air limbah untuk menghindari terjadinya pencemaran air bersih

j. Melakukan perluasan pelayanan sistem jaringan air bersih pada setiap wilayah kecamatan yang didukung dengan penyediaan bangunan pengolahan air bersih pada setiap wilayah kecamatan;

(27)

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di tahun 2031 maka kebutuhan air bersih di Kabupaten Batu Bara pada tahun tersebut adalah sebesar 586 l/det (Tabel 5.1).

Tabel 5.5 Rencana Pengembangan Prasarana Air Bersih di Kabupaten Batu Bara sampai Tahun 2033

N o

Uraian Satuan Tahun

2015 2020 2025 2033

I Jumlah Penduduk Jiwa 406.220 420.145 434.070 447.995

Asumsi Tingkat

Jiwa 121.866 168.058 303.849 358.396

a) Sambungan Rumah

Jiwa 85.306 117.640 212.694 250.877

b) Hidran Umum Jiwa 36.559 50.417 91.154 107.518

III Kebutuhan Air

liter/hari 8.530.600 11.764.000 21.269.400 25.087.700

b) Hidran Umum liter/hari 1.096.770 1.512.510 2.734.620 3.225.540 c) Total Kebutuhan liter/hari 9.627.370 13.276.510 24.004.020 28.313.240 V Kebutuhan Air

liter/hari 1.925.474 2.655.302 4.800.804 5.662.648

VI Kebutuhan Rata – Rata

liter/hari 11.552.884 15.931.812 28.804.824 33.975.888

liter/detik 138 184 333 393

VI

b) Debit Kebocoran liter/detik 41 55 100 117

VI

Sumber : RISPAM Kab. Batu Bara

(28)

Arahan pengelolaan persampahan bertujuan untuk merubah kebiasaan masyarakat yang selalu membuang sampah secara sembarangan dan membuang limbah cair melalui aliran air/sungai.

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat diarahkan menggunakan sistem daur ulang sampah dengan fungsi fermentasi untuk menghasilkan kompos serta mengembangkan instalasi septic-tank. Alternatif kedua adalah menimbun sampah ke TPS sebelum dibuang ke TPA sampah.

5.5.1. Sistem Jaringan Air Limbah

Pengelolaan air limbah rumah tangga yang berasal dari kakus (black water) penduduk Kabupaten Batu Bara sebagian besar menggunakan pengolahan setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem peresapan di halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi, cuci dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke saluran drainase yang ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti sungai dan pantai, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut.

Volume air limbah grey water dari suatu daerah biasanya sekitar 80% dari volume air bersih yang digunakan dan volume air limbah black water adalah sebesar 20% dari volume air bersih yang digunakan, maka berdasarkan proyeksi kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Batu Bara besarnya perkiraan volume air limbah dan volume lumpur tinja yang dihasilkan pada tahun 2033.

Tabel. 5.6. Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Batu Bara sampai Tahun 2033

Deskripsi

Standar dan Asumsi

Satuan

Tahun

2016 2021 2026 2033

Populasi Penduduk Orang 406.220 420.145 434.070 447.995

Kebutuhan Air

Bersih liter/hari/org

11.552.88 4

15.931.81 2

28.804.82 4

33.975.88 8

Volume Grey Water 80% liter/hari/org 9.242.307

12.745.44 9

23.043.85 9

27.180.71 0

Volume Black Water 20% liter/hari/org 2.310.576 3.186.362 5.760.964 6.795.177

Sumber: Hasil Analisa

Kondisi topografi yang relatif datar, terutama dipusat – pusat kota, memberikan kendala dalam penyaluran air limbah karena kemampuan penyaluran air limbah hanya dapat dalam jarak pendek, sehingga alternatif pengelolaan air limbah yang digunakan adalah on site system, yaitu sistem septic tank dan rembesan. Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah :

(29)

2) Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah (6 – 10 rumah) perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.

Khusus untuk pengelolaan limbah kegiatan industri dan kawasan perkotaan direncanakan dengan mempersiapkan bangunan IPAL terpadu serta mempersiapkan pembangunan Instalasi pengolahan dan atau tempat penyimpanan sementara limbah beracun B3 sesuai dengan peraturan dan ketentuan teknis yang berlaku. Hal ini penting dilakukan karena sebagian besar dari limbah industri bersifat polutif, baik terhadap air tanah, air permukaan maupun tanah. Oleh karena itu, diperlukan upaya penyediaan IPAL terpadu (sewarage system for gray water) dan tempat penyimpanan sementara limbah B3, di kawasan perkotaan (PKW/PKWp dan PKL/PKLp) dan kawasan indsutri berupa IPAL untuk limbah industri (blck water).

5.5.2. Sistem Jaringan Persampahan

Sasaran pengembangan system persampahan bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas lingkungan akibat akumulasi/penumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik, yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, menyumbat saluran dan mencemari sungai. Secara umum rencana pengelolaan sampah diwilayah perencanaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan kegiatan tersebut merupakan sutu sistem, sehingga masing - masing tahapan dapat disebut sebagai sub sistem. Untuk sistem pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu pembuangan secara individual (masyarakat membuang sampahnya sendiri-sendiri dengan metode dan cara yang tersendiri-sendiri), dan membuang secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah setempat atau diarahkan kepada pihak swasta.

Selama ini sistem pengolahan persampahan di Kabupaten Batu Bara diarahkan secara kolektif atau pengolahan dengan menyediakan tempat sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi yang ditentukan. Kriteria Skala Penanganan sampah, yaitu :

1) Skala Individu

a. Pewadahan (bin plastic 40 liter, kantong plastic) b. Pemisahan sampah disumber

c. Pengolahan setempat (composter, vermin compost) 2) Skala lingkungan/kawasan

a. Pewadahan

b. Pengumpulan (gerobak/TPS) c. Pemidahan (transfer Depo)

d. UDKP (kompos dan daur ulang, kapasitas 15m3/hari) e. Incenerator (kapasitas 250 kg/jam)

f. Verni compost

Kegiatan yang diatur :

1) Perumahan (mewah, menengah, rendah/kumuh)

2) Fasilitas komersil (took, hotel, pasar bioskop, restoran dan sebagainya) 3) Fasilitas umum (kantor pos, pos polisi, dan sebagainya)

4) fasiltas social (masjid, gereja, sekolah, fasilitas kesehatan dan sebagainya)

Kegiatan penanganan sampah di Kabupaten Batu Bara meliputi :

(30)

2) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;

3) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah semnetara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

4) Pengolahan dalam bentuk mengubah karateristik, komposisi, dan jumlah sampah; 5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau residu

hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman;

6) Seusai dengan standar persampahan (Departemen PU), kuantitas sampah yang dihasilkan oleh setiap orang adalah sekitar 2,5 – 3 liter/orang/hari. Dengan demikian sampah pada tahun 2033, sampah yang dihasilkan oleh penduduk di Kabupaten Batu Bara ini adalah sebesar 717 m3/hari (Tabel 4.10);

7) Rencana TPA yang dialokasikan di Desa Bogak, Kecamatan Talawi, Desa Pasar Lapan Kecamatan Indrapura, dan Desa Tanah Itam Ulu Kecamatan Lima Puluh sedangkan penetapan titik lokasi TPA perlu adanya lanjutan studi khusus yang merujuk pada undang-undang nomor 18/2008, tentang persampahan, dimana sistem pengelolaan sampah disarankan dengan sistem Sanitary Landfil.

Tabel. 5.7. Rencana Pengembangan Prasarana Persampahan di Kabupaten Batu Bara sampai Tahun 2033

No Uraian Satuan Tahun Perencanaan

2016 2021 2026 2033

1 Jumlah Penduduk Jiwa

406.220 420.145 434.070 447.99 5

2 Persentase Pelayanan Pemda % 30 40 70 80

3 Jumlah Penduduk Terlayani Jiwa 121.886 168.058 303.849 358.39 6

4 Rata - Rata Timbulan Sampah l/o/h 2 2 2 2

5 Timbunan Sampah m3/hari 244 336 608 717

6 Kebutuhan Prasarana Sampah

a) Gerobak Sampah, 2 kali/hari 1 m3 244 336 608 717

b) TPS/Kontainer, 2 kali/hari 10 m3 24 34 61 72

c) Transfer Depo/20.000 Penduduk

unit 20 21 22 24

5.5.3. Sistem Jaringan Drainase

Sistem prasarana drainase diwilayah Kabupaten Batu Bara direncanakan dengan memanfaatkan saluran alam/sungai sebagai saluran pembuangan akhir. Saluran drainase dikawasan perkotaan dipersiapkan secara terintegrasi, yang meliputi: saluran tersier, sekunder dan primer. Saluran drainase dipersiapkan pada sisi setiap ruas jaringan jalan, sesuai dengan kelas dan fungsi jalan tersebut.

(31)

Upaya pengembangan dan pengelolaan saluran drainase diwilayah Kabupaten Batu Bara pada masa mendatang, direncanakan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kondisi saluran drainase eksisting

b. Membangun saluran drainase baru diselaraskan dengan pembangunan setiap ruas jaringan jalan

c.Melakukan sosialisasi dan mendorong masyarakat lokal, agar dapat berpartisapasi dalam kegiatan pemeliharaan saluran drainase diwilayahnya

d. Membentuk kelembagaan pengelolaan dan pemeliharaan saluran drainase pada tingkat komunitas sampai dengan kawasan perkotaan dengan melibatkan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Batu Bara

e. Melakukan studi khusus perencanaan atau mempersiapkan Master Plan pengembangan sistem drainase kawasan perkotaan yang saling terintegrasi.

5.6. ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

a. Program Bangunan dan Lingkungan; b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan; c. Rencana Investasi;

d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan, atau panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPI2JM yaitu Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi:

 Visi Pembangunan;

 Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan;  Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan

 Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya.

Konsep struktur ruang wilayah dalam RTRW Propinsi Sumatera Utara 2008 – 2028 yang berlaku untuk Kabupaten Batu Bara adalah ;

1) Rencana Sistem Perkotaan

Dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara (2008 - 2028), sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Batu Bara hanya direncanakan fungsinya, sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu :

• Perkotaan Lima Puluh, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan

(32)

• Perkotaan Indrapura, fungsinya diarahkan sebagai pusat pengembangan

perikanan, pelabuhan, industri pengolahan hasil pertanian dan pendidikan kejuruan.

5.7. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN

KAWASAN PERMUKIMAN (RP2KP).

UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah transformasi peran pemerintah daerah: sebagai aktor utama dalam pembangunan daerah (melaksanakan rencana tata ruang dan rencana pembangunan); Adanya prasyarat sinergitas dan keterpaduan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJP/RPJM), agar berjalan efektif. Kondisi saat ini: implementasi pembangunan daerah belum berjalan efektif:

• ketidaksinergian dan ketidakterpaduan penyelenggaraan pembangunan dalam

satu wilayah;

• kurangnya koordinasi antar hirarki penyelenggara pembangunan

(pusat-provinsi-kota/kabupaten).

diperlukan strategi yang menjadi acuan penyelenggaraan pembangunan, khususnya dalam lingkup pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dalam skala kota. SPPIP merupakan strategi yang digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan kawasan permukiman dan infrastruktur permukiman di perkotaan yang penyusunannya mengacu, menyelaraskan dan mengintegrasikan kebijakan pembangunan dan pengembangan kota secara komprehensif. Strategi pembangunan dalam SPPIP memuat langkah-langkah riil (strategi dan program) dan terukur yang harus diambil untuk merealisasikan tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang diatur dalam kebijakan.

(33)

Gambar. 5.5. Kedudukan RP2KP terhadap RTRW dan Sinkronisasi RPI2JM

SPPIP sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program pembangunan permukiman. RPKPP mendukung operasionalisasi penanganan kawasan permukiman prioritas. SPPIP dan RPKPP bersifat SINKRONISASI, AKOMODASI, dan ADOPSI kebijakan pembangunan Kabupaten Batu Bara. Berikut tabel dan ilustrasi SPPIP Kabupaten Batu Bara.

Prioritas umum penanganan infrastruktur adalah pada kawasan kumuh perkotaan, kawasan kumuh bantaran sungai, kawasan padat dan kumuh pinggiran pantai.

Berikut Kawasan Strategis Kabupaten Batu Bara:

Tabel. 5.8. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Batu Bara N

o.

Kawasan Strategis Kabupaten

1. Kawasan Strategis Indrapura mencakup, kawasan Perkotaan Indrapura, Sei Suka, Medang Deras dan pusat - pusat permukiman perkotaan disekitarnya

2. Kawasan Strategis Kuala Tanjung

3. Kawasan Strategis Tanjung Tiram mencakup kawasan perkotaan Tanjung Tiram dan sekitarnya, pulau Salah Nama dan pulau Pandan.

5.8. INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN BATU BARA DAN SEKTOR

Tujuan utama Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah mewujudkan infrastruktur permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, untuk itu strategi pembangunan Kabupaten Batu Bara harus selaras dengan Strategi Pembangunan Sektoral Bidang Cipta Karya di Provinsi Sumatera Utara agar terciptanya pemabangunan yang terpadu dan terwujudnya infrastruktur yang layak huni dan berkelanjutan yaitu dengan melengkapi dokumen sektoral antara lain dokumen Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM), dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) atau Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP), dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP), serta dokumen pendukung lainnya.

(34)

Gambar

Gambar 5.1. Rencana Struktur Ruang dalam Perencanaan KEK
Tabel 5.2.Rencana Struktur Ruang Kabupaten Batu Bara  2013 –
Tabel 5.3  Perkiraan Jenis Fungsi Ruang dan Kebutuhan Pengembangan Pola
Tabel 5.4. Kawasan Strategis Kabupaten Batu Bara
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan data sekunder dilakukan melalui penelusuran dokumen/laporan penelitian maupun sumber-sumber lain.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada permasalahan sosial

Salah satu tugas terpenting dari sub sistem network dalam suatu sistem operasi adalah untuk memproses paket data sesuai dengan protokol yang digunakan. [WEH04], dalam

Populasi yang digunakan sebanyak 210 data dan didapatkan hasil kualitas layanan jasa laboratorium komputer teknik industri UPN “Veteran” Jawa Timur yang ada saat ini

Peranan notaris dalam pembuatan akta pembagian harta suarang di Minangkabau terbilang masih sedikit dikarenakan adanya kedudukan lain yang lebih tinggi dari Notaris yaitu

Kalau objek jual belinya terdiri dari barang-barang yang bergerak (barang-barang biasa, perabotan rumah tangga dan sebagainya), jika dalam persetujuan telah ditetapkan jangka

Pada tugas akhir ini saya membuat Hotspot mikrotik untuk mengetahui user acces yang masuk menggunakan SSid Wifi-UMS dengan menggunakan SSO (Single Sign On)

pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak, salah satunya adalah outdoor activity, dengan memberikan kegiatan diluar kelas akan membuat anak tidak merasa bosan