PENERAPAN OUTDOOR ACTIVITY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK
Ni Kadek Sulistya Handayani1, Anak agung Gede Agung2, Mutiara Magta3 1&3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
2Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: tyahandayani21@gmail.com1, agung2056@yahoo.co.id2 mutiaramagta@yahoo.com3
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data dari 24 orang anak, 18 diantaranya masih belum berkembang dan rata-rata persen (M%) adalah 34,75%. Jika dikonvermasikan ke dalam PAP skala lima, kemampuan motorik kasar kelompok B semester II berada pada kategori sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diterapkan outdoor activity pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Metode yang digunakan adalah metode observasi dan metode wawancara. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Putra Surya Natha Tahun Pelajaran 2014/2015 pada siklus I 36,65% yang berada pada kategori sangat rendah dan mengalami peningkatan sebesar 55,85% menjadi sebesar 92,5% pada siklus II yang berada pada kategori sangat tinggi. Setelah skor yang diperoleh pada siklus I ke siklus II maka diperoleh nilai gains skor sebesar 0,7 berada pada kategori tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan outdoor activity dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B semester II TK Putra Surya Natha.
Kata-kata kunci : outdoor activity, kemampuan motorik kasar Abstract:
The background of the research is the lack of gross motor skills of children in group B the second semester of the school year 2014/2015 in kindergarten Putra Surya Natha Gerokgak Pemuteran village. Based on observations obtained data from 24 children, 18 of them are still undeveloped, and the average percent (M%) is 34.75%. If dikonvermasikan into PAP scale of five, gross motor skills group and the second half is at a very low category. This study aims to determine the increase in gross motor skills as applied to outdoor activity in children in group B the second semester of the school year 2014/2015 in kindergarten Putra Surya Natha Pemuteran village Gerokgak. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Methods of observation with instruments such as observation sheet. The data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis. The results showed that there was an increase in gross motor skills of children in group B TK Putra Surya Natha academic year 2014/2015 in the first cycle was 36.65% which is very low category and increased by 55.85% to 92.5% in cycle II which is the category of very while in tow. After the scores obtained in the first cycle to the second cycle of the obtained value gains a score of 0.7 at the high category. The conclusion from this study that the
application of outdoor activity can improve gross motor skills of children in group B second half TK Putra Surya Natha.
Key words : outdoor activity, gross motor skills
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting diberikan kepada semua anak, pendidikan ini diberikan sejak dini. Pendidikan ini dianggap penting untuk mengembangkan potensi anak secara optimal.
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) rentangan anak usia dini mulai dari 0-8 tahun. Menurut kesepakatan UNESCO anak usia dini adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun. Perbedaan usia antara UNESCO dan UU. RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah terletak pada prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak dimana usia 6-8 tahun. Usia ini transisi dari masa anak-anak yang masih memerlukan bantuan ke masa anak-anak yang mulai mampu mandiri, baik dari segi fisik, mental, sosial, emosional maupun intelektual. Oleh sebab itu, maka UNESCO menetapkan bahwa rentang usia anak 0-8 tahun masih berada pada jalur Early Chilhood Education atau PAUD.
Berdasarkan penjelasan tersebut anak usia 0-8 tahun masih perlu mendapat bimbingan atau stimulasi yang baik. Pada masa ini banyak anak memerlukan bantuan yang tepat untuk
pengembangan kemampuannya.
Perkembangan motorik, bahasa, mental, sosial dan emosional harus diperhatikan dengan baik oleh guru ketika memberikan kegiatan.
Anak usia dini memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang
khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang (Suratno,2005).
Sesuai dengan Undang-undang
Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain, tempat penitipan anak, sedangkan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan
lingkungan seperti bina keluarga balita, posyandu yang terintegrasi pendidikan anak usia dini atau yang dikenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).
Proses penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan tingkat TK, harus dapat memberikan layanan pendidikan yang didasarkan atas kebutuhan dan
kepentingan setiap anak didik.
Terpenuhinya kebutuhan perkembangan anak didiklah, maka kemampuan motorik kasar akan dapat ditingkatkan. TK melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik. Masa anak usia dini merupakan masa keemasan, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam
perkembangan fisik, kognitif, sosial
emosional, bahasa dan nilai-nilai moral. Salah satu permasalahan perkembangan anak usia dini yang sering dihadapi pada perkembangan motorik kasar anak. Perkembangan motorik kasar anak harus
diperhatikan dengan baik dan
Perkembangan motorik kasar
merupakan aktivitas dengan
menggunakan otot-otot besar yang
meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Banyak cara atau kegiatan yang dapat diberikan kepada anak untuk mengembangkan perkembangan motorik kasar anak. Kemampuan motorik kasar berfungsi untuk menjaga kestabilan dan koordinasi gerak yang bagus perlu dilatih melalui sebuah permainan yang tertata, terarah dan terencana sesuai dengan tahapan perkembangan anak dalam sebuah pembelajaran (Deni, 2011).
Perkembangan fisik meliputi
perkembangan badan, otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar
berhubungan dengan gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otak seperti belari, berjalan, melompat, memukul dan menari (Suratno, 2005). Pada anak usia 5-6 tahun otot kasar anak sudah berkembang. Anak memiliki banyak tenaga untuk melakukan kegiatan dan umunya mereka sangat aktif, anak sudah dapat melakukan
gerakan yang terkoordinasi.
Perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi. Tanpa adanya perkembangan motorik, maka anak akan tetap tidak berdaya bagaikan yang baru
lahir. Perkembangan motorik dapat
berjalan dengan baik, jika anak diberikan
kesempatan untuk melatih
keterampilannya menggunakan tubuhnya sendiri. Perkembangan motorik anak merupakan bagian dari tumbuh kembang anak yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkunga. Keterampilan motorik kasar dilakukan anak dengan gerakan berlari, melompat dalam bentuk
permainan kelihatannya sederhana.
Padahal gerakan kaki, tangan dan seluruh tubuh merupakan aktivitas otot yang cukup rumit karena keterampilan ini menuntut adanya kematangan dalam koordinasi seluruh gerakan otot-otot (Dewi, 2005).
Berdasarkan hasil wawancara
pada tanggal 16 januari 2015 kepada guru
kelompok B diperoleh informasi bahwa kemampuan motorik kasar anak-anak sampai saat ini adalah dalam kategori rendah. Kenyataan yang ada di lapangan sangat berbeda dengan harapan yang diinginkan, karena masih banyak anak yang kemampuan motorik kasarnya belum berkembang dengan baik. Hal ini terjadi karena kurangnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kemampuan motorik kasar anak. Guru hanya mengajak anak belajar di dalam kelas. Kurangnya kegiatan-kegiatan menarik yang dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar diberikan kepada anak.
Berdasarkan hasil observasi
kegiatan yang diberikan guru kepada anak
hanya menggambar, mewarnai,
menebalkan huruf, mencari jejak. Sering juga anak tidak mau menyelesaikan kegiatan mewarnai atau menebalkan huruf yang diberikan guru, karena merasa bosan tiap hari diberikan kegiatan tersebut. Jadi kegiatan yang dilakukan anak setiap hari hanya di dalam kelas,
karena banyak guru yang masih
berpendapat bahwa perkembangan
motorik kasar bisa berkembang dengan sendirinya tanpa harus dikembangkan lagi.
Ketika melakukan obervasi dan melihat hasil kemampuan anak, masih banyak anak pada perkembangan motorik kasarnya masih mendapat bintang dua (kurang mampu). Karena kurangnya kegiatan menarik yang akan diberikan kepada anak yang bertujuan untuk perkembangan motorik kasarnya. Ketika jam istirahat pun anak yang perempuan jarang ada yang mau bermain dengan sarana dan prasarana yang sudah disediakan dari sekolah.
Kemampuan motorik kasar anak masih belum berkembang secara optimal. Kenyataan di lapangan aktivitas yang diberikan guru kepada anak kurang menarik. Karena tidak ada variasi dalam
kegiatan-kegiatan tersebut sehingga
banyak anak yang diam atau tidak mau melakukan kegiatan. Anak cepat merasa bosan dengan kegiatan yang bagi dirinya terlalu sering dilakukan. Ketika jam istirahat pun guru jarang mengajak anak bermain atau mendampingi anak bermain
agar anak merasa nyaman dan aman. Banyak anak yang cenderung diam dan duduk di dalam kelas tidak mau bermain di luar. Misalnya, ketika hari sabtu
biasanya banyak sekolah yang
mengadakan senam. Sehingga anak tidak bosan belajar di dalam kelas secara terus-menerus dan juga untuk mendukung perkembangan motorik kasar pada anak.
Outdoor activity merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya yaitu alam
dan masyarakat(Vera, 2012).Ketika anak
belajar di luar kelas atau di lingkungan sekolah akan beradaptasi dengan sekitar sekolah. Memberikan kegiatan di luar kelas kepada anak harus memperhatikan beberapa hal yang penting, misalnya keamanan untuk anak, jika lokasi atau tempat yang akan digunakan guru untuk mengajak anak bermain tidak aman maka konsentrasi anak kan cepat hilang. Kemudian kenyaman bagi anak, anak akan senang melaksanakan kegiatan yang diberikan jika dirinya sudah merasa nyaman atau tidak merasa takut.
Outdoor activity hanya sebuah metode pembelajaran, seperti halnya yang lain. Outdoor activity dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan outdoor activity dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada (Riskomar, 2004). Outdoor
activity adalah suatu kegiatan
menyampaikan pelajaran di luar kelas sehingga kegiatan atau aktivitas belajar mengajar berlangsung di luar kelas atau di alam bebas (Vera, 2012).
Anak usia 5-6 tahun seharusnya
sudah mampu merangkak dengan
berbagai variasi, berjalan lurus berjingkat,
mengangkat tumit, menyamping,
berintangan sambil membawa beban, berjalan di atas papan titian dengan membawa beban, merentangkan tangan, tangan memegang beban di atas kepala dan setiap langkah diselingi jongkok,
meloncat dari ketinggian 60-75 cm sambil
menghadap ke arah tertentu dan
melompat dengan menggunakan satu kaki dengan alat atau tanpa alat (Dewi, 2005). Perkembangan anak usia 5-6 tahun harus sudah mampu berkembang dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan anak, dengan diberikannya kegiatan-kegiatan yang menarik yang dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar anak.
Anak usia dini sangat senang jika diberikan kegiatan belajar di luar kelas karena mereka akan merasa dekat dengan lingkungan. Lingkungan yang aman dan nyaman juga salah satu pendukung untuk melaksanakan kegiatan di luar kelas Dukungan secara langsung juga kurang diberikan kepada guru kepada anak-anak yang tidak mau bermain. Guru tetap membiarkan anak yang diam di dalam kelas dan tidak mau
melakukan kegiatan. Jadi, peneliti
menerapkan outdoor activity untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar anak. Penerapan outdoor activity atau belajar di luar kelas akan banyak memunculkan ide atau aktivitas – aktivitas yang menarik untuk perkembangan motorik kasar anak.
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan outdoor activity untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak”.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak melalui penerapan outdoor activity pada kelompok B semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak .
METODE
Penelitian ini dilakukan di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan
Gerokgak. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) dimana
peneliti bertindak sebagai guru. PTK adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan
program pembelajaran yang sedang berjalan. Penelitian tindakan kelas ini memiliki ciri-ciri antara lain yaitu problema (permasalahan) yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru, adanya tindakan-tindakan (action) tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Jumlah subyek penelitian 24 orang. Dimana penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus, siklus I dilaksanakan selama 15 kali pertemuan sedangkan siklus II 12 kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri
dari tahapan penelitian, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi/evaluasi, refleksi. Dalam tahap perencanaan tindakan yang dilaksanakan
meliputi: menyusun peta konsep,
menyusun Rencana Kegiatan Mingguan,
Rencana Kegiatan Harian,
mempersiapkan alat atau media yang
akan digunakan. Tujuan penelitian
tindakan kelas adalah untuk
pengembangan
keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dalam pemecahan masalah secara langsung pada program pembelajaran.
Dengan demikian prinsip-prinsip
pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah tidak boleh menghambat, merugikan bagi semua pihak. Tetapi
harus meningkatkan atau
mengembangkan program pembelajaran yang sedang berjalan. Penelitian tindakan kelas memiliki manfaat yaitu untuk pembaharuan (inovasi) program, untuk
pengembangan program, untuk
peningkatan kemampuan profesionalisme pelaksana program guru.
Penelitian ini dilaksanakan pada hari kamis 9 April sampai dengan 30 april 2015 pada siklus I, sedangkan pada siklus ke II dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Mei sampai dengan, 16 Mei 2015.
Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah metode observasi. Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek
tertentu (Agung, 2012:68). Dalam
penelitian ini, metode observasi
digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan anak dalam motorik kasar. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Koyan (2012) analisis statistik deskriptf merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (Me), modus (Mo). Untuk menggambarkan keadaan suatu onjek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuki angka-angka atau presentase keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan (Agung, 2012:76). Teknik pengumpulan data observasi awal menggunakan format penilaian anak. Tabel 1 Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Anak Berdasarkan PAP Skala 5
Persentase Kriteria Perkembangan Motorik Kasar 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 40-64 Rendah 0-39 Sangat Rendah
Peningkatan kemampuan motorik kasar anak ditentukan dengan membandingkan skor yang diperoleh pada pra-siklus, siklus I dan siklus II.Peningkatan kemampuan motorik kasar dapat dilakukan melalui penerapan outdoor activity. Dengan metode ini anak dapat bergerak secara bebas dan dapat berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya dan belajar dengan alam dan masyarakat. Peningkatan tersebut dihitung dengan rumus gains skor ternormalisasi sebagai berikut.
Di dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dibuat,
rencana kegiatan mingguan (RKM), peta
konsep, media pembelajaran dan
skenario. Pada tahap ini guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan outdoor activity. Kegiatan pembelajaran berpedoman pada RKH yang telah di susun sebelumnya. Setelah menyusun RKH kemudian guru menerapkan kegiatan yang akan diberikan kepada anak. Guru terlebih dahulu memberikan contoh cara melaksanakan
kegiatan, kemudian memberikan
kesempatan kepada anak untuk mencoba agar anak mampu dengan mandiri.
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Kasar Capaian Perkembangan Indikator 1. Melakukan permainan fisik dengan teratur 1. Menendang bola ke depan dan ke belakang 2. Melakukan permainan fisik, misal petak umpet, tikus dan kucing 2. Menggerakkan lengannya untuk kelenturan kekuatan otot dan koordinasi 3. memantulkan bola besar, bola sedang dan bola kecil 4. melambungkan dan menangkap bola sambil bergerak/bergera k 5. memantulkan bola besar, bola sedang dan bola kecil dengan memutar badan, mengayunkan lengan dan melangkah
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak yang berjumlah 24 orang anak. Pada siklus I banyak hambatan yang dihadapi oleh
guru, diantaranya banyak anak yang belum mampu mengikuti kegiatan dengan baik dan sebagian besar anak belum mampu mematuhi perintah yang diberikan oleh gurunya. Kemudian pada siklus II sebagian besar anak sudah mulai berkembang dalam kemampuan motorik kasarnya. Anak-anak sudah muali senang dengan kegiatan yang dilakukan diluar
kelas dengan tujuan untuk
pengembangan kemampuan motorik
kasar anak. Banyak kegiatan yang menarik dapat diberikan kepada anak dengan bantuan media-media yang ada
disekitar anak. Banyak metode
pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak, salah satunya adalah outdoor activity, dengan memberikan kegiatan diluar kelas akan membuat anak tidak merasa bosan ketika belajar. Seorang anak akan cepat merasa bosan jika kegiatan yang diberikan tidak menarik bagi dirinya dan dilakukan didalam kelas
secara terus-menerus. Metode
pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam perkembangan motorik kasar pada anak kelompok B di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi peningkatan skor yang telah dikonversikan kedalam PAP Skala Lima mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus berikutnya. Berdasarkan
pedoman konversi PAP Skala Lima tentang peningkatan motorik kasar, maka dalam penelitian ini ditargetkan untuk pencapaiannya pada setiap siklus 80% yang berada pada kriteria tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Data yang dikumpulkan adalah
mengenai peningkatan kemampuan
motorik kasar dengan menerapkan
outdoor activity. Siklus I dilaksanakan mulai 9 April 2015 selama lima belas kali
pertemuan.. Sedangkan siklus II
dilaksanakan mulai 4 Mei 2015 sampai 18 Mei 2015 selama sepuluh kali pertemuan. Analisis siklus I menunjukkan hasil Modus (Mo)=5,00, Median (Me)=6,00, dan Mean
(M)=7,33. Jika disajikan ke Grafik Polygon tampak pada gambar 1.
0 5 10 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Mo= 5,00 M= 7,33 Me= 6,00
Gambar 1. Grafik Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus I
Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M
(5,00<6,00<7,33), dapat disimpulkan
bahwa sebaran data kemampuan motorik kasar pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian skor
kemampuan motorik kasar anak
cenderung rendah. Nilai 36,65% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 0-39 yang berarti bahwa tingkat kemampuan motorik kasar anak di Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak pada siklus I berada pada kriteria sangat rendah. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I terlihat masih adanya hambatan dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak. Hasil analisis siklus II menunjukkan hasil Modus (Mo)=20,00, Median (Me)=19,00, dan Mean (M)=18,5.
Jika disajikan ke Grafik Polygon tampak pada gambar 2
M=18,5
Mo=20,00 Me=19,00
Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Kasar Siklus II
Berdasarkan perhitungan dari grafik dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan motorik kasar pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian skor kemampuan motorik kasar anak cenderung tinggi. Nilai 92,50% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 90-100 yang berarti bahwa tingkat kemampuan motorik kasar anak di Kelompok B TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran pada siklus II berada pada kriteria sangat tinggi. Data yang telah diperoleh pada siklus I dan II diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis
deskiptif kuantitatif. Hasil analisis
menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata skor 36,65% kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 92,5%
Beberapa hal yang dilakukan oleh guru pada siklus II yaitu, menjelaskan ulang langkah langkah outdoor activity, membimbing dengan baik anak yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat meningkatkan kemampuan anak. Penerapan outdoor activity dapat
membantu untuk pengembangan
kemampuan motorik kasar pada anak. Dengan belajar diluar kelas seorang anak tidak akan cepat merasa bosan. Kegiatan outdoor activity dapat dilakukan dengan media pendukung yang ada disekitar
anak. Banyak media yang dapat
digunakan untuk pengembangan
kemampuan motorik kasar pada anak.
PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dan temuan
selama pelaksanaan tindakan siklus II telah tampak adanya peningkatan dalam proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan outdoor activity ada beberapa tujuan yang harus diketahui oleh seorang guru yaitu mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat, pembentukan sikap dan mental
anak, meningkatkan kesadaran,
membantu mengembangkan segala
potensi anak, mengenalkan kegiatan diluar kelas, anak dapat belajar secara langsung dengan cara menghargai alam dan lingkungan dan memanfaatkan
sumber yang berasal dari lingkungan sekitar. Salah satu pertimbangan yang sangat penting diperhatikan guru dalam memilih objek diluar kelas adalah tidak mengganggu kelas lain, maka akan sangat berpengaruh pada konsentrasi
belajar anak yang lain. sehingga
konsentrasi konsentrasi belajarmasing-masing anak dapat berjalan dengan baik. Karakteristik kemampuan motorik kasar berbeda-berbeda antara anak yang
satu dengan anak yang lainnya.
Kemampuan motorik anak usia 4-6 tahun
adalah brerlari, menendang bola,
melompat-lompat dengan kaki bergantian, melambungkan bola tenis dengan satu tangan dan menangkapnya dengan satu tangan, berjalan pada garis yang sudah ditentukan, berjinjit dengan tangan dan pinggul, mengayunkan satu kaki ke depan atau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan(Deni, 2011). Kemampuan motorik kasar dilakukan anak dengan gerakan berlari, melompat dalam bentuk
permainan kelihatannya sederhana.
Padahal gerakan kaki, tangan dan seluruh tubuh merupakan aktivitas otot yang cukup rumit karena kemampuan ini menuntut adanya kematangan dalam koordinasi seluruh gerakan otot-otot. Meningkatkan kemampuan motorik kasar harus memperhatikan prinsip-prinsip yang
sudah diterapkan sebelumnya.
Memberikan kegiatan kepada anak tidak bisa secara bebas dalam memilih kegiatan yang akan diberikan. Hal ini dikarenakan agar anak berkembang sesuai tahapannya dan tidak mengalami hambatan untuk selanjutnya. Prinsip perkembangan motorik kasar adalah bergantung pada kematangan otot dan syaraf, belajar keterampilan motorik tidak
terjadi sebelum anak matang,
perkembangan motorik mengikuti pola yang diramalkan dan dimungkinkan
menentukan norma perkembangan
motorik (Dewi, 2005). Banyak jenis permainan yang dapat diberikan kepada anak untuk meningkatkan kemampuan motorik kasarnya. Kegiatan berjalan
mengelilingi garis. Kegiatan ini
dimaksudkan agar anak memiliki
keseimbangan yang baik atau koordinasi yang baik antara penglihatan dengan
langkah anak. Jenis permainan yang akan diberikan kepada anak diluar kelas akan menggunakan otot-otot kasar. Jenis permainan outdoor activity yang dapat
dilaksanakan yaitu melompat maju
mundur, menendang bola, memindahkan bola dengan tali, menjatuhkan bola tenis, naik perosotan, naik turun tangga dan
meniti papan, lompat dan loncat.
Kemampuan motorik kasar anak harus
lebih diperhatikan guru. Karena
mengembangkan motorik kasar dengan memberikan kegiatan yang menggunakan otot-otot kasar. Pengertian motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menutut kekuatan fisik, keseimbangan, gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki dan seluruh anak.Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi berbagai gerakan motorik kasar (Deni, 2011). setiap perkembangan motorik kasar anak
dapat dilakukan diluar kelas.
Perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Aktivitas dilakukan anak tentu saja melibatkan aspek motoriknya. Kegiatan bermain aktif lebih banyak melibatkan ketrampilan motorik ataupun otot kasar, sedang bermain pasif tidak banyak melibatkan motorik kasar. Anak laki-laki pada umumnya banyak menggunakan motorik kasar seperti kegiatan berlari,
melompat, meloncat. Pada anak
perempuan penggunaan motorik kasar tidak seaktif pada anak laki-laki sehingga anak perempuan lebih menyukai kegiatan
yang berhubungan dengan jenis
kelaminnya seperti bermain boneka, bermain pasaran dan sebagainya. Orang tua juga para pengasuh di rumah perlu memahami kemampuan motorik anaknya. Hal ini berhubungan erat dengan
pemberian bantuan, pertolongan,
pemilihan jenis alat permainan dan kegiatan bermainnya. Dalam membantu mengembangkan kemampuan motorik kasar, banyak hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk mendukung adanya peningkatan dalam perkembangan anak. Seorang anak belajar dengan cara
bermain, banyak hal yang dapat dipelajari anak jika guru memberikan kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan.
Kemampuan motorik setiap anak
berbeda-beda, jadi guru tidak boleh membandingkan anak satu dengan yang lain. Dewi (2005:10) menyatakan, “hal yang harus diperhatikan guru dalam perkembangan motorik anak yaitu guru tidak boleh membandingkan anak yang satu dengan lainnya, perkembangan motorik ditentukan oleh kesempurnaan
tubuh dan keterampilan motorik
diperlukan ketika anak bermain”.
Memberikan kegiatan kepada anak, guru harus memperhatikan banyak hal yang perlu dilakukan. Sehingga seorang anak
merasa senang dalam melakukan
kegiatan yang diberikan. Seorang anak juga lebih senang ketika diberikan perhatian dari seorang guru dan tidak merasa dibanding-bandingkan dengan anak yang lainnya.
Santrock (2007) menyatakan Beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam pengembangan fisik adalah membuat
olahraga menjadi menyenangkan,
mengizinkan anak untuk mengajukan
pertanyaan tentang olahraga dan
mendiskusikan olahraga tersebut,
memperlihatkan dukungan pada
partisipasi anak dalam olahraga, bersikap positif dan meyakinkan anak bahwa ia berusaha dengan baik, menjadi model peran yang positif bagi anak dalam olahraga.
Pengembangan kemampuan motorik
kasar dapat melatih kelenturan,
kelincahan pada anak. Anak dapat berkembang sesuai dengan usianya dengan kegiatan yang menarik dan
bervariasi. Tujuan dan fungsi
pengembangan motorik kasar adalah
untuk keseimbangan tubuh anak,
melenturkan otot-otot anak,
mengembangkan kecerdasan anak
karena dapat merangsang otak melalui gerakan aliran atau peredaran darah yang lancar yang dapat mengalirkan oksigen ke otak sehingga syaraf-syaraf otak dapat berkembang, untuk kelincahan gerakan
anak, sebagai alat menunjang
pertumbuhan jasmani yang kuat,
meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh (Deni, 2011).
Perkembangan motorik anak tidak selalu dapat berkembang dengan baik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan motorik adalah kurangnya
kegiatan yang lebih menarik dan
menantang untuk anak. Seorang anak lebih senang jika belajar tentang hal yang baru dikenal. Dewi (2005:6) menyatakan,
“faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik yaitu kesehatan saat ibu mengandung, cara melahirkan, tingkat kecerdasan, perlindungan yang berlebihan dan cacat fisik”.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Berdasarkan analisis penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
penerapan outdoor activity dapat
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak. Berdasarkan analisis penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
penerapan outdoor activity dapat
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok B semester II tahun
pelajaran 2014/2015 di TK Putra Surya Natha Desa Pemuteran Kecamatan
Gerokgak. Banyak hambatan yang
dihadapi oleh guru ketika memberikan
kegiatan yang tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar, misalnya sebagian besar anak pada siklus I tidak mampu mematuhi perrintah yang diberikan oleh guru dan ada beberapa anak yang kurang memperhatikan apa yang dijelaska. Pada siklus II sudah terjadi
peningkatan, anak sudah mampu
melakukan kegiatan yang diberikan guru dengan baik. Anak senang dengan kegiatan motorik kasar yang dilakukan diluar kelas, karena anak dapat bergerak secara bebas. Kemampuan motorik kasar
dapat meningkat pada setiap siklus. Rata-rata pada siklus I dalam penerapan outdoor activity untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar yaitu sebesar 36,65% (berada dalam kategori rendah) sehingga dapat dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak, rata-rata yang diperoleh pada siklus II yaitu sebesar 92,5% (berada dalam kategori tinggi). Hasil siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 55,85%. Setelah diperoleh pra siklus, siklus I dan siklus II maka diperoleh nilai gains skor sebesar 0,7 berada pada kategori tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik kasar anak pada setiap siklus. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran
lebih aktif dengan memperhatikan
kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak.
SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-sara sebagai berikut. Kepada guru disarankan lebih inovatif dan
aktif dalam menyiapkan media
pembelajaran dan memilih metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan tema sehingga anak tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana belajar akan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A Gede 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan.
Singaraja: FIP Undiksha.
---. A. A Gede 2014. Buku Ajar
Metodologi Penelitian
Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing
Dewi Rosmala. 2005. Berbagai Masalah
Anak Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Prenada Media Group Gustiana Deni Asep. 2011. Pengaruh
Permainan Modifikasi terhadap Kemampuan Motorik Kasar dan Kognitif Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik
Pendidikan. Singaraja.Undiksha Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat
Pembina TK dan SD
Riskomar Dandan. 2004. Outdoor dan Fun Games Activities. Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books.
Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas
Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. Santrock. 2007. Perkembangan Anak,
Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga Yusuf, Sugandhi. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Vera Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas. Jogjakarta: DIVA