• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK

MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK A TK KUMARA ADI I

DENPASAR SELATAN

Made Ari Puspa Pramestya1, I Md. Suara2, I Km. Ngurah Wiyasa3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : pramesecret@yahoo.co.id1, imadesuara@yahoo.co.id2, wiyasangurah@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak setelah penerapan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar pada anak kelompok A semester II TK Kumara Adi I Denpasar Selatan tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A semester II TK Kumara Adi I Denpasar Selatan tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 21 anak. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada siklus I diketahui pencapaian perkembangan kognitif yaitu 58,66% yang berada pada kriteria rendah dan pada siklus II yaitu 80,64% dengan kriteria tinggi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak meningkat dari siklus I ke siklus II mencapai 21,98%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok A semester II di TK Kumara Adi I Denpasar Selatan tahun ajaran 2014/2015.

Kata kunci: model example non example, media gambar, perkembangan kognitif.

Abstract

This research purposed to analyze the development of children’s cognitive after implementing example non example learning model with pictures aid for Group A children in second semester of TK Kumara Adi I Denpasar Selatan school year 2014/2015. This research is a Classroom Action Research (CAR) conducted in 2 cycles. Subject of this research was children of group A in second semester of TK Kumara Adi I Denpasar Selatan school year 2014/2015. There were 21 children in a group. Observations were used as the method of data collection as well as observation sheet is used as the instrument. The data of the research were analyzed using descriptive statistical method and quantitative descriptive analysis method. Results of the research shows the development of children’s cognitive is increased after the implementation of example non example learning model with pictures aid. The result of this research show that, on first cycle the cognitive development reaches 58,66% which in low criteria and on second cycle it reaches 80,64% in high criteria. Result of data analytics shown improvement of cognitive development from first cycle to second cycle that reaches 21,98%. So, it can be concluded

(2)

that the implementation of example non example learning model with pictures aid can improve the cognitive development for Group A children in second semester of TK Kumara Adi I Denpasar Selatan school year 2014/2015.

Keywords: example non example model, pictures aid, cognitive development.

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ke depan. Mengingat anak usia dini adalah usia yang tepat untuk menanamkan dasar- dasar pendidikan permulaan dan pada usia ini pendidikan anak sangat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. Artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan fsikologis, kognitif, bahasa, sosial emosional dan spiritual anak.

Dalam menumbuh kembangkan fungsi-fungsi kemampuan pada anak tersebut, guru masih tetap memiliki peranan yang menentukan keberhasilan suatu pembelajaran, karena peran utama guru adalah merancang, mengelola, mengevaluasi dan tentunya secara terus menerus menindak lanjuti permasalahan dalam pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sujiono, dkk (2014:8.1) yang menyatakan “guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasi sehingga terjadi proses internalisasi pengetahuan atau menjadi bagian dari sistem pengetahuan anak”.

Salah satu cara yang baik untuk dapat membantu proses internalisasi tersebut adalah dengan menyesuaikan cara belajar anak usia dini. Anak usia dini belajar melalui hal-hal yang konkrit, yang dapat diamati, didengar, ataupun dirasakan langsung.

Untuk pengembangan kognitif anak khususnya dalam pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan, diperlukan kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang inovatif dan pemilihan media pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak merasa tertarik dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi di TK Kumara Adi I Denpasar Selatan, ditemukan permasalahan bahwa, (a) guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif sehingga menyebabkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksankan didalam kelas kurang kondusif, seperti pada saat guru mengajar anak ribut dan menjadi tidak fokus dalam menerima materi yang diajarkan oleh guru, (b) pada saat mengajar guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan bercakap-cakap yang membuat anak merasa jenuh dengan pembelajaran yang diberikan, (c) penggunaan media yang kurang bervariasi menyebabkan anak kurang motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan. Dengan demikian dampak dari permasalahan tersebut menimbulkan perkembangan kognitif anak kelompok A belum berkembang secara optimal.

Pada saat dilaksanakan observasi dalam kegiatan pembelajaran pada tanggal 17 Oktober 2014, ditemukan bahwa dari 21 anak kelompok A, masih terdapat 3 orang anak yang mendapatkan bintang 1 ( ), 8 orang anak mendapat bintang 2 ( ) dan 10 orang anak mendapatkan bintang 3 ( ) sedangkan ketuntasan yang diharapkan adalah semua memperoleh bintang 4 ( ).

Untuk mengatasi masalah tersebut dapat diupayakan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran example non example. Menurut Huda (2013:234)

“example non example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran”. Strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh gambar yang disajikan. Lebih lanjut Komalasari (2011:61) menegaskan, example non example

(3)

merupakan model pembelajaran yang membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah, sedangkan menurut Suyatno (2009:73) menyatakan, model example non example adalah model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi kemudian menyajikan gambar dengan menempel atau memakai OHP dengan petunjuk guru serta siswa mencermati sajian lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi dan refleksi. Dengan demikian siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan menentukan cara pemecahan masalah yang efektif serta melakukan tindak lanjut.

Model example non example memiliki kelebihan yaitu anak dapat memahami materi dalam kegiatan pembelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan dapat memotivasi anak menjadi aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu anak terlibat dalam satu proses discovery (penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example non example.

Penggunaan media juga menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran di Taman kanak-kanak (TK).

Salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak adalah dengan media gambar. Menurut Munir (2012:258) “gambar pada dasarnya membantu peserta didik dan membangkitkan minatnya pada pelajaran”.

sedangkan menurut Munadi (2013:89) menyatakan “gambar merupakan media visual yang penting dan mudah didapat”.

Dengan demikian media gambar sangat penting dalam pembelajaran karena dapat mengganti kata verbal, mengkongkritkan yang abstrak dan mengatasi pengamatan.

Media gambar dipilih dan dipergunakan

sesuai dengan tujuan khusus materi pembelajaran di TK. Media gambar memiliki kelebihan yaitu bersifat konkrit dan lebih realistis dalam menunjukkan masalah dibanding media verbal semata sehingga lebih efektif diterapkan saat pembelajaran di TK.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian tindakan yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Kelompok A Semester II di TK Kumara Adi I Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak melalui penerapan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar pada kelompok A semester II di TK Kumara Adi I Denpasar Selatan tahun Ajaran 2014/2015.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran dikelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap penelitian tindakan kelas, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul dikelasnya.

PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang ditunjukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Agung (2010:3) yang menyatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek- praktek pembelajaran dikelas secara lebih professional”, sedangkan menurut Suhardjono (dalam Dimyati 2013:116)

(4)

“memberi pengertian penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran dikelasnya”.

Dengan demikian dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ialah suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkesinambungan.

PTK ini difokuskan pada upaya peningkatan perkembangan kognitif pada anak kelompok A TK Kumara Adi I Denpasar Selatan tahun ajaran 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan perkembangan kognitif dengan menggunakan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar.

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A TK Kumara Adi I Denpasar Selatan yang berjumlah 21 anak, yang terdiri dari 14 anak laki-laki dan 7 anak perempuan sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah perkembangan kognitif anak semester II TK Kumara Adi I kecamatan Denpasar Selatan tahun ajaran 2014/2015.

Dalam penyusunan penelitian tindakan kelas diperlukan sebuah model (rancangan). Penelitian tindakan kelas ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk (2009:16). Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: (a) tahap perencanaan, (b) tahap pelaksanaan, (c) tindakan/observasi, (d) refleksi.

Rencana tindakan dalam siklus dapat digambarkan melalui prosedur penelitian tindakan kelas berikut ini.

Adapun tahapan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I adalah sebagai berikut.

Tahap pertama adalah rencana kegiatan. Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi kegiatan menentukan tingkat capaian perkembangan anak, menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM) maupun rencana kegiatan harian (RKH) yang diterapkan pada anak dengan menggunakan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar, menyiapkan media yang digunakan dalam proses pembelajaran, mengatur tempat duduk anak dalam bentuk kelompok yaitu kelompok mawar, melati dan kamboja, membuat lembar kegiatan anak dan membuat instrumen penelitian sesuai dengan data yang ingin diperoleh berupa lembar observasi.

Tahap kedua adalah pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan langkah- langkah model pembelajaran example non

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto

(2009:16)

(5)

example berbantuan media gambar. Dalam siklus penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan empat kali pertemuan dengan langsung dilaksanakan evaluasi disetiap kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan penerapan model pembelajaran example non example antara lain, menulis topik dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, membagi anak dalam kelompok (masing- masing kelompok beranggotakan 6-7 orang), mempersiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran kemudian ditayangkan lewat LCD, memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menganalisis gambar dan melakukan tanya jawab mengenai gambar yang ditayangkan, membagikan lembar kegiatan kepada anak terkait dengan materi yang telah disajikan dalam bentuk gambar dan menyimpulkan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tahap ketiga yaitu tahap observasi/evaluasi. Pada tahap ini selain melakukan observasi juga melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah penilaian keaktifan dalam melaksanakan kegiatan dan penilaian terhadap lembar kegiatan anak.

Tahap selanjutnya adalah tahap refleksi. Tahap refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan dan mengkaji hasil tindakan yang telah diberikan. Hasil renungan dan kajian ini dijadikan acuan untuk mencari beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak.

Alternatif tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam tindakan penelitian kelas pada siklus II.

Adapun tahapan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tahap pertama adalah rencana kegiatan. Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi kegiatan menentukan tingkat capaian perkembangan anak, menyusun

rencana kegiatan mingguan (RKM) maupun rencana kegiatan harian (RKH) yang diterapkan pada anak dengan menggunakan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar, menyiapkan media yang digunakan dalam proses pembelajaran, mengatur tempat duduk anak dalam bentuk kelompok yaitu kelompok mawar, melati dan kamboja, membuat lembar kegiatan anak, dan membuat instrumen penelitian sesuai dengan data yang ingin diperoleh berupa lembar observasi.

Tahap kedua adalah pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan langkah- langkah model pembelajaran example non example berbantuan media gambar. Dalam siklus penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan empat kali pertemuan dengan langsung dilaksanakan evaluasi disetiap kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan, disesuaikan dengan penerapan model pembelajaran example non example antara lain, menulis topik dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, membagi anak dalam kelompok (masing- masing kelompok beranggotakan 6-7 orang), mempersiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran kemudian ditayangkan lewat LCD, memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menganalisis gambar dan melakukan tanya jawab mengenai gambar yang ditayangkan, membagikan lembar kegiatan kepada anak terkait dengan materi yang telah disajikan dalam bentuk gambar, dan menyimpulkan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tahap ketiga yaitu tahap observasi/evaluasi. Pada tahap ini selain melakukan observasi juga melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah penilaian keaktifan dalam melaksanakan kegiatan dan penilaian terhadap lembar kegiatan anak.

Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan yang telah

(6)

diberikan. Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak kelompok A TK Kumara Adi I Denpasar Selatan tahun ajaran 2014/2015 mengalami peningkatan sehingga, penelitian tindakan kelas ini hanya dilaksanakan sampai siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan yang sistimastis. Observasi digunakan untuk menilai atau mengukur perkembangan atau kemajuan siswa dalam melakukan kegiatan tertentu. “Metode observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti” (Dimyati, 2013:92). Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang berupa perilaku, kegiatan, atau perbuatan yang dilakukan oleh subjek penelitian.

Menurut Agung (2012:61) “metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan atau pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan metode observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan yang sistimatis terhadap objek yang diteliti.

Selain menggunakan metode observasi, penelitian ini juga menggunakan metode wanwancara namun yang di wawancarai dalam penelitian ini adalah guru kelas mengenai kondisi kelas dan perkembangan kognitif masing-masing anak sebelum diterapkan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar.

Wawancara dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. selain observasi, wawancara juga merupakan instrumen penelitian yang sering digunakan untuk mengumpulkan data dalam PTK. Menurut Dimyati

(2013:68) “wawancara digunakan untuk menggali data yang diperlukan melalui tatap muka dengan responden atau orang yang dianggap dapat memberikan informasi terhadap data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian”, sedangkan menurut Agung (2010:62) “Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistimatis dan hasil tanya jawab ini dicatat atau direkam secara cermat”.

Dengan demikian dapat disimpulkan wawancara merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan data melalui tanya jawab yang sistematis.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang digunakan sebagai alat untuk mencari data. Sanjaya (2009:84) juga menegaskan ”instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif merupakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Menurut Agung (2012:67)

“menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial”. Dalam hubungan ini Agung (2012:67) menyatakan, metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti tabel distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (Md), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek atau variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan kedalam a) tabel data perkembangan kognitif anak, b) membuat tabel distribusi frekuensi, c) menghitung mean atau angka rata-rata (M), d) menghitung modus (Mo), e) menghitung median (Md), dan f) menyajikan data ke dalam grafik poligon.

(7)

0 1 2 3 4 5 6 7 8

45 52 59 66 73

Metode analisis deskriftif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan kriteria perkembangan kognitif yang dikonversikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima.

Berdasarkan pedoman PAP skala lima mengenai perkembangan kognitif, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran minimal 65-79% dengan kriteria sedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I terdiri dari empat kali pertemuan. Dalam empat kali pertemuan tersebut ditiap pembelajaran, langsung dilaksanakan evaluasi pada anak kelompok A yang berjumlah 21 anak. Tema yang dibahas pada siklus I adalah tema air, udara dan api. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan berdasarkan rencana kegiatan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya.

Data perkembangan kognitif yang diperoleh melalui kegiatan pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan disajikan dalam bentuk bentuk tabel data perkembangan kognitif anak, tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik poligon dan membandingkan rata-rata atau mean (M) dengan model PAP skala lima.

Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus I diperoleh mean (M) sebesar 58,66, modus (Mo) sebesar 57,60 dan median (Md) sebesar 57,95 untuk data perkembangan kognitif.

Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus I.

Mo = 57,60 Md = 57,95 M = 58,66

Gambar 2. Gambar Grafik Poligon Perkembangan Kognitif pada siklus I

Berdasarkan perhitungan dari grafik poligon tersebut terlihat Mo<Md<M (57,60<57,95<58,66), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan kognitif pada siklus I merupakan kurva juling positif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor perkembangan kognitif pada anak cenderung rendah.

Untuk menghitung tingkat perkembangan kognitif anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriterian Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 58,66% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55-64%, yang berarti perkembangan kognitif pada siklus I berada pada kriteria rendah.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa tingkat perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada siklus I masih berada pada kriteria rendah.

Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran example non example

(8)

0 2 4 6 8 10 12 14

69,5 75,5 81,5 87,5 93,5 berbantuan media gambar pada siklus I

adalah (a) pada saat menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar, beberapa anak kurang aktif, sedangkan hanya beberapa anak saja yang aktif, (b) media gambar yang digunakan kurang menarik dan kurang bervariasi sehingga menyebabkan anak kurang fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (c) pada saat mengerjakan tugas terkait dengan indikator yang dinilai, anak masih mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga anak belum terlihat mandiri dalam mengerjakan tugasnya.

Terkait dengan permasalahan yang dihadapi, solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah (a) menjelaskan kembali materi pembelajaran dengan cara lebih menarik dan mengajak anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran saat itu sehingga anak termotivasi dan aktif ketika materi pembelajaran dijelaskan, (b) media gambar yang digunakan dibuat lebih menarik dan bervariasi sehingga anak-anak dapat termotivasi dan fokus dalam kegiatan pembelajaran, (c) menjelaskan lebih rinci dan memberi bimbingan pada anak secara perlahan baik secara individu ataupun keseluruhan, agar anak mudah mengerti dan terbiasa untuk mengerjakan tugas yang diberikan secara mandiri. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan ke siklus II untuk peningkatkan dan penyempurnaan.

Siklus II terdiri dari empat kali pertemuan. Dalam empat kali pertemuan tersebut ditiap pembelajaran, langsung dilaksanakan evaluasi pada anak kelompok A yang berjumlah 21 anak. Tema yang dibahas pada siklus II adalah tema alat komunikasi. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan rencana kegiatan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya.

Data perkembangan kognitif yang diperoleh melalui kegiatan pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan disajikan dalam bentuk bentuk tabel data

perkembangan kognitif anak, tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik poligon dan membandingkan rata-rata atau mean (M) dengan model PAP skala lima.

Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus II diperoleh mean (M) sebesar 80,64 modus (Mo) sebesar 81,32, dan median (Md) sebesar 81,02 untuk data perkembangan kognitif.

Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus II.

Mo = 81,32 Md = 81,02 M = 80,57

Gambar 3. Gambar Grafik Poligon Perkembangan Kognitif pada siklus II

Berdasarkan perhitungan dari grafik poligon tersebut terlihat Mo>Md>M (81,32>81,02>80,64), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan pada siklus II merupakan kurva juling negatif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor perkembangan kognitif pada anak cenderung tinggi.

Untuk menghitung tingkat perkembangan kognitif anak, dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriterian Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 80,64% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 80–89%, yang berarti perkembangan kognitif pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

(9)

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif, sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) perkembangan kognitif dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Penyajian hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar dapat meningkatkan perkembangan kognitif pada anak. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan kognitif pada anak sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif pada siklus I yaitu 58,66% dengan kriteria rendah dan diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif pada siklus II yaitu 80,57% dengan kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukkan perkembangan kognitif anak meningkat dari siklus I ke siklus II mencapai 21,98%.

Peningkatan perkembangan kognitif pada anak kelompok A di TK Kumara Adi I terjadi setelah diterapkannya model pembelajaran example non example berbantuan media gambar. Dengan model pembelajaran example non example anak diajarkan menggunakan dua hal yang terdiri dari example dan non example. Example memberikan gambaran tentang sesuatu yang menjadi contoh suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non example memberikan gambaran tentang sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas sehingga anak mendapat pemahaman materi yang luas dan anak berusaha mengembangkan pengetahuannya tentang materi yang dibahas. Hal tersebut didukung juga oleh pendapat Shoimin, (2014:76) yang menyatakan, “dengan model pembelajaran example non example anak diajak memahami materi lebih mendalam dan lebih kompleks, anak terlibat dalam satu

proses discovery (penemuan) yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example non example".

Selain dengan model pembelajaran example non example, Berbantuan media gambar juga sangat mempengaruhi peningkatan perkembangan kognitif pada anak Kelompok A TK Kumara Adi I Denpasar Selatan. Media gambar yang ditampilkan melalui LCD, dapat meningkatkan aktivitas berpikir anak dan merangsang perkembangan kognitif anak khususnya dalam pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan. Anak merasa tertarik dan fokus, sehingga anak termotivasi dan sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar dalam proses pembelajaran perlu diterapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut bahwa dengan Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Berbantuan Media Gambar dapat Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Kelompok A Semester II di TK Kumara Adi I Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015 dan model pembelajaran tersebut sangat perlu diterapkan secara intensif dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif anak pada siklus I yaitu 58,66% dengan kriteria rendah dan pada siklus II yaitu 80,64% berada pada kriteria tinggi, hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak meningkat mencapai 21,98%

sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya Model Pembelajaran Example Non Example Berbantuan Media Gambar dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok A semester II di TK Kumara Adi I Denpasar Selatan tahun pelajaran 2014/2015.

(10)

Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat diajukan saran sebagai berikut (a) Kepada Anak, diterapkannya model pembelajaran example non example berbantuan media gambar dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan perkembangan kognitif anak meningkat khusunya dalam hal pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan, (b) Kepada Guru, disarankan agar menggunakan model pembelajaran example non example berbantuan media gambar pada saat pelaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga pada saat proses pembelajaran dilaksanakan anak merasa senang dan tertarik mengikuti pembelajaran, (c) Kepada Kepala TK, disarankan selalu memberikan motivasi dan melakukan monitoring kepada guru-guru agar selalu berinovasi dalam menerapkan model dan media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak, (d) Kepada peneliti lain, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan berbagai model dan media pembelajaran yang lebih inovatif yang nantinya dapat dijadikan perbandingan dalam penelitian berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK).

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

---, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontektual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT Refika Aditama.

Munir. 2012. Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan.

Bandung. Alfabeta Bandung.

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran.

Jakarta: Referensi (GP press group).

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Sujiono, Nurani Yuliani, dkk. 2014. Metode Pengembangan Kognitif.

Tangerang.: Universitas Terbuka.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Gambar

Gambar 1. Rancangan Penelitian  Tindakan Kelas Model Arikunto
Gambar 2. Gambar Grafik Poligon  Perkembangan Kognitif pada siklus I
Gambar 3. Gambar Grafik Poligon  Perkembangan Kognitif pada siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan media kartu angka bergambar ternyata sangat efektif untuk

yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 82,33% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi”. Berdasarkan simpulan di atas, saran-saran yang dapat diajukan adalah

Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media puzzle ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan

Untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Bamboo Dancing Berbantuan Media Gambar untuk

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikandalam BAB IV di depan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (Direct

Berdasarkan paparan di atas, mengenai model direct instruction berban- tuan media puzzle untuk meningkat perkem- bangan mengenal bentuk geometri, maka untuk itulah

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Tyasari (2008:1) menyatakan bahwa, “mozaik merupakan kerajinan yang dibentuk dari kepingan atau pecahan keramik, kaca atau kertas

Menurut Agung (2010:2) menyatakan, PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan ter- tentu agar dapat memperbaiki