• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK

BERBANTUAN MEDIA KEPINGAN BALOK GEOMETRI

UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

KELOMPOK B2 TK GANESHA DENPASAR

Ria Yuliana1, I Wayan Darsana2, I Wayan Wiarta3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: renata_ria@ymail.com1, w_darsana@ymail.com2, wayan.wiarta@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif saat penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri anak kelompok B2 semester 2 TK Ganesha Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian adalah anak-anak kelompok B2 yang berjumlah 21 anak, yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 13 laki-laki.Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi.Datadianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada siklus I diketahui pencapaian perkembangan kognitif yaitu 61,31% dengan kriteria rendah dan pada siklus II yaitu 84% dengan kriteria tinggi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu 22,69%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B2Semester 2 TK Ganesha Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: model pembelajaran talking stick, media kepingan balok geometri, perkembangan kognitif

Abstract

This study aimed to improve cognitive development while applying the talking stick learning model assisted by geometry shapes blocks media to the children of group B2 on second semester at Ganesha Kindergarten Denpasar in academic year 2014/2015. This study was a Classroom Action Research (CAR) which conducted in two cycles. The Subjects of this study were children of group B2 second semester at Ganesha Kindergarten Denpasar in academic year 2014/2015, which have 21 children, consisted of 8 girls and 13 boys. This study used observation method and interviews with research instruments in form of observation sheet. The data was analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive. The result shows that In the first cycle is the cognitive development reaches 61,31% with low criteria, and in the second cycle thecognitive development reaches 84% with high criteria. The result shows that the development from the first cycle to second cycle reaches 22,69%. It can be concluded that the application of the talking stick learning model assisted by geometry shapes blocks media can improve cognitive development of group B2 children on second semester at Ganesha Kindergarten Denpasar in academic year 2014/2015.

(2)

Key word:the talking stick learning model, geometry shapes blocks media, cognitive development

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat terpenting dalam kehidupan setiap anak. Setiap anak berhak untuk dapat memperoleh pendidikan yang layak, dari pendidikan tersebut akan membentuk masa depannya dalam mengembangkan potensi, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan nilai-nilai karakter, dan sebagainya. Adapun jenjang pendidikan yang ada yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Salah satu pendidikan yang penting untuk dilalui seorang anak yaitu PAUD.Seperti yang diketahui saat ini PAUD mengalami perkembangan yang sangat pesat.Hal tersebut terlihat dengan bertambahnya jumlah lembaga PAUD di jalur formal, informal, dan nonformal. Jalur formal yaitu Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Atfal (RA), jalur informal yaitu pendidikan dalam keluarga, dan jalur nonformal yaitu Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan PAUD sejenis lainnya.

Menurut Hasan (2009:15) menyata-kan, “PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, informal, dan nonformal”. Jadi, PAUD meru-pakan proses pembinaan tumbuh kembang anak umur 0-6 tahun yang harus diberikan rangsangan pendidikan untuk tumbuh kembangnya.

Setiap keberhasilan anak diperlukan peran dari seorang guru.Menurut Uno (2011:15) menyatakan,“guru ialah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing anak”.Guru berkewajiban untuk meningkatkan 5 aspek perkem-bangan pada anak, serta guru TK dituntut untuk ekstra sabar dan kreatif dalam

merancang strategi pembelajaran. Di TK terdapat 5 aspek perkembangan yang harus dikembangkan yaitu nilai agama dan moral, fisik/motorik, bahasa, kognitif, serta sosial emosional.Semua aspek tersebut harus dikembangkan dengan optimal.

Kognitif merupakan salah satu dari 5 aspek perkembangan di TK yang harus dikembangkan. Menurut Sujiono (2014:1.3) menyatakan, “kognitif ialah suatu proses berpikir dalam kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertim-bangkan suatu kejadian atau peristiwa”. Perkembangan kognitif selalu berhubungan dengan semua perkembangan yang lain, karena poses berpikir tersebut terletak pada sel syaraf otak yang mengatur segala hal yang dilakukan.

Menurut Piaget (dalam Ali, 2011:38) menyatakan, “ada 4 tahap perkembangan kognitif anak yaitu; 1) tahap sensori motorik (0-2 tahun), ditandai dengan kecenderung-anpada sensori motorikyang sangat jelas; 2) tahap praoperasional (2-7 tahun), ditandai dengan kecenderungan sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang yang bermakna, dan lingkungan sekitarnya; 3) tahap operasional konkret (7-11 tahun) ditandai dengan realitas konkret dan interaksi dengan lingkungan, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah mulai berkurang serta; 4) tahap operasional formal (11 tahun ke atas) ditandai dengan berpikir abstrak”. Pada anak TK masuk pada tahap praoperasional, terlihat anak sangat bersifat egosentris sehingga anak sering sekali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain, dan lebih banyak mengutama-kan pandangannya sendiri.

Kognitif juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Ali (2011:34) menyatakan, “faktor-faktor yang mem-pengaruhi perkembangan kognitif yaitu; 1) faktor hereditas, semenjak dalam kan-dungan anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya; 2) faktor lingkungan (keluarga dan sekolah), keluarga memberikan pengalaman yang

(3)

utama diberbagai kehidupan anak, dan sekolah ialah lembaga formal yang bertanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak setelah lingkungan keluarga”.Jadi, dari kedua faktor tersebut dapat berpengaruh besar dalam perkem-bangan kognitif anak dan harus bisa membawa dampak yang baik untuk anak terutama pada lingungan sekitarnya. Karena lingkungan yang baik akan membawa dampak yang baik untuk anak.

Agar dapat membentuk kognitif anak pada periode praoperasional tersebut, anak harus selalu diberikan stimulasi dengan memberikan banyak pengalaman yang konkret dan menyenangkan untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif-nya, karena pada masa ini merupakan masa emas atau golden age. Pada masa emas anak mudah untuk menerima stimu-lasi pembelajaran dengan baik. Sesuatu yang ia lihat, ia dengar, ia rasa, ia sentuh, dan ia hirup, akan mudah diserap dengan baik pada ingatannya.

Berdasarkan hal tersebut terhadap hasil wawancara dan observasi yang dilaksanakan di TK Ganesha Denpasar.Pada tanggal 19 Agustus 2014 mewawan-carai kepala sekolah (Sang Ayu Putu Rahyuni, S.Pd) dan guru kelompok B2 (I Gusti Ayu Agung Kumara dewi, A.Ma) menyatakan, untuk di kelompok B2 anak terlihat pasif saat kegiatan dan anak sering berbicara dengan temannya saat pembela-jaran.Hal tersebut terjadi karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, guru lebih sering mengguna-kan metode ceramah dan metode demonstrasi saat mengajar.Selain itu juga, media yang digunakan belum bervariasi, anak selalu diberikan lembar kerja berupa majalah saja saat kegiatan berlangsung.Akibatnya, anak menjadi cepat jenuh dan pandangannya mudah beralih dengan mengajak temannya berbicara ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Saat observasi yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran tersebut dan berdasarkan atas beberapa catatan rangku-man nilai anak, pada kenyataannya per-kembangan kognitif (konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola) belum berkembang dengan optimal.Masih banyak anak yang mengalami kekeliruan, kurang aktif, kurang

fokus,dan kurang bersemangat saat mengerjakan tugas. Beberapa indikator pada aspek perkembangan kognitif pada ranah konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola yaitu; 1) membedakan benda yang jumlahnya sama, tidak sama, lebih banyak; dan lebih sedikit; 2) mengurutkan benda selanjutnya; 3) mengukur panjang benda dan; 4) mengelompokkan benda berdasar-kan bentuknya.

Berdasarkan hal tersebut untuk mengatasi permasalahan yang ada di TK Ganesha Denpasar, anak haruslah diberi-kan media yang sifatnya nyata, media yang bervariasi, dan menggunakan model pem-belajaran yang menyenangkan. Hal terse-but dilakukan agar anak mudah memahami dan menyerap materi dengan baik, anak menjadi lebih fokus saat guru menjelaskan, anak menjadi aktif, anak menjadi ber-semangat, anak menjadi lebih antusias saat menerima pembelajaran, serta terciptalah suatu bentuk pembelajaran yang menye-nangkan. Salah satunya dengan menerap-kan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri. Suatu model pembelajaran sangat penting untuk diterapkan saat kegiatan pembelajaran.Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.Menurut Rusman (2011:132) menyatakan, “model pembelajaran adalah suatu kegiatan pem-belajaran yang harus dikerjakan guru dan anak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien”.Salah satu bentuk dari model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif.Menurut Slavin (dalam Taniredja, 2013:56) menyata-kan, “model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, anak dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru”.Banyak berbagai macam model pembelajaran kooperatif, beberapa diantaranya yaitu talking stick, tari bambu, mind mapping, artikulasi, dan lain sebagainya.Salah satu model pembelajaran yang menyenangkan dan bisa diterapkan di TK adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

Model pembelajaran talking stick ialah model yang mempergunakan tongkat, anak

(4)

yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.Sebelum tongkat berhenti anak harus menyanyikan lagu yang sesuai dengan tema pada hari itu, saat lagu selesai dinyanyikan, anak yang terakhir memegang tongkat harus menjawab atau mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru.Model pembelaja-ran talking stick, menurut Shoimin (2014:197) menyatakan, “model yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku)”. Didukung dengan manfaat model pembelajaran talking stick menurut Huda (2014:224) menyatakan, “model ini bermanfaat karena ia mampu menguji kesiapan anak, dalam melatih memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun”. Berdasarkan uraian terse-but, model pembelajaran talking stick ialah model yang mempergunakan tongkat, siapa yang mendapat tongkat ia harus menyata-kan pendapat, soal, pertanyaan, dan tugas yang diberikan oleh guru. Sebelum itu anak diminta untuk menyanyikan lagu sesuai tema pada hari itu.

Langkah-langkah dalam model pem-belajaran talking stick menurut Aqib (2013:26) menyatakan, “sintaksnya yaitu menyiapkan tongkat, menyampaikan mate-ri, mengambil tongkat dan memberikan kepada anak, anak yang mendapatkan tongkat harus menjawab pertanyaan atau melaksanakan tugas, memberikan kesim-pulan, dan evaluasi”. Jadi, materi dipelajari terlebih dahulu, lalu tongkat tersebut berpin-dah dari tangan anak yang satu ke anak lainnya.Anak yang mendapat tongkat, berhak melaksanakan tugas yang diberikan guru terlebih dahulu.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan tersendiri, termasuk model pembelajaran talking stick.Menurut Huda (2014:225) menyatakan, “kelebihan talking stick ialah mampu menguji kesiapan anak, melatih keterampilan mereka dalam memahami materi pembelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun”.Pendapat kedua menurut Shoimin (2014:199) menyatakan,

“kelebihan talking stick ialah menguji kesiapan anak dalam pembelajar-an, melatih anak dalam memahami materi dengan cepat, memacu anak agar giat belajar, dan anak berani mengemukakan pendapat”.Jadi, kelebihan dari model pembelajaran talking stick yaitu melatih anak memahami materi, berani mengemukakan pendapat, dan melatih anak untuk siap dalam situasi apapun.

Model pembelajaran talking stick juga didukung dengan media yang konkret yaitu media kepingan balok geometri. Menurut Nurjatmika (2012:59) menyatakan, “balok adalah jenis permainan yang kaya manfaat, terutama bagi pertumbuhan dan perkem-bangan anak, balok juga memperkuat genggaman jari dan tangan, meningkatkan koordinasi mata dan tangan, serta anak dapat mempelajari perbedaan bentuk geo-metri”.Media balok tidak harus dibeli di toko, melainkan media ini mudah untuk dibuat sendiri dan bahannya menggunakan limbah kayu yang ada di lingkungan sekitar.Media ini berbentuk geometri (segitiga, lingkaran, dan persegi) berupa kepingan-kepingan dengan berbagai warna.

Menurut Latif (2013:128) menyata-kan, “manfaat media balok yaitu dapat mengembangkan keterampilan hubungan dengan teman sebaya dengan keterampilan komunikasi, kekuatan, koordinasi motorik halus dan motorik kasar, konsep matemati-ka dan geometri, pemikiran simbolik, dan keterampilan membedakan penglihatan”. Pendapat kedua menurut Nurjatmika (2012:60) menyatakan, “beberapa manfaat dari media balok yaitu; 1) mengenalkan konsep dasar matematika, media balok dapat mengenal konsep bentuk, warna, ukuran, dan keseimbangan; 2) merangsang kreativitas dan imajinasi anak; 3) melatih kesabaran anak; 4) secara sosial, anak belajar untuk saling berbagi; dan 5) mengembangkan rasa percaya diri pada anak, saat anak bisa membuat bangunan tentu saja anak akan merasa puas dan gembira, semua itu akan menumbuhkan rasa percaya diri”. Jadi, banyak manfaat yang didapatkan dari media kepingan balok geometri, selain mengenalkan konsep ben-tuk, warna, ukuran, dan pola, dapat nambah kreativitas, daya imajinasi, me-ningkatkan rasa percaya diri,

(5)

meningkat-kan rasa sosial pada anak, anak juga dapat dilatih kesabarannya.

Berdasarkan hal tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan perkembangan kognitif saat penerapan model pembelajaran talking stick berban-tuan media kepingan balok geometri anak kelompok B2 semester 2 TK Ganesha Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. METODE

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan kognitif (konsep bentuk, warna, ukuran dan pola) meningkat, saat penerapkan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri.Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok B2 di TK Ganesha Denpasar (Jalan Raya Sesetan No. 196 Denpasar) pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.Subjek penelitian ini ialah semua anak pada kelompok B2 yang berjumlah 21 anak, terdiri dari 13 anak laki-laki dan 8 perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri dan perkembangan kognitif anak kelompok B2 semester 2 TK Ganesha Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

Jenis penelitian ini ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan, PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan ter-tentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelaja-ran di kelas secara lebih profesional. Jadi, PTK adalah penelitian dengan melakukan suatu tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan perkembangan kognitif anak.Siklus PTK ditunjukkan pada gambar 1 yaitu sebagai berikut.

Gambar 1. Rancangan PTK Model Arikunto (2009:16).

Pada penelitian ini diadakan sebanyak 2 siklus, karena pada siklus I rata-rata persentase perkembangan kognitif anak berada pada kriteria rendah yaitu 61,31%. Maka dari itu, perlu adanya perbaikan pada siklus II agar dapat mencapai kriteria keberhasilan yaitu minimal kriteria sedang.Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II rata-rata persentase perkembangan kognitif anak meningkat dan berada pada kriteria tinggi yaitu 84%.

Adapun tahap-tahap pada setiap siklus PTK yaitu perencanaan, pelaksa-naan, pengamatan, dan refleksi.Adapun uraian pada siklus I yaitu, 1) tahap perencanaan, pada tahap ini ialah menyusun rancangan kegiatan sebelum pelaksanaan tindakan. Perencanaan tindakan yang perlu disiapkan yaitu; a) menyusun rencana pembelajaran berupa: Peta Konsep, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH), yang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan; b) mempersiapkan model pembelajaran talking stick dan media kepingan balok geometri dan; c) mempersiapkan instrumen penelitian sesuai dengan data yang ingin diperoleh; 2) tahap pelaksanaan tindakan, pada tahap ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah disusun sebelumnya. Hal-hal yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri yaitu membentuk siswa menjadi beberapa kelompok sesuai kebutuhan, menjelaskan materi berdasarkan tema pada hari itu, menyediakan tongkat dan saat tongkat berhenti disalah satu anak, anak tersebut harus menjawab atau melaksanakan tugas yang diberikan guru, dengan menyediakan media kepingan balok geometri, dan instrumen penelitian. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai prosedur yang telah dirancang; 3) tahap pengamatan, pada tahap ini pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran terhadap aktivitas yang dilakukan anak, pengem-bangan materi, proses dan hasil belajar, mengamati perilaku anak dalam proses pembelajaran, serta penelitian ini dilakukan dengan berkolaborasi dengan guru kelas.

Perencanaan

SIKLUS

Pengamatan

Pelaksanaan Refleks

(6)

Mengobservasi proses pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah dari model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri dan memberi penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran serta; 4) tahap refleksi, tahap ini dilakukan untuk memikirkan dan mengkaji hasil tindakan pada siklus pertama tentang perkembangan kognitif anak. Hasilnya dapat menjadi acuan untuk dicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan penelitian kelas untuk ke siklus selanjutnya.Dari hasil observasi yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan perkembangan kogni-tif anak masih berada pada kriteria rendah.Dengan demikian, masih perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang dite-mukan saat menerapkan siklus I yaitu, 1) beberapa anak masih kurang teliti saat menghitung panjang meja dan meletakkan baloknya miring, tidak lurus sesuai yang diperintahkan guru; 2) beberapa anak masih bingung dalam membedakan sama atau tidaknya banyak benda; 3) beberapa anak masih keliru dalam mengurutkan pola. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut yaitu; a) lebih menjelaskan secara terperinci mengenai cara mengukur meja dan menghitung banyak balok dengan baik; b) lebih menjelaskan secara terperinci dalam membedakan sama atau tidaknya banyak benda; c) memberikan banyak contoh dalam mengurutkan pola. Pada pelaksa-naan siklus I, perkembangan kognitif anak berada pada kriteria rendah dengan rata-rata persentasenya yaitu 61,31% dan perlu dianjutkan ke siklus II.

Adapun penjelasan pada siklus II yaitu, 1) tahap perencanaan,pada tahap ini dari permasalahan yang terjadi di siklus I, maka harus diberikan tindakan yang dapat lebih meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B2. Perencanaan tindakan meliputi, a) menyusun rencana pembelaja-ran yaitu: Peta Konsep, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan

Harian (RKH), yang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan; b) memper-siapkan model dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran; c) mempersiapkan instrumen penelitian sesuai dengan data yang ingin diperoleh; d) mempersiapkan strategi untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada siklus I; 2) tahap pelaksanaan tindakan, pada tahap ini sama seperti siklus I, disusun sesuai dengan sintaks model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri yaitu membentuk anak menjadi beberapa kelompok sesuai kebutuhan, menjelaskan materi berdasarkan tema pada hari itu, menyediakan tongkat untuk menjalankan model pembelajaran, saat tongkat berhenti disalah satu anak, anak tersebut harus menjawab atau melaksana-kan tugas yang diberimelaksana-kan guru, menyedia-kan media kepingan balok geometri, dan instrumen penelitian. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai prosedur yang telah dirancang. Disamping itu, guru lebih menjelaskan secara detail dan memberikan banyak contoh untuk dapat mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada siklus I, sehingga perkembangan kognitif anak dapat meningkat sesuai kriteria keberhasilan; 3) tahap pengamatan, pada tahap ini sama seperti siklus I, pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pem-belajaran terhadap aktifitas yang dilakukan anak, pengembangan materi, proses dan hasil belajar, serta mengamati perilaku anak dalam proses pembelajaran serta; 4) tahap refleksi, pada tahap ini melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan siklus II perkembangan kognitif anak meningkat, perkembangan kognitif anak pada siklus II ini dapat melebihi kriteria keberhasilan dan mampu mencapai kriteria tinggi dengan rata-rata persentasenya yaitu 84%.

Adapun temuan-temuan yang dipe-roleh selama tindakan pelaksanaan siklus II yaitu, 1) anak yang awalnya pada siklus I kurang teliti saat mengukur panjang meja, akhirnya pada siklus II dapat mengukur panjang meja dan menghitungnya dengan teliti; 2) anak yang awalnya pada siklus I mengalami kesulitan dalam menentukan urutan pola selanjutnya, akhirnya pada siklus II dapat mengurutkan dengan benar

(7)

dan cepat; 3) anak yang awalnya pada siklus I bingung saat menentukan sama dan tidaknya banyak balok, akhirnya pada siklus II dapat menentukan sama dan tidaknya banyak balok dengan banar; 4) anak sangat bersemangat saat mengelompokkan berda-sarkan jenisnya; 5) media kepingan balok geometri dapat menambah wawasan anak terhadap konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola dengan baik; 6) model pembelaja-ran talking stick dapat membuat anak antusias, aktif, dan bersemangat.

Saat penelitian dilakukan, diperlukan metode pengumpulan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.Metode yang digunakan yaitu wawancara dan observasi. Menurut Agung (2012:62) me-nyatakan, “metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil

tanya jawab ini dicatat atau direkam secara cermat”. Dalam hal ini yang diwawancarai ialah guru kelas B2, mengenai keadaan kelas dan perkembang-an kognitif pada setiap anak sebelum diterapkan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri. Kemudian menurut Agung (2012:61) menyatakan, “metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu”. Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran perkembangan kog-nitif.Kegiatan yang dilakukan dapat dinilai pada skor penilaian perkembangankognitif anak dengan menggunakan simbol bintang yang dapat dilihat pada tabel 1, yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.Tabel Skor Penilaian Perkembangan Kognitif Anak

Simbol Nilai Makna Nilai Skor

Belum Berkembang (BB) 1 Mulai Berkembang (MB) 2 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 Berkembang Sangat Baik (BSB) 4

(Dimyati, 2013:96) Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi disusun untuk memudah-kan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Lembar

yang digunakan ialah rubrik penilaian perkembangan kognitif (konsepbentuk, warna, ukuran, dan pola) dapat dilihat pada tabel 2, yaitu sebagai berikut.

Tabel 2. Tabel Rubrik Penskoran Perkembangan Kognitif Anak

No Indikator Skor

1 2 3 4 1 Mengukur panjang dengan langkah,

jengkal, lidi, ranting, penggaris, meteran, dan lain-lain.

2 Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri tertentu (warna, bentuk, dan ukuran). 3 Menunjuk, mengelompokkan benda

yang jumlahnya sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit dari 2 kumpulan benda.

(8)

setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan.

(Diimplementasi dari Dimyati, 2013:95) Keterangan:

1 = Belum Berkembang ( ) 2 = Mulai Berkembang ( )

3 = Berkembang Sesuai Harapan ( ) 4 = Berkembang Sangat Baik ( )

Setelah memperoleh data, mulailah untuk menganalisisnya.Data harus disaji-kan ke dalam bentuk metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012:67) menyatakan, “analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, mean, median, modus, standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek atau variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum”.Pada penerapan meto-de analisis statistik meto-deskriptif ini, data dapat disajikan yaitu dengan membuat tabel distribusi frekuensi, mencari mean (nilai rata-rata), median (nilai tengah), dan modus (nilai banyak data yang sering muncul), dan grafik poligon.

Selanjutnya metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012:67)

menyatakan, “metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan me-nyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Saat menganalisis data dengan metode analisis deskriptif kuantitatif diguna-kan rumus M% atau rata-rata persen sebagai berikut.

M(%) =     SMI M x 100% (1) (Agung, 2005:96) Keterangan: M(%) = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor maksimal ideal

Hasil rata-rata (M%) dari perkem-bangan kognitif anak, dikonversikan melalui penilaian acuan patokan (PAP) skala lima berdasarkan kriterianya, dapat dilihat pada tabel 3 yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Perkembangan Kognitif

Persentase (%) Kriteria Perkembangan

Kognitif 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah (Agung, 2013:107)

Berdasarkan tabel 3 tersebut, penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri dinyatakan berhasil apabila terlihat adanya perubahan hasil skor rata-rata dari siklus I ke siklus II yang dikonversikan pada pedoman PAP skala lima, kriteria tingkat perkembangan kognitif

yang berada pada rentangan 65-79% dengan minimal kriteria sedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data perkembangan kognitif (konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola) dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median,

(9)

modus, grafik poligon, dan membanding-kan rata-rata yang dikonversimembanding-kan melalui penilaian acuan patokan (PAP) skala lima berdasarkan kriterianya.

Pada siklus I hasilnya adalah nilai mean (61,31), nilai modus (59,5), dan nilai median (61). Data tabel distribusi perkem-bangan kognitif pada siklus I digambarkan menjadi grafik poligon pada gambar 2, yaitu sebagai berikut.

Gambar 2. Gambar Grafik Perkembangan Kognitif Pada Siklus I

Grafik Poligon tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) yaitu 61,31; median yaitu 61; dan modus yaitu 59,5(Mo=59,5<Md=61<M=61,31), dengan demi-kian dapat disimpulkan bahwa pada siklus I menunjukkan kurve juling positif yang berarti bahwa rata-rata perkembangan kognitif (konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola) pada siklus I cenderung rendah.

Tingkat perkembangan kognitif siklus I dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) yang dikonversikan pada PAP skala lima. M% = 61,31% yang berada pada tingkat penguasaan 55%–64% berada pada kriteria rendah.

Pada siklus II hasilnya adalah nilai mean (84), nilai modus (88,53), dan nilai median (85,74). Data tabel distribusi perkembangan kognitif pada siklus I digambarkan menjadi grafik poligon pada gambar 3, yaitu sebagai berikut.

Gambar 3. Gambar Grafik Perkembangan Kognitif Pada Siklus II

Grafik poligon menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) yaitu 84; median yaitu 85,74; dan modus yaitu 88,53 (Mo=88,53>Md=85,74>M=84), dengan de-mikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus II menunjukkan kurve juling negatif yang berarti bahwa rata-rata perkembangan kognitif (konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola) pada siklus II cenderung tinggi.

Tingkat perkembangan kognitif siklus II dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) yang dikonversikan pada PAP skala lima. M% = 84% yang berada pada tingkat penguasaan 80%–89% berada pada kriteria tinggi.

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri dapat meningkatkan per-kembangan kognitif, sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan, dan telah melebihi dari kriteria keberhasilan. Hal tersebut terlihat dari perkembangan kognitif anak meningkat.Maka dari itu, penelitian ini cukup sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil penyajian tersebut dengan penerapkan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri dapat meningkatkan per-kembangan kognitif anak.Hal tersebut terlihat dari hasil analisis perkembangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 33,5 41,5 49,5 57,5 65,5 73,5 81,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 51 60 69 78 87 96 105 M = 61,31 Md = 61 Mo = 59,5 M = 84 Md = 85,74 Mo = 88,53

(10)

kognitif anak. Hasil analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif, diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B2 semester 2 TK Ganesha Denpasar, siklus I yaitu 61,31%dan rata-rata pada siklus II yaitu 84%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan

kogni-tif anak meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu 22,69%.

Adapun ringkasan hasil penelitian terhadap perkembangan kognitif (konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola) anak kelompok B2 semester 2 TK Ganesha Denpasar, dapat dilihat pada tabel 4 yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.Ringkasan Hasil Penelitian Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Kelompok B2 Semester 2 TK Ganesha Denpasar

Tahapan Siklus I Kriteria SiklusII Kriteria

M (Mean) 61,31 Rendah 84 Tinggi M (%) 61,31% Rendah 84% Tinggi

Md(Median) 61,00 85,74

Mo(Modus) 59,50 88,53

Berdasarkan hasil analisis data dari siklus I ke siklus II, perkembangan kognitif anak meningkat dengan signifikan.Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B2 semester 2 TK Ganesha Denpasar.

Perkembangan kognitif anak meningkat karena diterapkannya model pembelajaran talking stickberbantuan media kepingan balok geometri.Model pembelajaran yang menarik untuk dilaku-kan, dapat mengajarkan anak untuk siap dalam situasi apapun, dapat memahami materi dengan baik karena bersifat menyenangkan, dan anak menjadi lebih bersemangat karena bermain bersama teman-temannya dalam suatu kelompok. Hal tersebut didukung dengan pendapat Huda (2014:224) menyatakan, “model ini bermanfaat karena ia mampu menguji ke-siapan siswa, memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun”. Kemudian dipadukan dengan media yang konkret, menarik, dan mudah untuk dibuat yaitu media kepingan balok geometri, sehingga mempermudah anak memahami materi konsep, bentuk, warna, ukuran, dan pola. Berdasarkan hal tersebut model pembelaja-ran talking stickberbantuan media kepingan balok geometri dapat meningkat-kan

perkembangan kognitif anak dengan baik. Demikian juga model ini dapat diterap-kan untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak yang lain. Kemudian dipadukan dengan media yang sesuai untuk lebih meningkatkan aspek perkem-bangan yang ingin dikembangkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa penerapkan model pembelajaran talking stick berban-tuan media kepingan balok geometri dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B2 semester 2 TK Ganesha Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut ditunjukkan dengan mengetahui hasil meningkatnya perkembangan kognitif anak dengan rata-rata persentase perkem-bangan kognitif siklus I yaitu 61,31% dengan kriteria rendah dan siklus II sebesar 84% dengan kriteria tinggi. Meningkatnya perkembangan kognitif yang diperoleh dari siklus I ke siklus II yaitu 22,69%.

Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat diberikan yaitu, 1) kepada Anak, disarankan dengan diterapakan model pembelajaran talking stick berbantuan media kepingan balok geometri, dapat mewujudkan pembelajaran yang menye-nangkan, sehingga anak menjadi lebih fokus, aktif, dan bersemangat dalam meng-ikuti kegiatan pembelajaran; 2) kepada Kepala TK, disarankan dapat memberitahu

(11)

informasi kepada para guru mengenai model pembelajaran talking stick yang dapat meningkatkan 5 aspek perkem-bangan, salah satunya aspek perkembagan kognitif; 3) kepada Guru, disarankan dapat menerapkan model pembelajaran talking stick agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkandan membuatmedia kepingan balok geometri untuk meningkat-kan pemahaman anak terhadap konsep, bentuk, warna, ukuran, dan pola, serta; 4) kepada Peneliti Lain, disarankan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan kajian untuk meneliti permasalahan dalam lingkup yang lebih luas dan mencoba menerapkan pada aspek kognitif atau pada aspek yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar). Singaraja: FIP Undiksha.

---. 2010. Penelitia Tinda-kan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK).Makalah disajikan dalam Lokarya tentang Penelitian dan Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universi-tas Pendidikan Ganesha pada tanggal 27 September 2010.

---. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidi-kan. Singaraja: FIP Undiksha. ---. 2013. Buku Ajar Evaluasi

Pendidi-kan. Singaraja: FIP Undiksha. Ali, Mohammad dan Mohammad

Asrori.2011. Psikologi Remaja Perkem-bangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konteks-tual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dimyati, Johni. 2013. Metodelogi Penelitian Penidikan dan Aplikasinya pada

PAUD. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press. Huda, Miftahul. 2014. Model-model

Penga-jaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Latif, Mukhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nurjatmika, Yusep. 2012. Ragam Aktivitas

Harian untuk TK. Yogyakarta: Diva Press.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelaja-ran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-ruzz Media.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2014. Metode Pengembangan Kognitif. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Taniredja, Tukiran. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah. B. 2011. Profesi Kepen-didikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1.Tabel Skor Penilaian Perkembangan Kognitif Anak
Tabel 3.Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Perkembangan Kognitif  Persentase (%)  Kriteria Perkembangan
Gambar 2. Gambar Grafik Perkembangan  Kognitif Pada Siklus I
Tabel 4.Ringkasan Hasil Penelitian Terhadap Perkembangan Kognitif  Anak Kelompok B2 Semester 2 TK Ganesha Denpasar  Tahapan  Siklus I  Kriteria  SiklusII  Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan media kartu angka bergambar ternyata sangat efektif untuk

yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 82,33% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi”. Berdasarkan simpulan di atas, saran-saran yang dapat diajukan adalah

kegiatan menyimak dalam penerapan siklus II, anak-anak cenderung sedikit bosan dalam kegiatan menyimak karena penggunaan media boneka jari dengan bahan yang sama

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar dengan

“Penerapan Metode bermain Melalui Permainan Rebut tempat dengan memanfaatkan variasi media Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Kelompok A Semester 2

Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi kegiatan menentukan tingkat capaian perkembangan anak,

perkembangan kognitif anak pada siklus I masih rendah dengan rata-rata 60% hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala pada pelaksanaan pembelajaran diantaranya

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikandalam BAB IV di depan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (Direct