• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B2 SEMESTER II TK WIDYA SANTHI

Ni Gst Ayu Kadek Fitri Novianti1, I Gst Agung Oka Negara2, I Md Suara3

1Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: geknovianti@gmail.com1, igustiagungokanegara@yahoo.com2, imadesuara@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar setelah diterapkannya metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek pada anak kelompok B2 semester II di TK Widya Santhi tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 26 anak yang terdiri dari 10 orang putra dan 16 orang putri pada kelompok B2 tahun ajaran 2014/2015. Data penelitian tentang perkembangan motorik kasar dikumpulkan melalui metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi dan metode wawancara dengan instrumen lembar wawancara. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek sebesar 61.34% yang berada pada kategori rendah, meningkat pada siklus II menjadi 84% dengan kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak sebesar 22.66%.

Kata Kunci : metode demonstrasi, engklek, motorik kasar

Abstract

This research aims to improve gross motor development after the implementation of demonstration methods through traditional hopscotch game in the second half B2 group of children in kindergarten Widya Santhi academic year 2014/2015. This type of research is a classroom action research (PTK) is conducted in two cycles. The subjects were 26 children consisting of 10 sons and 16 daughters in the group B2 academic year 2014/2015. The research data on gross motor development were collected through observation with instruments and methods such as observation sheets interview with interview sheet instruments. Data were analyzed using descriptive statistical methods and quantitative analysis. Results of the study in the first cycle showed that gross motor development with the application of traditional methods of demonstration through play hopscotch at 61.34%, which is at the low category, increased in the second cycle to 84% in the high category. So it can be concluded that by applying the method of demonstration via traditional hopscotch game can improve gross motor development in children amounted to 22.66%.

Keywords: method demonstrations, hopscotch, gross motor development

(2)

PENDAHULUAN

Anak usia dini atau anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarden. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program taman penitipan anak dan kelompok bermain (play group). Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini, pengertian anak usia dini adalah anak usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, jalur pendidikan nonformal berbentuk KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, serta jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga”.

Secara psikologis kaidah atau hakikat anak usia dini ( AUD ) tidak bisa dipisahkan dari suatu pendekatan mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak saat lahir, “perkembangan sosial emosional anak juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisiknya, anak yang fisiknya lemah akan memiliki kepercayaan diri yang kurang” (Fridani, dkk, 2008:2.2). Oleh karena itu psikologi perkembangan anak usia dini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan (golden age). “PAUD sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas perkembangan” (Latif, dkk, 2013:3). Pada masa inilah anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Saat masa keemasan,

anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis dimulai dari pekembangan berpikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial.

Kehadiran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menjadi bagian dari Sistem Pendidikan Nasional Indonesia menjadi sangat penting bagi peletakan dasar pendidikan anak. PAUD membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,

“tujuan pembelajaran di PAUD atau taman kanak-kanak adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya” (Rachmawati, dkk, 2011:1).

Pendidikan anak usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar- dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya.

Demikian juga keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini (Play Group dan Taman Kanak - Kanak), sangat tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan.

Salah satu perkembangan anak yang perlu dikembangkan ialah perkembangan motorik kasarnya. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan, dan koordinasi antar anggota tubuh dengan menggunakan otot – otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya, berjalan, berlari, melompat, dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar memiliki rangkaian tahapan yang berurutan. Artinya setiap tahapan harus dilalui, dan dikuasai dulu sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti

(3)

otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak. Menurut Sujiono (dalam Erlinda, 2014:22) menyatakan bahwa “gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak”

TK Widya Santhi merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang dikelola dengan sangat baik, dengan memperhatikan segala aspek perkembangan anak. TK Widya Santhi dipimpin oleh satu orang kepala sekolah dan terdapat 9 tenaga pengajar.

Berdasarkan hasil observasi tanggal 30 Agustus 2014 dan wawancara dengan guru Eka Natalia, S.Pd dan Ni Nyoman Sumiati, S.Pd di TK Widya Santhi, ditemukan bahwa kemampuan motorik kasar anak masih belum sesuai harapan sehingga kegiatan pembelajaran belum mencapai tingkat capaian perkembangan anak. Anak di TK Widya Santhi merupakan anak yang tergolong kedalam kelompok anak usia dini yang juga memiliki karakter yang sama seperti anak usia dini pada umumnya. Namun ada satu hal yang menjadi perhatian khusus peneliti menyangkut aspek perkembangan motorik kasar. Dimana pada observasi awal di TK tersebut, perkembangan motorik kasar anak dalam berdiri di atas satu kaki masih kurang dan belum semua anak mampu melakukannya dengan baik dan tanpa bantuan. Untuk mengatasi permasalah tersebut guru diharapkan dapat menggunakan model/metode pembelajaran yang lebih cocok dalam usaha meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Selain model/metode pembelajaran, permainan juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

Dengan diterapkannya permainan tradisional engklek, diharapkan memiliki dampak yang baik karena tidak hanya dapat mengembangkan perkembangan motorik kasar anak, melainkan dapat juga melatih kesabaran dan juga mengasah perkembangan kognitif anak. Permainan tradisional sering disebut juga permainan rakyat, merupakan permainan yang tumbuh

dan berkembang pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan.

Permainan tradisional tumbuh dan berkembang berdasar kebutuhan masyarakat setempat. Menurut Iswinarti (2010:2) menyatakan bahwa “permainan tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus”. Kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena permainan ini selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu.

Permainan tradisional mendapat pengaruh yang kuat dari budaya setempat, oleh karena itu permainan tradisonal mengalami perubahan baik berupa pergantian, penambahan maupun pengurangan sesuai dengan kondisi daerah setempat. Dengan demikian, permainan tradisional meskipun nama permainannya berbeda antar daerah, namun memiliki persamaan atau kemiripan dalam cara memainkannya.

Menurut Askalin, (2013:17) menyatakan bahwa “permainan engklek adalah permainan tradisional yang masih banyak dimainkan oleh anak – anak masa kini. Di gang-gang atau jalan kompleks yang sepi dijadikan oleh anak-anak sebagai tempat permainan engklek”. Permainan engklek memerlukan keseimbangan yaitu melompat dengan satu kaki melewati kotak- kotak dengan langkah-langkah dan aturan tertentu. Kotak-kotak itu berisi nomor-nomor yang harus dilewati. Menurut Ekasriadi, dkk (2006:28) menyatakan bahwa “metode demonstrasi adalah cara untuk mempertunjukkan/memperagakan suatu objek atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa”. Dengan metode demonstrasi, siswa dapat mengamati dengan saksama apa yang terjadi, bagaimana prosesnya, bahan apa saja yang diperlukan, serta bagaimana hasilnya. Dalam menggunakan metode ini, sebaiknya guru mendesain tempat dan situasi yang sesungguhnya serta mendorong siswa untuk berani mencoba hal yang sama.

Selain itu menurut Moeslichatoen (2006:99) menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan “kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran.

(4)

Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu”. Hal ini juga berarti bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertujukkan suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain didepan seluruh siswa. Sesuai dengan uraian dan definisi mengenai metode demonstrasi bagi anak TK yang telah dikemukakan diatas, demonstrasi merupakan salah satu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. Melalui kegiatan demonstrasi anak dibimbing untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu, sehingga hasil pengamatan kedua indera itu dapat menambah penguasaan materi pelajaran yang diberikan.

Pengamatan kedua indera itu akan saling melengkapi pemahaman anak tentang segala hal yang ditunjukkan, dikerjakan, dan dijelaskan dalam kegiatan demonstrasi tersebut. Metode demonstrasi yang diterapkan pada penelitian ini dapat mengajarkan anak untuk mengamati dengan seksama apa yang terjadi, bagaimana prosesnya, serta bagaimana hasilnya.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar anak kelompok B2 semester II di TK Widya Santhi Tahun Ajaran 2014/2015.

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatan perkembangan motorik kasar setelah diterapkan Metode Demonstrasi Melalui Permainan Tradisional Engklek pada Anak Kelompok B2 Semester II di TK Widya Santhi Tahun Ajaran 2014/2015.

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat penelitian baik dari segi teoritis dan segi praktis yakni, (1) Manfaat teoritis (a) Hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, khususnya dalam meningkatkan kemampuan fisik motorik kasar anak dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek. (2) Manfaat praktis (a) Bagi Anak didik, dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak serta anak mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga anak menjadi lebih mampu bersosialisasi dengan lingkungan. (b) Bagi Guru, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga bagi guru – guru TK dalam menerapkan dan mengembangkan model dan dan permainan yang lebih efektif dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar anak. (c) Bagi Kepala Sekolah, sebagai motivasi dan diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang pengembangan model pembelajaran dalam menerapkan pembelajaran di Taman Kanak-kanak dan dapat dijadikan masukan dalam mengambil suatu kebijakan tepat dalam pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan para guru. (d) Bagi Peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan berharga dan dapat ditingkatkan hasil yang lebih optimal bagi peneliti lain untuk mengangkat topik lain yang belum sempat diteliti dalam penelitian ini.

METODE

Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menurut Agung (2010:2) “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Pendapat lain menurut Wijaya (2013:149) menyatakan bahwa, “PTK ialah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata”. Dan sama halnya menurut Rusman (2010:1), menyatakan bahwa,

(5)

“PTK pada umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas untuk peningkatan proses pembelajaran”. Dalam kegiatan PTK ini, peneliti bersama guru kelas menentukan kesepakatan untuk penentuan jadwal, strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen observasi. Menurut Muhadi (2011:69) menyatakan bahwa, “fase siklus PTK yaitu berupa a) merencanakan; b) melakukan tindakan mengobservasi atau memantau, ; c) merefleksi”.

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di TK Widya Santhi, Denpasar Selatan. Penelitian dilaksanakan pada awal semester II tahun ajaran 2014/2015.

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 semester II TK Widya Santhi, yang berjumlah 26 anak, yang terdiri dari 15 perempuan dan 11 laki - laki.

Sedangkan objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik kasar anak kelompok B2 Semester II Tahun Ajaran 2014/2015 di TK Widya Santhi.

Variabel terikatnya yaitu perkembangan motorik kasar, dan variabel bebasnya adalah metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek.

Dalam mengumpulkan data, diperlukan suatu metode tertentu untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode wawancara.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi pada perkembangan motorik kasar anak.

Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran melalui permainan tradisional engklek.

Menurut Agung (2012:77) menyatakan bahwa “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, validitas isi atau content validity ialah apabila mengukur tujuan khusus yang sejajar dengan isi atau

materi pelajaran yang diberikan”. Isi materi ini berupa kisi-kisi instrument kemampuan fisik motorik kasar yang ingin dikembangkan, tabel lembar observasi, tabel penskoran berupa bintang, dan deskripsi penilaian dari bintang-bintang tersebut. Hal ini juga didukung oleh para guru disekolah dan para dosen yang bersangkutan, bahwa instrumen dalam pengumpulan data ini dinyatakan valid.

Dari penelitian tersebut sudah terkumpullah data-data yang akan dilanjutkan dengan teknik analisis yaitu dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012:67) menyatakan bahwa: Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributif frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek/variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dari teknik analisis statistik deskriptif ini, data disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung rata-rata atau mean, c) menghitung modus, d) menghitung median dan, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon, yaitu sebagai berikut. Sebagai suatu tolak ukur dalam penelitian ini akan ditetapkan indikator keberhasilan. Adapun indikator keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut. Terjadinya peningkatan kemampuan motorik kasar sampai mencapai kategori tinggi. secara klasikal perkembangan motorik kasar anak berkembang sesuai harapan mencapai 80%.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah Jika penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek dapat berjalan efektif dan efisien, maka perkembangan motorik kasar cenderung meningkat pada anak kelompok B2 Semester II di TK Widya Santhi Tahun Ajaran 2014/2015.

(6)

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Widya Santhi dan dilakukan selama satu bulan dari bulan Februari hingga Maret 2015. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) bersiklus yakni siklus I yang terdiri dari empat kali pertemuan (tiga kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali evaluasi). Karena hasil belum mencapai kriteria keberhasilan pada siklus I, maka penelitian ini dilanjutkan dengan siklus II yang terdiri dari empat kali pertemuan (tiga kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali evaluasi). Data-data yang dikumpulkan yakni mengenai hasil belajar terhadap perkembangan motorik kasar anak di kelompok B2. Selanjutnya data- data penelitian mengenai hasil belajar anak di kelompok B2 dianalisis dengan menggunakan metode penelitian yakni metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.

Siklus I pada penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu dengan

pertemuan sebanyak 3 kali pelaksanaan tindakan dan 1 kali untuk evaluasi penilaian. Data perkembangan motorik kasar pada siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik poligon dan membandingkan angka rata- rata persen (M%) dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar dengan menggunakan 4 indikator yang muncul pada pembelajaran akan diberi bobot, yakni 4 (berkembang sangat baik), bobot 3 (berkembang sesuai harapan), bobot 2 (mulai berkembang) dan bobot 1 (belum berkembang). Skor total yang diperoleh masing-masing siswa dibagi dengan bobot maksimal dikali 100.

Tabel 1. Tabel Distribusi Frekuensi Data Perkembangan Motorik Kasar Anak Kelompok B2 TK Widya Santhi Siklus I

Kelas Interval (KI) x i f fk fxi

50 – 53 51.5 2 2 103

54 – 57 55.5 10 12 555

58 – 61 59.5 - 12 -

62 – 65 63.5 8 20 508

66 – 69 67.5 3 23 205.5

70 – 73 71.5 - 23 -

74 – 77 75.5 3 26 226.5

Jumlah - 26 - 1.595

Berdasarkan perhitungan dari grafik poligon tentang perkembangan motorik kasar anak kelompok B2 Semester II di TK Widya Santhi Tahun Ajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa Md < Mo < M (57.9 <

55.27 < 61.34), sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik kasar anak

pada siklus I merupakan kurva juling positif.

Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa sebaran data anak berada di bawah nilai rata-rata.

(7)

0 2 4 6 8 10 12

51.5 55.5 59.5 63.5 67.5 71.5 75.5

M = 61.34

Md = 57.9

Mo = 55.27

Dari observasi dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan hasil perkembangan motorik kasar anak masih berada pada kriteria rendah. Maka dari itu, penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya sehingga hasil perkembangan motorik kasar anak dapat meningkat agar sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti.

Adapun kendala-kendala yang ditemukan peneliti saat menerapkan siklus I adalah sebagai berikut. (1) Anak belum

berpengalaman dengan metode demonstrasi. (2) Beberapa anak masih belum bisa menguasai permainan dengan benar dan masih belum bisa menunggu giliran untuk bermain, sehingga perlu dipandu.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah sebagai berikut. (1) Menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian anak lebih paham dengan pembelajaran yang dilaksanakan. (2) Mencontohkan berulang kali agar anak tidak keliru lagi.

Siklus II pada penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu dengan pertemuan sebanyak 3 kali pelaksanaan tindakan dan 1 kali untuk evaluasi penilaian. Data perkembangan motorik kasar pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik poligon dan membandingkan angka rata- rata persen (M%) dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar melalui metode demonstrasi diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 2. Tabel Distribusi Frekuensi Data Perkembangan Motorik Kasar Anak Kelompok B2 Semester II TK Widya Santhi Siklus II

Kelas Interfal

(KI) x i f fk fxi

75 – 77 76 7 7 532

78 – 80 79 - 7 -

81 – 83 82 6 13 492

84 – 86 85 - 13 -

87 – 89 88 9 22 792

90 – 92 91 - 22 -

93 – 95 94 4 26 376

Jumlah - 26 - 2.192

Berdasarkan perhitungan grafik poligon terlihat Mo < Md< M (88 < 86.6 <

84), sehingga dapat disimpulkan bahwa

pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Hal ini dapat diinterprestasikan

(8)

bahwa sebaran data anak berada di atas nilai rata-rata.

0 2 4 6 8 10

76 79 82 85 88 91 94

M = 84 Mo = 88

Md = 86.6

Melalui evaluasi pada proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan dari siklus I maka dilakukan perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Dari hasil observasi dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus II, telah terlihat adanya peningkatan proses pembelajaran yang nampak pada peningkatan hasil belajar anak terhadap perkembangan motorik kasar. Secara keseluruhan, rencana kegiatan harian yang peneliti terapkan pada siklus II tidak mengalami kendala yang berarti, sehingga hasil belajar terhadap perkembangan motorik kasar anak dapat meningkat dari siklus sebelumnya. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. (1) Anak yang awalnya mengalami kesulitan dalam melakukan permainan, sudah dapat menguasai permainan dengan baik. (2) Anak yang awalnya tidak mau menunggu giliran pada saat bermain akhirnya mau menunggu gilirannya untuk bermain. (3) Anak senang dan semangat pada saat bermain.

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan dan telah mencapai indikator

keberhasilan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai disiklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penyajian analisis data dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar anak. Berdasarkan pendapat dari Moeslichatoen (2006:99) bahwa metode demonstrasi merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran.

Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik – baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu. Dengan demikian perlu diterapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar secara berkelanjutan dan intensif. Pendapat tersebut membuktikan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar (M%) anak dari sebelum penerapan dan sesudah penerapan metode demonstrasi.

Berdasarkan data perkembangan motorik kasar anak pada siklus I yakni sebesar 61.34% dan rata-rata hasil belajar berdasarkan data perkembangan motorik kasar anak pada siklus II yakni sebesar 84%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase hasil belajar berdasarkan data perkembangan motorik kasar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 22.66%. Terjadinya peningkatan perkembangan motorik kasar pada anak saat penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek ini juga didukung dengan pendapat dari Huda (2013:233) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari metode demonstrasi, yaitu sebagai berikut:

1) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret memusatkan perhatian anak, 2) Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari, 3) Lebih melekatkan pengalaman dan

(9)

kesan sebagai hasil mudah memahami apa yang dipelajari, 4) Membuat pengajaran siswa lebih menarik, 5) Merangsang siswa untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara teori dan kenyataan, 6) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, 7) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, 8) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keunggulan metode demonstrasi ialah dapat membantu siswa untuk lebih memusatkan pikiran dan perhatian dalam proses pembelajaran, dimana siswa dapat mengurangi kesalahan-kesalahan karena dalam proses pembelajaran siswa mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. Selain itu, siswa dirangsang untuk aktif mengamati dan mencoba melakukannya sendiri.

Dengan demikian penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar layak diterapkan pada anak kelompok B2 semester II TK Widya Santhi tahun ajaran 2014/2015.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, metode demonstrasi melalui permainan tradisional engklek dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak kelompok B2 TK Widya Santhi tahun ajaran 2014/2015. Hal ini terlihat dari analisis data pada penelitian ini dengan rata-rata hasil belajar berdasarkan data perkembangan motorik kasar anak pada siklus I yakni sebesar 61.34% dan rata-rata hasil belajar berdasarkan data perkembangan motorik kasar anak pada siklus II yakni sebesar 84%. Hal ini menunjukkan meningkatnya rata-rata persentase perkembangan motorik kasar berdasarkan data perkembangan motorik kasar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 22.66%.

Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yakni, (1)

Kepada Kepala Sekolah, agar merekomendasikan kepada guru-guru untuk menerapkan metode demonstrasi karena dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar anak. (2) Kepada guru, dalam proses pembelajaran dapat menggunakan metode demonstrasi sebagai alternatif untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar anak kelompok B2. (3) Kepada peneliti lain yang tertarik dengan penelitian ini dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan kajian untuk meneliti permasalahan dalam lingkup yang lebih luas dan mencoba menerapkan pada aspek fisik motorik yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Singaraja: FIP Undiksha.

---.2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Askalin, 2013. 100 Permainan dan Perlombaan Rakyat. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Ekasriadi, Agung, dkk. 2006. Metodologi Pengembangan Kemampuan Motorik Dan Bahasa. Denpasar:

IKIP PGRI Bali.

Erlinda, Esti. 2014. Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Tersedia pada

http://repository.unib.ac.id/8663/2/I,II ,III,II-14-est.FK.pdf (diakses tanggal 4 Januari 2015)

Fridani, Lara, dkk. 2008. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu- Isu Metodis dan Paradigmatis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(10)

Iswinarti, 2010. Nilai–nilai Terapiutik Permainan Tradisional Engklek Pada Anak Usia Sekolah Dasar.

Tersedia pada

http://rires2.umm.ac.id/publikasi/lam a/Iswinarti%20PDK%2009-10.pdf (diakses tanggal 29-10-2014)

Latif, Mukhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Menteri Pendidikan Nasional. 2009.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Moeslichatoen R,. 2006. Metode Pengajaran di Taman Kanak – Kanak. Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Muhadi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.

Yogyakarta: Shira Medika.

Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati. 2011.

Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak- kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Wijaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode, dan Prosedur).

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Tabel  2.  Tabel  Distribusi  Frekuensi  Data  Perkembangan  Motorik  Kasar  Anak  Kelompok B2 Semester II TK Widya Santhi Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 82,33% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi”. Berdasarkan simpulan di atas, saran-saran yang dapat diajukan adalah

kegiatan menyimak dalam penerapan siklus II, anak-anak cenderung sedikit bosan dalam kegiatan menyimak karena penggunaan media boneka jari dengan bahan yang sama

Untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Bamboo Dancing Berbantuan Media Gambar untuk

pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak, salah satunya adalah outdoor activity, dengan memberikan kegiatan diluar kelas akan membuat anak tidak merasa bosan

Mengembangkan media secara sederhana yang aman, murah, dan mudah dibuat adalah salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan anak dan pengembangan

Berdasarkan paparan di atas, mengenai model direct instruction berban- tuan media puzzle untuk meningkat perkem- bangan mengenal bentuk geometri, maka untuk itulah

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Tyasari (2008:1) menyatakan bahwa, “mozaik merupakan kerajinan yang dibentuk dari kepingan atau pecahan keramik, kaca atau kertas

Menurut Agung (2010:2) menyatakan, PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan ter- tentu agar dapat memperbaiki