• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA BAHAN ALAM DENGAN TEKNIK MENCETAK UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B TK GANESHA DENPASAR

Ni Md. Ari Wulandari1, Md. Putra2, Ni Wyn. Suniasih3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: ari_wulan53@yahoo.com1, putra_md13@yahoo.com2, wyn_suniasih@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus melalui penerapan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak pada anak kelompok B TK Ganesha Denpasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan. Subjek penelitian adalah 21 orang anak kelompok B semester 2 TK Ganesha Denpasar, kemudian data penelitian tentang perkembangan motorik halus dikumpulkan menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan instrumen rubrik penilaian. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus dari penerapan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak mencapai 22,45%.

Pada siklus I sebesar 59,88% yang berada pada kriteria rendah mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,33% tergolong kriteria tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B TK Ganesha Denpasar.

Kata-kata kunci: Metode demonstrasi, media bahan alam dengan teknik mencetak, motorik halus

Abstract

This research purpose to find out the improvement of fine motor skill development through the applying demontration method assisted by natural material media using printing technique to the children in group B at TK Ganesha Denpasar. Type of this research was classroom action research (CAR) which implemented two cycles. Subject of this research were 21 children of group B TK Ganesha Denpasar in the second semester. Than the research data about fine motor skill development collected by using observation and interview method using rubrik's assessment instrument. The data were analyzed by using descriptive statistics method, and descriptive quantitative analysis method. The result of analysis data shows there is an improvement of fine motor skill development when applying demontration method assisted by natural material media

(2)

using printing technique rearches 22,45%. In the first cycle it’s reaches 59,88% which is low criteria increase in the second cycle to 82,33% which at high criteria. Thus it can be concluded that applying demontration method assisted by natural material media using printing technique can improve the fine motor skill development of the children in group B at TK Ganesha Denpasar.

Keywords: Demonstration method, natural material media using printing technique, fine motor.

PENDAHULUAN

Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan adalah manusia.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan, masyarakat akan mampu merubah taraf kehidupannya, karena melalui pendidikan bangsa Indonesia akan mempunyai daya pikir bagaimana cara merubah kehidupan dari yang kurang baik menjadi lebih baik lagi.

Maka dari itu, untuk mencapai tujuan tersebut maka pendidikan sejak usia dini sangat penting untuk perkembangan anak.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 58, sesuai dengan Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14, (2009:3) menyatakan bahwa:

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Usia dini adalah usia yang sangat berharga bagi anak, di mana pada usia dini merupakan usia keemasan (golden age) yang merupakan dasar bagi masa depan anak. Oleh karena itu, para pendidik maupun orang tua sangat berperan penting dalam mendidik dan merangsang tumbuh kembang anak. Anak usia dini bebas mengekspresikan kemampuannya dan bebas bereksplorasi sesuai daya pikirnya.

Dalam hal ini para guru dan orang tua harus bekerja sama dalam mengembangkan kemampuan anak. Setiap

anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka dari itu guru harus bisa memilih media dan metode pembelajaran agar menarik bagi anak dan anak mampu menerima pembelajaran tersebut. Menurut Agung, (2012:1) menyatakan metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang artinya cara atau jalan. Selanjutnya, dalam perkembangan ilmiahnya metode mengalami perluasan menjadi suatu cara melakukan suatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep yang bersifat sistematis. Metode yang digunakan dalam sebuah kegiatan sangat penting diperhatikan karena akan memberikan kemudahan dan keefektifan dalam mencapai hasil yang diinginkan. Begitu pula halnya dengan metode pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi dan minat siswa dalam belajar. Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan.

Prinsip-prinsip belajar merupakan suatu ketentuan yang harus dilakukan anak ketika belajar. Anak merupakan pembelajar yang aktif. Saat bergerak, anak mencari stimulasi yang dapat meningkatkan kesempatan untuk belajar. Metode pembelajaran sangat penting dilakukan agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa bosan. Selain itu metode pembelajaran yang tepat juga dapat memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik.

Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran seperti metode

(3)

ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, sosiodrama, kerja kelompok, karyawisata dan metode demonstrasi.

Namun, dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang akan digunakan adalah metode demonstrasi. Di mana metode ini akan digunakan untuk meningkatkan perkembangan belajar siswa. Suatu pembelajaran akan menyenangkan dan dapat menarik minat siswa untuk belajar apabila metode pembelajaran yang digunakan guru menarik dan bervariasi.

Menurut Agung (2012:1) “Metode berasal dari kata methodos. Secara etimologis methodos berasal dari akar kata metha dan hodos. Metha artinya dilalui dan hodos berarti jalan. Metode ialah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Salah satu metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus anak adalah metode demonstrasi. Subini, dkk (2012:103) menjelaskan metode demonstrasi adalah metode pembelajaran di mana guru menjelaskan suatu materi pelajaran dengan memperlihatkan suatu proses atau cara kerja yang berkaitan dengan materi. Selain itu, menurut pendapat Yulianti (2010:38) menyatakan metode demonstrasi merupakan cara untuk menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Kemudian menurut Sanjaya (2008:152) menyatakan metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian metode demonstrasi adalah cara memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Metode demonstrasi mempunyai manfaat penting untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran anak usia dini.

Manfaat metode demonstrasi adalah metode demonstrasi dipilih oleh guru dalam kegiatan mengajar karena beberapa manfaat yaitu perhatian anak dapat lebih dipusatkan, proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat. Melihat ketiga manfaat tersebut anak dapat mempelajari secara langsung dan jelas melalui pengamatannya melalui penerapan metode demonstrasi. Metode demonstrasi juga dapat membuat anak tertarik terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru, selain anak dapat belajar dengan baik, guru juga lebih mudah memberi contoh kegiatan pembelajaran kepada anak. Menurut Subini, dkk (2012:103) manfaat metode demonstrasi adalah membantu anak didik dalam memahami jalannya suatu proses atau cara kerja suatu benda melalui pengamatan yang nyata (konkrit). Selain itu menurut Djamarah dan Zain (2006:90) bahwa manfaat metode demonstrasi adalah anak mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat dari metode demonstrasi adalah membantu anak didik atau siswa untuk lebih memahami dan lebih mengerti tentang kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh guru melalui proses membuat sesuatu dan proses bekerjanya sesuatu.

Metode demonstrasi mempunyai sintaks yang akan membantu mempermudah jalannya kegiatan pembelajaran menggunakan media bahan alam dengan teknik mencetak. Menurut Aqib (2013:29) bahwa langkah-langkah demonstrasi adalah 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan, 3) siapkan bahan atau alat yang diperlukan, 4) menunjukkan salah

(4)

seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan, 5) seluruh siswa memerhatikan demonstrasi dan menganalisa, 6) tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan, dan 7) guru membuat kesimpulan.

Selain itu menurut Iru (2012:31) prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut 1) mempersiapkan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran, 2) memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan, 3) pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa, 4) penguatan (diskusi, tanya jawab, dan/atau latihan) terhadap hasil demonstrasi, dan 5) kesimpulan.

Langkah-langkah metode

demonstrasi dalam penelitian ini mengacu pada kedua pendapat tersebut, yaitu: 1) guru menyiapkan alat dan bahan untuk mencetak yaitu kertas atau buku gambar, pewarna, pelepah pisang, wortel, belimbing, dan lain sebagainya, 2) setiap anak mendapat kertas atau buku gambar dan pewarna serta satu pelepah pisang atau buah wortel atau belimbing yang digunakan sebagai media untuk mencetak, 3) guru menjelaskan tentang cara kegiatan mencetak kepada siswa, 4) guru memberikan kesempatan kepada anak yang ingin mencoba membuat cetakan ke depan kelas, 5) kemudian setiap anak membuat hasil karya yang dibuat melalui kegiatan mencetak seperti yang sudah dicontohkan atau diperagakan oleh guru, 6) setelah selesai, hasil karya anak diletakkan di atas lantai agar cepat mengering.

Kelebihan metode demonstrasi menurut Djamarah dan Zain (2006:91) yaitu 1) dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat), 2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, 3) proses pengajaran lebih menarik, 4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

Sedangkan menurut Iru (2012:31) bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah: 1) siswa-siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya, 2) dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa, 3) dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis, 4) dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek, dan 5) dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari metode demonstrasi adalah dapat membuat pembelajaran lebih jelas sehingga anak lebih memahami kegiatan pembelajaran kemudian anak aktif dan tertarik mencoba melakukan sendiri dalam pembelajaran.

Selain metode yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan kegiatan, maka media yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran pun harus sesuai dan menarik agar anak dapat belajar dengan baik. Menurut Gerlach dan Ely (dalam Latif, 2013:151) media adalah bila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap. Pemilihan media sangatlah penting. Diperlukan pengetahuan wawasan, pengetahuan dan keterampilan guru untuk dapat melakukannya dengan tepat, sehingga media yang diambil sesuai dengan kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Media dari bahan alam merupakan media yang bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang menarik bagi anak, penelitian ini menggunakan media dari bahan alam karena peneliti ingin mengenalkan bahan yang berasal dari lingkungan anak sendiri, dalam kegiatan pembelajaran ini bahan alam yang bisa digunakan untuk mencetak yaitu pelepah pisang, ranting pepaya, buah belimbing, wortel, dan lain sebagainya.

Alam merupakan media yang bisa dijadikan sumber belajar bagi anak usia dini, karena jika anak belajar dari alam atau lingkungan mereka sendiri maka ia akan mampu mengenal hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Menurut Mutiah (2012:74) sentra bahan alam dan sains yaitu bahan-bahan yang diperlukan seperti

(5)

daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji- bijian, dan lain-lain. Sentra ini memfasilitasi anak untuk mengembangkan dan memperluas pengalaman bermain sensorimotor dengan memberikan banyak kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi bahan-bahan alami dalam mengembangkan kematangan motorik halus yang diperlukan dalam proses kesiapan menulis, keterampilan berolahtangan, dan menstimulasi sistem kerja otak anak.

Menurut Asmawati (2014:38) bahwa bahan alam dipergunakan untuk mempelajari bahan-bahan alam seperti pasir, air, play dough, warna dan bahan alam lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahan alam adalah media yang berasal dari alam yang dapat dijadikan media pembelajaran bagi anak yang dapat memberikan pengalaman bereksplorasi dengan bahan-bahan alami dalam mengembangkan kematangan motorik halusnya.

Bahan alam dapat digunakan dalam kegiatan mencetak, menurut Pekerti, dkk (2008:9.31) mencetak adalah alternatif kegiatan dua dimensi yang dapat dilakukan di TK selain menggambar atau melukis.

Proses mencetak adalah proses memindahkan bentuk atau tekstur suatu objek pada permukaan kertas atau bahan lainnya. Objek yang akan dicetak dapat dilapisi cat dengan menggunakan kuas, dicelup ke dalam cat atau ditekan pada bantalan cetak. Jenis objek yang dapat digunakan sebagai alat cetak (acuan cetak) ada banyak variasinya, seperti mencetak dengan penampang buah (belimbing, jeruk) dan potongan pelepah pisang, dan biji- bijian, mencetak dengan cetakan kue, mencetak dengan kardus gelombang, mencetak dengan spons, dan mencetak dengan balok-balok kayu. Kemudian menurut Astuti, dkk (2014:9) seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya dilakukan di atas kertas, kecuali pada teknik monotipe, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini disebut dengan proses cetak.

Ada beberapa teknik cetak yang biasa dipakai untuk membuat karya seni grafis, di antaranya adalah cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring (sablon). Menurut Astuti, dkk (2014:10) bahwa 1) cetak tinggi (relief print) adalah proses cetak dengan menggunakan permukaan timbul/menonjol. Pada cetak tinggi huruf-huruf teks dan gambar-gambar memiliki posisi yang lebih tinggi daripada unsur-unsur yang tidak mencetak. Dalam cetak tinggi yang terkenal adalah seni cukil kayu, 2) cetak dalam (intaglio) adalah teknik cetak dengan prinsip penggoresan gambar ke atas permukaan. Biasanya menggunakan pelat tembaga atau seng sebagai bahan acuan utama. Teknik cetak ini termasuk yang paling rumit sehingga membutuhkan konsentrasi tinggi, 3) cetak datar adalah teknik mencetak yang mengambil gambar dengan cara meratakan cat pada sebuah bidang datar yang tidak meresap cat, seperti kaca, plastik, logam, dan keramik dengan satu kali cetakan, 4) cetak saring (sablon) adalah proses pencetakan dengan menggunakan alat penyaring. Bagian acuan cetaknya merupakan bidang tembus tinta sehingga ketika tinta ditekan, tinta dapat berpindah ke atas bidang cetak.

Kegiatan mencetak menggunakan bahan alam ini dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak, menurut Muhibbin (dalam Samsudin 2008:10) motorik diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian pula kelenjar- kelenjar juga sekresinya (pengeluaran cairan/getah). Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.

Kemudian menurut Samsudin (2008:15) motorik halus adalah kemampuan anak prasekolah beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (otot kecil) seperti menulis, dan menggambar.

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordinasi mata dan tangan. Syaraf motorik halus ini dapat dilatih,

(6)

dikembangkan melalui kegiatan, dan rangsangan yang kontinyu secara rutin.

Kecerdasan motorik halus anak berbeda- beda. Dalam hal ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak, dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan atau orang tua mempunyai pengaruh lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.

Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak terutama pada masa-masa pertama kehidupannya. Menurut Suyadi (2010:69) perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kemudian menurut Soetjiningsih (2012:187) saat anak usia lima tahun, koordinasi motorik anak makin sempurna.

Selain bertujuan mengenalkan bahan yang ada di lingkungan anak, guru juga bisa membuat pembelajaran semakin menarik dengan cara menambah pewarna pada media bahan alam tersebut kemudian dicetak pada kertas atau buku gambar.

Selain caranya mudah, anak-anak tentunya akan tertarik dan perkembangan motorik halusnya pun akan berkembang dengan baik. Mengembangkan motorik halus anak bisa melalui kegiatan yang berhubungan dengan seni seperti mencetak, mencampur warna, dan lain sebagainya. Melalui metode demonstrasi guru akan lebih mudah memberi pembelajaran kepada anak, karena guru secara langsung dapat mempraktekkan dan dilihat langsung oleh anak-anak. Sehingga anak akan lebih mudah belajar dan lebih antusias serta tertarik mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan keunggulan tersebut dapat dipastikan perkembangan motorik halus anak meningkat, mengingat kegiatan pembelajaran di TK diselingi dengan kegiatan yang menyenangkan.

METODE

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus anak saat menerapkan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak kelompok B TK

Ganesha sebanyak 21 orang yang terdiri dari 13 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2014/2015.

Adapun objek penelitian ini adalah variabel bebas yaitu metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak, variabel terikat yaitu perkembangan motorik halus.

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada aspek perkembangan motorik halus di TK Ganesha Denpasar.

Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi”

(Arikunto dkk, 2012).

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode wawancara. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk mengolah data perkembangan motorik halus anak.

Menurut Yus (2012:74) menyatakan observasi atau pengamatan merupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan alat indra. Data yang direkam perlu segera dicatat atau direkam.

Observasi merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perilaku dan aktivitas anak dalam suatu waktu atau kegiatan.

Lebih lanjut menurut Sudjana (2013:84) menyatakan observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa observasi adalah cara memperoleh data dengan melakukan pengamatan secara langsung.

(7)

Wawancara dipergunakan untuk menambah informasi atau data. Menurut

Agung (2012:62) metode

wawancara/interviu adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat.

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis statistik deskriptif, dan metode analisis deskriptif kuantitatif.

Metode analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian, hasil dari analisa data secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mean, median, modus, dan grafik poligon (Agung, 2012:67).

Analisis deskriptif kuantitatif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis ke dalam bentuk angka- angka atau presentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67).

Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan motorik halus pada anak Taman Kanak-kanak dengan berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak melalui metode demonstrasi.

Tingkatan perkembangan motorik halus anak dapat ditentukan dengan membandingkan rata-rata persen ke dalam tabel kriteria sebagai berikut.

Tabel 1 : Tabel Pedoman PAP Skala Lima Perkembangan Motorik Halus Tingkat Penguasaan (%) Kriteria Perkembangan Motorik Halus

90-100 80-89 65-79 55-64 0-54

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(Adaptasi Agung, 2010:10) Sebagai suatu tolak ukur dalam

penelitian ini akan ditetapkan indikator keberhasilan. Adapun indikator keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya peningkatan perkembangan motorik halus sampai mencapai katagori tinggi, 2) Secara klasikal perkembangan motorik halus anak berkembang sesuai harapan mencapai 80%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data anak pada perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median, modus, grafik poligon dan membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima.

Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh pada siklus I X = 59,88. Nilai modus pada

siklus I diperoleh 59,5. Nilai median diperoleh 59,75.

Untuk menghitung tingkat perkembangan motorik halus anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria PAP skala lima. Nilai M% pada siklus I yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 59,88% berada pada kriteria rendah.

Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh pada siklus II yaitu X = 82,33. Nilai modus pada siklus II diperoleh 84. Nilai median diperoleh 83,06. Nilai M% pada siklus II yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 82,33% berada pada kriteria tinggi.

Secara umum proses pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak sudah berjalan dengan baik dan telah mencapai

(8)

indikator keberhasilan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai disiklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil analisis data menggambarkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak untuk meningkatkan perkembangan motorik halus diperoleh rata-rata pada siklus I sebesar 59,88% dan rata-rata pada siklus II sebesar 82,33%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan persentase rata-rata anak dari siklus I ke siklus II sebesar 22,45%.

Penerapan metode demonstrasi dalam penelitian ini dibantu dengan media bahan alam dengan teknik mencetak.

Kegiatan mencetak ini akan membantu merangsang anak untuk mengembangkan motorik halusnya sehingga anak menjadi kreatif. Terjadinya peningkatan ini karena diterapkannya metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak, melalui media bahan alam, anak dapat mengenal berbagai macam bahan alam yang ada dilingkungan sekitarnya, seperti pelepah pisang, buah belimbing, daun-daunan, dan lain sebagainya. Sehingga terjadi peningkatan secara efektif pada perkembangan motorik halus anak. Dengan adanya kegiatan mencetak ini maka kreativitas anak menjadi meningkat, dan anak mampu menghasilkan sebuah karya yang dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan motorik halusnya.

Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya menurut pendapat Djamarah dan Zain (2006:91) menyatakan 1) dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat), 2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, 3) proses pengajaran lebih menarik, 4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

Didukung juga dengan pendapat Asmawati (2014:38) yang menyatakan manfaat bahan alam yang tepat digunakan

untuk melengkapi metode demonstrasi yaitu anak usia dini dapat mengeksplorasi, dan meningkatkan seluruh aspek kemampuan di dalam dirinya. Misalnya daun-daun kering dapat digunakan untuk melukis atau mencap, sedangkan pelepah pisang, dan pelepah daun pepaya bisa digunakan untuk mencetak.

Selain itu, teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik mencetak. Menurut Pekerti, dkk (2008:9.31) mencetak adalah alternatif kegiatan dua dimensi yang dapat dilakukan di TK selain menggambar atau melukis.

Proses mencetak adalah proses memindahkan bentuk atau tekstur suatu objek pada permukaan kertas atau bahan lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode demonstrasi yang didukung dengan media bahan alam dengan teknik mencetak dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B TK Ganesha Denpasar tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Rai Wahyuni (2014) yang menunjukkan hasil pada siklus I persentase ketuntasan belajar sebesar 55,85% dan pada siklus II persentase meningkat menjadi 82,35% sehingga terjadi peningkatan sebesar 26,50%.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa “terjadi peningkatan perkembangan motorik halus anak kelompok B semester 2 TK Ganesha Denpasar setelah diterapkan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak sebesar 22,45%.

Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata persentase anak siklus I sebesar 59,88%

yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 82,33% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi”.

Berdasarkan simpulan di atas, saran-saran yang dapat diajukan adalah 1) kepada anak, agar dapat meningkatkan perkembangan motorik halus melalui metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak, 2)

(9)

kepada guru, untuk menambah wawasan anak tentang bahan alam, dalam proses pembelajaran dapat menggunakan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak, 3) kepada Kepala Sekolah, agar menyarankan kepada guru- guru untuk menerapkan metode demonstrasi berbantuan media bahan alam dengan teknik mencetak karena dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak, 4) kepada peneliti lain yang ingin meningkatkan perkembangan motorik halus siswa dan tertarik dengan penelitian ini dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan kajian untuk meneliti permasalahan dan dapat dijadikan suatu pembanding dalam penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontektual (Inovatif). Bandung:

Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmawati, Luluk. 2014. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Astuti, Kun Setyaning, dkk. 2014. Seni Budaya 1 Kelas X SMA. Jakarta:

Yudhistira.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain.

2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Iru, La. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran.

Yogyakarta: Multi Presindo.

Latif, Mukhtar. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mutiah, Diana. 2012. Psikologi bermain anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pekerti, Widia, dkk. 2008. Metode Pengembangan Seni. Cetakan ke-8.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Litera Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soetjiningsih, Christiana Hari. 2012.

Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak- kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group.

Subini, Nini, dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Mentari Pustaka.

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Pedagogia.

Undiksha. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja:

Undiksha Singaraja.

Wahyuni, Ni Nyoman Rai. 2014. Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Mencetak dengan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan

(10)

Keterampilan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B Tk Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak.

Jakarta: Indeks.

Yus, Anita. 2012. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dengan penerapan model pembelajaran Example non example berbantuan media papan planel

Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan media kartu angka bergambar ternyata sangat efektif untuk

Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media puzzle ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan

pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak, salah satunya adalah outdoor activity, dengan memberikan kegiatan diluar kelas akan membuat anak tidak merasa bosan

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikandalam BAB IV di depan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (Direct

Mengembangkan media secara sederhana yang aman, murah, dan mudah dibuat adalah salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan anak dan pengembangan

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Tyasari (2008:1) menyatakan bahwa, “mozaik merupakan kerajinan yang dibentuk dari kepingan atau pecahan keramik, kaca atau kertas

Menurut Agung (2010:2) menyatakan, PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan ter- tentu agar dapat memperbaiki