• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT

INSTRUCTION) BERBANTUAN MEDIA SENI MELIPAT KERTAS

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK TK SHANTI KUMARA III SEMPIDI

Desak Putu Mariati1, I Gede Raga2, Ketut Pudjawan3

1

Jurusan Pendidikan Guru PAUD

2

Jurusan Pendidikan Guru PAUD

3

Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: desakmariati@yahoo.com1,ragapaud@gmail.com2, ketutpudjawan@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Kemampuan Motorik Halus B setelah menerapkan model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dengan media seni melipat kertas pada anak kelompok B TK Shanti Kumara III Sempidi, semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 32 anak TK pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Data tentang kemampuan motorik halus dikumpulkan menggunakan metode observasi. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriftif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak kelompok B dengan media seni melipat kertas pada siklus I sebesar 65,83% pada kategori sedang dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 86,41% berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan Kemampuan Motorik Halus dengan media seni melipat kertas sebesar

20,58%.

Kata kunci: model pembelajaran langsung (Direct Instruction), kemampuan motorik

halus, media seni melipat kertas.

Abstract

This study aims to determine the improvement of fine motor skills learning model B after applying the Direct Instruction with media art of paper folding in kindergarten children in group B III Sempidi Shanti Kumara, the first semester of academic year 2014/2015. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were 32 kindergarten children in Group B Second Semester Academic Year 2014/2015. Data on fine motor skills were collected using observational methods. The data were then analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that an increase in the fine motor skills of children in group B with media art of paper folding at the first cycle of 65.83 % in the medium category and the second cycle increased to 86.41 % in the high category . So an increase in fine motor skills with the art of paper folding medium of 20.58 %.

(2)

PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan yang ada di Indonesia ada 2 jalur yaitu lembaga pendidikan sekolah atau formal dan lembaga pendidikan luar sekolah atau non formal. Jalur pendidikan sekolah atau formal meliputi: TK, SD, SMP, dan PT. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi: balai latihan kerja, kursus-kursus, sanggar-sanggar dan lain sebagainya.

Taman Kanak-kanak adalah lembaga pendidikan yang pertama, setelah lingkungan keluarga serta merupakan jembatan antara rumah atau keluarga dan sekolah dasar. Di Taman Kanak-kanak anak mulai diberi pendidikan secara berencana dan sistematis. Taman Kanak-kanak harus merupakan tempat yang menyenangkan bagi anak. Tempat yang harus memberikan perasaan aman dan betah kepadanya yang mendorong keberanian untuk bereksplorasi, berkreativitas dan mencari pengalaman demi perkembangan kepribadian secara optimal.

Di Taman Kanak-kanak metode pembelajaran yang menarik serta media pembelajaran yang lengkap dan bervariasi merupakan sarana dan alat yang dapat menumbuhkan perkembangan motorik, panca indera, dan otak anak, sebab sebagai makhluk anak membutuhkan berbagai cara menurut keinginan sendiri. Perasaan puas, perasaan keindahaan dan sebagainya seringkali diekspresikan dalam kegiatan yang dilakukan dengan alat yang ada.

Dalam menuju kedewasaan setiap anak memerlukan kedewasaan untuk mengembangkan diri. Untuk menunjang tersebut diperlukan fasilitas dan pendukungnya dalam berbagai bentuk dan fungsinya. Kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan yang dapat menumbuhkan dan mendorong kepribadiannya, baik mencakup bidang pengembangan pembiasaan maupun bidang pengembangan kemampuan dasar.

Bidang pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga

menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi aspek perkembangan moral, dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial, emosional dan kemandirian. Dari aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membina siap anak dalam rangka meletakkan dasar agama anak menjadi warga negara yang baik. Aspek perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengandalkan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupundengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.

Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi aspek perkembangan berbahasa kognitif, fisik atau motorik dan seni.

Seperti halnya pada TK Shanti Kumara III Sempidi, berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengembangan motorik halus anak kelompok B ditemukan adanya masalah dalam melakukan kegiatan melipat. Dimana pada observasi awal setiap anak disuruh meniru melipat kertas (1-7 lipatan), anak mengalami kesulitan dalam melipat kertas sampai dengan 7 lipatan, dari 33 siswa yang penulis berikan kegiatan tersebut hanya 10 orang anak ( 30% ) yang bisa atau sesuai dengan contoh, 11 ( 33% ) anak yang mampu tapi masih dibantu, dan 12 ( 37% ) lagi belum mampu melakukannya.

Aspek perkembangan fisik atau motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, sertameningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

Keterampilan anak berkaitan erat dengan perkembangan motoriknya.

(3)

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang secara optimal.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system saraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Dalam proses perkembangan anak, motorik kasar berkembang lebih dahulu dibandingkan dengan motorik halus. Hal ini terbukti bahwa anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum anak mampu mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar, menggunting atau menulis.

Perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak berkembang pesat. Pada masa ini anak sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan.

Salah satu kegiatan yang mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu seni melipat kertas. Pada kegiatan seni melipat kertas anak belajar meniru, berkreativitas, berimajinasi dan anak belajar menghargai hasil karyanya sendiri.

Dalam penerapan media seni melipat kertas diperlukan adanya model pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak yaitu model pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ini akan memberikan kesempatan bagi anak untuk bisa bereksplotasi dengan lingkungannya sehingga mempermudah anak dalam menguasai pembendaharaan kata.

Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh, maka diketahuilah bahwa hal ini diakibatkan oleh adanya keengganan anak-anak dalam kegiatan motorik halus yaitu kurangnya minat anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini diakibatkan kurangnya media-media yang menunjang yang mampu mengaktifkan minat belajar anak. Dimana guru hanya menerapkan pembelajaran secara monoton, dan kurang menarik.

Dari penjelasan diatas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) kemampuan motorik halus anak dikelas ini masih rendah, (2) kurangnya minat anak dalam kegiatan pembelajaran, (3) kurang adanya media yang menunjang dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak, (4) berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan tindakan agar perkembangan motorik halus anak dapat meningkat. Guru diharapkan dapat menggunakan model yang lebih cocok dalam usaha meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Selain model pembelajaran, media juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut maka penulis melaksanakan penelitian mengenai penerapan media seni melipat kertas dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia dini. Untuk itu diambil judul penelitian penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) berbantuan media seni melipat kertas untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B semester III Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Shanti Kumara III Sempidi Badung.

(4)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas Arends (dalam Trianto, 2010: 51).

Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.

Jenis-jenis model pembelajaran tersebut antara lain: Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL), Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Model Pembelajaran diskusi. Model-model yang disebutkan diatas yang akan digunakan dalam melakukan penelitian adalah model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).

Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, (2010:39) menyatakan bahwa: Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang khusus untuk

mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan katakata) adalah pengetahuan tentang sesuatu. sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Model pembelajaran langsung dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan proses pembelajaran para siswa terutama dalam hal memahami sesuatu (pengetahuan) dan menjelaskannya secara utuh sesuai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan secara bertahap.

Model pembelajaran langsung merupakan salah satu dari macam-macam model pembelajaran. Kardi & Nur (2000:3)

Model pembelajaran langsung mempunyai Ciri-ciri sebagai berikut: 1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar. 2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran 3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Menurut Gagne (dalam Nur 2000: 4-5) bahwa dalam Model Direct Instruction terdapat dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Namun, kedua pengetahuan tersebut tidak terlepas antara satu sama lain, sering kali penggunaan prosedural memerlukan pengetahuan deklaratif yang merupakan

(5)

pengetahuan prasyarat. Model Direct

Instruction dirancang untuk

mengembangkan cara belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru (2010, 43-47) Model pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting. Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa

Mempresentasikan dan

mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan. Membimbing pelatihan. Mencek pemahaman dan umpan balik Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan

Kata media berasal dari bentuk jamak kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne (2006:14) mengemukakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran”. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.

Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:2) tentang “pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut: pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar”.

Guru harus mempunyai keahlian dalam menggunakan berbagai macam media pembelajaran pada proses belajar mengajar, terutama media yang digunakan dalam proses mengajarnya, sehingga materi ataupun pesan yang disampaikan akan tersalurkan dengan baik pula.

Origami adalah seni melipat kertas dari bentuk segi empat menjadi berbagai objek yang ornamental. Seni origami ini bervariasi, mulai dari mainan anak-anak

yang relatif mudah dan sederhana hingga bentuk yang sangat kompleks. Kata origami berasal dari bahasa Jepang, yakni gabungan dari kata oru bermakna melipat dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata itu bergabung, ada perubahan sedikit namun tidak merubah artinya yakni dari kata kami menjadi gami, sehingga yang terjadi bukan orikami tetapi origami, maksudnya melipat kertas.

Menurut Zukifli (Samsudin, 2007:11) bahwa yang dimaksud motorik adalah segala sesuatu yang ada hubunganya dengan gerakan-gerakan tubuh. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa dalam perkembangan motorik terdapat 3 (tiga) unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan unsur masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lain sempurna keadaannya. Anak yang mengalami gangguan tampak kurang terampil mengerak-gerakkan tubuhnya.

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Nuryani, (2005:11) menyatakan bahwa, tujuan pengembangan motorik halus yaitu: Mengembangkan motorik halus yang berhubungan dengan kerterampilan gerak kedua tangan, Memperkenalkan gerakan jari seperti menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang. Mampu mengkoordinasikan kecepatan, kecakapan tanpa dengan gerakan mata, Penguasaan emosi.

METODE

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada kelompok B di

(6)

TK Shanti Kumara III Sempidi Badung dalam kegiatan pembelajaran.. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B di Shanti Kumara III Sempidi Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 32 orang dengan 19 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat di kelas B pada semester II tahun ajaran 2013/2014 di TK Shanti Kumara III Sempidi Badung ditemukan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus anak.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) bahwa PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Wendra (2007:45) mengemukakan bahwa penelitian tindakan pada prinsipnya dimaksudkan untuk melakukan upaya perbaikan terhadap praktek pendidikan yang dilakukan praktisi pada bidang pendidikan, sambil melakukan tugasnya dengan jalan merenung kembali apa yang telah dilakukan yang terarah kepada perbaikan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan untuk memperbaiki kinerja diri sendiri melalui pemahaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara terencana, sistematik dan mawas diri.

Dalam PTK ini mengacu pada teori yang dikemukakan Stephen Kemmis dan McTaggart (Kasbolah.1998:113). Dalam

model PTK ini ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus namun tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan siklus berikutnya jika tidak memenuhi target.

Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu pembelajaran langsung (Direct Instruction) dan seni melipat kertas variabel terikat yaitu kemampuan motorik halus. Definisi dari masing-masing variabel tersebut sebagai berikut. Untuk pengumpulan data tentang kemampuan motorik halus anak penulis menggunakan metode observasi. Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang objek tertentu (Agung,2010).

Observasi dilakukan terhadap kegiatan anak dalam motorik halus melalui kegiatan melipat kertas. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai dengan berpedoman pada permendiknas No.58 tahun 2009.

Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka disusunlah kisi-kisi instrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian.

Tabel 1. Instrumen Penelitian Kemampuan Motorik Halus Anak dalam Seni

Melipat Kertas

No Variabel Indikator

1. Kemampuan Motorik Halus

Meniru melipat kertas sederhana (1-7 lipatan) Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, dan kain perca

Membuat mainan dengan teknik melipat, menggunting dan menempel

(7)

Tabel 2. Rubrik Penskoran Peningkatan Kemampuan Motorik Halus

No Indikator

Skor

1 Meniru melipat kertas sederhana (1-7 lipatan)

2 Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, dan kain perca

3 Membuat mainan dengan teknik melipat, menggunting dan menempel

Tabel 3. Pedoman Penskoran

No Tanda Makna Skor

1 Berkembang Sangat Baik 4 2 Berkembang Sesuai Harapan 3 3 Mulai Berkembang 2 4 Belum Berkembang 1 Permendiknas No. 58, 2009:1 ) Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (Md), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Metode analisis statistik kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2011).

Tingkatan perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak dengan seni melipat kertas dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 4. Pedoman PAP Skala Lima tentang Perkembangan Motorik Halus Anak Persentase Kriteria Kemampuan Berbahasa

90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber:Agung (2010: 12)

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis

Penelitian dilaksanakan di kelompok B TK Ganesha Denpasar dengan jumlah siswa 23 orang. Penelitian ini dilaksanakan 2 bulan dari tanggal 1 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Data perkembangan bahasa anak disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima.

Pada siklus I diperoleh rata-rata (mean) sebesar 7,90, nilai tengah (median) sebesar 7,50, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 7,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan kedalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve kurve juling positif (M>Md>Mo).

Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I

Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 65,83% berada pada kategori 65-79% yang berarti bahwa hasil perkembangan bahasa anak pada siklus I berada pada kriteria sedang.

Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I tingkat kemampuan motorik halus anak masih berada pada kriteria sedang, maka masih perlu dilanjutkan pada siklus II.

Pada siklus II diperoleh rata-rata (mean) sebesar 10,37, nilai tengah (median) sebesar 10,50, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar

12,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan ke dalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve poligon juling negatif (M<Md<Mo). Untuk menentukan tingkat belajar siswa, maka rata-rata dibandingkan dengan kriterian Penilaian Acuan Patokan.

Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 86.41% berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa hasil observasi kemampuan motorik halus siklus II berada pada kriteria tinggi

Pembahasan

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran Direct Instruction berbantuan seni melipat kertas ternyata dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Shanti Kumara III Sempidi Badung. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan motorik halus anak yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan media seni melipat kertas untuk kemampuan motorik halus diperoleh rata-rata hasil observasi kemampuan motorik halus pada siklus I sebesar 65,83% dan rata-rata hasil observasi kemampuan motorik halus pada siklus II sebesar 86.41%. Ini menunjukkan adanya Md=7,50 M=7,90 Mo=7,00 M=10,37 Md=10,50 Mo=12,00

(9)

peningkatan rata-rata persentase hasil observasi anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,58%.

Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan media seni melipat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus ternyata sangat efektif untuk meningkatkan hasil observasi, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan media seni melipat kertas untuk meningkatkan kemampuan motorik halus secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil observasi para anak didik.

Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan

kepada siswa,

pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”

Penerapan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dengan media seni melipat kertas bagi anak usia dini akan belajar membuat sesuatu dari cara yang paling mendasar yakni meniru. Seiring dengan itu, jika anak sudah mulai mahir

melipat dan sudah banyak model yang ia lipat, maka pada saat tertentu nanti akan muncul gagasan ingin membuat sesuatu dari teknik-teknik lipatan yang telah dikenalnya. Ini artinya ia belajar berkreasi untuk menghasilkan sesuatu.

Melalui melipat kertas seorang anak akan belajar berimajinasi melalui origami ini. Apabila ketika ia telah mencoba berkreasi dengan sesuatu bentuk yang baru tanpa meniru atau mengikuti diagramnya. Seorang anak ketika berorigami berarti juga akan belajar mengapresiasi seni dan keindahan sejak dini, artinya ia juga belajar kehalusan jiwa. Semakin banyak mencoba jenis lipatan, seorang anak tentu dapat membuat model origami lebih banyak lagi. Model-model itu umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja. Untuk model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas koran, seperti membuat topi, bola besar, pesawat dan lain-lain. Perlu digaris bawahi bahwa dalam berorigami, melipatnya itu sendiri adalah bagian dari bermain, setelah menjadi model, juga dapat dimainkan baik sendiri atau bersama.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikandalam BAB IV di depan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) berbantuan media seni melipat ternyata mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Shanti Kumara III Sempidi. Hal ini dilihat dari peningkatan peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus I sebesar 65,83% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 86,41% pada siklus II yang ada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan dalam membuat lipatan-lipatan yang lebih inovatif dan menarik sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang

(10)

dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat

DAFTAR RUJUKAN

Data Tentang Kemampuan Berbahasa Lisan Sik Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah

Statistik Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. ---, 2012. Metodologi Penelitian

Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.

Amri, Sofan dan Iif Efendi. 2010.

Konstruksi Pengembangan

Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka

Kardi dan Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang. Press.

Nuryani R. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Malang: Universitas Negeri Malang.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wendra, 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Bumi Angkasa

Gambar

Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II  Perbandingan  rata-rata  presentase  yang diperoleh yaitu 86.41% berada pada  tingkat  penguasaan  80-89%  yang  berarti  bahwa  hasil  observasi  kemampuan  motorik halus siklus II berada pada kriteria  tinggi

Referensi

Dokumen terkait

yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 82,33% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi”. Berdasarkan simpulan di atas, saran-saran yang dapat diajukan adalah

kegiatan menyimak dalam penerapan siklus II, anak-anak cenderung sedikit bosan dalam kegiatan menyimak karena penggunaan media boneka jari dengan bahan yang sama

perkembangan kognitif anak pada siklus I masih rendah dengan rata-rata 60% hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala pada pelaksanaan pembelajaran diantaranya

pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak, salah satunya adalah outdoor activity, dengan memberikan kegiatan diluar kelas akan membuat anak tidak merasa bosan

Mengembangkan media secara sederhana yang aman, murah, dan mudah dibuat adalah salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan anak dan pengembangan

kelompok B di TK Dharmapatni Denpasar Barat pada siklus I sebesar 62,27% dan rata-rata persentase perkembangan sosial-emosional anak kelompok B di TK Dharmapatni

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Tyasari (2008:1) menyatakan bahwa, “mozaik merupakan kerajinan yang dibentuk dari kepingan atau pecahan keramik, kaca atau kertas

Menurut Agung (2010:2) menyatakan, PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan ter- tentu agar dapat memperbaiki