3.1 Arahan pembangunan bidang cipta karya dan arahan penataan ruang
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota
yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPI2-JM
Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut
kepentingan:
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan Hidup
iv. Sosial Budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan
budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase,
RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
BAB
3
c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang
harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan,
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan
diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud.
3.1.1 Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya
Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya merupakan turunan dari visi Kementerian PU- PR
tahun 2015-2019, yaitu “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang handal diartikan sebagai tingkat dan kondisi ketersediaan,
keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan
masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta
berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih
sejahtera.
Adapun peta strategi Kementerian PU-PR dalam mewujudkan visi tersebut digambarkan
pada Gambar 3.1. Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 sasaran strategis
yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan
pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator
Le
Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:
1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.
2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman
yang layak.
3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.
Gambar 3.1 Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam
pembangunan infrastruktur permukiman, maka tujuan yang akan dicapai oleh Direktorat
Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang
CiptaKarya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan
berkelanjutan.
2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman berdasarkan
penataan ruang di kabupaten/kota/kawasan strategis.
3. Menyediakan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan dalam rangka
4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
professional dengan menerapkan prinsipgood governance.
Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan
bagi semua orang, juga membangun kota dan permukiman warga yang inklusif, aman, dan
kukuh. Target tersebut merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur
permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh
hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia.
Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya
bertekad bekerja tidak sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik
dari segi fungsi, teknis, kualitas/mutu, administrasi, dan kelembagaan dalam
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman. Dalam penyelenggaraan
gerakan 100-0-100, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku kepentingan,
baik pemerintah daerah, dunia usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat
tinggi dan kebutuhan dana yang sangat besar.
Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, maka sasaran program Ditjen Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat,
dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum.
b. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang
layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh
perkotaanMeningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat,
Tabel 3.1 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya
INDIKATOR KINERJA SATUAN
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses air % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100
2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman
yang layak
Persentase penurunan luasan
permukiman kumuh perkotaan % 8 6 4 2 0 0
3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat
Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses % 64 72 85 92 100 100
Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan
prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan
peningkatan kualitas permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar
permukiman tersebut juga dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan
masyarakat sejak perencanaan hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.
Khusus untuk penanganan kumuh, akan diprioritaskan pada kawasan-kawasan
permukiman kumuh di kawasan strategis kabupaten/kota dan kabupaten/kota KSN yang
akan ditangani secara terpadu sehingga dapat menjadi kawasan pemukiman yang layak
huni dan berkelanjutan. Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan
dengan pendekatan entitas yang diprioritaskan pada kawasan regional dan daerah-daerah
rawan air/sanitasi. Dalam bidang penataan bangunan, program perlu difokuskan pada
upaya pengaturan untuk menjamin keandalan bangunan gedung serta peningkatan kualitas
kawasan di kota pusaka dan kota hijau.
Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk mengembangkan
infrastruktur perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan
jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota
kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa
kepentingan, yaitu:
a) Pertahanan dan keamanan
b) Pertumbuhan ekonomi
c) Sosial dan budaya
d) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
e) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Kabupaten Pesawaran termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional dari sudut fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup.
Pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan atau kawasan perkotaan tentunya
harus diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arahan pengembangan wilayah. Oleh
karena itu di samping pengaturan distribusi sistem kota-kota sesuai dengan hirarki jumlah
penduduk dan potensi dan kegiatan ekonominya (strategi mikro) juga diperlukan suatu pengelolaan individual kota atau daerah perkotaan yang ditujukan untuk meningkatkan
produktivitas kegiatan ekonominya dalam rangka mendukung fungsi kotanya di wilayah
yang lebih luas(strategi makro). Sistem pusat-pusat permukiman atau sistem kota-kota di Kabupaten Pesawaran tidak terlepas dari struktur kota ibukota kabupaten maupun kota
ibukota kecamatan, dan kawasan pusat pertumbuhan perkotaan yang merupakan salah satu
unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang wilayah.
Dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),
terkandung klasifikasi kota atau daerah perkotaan yang dibagi atas 3 kelompok
berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional,
yaitu :
pelayanan skala nasional, di samping merupakan pintu gerbang bagi keluar
masuknya, arus barang dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan internasional.
Kota atau kawasan perkotaan yang termasuk klasifikasi ini merupakan pusat
pelayanan jasa, produksi dan distribusi serta merupakan simpul transportasi untuk
pencapaian beberapa pusat kawasan atau provinsi. Biasanya yang termasuk golongan
kota/perkotaan ini adalah kota-kota besar/metropolitan, disebabkan karena
kelengkapan sarana dan prasarana yang dimilikinya.
2. Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW).
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi, atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan
yang befungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang
mendukung PKN atau kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
3. Kota atau kawasan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kawasan
perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai kegiatan industri dan jasa yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Atau kawasan perkotaan yang
berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten
atau beberapa kecamatan.
4. Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN). Merupakan pusat permukiman yang berpotensi atau telah
disepakati sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, pusat
permukiman yang berpotensi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga dan pusat pemukiman yang merupakan
simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya.
Kabupaten Pesawaran merupakan hinterland dari Kawasan Metropolitan Area Bandar Lampung dimana pengembangan wilayah Kabupaten Pesawaran tidak
terlepas dari kebijakan yang ada pada kawasan tersebut. Dengan mempertimbangkan
hal itu maka pengembangan wilayahnya dibagi dalan Satuan Wilayah Pembangunan
(SWP). Tujuan Pembagian Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) di Kabupaten
1. Mempermudah koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan.
2. Mendorong masing-masing satuan wilayah pembangunan dapat memberikan
kontribusi pembangunan sesuai dengan potensi wilayah.
3. Menetapkanleading sectoryang akan dikembangkan yang disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
4. Memberikan keleluasaan bagi satuan wilayah pembangunan untuk berkembang
dan memberikan kontrbusi terhadap pelayanan wilayah-wilayahhinterlandnya.
5. Memudahkan bagi instansi teknis penyusunan rencana tindak pembangunan
(indikasi program) baik program tahunan maupun jangka panjang.
6. Dengan menetapkan spesifikasi kegiatan yang akan dikembangkan akan lebih
memudahkan dalam penyusunan skala prioritas pembangunan di
masing-masing Satuan Wilayah Pembangunan, serta dalam rangka mengakomodasikan
upaya percepatan pembangunan disegala bidang.
7. Secara simultan dapat diharapkan mengurangi ketidakseimbangan
perkembangan antara wilayah Timur (wilayah yang berbatasan langsung
dengan Kota Bandar Lampung dengan wilayah Barat yaitu wilayah yang relatif
lambat perkembangannya).
Berdasarkan hasil analisis terhadap hirarki sistem kota-kota dan potensi serta keadaan alam
serta dalam rangka memeratakan pertumbuhan ekonomi maka Kabupaten Pesawaran
termasuk dalam Kawasan Andalan Bandar Lampung–Metro serta Kawasan Andalan Laut
Krakatau dan sekitarnya yang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
termasuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selanjutnya dengan pertimbangan potensi dan
berbagai kemungkinan perkembangan masing-masing kecamatan, serta kebijakan yang ada
maka Kabupaten Pesawaran dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1. PKW Gedongtataan, kawasan yang dipacu perkembangannya dengan peningkatan
peran dan fungsi kecamatan sebagai pusat pertumbuhan berbasis Agroindustri.
Terdiri dari Kecamatan Gedongtataan, Way Lima dan Kedondong. Pusat
pengembangan dari PKW ini berada di Kota Gedongtataan.
yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Negrikaton dan Tegineneng.
Sebagai pusat pengembangan dari SWP ini adalah Negrikaton.
3. PKL Padang Cermin, merupakan kawasan yang dipacu perkembangnnya dengan
pemantapan kegiatan pariwisata, perikanan dan pertanian. Adapun wilayah yang
termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Padang Cermin dan Punduh
Pidada.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai struktur ruang di Kabupaten Pesawaran lebih
jelasnya lihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Penentuan struktur hirarki kota-kota di Kabupaten Pesawaran didasarkan pada jalur upaya
pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka strategis kebijaksanaan
pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2028. Dengan
demikian struktur kota-kota ini diarahkan dan diharapkan mencapai tujuan keseimbangan
pembangunan antar wilayah. Dalam arti adanya keseimbangan pembangunan antara
perkembangan wilayah pusat, wilayah transisi dan wilayah belakang, sehingga wilayah
sekitarnya dapat ikut berkembang akibat multiplier effect dari sistem kegiatan ekonomi yang terjadi pada pusat-pusat pengembangan. Untuk menciptakan kondisi ini maka yang
diperlukan struktur ekonomi yang mantap dan seimbang antara sektor primer, sekunder
dan tersier.
Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur kota-kota di Kabupaten Pesawaran dapat
ditentukan arahan-arahan struktur kota dalam jangka panjang tahun 2028, dengan
pertimbangan :
• Status administrasi kota yang masih sesuai dengan melihat letak geografisnya, kesesuaian lahan dan kebutuhan pengembangannya.
• Hirarki jumlah penduduk (ukuran besaran kota/urban-size yang berdasarkan jumlah penduduk yang kemudian diproyeksikan sesuai dengan kecenderungannya).
• Hirarki fungsional berdasarkan kelengkapan fasilitas dengan menggunakan metode analisis skalogram.
Hirarki kota-kota di Kabupaten Pesawaran untuk jangka panjang dengan dasar Kota
Gedongtataan merupakan Pusat Pelayanan Tersier yaitu pusat pelayanan yang
untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan te rsier ini terutama
dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang efisien (sesuai
RTRW Provinsi Lampung). Rencana hirarki kota di Kabupaten Pesawaran tahun 2028
dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2.
Tabel 3.2 Arahan Struktur Kota-Kota di Kabupaten Pesawaran Tahun 2028
Hirakri
Pusat Sub–Regional
Ibukota Kecamatan
Sumber : Hasil analisis.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama
lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi
masyarakat di wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas:
1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;
2. PKW yang berada di wilayah kabupaten;
3. PKL yang berada di wilayah kabupaten;
4. PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan
5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada
a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki skala pelayanan kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa; dan
b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi,
energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan
layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang
wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang
memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya
yang berada dalam wilayah kabupaten; dan
2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang yang menunjang keterkaitannya
serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten,
terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;kebutuhan pengembangan
dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial
ekonomi;
2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
a. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah
provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang
berbatasan;
b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kabupaten bersangkutan;
c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten
memenuhi ketentuan sebagai berikut (lihat Tabel 3.3):
kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi;
• Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan lingkungan (PPL); dan
• Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
d. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan dengan ketentuan sebagai berikut:
• Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL promosi (dengan notasi PKLp);
• Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK); dan
• Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di
dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong
untuk memenuhi kriteria PKL.
e. Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi
sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan
Tabel 3.3 Kriteria Fungsi Kota Kabupaten
No Fungsi Kota Kriteria
1
Pusat Kegiatan Wilayah
Promosi (PKWp)
Kawasan perkotaan yang berpotensi
sebagai simpul Wilayah Promosi
(PKWp) kedua kegiatan ekspor-impor
Kawasan perkotaan yang sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani
skala propinsi atau beberapa kabupaten/
kota
Kawasan perkotaan yang berpotensi
sebagai simpul transportasi yang
melayani skala propinsi atau beberapa
kabupaten/kota
Dipromosikan oleh pemerintah provinsi
2
Pusat Kegiatan Lokal
(PKL)
Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani
skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan;dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten/kota
atau beberapa kecamatan
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/ kota
3 Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK)
Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani
skala kecamatan atau beberapa
desa;dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kecamatan atau
Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/
kota
4 Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL)
Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang
melayani skala kecamatan atau
beberapa desa;dan/atau
Diusulkan oleh pemerintah kecamatan
Sumber : PP 26 Tahun 2008 dan Hasil Analisis Tahun 2015
3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
pengembangan ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Adapun kawasan strategis di
Kabupaten Pesawaran terdiri dari (lihatGambar 3.3) :
1. Rencana Pengembangan Kawasan Ekonomi
A. Kawasan Zona Industri Tegineneng
Kawasan Industri Tegineneng merupakan rencana kawasan industri yang akan di
kembangkan di Kabupaten Pesawaran. Lokasi industri ini berada di Kecamatan
Tegineneng dengan luas 100 Ha. Perencanaan Kawasan Industri ini dalam rangka
menunjang kebutuhan lahan industri yang semakin mendesak. Lokasi di Tegineneng
sangat potensial karena :
Masih tersedianya cukup lahan untuk menunjang kegiatan industri.
Merupakan lahan yang kurang produkif (kurang subur).
Dilalui rencana jaringan jalan Tol Bakauheuni - Terbangi Besar.
Dekat dengan calon Kota Baru Natar yang merupakan pusat kegiatan pemerintah dan
permukiman skala regional.
Permasalahan dari Kawasan industri Tegineneng, adalah sebagai berikut :
industri, sehingga perlu diupayakan pemenuhan kebutuhan air dengan merencanakan
penyediaan air dan jaringan PDAM.
Jaringan jalan yang ada juga kurang memadai sehingga kurang menarik investor untuk
masuk ke kawasan industri ini, perlu diupayakan peningkatan jaringan jalan untuk
menunjang aksesibilitas kawasan industri ini.
B. Kawasan Wisata
Kabupaten Pesawaran memiliki banyak objek wisata alam yang perlu dikembangkan
dengan penataan objek wisata maupun promosi. Objek wisata ini merupakan potensi yang
dapat meningkatkan pendapatan daerah. Adapun objek wisata ini antara lain :
Wisata alam terdiri dari: Taman Hutan Raya WAR di Kecamatan Way Lima,
Gedongtataan dan Padang Cermin, serta pantai-pantai dan pulau-pulau di Kecamatan
Padang Cermin dan Punduh Pidada.
Wisata Budaya terdiri dari: Berupa Desa Bagelen di Kecamatan Gedongtataan yang
merupakan lokasi awal penempatan transmigrasi di Indonesia.
Wisata Buatan berupa Museum Transmigrasi di Kecamatan Gedongtataan.
a. Rencana Pengembangan Kawasan Sosio–Kultural
Rencana pengembangan kawasan sosio – kultural di wilayah Kabupaten Pesawaran
diperlukan usaha-usaha pengembangan sebagai berikut :
Pengembangan mutu sumberdaya manusia dalam menghadapi era globalisasi dan pasar
bebas dengan penguasaan ilmu dan teknologi.
Pengembangan, perluasan prasarana dan sarana pendidikan menengah baik umum
maupun kejuruan untuk mengantisipasi jumlah penduduk program wajib belajar.
Pengembangan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja serta memantapkan
peran pendidikan sebagai ujung tombak dalam meningkatkan potensi sumber daya
manusia serta peningkatan daya saing daerah dalam pengembangan dan penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengelolaan sumber daya alam.
Pengembangan akses yang lebih besar kepada masyarakat yang selama ini belum
terjangkau oleh layanan pendidikan seperti masyarakat miskin, terisolir serta
Pengembangan layanan non formal melalui pendidikan keterampilan dan
kewirausahaan.
Memacu kota-kota kecamatan yang jauh dari jalan utama, terdiri dari Kecamatan Punduh
Pidada dan Kedondong. Dimana pengembangan kawasan tertinggal ini diarahkan pada
upaya mencapai optimasi pemanfaatan wilayah, dengan berdasarkan pada kondisi potensi
dan permasalahan serta kegiatan yang diperkirakan berkembang di wilayah tersebut. Selain
itu pembangunan prasarana dan sarana penunjang perlu dilakukan untuk mewujudkan
pemerataan, pertumbuhan, kestabilan dan perkembangan wilayah.
b. Rencana Pengembangan Kawasan Penyelamatan Lingkungan
Rencana pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten
Pesawaran ini meliputi :
Pengembangan ekosistem Sub DAS yang ada di Kabupaten Pesawaran, membangun
sistem pengendalian dan pengawasan, meningkatkan upaya konservasi, mengurangi
pencemaran, sedimentasi dan penurunan kualitas air, memperkuat instrumen
pendukung pengelolaan, meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Revitalisasi pembangunan sektor pertanian yang berpotensi sebagai potensi andalan,
konsolidasi kelembagaan petani, peningkatan mutu sumber daya manusia,
pengembangan komoditas unggulan, memperbaiki dan mengembangan dukungan
prasarana dan sarana produksi dan pemasaran.
Memperbaiki sistem pengelolaan hutan, pengawasan dan penegakan hukum,
memanfaatkan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungannya.
B. Kawasan Khusus
a. Gedongtataan
Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Kawasan Metropolitan Bandar Lampung
memberikan dampak terhadap dengan meningkatnya luas lahan terbangun di Kecamatan
Gedongtataan, ditunjang lokasinya yang strategis yaitu berbatasan dengan Kota Bandar
Lampung dan dekat dengan Lapangan Raden Intan. Selain itu terdapat Kawasan Wisata
dan sangat prospek untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah. Dengan
demikian kecamatan ini menjadi salah satu kawasan strategis. Maka diperlukan
usaha-usaha sebagai berikut :
Pembangunan yang dilakukan disesuaikan dengan daya dukung lahan.
Kepadatan penduduk yang tinggi harus diimbangi dengan penyedian ruang terbuka
hijau kota.
Penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi sesuai dengan perkembangan penduduk.
b. InterchangeJalan Tol Terbangi Besar - Tegineneng
Interchange atau jalan keluar dari rencana Jalan Tol Terbangi Besar – Tegineneng di Kabupaten Pesawaran diperkirakan berada di Kecamatan Tegineneng. Mengingat dengan
adanyainterchangetersebut akan membuat perkembangan fisik yang pesat beberapa tahun kedepannya, maka harus diantisipasi dengan membuat Rencana Tata Ruang kawasan
tersebut secara detail dan terinci.
C. Kawasan Pertahanan Keamanan (Hankam)
Kawasan militer TNI AL Teluk Ratai di Kecamatan Padang Cermin seluas 5.300 ha,
adalah termasuk dalam Kawasan Hankam. Dengan demikian perlu diatur zona/ batas fisik
dengan kawasan sekitarnya.
Untuk menetapkan kawasan-kawasan strategis yang sudah diidentifikasikan di atas ada
baiknya untuk mencermati kawasan tersebut dari sisi kriteria kawasan strategis yang sudah
ditetapkan (lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2).
Dari matriks di atas terlihat bahwa ke 6 (enam) kawasan strategis tersebut memiliki nilai
strategis > 6 poin sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian untuk kawasan
strategis kabupaten dapat diusulkan kawasan berikut :
1. Kawasan Industri Tegineneng, terletak di Kecamatan Tegineneng berupa peruntukan
untuk kegiatan industri untuk skala sedang sampai besar.
2. Kawasan Cagar Budaya Bagelen, sebagai daerah tujuan wisata di Kabupaten
Pesawaran.
3. Kawasan rencana pembangunan Minapolitan yang terdiri dari Minapolitan Tangkap di
Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada.
5. Kawasan Perkotaan Gedongtataan sebagai pusat perdagangan regional di Kabupaten
Pesawaran dan sekitarnya.
6. kawasan pangkalan TNI AL Teluk Ratai di Kecamatan Padangcermin mempunyai nilai
strategis pertahanan dan keamanan.
Secara keseluruhan terdapat 6 (enam) rencana Kawasan Strategis untuk Kabupaten
Pesawaran yaitu :
1. Kawasan Industri Tegineneng, mempunyai nilai strategis ekonomi.
2. Kawasan Cagar Budaya Bagelen, mempunyai nilai strategis budaya.
3. Kawasan Minapolitan; mempunyai nilai strategis ekonomi.
4. Kawasan Agropolitan Gedongtataan; mempunyai nilai strategis ekonomi.
5. Kawasan Perkotaan Gedongtataan; mempunyai nilai strategis ekonomi.
6. kawasan pangkalan TNI AL Teluk Ratai di Kecamatan Padangcermin mempunyai nilai
strategis pertahanan dan keamanan.
Tabel 3.4 Kriteria Kawasan Stategis
NO. KRITERIA KAWASAN STRATEGIS*) POTENSI KAWASAN
STRATEGIS
1 2 3 4 5 Ket
A Memiliki nilai strategis ekonomi
a. potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi
c. potensi ekspor
d. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi
e. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan
teknologi tinggi
f. fungsi untuk mempertahankan tingkat
produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan
produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi
h. kawasan yang dapat mempercepat
pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam
wilayah kabupaten
B Memiliki nilai strategis pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a. peruntukan bagi kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan lokasi sumber daya
alam strategi, pengembangan antariksa,
serta tenaga atom dan nuklir
b. sumber daya alam strategis
c. fungsi sebagai pusat pengendalian dan
pengembangan antariksa
d. fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga
atom dan nuklir
e. fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi
tinggi strategis
C Memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
a. tempat perlindungan keanekaragaman
hayati
b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau
fauna yang hampir punah atau diperkirakan
akan punah yang harus dilindungi dan/atau
dilestarikan
c. kawasan yang memberikan perlindungan
keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian
terhadap keseimbangan iklim makro
e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi
peningkatan kualitas lingkungan hidup
f. tdak terletak pada kawasan rawan bencana
alam
g. kawasan yang sangat menentukan dalam
perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan
kehidupan
Jumlah Poin 9 6 9 9 6
Keterangan :
1 = Tegineneng; 2= Bagelen; 3=Minapolitan; 4=Agropolitan Gedongtataan; 5= Perkotaan
Gedongtataan
Catatan :
Tidak terdapat rencana atau potensi kawasan yang memiliki nilai strategis lingkungan
hidup dan pertahanan keamanan.
Kriteria kawasan strategis Kabupaten Pesawaran dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan yaitu:
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara
berdasarkangeostrategi kabupaten;
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi
dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan,
dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau
c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam
undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan
program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan
memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi
pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah,
lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Penyusunan RPIJM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang
dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan
bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPIJM CK
seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.
Dalam rangka mewujudkan misi tersebut dilaksanakan melalui strategi dan arah kebijakan
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD 2013-2018 Bidang Cipta Karya
Strategi Arah Kebijakan Umum
Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Perkampungan, Sentra Produksi, dan
Pusat Pertumbuhan Baru.
Peningkatan dan Pengembangan
Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Pengembangan Infrastruktur Kawasan
Khusus
Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air
dan Jaringan Irigasi
Peningkatan pembangunan dan
pemeliharaan Infrastruktur Perumahan dan
Peningkatan dan Pengembangan
Infrastruktur Transportasi,
Telekomunikasi dan Energi.
Peningkatan dan pengembangan sarana
transportasi (perhubungan) dan
komunikasi.
3.2 Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman
i. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu
dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan
yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya.
RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman
makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan
rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program
pembangunan lainnya yang telah ada;
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang
Cipta Karya di daerah;
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di berbagai dokumen; dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Visi :
1. Terwujudnya kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan sarana dan
prasarana guna mewujudkan kawasan perkotaan dan pedesaan yang layak hun,
berkeadilan sosial, berbudaya, produktif, berkelanjutan serta saling memperkuat
2. Tersedianya infrastruktur PU di perkotaan dan perdesaan dalam rangka mewujudkan
permukiman yang melaksanakan penataan bangunan dan lingkungan, pembinaan
standar keselamatan bangunan perumahan dan permukiman gedung Negara.
Misi :
1. Fasilitas penyediaan/mengembangkan infrastruktur PU di perkotaan dan perdesaan
dalam rangka mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif, aman tentram
dan berkelanjutan.
2. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU.
3. Melaksanakan pembinaan dan penataan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan
serta penataan bangunan gedung yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan
bangunan.
4. Melaksanakan pembinaan pengembangan jalan desa, jalan kota (sekunder, non
status, akses).
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
professional dengan menerapkan prinsipGood Governance.
ii. Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan Permukiman
Kriteria umum untuk kawasan permukiman kota adalah memperhatikan kecenderungan
perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru, memperhitungkan daya
tampung perkembangan penduduk dan fasilitas atau prasarana yang dibutuhkan,
mempertimbangkan usaha-usaha atau kebijaksanaan yang ada, khususnya tata ruang kota,
mengalihkan penggunaan pertanian lahan kering yang berada terjepit di sekitar
permukiman perkotaan yang ada menjadi permukiman perkotaan.
Kawasan permukiman kota mencakup wilayah administrasi kota (untuk yang berstatus
kotamadya) dan wilayah pengembangan kota (untuk Ibukota Kabupaten dan Ibukota
Kecamatan baik yang telah mempunyai RUTRK maupun belum). Selain itu, beberapa
wilayah yang memiliki indek kekotaan yang tinggi juga berpotensi untuk berkembang
Kawasan permukiman kota di Kabupaten Tulang Bawang bertumpu di Kecamatan Banjar
Agung dan akan berkembang di sepanjang koridornya. Kebijaksanaan pemanfaatan
ruangnya didasarkan pada tujuan mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai
tempat pemusatan penduduk, beserta pengembangan sarana prasarana penunjangnya,
seperti berikut ini.
Penataan perkembangan kawasan perumahan yang tumbuh di sekitar pusat
pertumbuhan dengan mengacu pada RTRW yang berlaku;
Pengembangan fasilitas-fasilitas dengan skala layanan untuk melayani wilayah
Kabupaten seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan;
Penataan perkembangan kawasan permukiman dan aktivitas ekonomi
(perdagangan) di sepanjang koridor Kecamatan Banjar Agung, terutama kaitannya
dengan keserasian fungsi jalan arteri;
Penataan, pengawasan, dan pengendalian perkembangan kawasan padat hunian dan
hunian ’”liar” di perkotaan, untuk menjaga keserasian fungsi kota;
Pengembangan sarana prasarana lingkungan perkotaan, terutama kebersihan
lingkungan dan sanitasi, drainase, air bersih (PDAM), dan telekomunikasi;
Penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi,
revisi) rencana tata ruang kota.
iii. Penetapan Kawasan Pemukiman Prioritas
Adapun penetapan kawasan permukiman prioritas melalui :
1. Analisa fisik diantaranya :
a) Analisa Topografi daerah
b) Analisa struktur
c) Analisa geologi
d) Analisa iklim
e) Analisa Hidrologi
2. Analisa Penduduk
1. Analisa Daya Tampung Ruang
3. Analisa Kebutuhan Infrastruktur
4. Analisa Sarana Permukiman
5. Analisa Ruang Terbuka Hijau
Atas dasar analisa diatas maka penetapan kawasan permukiman prioritas di kabupaten
Tulang Bawang ditetapkan menjadi 3 lingkungan di kecamatan Gedung Tataan :
Lingkungan Gedung Tataan
Lingkungan Bagelen / Jawa
Lingkungan Sunda
3.2.2 Rencana Induk Penyedian Air Minum
i. Rencana Sistem Penyedian Air Minum
Berdasarkan kondisi sistem yang ada, baik masyarakat daerah pelayanan, sumber air baku,
maka program untuk perbaikan/peningkatan pelayanan air minum dapat diuraikan dalam
perbaikan prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum untuk cabang/unit antara
Tabel 3.6 Rencana Sarana dan Prasarana SPAM Kabupaten Pesawaran
No Cabang/Unit Permasalahan Rencana Tindakan
1 Kedondong 1 Bangunan Bronkaptering - Untuk meningkatkan kapasitas air perlu cingkuang dan Way Bial (Bayas) dilaksanakan segera perbaikan Bronkaptering Mengalami Kebocorn pada dua sumber air tersebut agar kapasitas
air dapat mengalir dari bronkaptering ke daerah 2 Pengaliran air tidak merata pelayanan maka perlu meninjau kembali letak
(Bergiliran) karena debit air dari pemasangan pipa transmisi
way bial tidak sesuai dengan yang - Perlu menginventarisasi meter air yang tidak
diharapkan. berfungsi
- Identifikasi sambungan tanpa meter air dan 3 Kehilangan air masih di atas 35 % sambungan gelap
- Percepatan penanggulangan kebocoran pada perpipaan
No Cabang/Unit Permasalahan Rencana Tindakan
2 Gedung Tataan Kapasitas mata air Bojorejo - Kapasitas air yang ada akan dialirkan pada semakin menyusut zona tertentu
Pengaliran mata air dari WTP - Perlu mengecek kembali tentang deviasi 2 x 25 lt/dt tidak sepenuhnya reservoir dan jaringan pipa transmisi tertinggi mengalir ke jaringan pipa Distribusi dan mengalirkan jalur lain
- Identifikasi jalur pipa lama dan memanfaatkan Jaringan pipa lama tidak dapat di dengan pipa baru
fungsikan sebagaimana mestinya
3 Way Lima Kebocoran/Kehilangan air cukup Identifikasi meter air yang tidak berfungsi dan tinggi >35% kualitas air kurang baik pelanggan yang tidak memakai meter air. waktu musim hujan Operasikan WTP sesuai dengan fungsinya.
Rencanakan pengalihan pendistribusian kepada Animo masyarakat kurang daerah yang membutuhkan air
memanfaatkan air minum
4 Padang Cermin Bronkaptering Selorejo mengalami Penanggulangan kebocoran pada bronkaptering kebocoran peningkatan pelanggan Rencanakan pipa distribusi tersier untuk mendapat kesulitan karena meningkatkan pelayanan
kurangnya pipa tersier
ii. Rencana Pengembangan SPAM
Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah
penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya tingkat pelayanan diambil
berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah permintaan air minum
oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM
dalam pemenuhan kebutuhan air minum.
Dalam penentuan tingkat pelayanan air minum di masing-masing kecamatan yang
termasuk ke dalam wilayah pelayanan, diproyeksikan berdasarkan persentase tingkat
pelayanan eksisting.
Proyeksi tingkat pelayanan PDAM pada akhir periode (2033) yakni sebesar 75 % dari
penduduk perkotaan telah menikmati layanan jaringan perpipaan, dengan tingkat
pelayanan per-5 tahun secara bertahap seperti di tabel berikut:
Tabel 3.7. Rencana Tingkat Pelayanan Pengembangan SPAM di Kabupaten Pesawaran
Tahun Tingkat pelayanan
2013 (eksiting) 25 %
2015 35 %
2018 45 %
2023 55 %
2028 65 %
2033 75 %
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2013
Pada pengembangan SPAM Kabupaten Pesawaran ini, seluruh kecamatan akan
diprioritaskan, setidaknya pada ibukota kecamatannya. Namun pelaksanaannya dilakukan
pada tahap pembangunan yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan kecamatan
Tahapan pengembangan dibagi dalam 3 bagian yaitu :
Tahap Jangka Pendek/Mendesak (yaitu tahap pembangunan dalam 5 - 6 tahun
pertama). Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2013–2018.
Tahap Jangka Menengah (yaitu tahap pengembangan dalam 6 –10 tahun mendatang).
Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2019 –2023.
Tahap Jangka Panjang (yaitu tahap pengembangan dalam 11 – 10 tahun mendatang).
Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2024–2033.
Pentahapan perlu dilakukan mengingat alokasi dana untuk pengembangan SPAM sangat
terbatas sementara setiap daerah memiliki kepentingan masing-masing untuk lebih dahulu
dikembangkan. Pendekatan strategi prioritas dilakukan untuk menentukan wilayah mana
yang akan dikembangkan dalam tahap mendesak dan wilayah yang mana yang akan
dikembangkan pada tahap jangka panjang.
Rekapitulasi biaya yang dibutuhkan pada masing-masing tahap pengembangan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8 Rekapitulasi Biaya Pengembangan SPAM Kabupaten Pesawaran
\
Sumber : Hasil Analisis 2012
DANA APBN DANA APBD DANA PDAM
TOTAL TOTAL TOTAL
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
I. KECAMATAN KEDONDONG 8.714.364.174,93 8.714.364.174,93
II. KECAMATAN WAY LIMA 5.104.386.916,31 3.862.992.219,82 1.241.394.696,49
III. KECAMATAN PADANG CERMIN (PENYAIRAN) 6.022.561.944,65 4.733.969.276,22 1.172.930.394,48 115.662.273,94
KECAMATAN PADANG CERMIN (GUNUNG REJO) 5.441.814.118,84 3.662.347.145,95 1.128.550.413,47 650.916.559,42
IV. KECAMATAN NEGRI KATON 6.897.892.488,14 5.656.497.791,66 1.241.394.696,49
V. KECAMATAN GEDUNG TATAAN 2.143.118.682,76 2.143.118.682,76
VI. KECAMATAN PUNDUH PIDADA 1.836.625.000,00 683.100.000,00 1.153.525.000,00
36.160.763.325,63 29.456.389.291,34 4.784.270.200,92 1.920.103.833,37
NO URAIAN PEKERJAAN TOTAL
1 Jangka Pendek 2013–2018
Pembangunan pada tahap mendesak dilakukan pada wilayah-wilayah yang sangat
memerlukan SPAM.
1. Gedung Tataan
1. Perbaikan/penambahan jaringan pipa dia 200mm untuk mendistribusikan
pengaliran air dar reservoir ke Distribusi
2. Pengembangan pipa Distribusi
3. Peningkatan sambungan rumah
4. Pengadaan/pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air valve,sale valve,
wash out)
5. Penggantian meter air yang tidak berfungsi
6. Pembuatan DED
2. Kedondong
1. Perbaikan Bronkaptering M.A. Cengkuang
2. Perbaikan Bronkaptering M.A. Biha (Bayas)
3. Perbaikan/Penambahan pipa dia 200mm untuk melancarkan pengaliran air
dari bronkaptering ke BPT. 1.
4. Peningkatan sambungan rumah
5. Pengadaan/Pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air Valve, sale valve,
wash out)
6. Penggantian meter air yang tidak berfungsi
7. Pembuatan DED
3. Padang Cermin
1. Perbaikan Bronkaptering Selo rejo
2. Pembersiha Bronkaptering Way Rilau
3. Pengembangan Jaringan Pipa Distribusi
4. Peningkatan sambungan rumah
5. Pengadaan/Pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air Valve, sale valve,
wash out)
6. Penggantian meter air yang tidak berfungsi
4. Way Lima
1.Penggantian meter air yang tidak berfungsi
2.Peningkatan sambungan rumah
3.Peningkatan kualitas air minum
5. Punduh Pidada
2 Jangka Menengah
1. Gedung Tataan
1.Pengadaan/Pemasangan Pipa Distribusi
2.Peningkatan sambungan rumah
2. Kedondong
1.Pembuatan Bronkaptering Biha II (Bayas II) 10 lt/dt
2.Pengadaan/Pemasangan Pipa transmisi dia 200mm
3.Pembuatan reservoir 500m³ (pada BPT)
4.Pengembangan Jaringan Distribusi
5.Peningkatan sambungan rumah
3. Padang Cermin
1.Pembuatan Bronkaptering Way Penyandingan kap 40 lt/dt
2.Pembuatan reservoir 500m²
3.Pengadaan/Pemasangan Pipa transmisi dia 300–200
4.Pengadaan/Pemasangan Pipa Distribusi
5.Peningkatan sambungan rumah
4. Way Lima
1.Peningkatan sambungan rumah
2.Pengembangan jaringan Distribusi
5. Negri Katon
Alternatif I
1.Peningkatan sambungan M.A. Way Sepakat
2.Pengadaan/pemasangan pipa transmisi dan distribusi
3.Pengadaan/Pemasangan sambungan rumah
4.Pembuatan reservoir
1.Pembuatan WTP kap. 2 x 15 lt/dt di way lima
2.Pengadaan/pemasangan pipa tranmisi dan distribusi
3.Pengadaan/Pemasangan sambungan rumah
4.Pembuatan reservoir
5.Pembuatan Gudang/Laboratorium
6.Pembuatan Rumah Jaga
3 Jangka Panjang
Alternatif
1. Gedung Tataan→ Boster Pump
A. Wiyono
B. Negri Katon
2. Kedondong
3. Padang Cermin
4. Way Lima
5. Negri Katon
6. Tegineneng
7. Punduh Pidada
Arahan rencana pengembangan SPAM khususnya kawasan perkotaan melalui sistem
jaringan perpipaan, sedangkan pengembangan SPAM perdesaan khususnya desa rawan air
diprioritaskan sesuai tingkatan status kerawanan atau kekeringan air. Data desa rawan air
berdasarkan BPS yang diperkuat dengan edaran data desa rawan air dari Direktorat
Jenderal Cipta Karya melalui Subdit Pengembangan Air Minum di Pusat, diuraikan
sebagai berikut,
1. Desa rawan air prioritas 1 status rawan air
2. Desa rawan air prioritas 2 status potensi rawan air
3. Desa rawan air prioritas 3 status aman
4. Desa rawan air prioritas 4 status rawan kering
Dari keempat prioritas desa rawan air tersebut, Kabupaten Pesawaran termasuk dalam
Tabel 3.9 Prioritas Desa Rawan Air Kabupaten Pesawaran
iii.rencana penurunan Kebocoran Air Minum
Kehilangan air (non revenue water/NRW) adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan dan jumlah air yang dikonsumsi. Kehilangan air berbeda
dengan kebocoran air (water leakage). Tingkat kehilangan air adalah perbandingan antara
kehilangan air dan jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan.
Mengikuti pemahaman internasional, maka terdapat dua jenis kehilangan air, yaitu:
1. Kehilangan air pada sistim distribusi/kehilangan air secara fisik. Termasuk di
dalamnya
•kebocoran pipa, joint, fitting, kebocoran pada tangki dan reservoir, •Air yang melipah keluar dari reservoir, dan
Kehilangan ini disebut sebagai real losses (Thornton, dkk., 2008) atau disebut
sebagai kehilangan teknis. Kehilangan teknis difahami sebagai kehilangan air secara
fisik dari sistem yang bertekanan,sampai dengan titik meter air pelanggan. Volume
kehilangan tahunan berdasarkan semua tipe kebocoran, pipa pecah dan limpasan
tergantung pada frekuensi, debit, dan rata-rata lamanya kebocoran individu. Dengan
catatan, meskipun kehilangan air secara fisik yang terjadi setelah meter air pelanggan
adalah tidak termasuk dalam perhitungan Kehilangan Air Teknis, namun tetap
berarti, sehingga perlu diperhatikan dalam pengelolaan kebutuhan air.
2. Kehilangan non fisikal/kehilangan non teknis yang berakibat kepada kehilangan
penerimaan atas pengelolaan air, termasuk di dalamnya
•Kesalahan pembacaan dan pencatatan meter air •Kesalahan/kelemahan pada meter produksi •Kesalahan/kelemahan pada meter pelanggan •Pemakaian air tanpa meteran
•Pemakaian air tidak dibayar
•Perhitungan pemakaian didasarkan perkiraan/taksiran •Sambungan liar
•Kesalahan pada administrasi rekening
Tabel 3.10. RekomendasiInternational Water Associationuntuk Istilah Kehilangan Air
Volume Konsumsi tak bermeter tak
berekening
Kehilangan
fisik/non
teknis
Kebocoran pada pipa transmisi
dan pipa induk
Kebocoran dan luapan pada tanki
reservoir
Kebocoran pada pipa dinas
hingga pipa pelanggan
NRW merupakan leveraging factor tertinggi di dalam penyelenggaraan pelayanan air, karena memberikan kontribusi secara komprehensif. Mulai dari kontribusi kepada
pelanggan,kepada pendapatan usaha, kepada konservasi lingkungan, hingga penerimaan
publik, dan akhirnya memberikan sebuah kinerja dari pelayanan penyediaan air yang aman
dan terjamin. Pengaruh sekuensial dari penurunan NRW dalam proses pelayanan PAM
adalah sebagai berikut:
Gambar 3.9. NRW SebagaiKey Leveraging Factor
Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara
fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1. Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letak, dimensi, jenis,
tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang. Akan lebih baik bila data-data
tersebut ditampilkan dalam format GIS (SIG/Sistem Informasi Geografis) sehingga
2. Meteran induk dan meteran di zona distribusi harus berfungsi dengan baik
3. Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan harus
tersedia.
4. Zona-zona distribusi/pelayanan air harus dilengkapi dengan aksesoris untuk
melakukan kontrol kehilangan air dan pelaksanaan perbaikan
5. SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan
perpipaan
6. SOP untuk O&M perpipaan
Berdasarkan pengalaman terhadap masalah kehilangan air yang dihadapi dengan
mempertimbangkan kemampuan pengelola yang dimiliki serta pendekatan yang dianggap
berhasil dilihat dari resiko pembiayaan, maka beberapa metode penanggulangan kebocoran
yang dapat diaplikasikan adalah :
a. Pendeteksian secara langsung
b. Metode isolasi/zone observasi
c. Pemantauan wilayah/sistem distrik
d. Penanganan langsung dari rumah ke rumah (Metodehouse to house survey and
rehabilitation)
Masing-masing metode dapat dijelaskan pada sub bab berikut ini.
Pendeteksian Secara Langsung
Pendeteksian kebocoran dilakukan secara langsung dengan menggunakan detektor
kebocoran. Pencarian kebocoran dengan cara ini bersifat padat karya karena diperlukan
banyak tenaga terlatih, dimana petugas pendeteksi dibagi dalam beberapa kelompok,
masing-masing dibekali dengan peralatan yang diperlukan untuk mendeteksi kebocoran di
lapangan serta peta jaringan distribusi/peta lokasi pipa yang ada di sektor yang harus
Metode Isolasi/Zone Observasi
Dalam cara ini ditentukan suatu area/bagian daerah pelayanan yang diisolir dengan
katup-katup penutup aliran. Untuk keperluan pengetesan dipasang meter air pada pipa supply ke areal tersebut. Pengetesan dilakukan pada malam hari dengan cara menutup katup-katup
yang terdapat di luar lajur pipa distribusi secara berurutan.
Penentuan lokasi kebocoran pada lajur pipa di areal yang dipantau dilakukan secara lebih
tepat dengan menggunakan detektor. Pengetesan secara bertahap dapat pula dilakukan
setelah pengetesan menyeluruh (tanpa penutupan katup-katup secara berurutan) terhadap
jaringan di areal yang dipantau untuk mengetahui apakah di areal tersebut terdapat jalur
pipa yang mengalami kebocoran. Bila ternyata ada kebocoran maka test dilanjutkan
dengan pengetesan secara bertahap dan deteksi lokasi dilakukan dengan menggunakan
detektor.
Pemantauan Wilayah/Sistem Distrik
Pada metode ini daerah pelayanan dibagi dalam wilayah-wilayah pemantauan yang relatif
luas, dimana pada setiap wilayah dipasang meter air secara permanen untuk memantau
pemakaian air di wilayah tersebut.
Pencatatan pemakaian air di seluruh wilayah dilakukan secara berkala, dimana lonjakan
dalam pemakaian air yang terjadi secara tidak terduga dan yang tidak dapat dikaitkan
dengan suatu kegiatan mungkin dapat menjadi petunjuk mengenai adanya suatu kebocoran
dalam jaringan.
Pemantauan Langsung dari Rumah ke Rumah (House to House Survey and
Rehabilitation)
Pendekatan kontrol air di lapangan dengan metode ini didasarkan pada asumsi bahwa
kehilangan air yang paling besar terjadi di bagian sistem yang paling ujung, pada jaringan
sistem yang paling kecil, yaitu sambungan rumah.
Berdasarkan pengalaman, kerusakan dan kehilangan pada pipa-pipa primer dan sekunder
ditujukan pada pengamatan dan penanganan dari rumah ke rumah. Dengan metode ini juga
langsung dapat dilakukan kalibrasi meter air yang ada pada pelanggan.
3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)
i. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah
perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini,
Pemerintah pusat mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi
Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip:
a. Berdasarkan data aktual
b. Berskala kota atau kabupaten
c. Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten
tersebut)
d. Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down
Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu
memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa
dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan
mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam
konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK.
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun
untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana
tindak pembangunan sanitasi jangka menengah.
Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah
tangga, maupun dilingkungan perumahan.Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu:
1. Air Limbah
2. Persampahan
Adapun Ruang Lingkup Sanitasi di Kabupaten Pesawaran adalah sebagai berikut:
1. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.
2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari
kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah
tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem :
a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.
b. PengelolaanOf Siteadalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.
3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan
oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain
sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).
4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor
air kota dan memutuskan air permukaan.
Berdasarkan potensi Kabupaten Pesawaran, isu-isu strategis yang dihadapi dalam 5 (lima)
tahun ke depan, dan mengacu pada Visi Nasional Tahun 2005-2025 dan Visi Provinsi
Lampung 2005-2025, maka visi Kabupaten Pesawaran 2011-2015 dirumuskan :
” TERWUJUDNYA PESAWARAN YANG MAJU, BERBUDAYA, BERDAYA SAING
DAN SEJAHTERA”
Misi
Untuk mencapai visi tersebut, disusun misi yang di dalamnya memuat tujuan dan sasaran
yang ingindicapai. Misi merupakan tahapan rencana pembangunan daerah Kabupaten
Pesawaran yang berorientasi pada pembangunan dan peningkatan kompetensi segenap
sumber daya yang terdapat di Kabupaten Pesawaran dalam segala bidang, guna
menyiapkan masyarakat yang maju, berbudaya,berdaya saing dan sejahtera.
Misi 1 : Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, kesehatan dan kesejahteraan sosial
masyarakat.
Misi 2 : Mengoptimalkan potensi perekonomian daerah dan sumberdaya lokal serta
pemberdayaan masyarakat.
Misi 4 : Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Misi 5 : Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab.
ii. Tujuan , Sarsaran dan Strategi Sanitasi
Strategi percepatan pembangunan sanitasi merupakan langkah untuk mewujudkan
Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi
Sanitasi Kabupaten. Kabupaten Pesawaran merumuskan strategi layanan sanitas
didasarkan pada
isu-isu utama/strategis yang dihadapi pada saat ini. Paparan isu strategis dan tantangan
layanan
sanitasi kota ini mencakup isu strategis aspek non teknis yang terdiri dari aspek; kebijakan
daerah
dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan
masyarakat,
aspek jender dan kemiskinan, serta aspek monitoring dan evaluasi. Sedangkan paparan isu
strategis aspek teknis terdiri dari; sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan,
sub
sektor drainase lingkungan, sektor air bersih dan aspek promosi higiene sanitasi (Prohisan).
1. Air Limbah
Tabel 3.11 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah
Domestik
3. Terbangunnya IPLT 1
NSPM dalam
pengembangan
system
pembuangan air
limbah dalam
mendorong
pelaksanaan
pengaturan dan
kerjasama
yang lebih baik
4.Meningkatkan
koordinasi dan
kerjasama antar
kegiatan
dan antar
wilayah dalam
pembangunan air
limbah.
5. Fasilitasi
peningkatan
manajemenpemb
angunan air
limbah didaerah.
6. Fasilitasi
peningkatan
pengelolaan air
limbah melalui
pelatihan dan
pendidikan SDM
yang kompeten.
a.Sosialisasi
perundang–
undangan yang
melakukan
pengaturan
terhadap BUMD
yang
bergerak dalam
pembangunan
dan pengelolaan
air limbah.
b.Peningkatan
forum
koordinasi
Kab/Kota/Prov
terkait
pengelolaan air
limbah
c.Sosialisasi
NSPM dalam
pengembangan
system
pembuangan air
limbah dalam
mendorong
pelaksanaan
pengaturan dan
kerjasama yang
lebih baik
7.Mendorong
peningkatan
alternative
pembiayaan
Tabel 3.12: Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase
TUJUAN
APBD menjadi 0.5 %
4.Meningkatkan
media dari 1 media
tahun 2013 menjadi 2
informasi dan
Tabel 3.13 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan
TUJUAN
2,4% menjadi 60% tahun
persampahan
dari 1 kegiatan 2013
menjadi 5 kegiatan akhir
pengelolaan
persampahan
8.Mendorong
peningkatan
pemulihan biaya
persampahan
9.Menyebarluas
kan pemahaman
tentang
pengelolaan
persampahan
kepada
masyarakat
umum
10.Mengembang
kan sistem
insentif dan
iklim yang
kondusif bagi
dunia
usaha/swasta
11. Penyusunan
pedoman
investasi dan
emitraan
12. Fasilitasi
Ppelaksanaan
ppengembanga
n kkemitraan
pengelolaa
sampah
Meningkatkan
pemahaman
masyarakat
akan upaya 3R
(ReduceReuse-Recycle) dan
\pengamanan
sampah B3
(Bahan
Buangan
Berbahaya)
rumah tangga
14.
Meningkatkan
pembinaan
masyarakat
khususnya
kaum
perempuan
dalam
pengelolaan
sampah
15. Mendorong
pengelolaan
sampah
berbasis
masyarakat
16. Pelaksanaan
evaluasi kinerja
prasarana
dan sarana
17. Mendorong
4. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS dan Promosi Higien
Tabel 3.14 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga
TUJUAN
dari 0,025 % APBD
tahun 2013 menjadi
0,1 % sampai tahun
(4). Menyusun
kerangka
kebijakan promkes
dan
materi kebijakan
promosi
kesehatan.
(5). Meningkatkan
kemampuan tenaga
pengelola program
promosi
kesehatan
Advokasi Pada
penentu
Kebijakan di tingkat
provinsi
tentang Program
Promkes.
(6).
Mengembangkan
media
dan sarana promosi
kesehatan.
(7). Peningkatan
kemitraan
dengan LP, LS,
LSM dan
Swasta.
(8).Mengembangkan
Model promosi
kesehatan melalui
spesifik
(9). Pemberdayaan /
Penggerakan
masyarakat
dalam upaya
kesehatan
3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana