• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRATRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRATRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Arahan pembangunan bidang cipta karya dan arahan penataan ruang

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPI2-JM

Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah

sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut

kepentingan:

i. Pertahanan keamanan

ii. Ekonomi

iii. Lingkungan Hidup

iv. Sosial Budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan

budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti

pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti

pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase,

RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

BAB

3

(2)

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang

harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan

lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan,

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan

diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud.

3.1.1 Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya

Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya merupakan turunan dari visi Kementerian PU- PR

tahun 2015-2019, yaitu “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Infrastruktur Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat yang handal diartikan sebagai tingkat dan kondisi ketersediaan,

keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan

perumahan rakyat yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan

masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta

berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih

sejahtera.

Adapun peta strategi Kementerian PU-PR dalam mewujudkan visi tersebut digambarkan

pada Gambar 3.1. Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 sasaran strategis

yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan

pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator

(3)

Le

Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:

1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat.

2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman

yang layak.

3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.

Gambar 3.1 Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019

Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada dalam

pembangunan infrastruktur permukiman, maka tujuan yang akan dicapai oleh Direktorat

Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:

1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang

CiptaKarya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan

berkelanjutan.

2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman berdasarkan

penataan ruang di kabupaten/kota/kawasan strategis.

3. Menyediakan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan dalam rangka

(4)

4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan

masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur

permukiman.

5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang

professional dengan menerapkan prinsipgood governance.

Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan

bagi semua orang, juga membangun kota dan permukiman warga yang inklusif, aman, dan

kukuh. Target tersebut merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur

permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh

hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia.

Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya

bertekad bekerja tidak sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik

dari segi fungsi, teknis, kualitas/mutu, administrasi, dan kelembagaan dalam

penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman. Dalam penyelenggaraan

gerakan 100-0-100, Ditjen Cipta Karya akan melibatkan semua pemangku kepentingan,

baik pemerintah daerah, dunia usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat

tinggi dan kebutuhan dana yang sangat besar.

Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, maka sasaran program Ditjen Cipta Karya

adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat,

dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum.

b. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang

layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh

perkotaanMeningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat,

(5)

Tabel 3.1 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya

INDIKATOR KINERJA SATUAN

TARGET

2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat

Persentase peningkatan

cakupan pelayanan akses air % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100

2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman

yang layak

Persentase penurunan luasan

permukiman kumuh perkotaan % 8 6 4 2 0 0

3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat

Persentase peningkatan

cakupan pelayanan akses % 64 72 85 92 100 100

Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan

prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan

peningkatan kualitas permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar

permukiman tersebut juga dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan

masyarakat sejak perencanaan hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.

Khusus untuk penanganan kumuh, akan diprioritaskan pada kawasan-kawasan

permukiman kumuh di kawasan strategis kabupaten/kota dan kabupaten/kota KSN yang

akan ditangani secara terpadu sehingga dapat menjadi kawasan pemukiman yang layak

huni dan berkelanjutan. Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan

dengan pendekatan entitas yang diprioritaskan pada kawasan regional dan daerah-daerah

rawan air/sanitasi. Dalam bidang penataan bangunan, program perlu difokuskan pada

upaya pengaturan untuk menjamin keandalan bangunan gedung serta peningkatan kualitas

kawasan di kota pusaka dan kota hijau.

Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk mengembangkan

infrastruktur perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan

jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota

kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling

(6)

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,

budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan

dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa

kepentingan, yaitu:

a) Pertahanan dan keamanan

b) Pertumbuhan ekonomi

c) Sosial dan budaya

d) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

e) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Kabupaten Pesawaran termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional dari sudut fungsi dan

daya dukung lingkungan hidup.

Pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan atau kawasan perkotaan tentunya

harus diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arahan pengembangan wilayah. Oleh

karena itu di samping pengaturan distribusi sistem kota-kota sesuai dengan hirarki jumlah

penduduk dan potensi dan kegiatan ekonominya (strategi mikro) juga diperlukan suatu pengelolaan individual kota atau daerah perkotaan yang ditujukan untuk meningkatkan

produktivitas kegiatan ekonominya dalam rangka mendukung fungsi kotanya di wilayah

yang lebih luas(strategi makro). Sistem pusat-pusat permukiman atau sistem kota-kota di Kabupaten Pesawaran tidak terlepas dari struktur kota ibukota kabupaten maupun kota

ibukota kecamatan, dan kawasan pusat pertumbuhan perkotaan yang merupakan salah satu

unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang wilayah.

Dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),

terkandung klasifikasi kota atau daerah perkotaan yang dibagi atas 3 kelompok

berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional,

yaitu :

(7)

pelayanan skala nasional, di samping merupakan pintu gerbang bagi keluar

masuknya, arus barang dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan internasional.

Kota atau kawasan perkotaan yang termasuk klasifikasi ini merupakan pusat

pelayanan jasa, produksi dan distribusi serta merupakan simpul transportasi untuk

pencapaian beberapa pusat kawasan atau provinsi. Biasanya yang termasuk golongan

kota/perkotaan ini adalah kota-kota besar/metropolitan, disebabkan karena

kelengkapan sarana dan prasarana yang dimilikinya.

2. Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW).

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa yang melayani skala provinsi, atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan

yang befungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang

mendukung PKN atau kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3. Kota atau kawasan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kawasan

perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai kegiatan industri dan jasa yang

melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Atau kawasan perkotaan yang

berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten

atau beberapa kecamatan.

4. Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN). Merupakan pusat permukiman yang berpotensi atau telah

disepakati sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, pusat

permukiman yang berpotensi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga dan pusat pemukiman yang merupakan

simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya.

Kabupaten Pesawaran merupakan hinterland dari Kawasan Metropolitan Area Bandar Lampung dimana pengembangan wilayah Kabupaten Pesawaran tidak

terlepas dari kebijakan yang ada pada kawasan tersebut. Dengan mempertimbangkan

hal itu maka pengembangan wilayahnya dibagi dalan Satuan Wilayah Pembangunan

(SWP). Tujuan Pembagian Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) di Kabupaten

(8)

1. Mempermudah koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan.

2. Mendorong masing-masing satuan wilayah pembangunan dapat memberikan

kontribusi pembangunan sesuai dengan potensi wilayah.

3. Menetapkanleading sectoryang akan dikembangkan yang disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya.

4. Memberikan keleluasaan bagi satuan wilayah pembangunan untuk berkembang

dan memberikan kontrbusi terhadap pelayanan wilayah-wilayahhinterlandnya.

5. Memudahkan bagi instansi teknis penyusunan rencana tindak pembangunan

(indikasi program) baik program tahunan maupun jangka panjang.

6. Dengan menetapkan spesifikasi kegiatan yang akan dikembangkan akan lebih

memudahkan dalam penyusunan skala prioritas pembangunan di

masing-masing Satuan Wilayah Pembangunan, serta dalam rangka mengakomodasikan

upaya percepatan pembangunan disegala bidang.

7. Secara simultan dapat diharapkan mengurangi ketidakseimbangan

perkembangan antara wilayah Timur (wilayah yang berbatasan langsung

dengan Kota Bandar Lampung dengan wilayah Barat yaitu wilayah yang relatif

lambat perkembangannya).

Berdasarkan hasil analisis terhadap hirarki sistem kota-kota dan potensi serta keadaan alam

serta dalam rangka memeratakan pertumbuhan ekonomi maka Kabupaten Pesawaran

termasuk dalam Kawasan Andalan Bandar Lampung–Metro serta Kawasan Andalan Laut

Krakatau dan sekitarnya yang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

termasuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selanjutnya dengan pertimbangan potensi dan

berbagai kemungkinan perkembangan masing-masing kecamatan, serta kebijakan yang ada

maka Kabupaten Pesawaran dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

1. PKW Gedongtataan, kawasan yang dipacu perkembangannya dengan peningkatan

peran dan fungsi kecamatan sebagai pusat pertumbuhan berbasis Agroindustri.

Terdiri dari Kecamatan Gedongtataan, Way Lima dan Kedondong. Pusat

pengembangan dari PKW ini berada di Kota Gedongtataan.

(9)

yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Negrikaton dan Tegineneng.

Sebagai pusat pengembangan dari SWP ini adalah Negrikaton.

3. PKL Padang Cermin, merupakan kawasan yang dipacu perkembangnnya dengan

pemantapan kegiatan pariwisata, perikanan dan pertanian. Adapun wilayah yang

termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Padang Cermin dan Punduh

Pidada.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai struktur ruang di Kabupaten Pesawaran lebih

jelasnya lihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

Penentuan struktur hirarki kota-kota di Kabupaten Pesawaran didasarkan pada jalur upaya

pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka strategis kebijaksanaan

pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2028. Dengan

demikian struktur kota-kota ini diarahkan dan diharapkan mencapai tujuan keseimbangan

pembangunan antar wilayah. Dalam arti adanya keseimbangan pembangunan antara

perkembangan wilayah pusat, wilayah transisi dan wilayah belakang, sehingga wilayah

sekitarnya dapat ikut berkembang akibat multiplier effect dari sistem kegiatan ekonomi yang terjadi pada pusat-pusat pengembangan. Untuk menciptakan kondisi ini maka yang

diperlukan struktur ekonomi yang mantap dan seimbang antara sektor primer, sekunder

dan tersier.

Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur kota-kota di Kabupaten Pesawaran dapat

ditentukan arahan-arahan struktur kota dalam jangka panjang tahun 2028, dengan

pertimbangan :

• Status administrasi kota yang masih sesuai dengan melihat letak geografisnya, kesesuaian lahan dan kebutuhan pengembangannya.

• Hirarki jumlah penduduk (ukuran besaran kota/urban-size yang berdasarkan jumlah penduduk yang kemudian diproyeksikan sesuai dengan kecenderungannya).

• Hirarki fungsional berdasarkan kelengkapan fasilitas dengan menggunakan metode analisis skalogram.

Hirarki kota-kota di Kabupaten Pesawaran untuk jangka panjang dengan dasar Kota

Gedongtataan merupakan Pusat Pelayanan Tersier yaitu pusat pelayanan yang

(10)

untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan te rsier ini terutama

dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang efisien (sesuai

RTRW Provinsi Lampung). Rencana hirarki kota di Kabupaten Pesawaran tahun 2028

dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2.

Tabel 3.2 Arahan Struktur Kota-Kota di Kabupaten Pesawaran Tahun 2028

Hirakri

Pusat Sub–Regional

Ibukota Kecamatan

Sumber : Hasil analisis.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah

kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama

lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan

transportasi.

Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi

masyarakat di wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas:

1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;

2. PKW yang berada di wilayah kabupaten;

3. PKL yang berada di wilayah kabupaten;

4. PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan

5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada

(11)

a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki skala pelayanan kegiatan skala

kecamatan atau beberapa desa; dan

b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang pusat permukiman yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi,

energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan

layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang

wilayah kabupaten berfungsi:

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang

memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya

yang berada dalam wilayah kabupaten; dan

2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang yang menunjang keterkaitannya

serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten,

terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;kebutuhan pengembangan

dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial

ekonomi;

2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan

3. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

a. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah

provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang

berbatasan;

b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada

wilayah kabupaten bersangkutan;

c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten

memenuhi ketentuan sebagai berikut (lihat Tabel 3.3):

(12)

kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada pemerintah pusat dan

pemerintah provinsi;

• Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan lingkungan (PPL); dan

• Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.

d. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan dengan ketentuan sebagai berikut:

• Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL promosi (dengan notasi PKLp);

• Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK); dan

• Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di

dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong

untuk memenuhi kriteria PKL.

e. Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi

sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan

(13)

Tabel 3.3 Kriteria Fungsi Kota Kabupaten

No Fungsi Kota Kriteria

1

Pusat Kegiatan Wilayah

Promosi (PKWp)

 Kawasan perkotaan yang berpotensi

sebagai simpul Wilayah Promosi

(PKWp) kedua kegiatan ekspor-impor

 Kawasan perkotaan yang sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa yang melayani

skala propinsi atau beberapa kabupaten/

kota

 Kawasan perkotaan yang berpotensi

sebagai simpul transportasi yang

melayani skala propinsi atau beberapa

kabupaten/kota

 Dipromosikan oleh pemerintah provinsi

2

Pusat Kegiatan Lokal

(PKL)

 Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa yang melayani

skala kabupaten/kota atau beberapa

kecamatan;dan/atau

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala kabupaten/kota

atau beberapa kecamatan

 Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/ kota

3 Pusat Pelayanan Kawasan

(PPK)

 Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani

skala kecamatan atau beberapa

desa;dan/atau

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala kecamatan atau

(14)

 Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/

kota

4 Pusat Pelayanan Lingkungan

(PPL)

 Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang

melayani skala kecamatan atau

beberapa desa;dan/atau

 Diusulkan oleh pemerintah kecamatan

Sumber : PP 26 Tahun 2008 dan Hasil Analisis Tahun 2015

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap

pengembangan ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Adapun kawasan strategis di

Kabupaten Pesawaran terdiri dari (lihatGambar 3.3) :

1. Rencana Pengembangan Kawasan Ekonomi

A. Kawasan Zona Industri Tegineneng

Kawasan Industri Tegineneng merupakan rencana kawasan industri yang akan di

kembangkan di Kabupaten Pesawaran. Lokasi industri ini berada di Kecamatan

Tegineneng dengan luas 100 Ha. Perencanaan Kawasan Industri ini dalam rangka

menunjang kebutuhan lahan industri yang semakin mendesak. Lokasi di Tegineneng

sangat potensial karena :

Masih tersedianya cukup lahan untuk menunjang kegiatan industri.

Merupakan lahan yang kurang produkif (kurang subur).

Dilalui rencana jaringan jalan Tol Bakauheuni - Terbangi Besar.

Dekat dengan calon Kota Baru Natar yang merupakan pusat kegiatan pemerintah dan

permukiman skala regional.

Permasalahan dari Kawasan industri Tegineneng, adalah sebagai berikut :

(15)

industri, sehingga perlu diupayakan pemenuhan kebutuhan air dengan merencanakan

penyediaan air dan jaringan PDAM.

Jaringan jalan yang ada juga kurang memadai sehingga kurang menarik investor untuk

masuk ke kawasan industri ini, perlu diupayakan peningkatan jaringan jalan untuk

menunjang aksesibilitas kawasan industri ini.

B. Kawasan Wisata

Kabupaten Pesawaran memiliki banyak objek wisata alam yang perlu dikembangkan

dengan penataan objek wisata maupun promosi. Objek wisata ini merupakan potensi yang

dapat meningkatkan pendapatan daerah. Adapun objek wisata ini antara lain :

Wisata alam terdiri dari: Taman Hutan Raya WAR di Kecamatan Way Lima,

Gedongtataan dan Padang Cermin, serta pantai-pantai dan pulau-pulau di Kecamatan

Padang Cermin dan Punduh Pidada.

Wisata Budaya terdiri dari: Berupa Desa Bagelen di Kecamatan Gedongtataan yang

merupakan lokasi awal penempatan transmigrasi di Indonesia.

Wisata Buatan berupa Museum Transmigrasi di Kecamatan Gedongtataan.

a. Rencana Pengembangan Kawasan SosioKultural

Rencana pengembangan kawasan sosio – kultural di wilayah Kabupaten Pesawaran

diperlukan usaha-usaha pengembangan sebagai berikut :

Pengembangan mutu sumberdaya manusia dalam menghadapi era globalisasi dan pasar

bebas dengan penguasaan ilmu dan teknologi.

Pengembangan, perluasan prasarana dan sarana pendidikan menengah baik umum

maupun kejuruan untuk mengantisipasi jumlah penduduk program wajib belajar.

Pengembangan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja serta memantapkan

peran pendidikan sebagai ujung tombak dalam meningkatkan potensi sumber daya

manusia serta peningkatan daya saing daerah dalam pengembangan dan penerapan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengelolaan sumber daya alam.

Pengembangan akses yang lebih besar kepada masyarakat yang selama ini belum

terjangkau oleh layanan pendidikan seperti masyarakat miskin, terisolir serta

(16)

Pengembangan layanan non formal melalui pendidikan keterampilan dan

kewirausahaan.

Memacu kota-kota kecamatan yang jauh dari jalan utama, terdiri dari Kecamatan Punduh

Pidada dan Kedondong. Dimana pengembangan kawasan tertinggal ini diarahkan pada

upaya mencapai optimasi pemanfaatan wilayah, dengan berdasarkan pada kondisi potensi

dan permasalahan serta kegiatan yang diperkirakan berkembang di wilayah tersebut. Selain

itu pembangunan prasarana dan sarana penunjang perlu dilakukan untuk mewujudkan

pemerataan, pertumbuhan, kestabilan dan perkembangan wilayah.

b. Rencana Pengembangan Kawasan Penyelamatan Lingkungan

Rencana pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten

Pesawaran ini meliputi :

Pengembangan ekosistem Sub DAS yang ada di Kabupaten Pesawaran, membangun

sistem pengendalian dan pengawasan, meningkatkan upaya konservasi, mengurangi

pencemaran, sedimentasi dan penurunan kualitas air, memperkuat instrumen

pendukung pengelolaan, meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam

pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Revitalisasi pembangunan sektor pertanian yang berpotensi sebagai potensi andalan,

konsolidasi kelembagaan petani, peningkatan mutu sumber daya manusia,

pengembangan komoditas unggulan, memperbaiki dan mengembangan dukungan

prasarana dan sarana produksi dan pemasaran.

Memperbaiki sistem pengelolaan hutan, pengawasan dan penegakan hukum,

memanfaatkan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungannya.

B. Kawasan Khusus

a. Gedongtataan

Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Kawasan Metropolitan Bandar Lampung

memberikan dampak terhadap dengan meningkatnya luas lahan terbangun di Kecamatan

Gedongtataan, ditunjang lokasinya yang strategis yaitu berbatasan dengan Kota Bandar

Lampung dan dekat dengan Lapangan Raden Intan. Selain itu terdapat Kawasan Wisata

(17)

dan sangat prospek untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah. Dengan

demikian kecamatan ini menjadi salah satu kawasan strategis. Maka diperlukan

usaha-usaha sebagai berikut :

Pembangunan yang dilakukan disesuaikan dengan daya dukung lahan.

Kepadatan penduduk yang tinggi harus diimbangi dengan penyedian ruang terbuka

hijau kota.

Penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi sesuai dengan perkembangan penduduk.

b. InterchangeJalan Tol Terbangi Besar - Tegineneng

Interchange atau jalan keluar dari rencana Jalan Tol Terbangi Besar – Tegineneng di Kabupaten Pesawaran diperkirakan berada di Kecamatan Tegineneng. Mengingat dengan

adanyainterchangetersebut akan membuat perkembangan fisik yang pesat beberapa tahun kedepannya, maka harus diantisipasi dengan membuat Rencana Tata Ruang kawasan

tersebut secara detail dan terinci.

C. Kawasan Pertahanan Keamanan (Hankam)

Kawasan militer TNI AL Teluk Ratai di Kecamatan Padang Cermin seluas 5.300 ha,

adalah termasuk dalam Kawasan Hankam. Dengan demikian perlu diatur zona/ batas fisik

dengan kawasan sekitarnya.

Untuk menetapkan kawasan-kawasan strategis yang sudah diidentifikasikan di atas ada

baiknya untuk mencermati kawasan tersebut dari sisi kriteria kawasan strategis yang sudah

ditetapkan (lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2).

Dari matriks di atas terlihat bahwa ke 6 (enam) kawasan strategis tersebut memiliki nilai

strategis > 6 poin sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian untuk kawasan

strategis kabupaten dapat diusulkan kawasan berikut :

1. Kawasan Industri Tegineneng, terletak di Kecamatan Tegineneng berupa peruntukan

untuk kegiatan industri untuk skala sedang sampai besar.

2. Kawasan Cagar Budaya Bagelen, sebagai daerah tujuan wisata di Kabupaten

Pesawaran.

3. Kawasan rencana pembangunan Minapolitan yang terdiri dari Minapolitan Tangkap di

Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada.

(18)

5. Kawasan Perkotaan Gedongtataan sebagai pusat perdagangan regional di Kabupaten

Pesawaran dan sekitarnya.

6. kawasan pangkalan TNI AL Teluk Ratai di Kecamatan Padangcermin mempunyai nilai

strategis pertahanan dan keamanan.

Secara keseluruhan terdapat 6 (enam) rencana Kawasan Strategis untuk Kabupaten

Pesawaran yaitu :

1. Kawasan Industri Tegineneng, mempunyai nilai strategis ekonomi.

2. Kawasan Cagar Budaya Bagelen, mempunyai nilai strategis budaya.

3. Kawasan Minapolitan; mempunyai nilai strategis ekonomi.

4. Kawasan Agropolitan Gedongtataan; mempunyai nilai strategis ekonomi.

5. Kawasan Perkotaan Gedongtataan; mempunyai nilai strategis ekonomi.

6. kawasan pangkalan TNI AL Teluk Ratai di Kecamatan Padangcermin mempunyai nilai

strategis pertahanan dan keamanan.

Tabel 3.4 Kriteria Kawasan Stategis

NO. KRITERIA KAWASAN STRATEGIS*) POTENSI KAWASAN

STRATEGIS

1 2 3 4 5 Ket

A Memiliki nilai strategis ekonomi

a. potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. sektor unggulan yang dapat menggerakkan

pertumbuhan ekonomi     

c. potensi ekspor

d. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas

penunjang kegiatan ekonomi     

e. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan

teknologi tinggi   

f. fungsi untuk mempertahankan tingkat

produksi pangan dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan

   

(19)

produksi sumber energi dalam rangka

mewujudkan ketahanan energi

h. kawasan yang dapat mempercepat

pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam

wilayah kabupaten

    

B Memiliki nilai strategis pendayagunaan

sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a. peruntukan bagi kepentingan

pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi berdasarkan lokasi sumber daya

alam strategi, pengembangan antariksa,

serta tenaga atom dan nuklir

b. sumber daya alam strategis

c. fungsi sebagai pusat pengendalian dan

pengembangan antariksa

d. fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga

atom dan nuklir

e. fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi

tinggi strategis   

C Memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

a. tempat perlindungan keanekaragaman

hayati

b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/atau

fauna yang hampir punah atau diperkirakan

akan punah yang harus dilindungi dan/atau

dilestarikan

c. kawasan yang memberikan perlindungan

keseimbangan tata guna air yang setiap

tahun berpeluang menimbulkan kerugian

(20)

terhadap keseimbangan iklim makro

e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi

peningkatan kualitas lingkungan hidup

f. tdak terletak pada kawasan rawan bencana

alam

g. kawasan yang sangat menentukan dalam

perubahan rona alam dan mempunyai

dampak luas terhadap kelangsungan

kehidupan

    

Jumlah Poin 9 6 9 9 6

Keterangan :

1 = Tegineneng; 2= Bagelen; 3=Minapolitan; 4=Agropolitan Gedongtataan; 5= Perkotaan

Gedongtataan

Catatan :

Tidak terdapat rencana atau potensi kawasan yang memiliki nilai strategis lingkungan

hidup dan pertahanan keamanan.

Kriteria kawasan strategis Kabupaten Pesawaran dari sudut kepentingan pertahanan dan

keamanan yaitu:

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara

berdasarkangeostrategi kabupaten;

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi

dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan,

dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau

c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

(21)
(22)

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam

undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan

program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan

memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi

pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah,

lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan

rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan RPIJM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang

dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan

bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPIJM CK

seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

Dalam rangka mewujudkan misi tersebut dilaksanakan melalui strategi dan arah kebijakan

sebagai berikut:

Tabel 3.5 Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD 2013-2018 Bidang Cipta Karya

Strategi Arah Kebijakan Umum

Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Perkampungan, Sentra Produksi, dan

Pusat Pertumbuhan Baru.

Peningkatan dan Pengembangan

Infrastruktur Jalan dan Jembatan

Pengembangan Infrastruktur Kawasan

Khusus

Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air

dan Jaringan Irigasi

Peningkatan pembangunan dan

pemeliharaan Infrastruktur Perumahan dan

(23)

Peningkatan dan Pengembangan

Infrastruktur Transportasi,

Telekomunikasi dan Energi.

Peningkatan dan pengembangan sarana

transportasi (perhubungan) dan

komunikasi.

3.2 Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman

i. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu

dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur

perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan

yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya.

RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman

makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan

rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan

infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program

pembangunan lainnya yang telah ada;

b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang

Cipta Karya di daerah;

c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;

d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana pembangunan dan

pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di berbagai dokumen; dan

e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan

permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Visi :

1. Terwujudnya kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan sarana dan

prasarana guna mewujudkan kawasan perkotaan dan pedesaan yang layak hun,

berkeadilan sosial, berbudaya, produktif, berkelanjutan serta saling memperkuat

(24)

2. Tersedianya infrastruktur PU di perkotaan dan perdesaan dalam rangka mewujudkan

permukiman yang melaksanakan penataan bangunan dan lingkungan, pembinaan

standar keselamatan bangunan perumahan dan permukiman gedung Negara.

Misi :

1. Fasilitas penyediaan/mengembangkan infrastruktur PU di perkotaan dan perdesaan

dalam rangka mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif, aman tentram

dan berkelanjutan.

2. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha dalam

penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU.

3. Melaksanakan pembinaan dan penataan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan

serta penataan bangunan gedung yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan

bangunan.

4. Melaksanakan pembinaan pengembangan jalan desa, jalan kota (sekunder, non

status, akses).

5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang

professional dengan menerapkan prinsipGood Governance.

ii. Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan Permukiman

Kriteria umum untuk kawasan permukiman kota adalah memperhatikan kecenderungan

perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru, memperhitungkan daya

tampung perkembangan penduduk dan fasilitas atau prasarana yang dibutuhkan,

mempertimbangkan usaha-usaha atau kebijaksanaan yang ada, khususnya tata ruang kota,

mengalihkan penggunaan pertanian lahan kering yang berada terjepit di sekitar

permukiman perkotaan yang ada menjadi permukiman perkotaan.

Kawasan permukiman kota mencakup wilayah administrasi kota (untuk yang berstatus

kotamadya) dan wilayah pengembangan kota (untuk Ibukota Kabupaten dan Ibukota

Kecamatan baik yang telah mempunyai RUTRK maupun belum). Selain itu, beberapa

wilayah yang memiliki indek kekotaan yang tinggi juga berpotensi untuk berkembang

(25)

Kawasan permukiman kota di Kabupaten Tulang Bawang bertumpu di Kecamatan Banjar

Agung dan akan berkembang di sepanjang koridornya. Kebijaksanaan pemanfaatan

ruangnya didasarkan pada tujuan mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai

tempat pemusatan penduduk, beserta pengembangan sarana prasarana penunjangnya,

seperti berikut ini.

 Penataan perkembangan kawasan perumahan yang tumbuh di sekitar pusat

pertumbuhan dengan mengacu pada RTRW yang berlaku;

 Pengembangan fasilitas-fasilitas dengan skala layanan untuk melayani wilayah

Kabupaten seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan;

 Penataan perkembangan kawasan permukiman dan aktivitas ekonomi

(perdagangan) di sepanjang koridor Kecamatan Banjar Agung, terutama kaitannya

dengan keserasian fungsi jalan arteri;

 Penataan, pengawasan, dan pengendalian perkembangan kawasan padat hunian dan

hunian ’”liar” di perkotaan, untuk menjaga keserasian fungsi kota;

 Pengembangan sarana prasarana lingkungan perkotaan, terutama kebersihan

lingkungan dan sanitasi, drainase, air bersih (PDAM), dan telekomunikasi;

 Penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi,

revisi) rencana tata ruang kota.

iii. Penetapan Kawasan Pemukiman Prioritas

Adapun penetapan kawasan permukiman prioritas melalui :

1. Analisa fisik diantaranya :

a) Analisa Topografi daerah

b) Analisa struktur

c) Analisa geologi

d) Analisa iklim

e) Analisa Hidrologi

2. Analisa Penduduk

1. Analisa Daya Tampung Ruang

(26)

3. Analisa Kebutuhan Infrastruktur

4. Analisa Sarana Permukiman

5. Analisa Ruang Terbuka Hijau

Atas dasar analisa diatas maka penetapan kawasan permukiman prioritas di kabupaten

Tulang Bawang ditetapkan menjadi 3 lingkungan di kecamatan Gedung Tataan :

 Lingkungan Gedung Tataan

 Lingkungan Bagelen / Jawa

 Lingkungan Sunda

3.2.2 Rencana Induk Penyedian Air Minum

i. Rencana Sistem Penyedian Air Minum

Berdasarkan kondisi sistem yang ada, baik masyarakat daerah pelayanan, sumber air baku,

maka program untuk perbaikan/peningkatan pelayanan air minum dapat diuraikan dalam

perbaikan prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum untuk cabang/unit antara

(27)

Tabel 3.6 Rencana Sarana dan Prasarana SPAM Kabupaten Pesawaran

No Cabang/Unit Permasalahan Rencana Tindakan

1 Kedondong 1 Bangunan Bronkaptering - Untuk meningkatkan kapasitas air perlu cingkuang dan Way Bial (Bayas) dilaksanakan segera perbaikan Bronkaptering Mengalami Kebocorn pada dua sumber air tersebut agar kapasitas

air dapat mengalir dari bronkaptering ke daerah 2 Pengaliran air tidak merata pelayanan maka perlu meninjau kembali letak

(Bergiliran) karena debit air dari pemasangan pipa transmisi

way bial tidak sesuai dengan yang - Perlu menginventarisasi meter air yang tidak

diharapkan. berfungsi

- Identifikasi sambungan tanpa meter air dan 3 Kehilangan air masih di atas 35 % sambungan gelap

- Percepatan penanggulangan kebocoran pada perpipaan

No Cabang/Unit Permasalahan Rencana Tindakan

2 Gedung Tataan Kapasitas mata air Bojorejo - Kapasitas air yang ada akan dialirkan pada semakin menyusut zona tertentu

Pengaliran mata air dari WTP - Perlu mengecek kembali tentang deviasi 2 x 25 lt/dt tidak sepenuhnya reservoir dan jaringan pipa transmisi tertinggi mengalir ke jaringan pipa Distribusi dan mengalirkan jalur lain

- Identifikasi jalur pipa lama dan memanfaatkan Jaringan pipa lama tidak dapat di dengan pipa baru

fungsikan sebagaimana mestinya

3 Way Lima Kebocoran/Kehilangan air cukup Identifikasi meter air yang tidak berfungsi dan tinggi >35% kualitas air kurang baik pelanggan yang tidak memakai meter air. waktu musim hujan Operasikan WTP sesuai dengan fungsinya.

Rencanakan pengalihan pendistribusian kepada Animo masyarakat kurang daerah yang membutuhkan air

memanfaatkan air minum

4 Padang Cermin Bronkaptering Selorejo mengalami Penanggulangan kebocoran pada bronkaptering kebocoran peningkatan pelanggan Rencanakan pipa distribusi tersier untuk mendapat kesulitan karena meningkatkan pelayanan

kurangnya pipa tersier

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

ii. Rencana Pengembangan SPAM

Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah

penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya tingkat pelayanan diambil

berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah permintaan air minum

oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM

dalam pemenuhan kebutuhan air minum.

Dalam penentuan tingkat pelayanan air minum di masing-masing kecamatan yang

termasuk ke dalam wilayah pelayanan, diproyeksikan berdasarkan persentase tingkat

pelayanan eksisting.

Proyeksi tingkat pelayanan PDAM pada akhir periode (2033) yakni sebesar 75 % dari

penduduk perkotaan telah menikmati layanan jaringan perpipaan, dengan tingkat

pelayanan per-5 tahun secara bertahap seperti di tabel berikut:

Tabel 3.7. Rencana Tingkat Pelayanan Pengembangan SPAM di Kabupaten Pesawaran

Tahun Tingkat pelayanan

2013 (eksiting) 25 %

2015 35 %

2018 45 %

2023 55 %

2028 65 %

2033 75 %

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2013

Pada pengembangan SPAM Kabupaten Pesawaran ini, seluruh kecamatan akan

diprioritaskan, setidaknya pada ibukota kecamatannya. Namun pelaksanaannya dilakukan

pada tahap pembangunan yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan kecamatan

(35)

Tahapan pengembangan dibagi dalam 3 bagian yaitu :

 Tahap Jangka Pendek/Mendesak (yaitu tahap pembangunan dalam 5 - 6 tahun

pertama). Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2013–2018.

 Tahap Jangka Menengah (yaitu tahap pengembangan dalam 6 –10 tahun mendatang).

Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2019 –2023.

 Tahap Jangka Panjang (yaitu tahap pengembangan dalam 11 – 10 tahun mendatang).

Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2024–2033.

Pentahapan perlu dilakukan mengingat alokasi dana untuk pengembangan SPAM sangat

terbatas sementara setiap daerah memiliki kepentingan masing-masing untuk lebih dahulu

dikembangkan. Pendekatan strategi prioritas dilakukan untuk menentukan wilayah mana

yang akan dikembangkan dalam tahap mendesak dan wilayah yang mana yang akan

dikembangkan pada tahap jangka panjang.

Rekapitulasi biaya yang dibutuhkan pada masing-masing tahap pengembangan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Biaya Pengembangan SPAM Kabupaten Pesawaran

\

Sumber : Hasil Analisis 2012

DANA APBN DANA APBD DANA PDAM

TOTAL TOTAL TOTAL

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

I. KECAMATAN KEDONDONG 8.714.364.174,93 8.714.364.174,93

II. KECAMATAN WAY LIMA 5.104.386.916,31 3.862.992.219,82 1.241.394.696,49

III. KECAMATAN PADANG CERMIN (PENYAIRAN) 6.022.561.944,65 4.733.969.276,22 1.172.930.394,48 115.662.273,94

KECAMATAN PADANG CERMIN (GUNUNG REJO) 5.441.814.118,84 3.662.347.145,95 1.128.550.413,47 650.916.559,42

IV. KECAMATAN NEGRI KATON 6.897.892.488,14 5.656.497.791,66 1.241.394.696,49

V. KECAMATAN GEDUNG TATAAN 2.143.118.682,76 2.143.118.682,76

VI. KECAMATAN PUNDUH PIDADA 1.836.625.000,00 683.100.000,00 1.153.525.000,00

36.160.763.325,63 29.456.389.291,34 4.784.270.200,92 1.920.103.833,37

NO URAIAN PEKERJAAN TOTAL

(36)

1 Jangka Pendek 2013–2018

Pembangunan pada tahap mendesak dilakukan pada wilayah-wilayah yang sangat

memerlukan SPAM.

1. Gedung Tataan

1. Perbaikan/penambahan jaringan pipa dia 200mm untuk mendistribusikan

pengaliran air dar reservoir ke Distribusi

2. Pengembangan pipa Distribusi

3. Peningkatan sambungan rumah

4. Pengadaan/pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air valve,sale valve,

wash out)

5. Penggantian meter air yang tidak berfungsi

6. Pembuatan DED

2. Kedondong

1. Perbaikan Bronkaptering M.A. Cengkuang

2. Perbaikan Bronkaptering M.A. Biha (Bayas)

3. Perbaikan/Penambahan pipa dia 200mm untuk melancarkan pengaliran air

dari bronkaptering ke BPT. 1.

4. Peningkatan sambungan rumah

5. Pengadaan/Pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air Valve, sale valve,

wash out)

6. Penggantian meter air yang tidak berfungsi

7. Pembuatan DED

3. Padang Cermin

1. Perbaikan Bronkaptering Selo rejo

2. Pembersiha Bronkaptering Way Rilau

3. Pengembangan Jaringan Pipa Distribusi

4. Peningkatan sambungan rumah

5. Pengadaan/Pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air Valve, sale valve,

wash out)

6. Penggantian meter air yang tidak berfungsi

(37)

4. Way Lima

1.Penggantian meter air yang tidak berfungsi

2.Peningkatan sambungan rumah

3.Peningkatan kualitas air minum

5. Punduh Pidada

2 Jangka Menengah

1. Gedung Tataan

1.Pengadaan/Pemasangan Pipa Distribusi

2.Peningkatan sambungan rumah

2. Kedondong

1.Pembuatan Bronkaptering Biha II (Bayas II) 10 lt/dt

2.Pengadaan/Pemasangan Pipa transmisi dia 200mm

3.Pembuatan reservoir 500m³ (pada BPT)

4.Pengembangan Jaringan Distribusi

5.Peningkatan sambungan rumah

3. Padang Cermin

1.Pembuatan Bronkaptering Way Penyandingan kap 40 lt/dt

2.Pembuatan reservoir 500m²

3.Pengadaan/Pemasangan Pipa transmisi dia 300–200

4.Pengadaan/Pemasangan Pipa Distribusi

5.Peningkatan sambungan rumah

4. Way Lima

1.Peningkatan sambungan rumah

2.Pengembangan jaringan Distribusi

5. Negri Katon

Alternatif I

1.Peningkatan sambungan M.A. Way Sepakat

2.Pengadaan/pemasangan pipa transmisi dan distribusi

3.Pengadaan/Pemasangan sambungan rumah

4.Pembuatan reservoir

(38)

1.Pembuatan WTP kap. 2 x 15 lt/dt di way lima

2.Pengadaan/pemasangan pipa tranmisi dan distribusi

3.Pengadaan/Pemasangan sambungan rumah

4.Pembuatan reservoir

5.Pembuatan Gudang/Laboratorium

6.Pembuatan Rumah Jaga

3 Jangka Panjang

Alternatif

1. Gedung Tataan→ Boster Pump

A. Wiyono

B. Negri Katon

2. Kedondong

3. Padang Cermin

4. Way Lima

5. Negri Katon

6. Tegineneng

7. Punduh Pidada

Arahan rencana pengembangan SPAM khususnya kawasan perkotaan melalui sistem

jaringan perpipaan, sedangkan pengembangan SPAM perdesaan khususnya desa rawan air

diprioritaskan sesuai tingkatan status kerawanan atau kekeringan air. Data desa rawan air

berdasarkan BPS yang diperkuat dengan edaran data desa rawan air dari Direktorat

Jenderal Cipta Karya melalui Subdit Pengembangan Air Minum di Pusat, diuraikan

sebagai berikut,

1. Desa rawan air prioritas 1 status rawan air

2. Desa rawan air prioritas 2 status potensi rawan air

3. Desa rawan air prioritas 3 status aman

4. Desa rawan air prioritas 4 status rawan kering

Dari keempat prioritas desa rawan air tersebut, Kabupaten Pesawaran termasuk dalam

(39)

Tabel 3.9 Prioritas Desa Rawan Air Kabupaten Pesawaran

iii.rencana penurunan Kebocoran Air Minum

Kehilangan air (non revenue water/NRW) adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan dan jumlah air yang dikonsumsi. Kehilangan air berbeda

dengan kebocoran air (water leakage). Tingkat kehilangan air adalah perbandingan antara

kehilangan air dan jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan.

Mengikuti pemahaman internasional, maka terdapat dua jenis kehilangan air, yaitu:

1. Kehilangan air pada sistim distribusi/kehilangan air secara fisik. Termasuk di

dalamnya

•kebocoran pipa, joint, fitting, kebocoran pada tangki dan reservoir, •Air yang melipah keluar dari reservoir, dan

(40)

Kehilangan ini disebut sebagai real losses (Thornton, dkk., 2008) atau disebut

sebagai kehilangan teknis. Kehilangan teknis difahami sebagai kehilangan air secara

fisik dari sistem yang bertekanan,sampai dengan titik meter air pelanggan. Volume

kehilangan tahunan berdasarkan semua tipe kebocoran, pipa pecah dan limpasan

tergantung pada frekuensi, debit, dan rata-rata lamanya kebocoran individu. Dengan

catatan, meskipun kehilangan air secara fisik yang terjadi setelah meter air pelanggan

adalah tidak termasuk dalam perhitungan Kehilangan Air Teknis, namun tetap

berarti, sehingga perlu diperhatikan dalam pengelolaan kebutuhan air.

2. Kehilangan non fisikal/kehilangan non teknis yang berakibat kepada kehilangan

penerimaan atas pengelolaan air, termasuk di dalamnya

•Kesalahan pembacaan dan pencatatan meter air •Kesalahan/kelemahan pada meter produksi •Kesalahan/kelemahan pada meter pelanggan •Pemakaian air tanpa meteran

•Pemakaian air tidak dibayar

•Perhitungan pemakaian didasarkan perkiraan/taksiran •Sambungan liar

•Kesalahan pada administrasi rekening

Tabel 3.10. RekomendasiInternational Water Associationuntuk Istilah Kehilangan Air

Volume Konsumsi tak bermeter tak

berekening

(41)

Kehilangan

fisik/non

teknis

Kebocoran pada pipa transmisi

dan pipa induk

Kebocoran dan luapan pada tanki

reservoir

Kebocoran pada pipa dinas

hingga pipa pelanggan

NRW merupakan leveraging factor tertinggi di dalam penyelenggaraan pelayanan air, karena memberikan kontribusi secara komprehensif. Mulai dari kontribusi kepada

pelanggan,kepada pendapatan usaha, kepada konservasi lingkungan, hingga penerimaan

publik, dan akhirnya memberikan sebuah kinerja dari pelayanan penyediaan air yang aman

dan terjamin. Pengaruh sekuensial dari penurunan NRW dalam proses pelayanan PAM

adalah sebagai berikut:

Gambar 3.9. NRW SebagaiKey Leveraging Factor

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara

fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1. Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letak, dimensi, jenis,

tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang. Akan lebih baik bila data-data

tersebut ditampilkan dalam format GIS (SIG/Sistem Informasi Geografis) sehingga

(42)

2. Meteran induk dan meteran di zona distribusi harus berfungsi dengan baik

3. Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan harus

tersedia.

4. Zona-zona distribusi/pelayanan air harus dilengkapi dengan aksesoris untuk

melakukan kontrol kehilangan air dan pelaksanaan perbaikan

5. SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan

perpipaan

6. SOP untuk O&M perpipaan

Berdasarkan pengalaman terhadap masalah kehilangan air yang dihadapi dengan

mempertimbangkan kemampuan pengelola yang dimiliki serta pendekatan yang dianggap

berhasil dilihat dari resiko pembiayaan, maka beberapa metode penanggulangan kebocoran

yang dapat diaplikasikan adalah :

a. Pendeteksian secara langsung

b. Metode isolasi/zone observasi

c. Pemantauan wilayah/sistem distrik

d. Penanganan langsung dari rumah ke rumah (Metodehouse to house survey and

rehabilitation)

Masing-masing metode dapat dijelaskan pada sub bab berikut ini.

Pendeteksian Secara Langsung

Pendeteksian kebocoran dilakukan secara langsung dengan menggunakan detektor

kebocoran. Pencarian kebocoran dengan cara ini bersifat padat karya karena diperlukan

banyak tenaga terlatih, dimana petugas pendeteksi dibagi dalam beberapa kelompok,

masing-masing dibekali dengan peralatan yang diperlukan untuk mendeteksi kebocoran di

lapangan serta peta jaringan distribusi/peta lokasi pipa yang ada di sektor yang harus

(43)

Metode Isolasi/Zone Observasi

Dalam cara ini ditentukan suatu area/bagian daerah pelayanan yang diisolir dengan

katup-katup penutup aliran. Untuk keperluan pengetesan dipasang meter air pada pipa supply ke areal tersebut. Pengetesan dilakukan pada malam hari dengan cara menutup katup-katup

yang terdapat di luar lajur pipa distribusi secara berurutan.

Penentuan lokasi kebocoran pada lajur pipa di areal yang dipantau dilakukan secara lebih

tepat dengan menggunakan detektor. Pengetesan secara bertahap dapat pula dilakukan

setelah pengetesan menyeluruh (tanpa penutupan katup-katup secara berurutan) terhadap

jaringan di areal yang dipantau untuk mengetahui apakah di areal tersebut terdapat jalur

pipa yang mengalami kebocoran. Bila ternyata ada kebocoran maka test dilanjutkan

dengan pengetesan secara bertahap dan deteksi lokasi dilakukan dengan menggunakan

detektor.

Pemantauan Wilayah/Sistem Distrik

Pada metode ini daerah pelayanan dibagi dalam wilayah-wilayah pemantauan yang relatif

luas, dimana pada setiap wilayah dipasang meter air secara permanen untuk memantau

pemakaian air di wilayah tersebut.

Pencatatan pemakaian air di seluruh wilayah dilakukan secara berkala, dimana lonjakan

dalam pemakaian air yang terjadi secara tidak terduga dan yang tidak dapat dikaitkan

dengan suatu kegiatan mungkin dapat menjadi petunjuk mengenai adanya suatu kebocoran

dalam jaringan.

Pemantauan Langsung dari Rumah ke Rumah (House to House Survey and

Rehabilitation)

Pendekatan kontrol air di lapangan dengan metode ini didasarkan pada asumsi bahwa

kehilangan air yang paling besar terjadi di bagian sistem yang paling ujung, pada jaringan

sistem yang paling kecil, yaitu sambungan rumah.

Berdasarkan pengalaman, kerusakan dan kehilangan pada pipa-pipa primer dan sekunder

(44)

ditujukan pada pengamatan dan penanganan dari rumah ke rumah. Dengan metode ini juga

langsung dapat dilakukan kalibrasi meter air yang ada pada pelanggan.

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

i. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah

perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini,

Pemerintah pusat mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi

Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip:

a. Berdasarkan data aktual

b. Berskala kota atau kabupaten

c. Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten

tersebut)

d. Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down

Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu

memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa

dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan

mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam

konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK.

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun

untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana

tindak pembangunan sanitasi jangka menengah.

Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan

sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah

tangga, maupun dilingkungan perumahan.Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu:

1. Air Limbah

2. Persampahan

(45)

Adapun Ruang Lingkup Sanitasi di Kabupaten Pesawaran adalah sebagai berikut:

1. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.

2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari

kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah

tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem :

a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.

b. PengelolaanOf Siteadalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.

3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan

oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain

sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA).

4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor

air kota dan memutuskan air permukaan.

Berdasarkan potensi Kabupaten Pesawaran, isu-isu strategis yang dihadapi dalam 5 (lima)

tahun ke depan, dan mengacu pada Visi Nasional Tahun 2005-2025 dan Visi Provinsi

Lampung 2005-2025, maka visi Kabupaten Pesawaran 2011-2015 dirumuskan :

TERWUJUDNYA PESAWARAN YANG MAJU, BERBUDAYA, BERDAYA SAING

DAN SEJAHTERA

Misi

Untuk mencapai visi tersebut, disusun misi yang di dalamnya memuat tujuan dan sasaran

yang ingindicapai. Misi merupakan tahapan rencana pembangunan daerah Kabupaten

Pesawaran yang berorientasi pada pembangunan dan peningkatan kompetensi segenap

sumber daya yang terdapat di Kabupaten Pesawaran dalam segala bidang, guna

menyiapkan masyarakat yang maju, berbudaya,berdaya saing dan sejahtera.

Misi 1 : Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, kesehatan dan kesejahteraan sosial

masyarakat.

Misi 2 : Mengoptimalkan potensi perekonomian daerah dan sumberdaya lokal serta

pemberdayaan masyarakat.

(46)

Misi 4 : Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Misi 5 : Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab.

ii. Tujuan , Sarsaran dan Strategi Sanitasi

Strategi percepatan pembangunan sanitasi merupakan langkah untuk mewujudkan

Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Sanitasi Kabupaten. Kabupaten Pesawaran merumuskan strategi layanan sanitas

didasarkan pada

isu-isu utama/strategis yang dihadapi pada saat ini. Paparan isu strategis dan tantangan

layanan

sanitasi kota ini mencakup isu strategis aspek non teknis yang terdiri dari aspek; kebijakan

daerah

dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan

masyarakat,

aspek jender dan kemiskinan, serta aspek monitoring dan evaluasi. Sedangkan paparan isu

strategis aspek teknis terdiri dari; sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan,

sub

sektor drainase lingkungan, sektor air bersih dan aspek promosi higiene sanitasi (Prohisan).

1. Air Limbah

Tabel 3.11 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah

Domestik

3. Terbangunnya IPLT 1

(47)
(48)

NSPM dalam

pengembangan

system

pembuangan air

limbah dalam

mendorong

pelaksanaan

pengaturan dan

kerjasama

yang lebih baik

4.Meningkatkan

koordinasi dan

kerjasama antar

kegiatan

dan antar

wilayah dalam

pembangunan air

limbah.

5. Fasilitasi

peningkatan

manajemenpemb

angunan air

limbah didaerah.

6. Fasilitasi

peningkatan

pengelolaan air

limbah melalui

pelatihan dan

pendidikan SDM

yang kompeten.

a.Sosialisasi

(49)

perundang–

undangan yang

melakukan

pengaturan

terhadap BUMD

yang

bergerak dalam

pembangunan

dan pengelolaan

air limbah.

b.Peningkatan

forum

koordinasi

Kab/Kota/Prov

terkait

pengelolaan air

limbah

c.Sosialisasi

NSPM dalam

pengembangan

system

pembuangan air

limbah dalam

mendorong

pelaksanaan

pengaturan dan

kerjasama yang

lebih baik

7.Mendorong

peningkatan

alternative

(50)

pembiayaan

Tabel 3.12: Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase

TUJUAN

APBD menjadi 0.5 %

(51)

4.Meningkatkan

media dari 1 media

tahun 2013 menjadi 2

(52)

informasi dan

Tabel 3.13 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan

TUJUAN

2,4% menjadi 60% tahun

(53)

persampahan

dari 1 kegiatan 2013

menjadi 5 kegiatan akhir

(54)

pengelolaan

persampahan

8.Mendorong

peningkatan

pemulihan biaya

persampahan

9.Menyebarluas

kan pemahaman

tentang

pengelolaan

persampahan

kepada

masyarakat

umum

10.Mengembang

kan sistem

insentif dan

iklim yang

kondusif bagi

dunia

usaha/swasta

11. Penyusunan

pedoman

investasi dan

emitraan

12. Fasilitasi

Ppelaksanaan

ppengembanga

n kkemitraan

pengelolaa

sampah

(55)

Meningkatkan

pemahaman

masyarakat

akan upaya 3R

(ReduceReuse-Recycle) dan

\pengamanan

sampah B3

(Bahan

Buangan

Berbahaya)

rumah tangga

14.

Meningkatkan

pembinaan

masyarakat

khususnya

kaum

perempuan

dalam

pengelolaan

sampah

15. Mendorong

pengelolaan

sampah

berbasis

masyarakat

16. Pelaksanaan

evaluasi kinerja

prasarana

dan sarana

(56)

17. Mendorong

4. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS dan Promosi Higien

Tabel 3.14 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga

TUJUAN

dari 0,025 % APBD

tahun 2013 menjadi

0,1 % sampai tahun

(57)

(4). Menyusun

kerangka

kebijakan promkes

dan

materi kebijakan

promosi

kesehatan.

(5). Meningkatkan

kemampuan tenaga

pengelola program

promosi

kesehatan

Advokasi Pada

penentu

Kebijakan di tingkat

provinsi

tentang Program

Promkes.

(6).

Mengembangkan

media

dan sarana promosi

kesehatan.

(7). Peningkatan

kemitraan

dengan LP, LS,

LSM dan

Swasta.

(8).Mengembangkan

Model promosi

kesehatan melalui

(58)

spesifik

(9). Pemberdayaan /

Penggerakan

masyarakat

dalam upaya

kesehatan

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu

lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,

penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program

bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,

ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan

lingkungan/kawasan.

Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana

Gambar

Gambar 3.1 Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019
Tabel 3.1 Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya
Tabel 3.2 Arahan Struktur Kota-Kota di Kabupaten Pesawaran Tahun 2028
Tabel 3.3 Kriteria Fungsi Kota Kabupaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Temuan ini sejalan dengan temuan lain yang menunjukkan bahwa siswa sekolah kategori sedang memper- oleh manfaat lebih dari strategi MHM berbasis masalah dalam

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik, Pelatihan dan Pembinaan Kader Terhadap Validitas Penimbangan Anak Balita di Posyandu Wilayah Puskesmas Sukorambi Kecamatan

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

Sales promotion kartu kredit yang memiliki cara pandang optimistis akan memandang suatu penolakkan yang diterima dari calon nasabahnya adalah karena calon nasabahnya

Madiun memberi ijin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon oleh karena rumah tangga Pemohon dan Termohon sejak tahun 2006 telah tidak harmonis sering

Fluktuasi harga saham yang terjadi disekitar hari pengumuman penerbitan obligasi memberikan peluang bagi investor untuk dapat memperoleh return baik dibawah atau diatas return

Sidang Dewan Yang Terhormat, Hadirin Para Sahabat Yang Berbahagia Terhadap 3 Rancangan Peraturan Daerah yang menjadi tugas dari Pansus 2 DPRD Kabupaten Sumbawa, dapat

Namun, sebagai tanda rahmad-Nya dan sebagai bukti kasih sayang-Nya, Dia telah menjelma kepada manusia para Matahari bimbingan-Nya, para lambang keesaan ilahiah-Nya, dan