• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Penyedian Air Minum i. Rencana Sistem Penyedian Air Minum

3.2 Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Karya .1 Rencana Kawasan Permukiman

3.2.2 Rencana Induk Penyedian Air Minum i. Rencana Sistem Penyedian Air Minum

Berdasarkan kondisi sistem yang ada, baik masyarakat daerah pelayanan, sumber air baku, maka program untuk perbaikan/peningkatan pelayanan air minum dapat diuraikan dalam perbaikan prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum untuk cabang/unit antara lain:

Tabel 3.6 Rencana Sarana dan Prasarana SPAM Kabupaten Pesawaran

No Cabang/Unit Permasalahan Rencana Tindakan

1 Kedondong 1 Bangunan Bronkaptering - Untuk meningkatkan kapasitas air perlu cingkuang dan Way Bial (Bayas) dilaksanakan segera perbaikan Bronkaptering Mengalami Kebocorn pada dua sumber air tersebut agar kapasitas

air dapat mengalir dari bronkaptering ke daerah 2 Pengaliran air tidak merata pelayanan maka perlu meninjau kembali letak

(Bergiliran) karena debit air dari pemasangan pipa transmisi

way bial tidak sesuai dengan yang - Perlu menginventarisasi meter air yang tidak

diharapkan. berfungsi

- Identifikasi sambungan tanpa meter air dan 3 Kehilangan air masih di atas 35 % sambungan gelap

- Percepatan penanggulangan kebocoran pada perpipaan

No Cabang/Unit Permasalahan Rencana Tindakan

2 Gedung Tataan Kapasitas mata air Bojorejo - Kapasitas air yang ada akan dialirkan pada semakin menyusut zona tertentu

Pengaliran mata air dari WTP - Perlu mengecek kembali tentang deviasi 2 x 25 lt/dt tidak sepenuhnya reservoir dan jaringan pipa transmisi tertinggi mengalir ke jaringan pipa Distribusi dan mengalirkan jalur lain

- Identifikasi jalur pipa lama dan memanfaatkan Jaringan pipa lama tidak dapat di dengan pipa baru

fungsikan sebagaimana mestinya

3 Way Lima Kebocoran/Kehilangan air cukup Identifikasi meter air yang tidak berfungsi dan tinggi >35% kualitas air kurang baik pelanggan yang tidak memakai meter air. waktu musim hujan Operasikan WTP sesuai dengan fungsinya.

Rencanakan pengalihan pendistribusian kepada Animo masyarakat kurang daerah yang membutuhkan air

memanfaatkan air minum

4 Padang Cermin Bronkaptering Selorejo mengalami Penanggulangan kebocoran pada bronkaptering kebocoran peningkatan pelanggan Rencanakan pipa distribusi tersier untuk mendapat kesulitan karena meningkatkan pelayanan

kurangnya pipa tersier

ii. Rencana Pengembangan SPAM

Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya tingkat pelayanan diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM dalam pemenuhan kebutuhan air minum.

Dalam penentuan tingkat pelayanan air minum di masing-masing kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah pelayanan, diproyeksikan berdasarkan persentase tingkat pelayanan eksisting.

Proyeksi tingkat pelayanan PDAM pada akhir periode (2033) yakni sebesar 75 % dari penduduk perkotaan telah menikmati layanan jaringan perpipaan, dengan tingkat pelayanan per-5 tahun secara bertahap seperti di tabel berikut:

Tabel 3.7. Rencana Tingkat Pelayanan Pengembangan SPAM di Kabupaten Pesawaran

Tahun Tingkat pelayanan

2013 (eksiting) 25 % 2015 35 % 2018 45 % 2023 55 % 2028 65 % 2033 75 %

Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2013

Pada pengembangan SPAM Kabupaten Pesawaran ini, seluruh kecamatan akan diprioritaskan, setidaknya pada ibukota kecamatannya. Namun pelaksanaannya dilakukan pada tahap pembangunan yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan kecamatan tersebut dan kebutuhannya akan sarana air bersih.

Tahapan pengembangan dibagi dalam 3 bagian yaitu :

Tahap Jangka Pendek/Mendesak (yaitu tahap pembangunan dalam 5 - 6 tahun pertama). Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2013–2018.

Tahap Jangka Menengah (yaitu tahap pengembangan dalam 6 –10 tahun mendatang). Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2019 –2023.

Tahap Jangka Panjang (yaitu tahap pengembangan dalam 11 – 10 tahun mendatang). Dalam rencana induk ini, tahap mendesak berada pada tahun 2024–2033.

Pentahapan perlu dilakukan mengingat alokasi dana untuk pengembangan SPAM sangat terbatas sementara setiap daerah memiliki kepentingan masing-masing untuk lebih dahulu dikembangkan. Pendekatan strategi prioritas dilakukan untuk menentukan wilayah mana yang akan dikembangkan dalam tahap mendesak dan wilayah yang mana yang akan dikembangkan pada tahap jangka panjang.

Rekapitulasi biaya yang dibutuhkan pada masing-masing tahap pengembangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Biaya Pengembangan SPAM Kabupaten Pesawaran

\

Sumber : Hasil Analisis 2012

DANA APBN DANA APBD DANA PDAM

TOTAL TOTAL TOTAL

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

I. KECAMATAN KEDONDONG 8.714.364.174,93 8.714.364.174,93

II. KECAMATAN WAY LIMA 5.104.386.916,31 3.862.992.219,82 1.241.394.696,49

III. KECAMATAN PADANG CERMIN (PENYAIRAN) 6.022.561.944,65 4.733.969.276,22 1.172.930.394,48 115.662.273,94

KECAMATAN PADANG CERMIN (GUNUNG REJO) 5.441.814.118,84 3.662.347.145,95 1.128.550.413,47 650.916.559,42

IV. KECAMATAN NEGRI KATON 6.897.892.488,14 5.656.497.791,66 1.241.394.696,49

V. KECAMATAN GEDUNG TATAAN 2.143.118.682,76 2.143.118.682,76

VI. KECAMATAN PUNDUH PIDADA 1.836.625.000,00 683.100.000,00 1.153.525.000,00

36.160.763.325,63 29.456.389.291,34 4.784.270.200,92 1.920.103.833,37

NO URAIAN PEKERJAAN TOTAL

1 Jangka Pendek 2013–2018

Pembangunan pada tahap mendesak dilakukan pada wilayah-wilayah yang sangat memerlukan SPAM.

1. Gedung Tataan

1. Perbaikan/penambahan jaringan pipa dia 200mm untuk mendistribusikan pengaliran air dar reservoir ke Distribusi

2. Pengembangan pipa Distribusi 3. Peningkatan sambungan rumah

4. Pengadaan/pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air valve,sale valve, wash out)

5. Penggantian meter air yang tidak berfungsi 6. Pembuatan DED

2. Kedondong

1. Perbaikan Bronkaptering M.A. Cengkuang

2. Perbaikan Bronkaptering M.A. Biha (Bayas)

3. Perbaikan/Penambahan pipa dia 200mm untuk melancarkan pengaliran air dari bronkaptering ke BPT. 1.

4. Peningkatan sambungan rumah

5. Pengadaan/Pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air Valve, sale valve, wash out)

6. Penggantian meter air yang tidak berfungsi

7. Pembuatan DED

3. Padang Cermin

1. Perbaikan Bronkaptering Selo rejo 2. Pembersiha Bronkaptering Way Rilau 3. Pengembangan Jaringan Pipa Distribusi 4. Peningkatan sambungan rumah

5. Pengadaan/Pemasangan perlengkapan jaringan pipa (Air Valve, sale valve, wash out)

6. Penggantian meter air yang tidak berfungsi 7. Pembuatan DED

4. Way Lima

1.Penggantian meter air yang tidak berfungsi 2.Peningkatan sambungan rumah

3.Peningkatan kualitas air minum

5. Punduh Pidada

2 Jangka Menengah

1. Gedung Tataan

1.Pengadaan/Pemasangan Pipa Distribusi 2.Peningkatan sambungan rumah

2. Kedondong

1.Pembuatan Bronkaptering Biha II (Bayas II) 10 lt/dt 2.Pengadaan/Pemasangan Pipa transmisi dia 200mm 3.Pembuatan reservoir 500m³ (pada BPT)

4.Pengembangan Jaringan Distribusi 5.Peningkatan sambungan rumah

3. Padang Cermin

1.Pembuatan Bronkaptering Way Penyandingan kap 40 lt/dt 2.Pembuatan reservoir 500m²

3.Pengadaan/Pemasangan Pipa transmisi dia 300–200 4.Pengadaan/Pemasangan Pipa Distribusi

5.Peningkatan sambungan rumah

4. Way Lima

1.Peningkatan sambungan rumah 2.Pengembangan jaringan Distribusi

5. Negri Katon

Alternatif I

1.Peningkatan sambungan M.A. Way Sepakat

2.Pengadaan/pemasangan pipa transmisi dan distribusi 3.Pengadaan/Pemasangan sambungan rumah

4.Pembuatan reservoir Alternatif II

1.Pembuatan WTP kap. 2 x 15 lt/dt di way lima 2.Pengadaan/pemasangan pipa tranmisi dan distribusi 3.Pengadaan/Pemasangan sambungan rumah

4.Pembuatan reservoir

5.Pembuatan Gudang/Laboratorium 6.Pembuatan Rumah Jaga

3 Jangka Panjang

Alternatif

1. Gedung Tataan→ Boster Pump

A. Wiyono B. Negri Katon 2. Kedondong 3. Padang Cermin 4. Way Lima 5. Negri Katon 6. Tegineneng 7. Punduh Pidada

Arahan rencana pengembangan SPAM khususnya kawasan perkotaan melalui sistem jaringan perpipaan, sedangkan pengembangan SPAM perdesaan khususnya desa rawan air diprioritaskan sesuai tingkatan status kerawanan atau kekeringan air. Data desa rawan air berdasarkan BPS yang diperkuat dengan edaran data desa rawan air dari Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Subdit Pengembangan Air Minum di Pusat, diuraikan sebagai berikut,

1. Desa rawan air prioritas 1 status rawan air

2. Desa rawan air prioritas 2 status potensi rawan air 3. Desa rawan air prioritas 3 status aman

4. Desa rawan air prioritas 4 status rawan kering

Dari keempat prioritas desa rawan air tersebut, Kabupaten Pesawaran termasuk dalam prioritas 4, dengan rincian lokasi sebagai berikut,

Tabel 3.9 Prioritas Desa Rawan Air Kabupaten Pesawaran

iii.rencana penurunan Kebocoran Air Minum

Kehilangan air (non revenue water/NRW) adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan dan jumlah air yang dikonsumsi. Kehilangan air berbeda dengan kebocoran air (water leakage). Tingkat kehilangan air adalah perbandingan antara kehilangan air dan jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan.

Mengikuti pemahaman internasional, maka terdapat dua jenis kehilangan air, yaitu:

1. Kehilangan air pada sistim distribusi/kehilangan air secara fisik. Termasuk di dalamnya

•kebocoran pipa, joint, fitting, kebocoran pada tangki dan reservoir, •Air yang melipah keluar dari reservoir, dan

Kehilangan ini disebut sebagai real losses (Thornton, dkk., 2008) atau disebut sebagai kehilangan teknis. Kehilangan teknis difahami sebagai kehilangan air secara fisik dari sistem yang bertekanan,sampai dengan titik meter air pelanggan. Volume kehilangan tahunan berdasarkan semua tipe kebocoran, pipa pecah dan limpasan tergantung pada frekuensi, debit, dan rata-rata lamanya kebocoran individu. Dengan catatan, meskipun kehilangan air secara fisik yang terjadi setelah meter air pelanggan adalah tidak termasuk dalam perhitungan Kehilangan Air Teknis, namun tetap berarti, sehingga perlu diperhatikan dalam pengelolaan kebutuhan air.

2. Kehilangan non fisikal/kehilangan non teknis yang berakibat kepada kehilangan penerimaan atas pengelolaan air, termasuk di dalamnya

•Kesalahan pembacaan dan pencatatan meter air •Kesalahan/kelemahan pada meter produksi •Kesalahan/kelemahan pada meter pelanggan •Pemakaian air tanpa meteran

•Pemakaian air tidak dibayar

•Perhitungan pemakaian didasarkan perkiraan/taksiran •Sambungan liar

•Kesalahan pada administrasi rekening

Tabel 3.10. RekomendasiInternational Water Associationuntuk Istilah Kehilangan Air

Volume input sistem Konsumsi resmi Konsumsi resmi berekening

Konsumsi bermeter berekening

Air

Berekening Konsumsi tak bermeter

berekening

Konsumsi resmi tak berekening

Konsumsi bermeter tak berekening

Air tak berekening Konsumsi tak bermeter tak

berekening Kehilangan air Kehilangan non fisik/non teknis

Konsumsi tak resmi

Ketidakakuratan meter pelanggan dan kesalahan penanganan data

Kehilangan fisik/non teknis

Kebocoran pada pipa transmisi dan pipa induk

Kebocoran dan luapan pada tanki reservoir

Kebocoran pada pipa dinas hingga pipa pelanggan

NRW merupakan leveraging factor tertinggi di dalam penyelenggaraan pelayanan air, karena memberikan kontribusi secara komprehensif. Mulai dari kontribusi kepada pelanggan,kepada pendapatan usaha, kepada konservasi lingkungan, hingga penerimaan publik, dan akhirnya memberikan sebuah kinerja dari pelayanan penyediaan air yang aman dan terjamin. Pengaruh sekuensial dari penurunan NRW dalam proses pelayanan PAM adalah sebagai berikut:

Gambar 3.9. NRW SebagaiKey Leveraging Factor

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1. Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letak, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang. Akan lebih baik bila data-data tersebut ditampilkan dalam format GIS (SIG/Sistem Informasi Geografis) sehingga dapat dipantau, dikendalikan, dan diperbarui setiap saat.

2. Meteran induk dan meteran di zona distribusi harus berfungsi dengan baik

3. Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan harus tersedia.

4. Zona-zona distribusi/pelayanan air harus dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air dan pelaksanaan perbaikan

5. SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan

6. SOP untuk O&M perpipaan

Berdasarkan pengalaman terhadap masalah kehilangan air yang dihadapi dengan mempertimbangkan kemampuan pengelola yang dimiliki serta pendekatan yang dianggap berhasil dilihat dari resiko pembiayaan, maka beberapa metode penanggulangan kebocoran yang dapat diaplikasikan adalah :

a. Pendeteksian secara langsung

b. Metode isolasi/zone observasi

c. Pemantauan wilayah/sistem distrik

d. Penanganan langsung dari rumah ke rumah (Metodehouse to house survey and

rehabilitation)

Masing-masing metode dapat dijelaskan pada sub bab berikut ini. Pendeteksian Secara Langsung

Pendeteksian kebocoran dilakukan secara langsung dengan menggunakan detektor kebocoran. Pencarian kebocoran dengan cara ini bersifat padat karya karena diperlukan banyak tenaga terlatih, dimana petugas pendeteksi dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing dibekali dengan peralatan yang diperlukan untuk mendeteksi kebocoran di lapangan serta peta jaringan distribusi/peta lokasi pipa yang ada di sektor yang harus disurvey oleh kelompok tersebut. Metode ini menjadi cukup mahal karena banyaknya

Metode Isolasi/Zone Observasi

Dalam cara ini ditentukan suatu area/bagian daerah pelayanan yang diisolir dengan katup-katup penutup aliran. Untuk keperluan pengetesan dipasang meter air pada pipa supply ke areal tersebut. Pengetesan dilakukan pada malam hari dengan cara menutup katup-katup yang terdapat di luar lajur pipa distribusi secara berurutan.

Penentuan lokasi kebocoran pada lajur pipa di areal yang dipantau dilakukan secara lebih tepat dengan menggunakan detektor. Pengetesan secara bertahap dapat pula dilakukan setelah pengetesan menyeluruh (tanpa penutupan katup-katup secara berurutan) terhadap jaringan di areal yang dipantau untuk mengetahui apakah di areal tersebut terdapat jalur pipa yang mengalami kebocoran. Bila ternyata ada kebocoran maka test dilanjutkan dengan pengetesan secara bertahap dan deteksi lokasi dilakukan dengan menggunakan detektor.

Pemantauan Wilayah/Sistem Distrik

Pada metode ini daerah pelayanan dibagi dalam wilayah-wilayah pemantauan yang relatif luas, dimana pada setiap wilayah dipasang meter air secara permanen untuk memantau pemakaian air di wilayah tersebut.

Pencatatan pemakaian air di seluruh wilayah dilakukan secara berkala, dimana lonjakan dalam pemakaian air yang terjadi secara tidak terduga dan yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu kegiatan mungkin dapat menjadi petunjuk mengenai adanya suatu kebocoran dalam jaringan.

Pemantauan Langsung dari Rumah ke Rumah (House to House Survey and

Rehabilitation)

Pendekatan kontrol air di lapangan dengan metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kehilangan air yang paling besar terjadi di bagian sistem yang paling ujung, pada jaringan sistem yang paling kecil, yaitu sambungan rumah.

Berdasarkan pengalaman, kerusakan dan kehilangan pada pipa-pipa primer dan sekunder mudah diketahui dan segera dilakukan perbaikan. Oleh karena itu penanganan langsung

ditujukan pada pengamatan dan penanganan dari rumah ke rumah. Dengan metode ini juga langsung dapat dilakukan kalibrasi meter air yang ada pada pelanggan.

Dokumen terkait