V-1
BAB V
KERANGKA STRATEGIS PENDANAAN
5.1Profil APBD Kabupaten Pangandaran
Amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, telah menetapkan dan mengatur pembagian
kewenangan (power sharing) dan pembagian keuangan (financial sharing) antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, selain itu Undang-Undang No 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, serta Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menetapkan bahwa keuangan daerah harus
dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungg jawab
sesuai dengan kepatutan dan rasa keadilan.
Kabupaten Pangandaran yang baru terbentuk menjadi otonomi daerah melalui
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012, telah menyelenggarakan urusan
pemerintah efektif mulai tahun 2014 dan 2015 ini. Adapun struktur APBD
Kabupaten Pangandaran yang sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah (Permendagri No 59 Tahun 2007), adalah terdiri dari :
1. Penerimaan Daerah yang di dalamnya terdapat Pendapatan Daerah dan
Penerimaan Pembiayaan Daerah;
2. Pengeluaran Daerah yang di dalamnya terdapat Belanja Daerah; dan
3. Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
Komponen Pendapatan terdiri dari : Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Hasil
Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah; Dana Perimbangan
yang berasal dari Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum,
dan Dana Alokasi Khusus; serta Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang berasal
dari Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan
V-2
Kabupaten Pangandaran baru mendapatkan Dana Alokasi Khusus pada tahun 2015
ini untuk sektor sanitasi dan air minum.
Komponen Belanja terdiri dari : Belanja Tidak Langsung yang didalamnya terdiri
dari Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja
Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga; (2) Belanja Langsung yang
didalamnya terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja
Modal.
Komponen pembiayaan terdiri dari : Penerimaan Pembiayaan Daerah yang
didalamnya terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Lalu,
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah;
Pengeluaran Pembiayaan Daerah yang didalamnya terdiri dari Pembentukan Dana
Cadangan, Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah, dan Pembayaran
Pokok Utang; Sisa Lebih Pembiyaan Anggaran Tahun Berjalan.
Kapasitas keuangan daerah akan menentukan fungsi pelayanan kepada masyarakat.
Kemampuan keuangan pemerintah daerah dapat diukur dari penerimaan
pendapatan daerah. Struktur APBD Kabupaten Pangandaran selama kurun waktu 2
(dua) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2014
Belanja Daerah
2014
Rupiah
%
(1) (2) (3)
Pendapatan Asli Daerah 32.476.067.935 70.11
Pajak Daerah 13.515.138.685 130,53
Restribusi Daerah 8.302.424.474
Hasil Pengelolaan - -
Kekayaan Daerah yg Dipisahkan - -
Lain-Lain PAD - -
Dana Perimbangan 406.501.594.523 99,73
Dana Bagi Hasil 37.133.491.817 101,16
V-3
Belanja Daerah
2014
Rupiah
%
(1) (2) (3)
Dana Alokasi Khusus 5.166.470.000 100,00
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang
Sah
208.960.423.565 91,73
TOTAL BELANJA 647.938.095.023 95,04
Sumber : LKPJ Bupati Kabupaten Pangandaran. 2014
Tabel 5.2 Alokasi Belanja Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2014
BELANJA DAERAH
2014
Rupiah
%
(1) (2) (3)
Belanja Tidak Langsung 395.213.322.558 81,24
Belanja Langsung 122.724.994.740 63,92
TOTAL BELANJA 517.938.317.298 77,59
Sumber : LKPJ Bupati Kabupaten Pangandaran. 2014
Berdasarkan LKPJ Bupati Pangandaran Tahun 2014 mengenai Laporan Pembiayaan
di Kabupaten Pangandaran yang dianggarkan pada Penerimaan Anggaran
Pembiayaan dapat diketahui bahwaPenerimaan Pembiayaan Daerahdianggarkan
sebesar Rp.14.182.079.038,- dan direalisasikan sebesar Rp
129.975.897.851,00atau91,48%, yang diperoleh dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran tahun sebelumnya.
5.2 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kabupaten Pangandaran yang baru berkembang tentunya membutuhkan investasi
pendanaan yang cukup besar untuk penyelenggaraan urusan wajib pekerjaan umum
dan perumahan. Didukung dengan lokasi yang strategis yaitu sebagai Pusat
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat dan Kawasan Strategis Nasional serta
potensi sumber daya alam yang cukup potensial maka Kabupaten Pangandaran
dapat dipastikan akan cepat berkembang menjadi icon daerah parawisata yang
V-4
Potensi dan peluang investasi pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten
Pangandaran, dapat kita lihat dari data investasi pembangunan Bidang Cipta Karya
dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir ini. Data tersebut mencakup
perkembangan dana yang bersumber dari APBN, APBD, Perusahaan Daerah, dan
swasta.
5.2.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN dalam 2 (dua) Tahun Terakhir
Walaupun Kabupaten Pangandaran baru berjalan dan berkembang secara
efektif tahun 2014, dukungan Dana APBN melalui Ditjen Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum telah diberikan kepada Pemerintah
Kabupaten Pangandaran.
Total alokasi dana APBN Bidang Cipta karya pada tahun 2014 untuk
Kabupaten Pangandaran adalah sebesar Rp 1.358.196.000,00 yaitu
kontribusi pembangunan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan serta
sektor Pengembangan Kawasan Permukiman. Sedangkan tahun 2015 total
anggaran APBN Ditjen Cipta Karya yang masuk ke Kabupaten Pangandaran
adalah sebesar Rp 1.232.728.000,00 dengan pembangunan sektor sanitasi,
air minum dan pengembangan kawasan permukiman. Sehingga total APBN
Ditjen Cipta Karya yang telah terealisasi di Kabupaten Pangandaran
semenjak efektifnya Pemerintahan Kabupaten Pangandaran yaitu tahun
2014 dan 2015 saat ini adalah sebesar Rp 2.590.924.000 Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Alokasi APBN untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten PangandaranTahun 2014-2015(dalam ribu rupiah)
No. Tahun Sektor Uraian
V-5
2015 Sanitasi/PLP City Fasilitator (CF) Kabupaten
Sumber : Satker Randal PIP. Jawa Barat. 2015
Agar porsi pendanaan APBN Ditjen Cipta Karya di Kabupaten Pangandaran terus
meningkat maka perlu disiapkan dengan matang perencanaan pembangunan bidang
cipta karya yang sesuai dengan rencana strategis Ditjen Cipta Karya dan mendukung
terlaksananya kebijakan nasional serta provinsi jawa barat. Selain itu, perlu
disiapkan pula persyaratan atau kelengkapan usulan (readiness criteria) seperti
lahan, DED, dokumen perencanaan daerah dan sektoral yang menjadi dasar
terlaksananya output pembangunan Bidang Cipta Karya.
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan
melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang
dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah
di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
V-6
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala
kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Kabupaten
Pangandaran baru mendapat DAK Bidang Cipta Karya pada tahun 2015 dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 5.4 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Pangandaran2014-2015(dalam ribu rupiah)
DAK Sanitasi
-
1.017.930
JUMLAH
-
2.356.860
Sumber: emonitoring-pu.web.id 2015
Agar lebih memudahkan analisis, dapat dilihat penggunaan DAK Bidang Cipta Karya
Kabupaten Pangandaran Tahun 2015 sebagai berikut :
Tabel 5.5 Rekapitulasi Pelaksanaan Anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK)Sub Bidang SanitasiKabupaten Pangandaran Tahun 2015
Kode
DAK Pendamping Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Pembangunan MCK ++ dan SR Ds Karangjaladri
195 Jiwa Swakelola 339.310 33.931 373.241
- MCK++ dan SR 1 Unit
2 Pembangunan MCK++ dan SR Ds. Batukaras
Adapun rekapitulasi pelaksanaan DAK Air Minum di Kabupaten Pangandaran Tahun
V-7 Tabel 5.6 Rekapitulasi Pelaksanaan DAK Air Minum Kab Pangandaran Tahun 2015
Ko
Target Outcome Target Output
Pengadaan
bahwa alokasi DAK Bidang Cipta Karya di Pangandaran telah dimanfaatkan sesuai
juknis dengan output pembangunan yaitu pengolahan air limbah domestik secara
on-site dan berbasis masyarakat serta untuk air minum telah bertambah akses
masyarakat terhadap infrastruktur air minum melalui Sambungan Rumah dengan
V-8
minum tersebut diambil dengan menyesuaikan terhadap kebutuhan dan kondisi
dari daerah Kabupaten Pangandaran sendiri.
5.2.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBDKabupaten Pangandaran
Mengingat urusan pekerjaan umum dan perumahan merupakan urusan
wajib yang bersifat konkuren, peran dan kontribusi Pemerintah Provinsi
Jawa Barat dalam pengembangan dan pembangunan bidang Cipta Karya di
Kabupaten Pangandaran mutlak diperlukan dan tercatat pada tahun 2014
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyusun Penyusunan Masterplan
Pengembangan Kawasan Strategis Pusat Pertumbuhan Pangandaran.
Kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk menjadi acuan perencanaan
dan pengembangan Pangandaran sebagai Pusat Pertumbuhan di Jawa
Barat. Selanjutnya pada tahun 2015 ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat
melalui Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat telah
melakukan kegiatan Kajian Pengendalian Pemanfaatan Ruang Koridor PP
Pangandaran. Keluaran kegiatan penataan ruang dari Pemerintah Provinsi
Jawa Barat tersebut maka akan menjadi acuan spasial dalam penyusunan
RPI2-JM Bidang Cipta Karya Pangandaran ini.
Selain itu, melalui mekanisme Belanja Tidak Langsung (BTL) berupa Hibah,
APBD Provinsi Jawa Barat telah terealisasi tahun 2014 sebesar Rp
850.000.000,00 untuk pembangunan sektor pengembangan kawasan
permukiman.
Setelah adanya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah maka peran dan tanggung jawab Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota memiliki porsi yang jauh lebih besar daripada
sebelumnya menurut UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Oleh karena itu, perlu adanya komitmen dan political will dari
Pemerintah Kabupaten Pangandaran dalam memberikan porsi yang cukup
strategis terhadap pembangunan Bidang Cipta Karya yang disesuaikan
dengan APBD Kabupaten Pangandaran. Untuk melihat sejauh mana
V-9
Cipta Karya maka berikut ini uraian dari realisasi APBD Kabupaten
Pangandaran tahun 2014-2015 Bidang Cipta Karya.
Melalui Dinas Pekerjaan Umum, Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Pangandaran telah terealisasi dana APBD Kab
Pangandaran tahun 2014 sebesarRp 3.817.645.000,00 melalui Program
Lingkungan Sehat Perumahan, Program Pengembangan Perumahan dan
Program Perencanaan Tata Ruang. Selanjutnya tahun 2015 telah terealisasi
sebesar Rp 44.844.407.000,00 melalui Program yang sama dengan tahun
2014. Agar lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.
Gambar 5.1
Grafik Realisasi APBD Kab Pangandaran Tahun 2014-2015 untuk Bidang Cipta Karya
Sumber: DPA Kabupaten Pangandaran. 2014-2015
Dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang sangat signifikan realisasi
APBD dari tahun 2014 ke 2015 yaitu dalam Program Lingkungan Sehat
Perumahan yang memiliki keluaran kegiatan berupa sanitasi dan air
minum. Selanjutnya adalah melihat porsi realisasi APBD Kabupaten
Pangandaran Bidang Cipta Karya terhadap total anggaran dalam APBD
V-10
Dari total belanja langsung APBD Pangandaran Tahun 2014 yaitu sebesar
Rp 122.724.994.740maka proposi belanja langsung Bidang Cipta Karya
adalah sebesar 3,11%.Hal ini menunjukkan masih kecilnya porsi pembangunan cipta karya di Pangandaran mengingat masih tahap awal
perkembangan penyelenggaraan pemerintahan di mana porsi terbesar dari
belanja daerah adalah belanja pegawai dan belanja langsung lainnya. Hal
ini dapat dimaklumi dalam rangka mempersiapkan perangkat fisik dan non
fisik penyelenggaraan pemerintahan agar representatif dan efektif. Di
harapkan selanjutnya kontribusi APBD Pangandaran terhadap
pembangunan Bidang Cipta Karya dapat jauh lebih meningkat minimal
10%.
Selanjutnya bila ditelaah lebih dalam mengenai pelaksanaan APBD
Kabupaten Pangandaran tahun 2015 maka porsi pembangunan sektor air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat adalah sebesar 98%, sedangkan
untuk tahun 2014 adalah pada sektor pengembangan perumahan adalah
sebesar 88%.
6 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 2 Tahun Terakhir
Hingga akhir tahun 2015 ini Kabupaten Pangandaran belum memiliki
Perusahaan Daerah yang menangani pelayanan dan pengelolaan Bidang
Cipta Karya seperti PD Kebersihan atau pun Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Sebagian masyarakat Pangandaran telah terlayani oleh PDAM
Kabupaten Ciamis dan sampai saat ini menjadi konsumen PDAM tersebut.
Adapun untuk pengelolaan persampahan saat ini masih dilakukan oleh
Dinas Pekerjaan Umum, Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Pangandaran. Oleh karena itu, belum dapat dianalisis investasi
pembangunan melalui Perusahaan Daerah ini.
Hingga saat ini belum ada rencana dari Pemerintah Kabupaten
Pangandaran untuk mengembangkan sendiri Perusahaan Daerah yang
cukup vital yaitu PDAM mengingat belum siapnya manajemen dan
V-11 7 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Swasta dalam 2 Tahun Terakhir
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki
pemerintah, maka diperlukan sumber dana lain selain dari pemerintah
untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan pada Bidang Cipta Karya. Pendanaan
dari sumber lain salah satunya dapat dilakukan melalui skema KPS
(Kerjasama Permerintah Swasta) untuk kegiatan yang berpotensi
cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost
recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres
No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012
Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum
untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. Selain itu masyarakat juga dapat dilibatkan dalam pendanaan
kegaitan-kegiatan Bidang Cipta Karya melalui program/kegiatan yang
dapat melibatkan masyarakat baik berupa bantuan tenaga maupun
sumbangan dana.
Berhubung Kabupaten Pangandaran baru berkembang kurang lebih efektif
2 tahun ini maka belum dapat terjadi kerja sama dengan pihak swasta
dalam rangka pembangunan bidang Cipta Karya. Selanjutnya perlu
diadakan kajian peluang investasi pembangunan bidang Cipta Karya
dengan melibatkan sektor non pemerintah serta perlu adanya inisiatif dari
Pemerintah Kabupaten Pangandaran untuk membuka forum komunikasi
dan koordinasi dengan pihak swasta dan masyarakat agar terjalin
kesepahaman dalam mencapai sasaran universal access di Kabupaten
Pangandaran.
5.3Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Untuk mengukur berapa besaran investasi pembangunan Bidang Cipta Karya di
Kabupaten Pangandaran dapat kita lihat dari rancangan kerangka ekonomi daerah
V-12
Arah Kebijakan Keuangan Daerahyang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2015.
5.3.1 Kondisi Ekonomi Kabupaten Pangandaran
Secara umum, kinerja perekonomian Kabupaten Pangandaran dilihat dari
pertumbuhan ekonomi di mengalami pertumbuhan positif, dimana pada
Tahun 2013 perekonomian Kabupaten Pangandaran mengalami
pertumbuhan positif sebesar 4,85 persen. Akan tetapi pertumbuhan
ekonomi Tahun 2012 - 2013 lebih besar jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada Tahun 2013 - 2014. Angka
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangandaran masih berada di atas
angka capaian dari Kabupaten Tasikmalaya dan berada di bawah capaian
Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Sedangkan jika
dibandingkan dengan Capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi
Jawa Barat, Kabupaten Pangandaran masih berada di bawah rata-rata LPE
Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 6,34 persen pada Tahun 2013 dan6,50
persen pada Tahun 2012 serta 5,06 persen pada Tahun 2014.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pangandaran dan perbandingannya
dengan Propinsi Jawa Barat, kabupaten dan kota yang berada di sekitar
Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini :
Tabel 5.7Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pangandaran dan Sekitarnya serta Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 – 2014 (Persen)
KABUPATEN/ KOTA/
Sumber : BPS Kabupaten Ciamis, BPS Kabupaten Tasikmalaya, BPS Kota Tasikmalaya, BPS Kota Banjar dan BPS
Provinsi Jawa Barat (Diolah) *) Angka Perbaikan
V-13
Percepatan laju pertumbuhan Kabupaten Pangandaran dipengaruhi oleh
meningkatnya tiga indikator produksi yang memberikan kontribusi cukup besar bagi ekonomi di Kabupaten Pangandaran yaitusektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan untuk keenam sektor lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian mengalami penurunan dikarenakan pada Tahun 2014 produksi
sub sektor tanaman, peternakan, kehutanan dan penggalian menurun.
Berbeda halnya pada sektor lain yang mengalami perubahan positif di
Tahun 2014 jika dibandingkan dengan Tahun 2013. Laju Pertumbuhan
Ekonomi dan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 9.8.
Tabel 5.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan Sumber LPE Kabupaten Pangandaran Dirinci Menurut Sektor Lapangan Usaha Tahun 2013 – 2014 (Persen)
No Lapangan Usaha Pertumbuhan Ekonomi (%)
Sumber Laju Pertumbuhan
Sumber : BPS Kabupaten Ciamis (Diolah) *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Apabila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangandaran digunakan
sebagai dasar (Base Line), maka kinerja sektoral dikelompokkan menjadi
tiga kelompok. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai
V-14
yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) rata-rata; Kelompok ketiga adalah
sektor yang mengalami pertumbuhan negatif.
Pertumbuhan sektor yang termasuk pada kelompok pertama yaitu sektor industri pengolahan (9,34%); sektor pengangkutan dan komunikasi (8,91%); sektor perdagangan, hotel dan restoran (6,79%); sektor listrik, gas dan air bersih (5,66%); sektor jasa-jasa (5,47%); serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (5,50%). Sektor yang lainnya termasuk dalam kelompok kedua yaitu sektor bangunan dengan persentase sebesar 4,26%. Sedangkan sektor yang
mengalami penurunan laju pertumbuhan di Tahun 2014 yang termasuk
dalam kelompok ketiga meliputi sektor pertanian dengan nilai 1,34% dan
sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai 1,96%.
Struktur ekonomi secara kuantitatif bisa digambarkan dengan menghitung
besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing
sektor terhadap nilai total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Struktur ekonomi dapat dilihat dari distribusi persentase PDRB sektoral
yang menunjukkan peranan dan sumbangan masing-masing sektor
terhadap PDRB keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor
semakin besar pula pengaruh sektor terhadap perkembangan ekonomi
suatu daerah.
Total angka Produksi Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
meningkat dari tahun ke tahun, dengan laju pertumbuhan positif dari
tahun ke tahun, hal ini mencerminkan bahwa kegiatan ekonomi produksi
secara umum senantiasa meningkat. Capaian PDRB atas dasar harga
berlaku Kabupaten Pangandaran Tahun 2014 meningkat sebesar 725,499
Miliar Rupiah dibanding Tahun 2013, peningkatannya lebih besar
dibanding capaian Tahun 2013 yang meningkat sebesar 634,947 Miliar
Rupiah dari Tahun 2012.
Pada Tahun 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
V-15
0,27 persen dari Tahun 2013 dengan angka33,32 persen, dengan
percepatan laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran dari
11,89 persen pada Tahun 2013 menjadi 12,60 persen pada Tahun 2014.
Berbanding terbalik dengan sektor pertanian yang mengalami penurunan
distribusi persentase sebesar 0,22 persen dari Tahun 2013 ke Tahun 2014.
Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar
harga berlaku pada Tahun 2012 sebesar Rp. 14.503.457,00, kemudian pada
Tahun 2013 naik menjadi Rp. 16.064.126,00 dan pada Tahun 2014 naik
lagi menjadi Rp. 17.792.733,00, sedangkan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga konstan tahun 2000, pada Tahun
2012 sebesar Rp. 5.874.100,00, kemudian pada Tahun 2013 naik menjadi
Rp. 6.123.577,00 dan pada Tahun 2014 naik lagi menjadi Rp. 6.383.649,00.
6 Kondisi Sosial Masyarakat Kabupaten Pangandaran
Gambaran kondisi sosial masyarakat Kabupaten Pangandaran dapat dilihat
dari indikator ketenagakerjaan dan kemiskinan. Berdasarkan publikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis, dari total penduduk usia
kerja (15 tahun ke atas), sekitar dua pertiga penduduk Kabupaten
Pangandaran termasuk dalam angkatan kerja. Pasar tenaga kerja
Kabupaten Pangandaran juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan
kerja. Hal ini dapat dilihat pada tingginya persentase Tingkat Kesempatan
Kerja (TKK) dengan nilai 95,90 persen yang meningkat dari Tahun 2012 ke
Tahun 2013. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) dapat diartikan sebagai
peluang seorang penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja untuk
mendapatkan pekerjaan. Angka TKK Kabupaten Pangandaran yang
mendekati angka 100 persen menunjukkan bahwa peluang kerja bagi
penduduk di Kabupaten Pangandaran cukup tinggi sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Pangandaran Tahun
2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2012, yaitu
sebesar 5,28 persen pada Tahun 2012 menjadi sebesar 4,10 persen pada
Tahun 2013. Sedangkan jumlah angkatan kerja mengalami penurunan dari
Tahun 2012 sebesar 790.395orang menjadi 223.761 orang di Tahun 2013.
V-16
masih menggunakan data gabungan dengan Kabupaten induk Ciamis
sedangkan pada Tahun 2013 merupakan angka jumlah angaktan kerja
murni penduduk Kabupaten Pangandaran. Meningkatnya aktivitas
perekonomian pada beberapa sektor perekonomian, mendorong
penyerapan tenaga kerja yang besar terutama sektor perdagangan hotel
dan restoran.
Berdasarkan perbandingan menurut tiga sektor utama, pilihan bekerja di
sektor pertanian masih mendominasi pasar kerja di Kabupaten
Pangandaran dengan persentase sebesar 41,16 persen pada Tahun 2013,
yang diikuti dengan sektor industri dengan persentase sebesar 15,94
persen dan pekerja di sektor jasa-jasa sebanyak 15,27 persen. Komposisi
tersebut tampaknya tidak banyak mengalami perubahan selama kurun
waktu 2011 - 2013. Upah Minimum Kabupaten (UMK) Pangandaran terus
mengalami peningkatan. UMK Kabupaten Pangandaran meningkat dari Rp
793.750 pada Tahun 2012 menjadi Rp. 854.075 pada Tahun 2013.
5.4 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Analisis keterpaduan strategi peningkatan investasi pembangunan Bidang Cipta
Karya terdiri dari analisis kemampuan keuangan daerah dan strategi peningkatan
investasi Bidang Cipta Karya.
5.4.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2012 mendasari lahirnya kabupaten
baru (DOB) yang ditandatangani oleh Presiden SBY pada 16 September
2012, dan kemudian diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Amir
Syamsudin pada 17 September 2012, maka Pangandaran resmi menjadi
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Dalam UU Nomor 21/ 2012 disebutkan
Kabupaten Pangandaran (Jabar) berasal dari sebagian wilayah Kabupaten
Ciamis, yang terdiri dari sepuluh Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten
Pangandaran berkedudukan di Kecamatan Parigi. Pada tahap awal biaya
V-17
hibah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ciamis sebesar Rp 5 Miliar/ tahun
selama dua tahun berturut-turut dan hibah sebesar Rp 4,5 Miliar untuk
pelaksanaan pemilihan Bupati dan/ atau Wakil Bupati pertama kali.
Sementara Pemda Provinsi Jawa Barat akan mengalokasikan bantuan hibah
sejumlah Rp 2,5 Miliar/ tahun untuk dua tahun berturut-turut, serta Rp 2,5
Miliar untuk penyelenggaraan pemilhan Bupati dan/ atau Wakil Bupati
pertama kali.
Beberapa potensi yang akan menjadi peluang bagi Kabupaten Pangadaran
menjadi kabupaten yang maju di masa mendatang sesuai dengan misinya
menjadi “Kabupaten Pangandaran pada tahun 2025 menjadi
Kabupaten Pariwisata yang mendunia, tempat tinggal yang aman dan nyaman berlandaskan norma agama” diantaranya :
1. Potensi Pariwisata
Potensi Pariwisata di Kabupaten Pangandaran sangat berpeluang
untuk dikembangkan di masa depan, tidak hanya menjadi kabupaten
wisata di tingkat Provinsi Jawa Barat bahkan di tingkat dunia. Enam
kecamatan dari sepuluh kecamatan berbatasan langsung dengan
pantai/ laut yaitu Kecamatan Cimerak, Kecamatan Cijulang,
Kecamatan Parigi, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Pangandaran
dan Kecamatan Kalipucang dengan total luas pantai 67.340 Ha
dengan panjang pantai 91 km. Dari tahun ke tahun, laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pangandaran mengalami peningkatan terutama
di sektor pariwisata. Pada tahun 2013 PDRB Kabupaten Pangandaran
menurut harga berlaku dari sektor perdagangan, hotel dan restoran
mencapai 2,066 Triliun Rupiah dengan distribusi persentase sebesar
33,32 persen dan dari sektor hiburan dan rekreasi mencapai 15,061
Miliar Rupiah dengan distribusi persentase sebesar 0,24 persen. Hal
tersebut ditunjang oleh banyaknya hotel/ tempat penginapan yang
berjumlah 217 unit yang tersebar di beberapa kecamatan di
Kabupaten Pangandaran dan terbanyak terdapat di Kecamatan
Pangandaran. Tercatat juga ada beberapa objek wisata potensial
yang menjadi tujuan wisata baik turis mancanegara maupun
domestik dan akan terus berkembang seiring dengan pembangunan
V-18
menyerap tenaga kerja dan membuka lapangan pekerjaan jasa
penunjang yang bisa dimanfaatkan penduduk lokal yang secara
langsung mampu meningkatkan taraf hidup dan daya beli
masyarakat.
2. Potensi sektor pertanian
Selain potensi sektor pariwisata, Kabupaten Pangandaran juga
memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Pertanian tanaman
padi merupakan komoditas utama sektor pertanian. Data luas panen
di Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2013 mencapai rata-rata
34.047 Ha dan mampu memproduksi padi sebanyak 222.076 ton.
Selain padi, komoditas lain yang cukup potensial untuk ditingkatkan
adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar kacang tanah, kacang kedelai,
kacang hijau, dan komoditas lainnya. Di sektor pertanian, yang
berpotensi adalah sub sektor peternakan dan perikanan. Ditinjau
dari jumlah produksi ikan menurut tempat pemeliharaan/
penangkapan di Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2013 yaitu
perikanan laut 221.991 ton, tambak 68.780 ton, kolam 262.533 ton ,
dan sawah 3.541 ton. Sedangkan jumlah ternak yang ada di
kabupaten Pangandaran Tahun 2013 yaitu sapi 2.230 ekor, kerbau
16 ekor, domba 2.782 ekor, dan kambing 1.240 ekor. Kabupaten
pangandaran juga mempunyai kawasan hutan yang cukup luas
dengan luas areal 28.327,92 Ha. Produksi dari kawasan hutan ini
diantaranya adalah kayu albasia yang mengalami peningkatan panen
hampir dua kali lipat, sementara kayu jati mengalami peningkatan
sebesar 1,7 persen.
3. Potensi keuangan
Potensi keuangan yang dapat digali adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Pangandaran. Berdasarkan data dari DPPKAD
Kabupaten Pangandaran bahwa realisasi penerimaan daerah
Kabupaten Pangandaran Tahun 2014 yaitu sebesar Rp 619, 271
Miliar, pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp 21,817 Miliar,
dana perimbangan sebesar Rp 406,182 Miliar dan pendapatan
V-19
Selain potensi prosfektif yang bisa dijadikan landasan keyakinan oleh
Pemerintah Kabupaten Pangandaran dalam mewujudkan visi dan misi di
masa mendatang tentunya sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB), Kabupaten
Pangandaran memiliki tantangan yang harus dihadapi yang akan menjadi
beban tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Pangandaran.
Dari segi sumber daya yang dimiliki, Kabupaten Pangandaran masih sangat
membutuhkan sumber daya manusia dalam memenuhi semua kebutuhan
aparat di setiap satuan kerja perangkat daerah yang ada. Untuk kebutuhan
tersebut diperlukan peningkatan kualitas terhadap sumber daya, terutama
peningkatan di bidang pendidikan. Dengan peningkatan di bidang
pendidikan diharapkan ke depannya akan tercipta sumber daya yang
berkulitas dan berdaya saing sehingga pembangunan di Kabupaten
Pangandaran akan meningkat.
Tantangan lainnya adalah pembangunan sarana dan prasarana umum di
Daerah Otonomi Baru Kabupaten Pangandaran seperti sarana kesehatan
yang saat ini masih belum memiliki Rumah Sakit, sarana pendidikan
terutama pada jenjang SMA atau setingkat yang jumlahnya masih sedikit,
peningkatan dan perbaikan jalur transportasi, peningkatan akses sanitasi
dan air bersih dan sarana prasarana lainnya. Untuk menjadikan Kabupaten
Pangandaran sebagai daerah wisata yang terkenal maka pemerintahan ke
depan mempunyai tanggungjawab yang besar untuk melengkapi
pembangunan sarana dan prasarana umum untuk menunjang terwujudnya
Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata dan sebagai kawasana strategis
Provinsi maupun Nasional.
Berdasarkan isu-isu strategis yang berkembang di tingkat Kabupaten,
Provinsi, dan Nasional, pelaksanaan pembangunan di Tahun 2015 harus
disesuaikan dengan program dan kegiatan terutama yang menjadi persoalan
bersama Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah
Kabupaten Pangandaran. persoalan bersama dimaksud yaitu kebijakan
program kegiatan yang terkait dengan penurunan angka kemiskinan (pro
poor); penurunan tingkat pengangguran (pro job) dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi (pro growth) serta lingkungan hidup yang
V-20
Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman penyusunan,
pengendalian dan evaluasi rencana kerja pembangunan daerah Tahun 2015
yang mengisyaratkan perlu adanya sinkronisasi kebijakan pemerintah
daerah dengan kebijakan pemerintah.
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 menetapkan bahwa tema
Pembangunan Nasional adalah “Memantapkan Perekonomian Nasional untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan”, sedangkan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pangandaran
Tahun 2015 masih menetapkan tema “Peningkatan Kinerja Pemerintahan
dalam Upaya Pemantapan Sinergitas Pembangunan Wilayah yang
Berkelanjutan” dengan hasil yang ingin dicapai pada Tahun 2015, sebagai
acuan dapat terlihat dari target Indikator Makro Kabupaten Pangandaran
untuk Tahun 2015 seperti pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Indikator Makro Kabupaten Pangandaran Tahun 2015
No
Indikator
Target Tahun 2015
***)
(1) (2) (3)
1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
73,13
2
Indeks Pendidikan
82,86
3
Rata-rata lama sekolah (Tahun)
7,71
4
Angka Melek Huruf (%)
98,59
5
Indeks Kesehatan
71,35
6
Angka Harapan Hidup (Tahun)
67,81
7
Indeks Daya Beli
65,18
8
Purchasing Power Parity (000 Rp)
642,06
9
Angka Kematian Bayi (per 1000 KH)
36,47
10
Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
0,39
11
Kemiskinan (%)
6,97
12
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
5,10
13
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
4,25
14
PDRB perkapita ADH Konstan (Rp.)
5.731.978
15
Kawasan Lindung (%)
38,22
Sumber : KUA PPAS Kabupaten Pangandaran 2015
Prediksi pertumbuhan ekonomi makro Kabupaten Pangandaran yang positif
bukan merupakan suatu hal yang mustahil apabila potensi-potensi yang
dimiliki Kabupaten Pangandaran dapat dioptimalkan dan disertai dengan tata
V-21
pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Pencapaian ke arah prediksi
ekonomi makro yang optimis, tentunya menjadi tantangan ke depan yang
harus disikapi oleh pemerintah daerah dengan cara melakukan
terobosan-terobosan/inovasi-inovasi dalam perencanaan pembangunan daerah,
misalnya dengan cara pendekatan pembangunan industri wilayah untuk
mencapai daya saing daerah melalui pencapaian skala ekonomis. Bila dilihat
dari kontribusinya, perekonomian Kabupaten Pangandaran masih ditopang
oleh sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Pada periode Tahun 2014hingga Tahun 2015, Sektor Pertanian diprediksikan
akan memiliki kontribusi sekitar 33,69% pada Tahun 2014, dan 33,91%
Tahun 2015. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
diprediksikan akan menyumbang sekitar 33,59% untuk Tahun 2014, dan
33,63% pada Tahun 2015dalam pembentukan PDRB secara
keseluruhan.Proyeksi Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Pangandaran secara lebih lengkap seperti ditampilkan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Proyeksi Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pangandaran Dalam Tahun 2014-2015 Menurut Lapangan Usaha (ADH Berlaku)
Sektor
2014
2015
3.Industri pengolahan
4,99
5,01
4.Listrik,Gas dan Air Minum
0,84
0,85
5. Bangunan
2,68
2,60
Sumber: Hasil Estimasi Bappeda. 2015
Prospek perekonomian Kabupaten Pangandaran Tahun 2014 – 2015
diharapkan akan terjadi perbaikan, hal ini antara lain semakin menguatnya
V-22
infrastruktur yang mendukung peningkatan produktivitas, respon
masyarakat terhadap upaya penciptaan penyelenggaraan kepemerintahan
yang baik, penerapan kompetisi di kalangan para pelaku usaha khususnya
yang berkaitan dengan rekanan pemerintah sehingga mendorong
peningkatan efisiensi dan kompetisi kualitas pekerjaan. Upaya pemerintah daerah untuk terus meningkatkan percepatan pengembangan agribisnis
melalui pengembangan komoditas unggulan dan pengembangan
kepariwisataan melalui penataan obyek wisata yang mendapat dukungan
dari pemerintah pusat dan propinsi.Upaya penguatan keuangan kecamatan
dan desa. Penguatan keuangan kecamatan sebagai upaya meningkatkan
peran kecamatan sedangkan penguatan keuangan desa dalam rangka
mendukung pembangunan prasarana dan sarana perdesaan dengan
harapan lebih menopang peningkatan produktivitas masyarakat di
perdesaan serta adanya dukungan dari pemerintah pusat mengenai upaya
peningkatan daya beli masyarakat.
Adanya sinkronisasi implementasi pembangunan diharapkan tidak
mengekang kreativitas daerah dalam mengatasi kondisi di daerah.
Keterbatasan sumber dana dan semakin besarnya tantangan yang dihadapi
merupakan hal yang menuntut kreativitas daerah dalam menghadapi
tantangan dimaksud guna mewujudkan prioritas pembangunan yang telah
ditetapkan.
Perkembangan ekonomi Kabupaten Pangandaran dari tahun ke tahun yang
terus meningkat, menimbulkan optimisme pertumbuhan perekonomian
yang akan terjadi pada Tahun 2016. Keadaan ini didukung oleh banyaknya
potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Pangandaran terutama untuk potensi
pariwisata dan pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatan
daerah. Di sisi infrastruktur, Kabupaten Pangandaran akan melakukan
peningkatan terutama pada sarana transportasi, pendidikan, dan
kesehatan. Optimisme tersebut didukung juga oleh adanya Bupati definitif
yang akan memimpin pemerintah daerah Kabupaten Pangandaran yang
V-23 6 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Pendapatan daerah menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah pasal 1 ayat 13 merupakan hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait.
Adapun proyeksi keuangan daerah Tahun 2016 menggambarkan rencana
kemampuan keuangan daerah tahun anggaran 2016. Proyeksi pendapatan
Kabupaten Pangandaran didasarkan pada laju pertumbuhan pendapatan
daerah Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2014 ke Tahun 2015. Laju
pertumbuhan di semua sektor pendapatan pada Tahun 2014 ke Tahun
2015 ditargetkan mengalami kenaikan kecuali untuk sektor pendapatan
hibah yang turun dari Rp10,030 Miliar di Tahun 2014 menjadi Rp 7 Miliar.
Rekapitulasi realisasi dan proyeksi (pagu indikatif) kerangka pendanaan
pembangunan daerah Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada Tabel
5.11.
Tabel 5.11 Rekapitulasi Realisasi, Target dan Proyeksi Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2013 - 2016
No URAIAN REALISASI TARGET PROYEKSI
2013 *) 2014 **) 2015 ***) 2016 ****)
(1) (2) (3) (3) (4) (5)
1 PENDAPATAN 2.196.493.936.848 619.271.557.946 932.891.313.223 1.965.603.530.474
1.1 Pendapatan Asli Daerah
117.475.935.245 21.817.563.159 53.549.144.761 115.686.249.786
1.1.1 Pajak Daerah 28.824.967.342 13.515.138.685 22.158.162.467 36.328.459.171
1.1.2 Retribusi Daerah 22.920.807.541 8.302.424.474 24.534.376.034 72.501.184.354
1.1.3 Hasil Pengelolaan
62.889.266.860 0 6.856.606.260 6.856.606.260
1.2 Dana Perimbangan 1.494.016.559.741 406.182.433.817 648.249.799.000 1.550.505.698.760
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
94.496.352.741 37.133.491.817 64.897.888.000 113.421.487.201
1.2.2 Dana Alokasi Umum (DAU)
1.303.907.527.000 363.882.472.000 523.966.081.000 754.475.621.015
1.2.3 Dana Alokasi Khusus (DAK)
95.612.680.000 5.166.470.000 59.385.830.000 682.608.590.544
1.3 Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah
585.001.441.862 191.271.560.970 231.092.369.462 299.411.581.929
1.3.1 Pendapatan Hibah 1.446.000.000 10.030.650.763 7.000.000.000 7.000.000.000
V-24
No URAIAN REALISASI TARGET PROYEKSI
2013 *) 2014 **) 2015 ***) 2016 ****)
65.875.605.182 16.114.998.207 30.961.908.462 59.487.426.762
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
360.372.972.000 141.188.924.000 153.130.461.000 166.081.994.407
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
157.306.864.680 23.936.988.000 40.000.000.000 66.842.160.760
Sumber : *) Data Utama Kabupaten Pangandaran Tahun 2014
**) LKPJ Kabupaten Pangandaran Tahun 2014
***) KUA PPAS Kabupaten Pangandaran Tahun 2015
****) Bappeda Kabupaten Pangandaran (Diolah)
7 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka pencapaian pembangunan Bidang Cipta Karya di daerah, dan
untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan
program yang ada dalam RPI2-JM, Pemerintah Daerah Kabupaten
Pangandaran telah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan
bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Yang meliputi beberapa
aspek antara lain :
1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi, terdiri atas:
-
Mendorong upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutanPBB, Pajak Orang Pribadi dalam Negeri (PPh OPDN) dan PPh
Pasal 21
- Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar
perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan
- Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan Dana Perimbangan
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan
anggaran, terdiri atas:
- Membangun citra dan profil daerah pertumbuhan pariwisata
yang representatif baik di Provinsi Jawa Barat maupun
V-25 - Meningkatkan kapasitas pembiayaan sanitasi kabupaten secara
akuntabel dan transparan;
- Mengoptimalkan peningkatan proporsi belanja langsung
berupa belanja modal terhadap belanja tidak langsung yaitu
untuk belanja pegawai;
- Membenahi manajemen data penerimaan PAD;
- Melakukan optimalisasi sumber pendapatan asli daerah
lainnya;
- Peningkatan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan
ekstensifikasi Peningkatan pendapatan daerah dengan
intensifikasi dan ekstensifikasi terutama bagi sumber yang
potensial, seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak
Mineral bukan logam juga ditambah dengan Pajak Air Tanah
yang merupakan pelimpahan dari Provinsi;
- Meningkatkan pelayanan serta pembangunan infrastruktur
dasar bagi masyarakat sebagai upaya mewujudkan kesadaran
masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi pajak;
- Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan
Daerah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan SKPD
Penghasil;
- Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah;
- Melakukan evaluasi dan revisi secara berkala peraturan daerah
pajak dan retribusi yang perlu disesuaikan;
- Menetapkan target penerimaan berdasarkan potensi
penerimaan.
3. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam
pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya, terdiri atas:
- Mengoptimalkan pengembangan sistem pembiayaan dengan
kemitraan pemerintah dan swasta, berupa Kerja Sama
Operasional (KSO) atau membuat perusahaan patungan
antara pemerintah, lembaga penyedia layanan sanitasi yang
V-26 - Mendorong peningkatan investasi langsung oleh masyarakat
lokal
- Melakukan kerjasama dengan masyarakat di dalam
pemeliharaan prasarana dan sarana pembangunan
infrastruktur yang dibangun;
- Menciptakan iklim investasi yang sejuk melalui peraturan
daerah yang pro investasi berwawasan lingkungan untuk
dapat meningkatkan minat berinvestasi di Kabupaten
Pangandaran.;
- Penyelenggaraan Perijinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PPTSP) yang merupakan wujud pelayanan publik dalam tata
pemerintahan;
- Meningkatkan koordinasi program melalui Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL).
4. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi
infrastruktur permukiman yang sudah ada
- Biaya operasi dan pemeliharaan infrastruktur permukiman
yang terbangun didanai dari kelompok masyarakat
pengguna;