3
Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta
Karya
3.1 Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi
amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu
amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden,
amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional. Dalam
pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada
beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi
birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green
economy.
Arah kebijakan memiliki dua sasaran yaitu pembangunan kawasan permukiman
dan pembangunan perkotaan. Pada pembangunan kawasan permukiman Gerakan
100-0-100 mentargekan penyediaan 100% akses aman air minum, 0% kawasan permukiman
kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Millenium Development Goals (MSGs) memiliki
target pencapaian pembangunan prasarana dan sarana air minum sebesar 68,87 persen
pada tahun 2015. Sementara pencapaian pada thun 2013, proporsi penduduk terhadap
3.1.1 Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya
Pembangunan nasional adalah upaya seluruh komponen bangsa dalam rangka
mencapai tujuan dibentuknya Negara kesatuan republic Indonesia (NKRI). Jalan
perubahan adalah jalam ideologis yang bersumber pada proklamasi, pancasila 1 juni
1945, dan pembukaan UUD 1945. Proklamasi pancasila 1 juni 1945 menegaskan jatidiri
an identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan
UUD 1945 dengan jelas mengamanatkan arah tujuan nasional dari pembentukan Negara
dari pembentukan Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) yaitu untuk: melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah bangsa Indonesia; memajukan kesejahteraan
umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Pencapaian tujuan ini
dilaksanakan secara bertahap dan terencana dalam tahapan jangka panjang, jangka
menengah maupun tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) ke tiga (2015-2019), disusun sebagai penjabaran dari visi misi, program aksi
presiden/ wakil presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta berpedoman pada rencana
pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025.
Sebagai Negara besar, Indonesia secara geo-politik akan menghadapi kepentingan
Negara-negara terdekat dalam lingkaran konsentriknya seperti Negara-negara anggota
ASEAN dan Asia Pasifik, Negara-negara yang berkepentingan dengan sumber daya alam
termasuk perikanan, Negara-negara yang memiliki kekuatan maritime, Negara-negara
besar dalam rangka mencapai tujuan global strateginya.
Perubahan dalam pembangunan tata kelola global (global governance) melahirkan
kesadaran baru mengenai pentingnya melakukan penyesuaian berbagai kebijakan
dengan tetap menjaga kepentingan sikap nasional. Salah satu hal yang mendesak untuk
disikapi adalah Masyrakat Ekonomi ASEAN. Dalam kaitan itu, masing-masing Negara
bekerja keras untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kebijakan dan regulasi dalam
Prospek ekonomi tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh tujuan pembangunan
ekonomi, masalah yang harus diselesaikan dan tantangan yang harus dihadapi termasuk
termasuk perkembangan ekonomi dunia, kebijakan yang akan diambil, serta sasaran
yang ingin dan diperkirakan dicapai dalam periode tahun 2015-2019. Dalam periode
tahun 2015-2019, untuk mewujudkan ekonomi yang lebih mandiri dan mendorong
bangsa Indonesia kearah yang lebih maju dan sejahtera, diperlukan pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dan sejahtera, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi . untuk mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi, perlu diupayakan
langkah-langkah yang sungguh-sungguh dalam mendorong investasi, ekspor, konsumsi, maupun
pengeluaran pemerintah.
Kebijakan dan strategi bidang cipta karya 2015-2019 yaitu:
a. Pendekatan pembangunan
b. Keterpaduan pembangunan
c. Strategi pembiayaan
3.1.2 Arahan Penataan ruang
Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 menjelaskan RTRWN
memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata
guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan
dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan
disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan
lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain, meliputi perwujudan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta
perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang
ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat
perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi
nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air
nasional. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya
termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta
kawasan strategis nasional.
Sesuai dengan amanat dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), bahwa Kawasan Strategis Nasional di
Provinsi Kalimantan Selatan hanya ditetapkan 1 lokasi yaitu Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin (Lampiran X PP. No. 26 Tahun 2008) yang berlokasi
di Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian mengingat kawasan strategis nasional
tersebut berada di luar wilayah Kota Banjarmasin, maka terkait dengan penyusunan
RPI2-JM Kota Banjarmasin ini tidak ada arahan kawasan strategis nasional yang dapat
dikutip dalam kebijakan tersebut di Kota Banjarmasin. Untuk itu ulasan tentang KSN
digantikan dengan Kawasan Stretagis Provinsi (KSP) yaitu berupa KSP Metropolitan
Banjar Bakula.
ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN):
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
dijadikan sebagai pedoman untuk:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam
RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1 Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada
pasal 14, yaitu sebagai berikut:
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpulutama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasaninternasional;
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusatkegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayanibeberapa provinsi;
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpulutama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasanmetropolitan,
kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang,atau kawasan perkotaan kecil.
2 Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Penetapan PKW dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal
14, yaitu sebagai berikut:
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan
perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan
negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada
pasal 15, yaitu sebagai berikut:
1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga;
2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya;
4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
4 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai arahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan
beberapa kepentingan, yaitu:
1 Pertahanan dan keamanan;
2 Pertumbuhan ekonomi;
3 Sosial dan budaya;
4 Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
5 Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
a. Kota Banjarmasin sebagai Pusat Kegiatan Nasional dengan Tahap Pengembangan
Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan/Peningkatan
Fungsi. Fungsi Kota Banjarmasin sebagai simpul utama wilayah:
i) Pusat pemerintahan Provinsi;
ii) Pusat layanan adminstrasi pemerintahan tingkat lokal;
iii) Pintu primer transportasi udara regional/nasional;
iv) Pusat jasa bisnis kegiatan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition
(MICE) regional/nasional;
v) Pusat jasa pendidikan tinggi regional/nasional;
vi) Pusat jasa keuangan/perbankan regional/nasional;
vii) Pusat jasa transportasi darat dan sungai regional;
viii) Pusat distribusi koleksi perdagangan regional;
b. Amuntai, Martapura, Marabahan dan Kotabaru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah:
i) Amuntai, Martapura dan Marabahan, dengan Tahap Pengembangan Periode II:
2015 – 2019 dan Sifat Pengembangan: Mendorong Pengembangan Kota-Kota
Sentra Produksi;
ii) Kotabaru, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat
Pengembangan: Pengembangan/Peningkatan Fungsi;
2. Sistem Jalan Bebas Hambatan di Provinsi Kal-Sel, terdiri dari:
a. Banjarmasin – Liang Anggang, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 –
2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan;
b. Kuala Kapuas – Banjarmasin, Marabahan – Banjarmasin, Liang Anggang –
Martapura, Pelaihari – Pagatan, Pagatan – Batulicin, Batulicin – Tanah Grogot
(Kuaro) dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat
Pengembangan: Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan;
3. Aspek Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional:
a. Banjarmasin sebagai Pelabuhan Internasional dengan Tahap Pengembangan
Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan Pelabuhan
b. Batulicin sebagai Pelabuhan Nasional dengan Tahap Pengembangan Periode II:
2015 – 2019 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan Pelabuhan Nasional;
4. Aspek Bandar Udara sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional:
a. Bandara Syamsuddin Noor merupakan Pusat Penyebaran Sekunder dengan Tahap
Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan
Bandar Udara Sekunder;
b. Bandara Stagen merupakan Pusat Penyebaran Tersier dengan Tahap
Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan
Bandar Udara Tersier;
5. Aspek Wilayah Sungai (WS) terdiri dari: Wilayah Sungai Barito – Kapuas termasuk
dalam lintas provinsidengan Tahap Pengembangan Periode I – IV: 2008 – 2027 dan
Sifat Pengembangan: Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan SDA, dan
Pengendalian Daya Rusak Air;
6. Aspek Kawasan Lindung Nasional; di Provinsi Kal-Sel terdapat beberapa kawasan
lindung, yaitu:
a. Suaka Margasatwa Pleihari Martapura, dengan Tahap Pengembangan Periode I:
2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan
Lindung Nasional (Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut);
b. Suaka Margasatwa Kuala Lupak, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015
– 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional (Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut);
c. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku, dengan Tahap
Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan
Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Cagar Alam dan Cagar Alam Laut);
d. Cagar Alam Sungai Lulan dan Sungai Bulan, dengan Tahap Pengembangan Periode
I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan
e. Cagar Alam Teluk Pamukan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 –
2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional (Cagar Alam dan Cagar Alam Laut);
f. Taman Hutan Raya Sultan Adam, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015
– 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional (Taman Hutan Raya)
g. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut, dengan Tahap Pengembangan Periode
II: 2015 – 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan
Lindung Nasional (Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut);
h. Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat – Selatan dan Pulau Sembilan, dengan
Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat Pengembangan:
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Taman Wisata Alam dan
Taman Wisata Alam Laut);
7. Kawasan Andalan terdiri dari:
a. Kawasan Kandangan dan sekitarnya:
Pertanian, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat
Pengembangan: Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk
Pertanian (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian);
Perkebunan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan);
Pariwisata, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata);
b. Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya:
Pertanian, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat
Pengembangan: Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk
Industri, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
industri pengolahan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri
Pengolahan);
Perkebunan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan);
Pariwisata, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata);
Perikanan, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan);
c. Kawasan Batulicin:
Perkebunan, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan);
Kehutanan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Kehutanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan);
Pertanian, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat
Pengembangan: Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk
Pertanian (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian);
Industri, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Industri Pengolahan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri
Pengolahan);
Pariwisata, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perikanan, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan);
d. Kawasan Andalan Laut Pulau Laut
Perikanan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019dan Sifat
Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan);
Pertambangan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan
Sifat Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pertambangan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan);
8. Penetapan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kal-Sel adalah: Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin (Provinsi Kalimantan Selatan), dengan
Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Rehabilitasi
dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi
(Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan);
9. Beberapa hal terkait dengan Pulau Kalimantan yang terdapat dalam Indikasi Program
Utama Lima Tahunan adalah:
a. Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan
nasonal, dengan Tahap Pengembangan: Periode I (2008 – 2014) dan Periode II
(2015 – 2019);
b. Pemantapan dan pengembangan jaringan jalan Arteri Primer:
Pemantapan jaringan jalan Arteri Primer (jaringan jalan lintas Selatan Pulau
Kalimantan), dengan Tahap Pengembangan: Periode I (2008 – 2014);
Pengembangan jaringan jalan Arteri Primer menghubungkan antar wilayah di
pulau (jaringan lintas Tengah dan Utara Pulau Kalimantan), dengan Tahap
Pengembangan: Periode II (2015 – 2019), Periode III (2020 – 2024), Periode
c. Pengembangan jalan Kolektor Primer menghubungkan antar wilayah di pulau
(jaringan jalan pengumpan Pulau Kalimantan), dengan Tahap Pengembangan:
Periode I s/d Periode III (2010 – 2024);
d. Pengembangan jalur kereta api antar kota (jaringan jalur kereta api lintas selatan
Pulau Kalimantan bagian Barat dan Timur), dengan Tahap Pengembangan:
Periode I s/d Periode III (2008 – 2019);
e. Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air dan Pengendalian
Daya Rusak Air dengan Tahap Pengembangan: Periode I s/d Periode IV (2008 –
2027);
f. Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik pedalaman Kalimantan, dengan
Tahap Pengembangan: Periode II s/d Periode III (2015 – 2024);
g. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terestrial (jaringan pelayanan
pusat pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan – Tahap Pengembangan: Periode
I (2008 s/d 2014) – dan Wilayah Utara Kalimantan – Tahap Pengembangan:
Tabel 3.1
Tinjauan Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
II III IV (2008-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024) (2025-2027) A PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG NASIONAL
1 Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional
A Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan 1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi 1 Kota Banjarmasin sebagai Pusat Kegiatan Nasional Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional 2 Fungsi Kota Banjarmasin sebagai simpul utama wilayah:
1 Pusat pemerintahan Provinsi;
2 Pusat layanan adminstrasi pemerintahan tingkat lokal; 3 Pintu primer transportasi udara regional/nasional; 4 Pusat jasa bisnis kegiatanMeeting, Incentive, Convention
and Exhibition (MICE) regional/nasional; 5 Pusat jasa pendidikan tinggi regional/nasional; 6 Pusat jasa keuangan/perbankan regional/nasional; 7 Pusat jasa transportasi darat dan sungai regional; 8 Pusat distribusi koleksi perdagangan regional; 3
B Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi Yang Berbasis Otonomi Daerah
2 Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi Yang Berbasis Otonomi Daerah
1 Amuntai, Martapura dan Marabahan
C Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional
3 Pengembangan/Peningkatan Fungsi 2 Kotabaru
2 Perwujudan Sistem Transportasi Nasional
A Aspek Sistem Jalan Bebas Hambatan 1 Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan 1 Koridor Jalan Banjarmasin – Liang Anggang 2 Koridor Jalan:
a Kuala Kapuas – Banjarmasin b Marabahan – Banjarmasin c Liang Anggang – Martapura d Pelaihari – Pagatan e Pagatan – Batulicin
f Batulicin – Tanah Grogot (Kuaro) 3
A Aspek Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional
1 Pemantapan Pelabuhan Internasional 1
B Aspek Bandar Udara sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional:
2 Pemantapan Pelabuhan Nasional 2
B PERWUJUDAN POLA RUANG NASIONAL 1 Perwujudan Kawasan Lindung Nasional
A Wilayah Sungai (WS) Wilayah Sungai Barito – Kapuas termasuk dalam lintas provinsi No.
Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan SDA, dan Pengendalian Daya Rusak Air
Banjarmasin sebagai Pelabuhan Internasional
Batulicin sebagai Pelabuhan Nasional
I
Waktu Pelaksanaan
Sumber: Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
II III IV (2008-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024) (2025-2027) B Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional
1 Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut 1 Suaka Margasatwa Pleihari Martapura
2 Suaka Margasatwa Kuala Lupak
2 Cagar Alam dan Cagar Alam Laut 1 Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku 2 Cagar Alam Sungai Lulan dan Sungai Bulan 3 Cagar Alam Teluk Pamukan
3 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya Sultan Adam 4 Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut 1 Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut
2 2 Perwujudan Pengembangan Kawasan Budi Daya
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan 1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian Kawasan Kandangan dan sekitarnya 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan
3 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata
1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan
3 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan 4 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata 5 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan
1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan Kawasan Batulicin 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan
3 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian 4 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan 5 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata 6 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan
1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan Kawasan Andalan Laut Pulau Laut 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan
3 Perwujudan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin
C INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN PULAU KALIMANTAN 1 Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional 2 Pemantapan dan Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Primer
a Pemantapan Jaringan Jalan Arteri Primer (Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan)
b Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Primer menghubungkan antar wilayah di pulau (Jaringan Lintas Tengah dan Utara Pulau Kalimantan) 3 Pengembangan Jalan Kolektor Primer menghubungkan antar wilayah di pulau (jaringan jalan pengumpan Pulau Kalimantan)
4 Pengembangan jalur kereta api antar kota (jaringan jalur kereta api lintas selatan Pulau Kalimantan bagian Barat dan Timur) 5 Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air dan Pengendalian Daya Rusak Air
6 Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik pedalaman Kalimantan 7 Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terestrial
a Jaringan pelayanan pusat pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan b Jaringan pelayanan pusat pertumbuhan di Wilayah Utara Kalimantan
Waktu Pelaksanaan I
No. Komponen
Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis
Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi
Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat – Selatan dan Pulau
Sembilan
3.1.4 Arahan rencana Pembangunan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran
dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan Keuangan Daerah,
Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, dan Program Satuan Kerja Perangkat
Daerah, Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
Penyusunan RPIJM perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang
tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan
pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam
RPIJM CK seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.
Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang dihadapi Kota
Banjarmasin , Visi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016–2021, yaitu:
“Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri dan Berdaya Saing”
Berdasarkan visi pembangunan Kota Banjarmasin ditetapkan 8 (delapan) Misi
Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016–2021, yaitu:
1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas Dan
Terampil;
2. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal,
3. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan
Pengembangan Ekonomi Dan Sosial Budaya
4. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan Kearifan Lokal;
Dan
5. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Professional Dan Berorientasi Pada
Pelayanan Publik.
3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman
3.2.1.1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
Arahan kebijakan sector pengembangan permukiman merupakan amanat yang telah
ditetapkan dalam kebijakan nasional untuk penyediaan dan pemenuhan permukiman
penduduk yang layak dan sehat, sebagaimana yang tertuang didalam peraturan
perundangan yang telah ditetapkan, yaitu :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan
permukiman dalam RPJMN Tahun 2007 adalah : Terwujudnya pembangunan yang
lebih merata dan berkeadilan, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
b. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan
yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
a. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan
peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta
memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan.
Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.
b. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan
terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana
pembangunan dijabarkan dan disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang yang
konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.
c. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat
tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di
sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis,
tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan
pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi. Upaya
itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta
mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama
antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung
peluang berusaha dan investasi di daerah.
d. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah wilayah
tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan
berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan
pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu
dilakukan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui
skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan
keperintisan, perlu pula dilakukan dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan
ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem
wilayah pengembangan ekonomi’.
e. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi
ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan
yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga
diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi
pengembangan pulau pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari
perhatian.
f. Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil diseimbangkan
pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan
nasional. Upaya itu diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota
yang tidak terkendali (urban sprawl & conurbation), seperti yang terjadi di wilayah
pantura Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari
desa ke kota-kota besar dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan
kerja, termasuk peluang usaha, di kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar
Pulau Jawa. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan
ekonomi sejak tahap awal.
g. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem
wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam
pengelolaan,serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan melalui:
1. penerapan manajemen perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti
dengan penegakan hukum yang tegas dan adil, serta peningkatan peran dan
fungsi kota-kota menengah dan kecil di sekitar kota inti agar kota-kota tersebut
tidak hanya berfungsi sebagai kota tempat tinggal (dormitory town) saja, tetapi
juga menjadi kota mandiri;
2. pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti industri
jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta peningkatan
kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan
3. perevitalan kawasan kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui
pembangunan kembali kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial,
budaya; serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik, terutama
h. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan, terutama
di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai
‘motor penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan pembangunan
yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan kebutuhan pelayanan
dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-masing.
i. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan
ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah
perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah
perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan
keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas
ekonomi dan perdagangan (nonpertanian) dipedesaan yang terkait dengan pasar
di perkotaan.
j. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat
pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan;
peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya; pengembangan jaringan infrastruktur
penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat
dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling
komplementer dan saling menguntungkan; peningkatan akses informasi dan
pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi; pengembangan
social capital dan human capital yang belum tergali potensinya sehingga kawasan
perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya alam saja; intervensi
harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk pertanian, terutama
terhadap harga dan upah.
k. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan
ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah
disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu
penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan (c) efektivitas penerapan
dan penegakan hukum dalam perencanaan,pemanfaatan, maupun pengendalian
pemanfaatan ruang.
l. Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka
memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah;
menghilangkan ego pemerintah daerah yang berlebihan; serta menghindari
timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja sama
antardaerah melalui sistem jejaring antardaerah akan sangat bermanfaat sebagai
sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama, maupun berbagi
tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik dalam pembangunan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana maupun dalam pembangunan lainnya.
m. Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian
pangan nasional dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri
yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam
jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh
sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.
n. Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana yang
efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya,
baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan ekonomi sehingga
menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan
kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu, pemberdayaan
usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok
masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi kesenjangan
pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan
pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan,
dan pembinaan usaha.
o. Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan sosial juga
yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal
di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
p. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan
pada :
1) penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai,
layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana
dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara
profesional, kredibel, mandiri, dan efisien;
2) penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana
pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan
yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja,
serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan
3) pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana
pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan
hidup.
q. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada :
1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan
air minum dan sanitasi;
2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat;
3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional;
4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum
dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
r. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan mengutamakan prinsip
kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan proses demokratisasi,
pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada peningkatan pemahaman tentang
kemiskinan juga diarahkan pada peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi
daerah sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.
Berdasarkan Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 3 UU UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman menyatakan bahwa tujuan diselenggarkannya Perumahan dan kawasan
permukiman untuk :
a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman;
b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi MBR;
c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman;
e. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.
Sementara itu pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup
penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir
d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pada pasal 15 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengamanatkan bahwa
pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara
merupakan tanggung jawab pemerintah. Pembangunan rumah susun bertujuan untuk
:
a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjami kepastian hukum dalam
pemanfaatannya;
b. meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan
memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan
pemukiman yang lengkap, serasi,dan seimbang
c. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan
masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan diatas
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Arah
kebijakan penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang, demikian juga untuk arah kebijakan penanggulangan
kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah.
Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan :
a. mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
c. mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil;
d. mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Peraturan ini menetapkan target yang harus dicapai dalam bidang pekerjaan umum
dan tata ruang, sementara itu untuk bidang permukiman target yang harus dicapai
adalah :
a. SPM meliputi jenis pelayanan dasar : a) sumber air; b) jalan; c) jasa Konstruksi;
dan d) penataanruang
b. Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 0 % pada
tahun 2019
3.2.1.2 ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
A) ISU STRATEGIS
Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kota Banjarmasin meliputi
berbagai wilayah dan kawasan antara lain :
1) Mempertimbangkan keseimbangan perkembangan antar Sub Wilayah kota, maka
pembangunan perumahan di Kota Banjarmasin ditetapkan dengan pola 1:3:6
dan pengembangannya untuk sementara diarahkan ke Wilayah Selatan dan
Barat.
2) Untuk Wilayah Utara perlu pengendalian lebih lanjut karena pertumbuhan
perumahan di kawasan ini cukup pesat. Namun penting untuk memperhatikan
ketersediaan lahan bagi RTH/Kantong Air dan tempat bermain anak (play
ground).
3) Kawasan dengan kepadatan tinggi merupakan kawasan yang harus dibatasi
dikendalikan secara hati-hati mengingat kondisi lahan kota yang berada dalam
ekosisitem rawa dan dipengaruhi pasang surut sungai/laut.
4) Dalam pemenuhan tingkat pelayanan infrastruktur dan adanya permasalahan
yang disebabkan kondisi fisik kawasan, perlu pengendalian rencana program
pada kawasan yang sedang dikembangkan yaitu :
KASIBA/LISIBA: HKSN, Sei Andai
Koridor Utama Kota: Hasan Basri – S. Parman, Sutoyo S. – P. Samudra,
A.Yani-Pramuka, Dan Lingkar Dalam Utara-Gatot Subroto
Urban Renewal/Revitalisasi: Basirih-Teluk Tiram, Kelayan-Pekapuran,
Kuin, Sei Jingah- Surgi Mufti
Tepian sungai dan RTH: Rawasari
Urban Renewal/Revitalisasi: Pelambuan, Belitung, Veteran
Kawasan tersebut teridentifikasi sebagai kawasan strategis yang sudah berjalan
dikarenakan kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan yang memiliki
pengaruh penting terhadap Provinsi khususnya dalam faktor permukiman yang
menunjang bidang perekonomian masyarakat Kota Banjarmasin.
5) Kawasan yang memiliki potensi sebagai kawasan strategis sehingga perlu
didorong pertumbuhannya yaitu :
Lambung Mangkurat
Kawasan Lambung Mangkurat merupakan kawasan sentral Kota
Banjarmasin yang merupakan kawasan perkantoran, sehingga perlu
adanya perencanaan dan perlu didorong pertumbuhannya untuk kawasan
ini.
Taman Tepian Sungai Martapura
Lokasi ini merupakan peruntukan pengembangan Ruang Terbuka Hijau
(Taman Siring Martapura) pada pinggir jalan.
Berdasarkan RTH Kota Banjarmasin Kawasan ini merupakan wilayah yang
direncanakan sebagai taman kota skala besar, mengingat lahan ini cukup
besar dan berada pada wilayah Tengah Kota Banjarmasin.
Tabel 3.1
Kawasan Strategis Kota Banjarmasin Tahun 2008 -2011
7 Kawasan Basirih
8 Kawasan Kelayan
dan Pekapuran
10 Kawasan Sungai
Jinggah dan
13 Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran
Sumber :Perubahan Kawasan Strategis RPIJM Kota Banjarmasin, 2008-2011.
6) Struktur pusat kota belum mengakomodir potensi Kota Banjarmasin sebagai Kota
Sungai, pembangunan jaringan transportasi dan permukiman lebih berorientasi ke
jalan darat. Hal tersebut bertentangan dengan sejarah terbentuknya kota
Banjarmasin yang berorientasi ke sungai.
7) Terpusatnya kegiatan sosial ekonomi budaya di satu titik pusat kota berdampak
terhadap konsentrasi penduduk, perumahan kumuh, masalah infrastruktur, utilitas,
ruang terbuka hijau dan kemacetan lalu lintas di pusat kota.
8) Bercampurnya penggunaan lahan kegiatan yang bertentangan seperti industri dan
perumahan sebagai dampak belum tertatanya pola ruang.
9) Terbatasnya pelayanan inftartuktur dan utilitas kota, khususnya pelayanan air
bersih, limbah, sampah, dan drainase.
10)Berkurangnya RTH karena pembangunan perumahan, perlu dipertimbangkan
ketetapan UU Penataan Ruang yang mewajibkan kota memiliki RTH minimal 20%
dari Ruang Kota.
11)Pembangunan perumahan baru yang dilaksanakan developer belum mengikuti
prinsip perancangan kota sungai, diindikasikan tidak dibangunnya green belt sebagai
sepadan sungai oleh developer.
B) KONDISI EKSISTING
1. Kondisi Dan Karakteristik Perumahan Penduduk
Jika dilihat dari pola dan karakteristik perumahan penduduk di Kota Banjarmasin,
Table 3.2
Karakteristk perumahan di kota Banjarmasin
Tipologi
Perumahan Biasa Sangat bervariasi Di semua
kecamatan
Relatif menyebar
Sumber: Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin, 2010
Pola permukiman yang sangat bervariasi ini berdampak pada pola keruangan Kota
tingginya volume lalu lintas yang ditimbulkan (trip generation/attraction), aktivitas
permukiman di sepanjang sungai menimbulkan dampak pada penurunan kualitas air
sungai, dan sebagainya. Perbedaan bangunan fisik perumahan ini juga dapat
dijadikan indikator kesejahteraan penduduk Kota Banjarmasin.
2. Tipologi Permukiman
Berdasarkan hasil kajian, masing-masing tipologi memiliki permasalahan dan
memerlukan treatment yang berbeda satu dan yang lainnya. Adapun, tipologi
permasalahan perumahan di Kota Banjarmasin meliputi:
A. Perumahan Kawasan Sungai Di Daerah Terbangun
1. Sungai Kelayan
Masalah pokok pada daerah ini adalah kurang tertatanya perumahan dan
bangunan di sepanjang sungai, sehingga menyebabkan berbagai
permasalahan:
a) Menurunnya kualitas lingkungan (environmental quality) yang ditunjukkan
dengan kepadatan lingkungan yang tinggi; kekumuhan, kesemrawutan dan
keadaan tata bangunan yang tumbuh secara disharmonis; penampilan
fasade dan komposisi bangunan yang kurang serasi dengan lingkungan
sekitar; bencana banjir, kebakaran dan lain sebagainya;
b) Sungai sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga, baik cair
maupun padat (MCK dan sampah), menyebabkan kondisi fisik dan mutu air
sungai kotor dan rusak.
Dasar air sungai semakin dangkal, sehingga debit air semakin kecil dan
menyebabkan air sungai tidak mampu menghanyutkan materi alam
maupun buangan sampah;
Kuantitas air sungai sangat rendah di musim kemarau, sedangkan
volume air cenderung meningkat pada saat hujan dan air pasang,
sehingga mengakibatkan luapan dan genangan air ke jalan pada waktu
c) Menurunnya vitalitas dan stabilitas ekonomi kawasan, menyebabkan
pertumbuhan dan produktivitas kawasan tidak terkendali serta dis-ekonomi
kawasan (Diseconomic of a neighbourhood);
d) Kondisi prasarana dan sarana yang ada belum berfungsi secara optimal:
Penurunan kondisi dan pelayanan prasarana (jalan/jembatan, air bersih,
drainase, sanitasi, persampahan)
Penurunan kondisi dan pelayanan sarana (pasar, ruang untuk industri,
ruang ekonomi formal dan informal, fasilitas budaya dan sosial, sarana
transportasi)
e) Memudarnya nilai-nilai tradisi sosial dan budaya setempat, serta lemahnya
kesadaran publik dalam pemanfaatan ruang.
2. Sungai Pekapuran
Karakter masalah pada daerah ini sama dengan masalah di sungai Kelayan
yakni penyempitan badan sungai akibat penggunaan perumahan yang terlalu
menjorok ke sungai, sehingga menimbulkan degradasi kualitas lingkungan
(enviromental quality) dan kualitas hunian di kawasan ini.
B. Kawasan Perumahan Berubah Menjadi Kawasan Jasa
1) Jalan S. Parman
Kawasan Jalan S. Parman terletak di Kelurahan Antasan Besar dan Pasar
Lama. Menurut Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) Wilayah Banjarmasin
Tengah rencana peruntukannya adalah Kawasan Perumahan dan
Perkantoran dengan Right of Way (ROW) 20 meter. Namun, seiring dengan
perjalanan waktu serta pesatnya perkembangan pembangunan dan
teknologi modern, fasilitas ruko dan toko berkembang sangat pesat
terutama di kanan kiri jalan – terjadi konversi alih fungsi lahan dari kawasan
bangunan-bangunan toserba, ruko, warung/kios, hotel, serta rumah tinggal
yang halamannya berubah menjadi warung makan atau tempat usaha.
2) Jalan Pahlawan
Kawasan ini terletak di Kelurahan Seberang Mesjid. Menurut RTRW wilayah
Banjarmasin Tengah, rencana peruntukannya adalah Kawasan Permukiman
dengan ROW. 15 meter. Namun seiring dengat pesatnya perkembangan
kota, kawasan ini telah berkembang menjadi kawasan jasa yang terlihat
dengan bermunculannya bangunan-bangunan berupa usaha kerajinan
meubel, ruko, minimarket, dan warung/kios.
C. Perumahan Di Kawasan Berkembang
Permasalahan perumahan di kawasan berkembang ini terjadi pada Kawasan
Kayutangi dan Kawasan Gatot Subroto. Pelaksanaan pembangunan pada kedua
kawasan ini sudah sesuai,tetapi pada Kawasan Kayutangi masih terdapat beberapa
lahan/kapling yang belum dibangun. Sedangkan pada kawasan Gatot Subroto
beberapa lahan untuk fasilitas umum/sosial masih belum dipergunakan warga.
D. Kawasan Industri
Masalah ini terjadi pada Kawasan Pelambuan dimana berdasarkan peruntukannya
kawasan ini seharusnya adalah kawasan industri. Tapi pada kenyataannya kawasan
ini tumbuh menjadi kawasan perumahan. Hal ini disebabkan kawasan industri belum
berkembang secara optimal dalam artian kawasan yang telah disediakan belum
sepenuhnya dimanfatkan oleh investor karena kurangnya promosi dan pengenalan
potensi kawasan terkait.
E. Kawasan Kumuh
Berdasarkan hasil Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin 2014, kawasan
Kelurahan dari 5 Kecamatan) yang ada di Kota Banjarmasin. Luasan permukiman
kumuh di Kota Banjarmasin meliputi kawasan seluas 549,7 Ha atau 5,58% dari luas
Kota Banjarmasin yang seluas 9.846 Hektar.
Hasil penilaian kekumuhan dihitung berdasarkan akumulasi dari bobot yang telah
dilakukan dengan sistem yang telah ditentukan. Tahapan penilaian melalui proses dua
kali, yakni Penilaian Tahap Pertama untuk menghasilkan lokasi-lokasi kawasan
permukiman yang memenuhi kriteria kumuh. Penilaian Tahap Kedua untuk
menentukan prioritas tindakan penanganan, yang terkait dengan status atau letak
lokasi kawasan permukiman kumuh. Mengingat lokasi kawasan ini merupakan
hinterland kawasan yang menjadi bagian kota metropolitan.
Secara garis besar, kawasan kumuh prioritas di Kota Banjarmasin berdasarkan Studi
Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin 2014 sebagai berikut:
1. Kawasan Kumuh Rawasari – Pelambuan, meliputi kawasan kumuh yang berada
pada wilayah Kelurahan Teluk Dalam dan Pelambuan.
2. Kawasan Kumuh Pasar Lama – Seberang Masjid, meliputi kawasan kumuh yang
berada pada wilayah Kelurahan Pasar Lama, Seberang Masjid, Melayu dan
Kelurahan Gadang.
3. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Martapura, meliputi kawasan kumuh yang
berada pada wilayah Kelurahan Sungai Baru, Pekapuran Laut, Pekauman, Teluk
Tiram.
4. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Barito di Kawasan Alalak, meliputi kawasan
kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Alalak Utara, Alalak Tengah,
Alalak Selatan.
5. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Kuin, meliputi kawasan kumuh yang berada
pada wilayah Kelurahan Kuin Utara, Kuin Selatan, Kuin Cerucuk, Belitung Utara,
Belitung Selatan.
6. Kawasan Kumuh Kelayan, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah
7. Kawasan Kumuh Telaga Biru – Basirih, meliputi kawasan kumuh yang berada
pada wilayah Kelurahan Telaga Biru dan Basirih.
8. Kawasan Kumuh Belasung, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah
Kelurahan Kertak Baru Hilir, Kertak Baru Hulu, Mawar, dan Kelurahan
Telawang.
9. Kawasan Kumuh Sungai Jingah – Surgi Mufti, meliputi kawasan kumuh yang
berada pada wilayah Kelurahan Banua Hanyar, Sungai Jingah, dan Surgi Mufti.
10.Kawasan Pemurus, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah
Kelurahan Pemurus Luar, Pemurus Baru dan Pemurus Dalam.
Secara detail, hasil penilaian studi kawasan kumuh Kota Banjarmasin tahun 2015
perkelurahan dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3
Dalam RPIJM sektor pengembangan permukiman akan difokuskan pada
kawasan prioritas. Dasar penetapan kawasan prioritas pengembangan
permukiman di Kota Banjarmasin meliputi :
1. Rencana Penetapan Kawasan Strategis Nasional;
2. Rencana Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan;
3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin;
4. Rencana Program Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D)
Kota Banjarmasin;
5. Rencana Kawasan Prioritas Kota Banjarmasin;
6. Rencana dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program
pengembangan dan pembangunan permukiman;
7. Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin.
Berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai hasil kebijakan dan
kesepakatan yang tertuang dalam dokumen laporan rencana berkaitan dengan
penggunaan ruang di Kota Banjarmasin, yang menjadi dasar dalam penentuan
lokasi/kawasan prioritas untuk Penyusunan RPKPP Tahun 2010, terpillih sebagai
Kawasan Prioritas, yaitu :
1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari
2. Kawasan Basirih
3. Kawasan Sungai Andai
Kawasan prioritas, yaitu Kawasan Pelambuan Rawasari, Kawasan Basirih,
Kawasan Sungai Andai merupakan bagian dari wilayah Kota Banjarmasin yang
mempunyai fungsi utama sebagai pusat permukiman (KASIBA/LISIBA),
perdagangan dan jasa dan industri dengan skala pelayanan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) yang ditandai dengan pusat-pusat pertokoan, perbankan dan adanya
pelabuhan Trisakti. Pemanfaatan ruang lainnya diperuntukan bagi perumahan
kepadatan rendah sampai tinggi, fasilitas umum berskala regional dan Ruang
Tujuan pengembangan kawasan sesuai dengan fungsinya adalah:
a. Mengintegrasikan kebijakan-kebijakan pengaturan kota;
b. Meningkatkan pelayanan kawasan;
c. Meningkatkan aksesibilitas antar dalam kawasan;
d. Meningkatkan produktifitas, efisiensi kawasan budidaya;
e. Meningkatkan kelestarian sempadan sungai;
f. Merevitalisasi fungsi kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan;
g. Meningkatkan kelembagaan dan peran serta masyarakat.
Rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan dimaksudkan untuk
menciptakan keteraturan ruang. Setiap pusat-pusat pelayanan merupakan lokasi
terkonsentrasinya fasilitas-fasilitas pelayanan yang berperan sebagai faktor
pengikat setiap lingkungan permukiman. Pusat-pusat lingkungan ini diharapkan
dapat memenuhi tuntutan kebutuhan penduduk dalam melaksanakan aktivitas
sosial ekonomi. Sedangkan penampatan lokasi beserta daerah pelayanannya yang
jelas akan mengarah pada efisiensi dan efektifitas pola pelayanan yang akhirnya
mengarah pada efisiensi dan pemanfaatan lahan.
Struktur pelayanan kegiatan kawasan direncanakan sebagai berikut:
1. Pengembangan pusat pelayanan skala regional atau fungsi primer (F1)
a. Pelabuhan Trisakti;
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa;
c. Industri dan Pegudangan
2. Pengembangan pusat aktivitas skala kawasan sekunder (F2)
a. Pusat kawasan diarahkan di sekitar Pusat Permukiman;
b. Pusat kawasan diarahkan dengan fungsi utama perumahan dan
permukiman
Rencana pola pemanfaatan ruang di kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih
merupakan cerimanan ruang fisik dan penetapan dan pengalokasian
Rencana pola pemanfaatan ruang pada kawasan perencanaan pada
dasarnya disesuaikan dengan karakter internal dan eksternalnya. Karakter
eksternal kota dikaitkan dengan fungsi peran yang diemban sehingga diharapkan
dapat berjalan seoptimal mungkin. Sedangkan karakter internal kawasan adalah
kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan
kehidupan dalam kawasan.
Pola dan kecenderungan perkembangan pemanfaatan ruang di kawasan
Pelambuan, Rawasari dan Basirih, berdasarkan fungsi kegiatannya dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Kawasan Permukiman
Daerah permukiman umumnya menyebar hampir di seluruh bagian kawasan
perencaaan. Kecenderungan memusat, sedangkan pola memanjang (linier)
berada pada sepanjang jaringan jalan dan aliran sungai yang ada. Wilayah
permukiman masih banyak yang bercampur dengan fungsi kegiatan lainnya,
terutama di pusat kawasan, yang melayani fungsi kegiatan perdagangan dan
jasa serta perkotaan. Berdasarkan jenis perumahaan yaitu rumah kapling luas
rumah kapling sedang dan rumah kapling kecil, di kawasan ditetapkan dengan
komposisi 1 : 3 : 6. Penetapan komposisi ini berdasarkan pada tujuan
pengembangan kawasan perumahan dengan konsep hunian berimbang.
2. Kawasan perdagangan dan jasa
Kawasan perdagangan umumnya terkonsentrasi sepanjang jaringan jalan
kolektor primer da sekunder serta jalan-jalan lingkungan, hal ini ditandai
dengan adanya kawasan pertokoan dan ruko. Beberapa bangunan
perdagangan dan jasa, terutama yang bernilai tinggi (>2 Lantai) banyak
digunakan untuk tempat sarang burung wallet.
3. Fasilitas umum dan sosial
a. Kawasan pendidikan sebagian berada di kawasan terutama sepanjang jalan
pendidikan ini (pendidikan dasar dan menengah) umumnya menyebar di
sekitar permukiman sesuai dengan fungsinya untuk melayani lingkungan.
b. Fasilitas kesehatan yang ada meliputi fasilitas rumah sakit (RSU Suaka
Insan di Jalan Zafri Zamzam dengan skala pelayanan regional, kota dan
BWK), puskesmas (Puskesmas Teluk Dalam), posyandu dan apotik/toko
obat.
4. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Trisakti yang berada di pinggir Sungai
Barito dan termasuk ke dalam Kawasan Pelambuan.
5. Di dalam Kawasan Basirih dalam kebijakan RTRW Kota Banjarmasin, sebagian
lahannya dialokasikan sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan yang
berada di sisi Jalan Lingkar Selatan.
6. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Meliputi: Taman Lingkungan, Lapangan/Sarana Olah Raga dan sarana rekreasi,
Jalur Hijau, Kawasan konservasi yang meliputi kawasan sempadan sungai dan
pekarangan.
Berdasarkan jenis kegiatan fungsional kawasan, rencana pola pemanfaatan ruang di
kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih sebagai berikut :
1. Perdagangan dan Jasa
a. Diarahkan disepanjang Jl. Kolektor Primer dan Jalan Lingkar Selatan.
b. Perlu adanya pengaturan yang jelas mengenai bangunan yang digunakan
untuk sarang burung wallet, bangunan yang mempunyai sarang burung wallet
diwajibkan mengikuti ketinggian bangunan yang ditetapkan.
2. Perumahan dan Permukiman
a. Diarahkan ke pinggiran kawasan mengikuti struktur ruang BWK-Sub BWK.
b. Pengembangan perumahan wajib mengikuti ketentuan penggunaan bangunan
c. Pengembangan perumahan dengan konsep lingkungan hunian berimbang
(1:3:6)
3. Fasilitas Umum dan Sosial
a. Fasilitas Umum dan Sosial di arahkan di lokasi Pusat Lingkungan.
b. Pembangunan dan pengembangan sarana permukiman yang ada dalam
kawasan yang berfungsi sebagai pelayanan kawasan.
4. Kawasan Pelabuhan Trisakti di arahkan di lokasi yang ada sekarang khusus untuk
pelabuhan samudera.
5. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
a. Pertamanan: Pola Pengembangan perlu mempertimbangkan jenis, letak/lokasi
serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria:
Karakteristik tanaman: perakaran tidak mengganggu pondasi, dahan
tidaknmudah patah, tidak bergetah, struktur daun setengah rapat
sampai rapat.
Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain secara
seimbang
Kecepatan tumbuh sedang
Berupa habitat tanaman local dan tanaman budidaya
Jenis tanaman tahunan atau musiman
Jarak tanaman setangah rapat, 90% dan luas arael harus dihijaukan
b. Kawasan Lindung dan Konservasi
Pola pengembangan meliputi kawasan rentan genangan pada kawasan
sempadan Sungai, terutama Barito dan sungai-sungai lainnya yang melintasi
kawasan.
Lapangan Olahraga/Rekreasi: sarana olahraga dan rekreasi. Pola
pengembangannya perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan
perumahan dan pusat-pusat kegiatan olahraga.
Jalur Hijau: Pola pengembangannya perlu mempertimbangkan lokasi,
Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai
rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu
fondasi;
Kecepatan tumbuhannya bervariasi;
ominasi jenis tanaman tahunan;
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat; 90% - 100% dan
luas areal harus dihijaukan.
Kawasan Sempadan Sungai: Pola pengembangannya tetap
mempertimbangkan keberadaan kondisi yang telah ada.
Penataan/penetapan lokasinya secara tepat perlu mempertimbangkan
ketentuan: tidak berada dalam kawasan yang padat penduduknya,
menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan keserasian
lingkungan, mencegah pengrusakan tanah, serta mencegah
penggunaan tanah yang berlebihan.
Pekarangan: Pola pengembangan menyatu dengan kapling-kapling
perumahan sesuai dengan kepadatan perumahan yang direncanakan
serta unsur kawasan hijau kawasan, criteria vegetasi untuk pekarangan:
Jenis Tanaman tahunan atau musiman;
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
Jatak tanam bervariasi, persentase hijau disesuaikan dengan
intensitas kepadatan bangunan.
Ruang Terbuka Air (RTA)
Ruang Terbuka Air dibangun untuk mendukung pemecahan masalah
banjir dengan menempatkan dibeberapa lokasi daerah genangan serta
penataan
Dengan demikian, kriteria bagi pemilikan/penentukan kesesuaian vegetasi
untuk rencana hijau Kawasan Perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Diutamakan tanaman-tanaman yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
2. Perakaran kuat, terutama pada daerah-daerah yang lereng/labil;
3. Berumur panjang;
4. Mudah dalam perawatan;
5. Mudah diperbanyak;
6. Bermanfaat baik dari segi estetikanya maupun produksinya;
7. Pertumbuhan relatif cepat (terutama untuk penghijauan/RTH).
Tabel 3.-
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perencanaan
Aspek-Aspek Kebijakan Arah Pengembangan
Perumahan
dan
Permukiman
Kawasan permukiman umumnya
menyebar hampir di seluruh
bagian kawasan pola
pengembangan kepadatan tinggi
memusat pada pusat kawasan,
dan Kepadatan sedang pada
fungsi pelayanan dan lebih
mudah dijangkau masyarakat
Selatan, Jl. Sutoyo S,
dan Jl. Jafri Zamzam
Bangunan yang
Fasilitas Umum & Sosial
umumnya menyebar di
Fasilitas Umum &
Sosial diarahakan di
sarana rekreasi, jalur hijau,
Karakteristik
tanaman
perakaran tidak
mengganggu
pondasi, dahan
tidak mudah
patah tidak
bergetah
Ketinggian
bervariasi, warna
hijau dan variasi
warna lain secara
seimbang
Kecepatan
tumbuh sedang
Berupa habitat
tanaman lokal
dan tanaman
budidaya
Jarak tanaman
setengah rapat,
90% dan luas
areal harus
dihijaukan
Lapangan
OR/Rekreasi
Pola
pengembangannya
dengan
pengembangan
kawasan perumahan
dan pusat-pusat
kegiatan olahraga
Jalur hijau Pola
Pengembangan
perlu
mempertimbangkan
lokasi, jaringan yang
diamankan, serta
kriteria vegetasi
untuk jalur hijau
awasan Konservasi,
Pola
Pengembangannya
berada pada
kawasan rentan
genangan dan perlu
memepertimbangkan
lokasi, jaringan yang
diamankan
Pemakaman
tetap
mempertimbangkan
keberadaan dengan
ketentuan : tidak
berada dalam