KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
7.1.
ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUUPATEN BONE
Dalam sistem penataan ruang nasional, ditetapkan beberapa fungsi kota yang terintegrasi
dalam RTRWN dan RTRWP Sulawesi Selatan, yang membentuk tata jenjang pelayanan kawasan
perkotaan. Dalam konstelasi tersebut ditetapkan fungsi kawasan perkotaan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Penjabran dalam
bentuk RTRW kabupaten ditetapkan beberapa funsgi kawasan perkotaan yang diharapkan dapat
menunjang fungsi-fungsi tersebut, diantaranya Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL).
Berdasarkan RTRW Kabupaten Bone terdapat sekitar 27 kecamatan dan sekitar 25
Kawasan perkotaan yang teridentifikasi sebagai pusat pelayanan, dengan fungsi masing – masing
sebagai konsentrasi permukiman, pelayanan pemerintahan, perdagangan, pendidikan, transportasi
moda darat dan laut, kesehatan, hiburan dan rekreasi, telekomunikasi dan informasi. Kawasan
Perkotaan Watampone, yang sekaligus sebagai ibukota Kabupaten Bone, mempunyai hirarki
tertinggi dalam sistem pelayanan wilayah, b aik pelayanan sosial, ekonomi, kesehatan maupun
transportasi.
KETERPADUAN STRATEGIS
PENGEMBANGAN KABUPATEN BONE
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Tabel 7.1
Kawasan Perkotaan dan Skala Pelayanan di Kabupaten Bone Tahun 2015
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Tabel 7.2
Arahan Fungsi Kawasan Perkotaaan Dalam Sistem Pusat Pelayanan di Kabupaten Bone
Sumber : RTRW Kabupaten Bone 2012
1. Pusat Kegiatan Wilayah
Dalam struktur ruang secara nasional dan regional (RTRWN dan RTRWP Sulawesi
Selatan), kawasan perkotaan Watampone ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) di Sulawesi Selatan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa fungsi Kota Watampone, selai n
sebagai pusat pelayanan terhadap wilayah Kabupaten Bone (ibukota Kabupaten) juga memberikan
fungsi pelayanan terhadap wilayah disekitarnya, ataupun mampu saling berinteraksi dalam sistem
pelayanan yang saling terkait terhadap beberapa wilayah sekitar. Se dangkan dalam sistem
kewilayahan, diharapkan fungsi Kawasan Perkotaan Watampone dapat mendorong pertumbuhan
wilayah sekitar, terkait dengan sistem distribusi dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
transportasi sehingga pemenuhan kebutuhan dapat terwujud dalam sistem desentraslisasi, yang
sesuai dengan fungsi ruang kawasan perkotaan sebagai PKW.
Kawasan perkotaan Watampone sebagai PKW, memiliki peran dan fungsi y ang diberikan
sesuai dengan potensi dan kemampuan wilayah yang meliputi:
Sistem transportasi regional terpadu (Darat, laut dan udara)
Pusat pelayanan pemerintah dan pendidikan
Pelayanan jasa sosial dan ekonomi
Pusat pelayanan jasa kepariwisataan
Pusat Permukiman
Pusat Pelayananan Umum
Pusat kegiatan agroindustri dan agrobisnis
2. Pusat Kegiatan Lokal Primer (PKLP)
Selain fungsi kawasan perkotaan Watampone sebagai PKW, sistem perkotaan di Kabupaten
Bone, juga terdapat beberapa fungsi kawasan perkotaan dalam hirarki yang lebih rendah yaitu
PKLP, PPK, dan PPL.
regional (RTRWN dan RTRWP Sulsel). Namun demikian terdapat kawasan perkotaan yang
secara fungsional dan sistem pelayanan yang ada, dapat diarahkan sebagai PKL, sehingga dalam
RTRW ini ditetapkan Pusat Pegiatan Lokal Promosi (PKLp).
Kawasan perkotaan yang dimaksud, adalah kota Palattae di Kecamatan Kahu, memiliki
fungsi pelayanan terhadap beberapa kawasan disekitarnya, sehingga diarahkan sebagai PKLp.
Peran dan fungsi PKLp Palattae, antara lain:
Perdagangan antara kawasan
Transportasi antara kawasan
Jasa Kepariwisataan
Permukiman
Hasil pertanian, perkebunan dan perikanan
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dab Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Peran dan
fungsi kawasn perkotaan PPK dan PPL di Kabupaten Bone diarahkan pengembangannya dengan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Pusat kegiatan industri kecil rakyat
Sentral (pusat) pengolahan hasil-hasil pertanian dan perkebunan
Jasa kepariwisataan
Permukiman
Sentral (pusat) pengolahan hasil-hasil perikanan darat dan laut.
Hasil identifikasi dan analisis yang dilakukan, menunjukkan kawasan perkotaan yang
merupakan PKW (Watampone), PKlp (Palattae), PPK terdapat sekitar 7 Kawasan perkotaan, dan
PPL terdapat sekitar 16 kawasan perkotaan, secara rinci diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 7.3
Sistem Perkotaan (Pusat-pusat pelayanan) di Kabupaten Bone
7.2.
ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang -Undang No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah
dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Dalam penyusunan RPIJM Kab. Bone, tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan
daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan
pembangunan bidang lainnya. Dalam arahan RPJMD Kab. Bone Tahun 2013-2018, memuat :
1. RPJMD Kabupaten Bone Tahun 2013-2018 adalah dokumen perencanaan pembangunan
daerah 5 (lima) tahunan yang menjabarkan visi, misi dan program Bupati terpilih hasil Pemilihan
Kepala Daerah Tahun 2012.
2. Penyusunan RPJMD Kabupaten Bone tahun 2013-2018 berpedoman pada Permendagri No. 54
tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.
3. RPJMD Kabupaten Bone tahun 2013-2018 menjadi acuan bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra-SKPD), dan dalam
pelaksanaannya akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
4. RPJMD Kabupaten Bone Tahun 2013-2018 disusun dengan Mainstreaming Pro-Poor,
Pro-Gender, dan Pro-Environment
5. RPJMD Kabupaten Bone tahun 2013-2018 merupakan separuh dari pelaksanaan tahap kedua
RPJPD (Tahun 2010 s/d Tahun 2014) dan tahap ketiga RPJPD (Tahun 2015 s/d 2020).
6. Mengacu pada RTRW Kabupaten Bone Tahun 2012-2032, RTRW Sulawesi Selatan tahun
2009 – 2029, dan Perda RTRW 7 (Tujuh) Kabupaten Tetangga,
7. RPJM Nasional tahun 2010-2014, RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018.
8. Penyusunan RPJMD juga memperhatikan amanat nasional, seperti Standar Pelayanan Minimal
(SPM), Millenium Development Goal‟s (MDG‟s) dan Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang
Pembangunan Berkeadilan, Perpres No. 15 Thn 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan kemudian dijabarkan dalam Perbup No. 38 Thn 2012 tentang SPKD Kab. Bone,
Inpres No. 9 Thn 2000 tentang PUG, Permendagri No. 67 Thn 2012 Tentang KLHS dan
Permendagri No. 77 Thn 2012 tentang Parameter HAM.
9. Memberikan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan Daerah (pemerintah
daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita pembangunan daerah
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
10. Memberikan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana
Strategis (Renstra) SKPD tahun 2013-2018.
7.2.1 Visi Kab. Bone Tahun 2013-2018
Visi dalam hal ini adalah visi Pemerintah Kabupaten Bone, yaitu Visi Kepala Daerah. Visi pada
dasarnya merupakan gambaran masa depan yang akan diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten
Bone dalam periode 2013 – 2018. Fungsi visi, sebagai arah bagi perjalanan pemerintah Kabupaten
Bone dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Visi bukan mimpi dan bukan slogan tetapi visi
harus diwujudkan dan dapat diarahkan ketercapaiannya, dengan melihat potensi dan kebutuhan yang
ada di Kabupaten Bone.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Visi Pemerintah Kabupaten Bone dalam periode
2013-2018 ditetapkan sebagai berikut :
Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera
Dari Visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sehat, mengandung makna meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan memperluas
aksesibilitas pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas.
2. Cerdas, mengandung makna terciptanya pemerataan pendidikan bagi laki-laki dan perempuan,
berkebutuhan khusus, difable dan marginal yang berkualitas untuk mewujudkan kualitas
manusia mandiri berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal.
3. Sejahtera, mengandung makna masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup
berkelanjutan dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya, lingkungan hidup, didukung
infrastruktrur dan tata kelola pemerintahan yang baik.
7.2.2 Misi Kab. Bone Tahun 2013-2018
Untuk mewujudkan visi Kepala Daerah sebagaimana telah dirumuskan dimuka, maka
misi yang menjadi beban kerja/kinerja yang harus dilaksanakan o leh pemerintahan Kabupaten Bone
sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, adil dan merata.
2. Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilai-nilai agama
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
3. Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian
lingkungan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak -hak dasar masyarakat yang
berkeadilan.
5. Mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat.
7.2.2.1 Tujuan Dan Sasaran Misi 1
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan sasaran sebagai berikut :
Tersedianya sarana prasarana kesehatan yang merata.
Tersebarnya tenaga medis terlatih dan responsif gender
Terjalinnya Hubungan sinergis antar penyedia layanan kesehatan
Tersedianya jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan marginal
2. Meningkatkan pencegahan dan penanganan penyakit menular maupun tidak menular
Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat
Berkurangnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
3. Mengurangi kematian ibu, bayi dan balita serta memperbaiki status gizi masyarakat
Berkurangnya angka kematian ibu, bayi dan balita
Meningkatnya status gizi masyarakat.
4. Meningkatkan cakupan air bersih dan sanitasi masyarakat.
Meningkatnya cakupan rumah tangga memiliki sarana air bersih dan sanitasi
5. Mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk.
Meningkatnya pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif.
Meningkatnya kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi.
6. Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas KKN.
7.2.2.2 Tujuan Dan Sasaran Misi 2
1. Meningkatkan akses, kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilai-nilai agama sehingga
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Meningkatnya akes pendidikan bagi seluruh masyarakat yang makin setara dan
tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
Meningkatnya kualitas pendidikan yang mampu mendorong inovasi dan kreatifitas dalam berkarya.
2. Meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat melalui perpustakaan
Meningkatnya kualitas pelayanan dan jumlah kunjungan ke perpustakaan
3. Meningkatkan prestasi olahraga dan peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya prestasi olahraga dan kemajuan organisasi pemuda, serta jiwa kewirausahaan pemuda.
7.2.2.3 Tujuan Dan Sasaran Misi 3
1. Meningkatkan investasi, pengembangan industri, koperasi UMKM, perdagangan dan pariwisata
untuk mengurangi pengangguran
Meningkatnya realisasi investasi daerah berskala nasional.
Tersedianya lapangan kerja dan berkurangnya pengangguran, serta meningkatnya perlindungan tenaga kerja.
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di berbagai obyek wisata daerah
Meningkatnya jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang berkembang dan
bertambahnya jumlah wirausahawan baru.
Meningkatnya koperasi aktif dan koperasi sehat.
Meningkatnya jumlah IKM yang berkembang yang jumlah tenaga kerja yang terserap
Meningkatnya aktivitas perdagangan dalam dan luar negeri
2. Meningkatkan produksi dan produktivitas hasil-hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kelautan untuk mewujudkan ketahanan pangan
Meningkatnya produktivitas dan pemasaran hasil pertanian/perkebunan
Meningkatnya populasi ternak dan hasil ikutannya.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Meningkatnya ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bermutu, bergizi dan
aman.
3. Meningkatkan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pelestarian hutan dan
lingkungan hidup.
Terwujudnya perlindungan lahan-lahan produktif sebagai cadangan pangan dan
pendukung ekonomi lokal.
Meningkatnya tertib administrasi pertanahan dan terselesaikannya Konflik-Konflik
Pertanahan
Berkurangnya hutan dan lahan kritis, serta bertambahnya luas hutan rakyat.
Berkurangnya kasus-kasus pencemaran air, tanah dan udara, dan terjaganya kelestarian sumber-sumber mata air.
Meningkatnya luas ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan
Berkurangnya Penambangan Tanpa Ijin (PETI), meningkatnya rumah tangga berlistrik, dan
meningkatnya pemanfaatan energi alternatif
4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan
pengembangan wilayah
Meningkatnya kondisi jalan dan jembatan berkondisi baik
Meningkatnya luas dan tingkat pelayanan jaringan irigasi.
Meningkatnya ketersediaan air baku untuk kebutuhan pokok sehari-hari, perkotaan dan
industri.
Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan sistem jaringan
transportasi.
Meningkatnya ketersediaan rumah layak huni bagi masyarakat.
Berkurangnya kawasan kumuh dan meningkatnya cakupan keluarga memiliki sarana air bersih dan sanitasi.
7.2.2.4 Tujuan Dan Sasaran Misi 4
1. Meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, perlindungan sosial.
Meningkatnya kepemilikan dokumen administrasi kependudukan dan catatan sipil.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan perempuan, serta perlindungan terhadap
perempuan dan anak
Semakin berkembangnya lembaga ekonomi perdesaan dan meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan desa dan pelayanan administrasi desa
Meningkatnya indeks pembangunan gender dan indeks pemberdayaan gender.
Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan dan meningkatnya keberdayaan perempuan.
Meningkatnya rasa aman, nyaman transmigran di Lokasi Pemukiman Transmigrasi.
7.2.2.5 Tujuan Dan Sasaran Misi 5
Meningkatkan apresiasi seni dan budaya di kalangan lembaga pendidikan dan masyarakat.
Sasarannya adalah meningkatnya penyelenggaraan event-even seni budaya daerah dan pelestarian
kekayaan budaya daerah.
7.2.2.6 Tujuan Dan Sasaran Misi 6
1. Meningkatkan partisipasi politik dan kondusifitas lingkungan masyarakat.
Meningkatnya partisipasi politik dalam pemilihan umum dan kesadaran bela negara.
Meningkatnya keamanan, ketentraman dan ketertiban dilingkungan masyarakat.
2. Menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih, transparan, partisipatif, dan akuntabel
Meningkatnya pendapatan asli daerah dan meningkatnya status audit keuangan daerah
oleh BPK.
Meningkatnya kompetensi aparatur pemerintah daerah dan DPRD dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Terjalinnya kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjamin kepastian hukum dan terjalinnya kerjasama antar pemerintah daerah.
Meningkatnya pengelolaan arsip daerah secara baku
Meningkatnya jaringan komunikasi dan informatika sesuai kebutuhan
3. Meningkatkan ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan
perencanaan-perencanaan normatif lainnya sesuai kebutuhan.
Tersusunnya data dan informasi statistik daerah yang valid dan up to date sesuai kebutuhan.
7.2.3 Arah Kebijakan Dan Program Prioritas
7.2.3.1 Arah Kebijakan dan Program Misi 1
Kebijakan Program Urusan
1. Peningkatan sarana prasarana dan perbaikan mutu pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) dan rujukan (rumah sakit).
a. Program Pengadaan, Peningkatan, Perbaikan Sarana Dan Prasarana Puskesmas / Puskesmas Pembantu Dan Jaringannya
Kesehatan
b. Program Pengadaan, Peningkatan, Perbaikan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah Sakit Mata.
Kesehatan
2. Peningkatan penyediaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta pengawasan obat dan makanan.
a. Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan Kesehatan
b. Program Pengawasan Obat Dan Makanan
Kesehatan
3. Peningkatan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan profesionalisme tenaga kesehatan.
Program Pengembangan Tenaga Kesehatan Kesehatan
4. Peningkatan standarisasi dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Kesehatan
5. Peningkatan kemitraan dalam peningkatan
pelayanan kesehatan antara pemerintah dengan penyedia layanan kesehatan swasta.
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Kesehatan
6. Peningkatan pelayanan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), dan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)
Program Upaya Kesehatan Masyarakat Kesehatan
7. Peningkatan promosi kesehatan dan perilaku hidup sehat kepada masyarakat dalam mencegah penyakit serta penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Program Promosi Kesehatan Dan
Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan
8. Peningkatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Penyakit Menular dan tidak menular
Program Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyakit Menular dan tidak menular Kesehatan
9. Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak.
Program peningkatan keselamatan ibu
melahirkan dan anak Kesehatan 10. Peningkatan perbaikan gizi
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
11. Peningkatan
pengembangan lingkungan sehat.
Program Pengembangan Lingkungan Sehat Kesehatan
12. Peningkatan pelayanan Keluarga Berencana dan
b. Program Pengembangan Model
Operasional BKB-Posyandu-PADU KB dan KS
13. Peningkatan
pengembangan Pusat Pelayanan Informasi Dan Konseling KRR
Program Pengembangan Pusat Pelayanan
Informasi Dan Konseling KRR KB dan KS
7.2.3.2 Arah Kebijakan dan Program Misi 2
Kebijakan Program Urusan
1. Peningkatan penyediaan bantuan operasional pendidikan, dan bantuan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin pada jenjang PAUD, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan kesetaraan. 2. Peningkatan rehabilitasi
ruang kelas rusak, penambahan kelas baru, dan pembangunan sekolah baru sesuai kebutuhan.
a. Program PAUD (Taman Paditungka) Pendidikan
b. Program pendidikan Dasar 9 Tahun Pendidikan
c. Program Pendidikan Menengah Pendidikan
d. Program Pendidikan Non Formal Pendidikan
e. Program Manajemen Pelayanan
Pendidikan Pendidikan
3. Peningkatan kesempatan studi lanjut atau mengikuti pendidikan dan latihan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Program Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan
4. Peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan, penambahan koleksi perpustakaan, serta pengembangan minat baca masyarakat.
a. Program Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan
b. Program Pembinaan Dan Peningkatan
Kapasitas Perpustakaan Perpustakaan
5. Peningkatan pembinaan organisasi kepemudaan.
Program pengembangan dan keserasian kebijakan pemuda
Pemuda dan OR 6. Peningkatan kemampuan
kewirausahaan pemuda.
Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda
Pemuda dan OR
7. Peningkatan pembinaan dan kompetisi olahraga unggulan.
a. Program pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga
Pemuda dan OR b. Program pembinaan dan pemasyarakatan
olah raga
Pemuda dan OR c. Program peningkatan sarana dan
prasarana olah raga
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
7.2.3.3 Arah Kebijakan dan Program Misi 3
Kebijakan Program Urusan
1. Peningkatan kuantitas jenis perijinan, peningkatan kualitas pelayanan perijinan satu pintu, dan pemberian insentif daerah bagi calon investor.
Program Peningkatan Promosi Dan Kerjasama Investasi
Penanaman Modal
2. Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi daerah
a. Program Peningkatan Iklim Investasi Dan Realisasi Investasi
Penanaman Modal b. Program Penyiapan Potensi
Sumberdaya, Sarana Dan Prasarana Daerah
Penanaman Modal
3. Peningkatan pelatihan calon tenaga kerja dan
pengembangan kerjasama dengan pihak swasta dalam pendidikan dan pelatihan kerja, serta magang kerja.
Program Peningkatan Kualitas Dan Produktivitas Tenaga Kerja.
Ketenagakerj aan
4. Peningkatan penempatan
tenaga kerja Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Ketenagakerj aan 5. Peningkatan perlindungan
terhadap tenaga kerja
Program Perlindungan Dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Ketenagakerj aan
6. Pengembangan destinasi wisata unggulan, peningkatan promosi wisata serta
pengembangan industri dan jasa pariwisata.
a. Program Pengembangan Pemasaran
Pariwisata Pariwisata b. Program Pengembangan Destinasi
Pariwisata Pariwisata c. Program Pengembangan Kemitraan
Pariwisata Pariwisata
7. Peningkatan pelatihan kewirausahaan.
a. Program Pengembangan Kewirausahaan Dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Koperasi dan UKM
b. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Koperasi dan UKM
8. Peningkatan kapasitas manajemen usaha dan pemasaran produk, serta fasilitasi akses permodalan bagi UMKM.
Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah Yang Kondusif.
Koperasi dan UKM
9. Peningkatan SDM koperasi dalam manajemen koperasi
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi bagi pelaku IKM, serta fasilitasi sarana produksi.
a. Program Peningkatan Kapasitas Dan Penggunaan Iptek Dalam Sistem Produksi.
Perindustria n
b. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Perindustria n
11. Pengembangan sentra-sentra industri potensial.
Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial.
Perindustria n 12. Peningkatan sarana dan
prasarana perdagangan
a. Program Peningkatan Efisiensi
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
khususnya pasar tradisional, dan penataan pedagang kakilima.
b. Program Pembinaan Pedagang Kaki
Lima Dan Asongan Perdagangan
13. Peningkatan perlindungan terhadap konsumen
Program Perlindungan Konsumen Dan
Pengamanan Perdagangan Perdagangan 14. Penguatan kelembagaan
petani dalam berusaha tani. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Pertanian
15. Pengembangan agribisnis
a. Program Peningkatan Produksi
Pertanian/Perkebunan Pertanian b. Program Peningkatan Penerapan
Teknologi Pertanian/Perkebunan Pertanian c. Program Pemberdayaan Penyuluh
Pertanian/ Perkebunan Lapangan Pertanian 16. Mengembangkan industri
pertanian melalui pengolahan hasil, manajemen usaha dan penguatan sistem
pemasaran.
a. Program Peningkatan Pengolahan Hasil
Produksi Pertanian Pertanian
b. Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Produksi Pertanian/Perkebunan Pertanian
17. Peningkatan pelatihan dan pembinaan mengenai teknik budidaya ternak yang baik
Program Peningkatan Produksi Hasil
Peternakan Pertanian
18. Peningkatan promosi potensi hewan ternak dan hasil ikutan
a. Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Produksi Peternakan Pertanian b. Program Peningkatan Pengolahan Hasil
Produksi Peternakan Pertanian 19. Peningkatan fasilitasi sarana
dan prasarana teknologi peternakan dan penerapan inseminasi buatan.
Program Peningkatan Penerapan Teknologi
Peternakan Pertanian
20. Peningkatan pencegahan penyebaran penyakit zoonosis dan pengobatan ternak yang sakit.
Program Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyakit Ternak Pertanian
21. Peningkatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
a. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Perikanan dan kelautan
b. Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan
Perikanan dan kelautan
22. Peningkatan produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
a. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
Perikanan dan kelautan b. Program Pengembangan Perikanan
Tangkap
Perikanan dan kelautan c. Program Pengembangan Sistem
Penyuluhan Perikanan
Program Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan
Perikanan dan pengawasan mutu dan keamanan pangan
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Ketahanan Pangan
25. Peningkatan penataan ruang pada kawasan strategis dan
cepat tumbuh. Program Perencanaan Tata Ruang
Penataan ruang
26. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum pelanggaran tata ruang.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Ruang ruang
a. Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah
Pertanahan
b. Program Penyelesaian Konflik-Konflik
Pertanahan Pertanahan
28. Penanganan lahan kritis dan pengembangan hutan rakyat terutama di wilayah rawan longsor dan erosi.
a. Program Pemanfaatan Potensi Sumber
Daya Hutan. Kehutanan b. Program Rehabilitasi Hutan Dan Lahan. Kehutanan c. Program Perlindungan Dan Konservasi
Sumber Daya Hutan. Kehutanan 29. Peningkatan pembinaan dan
penertiban industri hasil hutan.
Program Pembinaan Dan Penertiban Industri
Hasil Hutan Kehutanan
30. Peningkatan pencegahan pengawasan kegiatan usaha masyarakat yang berpotensi merusak lingkungan dan pengembangan instalasi pengolahan limbah komunal.
a. Program Pengendalian Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup b. Program Peningkatan Pengendalian
Polusi
Lingkungan Hidup c. Program Perlindungan Dan Konservasi
Sumber Daya Alam
Lingkungan Hidup
d. Program Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup.
Lingkungan Hidup
31. Peningkatan pembangunan dan peningkatan kualitas ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan.
Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Lingkungan Hidup
32. Peningkatan pengawasan aktivitas pertambangan baik berijin maupun tanpa ijin.
a. Program pembinaan dan pengawasan
bidang pertambangan ESDM b. Program penataan wilayah dan usaha
konservasi lingkungan, geologi, pertambangan dan air bawah tanah
ESDM
c. Program inventarisasi dan
pengembangan potensi dan teknologi geologi, pertambangan dan air bawah tanah
ESDM
33. Peningkatan jaringan listrik dan energi alternatif yang ramah lingkungan.
a. Program pengembangan energi alternatif ESDM
b. Program pembinaan dan pengembangan
bidang ketenagalistrikan ESDM
34. Peningkatan pembangunan/ rehabilitasi jalan dan jembatan yang berkondisi rusak dan pembangunan drainase
a. Program Pembangunan Jalan Dan Jembatan
Pekerjaan Umum b. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan
dan Jembatan
Pekerjaan Umum c. Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan
Pekerjaan Umum 35. Peningkatan
pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa
Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa Dan Jaringan Pengairan Lainnya
Pekerjaan Umum
36. Peningkatan penyediaan dan pengelolaan air baku
Peningkatan penyediaan dan pengelolaan air baku
a. Program Pembangunan Prasarana Dan
Fasilitas Perhubungan Perhubungan b. Program Rehabilitasi Dan Pemeliharaan
Prasarana Dan Fasilitas LLAJ Perhubungan c. Program Peningkatan Pelayanan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
d. Program Pengendalian Dan
Pengamanan Lalu Lintas Perhubungan e. Program Peningkatan Kelaikan
Pengoperasian Kendaraan Bermotor. Perhubungan 38. Pengembangan perumahan
sederhana dan sarana prasarana yang memadai.
a. Program pengembangan perumahan Perumahan b. Program pemberdayaan komunitas
perumahan Perumahan 39. Peningkatan rehabilitasi
rumah tidak layak huni dan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi bagi bagi keluarga tidak mampu.
Program lingkungan sehat perumahan Perumahan
7.2.3.4 Arah Kebijakan dan Program Misi 4
Kebijakan Program Urusan
1. Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil
Program penataan administrasi kependudukan
Kependudukan dan Catatan
Sipil
2. Peningkatan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.
a. Program pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya.
Sosial
b. Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial. Program pembinaan anak terlantar.
Sosial
c. Program pembinaan para penyandang
cacat dan trauma. Sosial d. Program pembinaan panti asuhan/ panti
jompo. Sosial
e. Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya).
Sosial
f. Program pemberdayaan kelembagaan
kesejahteraan sosial. Sosial
3. Peningkatan
a. Program peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan
Pemberdayaan Masyarakatdan
Desa
b. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan
Pemberdayaan Masyarakatdan
Desa
c. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
Pemberdayaan Masyarakatdan
Desa
d. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa
Pemberdayaan Masyarakatdan
Desa
e. Program Peningkatan Peran Perempuan di Perdesaan di masing-masing SKPD.
Program peningkatan peran serta dan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
5. Peningkatan koordinasi kelembagaan PUG,
pengarusutamaan gender dan anak PP dan PA
6. Peningkatan kualitas penanganan terhadap korban kekerasan dan peningkatan
pemberdayaan perempuan.
a. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas perempuan dan anak
PP dan PA
b. Program peningkatan kualitas hidup dan
perlindungan perempuan dan anak PP dan PA 7. Peningkatan penyediaan
sarana dan prasarana transmigrasi
Program pengembangan wilayah transmigrasi Transmigrasi
7.2.3.5 Arah Kebijakan dan Program Misi 5
Kebijakan Program Urusan
1. Peningkatan
penyelenggaraan dan partisipasi event-event budaya di tingkat daerah, provinsi dan nasional, serta pelestarian kekayaan budaya.
a. Program Pengembangan Nilai Budaya. Kebudayaan b. Program Pengelolaan Kekayaan
Budaya Kebudayaan
c. Program Pengelolaan Keragaman
Budaya Kebudayaan
7.2.3.6 Arah Kebijakan dan Program Misi 6
Kebijakan Program Urusan
1. Peningkatan pendidikan
politik masyarakat. Program pendidikan politik masyarakat
Kesbangpolda gri
2. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai wawasan kebangsaan
a. Program pengembangan wawasan kebangsaan
Kesbangpolda gri b. Program kemitraan pengembangan
wawasan kebangsaan
Kesbangpolda gri 3. Peningkatan keamanan
dan kenyamanan lingkungan
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
6. Peningkatan pendapatan dan pengelolaan keuangan dan aset daerah.
a. Program peningkatan dan
pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Otonomi daerah
b. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa
Otonomi daerah 7. Peningkatan koordinasi dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
a. Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
pembangunan daerah dan dan tindak lanjut hasil pengawasan.
b. Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Otonomi daerah
8. Peningkatan pendidikan kedinasan, peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur, tenaga pemeriksa dan pengawas.
a. Program pendidikan kedinasan Otonomi daerah b. Program peningkatan kapasitas
sumberdaya aparatur
Otonomi daerah c. Program peningkatan profesionalisme
tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Otonomi daerah
9. Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah mengenai tugas dan fungsi DPRD.
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Otonomi daerah
10. Peningkatan pelayanan kedinasan
a. Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah.
Otonomi daerah
b. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Otonomi daerah c. Program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur
Otonomi daerah d. Program peningkatan pengembangan
sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
Otonomi daerah
11. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan penanganan pengaduan masyarakat.
a. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Otonomi daerah b. Program mengintensifkan penanganan
pengaduan masyarakat
Otonomi daerah
12. Peningkatan kapasitas arsiparis dan aparatur di SKPD dalam pengelolaan arsip secara baku
a. Program perbaikan sistem administrasi
kearsipan kearsipan b. Program penyelamatan dan pelestarian
dokumen/arsip daerah kearsipan c. Program peningkatan kualitas pelayanan
informasi kearsipan kearsipan
13. Peningkatan sarana prasarana teknologi informasi secara merata di SKPD dan ruang publik.
a. Program pengembangan komunikasi, informasi dan media massa
Komunikasi dan Informatika
b. Program kerjasama informasi dan media massa
Komunikasi dan Informatika
c. Program peningkatan tata laksana komunikasi dan informatika
Komunikasi dan Informatika
d. Program fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi
Komunikasi dan Informatika
14. Penetapan prioritas penyusunan dokumen
a. Program Pengembangan Data Dan Informasi Perencanaan Pembangunan.
Perencanaan Pembangunan
b. Program kerjasama pembangunan Pembangunan Perencanaan
c. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Perencanaan Pembangunan d. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Perencanaan Pembangunan Daerah.
Perencanaan Pembangunan e. Program Perencanaan Pembangunan
Daerah.
Perencanaan Pembangunan f. Program Perencanaan Pembangunan
Ekonomi.
Perencanaan Pembangunan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
h. Program Perencanaan Prasarana Wilayah Dan Sumber Daya Alam.
Perencanaan Pembangunan 15. Peningkatan modifikasi
dan penyempurnaan terhadap isi (jenis dan ragam data) serta upaya untuk up dating penyajian data dan informasi statistik daerah.
Program pengembangan
data/informasi/statistik daerah statistik
7.3.
ARAHAN RENCANA INDUK (SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM) PAM
KABUPATEN BONE (RISPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian
atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan
dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-SPAM
dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan
prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka
perlindungan dan pelestarian air.
Di dalam RI-SPAM, hal yang perlu dikutip pada bagian ini untuk dijadikan arahan
pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan SPAM adalah bagian Rencana
Pengembangan SPAM yang terdiri dari :
a. Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah;
b. Rencana Sistem Pelayanan;
c. Rencana Pengembangan SPAM; dan
d. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun
untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten yang berisi potret kondisi sanitasi kota
saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun
oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bone di dukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten Bone berpedoman pada prinsip :
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up‟.
SSK dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM terutama untuk sektor Penyehatan
Lingkungan dan Permukiman. Dalam SSK beberapa hal yang perlu dikutip pada bagian ini adalah :
a. Kerangka kerja pembangunan sanitasi yang meliputi: Visi dan Misi
b. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sektor Sanitasi, yang meliputi :
o Sub Sektor Air Limbah Domestik; o Sub Sektor Persampahan;
o Sub Sektor Drainase Lingkungan; dan
o Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
7.5.
ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan,
rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :
a. Program Bangunan dan Lingkungan;
b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
c. Rencana Investasi;
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan, atau
panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPIJM yaitu Konsep Dasar
Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi :
a. Visi Pembangunan;
b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan;
c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan
d. Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya.
7.6.
ARAHAN STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN & INFRASTRUKTUR
PERKOTAAN (SPPIP) KABUPATEN BONE
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu dokumen
strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi
dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi pene rapan
program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. SPPIP memuat arahan kebijakan dan
strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis
pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa
fungsi, yaitu :
a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah
ada;
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta Karya
di daerah;
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
7.7.1.1 Potensi Pengembangan Kawasan
A. Simpul Transportasi Darat
Kawasan perkotaan Watampone didalamnya terdapat Pelabuhan Penyeberangan Bajoe
yang menghubungkan Kota Makassar – Kota Kendari. Lalu lintas angkutan penumpang dan
barang melalui Pelabuhan Penyeberangan Bajoe ini intensitasnya cukup tinggi setiap
harinya. Kondisi tersebut berdampak langsung pada aktivitas perekonomian di kawasan
perkotaan Watampone, terkait dengan posisi kawasan perkotaan Watampone sebagai
daerah transit bagi para pelintas di jalur trans Sulawesi tersebut. Disamping manfaat
langsung ke masyarakat dari aktivitas ekonomi mikro, juga menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah (PAD) melalui penarikan retribusi daerah terhadap kendaraan yang
masuk dan keluar Pelabuhan Penyeberangan Bajoe tersebut.
B. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam Struktur Ruang Nasional
Dari 24 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 7 kabupaten/kota
yang ditetapkan dalam kebijakan spasial nasional sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),
dan salah satunya adalah Kawasan Perkotaan Watampone (ibukota Kabupaten Bone).
Dengan fungsi dan peran sebagai PKW ini tentunya berimplikasi langsung terhadap skup
pelayanan beberapa komponen wilayah dalam kawasan perkotaan Watampone. Dimana
beberapa komponen wilayah dibangun dan dikembangkan tidak hanya untuk melayani
wilayah Kabupaten Bone saja, tetapi juga bagi daerah-daerah tetangganya, sehingga dengan
demikian kawasan perkotaan Watampone akan lebih memiliki daya tarik terhadap berbagai
aktivitas masyarakat, baik ekonomi, sosial, dan budaya, serta jasa p elayanan.
C. Lahan
Kondisi pola pemanfaatan lahan saat ini dominan masih merupakan lahan yang belum
terbangun, dengan jenis peruntukan berupa persawahan, lahan kosong, kebun campuran,
dan semak belukar. Dengan kawasan seluas 12.635 ha, yang baru merupakan areal
terbangun baru seluas 1.516 ha, atau sebesar 12%. Adapun jenis pemanfaatan lahan pada
kawasan perencanaan yang merupakan kegiatan budidaya perkotaan, yakni permukiman,
perkantoran, perdagangan, jasa komersial, pendidikan, peribadahan, olah rag a, sosial,
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
D. Penduduk
Penduduk merupakan subyek sekaligus obyek dari sebuah perencanan, demikian pula
dengan kegiatan ini. Dengan memahami metode pendekatan dari pekerjaan ini yakni
pendekatan fasilitatif dan partisipatif dengan dasar pertimbangan bahwa proses penyusunan
dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan
pengembangan perkotaan maupun pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah penduduk di kawasan perencanaan (tiga wilayah
administrasi kecamatan) tahun 2011 sebanyak 132.437 jiwa. Potensi jumlah penduduk ini
(kuantitas) jika diikuti dengan kualitas yang mumpuni maka menjadi salah satu sumber daya
perkotaan yang akan membangun dan mengembangkan aktivitas-aktivitas perkotaan,
termasuk didalamnya peningkatan intensitas aktivitas individu dalam keseharian yang
tentunya memerlukan wadah beraktivitas, baik itu aktivitas ekonomi, sosial, budaya, dan lain
sebagainya.
E. Jaringan prasarana
Prasarana dasar lingkungan permukiman pada kawasan perencanaan relatif belum
memadai, jika dikaitkan dengan status kawasan sebagai kawasan perkotaan dengan fungsi
dan peran sebagai PKW. Meskipun belum memadai namun keberadaannya telah dapat
dirasakan sebagian masyarakat di kawasan ini. Adapun jenis infrastruktur yang telah tersedia
di kawasan perencanaan terdiri atas :
1) Jaringan jalan; arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang terhirarki membentuk satu
sistem jaringan transportasi darat perkotaan.
2) Jaringan air bersih; kawasan ini telah terlayani oleh jaringan air bersih melalui perpipaan
yang bersumber dari PDAM Kabupaten Bone.
3) Prasarana sanitasi/ limbah; sebagian besar rumah telah memiliki MCK individu lengkap
dengan septictanknya, yang belum memiliki MCK individu umumnya permukiman
masyarakat berpenghasilan rendah yang berada di daerah pesisir Teluk Bone dan pada
daerah pinggiran kota.
4) Prasarana dan sarana persampahan ketersediaan dan pelayanannya belum optimal; hal
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
ataupun sampah yang menumpuk di TPS namun belum diangkut hingga berhari -hari
lamanya.
5) Jaringan drainase, khususnya saluran tersier dengan geometris ukuran lebar atas 30 –
80 cm banyak yang tidak berfungsi optimal, bahkan banyak yang sudah rusak.
F. Prasarana Permukiman dan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pola perkembangan permukiman pada kawasan perencanaan yang sebagian memanjang
(linear) mengikuti pola jaringan jalan, sebagian lainnya memusat berorientasi pada
komponen tertentu cukup memudahkan dan lebih ekonomis dalam mengembangkan
prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti pembangunan jalan setapak, hidran
kebakaran, taman tempat bermain, taman, prasarana olah raga, tanggul penahan ombak
pada daerah pesisir, dan talud tebing sungai dimana terdapat jejeran rumah, dan
sebagainya.
Demikian pula dengan upaya penataan bangunan dan lingkungan kawasan, seperti
pengaturan orientasi bangunan rumah, jarak antar bangunan rumah, kelay akan bangunan
rumah baik secara sosial maupun konstruksinya. Dengan pola perkembangan yang linear
hal-hal tersebut akan lebih memudahkan dalam pengaturan dan pengendalian, serta
peningkatan kualitas lingkungannya.
7.7.1.2 Permasalahan Kawasan
A. Air Bersih
Tersedia jaringan perpipaan dari PDAM, namun sebagian masyarakat belum mampu
secara ekonomi menjangkau layanan air bersih tersebut, terutama golongan masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
Kapasitas pelayanan SPAM dari PDAM masih terbatas, terutama kawasan pinggiran kota yang masih merupakan bagian dari delineasi kawasan perkotaan Watampone.
Kualitas air bersih alternatif (untuk mandi, cuci) yang bersumber dari air tanah (sumur bor) dan air permukaan (sungai dan sumur terbuka) sangat rendah, terutama akib at interusi air
laut dan seringnya banjir akibat luapan sungai.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
B. Sanitasi/ Limbah
Sebagian rumah tangga belum memiliki MCK individu.
Air Limbah rumah tangga menggenang di halaman belakang atau samping rumah.
C. Persampahan
Sampah rumah tangga dibuang di sungai, laut, atau di lahan-lahan kosong sekitar rumah.
Ketersediaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah sesuai jangkauan layanannya yakni per-RW belum memadai, juga frekuensi pengangkutan sampah ke TPA
Sampah masih sangat rendah.
SDM yang menangani persampahan terutama tenaga lapangan masih kurang, sehi ngga
terlihat sampah-sampah di TPS hingga berhari-hari belum diangkut, sehingga mencemari
udara dan mengganggu visualisasi lingkungan.
D. Drainase
Saluran drainase yang ada belum terpadu dalam sebuah sistem drainase perkotaan. Masih banyak terlihat saluran drainase tersier tidak terintegrasi kedalam saluran yang
lebih besar, demikian pula saluran sekunder ke saluran primer, hingga ke outlet sungai
dan/atau laut.
Kurangnya kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi saluran drainase yang telah rusak dan tersedimentasi , sehingga banyak terlihat saluran-saluran drainase telah tertimbun tanah
atau sampah namun belum di bersihkan.
E. Prasarana permukiman dan penataan bangunan dan lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan
binaan, baik diperkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan
lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan
gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah : (1)
memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak
huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) memberdayakan masyarakat agar mandiri
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
7.7.1.3 Permasalahan Umum
Secara nasional, penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang antara lain :
a) Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung :
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian.
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung didaerah serta
rendahnya kualitas pelayanan public dan perijinan.
b) Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara :
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum me menuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.
Masih banyaknya asset Negara yang tidak teradministrasi dengan baik.
c) Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan :
Masih banyaknya sebaran permukiman kumuh.
Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.
Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota.
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan
lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua kota, terutama kota metro dan besar.
d) Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di perkotaan :
Jumlah penduduk miskin diperkotaan kurang lebih 6,8 % dari penduduk Indonesia (data BPS tahun 2008).
Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.
Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG,
bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.
Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada tahun 2015, 200 kabupaten/kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua kabupaten/kota bebas
kumuh.
7.7.1.4 Permasalahan Prasarana Permukiman dan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada
Kawasan Perencanaan :
Sulitnya mengendalikan pertumbuhan permukiman liar di daerah pesisir yang notabene
dilakukan oleh masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan, perkembangannya
cukup tinggi hingga memasuki daerah sempadan laut.
Sulitnya mengembangkan jaringan jalan setapak pada kawasan permukiman padat, terutama pada kawasan pesisir karena umumnya rumah-rumah masyarakat setempat
orientasinya semrawut.
Beberapa bangunan rumah (belakang bangunan rumah) berada pada daerah bantaran sungai yang rawan erosi.
Masih terdapat beberapa bangunan rumah dalam kategori tidak layak huni.
Jarak antar bangunan terlalu rapat (selubung bangunan) beberapa unit bangunan rumah saling bersinggungan, sehingga jika terjadi kebakaran akan dengan mudah cepat
meluas.
Arah orientasi bangunan rumah (muka bangunan rumah) sebagian berorientasi pada
belakang bangunan rumah lainnya.
Belum tersedia ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara, serta sarana estetika kota dan sarana berinteraksi
sosial.
7.7.1.5 Rumusan Potensi dan Permasalahan Terkait Permukiman dan Infratsruktur Perkotaan
A. Permukiman
1. Sektor : Perumahan
2. Potensi :
Ketersediaan lahan untuk pembangunan permukiman baru
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
3. Permasalahan :
Kualitas bangunan rumah (rumah tidak layak huni)
Kawasan kumuh di pusat perkotaan
Ketidaksesuaian lokasi rumah dengan tata ruang (bantaran sungai, sempadan pantai)
Peningkatan hunian menyebabkan peningkatan prasarana sarana pendukung permukiman
Kondisi topografi relatif datar sehingga mudah banjir
Rendahnya daya dukung infrastruktur khususnya drainase dalam kota untuk permukiman
Belum ada rencana pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman (RP3KP)
Status lahan di kawasan pesisir
Kultur masyarakat pesisir
Perluasan permukiman ke pesisir dan mangrove, bantaran sungai
Pengembangan permukiman ke arah barat dan timur bersifat spot/cluster dan belum terintegrasi
Kawasan permukiman kumuh nelayan 4. Peluang :
Perkembangan perumahan ke arah luar kota
Banyaknya pembangunan perumahan oleh pengembang 5. Tantangan :
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan rumah
Alih fungsi lahan mengurangi fungsi resapan air
B. Air Minum
1. Sektor : Jaringan Air Bersih
2. Potensi : Sungai sebagai sumber air minum yang dapat dimanfaatkan tersedia
3. Permasalahan :
terbatasnya pelayanan PDAM yang sebagian besar hanya di kawasan perkotaan
belum optimalnya pemanfaatan air permukaan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
resapan air berkurang
4. Peluang : pertumbuhan sebagai pusat regional di SulSel bagian timur
5. Tantangan : Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan air
minum.
C. Sanitasi
1. Sektor : Sanitasi/Limbah
2. Permasalahan :
Belum memiliki rencana Strategi dan pengelolaan sanitasi (SSK)
Pembuangan limbah baik padat maupun cair masih dilakukan secara individual
Pembuangan air limbah ke saluran drainase kota
Kurangnya prasarana penampungan air limbah di perkotaan akibat keterbatsan
lahan
Belum adanya IPLT
Pencemaran limbah industri ke badan air
Belum adanya IPAL komunal.
3. Tantangan : Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan
sanitasi.
D. Drainase
1. Sektor : Drainase
2. Potensi : Topografi datar dan dilalui dua sungai besar memudahkan aliran air lancar
3. Permasalahan :
Kondisi saluran drainase yang belum semuanya di perkeras sehingga rawan menimbulkan gerusan dinding dan dasar saluran
Pembangunan perumahan tidak disertai saluran drainase yang memadai (dimensi
kecil), sering banjir / genangan.
Belum ada kajian sistem drainase perkotaan
Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase
4. Peluang : Pengembangan drainase yang terintegrasi dengan jaringan irigasi
5. Tantangan : Alih fungsi lahan mengurangi fungsi resapan air
E. Persampahan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2. Potensi : Sudah tersedia sarana pewadahan, sarana pengangkutan, sarana
pengumpulan sampah dan TPA
3. Permasalahan :
Belum ada kajian managemen pengelolaan persampahan
Belum seluruh wilayah perkotaan terlayani sistem pengelolaan sampah
Jumlah armada pengangkut yang belum memadai
Bentuk pengangkut sampah yang terbuka seringkali menimbulkan polusi di
sepanjang jalan.
Bentuk TPS yang belum mempertimbangkan pengaliran air sampah
Pengelolaan sampah sistem daur ulang (5R) tidak bekerja secara efektif
4. Peluang : Pengembangan pengelolaan persampahan dengan teknologi ramah
lingkungan
5. Tantangan :
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan
sampah
Pengembangan TPA regional
F. Jalan
1. Sektor : Jalan Lingkungan
2. Potensi : Kota Watampone
3. Permasalahan :
Jalan lingkungan banyak yang rusak
Pelebaran jalan terkendala bangunan
Kesadaran masyarakat terkait bangunan di sempadan jalan 4. Peluang : pertumbuhan sebagai pusat regional di SulSel bagian timur
5. Tantangan : Peningkatan jumlah penduduk dan ekonomi membutuhkan prasarana yang
memadai.
G. Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Sektor : Tata bangunan dan lingkungan
2. Potensi :
Memiliki potensi lahan untuk pengembangan RTH
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Kebijakan mendukung untuk operasionalisasi
Potensi ekonomi kota sebagai PKW 3. Permasalahan :
Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan terbuka hijau
Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten
Rendahnya kualitas lingkungan di kaw. Pesisir, pusat kota, percampuran fungsi perdagangan dan perumahan
Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah
Rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan
Belum tersedianya sistem proteksi kebakaran
Belum ada regulasi pengaturan bangunan (building code)
Sudah tersedia rencana rinci banguna dan lingkungan (RTBL) pada sebagian
kawasan perkotaan namun belum operasional
Tidak adanya dana operasional pemeliharaan
Pengelolaan kurang terawat, terintegrasi dan kompatibilitas dengan lingkungan sekitar
Kepadatan perumahan pada pusat kota, lebar jalan inspeksi kurang
Penggunaan lahan pertanian pangan untuk bangunan 4. Peluang :
Kawasan perkotaan berperan sebagai pusat pengembangan regional “Bone Raya”
Pertumbuhan sebagai pusat regional di SulSel bagian timur
Dukungan teknologi
Peningkatan aktivitas ekonomi 5. Tantangan :
Alih fungsi lahan mengurangi fungsi resapan air
Perkembangan kawasan heritage dan fungsional
Peningkatan penduduk dan keterbatasan lahan
Peningkatan penduduk membutuhkan lahan baru untuk rumah
Mengenai potensi dan permasalahan disajikan pada Gambar 7.1 dan 7.2.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
7.6.1 Rumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kabupaten
1. Pemenuhan Rumah Layak Huni untuk semua golongan masyarakat;
2. Relokasi Permukiman;
3. Pengendalian pertumbuhan permukiman ;
4. Pengembangan Kawasan Permukiman Baru;
5. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia;
6. Penyelesaian Persoalan Tanah Bermasalah;
7. Pengadaaan Sumber Daya Air Minum;
8. Pembinaan manajemen teknis air minum;
9. Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih secara merata kesegenap kawasan permukiman;
10. Pengembangan air minum perkotaan yang belum memiliki sistem dan rawan air;
11. Sosialisasi pelestarian sumber daya air;
12. Penciptaan Lingkungan Permukiman yang Sehat;
13. Pengembangan sistem pembuangan limbah komunal;
14. Peningkatan kapasitas pelayanan pembuangan limbah;
15. Peningkatan kapasitas pelayanan persampahan;
16. Penyusunan Masterplan Persampahan;
17. Peningkatan Kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan;
18. Integrasi kawasan permukiman;
19. Peningkatan Aksesbilitas Pergerakan;
20. Pengurangan Daerah Genangan dan Banjir;
21. Revitalisasi kawasan bersejarah sebagai pusat budaya (bugis);
22. Penciptaan Estetika Bangunan dan Lingkungan yang Asri dan Sejuk ; dan
23. Peningkatan Ruang Terbuka Hijau Publik Maupun Privat.
7.6.2 Rumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan
1. Pemenuhan Rumah Layak Huni untuk semua golongan masyarakat;
2. Pengendalian pertumbuhan permukiman;
3. Penataan kawasan permukiman;
4. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh pesisir;