• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1504143775BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1504143775BAB I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang dilaksanakan oleh Kota Magelang

harus sinkron dan sinergis dengan pembangunan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi dan Pusat. Untuk

mewujudkan hal tersebut, maka perlu disusun terlebih dahulu

dokumen perencanaan dan penganggaran yang terpadu dan

berkelanjutan. Disamping itu arahan dalam RPJPN dan RPJMN

terkait pembangunan infrastruktur permukiman merupakan

amanat yang harus diemban bersama oleh Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007

bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana

pembangunan infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan

Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina, dan

pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia.

Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang dilakukan di

Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk

lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan

masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu

merencanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara

terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal,

efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan

berkelanjutan.

Oleh karena itu khusus untuk pembangunan bidang PU

Cipta Karya, maka Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah

Direktorat Jenderal Cipta Karya mensyaratkan agar setiap

(2)

dan investasi pembangunan yang mengacu pada dokumen

penataan ruang yang ada.

Dokumen tersebut diwujudkan dalam satu kesatuan yang

disebut dengan Rencana Program Investasi Jangka Menengah

(RPIJM) Bidang PU Cipta Karya. Dokumen RPIJM merupakan

dokumen teknis kelayakan (feasibility study) untuk rencana

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya. Dokumen

tersebut berlaku selama 5 (lima) tahun dan berisi indikasi program

tahunan. Program-program yang disusun harus

mempertimbangkan kemampuan pendanaan/ keuangan dan

kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunannya.

Selain itu, RPIJM juga harus memperhatikan aspek kelayakan

program masing-masing sektor dan kelayakan spasialnya sesuai

dengan Rencana Tata Ruang yang ada serta kelayakan sosial dan

lingkungannya.

1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang

Cipta Karya atau disingkat sebagai RPIJM Cipta Karya adalah

dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur

bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan

secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh

masyarakat/swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang,

untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang

berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta

Karya yang berkelanjutan.

Dokumen ini disusun pada tingkat Kota dan bersifat multi

sektoral, multi stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini,

yang dimaksud dengan multi sektor adalah RPIJM meliputi

beberapa sektor yaitu Pengembangan Air Minum, Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan

(3)

maksud dari multi stakeholder adalah para pemangku

kepentingan yang terkait turut dilibatkan dalam proses

penyusunan dan implementasi RPIJM sesuai kewenangan dan

peranannya masing-masing. Stakeholder yang terkait dalam

RPIJM meliputi pemerintah pusat, provinsi, kota, masyarakat dan

dunia usaha. Sedangkan maksud dari multi-pendanaan adalah

sumber pembiayaan infrastruktur permukiman dalam RPIJM

tidak hanya berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah

provinsi, pemerintah kota, serta dunia usaha dan masyarakat.

RPIJM disusun oleh Pemerintah Kota Magelang dengan

difasilitasi oleh Ditjen Cipta Karya dan Pemerintah Provinsi.

Sebagai dokumen teknis, RPIJM sudah harus menampung

aspirasi pemangku kepentingan lokal dan aspirasi masyarakat.

Dalam penyusunannya, RPIJM harus ditekankan pada proses

partisipasi melalui dialog dengan seluruh pemangku kepentingan

sehingga dapat diterima oleh semua pihak sebagai acuan

pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian, maka

pembangunan infrastruktur permukiman bisa ditangani atau

dibiayai secara bersama- sama oleh para pemangku kepentingan.

RPIJM tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi

RPJMD ataupun Renstra SKPD, namun RPIJM merupakan

dokumen teknis operasional pembangunan bidang Cipta Karya

yang berisikan rencana investasi sesuai kebutuhan dan

kemampuan daerah. RPIJM disusun dengan mengacu pada

kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat nasional maupun

daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW Provinsi, dan

RTRW Kota. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN,

RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kota. Disamping itu, RPIJM juga

mengacu pada Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta

Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah. Adapun, skema

kedudukan RPIJM dalam sistem perencanaan pembangunan

(4)

Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan

Pembagunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi

setiap strategi sektor sangat penting, termasuk antara Rencana

Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Strategi Sanitasi

Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Dokumen sektoral ini terintegrasi dalam Strategi Pembangunan

Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang

memberikan arahan pembangunan infrastruktur skala Kota.

Selanjutnya, SPPIP ini akan diturunkan ke dalam Rencana

Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan

skala kawasan. RPIJM perlu mempertimbangkan

dokumen-dokumen teknis ini sehingga perencanaan pembangunan

infrastruktur permukiman menjadi lebih terarah dan terpadu.

Keterkaitan substansi antara dokumen teknis dipaparkan pada

gambar 1.2.

RPIJM yang telah disusun kemudian akan dituangkan ke

dalam rencana program tahunan berupa Memorandum Program

(5)

provinsi, dan kota terkait rencana kegiatan di Kota Magelang

dalam jangka waktu 5 tahun.

Sumber : Dit. Bina Program DJCK, 2012

Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud RPIJM yaitu untuk mewujudkan kemandirian Kota

Magelang dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur

permukiman yang berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan

masyarakat yang sejahtera selaras dengan tujuan pembangunan

nasional.

Sedangkan tujuan RPIJM adalah sebagai dokumen yang

dijadikan acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari

berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD

Kota, maupun sumber pendanaan lainnya. RPIJM memuat

rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun

(6)

Karya, yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan

dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan

Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan,

dan drainase).

1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan

Perangkat peraturan perundangan yang dijadikan acuan dalam

penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, adalah sebagai berikut:

Undang – Undang (UU)

 UU No. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman;

 UU No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun;

 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

 UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;

 UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional;

 UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;

 UU No. 07 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air;

 UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

 UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;

 UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Pemerintah (PP)

 PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

 PP No.27 Tahu 2012 tentang izin Lingkungan

(7)

 PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan;

 PP No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan

Perkotaan;

 PP No. 07 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan;

 PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;

 PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

 PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi

dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

 PP No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah;

 PP No. 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman

dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman

dan/atau Hibah Luar Negeri;

 PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara

atau Daerah;

 PP No. 5 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan;

 PP No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM;

 PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG

(Undang Undang Bangunan Gedung);

 PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

 PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan

Penerapan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan Presiden (Perpres)

 Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah

Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;

 Perpres No. 05 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan

(8)

 Perpres No. 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

 Permen PU No. 14/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Kegiatan Kementerian PU yang Merupakan Kewenangan

Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;

 Permen PU No. 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis

Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014;

 Permen PU No. 12/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Kerjasama

Pengusahaan Pengembangan SPAM;

 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 Tentang SPM Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

 Permen PU No. 15/PRT/M/2010 Tentang Penggunaan DAK

Bidang Infrastruktur;

 Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis

Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;

 Permen PU No. 01/PRT/M/2009 Tentang Penyelenggaraan

Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan;

 Permen PU No. 10/PRT/M/2008 Tentang Penetapan Jenis

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang Wajib

Dilengkapi Dengan UKL dan UPL;

 Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah

Permukiman (KSNP-SPALP);

 Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

 Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan

Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PU No. 494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan

(9)

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH)

 Permen LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL;

 Permen LH No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum KLHS;

 Permen LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL – UPL dan SPPLH.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

 Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan

Perkotaan;

 Permendagri No. 33 Tahun 2008 Tentang Pedoman Hubungan

Kerja Organisasi Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah;

 Permendagri No. 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis

Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

 Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59

Tahun 2007.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013;

 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009 – 2029.

Peraturan Daerah Kota Magelang

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

(10)

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 17 Tahun 2011

Tentang Retribusi Jasa Umum;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota

Magelang Tahun 2005 – 2025;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang

Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah

Daerah Kota Magelang;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 Tentang

Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Sekretariat

Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Magelang;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang

Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas

Daerah;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang

Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga

Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan

Satuan Polisi Pamong Praja;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 Tentang

Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Kecamatan

Dan Kelurahan;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang

Pengelolaan Kebersihan;

 Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 8 Tahun 1998 Tentang

Pelayanan Penyedotan Kakus.

1.5 Prinsip Penyusunan RPIJM

Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah:

a. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima)

tahun untuk rencana investasi yang disusun.

(11)

kawasan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air

minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan,

pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan

sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas

kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan

kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka

hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan

bangunan gedung.

c. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber

pendanaan pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan

masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah dapat terdiri dari

APBN, APBD Provinsi, APBD Kota, sedangkan dana swasta

dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan

Coorporate Social Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, misalnya

dalam bentuk barang dan jasa.

d. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah,

dan Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses

penyusunan RPIJM maupun pada saat pelaksanaan program.

e. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan

kemampuan daerah ( kota dan provinsi) sesuai karakteristik

setempat (bottom-up).

Diharapkan dengan 5 prinsip dasar tersebut, dapat

diwujudkan pembangunan yang efektif dan efisien, serta

mendorong kemandirian daerah yang untuk menyusun program

yang layak dan handal sehingga mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Indonesia. RPIJM ini juga bersifat

dinamis, dimana setiap tahunnya diperlukan review terhadap

program-program pembangunan yang tercantum di dalam

dokumen RPIJM, sehingga dihasilkan rencana pembangunan

infrastruktur yang mutakhir sesuai perkembangan kebutuhan

(12)

1.6 Muatan Dokumen RPIJM

Secara substansi muatan RPIJM Kota terdiri 8 (delapan)

bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang,

maksud dan tujuan RPIJM, dasar hukum penyusunan RPIJM, dan

mekanisme penyusunan RPIJM.

Bab 2 Profil Kota Magelang

Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kota Magelang

seperti batas administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi,

geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi

wilayah.

Bab 3 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi

dokumen rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),

Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD), Strategi

Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP),

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk

Sistem PAM (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana

Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), serta

penjelasan mengenai Keterpaduan Strategi dan Rencana

Pembangunan pada skala Kota maupun kawasan.

Bab 4 Aspek Teknis Per Sektor

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana program

investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana

pengembangan permukiman, rencana penataan bangunan dan

lingkungan (PBL), rencana pengembangan sistem penyediaan air

minum, dan rencana penyehatan lingkungan permukiman (PLP).

(13)

permasalahan, dan tantangan daerah; analisis kebutuhan; serta

usulan program dan pembiayaan masing – masing sektor.

Bab 5 Aspek Lingkungan dan Sosial

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan

kondisi eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan

dan sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),

AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada

tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan

pembangunan bidang Cipta Karya.

Bab 6 Aspek Pembiayaan

Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kota Magelang,

profil investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang

Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta

Karya.

Bab 7 Aspek Kelembagaan Kota

Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta

Karya di daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek

ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia. Dari ketiga

aspek tersebut dijelaskan kondisi eksisting, analisis permasalahan

dan rencana pengembangannya.

Bab 8 Matriks Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Bidang Cipta Karya

Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPIJM Kota

Gambar

Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembagunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat empat rasio keuangan yang paling berpengaruh dalam membedakan kinerja perusahaan asuransi umum patungan ( joint venture ) yaitu rasio RBC , rasio cadangan teknis

Variabel-variabel yang digunakan dalam model

Persepsi etis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sikap atau pandangan yang diberikan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam merespon maupun

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan, sistem pengendalian intern, komitmen organisasi,

The objective of this study was to determine paracetamol (PCT), guaiphenesin (GG), chlorpheniramine maleate (CTM) and phenylpropanolamine HCl in cough and cold

Penyadingan Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Bengkunat Belimbing Lampung Barat, yang telah banyak membirikan informasi dan data-data yang diperlukan penulis

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pokok masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah adanya ketidakseimbangan waktu proses

(3) Berdasarkan harga referensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka tarif Bea Keluar untuk Kelapa Sawit dan turunannya adalah sebagaimana tercantum dalam kolom 3 Lampiran II