27 III. BAHAN DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan objek Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, seperti pada Gambar 2. Analisis spasial maupun analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Imu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Pusat Pengkajian dan Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM Kampus IPB Baranangsiang. Waktu penelitian dilaksanakan selama 7 bulan, mulai dari bulan Februari 2010 hingga Agustus 2010.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
3.2. Metode Penelitian
Data, sumber data serta metode analisis yang digunakan pada penelitian ditampilkan pada Tabel 1 dan kerangka pikir penelitian pada Gambar 3.
28
Tabel 1. Metode Penelitian
No Tujuan Metode/Analisis yang digunakan Data dan Sumber data
yang digunakan Output 1 Menganalisis
model pertumbuhan peduduk (growth model) per kota dan kecamatan.
% exp' ( )* 1 ( exp' ( )*
Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bogor tahun 2010-2030 menggunakan teknik pendugaan linear dan non-linear model :
• Discrete Time Model ,* , 1 ( -• Continuous Time Model ,* ( '* • Exponensial ,* , exp'* • Kurva Gompretz/ Saturation
Dimana :
Pt : jumlah penduduk tahun terakhir Po : jumlah penduduk tahun awal
W : waktu paruh
r : pertumbuhan penduduk (dalam %) t : selisih tahun antar Pt dan Po
1 : konstanta (angka tetap) α : koefisien (positif//negatif) β : koefisien (positif//negatif) • Data jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2005 (hasil supas BPS) • Software Statistic 8.0 • Proyeksi jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2030 per kecamatan di Kota Bogor
29
Tabel 1. Metode Penelitian (Lanjutan)
No Tujuan Metode/Analisis yang digunakan Data dan Sumber data
yang digunakan Output
2 Menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH dan sebaran alokasi RTH Kota Bogor berdasarkan jumlah penduduk periode tahun 2010-2030
• Analisis kebutuhan luasan RTH berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. – Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
• Fasilitas Umum 2,53 m2/jiwa (minimal >253 Ha)
• Proyeksi jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2030 per kecamatan di Kota Bogor • Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. – Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
• Tabel Proyeksi luasan Kebutuhan RTH Kota Bogor berdasarkan Jumlah Penduduk
Tabel 1. Metode Penelitian (Lanjutan)
No Tujuan Metode/Analisis yang digunakan
3 Menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH dan sebaran alokasi RTH Kota Bogor berdasarkan kebutuhan oksigen (O2) periode tahun 2010-2030
• Perhitungan Jumlah Pohon untuk Menyuplai Oksigen • Konversi Jumlah pohon ke RTH yang harus d • Perhitungan:
Dimana :
L Luas RTH yang dibutuhkan ai Kebutuhan oksigen per orang
bi Kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam) ci Kebutuhan oksigen per industr
di Kebutuhan oksigen per Ui Jumlah Penduduk
Vi Jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis Yi iJumlah industri dari berbagai
Zi Jumlah ternak dari berbagai jenis
K Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha
(Lanjutan)
Metode/Analisis yang digunakan Data dan Sumber data yang digunakan
Perhitungan Jumlah Pohon untuk Menyuplai Oksigen Konversi Jumlah pohon ke RTH yang harus dibangun
yang dibutuhkan (ha) Kebutuhan oksigen per orang (kg/jam)
Kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam) Kebutuhan oksigen per industri (kg/jam)
Kebutuhan oksigen per ternak(kg/jam) Jumlah Penduduk
Jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis dari berbagai skala Jumlah ternak dari berbagai jenis
Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha
• Proyeksi jumlah penduduk Kota Bogor tahun 20 per kecamatan di Kota Bogor • Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. – Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008 30 Sumber data
yang digunakan Output
Proyeksi jumlah penduduk Kota tahun 2030 per kecamatan di dan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 05/PRT/M/2008
• Tabel Proyeksi luasan Kebutuhan RTH Kota Bogor berdasarkan kebutuhan oksigen (O2)
31 No Tujuan Metode/Analisis yang digunakan Data dan Sumber data
yang digunakan Output 4 Pembuatan gambaran alokasi penyebaran RTH di Kota Bogor berdasarkan perhitungan kebutuhan RTH periode tahun 2010-2030
• Analisis pola penggunaan lahan (2003 & 2007)
• Analisis peluang penetapan RTH berdasarkan kebutuhan RTH , kesesuaian RTH dan penggunaan lahan.
• Proyeksi luas kebutuhan RTH dan sebaran alokasi RTH Kota Bogor berdasarkan jumlah penduduk periode tahun 2010-2030. • Proyeksi luas kebutuhan RTH dan sebaran alokasi RTH Kota Bogor berdasarkan kebutuhan oksigen (O2) periode tahun 2010-2030 • Sofware ArcView 3.3
• Peta sebaran alokasi Kebutuhan RTH Kota Bogor dibagi 6 (enam) kecamatan.
32 Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian
33 3.3 Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan data-data sekunder sebagaimana pada Tabel 2: Tabel 2. Sumber Data Sekunder Penelitian
Data Sumber
Timeseries Jumlah Penduduk Kota Bogor 1995-2008 BPS Kota Bogor tahun 1996-2009
Tabel Data Jumlah Ternak Kota Bogor BPS Kota Bogor 2004-2008
Tabel Data Jumlah Kendaraan Kota Bogor Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi
BPS Kota Bogor 2004,2008
Tabel Data Jumlah Industri Kota Bogor BPS Kota Bogor 2004-2008
Peta Pengunaan Lahan Kota Bogor Listiawan, 2010
Alat yang digunakan untuk mengolah data pada Tabel 2 dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan perangkat lunak (software) yang terdiri
dari Arc View 3.3, Microsoft Office Word, Microsoft Office Excel, Microsoft Office Visio, dan Statistica 8.0.
Penelitian terdiri dari 4 tahap, yang pertama adalah menganalisis model pertumbuhan penduduk (growth model) per kota dan kecamatan dengan
menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bogor dan per kecamatan untuk tahun 2030 menggunakan software Statistica 8.0 dan perhitungan sebagai
berikut :
• Discrete Time Model Dimana :
,* , 1 ( - Pt = jumlah penduduk tahun terakhir
• Continuous Time Model Po = jumlah penduduk tahun awal
,* ( '* r = pertumbuhan penduduk (dalam %)
• Exponensial t = selisih tahun antar Pt dan Po
,* , exp'* 1 = konstanta (angka tetap)
• Kurva Gompretz/ Saturation α = koefisien (positif/negatif)
. /0123
4-53/0123 4- β = koefisien (positif/negatif)
Pt merupakan prediksi jumlah penduduk pada tahun yang ditentukan
dalam satuan jiwa, W, α, β adalah konstanta. t merupakan titik tahun yang akan
dihitung prediksinya. Dari keempat model pertumbuhan tersebut, model yang digunakan adalah model pertumbuhan dengan nilai R2 tertinggi, yaitu mendekati
nilai 1 (satu). Tahap kedua adalah menghitung proyeksi luas kebutuhan R berdasarkan jumlah penduduk
tabel proyeksi jumlah penduduk di tahun 2030 kebutuhan RTH dengan menghitung kebutuhan per Pedoman Penyediaan
Perkotaan, dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008 2,53 m2/jiwa.
Berdasarkan proyeksi
2025 Kota Bogor merupakan kota 1.000.000 jiwa, yaitu 1.494.191 jiwa Fasilitas Umum 2,53 m
dengan luasan kebutuhannya.
Tahap yang ketiga adalah menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen per kecamatan. Untuk itu dibutuhkan data pengguna oksigen di setiap kecamatan. Asumsi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah pengguna oksigen kota
macam jenis hewannya, kendaraan sesuai jenis bahan bakarnya
sesuai skalanya. Selain itu dibutuhkan nilai konstanta berat kering tanaman per gram nya. Luas kebutuhan RTH dihitung berdasarkan kebut
metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988) yang kemudian dikembangkan oleh Wijayanti (2003) yaitu sebagai berikut :
L adalah luas RTH (ha),
(kg/jam), bi adalah kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam),
kebutuhan oksigen per industri (kg/jam jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis
skala, dan K adalah konstanta rataan oksigen yang dihasilkan tanaman
(kg/jam/ha).
Tahap yang terakhir adalah pembuatan dua peta arahan penggunaan lahan yang dipertahankan sebagai RTH pada tahun 2030
Pedoman Penataan RTH di perkotaan Jawa Barat, RDTR Kota Bogor tahun Tahap kedua adalah menghitung proyeksi luas kebutuhan R berdasarkan jumlah penduduk tahun 2030. Hasil dari tahap pertama dalam bentuk tabel proyeksi jumlah penduduk di tahun 2030 digunakan untuk menghitung kebutuhan RTH dengan menghitung kebutuhan per jiwa sesuai standar dari Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
proyeksi jumlah penduduk oleh BAPPEDA Kota Bogor Kota Bogor merupakan kota yang akan berpenduduk lebih
1.000.000 jiwa, yaitu 1.494.191 jiwa, dan berdasarkan asumsi kebutuhan RTH 2,53 m2/jiwa, dilakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk dengan luasan kebutuhannya.
Tahap yang ketiga adalah menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen per kecamatan. Untuk itu dibutuhkan data setiap kecamatan. Asumsi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah pengguna oksigen kota terdiri dari penduduk, ternak dari berbagai macam jenis hewannya, kendaraan sesuai jenis bahan bakarnya dan
sesuai skalanya. Selain itu dibutuhkan nilai konstanta berat kering tanaman per gram nya. Luas kebutuhan RTH dihitung berdasarkan kebutuhan oksigen dengan metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988) yang kemudian dikembangkan oleh Wijayanti (2003) yaitu sebagai berikut :
adalah luas RTH (ha), ai adalah kebutuhan oksigen per orang
adalah kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam), kebutuhan oksigen per industri (kg/jam), Vi adalah jumlah penduduk,
jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis, Zi adalah jumlah industri dari berbagai
ah konstanta rataan oksigen yang dihasilkan tanaman
Tahap yang terakhir adalah pembuatan dua peta arahan penggunaan lahan yang dipertahankan sebagai RTH pada tahun 2030 dengan studi literatur dari Pedoman Penataan RTH di perkotaan Jawa Barat, RDTR Kota Bogor tahun 34 Tahap kedua adalah menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH
dalam bentuk digunakan untuk menghitung sesuai standar dari aatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008, yaitu
oleh BAPPEDA Kota Bogor, pada berpenduduk lebih besar dari kebutuhan RTH proyeksi jumlah penduduk
Tahap yang ketiga adalah menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen per kecamatan. Untuk itu dibutuhkan data setiap kecamatan. Asumsi yang digunakan pada penelitian terdiri dari penduduk, ternak dari berbagai dan industri sesuai skalanya. Selain itu dibutuhkan nilai konstanta berat kering tanaman per uhan oksigen dengan metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988) yang kemudian dikembangkan
kebutuhan oksigen per orang adalah kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam), ci adalah
, Yi adalah
adalah jumlah industri dari berbagai ah konstanta rataan oksigen yang dihasilkan tanaman
Tahap yang terakhir adalah pembuatan dua peta arahan penggunaan lahan dengan studi literatur dari Pedoman Penataan RTH di perkotaan Jawa Barat, RDTR Kota Bogor tahun
35 2002-2012, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor, analisis spasial dengan menggunakan software ArcView 3,3 dan survei lapang. Peta pertama merupakan peta arahan yang sesuai dengan kebutuhan RTH sesuai jumlah penduduk per kecamatan. Peta kedua adalah peta arahan yang sesuai dengan kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen per kecamatan. Untuk menentukan lahan yang ditetapkan sebagai RTH adalah dengan 3 tahap berikut yaitu, Pendistribusian luas kebutuhan RTH harus sesuai angka perhitungan di setiap kecamatan, penggunaan lahan yang menjadi arahan diutamakan pada landrent rendah hingga tinggi yaitu
tanah kosong, semak, pepohonan, kuburan, lading, sawah, lapangan olah raga, badan air, jalan, pemukiman, perumahan dan yang paling tinggi adalah industri, yang terakhir adalah dengan mendistribusikan RTH dengan metode Grid 500x500m, dengan asumsi pendekatan waktu tempuh anak-anak dan orangtua yaitu 10 menit atau setara dengan 500m.
RTH berdasarkan jumlah penduduk ditetapkan dengan memprioritaskan lahan di sekitar pemukiman/perumahan, agar fungsi RTH sebagai pemenuh kebutuhan penduduk lebih mudah diakses. Untuk peta arahan yang kedua, diutamakan lahan di sekitar pemukiman/perumahan, untuk penuh kebutuhan oksigen penduduk. Prioritas yang kedua adalah pada median dan tepian jalan serta kawasan pusat kendaraan umum (terminal, dan lain-lain) sebagai pemenuh kebutuhan oksigen kendaraan, kemudian di lahan sekitar peternakan untuk pemenuh kebutuhan oksigen ternak. Penggunaan lahan yang terakhir di daerah kawasan industri untuk pemenuh kebutuhan oksigen industri.