• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN KANDUNGAN

PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN

BANDENG (Chanos chanos)

Effect of Different Feed Protein Levels on Growth of Milk Fish (Chanos chanos)

Muhammad Ambia1, Eriyusni2, Irwanmay2

1

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :muhammadambia1209@gmail.com)

2

Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Chanos chanos is one of the consumed fish, and very populer in Indonesia populated, easy to growth and very cheap. These studies were give different of protein levels. The protein feed were used comercial feed with 30 % and 16 % composition of protein, the growth of fish were observed from june-august 2014 in the Rawamas village Nurusalam subdistrict Aceh Timur regency. The analysis of data were used SPSS Versi 22. The results showed that fish feed with protein 30 % highest body weight than fish feed with protein 16 %, with regard to growth and conformation. Mean and standart error of growth highest body weight 56,4cm, length of 20,9 cm and water temperature range 28 – 29 c, ph 7 – 7,2 salinity 29,3 – 30 ppt and do 6,66 – 6,79 mg/l.

Keywords : Chanos chanos, Feed, Growth.

PENDAHULUAN

Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di danau, atau di laut, melainkan usaha yang mencakup berbagai aspek organisme (sumber hayati) di perairan secara keseluruhan. Usaha perikanan bertujuan memanfaatkan hasil perairan air tawar, perairan payau dan perairan laut, baik dengan cara memelihara maupun dengan cara menangkap dan mengelola. Ruang lingkup budidaya ikan mencakup pertumbuhan dan pengembangbiakan. Budidaya ikan

bertujuan memperoleh hasil yang lebih banyak atau lebih tinggi dan lebih baik dari pada apabila ikan itu dibiarkan secara alami (Evy, dkk., 2001).

Bandeng (Chanos chanos)

merupakan salah satu ikan konsumsi yang populasinya tersebar di seluruh perairan Indonesia. Ikan ini termasuk dalam katagori ikan ekonomis penting karena permintaan untuk wilayah domestik saja cukup tinggi. Kandungan gizinya yang tinggi membuatnya digemari oleh berbagai kalangan. Hal itu membuat banyak pihak ingin membudidayakannya.

(2)

Walaupun demikian, perkembangan teknologi budidaya bandeng di Indonesia belum secepat budidaya udang windu, oleh karena itu, perlu dilakukan banyak pengembangan agar produksinya dapat ditingkatkan secara maksimal, dengan cara penanganan tambak yang baik, pemberian pakan yang berkualitas serta pengendalian hama penyakit (Sudradjat, 2011).

Dalam suatu usaha budidaya ikan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu dengan cara pemberian pakan yang berkualitas agar pertumbuhan ikan cepat. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi, bergizi dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi ikan yang dibudidayakan, serta tersedia secara terus menerus sehingga tidak mengganggu proses produksi dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal (Kordi, 2009).

Pakan alami yang terdapat di kolam tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan, sudah saatnya dipikirkan penyadiaan pakan komersil. Pembuatan pakan ikan pada prinsipnya adalah pemanfaatan sumber daya alam yang tidak layak dikonsumsi secara langsung oleh manusia atau pemanfaatan surplus yang memiliki nilai nutrisi dan nilai ekonomi lebih kecil dari pada bahan pangan hewani yang akan dihasilkan (Afrianto dan Lifiawaty, 2005).

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng. Pemberian pakan buatan berupa pelet sangat diperlukan dan

berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot dalam usaha budidaya ikan bandeng.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Juni sampai dengan Agustus 2014, dilakukan di Desa Rawamas, Kecamatan Nurusalam, Kabupaten Aceh Timur. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan adalah Jaring 1/5 inc, selang udara, gergaji, gunting, timbangan, bambu, terpal, lem, kertas milimeter blok, pipa paralon, termometer, DO meter, tangguk, pH meter, refraktometer, baskom, kamera, pisau, alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit bandeng (Chanos chanos) 300 ekor, bibit berasal dari hatchery. Pada masing-masing tambak berisi 50 ekor, form data biometrik bandeng untuk mencatat pertumbuhan panjang dan berat bandeng pemeliharaan ikan bandeng adalah tambak air payau. Pakan bandeng adalah pakan buatan berupa pelet (komersil).

Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, dimana dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemberian pakan dengan kandungan protein 30 %.

2. Pemberian pakan dengan kandungan protein 16 %.

(3)

Perlakuan pertama dalam tambak dengan ukuran 3 x 3 meter sebanyak 3 tambak yang berisi 50 ekor ikan bandeng per tambak, pemberian dengan kandungan protein sebanyak 30 %. Pada perlakuan kedua dalam tambak dengan ukuran 3 x 3 meter sebanyak 3 tambak yang berisi 50 ekor ikan bandeng, dengan kandungan protein sebanyak 16 %. Pemeliharaan ikan bandeng selama 3 bulan dengan pemberian pakan 5 % x berat bobot ikan, pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Kemudian pengukuran berat dan panjang ikan. Prosedur penelitian ini meliputi persiapan tambak, penebaran benih, pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air, serta analisis data.

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit ikan bandeng berukuran 4,1 gram per ekor, bibit berasal dari hasil hatchery. Bandeng dalam keadaan sehat dan tidak terserang penyakit. Bandeng yang terseleksi dimasukan pada setiap unit percobaan dengan jumlah 50 ekor per tambak.

Pakan Uji

Pakan yang digunakan adalah pakan jenis pelet (komersil) yang memiliki kandungan protein (30 %) dan (16 %) berdiameter 2 mm disesuaikan dengan bukaan mulut bibit bandeng. Fungsi dari penyesuaian ini agar hewan uji dapat memakan makanan yang diberikan dengan mudah.

Pengukuran Kualitas Air

Pada tambak yang digunakan untuk penelitian dilengkapi dengan sistem pemasukan air dan pengeluaran air (inlet dan outlet) yang berfungsi mensirkulasi kandungan oksigen agar dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup bandeng. Pengukuran kualitas air di lokasi penelitian meliputi:

Tabel 1. Parameter Kualitas Air. Parameter Satuan

Suhu 0C

pH −

Salinitas ppt

DO mg/l

Analisis Data dan Pengukuran Pada uji pemberian pakan dengan kadar protein yang berbeda dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan panjang total ikan bandeng yang dilakukan 1 kali dalam dua minggu.

Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setiap 14 hari pada pagi hari melalui pengamatan sampel bandeng 50 ekor/sekat dalam tambak untuk melihat pola pertumbuhan (panjang dan bobot) dan kelangsungan hidup bandeng pada masing-masing perlakuan yang diujikan. Bandeng diambil menggunakan pukat secara perlahan kemudian dimasukan kedalam jaring kantong yang telah disediakan. Untuk pengamatan panjang bandeng menggunakan kertas milimeter blok. Untuk pengamatan bobot bandeng menggunakan timbangan. Data yang diperoleh kemudian dicatat untuk mengetahui

(4)

perkembangan dan pertumbuhan serta kelangsungan hidup bandeng. Selanjutnya analisis data dilakukan setelah eksperimen ini berakhir dengan mengunakan statistical package for the social science (SPSS) Versi 22 dengan Uji analysis of variance (ANOVA).

Parameter Pertumbuhan

Pada uji pemberian pakan dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan bobot, panjang dan laju pertumbuhan berat harian yang dilakukan 1 kali dalam dua minggu. 1. Pertumbuhan berat harian (Daily Weight Gain). Untuk menghitung laju pertumbuhan berat harian menggunakan rumus berikut:

W2 (g) W1 (g) DWG =

T2 T1 Keterangan :

DWG = Laju Pertumbuhan Berat Harian

W1 = Bobot ikan uji pada awal penelitian (g)

W2 = Bobot ikan uji pada akhir penelitian

T1 = Waktu awal penelitian (hari)

T2 = Waktu akhir penelitian (hari).

2. Tingkat Kelangsungan Hidup Rumus Effendi, (1997).

SR (%) = (Nt / No) x 100 Keterangan :

SR = Tingkat Kelangsungan Hidup

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian

No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian.

Konversi Pakan

FCR (feed convertion ratio) menurut Kordi, (2013) menggunakan rumus berikut :

FCR = Pakan yang diberikan penambahan bobot ikan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pertumbuhan Panjang Ikan Bandeng

Pertumbuhan panjang ikan bandeng selama 70 hari pemeliharaan dalam tambak, kemudian diukur selama 14 hari sekali diperoleh hasil sebesar 20,9 cm pada tambak perlakuan pertama dengan pemberian pakan protein 30 %, dan pada tambak perlakuan kedua diperoleh hasil sebesar 18 cm dengan pemberian pakan protein 16 %.

Untuk melihat grafik pertumbuhan panjang ikan bandeng selama 70 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 1. Terlihat pada gambar, setiap minggu pertumbuhan panjang ikan bandeng semakin meningkat, hal ini dipengaruhi oleh pemberian pakan yang memiliki kadar protein yang berbeda.

Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng Ikan bandeng mengalami pertumbuhan berat selama 70 hari pemeliharaan diketahui dari data berat ikan bandeng bahwa terjadi peningkatan berat pada tambak perlakuan pertama dari 13,1 gr menjadi 56,4 gr, dan pada tambak perlakuan kedua dari 8 gr menjadi 31,8 gr dapat dilihat pada Gambar 2.

(5)

Gambar 1. Pertumbuhan Panjang Ikan Bandeng

Gambar 2. Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng Berdasarkan gambar di atas

menunjukkan pertumbuhan berat ikan bandeng secara maksimal pada pakan 30% kadar protein, sehingga ikan bandeng memiliki pertumbuhan yang cepat.

Pertumbuhan Berat Harian Ikan Bandeng

Pertumbuhan berat harian yang diukur selama 70 hari masa pemeliharaan pada masing-masing tambak dengan perlakuan pemberian kandungan protein pakan yang berbeda. Pada tambak perlakuan

11.3 14.3 16.1 18.1 20.9 10 12.3 14.3 16.6 18 0 5 10 15 20 25 2 4 6 8 10 P e r tu m b u h an P an jan g Ik an B an d e n g (c m ) Minggu ke- PELET 30% PELET 16% 13.1 24.1 34.7 45 56.4 8 14 20.2 25.6 31.8 0 10 20 30 40 50 60 2 4 6 8 10 P e r tu m b u h an B e r at Ik an B an d e n g (gr am ) Minggu ke- PELET 30% PELET 16%

(6)

pertama dengan pemberian pakan kandungan protein 30 % diperoleh hasil lebih bagus dari pada perlakuan kedua dengan pemberian pakan

kandungan protein 16 %. Pertumbuhan berat harian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pertumbuhan Berat Harian Ikan Bandeng Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan

Bandeng

Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng selama 70 hari pemeliharaan dapat dilihat pada (Gambar 4.) pada setiap perlakuan berjumlah 150 ekor, pada setiap perlakuan mengalami kematian atau mortalitas pada perlakuan dengan

pakan 30 % pertsentase ikan yang hidup berjumlah 84 %, dan pakan 16 % persentase ikan yang hidup berjumlah 84,7 %.

Untuk melihat grafik tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng selama 70 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

0.64 0.78 0.76 0.74 0.81 0.29 0.43 0.44 0.41 0.41 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 2 4 6 8 10 P e r tu m b u h an B e r at H ar ian Ik an B an d e n g Minggu ke- PELET 30% PELET 16% 84 84.7 150 150 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Pakan 30% Pakan 16% Ti n gk at K e lan gs u n gan H id u p (S R % ) Perlakuan

Tingkat kelangsungan hidup SR (%)

(7)

Pada Perlakuan 1 dan 2. Terlihat pada gambar diatas bahwa terjadi mortalitas atau kematian ikan bandeng pada perlakuan pertama dan perlakuan kedua.

Rasio Konversi Pakan (Feed Convertion Ratio)

Rasio konversi pakan merupakan banyaknya jumlah pakan yang di berikan selama 70 hari masa pemeliharaan untuk menunjang pertumbuhan panjang dan berat ikan bandeng. FCR (Feed Convertion Ratio) dapat dihitung dengan cara pakan yang diberikan dalam masa pemeliharaan dibagi dengan jumlah penambahan bobot ikan bandeng. Pada tambak perlakuan pertama dengan pemberian pakan kandungan protein 30 % selama pemeliharan ikan, jumlah pakan yang telah diberikan sebanyak 11627,1 g, berat ikan keseluruhan pada akhir

penelitian sebesar 7107 g, setelah dibagi diperoleh angka FCR sebesar 1,64 kg.

Pada tambak perlakuan kedua dengan pemberian pakan kandungan protein 16 % selama pemeliharan ikan, jumlah pakan yang telah diberikan sebanyak 7029,75 g, berat ikan keseluruhan pada akhir penelitian sebesar 4034,6 g, setelah dibagi diperoleh nilai FCR sebesar 1,74 kg. Angka konversi pakan (FCR) ikan bandeng selama masa pemeliharaan merupakan angka yang diperoleh dari hasil pembagian jumlah pakan yang diberikan dibagi dengan bobot ikan pada akhir penelitian, grafik rasio konversi pakan ikan bandeng (FCR) selama 70 hari pemeliharaan disetiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rasio Konversi Pakan

1.64 1.74 1.58 1.6 1.62 1.64 1.66 1.68 1.7 1.72 1.74 1.76 pakan 30% pakan 16 % R as io K o n v e r si P ak an

(8)

Kualitas Air

Hasil pengamatan kualitas air selama 70 hari pemeliharaan ikan bandeng diperoleh kisaran suhu antara 28 – 29 0C, angka pH berkisaran antara 7 – 7,2, angka kelarutan oksigen (DO) berkisaran antara 6,66 – 6,79 mg/l, serta angka salinitas berkisaran antara 29,3 – 30 ppt.

Pembahasan

Pertumbuhan Panjang Ikan Bandeng

Selama pemeliharaan, ikan bandeng mengalami pertumbuhan panjang. Hal ini menunjukan bahwa ikan bandeng dapat memanfaatkan pakan yang diberikan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Pemberian pakan dengan kandungan protein yang berbeda berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan panjang ikan bandeng (Chanos chanos). Hasil analysis of variance

(ANOVA), menunjukan bahwa pemberian pakan dengan kandungan protein yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap pertumbuhan panjang ikan bandeng.

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pertama bahwa pertumbuhan panjang ikan bandeng pada pakan dengan kandungan protein 30 % memperoleh hasil sebesar 11,3 cm menjadi 20,9 cm. Sedangkan perlakuan kedua pada pakan dengan kandungan protein 16 % memperoleh hasil sebesar 10 cm, menjadi 18 cm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang tertinggi pada perlakuan pertama yaitu sebesar 20,9 cm dengan kandungan protein 30 %, dan pertumbuhan panjang terendah pada perlakuan kedua yaitu sebesar 18 cm dengan pemberian kandungan protein pakan 16 %.

Menurut Effendie (2002) menyatakan bahwa pertambahan panjang ikan tidak secepat dengan pertambahan berat ikan. Berdasarkan hasil penelitiaan, ikan bandeng yang diukur panjang dan berat tubuhnya, memiliki ukuran yang berbeda beda antara ikan yang satu dengan ikan yang lain. Perbedaan ukuran berat dan panjang antara tiap ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti yang telah dikemukakan oleh Fujaya (1999), dimana ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, umur, parasit dan penyakit. Sedangkan yang termasuk faktor luar adalah makanan dan kualitas perairan pada media pemeliharaan.

Hal ini juga disebabkan karena pakan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pertumbuhan ikan bandeng, semakin tinggi kandungan protein pakan maka akan semakin cepat laju pertumbuhan. Menurut Noegroho (2000) protein memegang peranan penting dalam penyusunan jaringan dan organ tubuh ikan. Dalam pakan yang diberikan kepada ikan, protein harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Protein yang rendah akan mengakibatkan pertumbuhan ikan akan menjadi lambat. Kisaran kebutuhan protein dalam pakan ikan untuk ikan didaerah tropis, kadar protein antara 20 – 60 %.

Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng Hasil analysis of variance

(ANOVA), menunjukan bahwa pemberian pakan dengan kandungan protein yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap pertumbuhan berat ikan bandeng,

(9)

berdasarkan hal tersebut perlakuan pertama menunjukan bahwa pada pakan dengan kandungan protein 30 % memperoleh hasil sebesar 13,1 g menjadi 56,4 g.

Pada pakan perlakuan kedua dengan kandungan protein 16 % memperoleh hasil sebesar 8 g, menjadi 31,8 g. Pertumbuhan berat tertinggi terdapat pada perlakuan pertama yaitu sebesar 56,4 g dengan pemberian kandungan protein pakan 30 %, dan pertumbuhan berat terendah terdapat pada perlakuan kedua yaitu sebesar 31,8 g, dengan pemberian kandungan protein pakan 16 %.

Perbedaan pertumbuhan berat ikan bandeng tersebut diduga karena adanya perbedaan protein dari jenis pakan tersebut. Protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein mutlak diperlukan oleh ikan. Protein dapat berguna untuk memperbaiki sel-sel yang rusak, sebagai salah satu pembentuk membran sel, juga dapat menjadi sumber energi bagi ikan. Menurut Sudarman (1988) diacu oleh sabriah dan sunarto (2009), bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung pada jumlah pakan yang dikonsumsi, jumlah kandungan protein yang terkandung dalam pakan, kualitas air dan faktor lainnya seperti keturunan, umur dan daya tahan serta kemampuan ikan tersebut memanfaatkan pakan.

Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan berat lebih tinggi dari pada pertumbuhan panjang dalam waktu yang sama, hal ini menunjukan ikan bandeng tumbuh gemuk. Menurut Saparinto (2009) diacu oleh Mashuri dkk., (2012), menyatakan bahwa apabila pertumbuhan berat lebih tinggi dari pada pertumbuhan panjang maka akan membentuk tubuh ikan bandeng

menjadi gemuk, hal ini disebabkan oleh asupan nutrisi yang cukup dan lingkungan yang baik.

Pertumbuhan Berat Harian

Peningkatan pertumbuhan ikan bandeng dapat diketahui melalui peningkatan pertumbuhan berat harian. Pada perlakuan pemberian pakan kandungan protein 30 % memperoleh hasil tertinggi pada minggu ke sepuluh sebesar 0,81 dan hasil terendah terdapat pada minggu ke dua sebesar 0,29, dan pada perlakuan pemberian pakan kandungan protein 16 % memperoleh hasil tertinggi pada minggu ke enam sebesar 0,44 dan hasil terendah terdapat pada minggu ke dua sebesar 0,29. Berdasarkan hasil penelitian, laju pertumbuhan harian ikan bandeng dengan pemberian pakan kandungan protein 30 % memberikan hasil lebih baik dari pemberian pakan kandungan protein 16 %, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan terhadap laju pertumbuhan harian ikan bandeng. Untuk Laju Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng dapat dilihat pada (Gambar 3). Dimana pertumbuhan ikan bandeng mengalami fluktuasi. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan eksternal.

Menurut Anggraeni dan Nurlita (2013) bahwa pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan bandeng dan protein juga merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng untuk pertumbuhan, bahwa jumlah protein akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan bandeng. Dalam Penelitian Sumpeno (2010), diacu oleh yeni dkk., (2014), menjelaskan

(10)

pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan dengan pakan dan lingkungan.

Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng

Dari hasil penelitian pengaruh pemberian pakan kadar protein yang berbeda menujukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng selama 70 hari pemeliharaan mengalami mortalitas atau kematian yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kualitas air dan padat tebar. Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng pada perlakuan dengan pemberian pakan kandungan protein 30 % sebesar 84 % dan pada perlakuan dengan pemberian pakan kandungan protein 16 % sebesar 84,7 %, dapat dilihat pada (Gambar 4). Menurut Yurisman dan Heltonika (2010), diacu oleh yeni dkk., (2014), faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kelulus hidupan suatu organisme adalah faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik antara lain kompetitor, kepadatan populasi, umur dan kemampuan organisme dengan lingkungan sedangkan faktor abiotik seperti suhu, oksigen terlarut, pH.

Menurut Badare (2001) diacu oleh Reksono dkk., (2012), bahwa kualitas air turut mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari organisme perairan yang dibudidayakan, dan didukung oleh pernyataan Effendie (1997) diacu oleh Serdiati dkk., (2011), menyatakan bahwa kelangsungan hidup ikan disebabkan oleh banyak faktor, satu diantaranya adalah padat tebar ikan yang terlalu tinggi. Padat

tebar merupakan suatu faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dalam persaingan ruang gerak, dan konsumsi oksigen.

Rasio Konversi Pakan (Feed Convertion Ratio)

Konversi pakan merupakan penghitungan seberapa banyak ikan mampu merubah pakan menjadi daging ikan, dan konversi pakan tersebut sebagai acuan atau sebagai tolak ukur sampai sejauh mana efesiensi usaha pembesaran ikan tersebut.

Pada penelitian ini pemberian pakan pada ikan bandeng sebanyak 5 % dari berat tubuh ikan bandeng, pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore.

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pakan kandungan protein 30 % memperoleh angka FCR sebesar 1,64, pada pemberian pakan kandungan protein 16 % memperoleh angka FCR sebesar 1,74. Rasio konversi pakan, dapat dilihat pada (Gambar 5), hal ini disebabkan oleh pertumbuhan panjang dan berat ikan bandeng. Perbedaan angka FCR dari setiap perlakuan memperlihatkan perbedaan berat ikan bandeng. Menurut Effendi (1979) diacu oleh Serdiati dkk., (2011), semakin rendah angka konversi pakan, semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Artinya, semakin efesien pakan tersebut diubah menjadi daging.

Tingkat efesiensi penggunaan pakan pada ikan bandeng ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Menurut Uktolseja (2008) diacu oleh Handajani (2011),

(11)

menyatakan bahwa keefesienan penggunaan pakan menunjukan nilai pakan yang dapat merubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan. Efesiensi pakan dapat dilihat dari beberapa faktor dimana salah satu diantaranya adalah rasio konversi pakan.

Kualitas Air

Berdasarkan analisis parameter kualitas air yang diukur pada tambak pemeliharaan ikan bandeng, kisaran suhu 28 – 29 oC berada dalam kisaran normal.

Menurut mulyanto (1992) diacu oleh reksono dkk., (2012), menyatakan bahwa suhu 20 – 29 oC dapat mendukung pertumbuhan ikan bandeng. Derajat keasaman (pH) selama pemeliharaan ikan bandeng, kisaran 7 – 7,2 Wardoyo (1975) diacuh oleh sabriah dan sunarto (2009), bahwa untuk mendukung kehidupan ikan secara wajar diperlukan perairan dengan nilai pH berkisar 6 – 8,5.

Kandungan oksigen terlarut selama pemeliharaan ikan bandeng, kisaran 6,66 – 6,79 mg/L Menurut Puslitbangkan (1992) diacuh oleh sabriah dan sunarto (2009), kisaran oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan ikan bandeng antara 3 – 6 mg/L. Salinitas selama pemeliharaan ikan bandeng, kisaran 29,3 – 30 ppt. Menurut karina dkk., (2011), salinitas 30 ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hasil yang diperoleh dari perlakuan pertama pemberian pakan dengan kadar protein 30 % terhadap pertumbuhan panjang (L) sebesar 20,9 cm, pertumbuhan berat (W) sebesar 56,4 g. Hasil penelitian yang diperoleh dari perlakuan kedua pemberian pakan dengan kadar protein 16 % terhadap pertumbuhan panjang (L) sebesar 18 cm, pertumbuhan bobot (W) sebesar 31,8 g.

2. Dari setiap perlakuan perbedaan pakan yang diujikan hasil ANOVA menunjukan adanya pengaruh yang sangat signifikan dari setiap perlakuan dengan nilai signifikan (p < 0,01).

Saran

Petani disarankan untuk menentukan dengan tepat pakan komersil yang digunakan dalam pemeliharaan ikan bandeng.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. Lifiawati, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Anggraeni, N. M dan Nurlita, A. 2013. Pengaruh Pakan Alami Dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu

(Oxyeleotris Marmorata)

Pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits II (1) : 2337-3520

Effendie, I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Effendi, M. I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta. Effendi, I. 2009. Pengantar

Akuakultur. Penebar Swadaya. Depok.

(12)

Evy, R. K., Mujiutami, E., dan Sujono, K. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Yakarta.

Handajani, H, 2011. Optimalisasi Subsitusi Tepung Azolla Terfermentasi Pada Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011: 177 -181.

Karina, S. Rizwan dan Khairunnisak, 2011. Pengaruh Salinitas Dan Daya Apung Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Bandeng. Jurnal Unsyiah. 1 (1) : 22-26. Kordi, K.M.G.H., 2013. Budidaya

Belut Di Pekarangan, Lahan Sempit, Lahan Kritis dan Minim Air. Sulawesi Selatan. Kordi dan Ghufran. 2009. Budi Daya

Perairan Jilid 2. PT Citra Aditya Bakti. Bandung. Mashuri, Sumarjan, Z. Abidin, 2012.

Pengaruh Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Belut Sawah (Monopterus albus zuieuw).Jurnal Perikanan Unram, Volume 1 No 1. Noegroho, F, P. 2000. Pengaruh

Penggunaan Tepung Terigu Tepung Singkong Dan Campuran Keduannya Dalam

Pakan Terhadap

Pertumbuhan Ikan Patin

(Pangasius Sp). [Skripsi] IPB. Bogor.

Reksono, B. H. Hamdani, dan Yuniarti, 2012. Pengaruh Padatan Penebaran

Gracilaria Sp Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng Pada Budidaya

Sistem Polikultur. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. Vol 3 (3) : 41-49.

Sabariah dan Sunarto. 2009. Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Konsumsi Pakan Benih Ikan Semah Dalam Upaya Domestikasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 8(1) : 67-76.

Serdiati, N., Yoel, Madinawati, 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Media Litbang Sulteng IV (2) : 83 – 87, Desember 2011. ISSN 1979 -5971.

Sudradjat, A. 2011. Panen Bandeng 50 Hari. Penebar Swadaya. Depok.

Yeni, T. Sudaryono, A. Suminto. 2014. Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan Dan Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology UNDIP Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 86-93.

Gambar

Gambar 2. Pertumbuhan Berat Ikan Bandeng  Berdasarkan  gambar  di  atas
Gambar 3. Pertumbuhan Berat Harian Ikan Bandeng
Gambar 5. Rasio Konversi Pakan

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil pengukuran dari kinerja pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor selama masa pemeliharaan 40 hari yang meliputi tingkat kelangsungan hidup, laju

Hasil penelitian yang dilakukan selama 1 bulan menunjukan bahwa perlakuan dengan formulasi pakan kotoran ayam dengan persentase yang berbeda terhadap pertumbuhan

Dengan demikian, penambahan sinbiotik dan enzim pada pakan dapat memaksimalkan konversi pakan menjadi bobot benih, hal inilah yang menyebabkan nilai FCR pada

Berdasarkan jumlah pakan (gram) yang diberikan pada benih ikan Betok dan pertambahan berat (gram) selama penelitian, diperoleh nilai konversi pakan seperti yang

Namun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa, ikan bandeng yang dipelihara dalam media yang ditumbuhkan bioflok tanpa pemberian pakan buatan, tampaknya memiliki pertumbuhan

Selama pemeliharaan dilakukannya pengukuran kelangsungan hidup larva ikan lele pada penelitian ini untuk mengetahui respon ikan terhadap pengaruh pakan yang

Kandungan karbohidrat 30,4% (dektrin 27,0%) dalam pakan adalah optimal untuk mendukung laju pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase pada lambung dan pada usus

Beragamnya tingkat kelangsungan hidup benih ikan bandeng yang diberi pakan dengan penambahan tepung Caulerpa sp. ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan