• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA

PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

Haryati, Zainuddin, Dwi Septiani Putri ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot sebagai sumber protein yang dapat menghasilkan komposisi kimia pakan dan tubuh yang baik untuk ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang dicobakan yaitu tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot sebanyak 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Ikan yang digunakan mempunyai bobot induvidu rata-rata 0.84-0.87 g. Ikan diberi pakan sebanyak 10% dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah komposisi kimia pakan, asam amino pakan, komposisi kimia tubuh, asam amino tubuh, dan asam lemak tubuh ikan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada ikan Bandeng C. chanos Forsskal yang diberi pakan berbagai tingkat substitust tepung ikan dengan tepung maggot berpengaruh nyata terhadap komposisi lemak pakan dan tubuh serta memberikan pengaruh yang sama terhadap komposisi kimia pakan, asam amino pakan, komposisi kimia tubuh, asam amino tubuh, dan asam lemak tubuh ikan, sehingga disimpulkan bahwa tepung maggot dapat menggantikan peranan tepung ikan hingga 100 % dalam pembuatan pakan untuk kegiatan budidaya ikan Bandeng C. chanos Forsskal.

Kata kunci : Maggot, Komposisi Kimia Pakan, Komposisi Kimia Tubuh Abstract: Effect of Substitution Level of Fish Meal with Maggot Meal on The Chemical Composition of Feed and Body of Milkfish (Chanos chanos Forsskal)

This study aims to determine the extent of substitution of fish meal with maggot meal as a protein source that can produce the chemical composition of feed and a good body for milkfish (Chanos chanos Forsskal).

This study used a complete randomized design (CRD) with five treatments and three replications. Treatment to be tested is the substitution of fish meal with maggot meal as much as 0%, 25%, 50%, 75%, and 100%. Fish that used to have an average weight individual 0.84-0.87 g. Fish were fed as much as 10% of the biomass with frequency of feeding three times a day. Parameters measured in this study is the chemical composition of feed, feed amino acids, the chemical composition of the body, the body's amino acids, fatty acids and fish body. The data obtained and analyzed using various analysis.

The results of these studies show that in fish Milkfish C. chanos Forsskal fed varying levels of fish meal with flour substitute Maggot significantly affect the composition of feed and body fat as well as provide the same effect on the chemical composition of feed, feed amino acids, the chemical composition of the

(2)

body, the body's amino acids, and fatty acids of fish body, so that Maggots can concluded that meal can replace the role of fish meal up to 100% in the manufacture of feed for fish farming activities Milkfish C.chanos Forsskål.

Key words: Maggot, Chemical Feed, Chemical Composition of the Body

PENDAHULUAN

Budidaya ikan bandeng telah lama dikenal oleh petani tambak dan saat ini telah berkembang di hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, utamanya di daerah Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi budidaya ikan ini juga telah mengalami perkembangan yang begitu pesat mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya mengandalkan pasokan benih dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan penyediaan benih, pengelolaan air, dan pakan secara terencana (Anonim, 2010).

Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi. Pada budidaya intensif, kultivan bergantung pada pakan buatan yang disuplai oleh pembudidaya. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi, bergizi dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi kultivan yang dibudidayakan, serta tersedia secara terus menerus sehingga tidak mengganggu proses produksi dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal. Pada budidaya intensif, lebih dari 60% biaya produksi tersedot untuk pengadaan pakan (Kordi, 2009).

Tepung maggot atau tepung lalat hijau (Calliphora sp.) merupakan salah satu bahan baku alternatif yang memenuhi persyaratan tersebut, antara lain dapat diproduksi secara massal, harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tepung ikan yaitu, hanya Rp. 1500/kg dibandingkan dengan tepung ikan impor yang harganya mencapai Rp. 15000/kg dan tepung ikan lokal Rp. 12000/kg (Hadadi dkk., 2007).

Penelitian tentang penambahan atau penggantian bahan bahan baku pakan untuk melihat komposisi kimia tubuh telah dilakukan pada beberapa jenis ikan. Adelina, dkk (2000) melakukan penelitian tentang pemberian kadar protein yang bervariasi menghasilkan kandungan protein tubuh ikan cenderung menurun, sedangkan kandungan lemak tubuh semakin meningkat pada ikan bawal air tawar Colossoma macropomum, sedangkan Suwirya, dkk (2005) melaporkan makin tinggi substitusi minyak ikan dengan minyak kedelei dalam

(3)

pakan maka kandungan n-3 Higher Unsaturated Fatty Acid (HUFA) dalam lemak pakan akan menurun. Penurunan kadar n-3 HUFA dalam pakan menyebabkan penurunan kadar n-3 HUFA dalam lemak tubuh benih ikan kerapu lumpur Epinephelus coioides. Penelitian Zainuddin (2010) melaporkan penambahan P dalam pakan sebesar 6 g/kg dan 0 g/kg pakan berpengaruh nyata terhadap komposisi kimia tubuh ikan kerapu macan Epinephelus fucoguttatus.

Informasi tentang kemungkinan dapat dimanfaatkannya tepung maggot sebagai pengganti sumber protein asal tepung ikan pada budidaya ikan bandeng dan pengaruhnya terhadap komposisi kimia tubuh dan pakan sampai saat ini belum ada, oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot sebagai sumber protein yang dapat menghasilkan kualitas pakan dan kualitas daging ikan bandeng yang baik. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta sebagai acuan serta bahan informasi dalam kegiatan pemanfaatan tepung belatung sebagai bahan pakan ikan bandeng dalam menghasilkan kualitas pakan dan daging tertinggi.

MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2010 sampai Desember 2010 di Unit Hatchery Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar. Analisis proksimat pakan uji dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, sedangkan analisis kandungan asam lemak dan asam amino dilakukan di Laboratorium Bioteknologi LIPI, Bogor.

Materi Penelitian

Materi penelitian yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelondongan bandeng yaitu berukuran 0.84 - 0.87 gram/ekor. Padat penebaran yang digunakan yaitu 15 ekor per 45 liter air media.

(4)

2. Wadah Percobaan

Wadah percobaan yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 50 cm x 40 cm x 35 cm sebanyak 15 buah, tiap wadah diisi air media sebanyak 45 liter. Air media yang digunakan salinitasnya adalah 30 ppt, mewakili kondisi salinitas air laut,

3. Pakan Uji

Pakan yang digunakan berbentuk pellet dengan komposisi bahan baku seperti terlihat pada Tabel 6, sedangkan hasil proksimat dari tepung ikan dan maggot tersaji pada Tabel 7.

Tabel 6. Komposisi Bahan Baku Penyusun Pakan pada Setiap Perlakuan (%)

Bahan Baku A B C D E Tepung Ikan Tepung Maggot Tepung Kedelai Tepung Dedak Tepung Terigu Minyak Ikan Vitamin mix (1) Mineral (2) 28 0 30 20 18 1 2 1 21 7 30 20 18 1 2 1 14 14 30 20 18 1 2 1 7 21 30 20 18 1 2 1 0 28 30 20 18 1 2 1 Keterangan : (1) Vit A, D3,E, K3, B1, B2, B6, B12, C, Folyc Acid, Nicotid Acid, dan

Biotin

(2) Ca, P, Sc, Mn, I2, Cu, Zn, Vit12, dan Vit B3 Tabel 7. Hasil Analisis Proksimat Tepung Ikan dan Maggot Jenis bahan

Magot Tepung

ikan

Komposisi Nutrisi (%) K Kal Air 14.25 9.2 Protein Kasar 43.23 66.72 Lemak Kasar 19.83 6.01 Serat Kasar 5.87 3.6 BETN 26.3 10.86 Abu 4.77 12.81 Energi 5260 4662

Ikan diberi pakan sebanyak 10% dari biomassa ikan per hari, pemberian pakan dilakukan tiga kali per hari yaitu pada pukul 07:00, 12:00, dan 17:00 WITA.

4. Rancangan Percobaan

Rancangan percoban yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang dicobakan yaitu tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot sebanyak 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%, sehingga diperoleh lima belas unit percobaan.

(5)

5. Parameter Penelitian Kualitas Daging

Kualitas daging dievaluasi dengan menganalisis kandungan protein, lemak, BETN, serat kasar, abu, energi dan asam lemak.

Kualitas Pakan

Kandungan protein, lemak, serat kasar dan BETN dianalisis dengan menggunakan analisis proksimat. Selain itu, komposisi asam amino dan asam lemak juga dianalisis. Kandungan protein dianalisis dengan menggunakan metode Kjeldahl, kandungan lemak dengan ekstraksi Soxlet. Komposisi asam amino esensial diukur dengan menggunakan kolom kromatografi, sedangkan komposisi asam lemak diukur dengan menggunakan kromatografi gas.

6. Parameter Kualitas Air

Sifat fisik air media yang diukur yaitu suhu dan salinitas. Suhu air diukur setiap hari dua kali per hari yaitu jam 07.00 dan 14.00 WITA. Salinitas juga diukur setiap hari. Sifat kimia air media dievaluasi berdasarkan kandungan oksigen terlarut, pH, dan ammonia, pengukuran dilakukan pada awal penelitian, selanjutnya setiap sepuluh hari sekali sebelum penggantian air.

7. Analisis Data

Data komposisi kimia tubuh ikan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Apabila dari analisis tersebut terbukti bahwa perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji W Tukey untuk menentukan tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot yang menghasilkan respon terbaik terhadap parameter-parameter yang diukur. Sedangkan komposisi kimia pakan, komposisi asam amino pakan, komposisi asam lemak pakan dan daging ikan serta kualitas air media dianalisis secara diskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Kimia Pakan

Nilai komposisi kimia pakan yang digunakan selama pemeliharaan, meliputi kandungan protein, lemak kasar, serat kasar, BETN, abu, dan energi disajikan pada Tabel 8.

(6)

Tabel 8. Hasil Analisis Proksimat Pakan dari Berbagai Perlakuan Tingkat subtitusi

tepung ikan dengan tepung

maggot (%)

Komposisi Nutrisi (%) KKal Air Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar

BETN Abu Energi

0 25 50 75 100 11.01 10.13 12.88 12.56 11.87 35.21 33.38 32.52 32.31 31.20 5.28 6.67 7.85 9.49 11.42 5.47 5.83 5.58 5.96 6.62 41.52 42.74 42.74 43.75 44.11 12.51 11.48 10.03 8.49 6.65 4119 4195 4308 4434 4564 Keterangan: data dalam % bobot kering

Boonyaratpalin (1997) mengestimasi kebutuhan protein di dalam pakan untuk pertumbuhan ikan bandeng yang berukuran 0.5-0.8 g berkisar antara 30-40%. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan kandungan protein dalam pakan sesuai dengan kebutuhan. Semakin tinggi tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot, maka semakin rendah pula kandungan protein. Hal ini disebabkan karena maggot hanya memiliki kandungan protein 43.23% dibandingkan tepung ikan yang memiliki kandungan protein sebesar 66.72%.

Semakin tinggi tingkat subtitusi tepung ikan terhadap tepung maggot, maka kandungan lemak pada pakan semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena maggot sendiri mempunyai kandungan lemak yang tinggi, yaitu 19.83%. Kandungan lemak ini masih dalam kisaran kebutuhan lemak dalam pakan ikan bandeng yaitu 7-10%, hanya saja kandungan lemak yang terdapat dipakan E lebih tinggi dari kebutuhan, karena pakan E merupakan pakan yang dibuat dengan 100% tepung maggot tanpa menggunakan tepung ikan. Kadar lemak lebih dari 15% dalam pakan semipttrified akan memperlihatkan peningkatan pertumbuhan atau efek penghematan protein (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Karbohidrat yang terdapat dalam pakan terdapat dalam bentuk serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kandungan serat kasar dari setiap tingkat subtitusi relatif sama, yaitu pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 5.47%, 5.83%, 5.58%, 5.96%, dan 6.62%. Nilai ini adalah nilai yang baik untuk kandungan serat kasar dalam pakan. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), kandungan serat kasar dalam pakan dianjurkan tidak lebih dari 21%, karena bila terlalu tinggi, justru dapat mengganggu daya cerna dan daya serap dalam sistem pencernaan ikan. Ikan herbivora dianjurkan untuk memberikan serat dengan kadar 5 – 10 % (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Kandungan BETN pada pakan A, B, C, D, dan E adalah 41.52%, 42.74%, 42.74%, 43.75%, dan 44.11%. Nilai ini memenuhi kebutuhan karbohidrat untuk

(7)

ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Masyamsir (2001) yang menyatakan bahwa ikan herbivora membutuhkan karbohidrat sampai 50% dalam pakannya. Ikan herbivora mampu menghasilkan enzim amilase (pemecah karbohidrat) di sepanjang saluran pencernaannya. Oleh karena itu , ikan herbivora lebih mampu dan lebih efesien dalam memanfaatkan karbohidrat (Masyamsir, 2001).

Komposisi asam amino pada setiap pakan dan kebutuhan juvenil bandeng disajikan pada Tabel 8. Kebutuhan asam amino arginin pada ikan bandeng adalah 6.23% protein. Arginin bersama dengan sentrolin terlibat dalam sintesis ureum dalam hati. Kandungan arginin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 7.30%, 9.39%, 8.63%, 8.74%, dan 6.28% protein pakan. Nilai ini menunjukkan bahwa semua pakan memenuhi kebutuhan arginin untuk ikan bandeng.

Histidin merupakan asam amino esensial bagi pertumbuhan larva dan anak-anak ikan. Histidin diperlukan untuk menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Kebutuhan asam amino histidin pada ikan bandeng adalah 2.50% protein. Kandungan histidin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 1.52%, 1.35%, 1.45, 1.80%, dan 1.42% protein pakan. Kandungan ini menunjukkan bahwa dalam setiap pakan kekurangan histidin.

Isoleusin dibutuhkan dalam produksi dan penyimpanan protein oleh tubuh dan pembentukan hemoglobin, juga berperan dalam metabolisme dan fungsi kelenjar pituitari. Kebutuhan isoleusin untuk ikan bandeng adalah 4.44% protein pakan. Kandungan isoleusin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 4.27%, 4.61%, 4.64%, 4.62%, dan 4.89% protein pakan.

Ikan bandeng membutuhkan leusin dalam pakan sebesar 7.95% protein pakan. Leusin berperan penting dalam proses produksi energi tubuh, terutama dalam mengontrol sintesa protein. Kandungan leusin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 5.96%, 6.78%, 6.33%, 6.22%, dan 6.61% protein pakan.

Kandungan lisin yang dibutuhkan ikan bandeng adalah 7.90%. Kandungan lisin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 6.63%, 6.02%, 6.37%, 6.60%, dan 6.88% protein pakan. Defisiensi lisin dalam ransum ikan dapat menyebabkan kerusakan pada sirip ekor (nekrosis), yang apabila berkelanjutan dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan. Tingkat penggunaan lisin dipengaruhi oleh kadar arginin, urea. dan amonia. Ketika terjadi degradasi arginin, maka penggunaan lisin akan meningkat (Buwono, 2000).

(8)

Metionin diperlukan tubuh dalam pembentukan asam nukleat dan jaringan serta sintesa protein. Juga menjadi bahan pembentuk asam amino lain (sistein) dan vitamin (kolin). Metionin bekerja sama dengan vitamin B12 dan asam folat dalam membantu tubuh mengatur pasokan protein berlebihan dalam diet tinggi protein. Ikan bandeng membutuhkan metionin dalam pakan sebesar 2.30% protein pakan. Kandungan metionin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut yaitu 1.96%, 1.92%, 1.71%, 2.01%, dan 2.18% protein pakan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pakan kekurangan asam amino metionin. Kekurangan ini dapat diatasi dengan adanya asam amino non esensial sisten yang dapat mengganti metionin sampai 60% (Buwono, 2000).

Fenilalanin berfungsi sebagai prekursor tirosin dan bersama membentuk hormon-hormon tiroksin dan epineprin. Ikan bandeng membutuhkan fenilalanin dalam pakan sebesar 4.35% protein pakan. Kandungan fenillanin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut yaitu 4.43%, 5.14%, 5.02%, 4.81%, dan 5.11% protein pakan.

Ikan bandeng membutuhkan treonin sebesar 4.70%. Dari hasil penelitian yang diperoleh kandungan treonin pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 4.58%, 5.31%, 5.19%, 5.21%, dan 3.31% protein pakan. Pakan E memiliki kandungan treonin paling rendah diantara pakan-pakan yang lain yaitu 3.31% protein pakan.

Valin berfungsi dalam pertumbuhan, terutama dalam sistem pencernaan dan saraf. Kandungan valin yang terdapat pada pakan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 5.09%, 6.29%, 5.25%, 4.65%, dan 4.71% protein pakan. Nilai ini menandakan bahwa semua pakan memenuhi kebutuhan untuk ikan bandeng yang membutuhkan valin sebesar 4.80% protein pakan.

(9)

Tabel 9. Kandungan Asam Amino dalam Pakan dan Kebutuhan Juvenil Bandeng (dalam g/100g Protein Kasar)

Jenis asam amino Pakan Kebutuhan Juvenil Bandeng A B C D E Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Metionin Fenilalanin Treonin Valin 7.30 1.52 4.27 5.96 6.63 1.96 4.43 4.58 5.09 9.39 1.35 4.61 6.78 6.02 1.92 5.14 5.31 6.29 8.62 1.45 4.64 6.33 6.37 1.71 5.02 5.19 5.25 8.74 1.80 4.62 6.22 6.60 2.01 4.81 5.21 4.65 6.28 1.42 4.89 6.61 6.88 2.18 5.11 3.37 4.71 6.23 2.50 4.44 7.95 7.90 2.30 4.35 4.70 4.80

Rasio antara kandungan asam amino pada setiap pakan dengan kebutuhan juvenil bandeng disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa ketersediaan asam amino treonin pada pakan E paling rendah (71.70%), sedangkan kandungan asam amino lainnya tidak jauh berbeda antar setiap perlakuan pakan. Asam amino yang difesiensi dialam setiap perlakuan pakan dapat di atasi dengan penambahan asam amino mono ke dalam pakan.

Gambar 4. Rasio Kandungan Asam Amino dalam Pakan dan Kebutuhan Ikan Bandeng

Asam lemak yang termasuk golongan HUFA merupakan asam lemak esensial. Asam lemak tak jenuh dari kelompok n-3, seperti linolenat merupakan asam lemak esensial bagi ikan laut. Dalam percobaan ini kandungan n-3 HUFA disetiap pakan hampir sama. Pakan A, B, C, D, dan E memiliki kandungan n-3 HUFA berturut-turut adalah 1.69%, 2.26%, 2.46%, 3.36%, dan 3.76% (Tabel 10). Menurut Borlongan (1992) ikan bandeng membutuhkan asam lemak omega 3 sebesar 1.0 sampai 1.5% di dalam pakan. Berdasarkan pendapat tersebut, kandungan n-3 HUFA yang terdapat dalam semua pakan memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh bandeng.

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 A rg in in H is ti d in Is o le u si n Le u si n Li si n M e ti o n in P h en ila la … Tr e o n in V al in R a si o E A A d a la m p a ka n /k e b u tu h an ik a n (% )

Asam amino esensial

pakan A pakan B pakan C pakan D pakan E

(10)

Tabel 10. Kandungan Asam Lemak (% Lemak Pakan) dalam Pakan pada Berbagai Perlakuan

Asam Lemak Karbon Pakan

A B C D E Laurat C12:0 0.33 0.51 0.49 0.62 0.63 Miristat C14:0 0.01 0.05 0.05 0.06 0.07 Palmitat C16:0 0.5 0.54 0.59 0.82 1.04 Stearat C18:0 0.03 0.04 0.04 0.07 0.07 Oleat C18:1 1.55 1.7 1.84 2.7 2.64 Linoleat C18:2 0.42 0.37 0.56 0.79 0.86 Linolenat C18:3 1.63 2.18 2.37 3.24 3.61 EPA C20:5 0.05 0.05 0.06 0.08 0.1 DHA C22:6 0.01 0.02 0.03 0.04 0.04

Komposisi Kimia Tubuh Ikan Bandeng

Hasil perhitungan komposisi kimia yang terdapat dalam tubuh ikan bandeng yang diberi pakan dengan subtitusi tepung maggot yang berbeda pada awal dan akhir penelitian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 11. Komposisi Kimia Tubuh Ikan Bandeng (% bobot basah) pada Saat Awal dan Akhir Penelitian dari Berbagai Perlakuan

Keterangan: Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat subitusi tepung ikan dengan tepung maggot yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, protein kasar, serat kasar, BETN, dan energi, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap lemak kasar dan berpengaruh nyata pada kadar abu dalam tubuh ikan bandeng.

Tabel 11 menunjukkan bahwa kandungan protein dalam tubuh ikan bandeng menurun sejalan dengan menurunnya kandungan protein dalam pakan, tetapi mengalami peningkatan pada perlakuan C dan D sera menurun kembali Parameter Awal A B C D E Air Protein kasar Lemak kasar Serat kasar BETN Abu Energi 70.62 52.53 12.52 2.55 16.73 15.68 4442 71.31±6.65a 58.38±5.42a 10.54±0.52a 1.19±1.05a 15.76±4.85a 14.12±0.13a 5143.67±50.00a 73.40±6.25a 56.38±2.73a 11.73±0.14a 2.24±0.81a 15.54±1.68a 14.12±1.39a 5111±67.36a 76.97±1.39a 59.34±1.98a 14.42±2.48a 0.97±0.51a 12.71±1.52a 12.53±0.99a 5120.33±27.65a 76.49±2.06a 59.17±1.27a 17.6±0.77bc 1.94±0.31a 8.12±2.52bc 13.17±1.93a 5171.00±91.99a 72.57±4.55a 57.56±2.56a 16.49±3.09b 2.48±1.16a 11.28±1.75b 12.19±1.56a 5208.67±86.64a

(11)

pada perlakuan E, meskipun tidak berbeda secara signifikan. Tetapi kandungan protein dalam tubuh meningkat jika dibandingkan pada saat awal penelitian. Menurut Adelina, dkk (2000), komposisi kandungan protein di dalam tubuh ikan diimbangi dengan kandungan lemak. Adanya penyimpanan lemak tubuh yang tinggi dan penyimpanan protein tubuh pada batas tertentu sesuai kemampuan ikan untuk mensintesis protein tubuh, maka akan menyebabkan kandungan protein tubuh cenderung menurun.

Hasil analisis terhadap komposisi proksimat tubuh ikan bandeng (Tabel 11) juga menunjukkan bahwa kadar lemak tubuh ikan semakin meningkat dengan meningkatnya lemak pakan, kecuali pada perlakuan E terlihat relatif rendah. Meningkatnya lemak tubuh ikan disebabkan oleh adanya peningkatan lemak yang dikonsumsi sebagai akibat meningkatnya lemak di dalam pakan. Tingginya lemak yang dikonsumsi ikan dan yang tidak digunakan sebagai sumber energi kemudian disimpan sebagai lemak tubuh. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nematipour, Brown dan Gatlin (1992 dalam Adelina, dkk 2000) bahwa lemak yang berkadar tinggi di dalam pakan dan tidak digunakan sebagai sumber energi oleh ikan akan di deposit sebagai lemak tubuh ikan. Rendahnya lemak tubuh ikan pada perlakuan E diduga karena pakan yang dikonsumsi ikan tersebut mempunyai imbangan protein dan non-protein yang memenuhi kebutuhan ikan, sehingga lemak dapat dimanfaatkan dengan efisien sebagai energi, akibatnya lemak yang dideposit di dalam tubuh tidak tinggi. hubungan antara kandungan lemak dalam pakan dengan kandungan lemak dalam tubuh disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Hubungan antara Lemak yang ada di Pakan dengan yang ada di dalam Tubuh Ikan Bandeng.

y = 1.136x + 4.905 R² = 0.817 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 0 2 4 6 8 10 12 Le m a k tu b u h (% ) Lemak pakan (%)

(12)

Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan lemak yang terdapat pada pakan maka komposisi lemak dalam tubuh ikan bandeng semakin tinggi pula, tetapi menurun pada perlakuan E. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa secara alami lemak daging ikan dipengaruhi oleh lemak di dalam pakan.

Energi yang dihasilkan dari pemberian pakan E menunjukkan angka yang paling tinggi dibandingakan dengan pemberian pakan A, B, C, dan D walaupun tidak berbeda secara signifikan. Hal ini terjadi akibat kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam pakan E, karena lemak menghasilkan energi paling tinggi dibandingkan dengan nutrien yang lain, seperti protein dan lemak.

Kandungan asam lemak esensial dalam daging ikan disajikan dalam tabel 12. Kandungan asam lemak esensial yang umum dilihat adalah kandungan asam lemak linoleat, asam lemak linolenat, EPA dan DHA.

Tabel 12. Kandungan Asam Lemak (% Lemak Tubuh Ikan) pada Daging Ikan Bandeng dengan Berbagai Perlakuan Pemberian Pakan

Asam Lemak Karbon Ikan

A B C D E Laurat C12:0 3.13 4.2 3.57 2.5 1.24 Miristat C14:0 5.81 6.04 5.17 5.76 4.3 Palmitat C16:0 13.78 14.7 14.32 12.89 11.68 Stearat C18:0 1.43 1.59 1.66 1.53 1.53 Oleat C18:1 29.66 32.02 32.14 32.27 32.9 Linoleat C18:2 6.55 7.29 5.83 6.53 7.03 Linolenat C18:3 34.66 30.22 34.04 34.29 35.64 EPA C20:5 2.36 2.12 2.02 2.46 2.73 DHA C22:6 0.52 0.6 0.43 0.42 0.6

Kandungan asam lemak linoleat tertinggi pada daging ikan bandeng yang diberi pakan B yaitu 7.29 %, dan terendah pada daging ikan bandeng yang diberi pakan C yaitu 5.83%. Kandungan asam lemak linolenat tertinggi pada daging ikan bandeng yang diberi pakan E yaitu 35.64 %, dan terendah pada daging ikan bandeng yang diberi pakan B yaitu 30.22%. Kandungan EPA tertinggi pada daging ikan bandeng yang diberi pakan E yaitu 2.73 %, dan terendah pada daging ikan bandeng yang diberi pakan C yaitu 2.02%. Sesangkan untuk kandungan DHA tertinggi pada daging ikan bandeng yang diberi pakan B dan E yaitu 0.60% dan terendah pada daging ikan bandeng yang diberi pakan D yaitu 0.42 %. Keragaman komposisi asam lemak ikan dipengaruhi oleh faktor pakan yang diberikan kepada ikan tersebut, walaupun nilai kandungan asam lemak yang didapat tidak jauh berbeda (Ozogul 2005 dalam Rahardjo, 2008).

(13)

Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran kualitas air media pemeliharaan ikan bandeng meliputi suhu, oksigen terlarut, pH dan amoniak. Kisaran nilai parameter kualitas air yang diperoleh selama penelitian disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Kisaran Nilai Pengukuran Parameter Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Perlakuan A B C D E Suhu (0C) pH DO (ppm) NH3 (ppm) 25-27 6.62-8.42 4.2-5 0.002-0.02 25-27 6.69-8.42 4.8-5 0.003-0.02 25-27 6.73-8.42 3.5-5 0.004-0.02 25-27 6.76-8.42 4.5-5 0.014-0.02 25-27 6.80-8.42 3.8-5 0.0070.02 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa suhu selama penelitian berkisar antara 25-27 °C. Kisaran ini layak untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi dan Tancung (2005) bahwa suhu optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng berkisar antara 23-32°C. Tingkat keasaman (pH) yang diperoleh berkisar antara 6.62-8.42, kisaran ini tergolong layak untuk kehidupan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2009) bahwa ikan bandeng masih dapat tumbuh optimal pada 6.5-9.

Kandungan oksigen terlarut yang didapat selama penelitian berkisar antara 3.5-5 ppm. Nilai ini kurang optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng secara berkelanjutan, dimana nilai oksigen terlarut yang optimal adalah 4-7 ppm. Rendahnya nilai oksigen yang didapat dikarenakan sistem resirkulasi memiliki kelemahan yaitu akumulasi bahan organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran apabila tidak dikeluarkan dari sistem Tetapi masalah ini dapat di atasi dengan dengan mengganti air dan penyifonan secara rutin.

Kandungan amoniak yang diperoleh berkisar 0.002-0.02 ppm. Kiasaran ini tergolong layak untuk pemeliharaan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi dan Tancung (2005), bahwa dalam pemeliharaan ikan bandeng kandungan amoniaknya tidak boleh lebih dan 0.1 ppm, sebab apabila kadar amoniak yang terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya jaringan insang, dimana lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan terganggu.

(14)

PENUTUP Kesimpulan

Dari kegiatan penelitian pemberian pakan terhadap ikan bandeng dengan tingkat subtitusi tepung ikan dengan tepung maggot yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa komposisi kimia semua jenis pakan dengan tingkat subtitusi tepung maggot yang berbeda memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan bandeng serta komposisi kimia pakan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap komposisi lemak dan BETN pada tubuh ikan bandeng.

Pemberian pakan dengan subtitusi tepung maggot sebesar 100% dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan bandeng ukuran gelondongan.

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Mokoginta, I., Affandi, R., dan Jusadi, D. 2000. Pengaruh Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). J.II. Pert. Indo. Vol. 9(2)

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Kanisius. Yogyakarta

Anonim. 2010. Budidaya Ikan Bandeng. Diakses dari

(http://hobiikan.blogspot.com/2009/04/budidaya-ikan-bandeng.html) Boonyaratpalin, M. 1997. Nutrient Requiretments of Marine Food Fish Cultured in

South Asia.

Borlongan, I. G, and Coloso R. M. 1992.Lipid and Patty Acid Composition of Milkfish (Chanos chanos Forsskal) Grown in Freswater and Seawater. Buwono, I. B. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan.

Kanisius. Yogyakarta

Hadadi, A., Herry, Setyorini, Surahman, A., Ridwan, E. 2007.Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Pakan Ikan.

Kordi, Ghufran. 2009. Budi Daya Perairan Jilid 2. PT Citra Aditya Bakti. Bandung Kordi, G. dan Tancung, A. B., 2005. Penelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta.

Jakarta

Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Rachmansyah. 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Rahardjo, A. P. 2008. Pengaruh Umur Panen Terhadap Komposisi Asam Lemak Daging Ikan Gurami (Osphronemus gouram) [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Supriatna. Mokoginta, I., Affandi, R., Bintang, M. J. 1999. Pengaruh Kadar Asam Lemak-ω3 yang Berbeda dan Kadar Asam Lemak-ω6 Tetap Pakan terhadap Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Bawal Air Tawar. Hayati., Vol. 6, NO.4 hal. 98-102.

Gambar

Tabel 7. Hasil Analisis Proksimat Tepung Ikan dan Maggot  Jenis bahan
Tabel 8. Hasil Analisis Proksimat Pakan dari Berbagai Perlakuan    Tingkat subtitusi
Tabel 9. Kandungan Asam Amino dalam Pakan dan Kebutuhan Juvenil Bandeng  (dalam g/100g Protein Kasar)
Tabel  11.  Komposisi  Kimia  Tubuh  Ikan  Bandeng  (%  bobot  basah)  pada  Saat  Awal dan Akhir Penelitian dari Berbagai Perlakuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

digester dapat menghambat produksi biogás. Penggunaan digester dua tahap memisahkan beberapa tahap reaksi. Tahap hidrolisis, asidogenesis , dan asetogenesis terjadi

Narator memihak pada Hemop yang dianggapnya sebagai sosok pemimpin yang sempurna dan mampu menyelesaikan setiap permasalahan dengan baik sementara Palkenir adalah sosok

Hasil voltamogram pada penelitian ini menunjukan komposisi elektroda graphene oxide:parafin terbaik adalah 8:2, pH optimum pada pH 5, waktu deposisi terbaik pada 5

sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran, kemitraan, dan sumber- sumber yang ada. 4) Aksi, yaitu mempertahankan kekompakan kegiatan aksi dan semua mitra merupakan hal yang mendasar

Anas (1997) batrkan menyatakan bahwa kemampuan membaca menjadi tulang punggung bagi berlangsungnya pemba- ngunan Dalam hal menumbuhkan minat baca gryli melalui

Namun lagi-lagi pada tanggal yang sama, Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya lewat komunikasi telepon dengan Menteri Luar Negeri Indonesia menyatakan bahwa Thailand

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan bandeng yang diberi pakan dengan berba- gai tingkat substitusi tepung ikan dengan tepung cacing tanah memberikan pengaruh yang sama

Terlepas dari polemik para linguis di atas, dalam artikel ini perlu ditegaskan bahwa fukugoogo bahasa Jepang adalah kata gabungan atau gabungan kata bukan