DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ir.Ria Asih Aryani Soemitro.M.Eng Ir.Moesdarjono Soetojo.MSc
PENGARUH PENGGUNAAN TYRESOIL DAN MATERIAL GRANULER TERHADAP PENURUNAN PONDASI DANGKAL
AKIBAT DINAMIS DENGAN VARIASI INDEKS KECAIRAN STUDI TANAH KABUPATEN BANTUL
MAHASISWA: Sugiarto 3108201004
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BIDANG KEAHLIAN GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2010
LATAR BELAKANG
Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng
utama, yaitu Lempeng Hindia di sebelah selatan yang bergerak relatif kearah utara-timur dengan pergerakan sekitar 7 cm/tahun, Lempeng Eurasia di utara yang bergerak relatif ke selatan dengan pergerakan relatif 9 cm/tahun dan Lempeng Pasifik di timur yang bergerak relatif ke barat dengan pergerakan 11 cm/tahun.
Perumusan Masalah
Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban
vertikal dan dinamis pada tanah Pasir Berlanau dengan variasi perkuatan tanahnya.
Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban
vertikal dan dinamis pada tanah Pasir Berlanau ditinjau dari variasi Liquidity Indeksnya: -4,55 , 0,074 dan 2,38.
Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban
vertikal dan dinamis pada tanah Pasir Berlanau ditinjau dari variasi material granuler yang digunakan: pasir dan copperslag.
Lanjutan...
Bagaimana penurunan yang terjadi akibat beban
vertikal dan dinamis pada tanah Pasir Berlanau ditinjau dari variasi kedalaman material granuler yang digunakan: 10 cm, 20 cm dan 30 cm
Maksud Dan Tujuan
Mengetahui besarnya penurunan yang terjadi akibat
beban vertikal dan dinamis pada tanah Pasir
Berlanau dengan variasi perkuatan tanahnya.
Mengetahui besarnya penurunan yang terjadi akibat
beban vertikal dan dinamis pada tanah Pasir
Berlanau ditinjau dari variasi Liquidity Indeksnya:
-4,55 , 0,074 dan 2,38.
Lanjutan...
Mengetahui besarnya penurunan yang terjadi akibat
beban vertikal dan dinamis pada tanah Pasir
Berlanau ditinjau dari variasi material granuler
yang digunakan: pasir dan
copperslag
.
Mengetahui besarnya penurunan yang terjadi akibat
beban vertikal dan dinamis pada tanah Pasir
Berlanau ditinjau dari variasi kedalaman material
granuler yang digunakan: 10 cm, 20 cm dan 30 cm
Batasan Masalah
Rangkaian tyresoil yang digunakan berjumlah 3
buah sebanyak 1 lapis.
Tanah yang digunakan adalah campuran
bentonite, pasir, dan air yang menghasilkan kondisi
LL tertentu sesuai dengan kondisi tanah di
Kabupaten Bantul.
Ikatan antar tyresoil diasumsikan kuat dan tidak
putus.
Tidak membahas umur keawetan tyresoil.
Lanjutan...
Material pasir dan copperslag berlaku sebagai
perkuatan tanah.
Pengukuran penurunan tanah dilakukan pada tanah
tepat di bawah pusat tyresoil dan material granuler.
Variasi Liquidity Indeks yang digunakan, LI
-4,55, LI 0,074 dan LI 2,38.
Besarnya kenaikan tanah di sekitar model pondasi
Lanjutan...
Tidak membahas tentang Liquefaction
Pembebanan dinamis dilakukan dengan menggunakan
alat pemodelan yang menggunakan motor penggerak.
Beban dinamis diberikan selama 10 detik.
Pemberian beban dinamis dengan percepatan getaran
antara 0,3g dan 0,34g dengan wilayah gempa 3 dan 4
Pembebanan dilakukan secara bertahap dengan
pembebanan beban sebesar 4 kg setiap 10 detik, hingga beban 32 kg
Manfaat Penelitian
memberikan gambaran tentang pengaruh penggunaan
tyresoil dan penggunaan material granuler terhadap penurunan pondasi dangkal akibat beban dinamis pada tanah Pasir Berlanau dengan variasi perkuatan tanah serta variasi Liquidity Indeks yaitu pada LI -4,55, LI 0,074 dan LI 2,38, yang mana besar penurunannya kemudian lebih khusus ditinjau dari berbagai variasi percobaan yang ada.
memberikan gambaran mengenai metode perkuatan
mana yang lebih efektif digunakan untuk pondasi dangkal akibat beban dinamis
TINJAUAN PUSTAKA
Keruntuhan daya dukung pondasi dangkal akibat
beban dinamis :
1. Tegangan geser tanah : hilangnya kuat geser
tanah selama gempa terjadi karena adanya
liquefaction
atau kehilangan gaya geser untuk
lempung sensitif.
2. Beban struktural : beban yang terjadi selama
gempa lebih besar dari besar beban rencana
timbul momen guling yang berpengaruh sebagai
gaya siklik vertikal pada pondasi.
Lanjutan...
3. Perubahan Pada Kondisi Lapangan : Kondisi
lapangan
yang
berubah
–
ubah
dapat
mengakibatkan keruntuhan daya dukung. Sebagai
contoh, bila muka air tanah naik, maka potensi
terjadinya
liquefaction
meningkat.
Lanjutan...
Pasir
Pasir adalah partikel butiran batuan yang lolos ayakan no. 4 (4,75 mm) dan tertahan pada ayakan no. 200 (75 μm)
Copperslag
Copper Slag dihasilkan dari industri peleburan tembaga. Sifat Kimia : oksida-oksida besi, sikikon, kalsium, serta aluminium dengan persentase: Fe2O3 = 45-55%,SiO2 = 30-36%, CaO= 2-7%, dan Al2O3=3-6%. Sifat fisika :
Kandungan besi yang tinggi pada Copper Slag
menyebabkan berat jenis besi/Gs tinggi (3,3-3,9) bersifat menghantarkan panas yang baik
Lanjutan...
Bentonite
Bentonite = montmorillonite = smectite dengan rumus kimia (MgCa)O. Al2O3.5SiO2 nH2O dengan n = 8. terbentuk dari perubahan abu vulkanik. Specific Gravity –
nya 2,4 – 2,8.
Tyresoil sebagai Penguat Struktur Tanah
terbuat dari kombinasi ban bekas, aplikasi dari penggunaan material : Dinding penahan tanah, Slope
stability, Struktur pereduksi tekanan tanah
efektif, Penyerap energi, Embankment kelas ringan dan lain sebagainya
Lanjutan...
Plastisitas dan konsistensiBatas cair (LL) adalah nilai kadar air pada batas antara keadaan cair dan plastis. Pada keadaan ini, butiran-butiran tersebar dan didukung oleh air.
Jika kadar air berkurang, misalnya akibat dikeringkan, perubahan volume yang terjadi adalah akibat berkurangnya air.
Jika kadar air berkurang terus, butiran-butiran menjadi mendekat satu
sama lain sampai mencapai kedudukan pada batas plastis (PL), yaitu
kadar air tanah pada kedudukan antara plastis dan semipadat
Pada pengurangan kadar air selanjutnya butiran-butiran tidak dapat lagi mendekat satu sama lain dan volume tanah tidak berubah, Kadar
air pada kedudukan ini disebut batas susut (SL), yaitu kadar air dimana
pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah.
Lanjutan...
Gambar 2. Batas-batas Atterberg dan hubungan volume terhadap
Lanjutan...
Liquidity indeks
Dengan w
Nadalah kadar air pada kondisi alam. Bila
tanah mempunyai w
Nyang kurang daripada PL, LI
akan bernilai negatif. Jika kadar air (w
N) bertambah
dari kedudukan kadar air PL menuju ke kadar air
pada kedudukan LL, nilai LI bertambah dari 0 sampai
1. Demikian pula jika kadar air tanahnya lebih besar
daripada LL, maka LI lebih besar 1.
PI PL w PL LL PL w LI N N
Lanjutan...
Distribusi Tegangan Di Dalam Tanah.
Tegangan didalam tanah yang timbul akibat adanya beban
dipermukaan dinyatakan dalam istilah tambahan
tegangan (stress increment), karena sebelum tanah dibebani.
persamaan Boussinesq : ∆σz = qI
q = tekanan sentuh atau tekanan fondasi ke tanah 2 22 2 21/22 22 22 2 22 2 21/22 1 ) 1 ( 2 ) 1 ( ) 2 ( 1 ) 1 ( 2 4 1 n m n m n m mn arctg n m n m x n m n m n m mn I z B m z L n
Lanjutan...
Gambar 3. Isobar tegangan untuk beban terbagi rata berbentuk lajur memanjang dan bujur sangkar teori Boussinesq
METODOLOGI
1. Persiapan, pengambilan sampel tanah di Kabupaten Bantul sebagai referensi, persiapan bentonite tipe Proton Bent S.
2. Persiapan Benda Uji, pengeringan material pasir, bentonite dan pembuatan material tyresoil dengan ukuran diameter dalam 3 cm, diameter luar 6 cm dengan ketebalan 1 cm.
3. Persiapan Alat Pemodelan, persiapan rangkaian elektronik, baik itu sensor maupun inverter serta persiapan rangkaian mesin yang digunakan, Memasang rangkaian komputer yang terhubung dengan sensor untuk memonitor penurunan, frekwensi dan percepatan yang dihasilkan oleh alat pemodelan.
Lanjutan...
4. Pembuatan sampel dengan karakteristik tanah referensi.
5. Pengujian parameter dasar, meliputi Direct Shear, serta analisa
ayakan.
6. Pembuatan Benda Uji dengan variasi Liquidity Index : -4,55
, 0,074 dan 2,38.
7. Penempatan sampel dialat pemodelan.
8. Memasang Perkuatan Tyresoil
9. Memasang Perkuatan Pasir dan copperslag
10. Memasang Beban Pondasi
11. Pengujian Sampel dialat pemodelan
12. Pengambilan Sampel Untuk Pengujian Laboratorium 13. Analisa Data Hasil Pengujian
Lanjutan...
Gambar 4 skema pembebanan pada alat pemodelan
(1) (2) (3)
(4) (5)
Tabel 1. Tipe Pemodelan
Model 1 2 3 4 5 Tipe Perkuatan Tanpa perkuatan Perkuatan Tyresoil 3T Perkuatan Pasir 10 cm, h = B Perkuatan pasir 20 cm, h = 2B Perkuatan pasir 30 cm, h = 3B
Lanjutan...
Gambar 5.Flowchart Penelitian
Pengujian parameter dasar Pembuatan sampel dengan LL referensi Pasir Copperslag Bentonite Tyresoil Persiapan alat pemodelan Persiapan sampel Persiapan A B
Lanjutan...
Gambar 5.Flowchart Penelitian
Pembuatan sampel dengan variasi kadar Air
Penempatan sampel di alat pemodelan LI=-4,55 A.1 LI=0,074 LI=2,38 A.1 A.1 A B C
Lanjutan...
Gambar 5.Flowchart Penelitian
Pengujian sampel di alat pemodelan
Kesimpulan Pengambilan sampel untuk pengujian Direct Shear.
Analisa data hasil pengujian
Hasil Dan Pembahasan
Tanah yang digunakan sebagai referensi berasal dari
tiga
lokasi
di
Kabupaten
Bantul,
antara
lain
Karanggayam, Buweran dan Nganyang. Ketiga lokasi
ini merupakan lokasi terparah yang terkena dampak
gempa yang terjadi pada mei 2006 di Yogyakarta
Lanjutan...
Secara umum dari hasil pengujian di Laboratorium, tanah di tiga lokasi Kabupaten Bantul merupakan tanah jenis pasir berlanau dengan kandungan pasir diatas 60%. Hal ini sesuai dengan Sejumlah data geologi permukaan dan bawah permukaan di daerah Patalan, Bantul dan sekitarnya yang menunjukkan bahwa stratifikasi lapisan tanah bawah permukaan disusun oleh pasir halus, sedang, kasar, lanau dan lempung serta kerikil di beberapa penampang bawah permukaan.
Untuk membuat sampel sesuai dengan kondisi tanah di kabupaten Bantul Yogyakarta, maka dilakukan pencampuran antara pasir dengan bentonite secara coba-coba sehingga menghasilkan campuran sesuai LL yang diinginkan.
Prosentase bentonite dan LL yang dihasilkan oleh
campuran.
Lanjutan...
Dari Grafik campuran tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan linier antara penambahan Bentonite dengan Liquid Limit yang dihasilkan. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya penambahan Bentonite maka nilai Liquid Limit semakin meningkat. Material yang digunakan pada Penelitian ini berasal dari PT. Madulingga Perkasa, Driyorejo Gresik yang memiliki nilai Liquid Limit antara 288,53% hingga mencapai 306,16%. Berdasarkan analisa ayakan Pasir rencana yang digunakan sebagai sampel memiliki nilai Liquid Limit 32%.
Liquidity Indeks Rencana
Liquid Limit 32%. Adalah LL yang dalam grafik
gabungan masuk dalam rentang kurva tiga Lokasi di
Bantul-Yogyakarta.
LL = 32 % ,
PL = 29,84 %
Perumusan
PI PL w PL LL PL w LI N N Lanjutan...
Wc = 20 % 55 , 4 % 16 , 2 % 84 , 9 % 84 , 29 % 32 % 84 , 29 % 20 PL LL PL w LI N (Solid) Wc = 30 % 074 , 0 % 16 , 2 % 16 , 0 % 84 , 29 % 32 % 84 , 29 % 30 PL LL PL w LI N (Plastis) Wc = 35 % 38 , 2 % 16 , 2 % 16 , 5 % 84 , 29 % 32 % 84 , 29 % 35 PL LL PL w LI N (Liquid)Lanjutan...
Rangkuman hasil uji direct shear sebelum pembebanan
Perhitungan daya dukung tanah dan beban maksimum untuk
masing-masing tanah uji Pondasi Bujur Sangkar
Qult = 1,3.C.Nc+q.Nq+0,4.γ.B.Nγ
Wc = 20% Wc = 30% Wc = 35%
c (kg/cm2) 0,026 0,039 0,028
Analisa Daya Dukung Ultimit Wc 20 % C = 0,026 kg / cm2 = 260 kg / m2 = 0,260 t / m2 Ø = 34,29o γ = 1,656 t / m3 Nc = 43,35 Nq = 30,60 N γ = 30,33
Untuk pondasi bujur sangkar (10cm x 10cm) qu = 1,3 C.Nc + q Nq + 0,4 γBN γ
= 1,3.0,260.43,35 + 0 + 0,4.1,656.0,1.30,33 = 16,661 t/m2
Lanjutan...
Wc 30 % C = 0,039 kg/cm2 = 390 kg/m2 = 0,390 t/m2 Ø = 28,63o γ = 1,794 t/m3 Nc = 27,15 Nq = 15,86 N γ = 12,22Untuk pondasi bujur sangkar (10cm x 10cm) qu = 1,3 C.Nc + q Nq + 0,4 γBN γ
= 1,3.0,390.27,15 + 0 + 0,4.1,794.0,1. 12,22 = 14,64 t/m2
Lanjutan...
Wc 35 % C = 0,028 kg/cm2 = 280 kg/m2 = 0,280 t/m2 Ø = 24,98o γ = 1,863 t/m3 Nc = 20,68 Nq = 10,68 N γ = 6,78 qu = 1,3 C.Nc + q Nq + 0,4 γBN γ = 1,3. 0,280.20,68+ 0 + 0,4.1,863.0,1. 6,78 = 8,032 t/m2 = 0,8032 kg/cm2Lanjutan...
Rancangan Percobaan Pada Pemodelan
Model Statis Dinamis 0,3g Dinamis 0,34g
1.1 1 1 1 1.2 1 1 1 1.3 1 1 1 1.4 1 1 1 1.5 1 1 1 1.6 1 1 1 1.7 1 1 1 1.8 1 1 1 Perkuatan pasir 20 cm Perkuatan pasir 30 cm 1. Wc = 20% Tipe Perkuatan Tanpa perkuatan Perkuatan Tyresoil 3T Perkuatan Pasir 10 cm Perkuatan copperslag 10 cm Perkuatan copperslag 20 cm Perkuatan copperslag 30 cm
Lanjutan...
Model Statis Dinamis 0,3g Dinamis 0,34g
2.1 1 1 1 2.2 1 1 1 2.3 1 1 1 2.4 1 1 1 2.5 1 1 1 2.6 1 1 1 2.7 1 1 1 2.8 1 1 1 Tanpa perkuatan Perkuatan Tyresoil 3T Perkuatan Pasir 10 cm Perkuatan pasir 20 cm Perkuatan pasir 30 cm Perkuatan copperslag 10 cm 2. Wc = 30% Tipe Perkuatan Perkuatan copperslag 20 cm Perkuatan copperslag 30 cm
Lanjutan...
Model Statis Dinamis 0,3g Dinamis 0,34g
3.1 1 1 1 3.2 1 1 1 3.3 1 1 1 3.4 1 1 1 3.5 1 1 1 3.6 1 1 1 3.7 1 1 1 3.8 1 1 1 3. Wc = 35% Tipe Perkuatan Tanpa perkuatan Perkuatan Tyresoil 3T Perkuatan Pasir 10 cm Perkuatan pasir 20 cm Perkuatan pasir 30 cm Perkuatan copperslag 10 cm Perkuatan copperslag 20 cm Perkuatan copperslag 30 cm
Penggunaan Program
Output Program
Grafik Penurunan Grafik Frekwensi
Analisa Hasil Pembebanan
Variasi Perkuatan Pasir, Wc 20%, Statis
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pe n u ru n an ( m m ) Tegangan Kg/cm2
Variasi Perkuatan Pasir, Wc = 20% , Statis
Tanpa Perkuatan
Pasir 10 cm
Pasir 20 cm
Pasir 30 cm
BEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
Pada gambar diatas menunjukkan korelasi antara tegangan yang terjadi
terhadap penurunan yang dihasilkan pada kondisi pembebanan statis dengan
variasi kedalaman perkuatan pasir yang digunakan. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa pada pembebanan perkuatan pasir h = 2B merupakan perkuatan
yang paling efektif, dengan penurunan sebesar 14 mm dibanding tanpa
perkuatan yang menghasilkan penurunan 19 mm, yaitu mampu mereduksi
penurunan sebesar 26,31% dibanding kondisi tanpa perkuatan. Pada
perkuatan pasir dengan h = B dihasilkan penurunan sebesar 15 mm, yaitu
mampu mereduksi penurunan sebesar 21,05% dibanding kondisi tanpa
perkuatan. Reduksi penurunan sebesar 10,52% dibanding kondisi tanpa
perkuatan dihasilkan oleh kondisi pembebanan perkuatan pasir dengan h = 3B
dimana dengan perkuatan ini penurunan yang terjadi sebesar 17 mm. Melihat
hasil penurunan yang dicapai oleh masing-masing perkuatan dapat diketahui bahwa adanya perkuatan dapat mereduksi penurunan yang dihasilkan oleh kondisi tanpa perkuatan hanya saja efektifitas masing-masing perkuatan berbeda satu sama lain. Adanya perkuatan mampu merubah karakteristik mekanis dari suatu tanah sehingga daya dukung tanah yang diperkuatnya menjadi meningkat dibanding dengan kondisi sebelum diberi perkuatan.
Lanjutan...
Variasi Perkuatan Copperslag, Wc 20%, Statis
0 5 10 15 20 25 30 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2
Variasi Perkuatan Copperslag, Wc = 20%, Statis
Tanpa Perkuatan
Copperslag 10 cm
Copperslag 20 cm
Copperslag 30 cm
BEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
Pada gambar diatas menunjukkan korelasi antara tegangan yang terjadi terhadap penurunan yang dihasilkan pada kondisi pembebanan statis dengan variasi kedalaman perkuatan copperslag yang digunakan. Pada kondisi pembebanan tanpa perkuatan
dihasilkan penurunan sebesar 19 mm. Pada perkuatan copperslag h = B dihasilkan penurunan sebesar 23 mm, dengan kata lain terjadi penambahan penurunan sebesar
21,05% dibanding kondisi tanpa perkuatan. Penambahan penurunan sebesar 42,10%
dihasilkan oleh kondisi perkuatan copperslag h = 2B dengan penurunan sebesar 27 mm. Penurunan sebesar 19 mm dihasilkan pada kondisi perkuatan copperslag h = 3B, dimana pada kondisi perkuatan ini sama dengan kondisi tanpa perkuatan. Pada Gambar diatas terlihat bahwa perkuatan copperslag dengan berbagai perkuatan tidak efektif digunakan untuk mereduksi penurunan. Pada masing-masing perkuatan terlihat bahwa adanya perkuatan tidak berfungsi dengan baik, artinya dengan memakai perkuatan justru menghasilkan penurunan yang lebih besar atau sama dibanding pada kondisi tanpa perkuatan. Adanya perkuatan tidak mampu merubah karakteristik mekanis dari suatu tanah sehingga daya dukung tanah yang diperkuatnya sama dibanding dengan kondisi sebelum diberi perkuatan. Kondisi ini terjadi karena batasan alat pemodelan yang digunakan, yaitu berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, sehingga distribusi tegangan yang terjadi terpengaruh oleh dinding pemodelan dan hasil yang didapat menjadi tidak valid. Selain ini pada kondisi ini Copperslag mengalami Bulging yang berlebihan sehingga memberikan kontribusi yang besar pada penurunan.
Lanjutan...
Variasi Perkuatan Tyresoil
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2
Variasi Perkuatan Tyresoil 3T, Wc = 20%, Statis
Tanpa Perkuatan Tyresoil 3T 50 50 Pu(kg) SENSOR PENURUNAN PLAT PONDASI 10 X 10 cm BESI PENUMPU BEBAN PLAT BESI 2 mm TYRE SOIL TANAH DENGAN VARIASI LL BAK PRAKTIKUM KABEL SENSOR TEMPAT BEBAN BEBAN
Sifat-sifat material granuler antara lain :
Merupakan material yang baik untuk mendukung bangunan dan badan
jalan, karena mempunyai kapasitas dukung yang tinggi dan penurunan kecil, asalkan tanahnya relatif padat. Penurunan terjadi segera setelah
penerapan beban. Jika dipengaruhi getaran pada frekuensi
tinggi, penurunan yang besar dapat terjadi pada tanah yang tidak
padat.
Merupakan material yang baik untuk tanah urug pada dnginding
penahan tanah, struktur bawah tanah, dan lain-lain, karena menghasilkan tekanan lateral yang kecil, mudah dipadatkan dan material untuk drainase yang baik karena lolos air.
Tanah yang baik untuk timbunan, karena mempunyai kuat geser yang
timggi.
Bila tidak dicampur dengan material kohesif, tidak dapat digunakan
sebagai bahan tanggul, bendungan, kolam, dan lain-lain, karena permeabillitasnya besar. Galian pada tanah granuler yang terendam air memerlukan penanganan air yang baik.
Perkuatan Pasir Vs Copperslag
0 5 10 15 20 25 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2Pasir 10 cm Vs Copperslag 10 cm, Wc = 20%, Statis
Pasir 10 cm
Copperslag 10 cm
BEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
0 5 10 15 20 25 30 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2Pasir 20 cm Vs Copperslag 20 cm, Wc = 20%, Statis
Pasir 20 cm
Copperslag 20 cm
BEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2Pasir 30 cm Vs Copperslag 30 cm, Wc = 20%, Statis
Pasir 30 cm
Copperslag 30 cm
BEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
0 50 100 150 200 250 300 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2 Pasir 20 cm Vs Copperslag 20 cm, Wc = 35%, a = 0,3 g Pasir 20 cm Copperslag 20 cmBEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
0 50 100 150 200 250 300 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2 Pasir 30 cm Vs Copperslag 30 cm, Wc = 35%, a = 0,3 g Pasir 30 cm Copperslag 30 cmBEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
0 50 100 150 200 250 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2 Pasir 10 cm Vs Copperslag 10 cm, Wc = 35%, a = 0,3 g Pasir 10 cm Copperslag 10 cmBEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
0 50 100 150 200 250 300 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2 Pasir 10 cm Vs Copperslag 10 cm, Wc = 20%, a = 0,34 g Pasir 10 cm Copperslag 10 cmBEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Lanjutan...
0 50 100 150 200 250 300 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,2 0,24 0,28 0,32 0,36 0,4 Pen u ru n an (m m ) Tegangan Kg/cm2 Pasir 20 cm Vs Copperslag 20 cm, Wc = 20%, a = 0,34 g Pasir 20 cm Copperslag 20 cmBEBAN TEMPAT BEBAN KABEL SENSOR BAK PRAKTIKUM VARIASI LL TANAH DENGAN PLAT BESI 2 mm BEBAN BESI PENUMPU PLAT PONDASI 10 X 10 cm PENURUNAN SENSOR Pu(kg) 50 50 MATERIAL GRANULAR
Struktur Butiran
Analisa Saringan Perkuatan Pasir
4 ,7 6 # 4 # 1 0 2 0 ,8 5 # 2 0 # 4 0 0 ,4 2 5 0 ,1 4 9 # 1 0 0 # 2 0 0 0 ,0 7 5 0 ,0 0 5 1 9 ,0 5 1 9 ,0 5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0,001 0,01 0,1 1 10 P E R C E N T F IN E R ( % )Lanjutan...
Bentuk dan ukuran butiran
Hal lain yang penting mengenai tanah granuler
adalah bentuk dan ukuran butirannya. Semakin besar
dan kasar permukaan butiran, semakin besar kuat
gesernya. Oleh pengaruh gaya geser, butiran yang
kecil mudah sekali menggelinding, sedang pada
butiran yang besar, akibat geseran, butiran akan
memasak satu sama lain. Demikian pula mengenai
gradasinya.
Jika gradasi semakin baik, semakin
TABEL PENURUNAN
Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Tegangan pada penurunan 50 mm (kg/cm2) - 0,11 0,085 - 0,135 0,12 Penurunan maksimum yang terjadi (mm) 19 186 231 17 139 174
Tanpa Perkuatan
Model Pengamatan Perkuatan Tyresoil 3T
Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Tegangan pada penurunan 50 mm (kg/cm2) - 0,119 0,132 - 0,12 0,082 Penurunan maksimum yang terjadi (mm) 15 169 181 14 162 250
Model Pengamatan Perkuatan Pasir 10 cm Perkuatan Pasir 20 cm
Statis 0,3 g 0,34 g Tegangan pada penurunan 50 mm (kg/cm2) - 0,167 0,162 Penurunan maksimum yang terjadi (mm) 17 163 175
Lanjutan...
Tyresoil Terhadap Tanpa Perkuatan Pasir 10 cm Terhadap Tanpa Perkuatan Pasir 20 cm Terhadap Tanpa Perkuatan Pasir 30 cm Terhadap Tanpa Perkuatan
Persentase Reduksi Penurunan Perbandingan Model Kondisi Statis
10,52% 21,05% 26,31% 10,52%
Tyresoil Terhadap Tanpa Perkuatan Pasir 10 cm Terhadap Tanpa Perkuatan Pasir 20 cm Terhadap Tanpa Perkuatan Pasir 30 cm Terhadap Tanpa Perkuatan
25,26% 9,13% 12,90% 12,36%
Perbandingan Model Kondisi Dinamis, a = 0,3 g Persentase Reduksi Penurunan
Tyresoil Terhadap Tanpa Perkuatan 24,67%
Perbandingan Model Kondisi Dinamis, a = 0,34 g Persentase Reduksi Penurunan Pasir 10 cm Terhadap Tanpa Perkuatan 21,64%
Pasir 20 cm Terhadap Tanpa Perkuatan -8,22% Pasir 30 cm Terhadap Tanpa Perkuatan 24,24%
Lanjutan...
Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Tegangan pada penurunan 50 mm (kg/cm2) - 0,11 0,085 - 0,135 0,12 SF JikaTegangan Ultimit Wc 20% = 1,666 kg/cm2 - 15,15 19,60 - 12,34 13,88
Model Pengamatan Tanpa Perkuatan Perkuatan Tyresoil 3T
Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Tegangan pada penurunan 50 mm (kg/cm2) - 0,12 0,13 - 0,12 0,08 - 0,17 0,16 SF JikaTegangan Ultimit Wc 20% = 1,666 kg/cm2 - 14,00 12,62 - 13,88 20,32 - 9,98 10,28
Model Pengamatan Perkuatan Pasir 10 cm Perkuatan Pasir 20 cm Perkuatan Pasir 30 cm
Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Tegangan pada penurunan 50 mm (kg/cm2) - 0,11 0,085 - 0,135 0,12 Penurunan maksimum yang terjadi (mm) 19 186 231 17 139 174
Model Pengamatan Tanpa Perkuatan Perkuatan Tyresoil 3T
Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Statis 0,3 g 0,34 g Tegangan pada penurunan 50 mm (kg/cm2) - 0,119 0,132 - 0,12 0,082 - 0,167 0,162 Penurunan maksimum yang terjadi (mm) 15 169 181 14 162 250 17 163 175
PENGARUH LIQUIDITY INDEKS TERHADAP PENURUNAN. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 0 1 2 3 4
Pengaruh Penurunan Berdasarkan Variasi Liquidity Indeks
TANPA PERKUATAN STATIS TANPA PERKUATAN, a = 0,3 g TANPA PERKUATAN, a = 0,34 g
Lanjutan...
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 0 1 2 3 4Pengaruh Penurunan Berdasarkan Variasi Liquidity Indeks
PERKUATAN TYRESOIL STATIS PERKUATAN TYRESOIL, a = 0,3 g PERKUATAN TYRESOIL, a = 0,34 G
Lanjutan...
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 0 1 2 3 4Pengaruh Penurunan Berdasarkan Variasi Liquidity Indeks
PERKUATAN PASIR 10 cm STATIS PERKUATAN PASIR 10 cm, a = 0,3 g PERKUATAN PASIR 10 cm, a = 0,34 G
Lanjutan...
Pada gambar diatas terlihat bahwa untuk kondisi pembebanan dengan perkuatan Tyresoil pada tanah uji tanpa pembebanan Statis dihasilkan penurunan sebesar 17 mm. Pada kondisi pembebanan tanpa perkuatan dihasilkan penurunan sebesar 19 mm, yang kalau diprosentase kekuatannya, pada perkuatan Tyresoil
terjadi penguatan (reduksi penurunan) sebesar 10,52% dari kondisi tanpa perkuatan. Dilihat dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa adanya perkuatan tyresoil mampu merubah karakteristik mekanis dari suatu tanah sehingga daya dukung tanah yang diperkuatnya menjadi meningkat dibanding dengan kondisi sebelum diberi perkuatan.
KESIMPULAN :
1. Secara umum adanya perkuatan dalam massa tanah memberikan kontribusi yang signifikan dalam merubah karakteristik peredaman mekanis suatu tanah yang ditunjukkan dari sedikitnya perbedaan penurunan pada percepatan gempa 0,3 g dan 0,34 g. Akibat beban dinamis perkuatan yang paling efektif
digunakan adalah Tyresoil, penurunan yang
dihasilkan oleh kondisi tanpa perkuatan sebesar 186 mm, setelah diberi perkuatan penurunan menjadi 139 mm dimana dengan perkuatan ini dihasilkan reduksi penurunan terbesar yaitu sebesar 25,26%.
Lanjutan...
2. Berdasarkan variasi Liquidity Index yang
digunakan, semakin tinggi kadar air suatu tanah nilai penurunan yang dihasilkan semakin besar. Beda penurunan terbesar yang dihasilkan adalah pada perkuatan Tyresoil a = 0,3 g dimana pada Wc 20% penurunan yang terjadi sebesar 139 mm sedangkan pada Wc 35% terjadi penurunan sebesar 202 mm. Pada Wc 35% selisih penurunan sebesar 145,32% lebih tinggi dibanding pada Wc 20%. Kondisi ini terjadi karena pada Wc 35% kadar airnya melebihi nilai Liquid Limit (32%) tanahnya, sehingga daya
dukung tanahnya menjadi rendah, akibatnya
Lanjutan...
3. Berdasarkan variasi material granuler (pasir dan
copperslag
) yang digunakan, hampir pada semua
perkuatan pasir memberikan hasil yang lebih
efektif dibanding perkuatan
copperslag.
Reduksi
penurunan terbesar dihasilkan pada perkuatan
pasir 20 cm dinamis a = 0,3 g Wc 20% sebesar
48,76%
lebih
tinggi
dibanding
copperslag, penurunan pada pasir 20 cm = 162
mm sedangkan copperslag 20 cm menghasilkan
penurunan sebesar 241 mm.
Lanjutan...
4. Ditinjau dari variasi kedalaman material granuler
yang
digunakan,
pada
pembebaban
statis
perkuatan dengan kedalaman 30 cm efektif
digunakan, dimana dengan perkuatan ini mampu
mereduksi penurunan sebesar pada pembebaban
dinamis a = 0,3 g dan a = 0,34 g perkuatan dengan
kedalaman 10 cm efektif digunakan baik pasir
maupun copperslag.
SARAN :
1. Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan
memperbanyak variasi geometri perkuatan, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat. 2. Sampai saat ini belum disepakati kesimpulan yang
bersifat umum sehingga perlu dilakukan pengujian dengan skala penuh di lapangan.
3. Pada perkuatan ganuler kepadatannya harus
ditentukan sesuai rencana, agar menghasilkan kepadatan yang seragam pada semua perkuatan
granuler, sehingga pada saat pembebanan