• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016 - Test Repository"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR,

KOTA SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

ASHNAN HABIB

111-12-130

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

(2)
(3)

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN

KEBERAGAMAAN JAMA’AH RIJALUL ANSOR

DI DESA KALIBENING, KECAMATAN TINGKIR,

KOTA SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

ASHNAN HABIB

111-12-130

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

4

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan naskah skripsi

Kepada :

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah membaca dan memberi arahan dan perbaikan seperlunya, maka

kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdra. :

Nama : Ashnan Habib

NIM : 111-12-130

Judul : IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN

JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING,

KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosah skripsi

guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 30 Maret 2017

Pembimbing

Dra. Siti Asdiqoh, M.Si

(5)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERAN KEBERAGAMAAN

JAMA’AH RIJALUL ANSOR DI DESA KALIBENING

KECAMATAN TINGKIR, KOTA SALATIGA TAHUN 2016

Disusun oleh:

ASHNAN HABIB

NIM : 11112130

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal 30 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji:

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M. Phil. ...

Sekertaris Penguji : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. ...

Penguji I : Achmad Maimun, M. Ag. ...

Penguji II : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag ...

Salatiga, 30 Maret 2017 Dekan

Suwardi, M.Pd

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(6)

6

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ashnan Habib

NIM : 111-12-130

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 16 Maret 2017

Yang menyatakan

(7)

MOTTO

Seseorang yang takut kepada harimau akan lari menjauh,

sedangkan seseorang yang takut kepada Allah akan lari

mendekat. Jadikanlah dirimu sebagai lautan yang luas, adapun

kejadian itu harus diterima dengan tawakal dan dengan iman

yang tebal.

(8)

8

PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah dan Tuhanmulah yang maha

mulia, Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

(QS : Al-Mujadilah 11)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Thohir Ahmad) dan ibu (Tarwiyah)

yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa,

dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak

tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada

didepanku.

2. Kakakku tersayang Yuli Arifah S. Pd. I yang selalu membimbingku dan

mengajarkan ku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

3. Adikku tersayang Imam Fauzi yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi.

4. Keluarga besarku yang selalu mendoakan keberhasilanku (Mas Amaludin

dan Mas Munajiburahman).

5. Teman sejawat saudara seperjuangan PAI angkatan 2012 khususnya PAI

D ( Mas Nor, Yai Akrom, Hanif).

6. Untuk Putik Nur Rohmawati yang selalu menemani dan memberi motivasi

serta dukungan sampai terselesainya skripsi ini.

7. Keluarga besar bulutangkis (IAIN Salatiga Badminton Club) yang selalu

memberikan hiburan kepada penulis (Mas Rifqi, Aziz, Ali, Ade, Eka, Ulfa,

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para

pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga serta pengorbanan waktunya

(10)

10

5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali

pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan dan doa restu kepada

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah

membantu baik moral maupun materil dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya

dan para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 16 Maret 2017

Penulis

(11)

ABSTRAK

Habib, Ashnan. 2017. Implementasi Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.

Kata Kunci: Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Implementasi Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?, (2) Bagaimana implementasi sikap toleran jama’ah rijalul ansor Di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif pertisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, tekhnik-tekhnik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain.

(12)

12

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Toleransi Beragama ... 15

1. Pengertian Toleransi ... 15

2. Manfaat Toleransi ... 19

a. Menghindari Terjadinya Perpecahan ... 19

b. Memperkokoh Silaturrahmi dan Menerima Perbedaan ... 20

B. Sikap Toleran ... 21

1. Pengertian Sikap Toleran ... 21

2. Ciri-ciri Sikap Toleran ... 21

a. Mengakui Hak Setiap Orang ... 21

b. Menghormati Keyakinan Orang Lain ... 22

c. Aggre In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan) ... 22

d. Saling Mengerti ... 22

e. Kesadaran dan Kejujuran ... 22

3. Pentingnya Sikap Toleran dalam Kehidupan Plural ... 23

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Toleran ... 24

D. Macam-Macam Sikap Toleran ... 26

1. Memberikan Kebebasan atau Kemerdekaan ... 27

2. Mengakui Hak Setiap Orang ... 27

3. Menghormati Keyakinan Orang Lain ... 28

4. Saling Mengerti ... 28

5. Kebebasan Beragama ... 28

(14)

14

b. Tidak Boleh Memusuhi Orang-Orang Selain Muslim atau Kafir ... 30

c. Hidup Rukun dan Damai dengan Sesama Manusia ... 30

d. Saling Tolong Menolong dengan Sesama Manusia ... 31

E. Cara Menanamkan Sikap Toleran ... 31

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rijalul Ansor ... 36

1. Sejarah Singkat ... 36

2. Letak Geografis ... 37

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 38

a. Visi ... 38

b. Misi ... 38

c. Tujuan ... 39

4. Susunan Organisasi ... 39

5. Kegiatan Rijalul ansor... 41

B. Temuan Penelitian ... 44

1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ... 45

2. Implementasi atau cara yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dalam menjalankan sikap toleransi keberagamaan di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ... 49

(15)

B. Implementasi atau cara yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dalam

melakukan sikap toleran keberagamaan di Desa Kalibening, Kecamatan

Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016 ... 58

1. Toleransi keberagamaan terang-terangan ... 59

2. Toleransi keberagamaan tersembunyi ... 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran-saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA

(16)

16

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Daftar Kegiatan Rutinan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening

Tingkir Salatiga

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1 : Pedoman Wawancara

Lamp. 2 : Transkip Wawancara

Lamp. 3 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lamp. 4 : Surat Penunjukan Pembimbing

Lamp. 5 : Surat Bukti Penelitian

Lamp. 6 : Daftar Nilai SKK

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai beragam

keanekaragaman agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi

kultur kedaerahan serta pandangan hidupnya. Jika diurai lebih terinci, bangsa

Indonesia memiliki, talenta, watak, karakter, hobi, tingkat pendidikan, warna

kulit, status ekonomi, kelas sosial, pangkat dan kedudukan, varian

keberagamaan, cita-cita perspektif, orientasi hidup, loyalitas, organisasi, tingkat

umur, profesi dan bidang pekerjaan yang berbeda-beda.

Pluralisme merupakan sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin

mengingkarinya, karena pluralisme juga merupakan hukum Allah (sunatullah).

Pluralisme harus disertai dengan kesadaran teologi kehidupan, terutama

kehidupan agama ini memang plural dan itu merupakan kehendak Allah

(Rahmad, 2003: 186).

Seperti yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 48 sebagai berikut:

(19)

Artinya : ”Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al-Maidah : 48) (Depag, 2003: 168).

Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat

beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta

kelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama, sehingga setiap

golongan antar umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agama

masing-masing. Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing

agama menjadi setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka,

sehingga memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila

anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan

anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk

mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam

bermasyarakat dan bernegara (Al-Munawar, 2005: 22).

Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan suatu ajaran

(20)

20

kehidupan setelah mati. Begitu juga agama sebagai suatu sarana manusia untuk

melakukan hubungan atau komunikasi dari agama yang satu kepada agama yang

lainnya. Negara Indonesia ini telah memberikan kebebasan untuk memilih atau

memeluk agama yang merupakan wujud dari terselenggaranya demokrasi dan

hidup saling menghormati satu dengan yang lainya (Riuh, 2003: 139).

Rasa kesadaranlah yang mampu memberikan solusi dalam diri manusia

dalam kehidupan beragama. Jadi, rasa saling butuhlah yang tidak

mempermasalahkan suatu agama satu sama lain dan secara sosiologi masalah ini

tidak terelakan (Usman, 2002: 66).

Mengenai realita plural ini penulis ingin mencoba memberi suatu

gambaran tentang kerukunan keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa

Kalibening, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2016, dimana jama’ah

rijalul ansor desa Kalibening mampu menerapkan sikap toleran antar pengikut

organisasi lain dan pemeluk agama yang lain. Sikap toleran yang dimiliki

jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya,

pengikut organisasi lain dan pemeluk agama yang lain ini bisa membawa suasana

yang aman, tentram, gotong royong dan saling tolong menolong dalam suka

maupun duka, karena pada hakikatnya manusia adalah insan sosial, dengan

demikian ia tidak bisa berdiri sendiri, satu sama lainnya saling membutuhkan.

Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda,

kendati demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani

(21)

Kalibening adalah jama’ah yang terbilang masih baru, karena jama’ah ini baru

berdiri sekitar tahun 2012 tetapi hal ini bukan menjadi alasan untuk saling

bertoleran dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut

organisasi lain dan pemeluk agama yang lain, justru hal ini menjadi semangat

bagi jama’ah dzikir dan tahlil rijalul ansor untuk saling bergotong royong,

menciptakan suasana yang aman, tentram serta kondusif dalam bermasyarakat.

Maka dalam hal ini penulis ingin membuat penelitian dengan judul

implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor di Desa

Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di

Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016

2. Bagaimana implementasi sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah

rijalul ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun

2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini

adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul

(22)

22

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sikap toleran keberagamaan

jama’ah rijalul ansor kepada masyarakat Desa Kalibening, Kecamatan

Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit

tentang implementasi sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul ansor

dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut organisasi

lain dan pemeluk agama lain.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila

nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam sikap

toleran antara masyarakat yang mengikuti organisasi lain dan pemeluk

agama lain.

b. Bagi Anggota Jama’ah Rijalul Anshor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk tetap bersikap toleransi guna menjalin silaturahmi

(23)

E. Penegasan Istilah

Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang jelas

dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan dan

maksud penulisan judul skripsi sebagai berikut :

1. Sikap Toleran

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif ajek, yang disertai dengan adanya

perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk

berperilaku dalam acara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 1998: 109).

Toleransi berarti sikap untuk membiarkan, mengakui, dan

menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.

Sedangkan pengertian toleransi adalah keeksistensinya berbagai kelompok

atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya

perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing.

Jadi sikap toleran adalah sikap menghargai, sabar dan menghormati

keyakinan agama atau kepercayaan kelompok lain tanpa ada unsur untuk

memecah belah kepercayaan lain dengan cara saling mencari kesalahan

kepercayaan yang satu dengan yang lainya dengan cara saling menyindir

ataupun dengan cara kekerasan, karena di dalam agama Islam sendiri

(24)

24

2. Keberagamaan

Keberagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat di agama atau segala

sesuatu yang mengenai tentang agama (Poerwadarminto, 2007: 12). Jika

dikaitkan dengan sikap toleran, toleransi keberagamaan adalah kebebasan

seseorang untuk memeluk agama atau kebebasan seseorang untuk mengikuti

suatu organisasi dengan keyakinan masing-masing yang tetap menjaga

kerukunan antar umat beragama. Adapun yang dimaksud dengan judul

penelitian ini adalah bagaimana sikap toleran keberagamaan jama’ah rijalul

ansor dengan masyarakat Kalibening, masyarakat sekitarnya, pengikut

organisasi lain dan pemeluk agama yang lain.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang

sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif pertisipan dengan multi strategi.

Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung,

observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen,

tekhnik-tekhnik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Zuariah, 2009:

95).

Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek)

(25)

dunia ini. Penulis dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan

dengan masyarakat mereka sehari-hari, mempelajari kelompok-kelompok

dan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum penulis ketahui sama

sekali. Terakhir metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki

konsep-konsep yang dalam penelitian lainya intinya akan hilang.

Konsep-konsep seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan, frustasi,

harapan, dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang

sesungguhnya dalam kehidupan mereka sehari-sehari (Sugiyono, 2007: 30).

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.

Peneliti datang secara langsung berinteraksi di tengah-tengah objek

penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan

aktivitas-aktivitas lainya demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian

serta turun langsung ke kancah penelitian, tanpa mewakilkan pada orang

lain. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali,

mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan

dapat diperoleh secara akurat.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di desa Kalibening, Kecamatan

(26)

26

4. Sumber Data

Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti

memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan

berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.

Responden adalah orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010:

107). Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam

penelitian (Alwi, 2007: 794).

Subyek penelitian adalah keseluruhan dari informan atau sumber

yang hendak diteliti (Arikunto, 2010: 256) dalam hal ini subyeknya adalah:

a. Ketua Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir,

Kota Salatiga Tahun 2016

b. Pengurus Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan

Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016

c. Anggota Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan

Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi.

a. Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi

(27)

informasi (S. Nasution, 1996: 113). Dari hasil wawancara ini diharapkan

penulis dapat memperoleh data yang diperlukan yang berkaitan dengan

sikap toleransi keberagamaan jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat

Kalibening dan sekitarnya sekitarnya, pengikut organisasi lain dan

pemeluk agama yang lain dalam meningkatkan silaturahmi dan

ukhuwah Islamiyah antara jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat

Kalibening dan sekitarnya, pengikut organisasi lain dan pemeluk agama

yang lain.

Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu

pedoman wawancara yang hanya memuat yang hanya memuat garis

besar yang akan ditanyakan (Arikunto, 2010: 197). Dimana

pewawancara berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disusun

sebelumnya. Serta mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh responden

dengan bebas. Pewawancara mengalihkan pada alur yang telah

ditentukan, jika jawaban dari responden mulai menyimpang dari arah

pertanyaan. Dalam hal ini penulis memperoleh keterangan dari

responden dengan berdialog langsung.

Metode ini digunakan untuk menggali data-data langsung dari

objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung

mengamati dan mencatat mengenai implementasi sikap toleran

keberagamaan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, Kecamatan

(28)

28

b. Dokumentasi

Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan

mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti

yang dilakukan oleh seorang dalam meneliti perkembangan seorang

klien melalui catatan pribadinya (Fathoni, 2006: 112). Dalam penelitian

ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapat data-data yang

berkaitan dengan kegiatan penelitian dan dokumen tentang

kepengurusan jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, Kecamatan

Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016-2020.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2008 : 244).

Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk mengolah

data dari lapangan :

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara

mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang

(29)

b. Penyajian data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan

sesuai dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu.

c. Kesimpulan

Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran

terhadap apa yang akan diteliti.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni data

atau informasi yang diperoleh dari satu pihak dicek kebenaranya dengan cara

memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga,

keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.

Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi tentang hal yang sama

yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari subyektivitas.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :

a. Tahap pra lapangan

1) Mengajukan judul penelitian

2) Menyusun proposal penelitian

3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi :

(30)

30

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus

penelitian

3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan

c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan :

1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian

2) Pengecekan keabsahan data

3) Tahap peneliti laporan penelitian

d. Penulisan hasil penelitian

e. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

f. Perbaikan hasil konsultasi

g. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

h. Ujian munaqosah skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian

ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA, merupakan bagian yang menjelaskan landasan

teori yang berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat pengertian

toleransi, manfaat toleransi, sikap toleran, faktor yang mempengaruhi sikap

(31)

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, menjelaskan

tentang gambaran umum jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening, kegiatan

jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening dan sekitarnya serta sikap toleran yang

dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor dengan masyarakat sekitarnya, pengikut

organisasi lain dan pemeluk agama lain.

BAB IV: PEMBAHASAN, merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan

yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah

penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada

dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khazanah ilmu.

BAB V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahsan hasil penelitian dan

saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Toleransi Beragama

1. Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tolerare yang berarti

bertahan atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,

toleransi berasal dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian

(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang

berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendirinya. Toleransi juga

berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih

diperbolehkan. Toleransi berarti sifat atau sikap menenggang

(menghargai, membiarkan, membolehkan) (Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi. 2 Cetakan 4 Th. 1995). Sedangkan pengertian lain dari

toleransi adalah keeksistensianya berbagai kelompok atau keyakinan di

satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan

karakteristik masing-masing (Malik, 2005: 12).

Menurut Siagian (1993) toleran diartikan sebagai, dengan saling

memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai atau memberi tempat

kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat.

(Sudrajat, 2008: 141).

(33)

Dalam Bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal”,

“tasamuh” yang artinya membiarkan sesuatu untuk dapat saling

mengizinkan dan saling memudahkan (Al-Munawar, 2005: 13).

Dasar-dasar al-Sunnah (Hadits Nabi) dikemukakan untuk

menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan

serba meliputi, baik lahir maupun batin, karena jika toleransi tidak

meliputi dari lahir maupun batin tidak akan pernah terwujud. Dengan

kata lain toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk

menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material

maupun spiritual, lahir dan batin. Di sinilah, konsep Islam tentang

toleransi (As-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan

Mu’amalah (Hablum Minan Nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual

kokoh (Hablum Minallah) (Ma’arif, 2009: 5).

Kesalahan dalam memahami arti toleransi dapat mengakibatkan

Talbisul Haq Bil Bathil (mencampuradukkan antara hak dan bathil)yakni

suatu sikap yang sangat dilarang untuk dilakukan oleh seorang muslim,

seperti halnya mengurusi agama atau keyakinan orang lain. Sebagaimana

yang disebutkan dalam Q.S Al-Kafirun ayat 1-6 sebagai berikut:

(34)

17

Artinya: Katakanlah : “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang

aku sembah. Untuk mu agamamu, untukkulah agamaku” (QS.

Al-Kafirun 1-6) (Depag, 1989: 1112).

Toleransi dapat disimpulkan sebagai sikap saling menghargai

dan menghormati setiap orang yang berbeda-beda secara kepercayaan,

tata cara beribadah, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian dan

kepercayaan maupun tingkah laku.

Eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat

terlepas dari yang namanya kepercayaan yang berlebihan dalam hal

beragama. Bahkan agama merupakan suatu bentuk corak kepercayaan

(dalam arti sesuatu yang diakui dan diterima sebagai kebenaran yang

paling tinggi). Kepercayaan atau keimanan merupakan proses kejiwaan,

dengan kepercayaan itu dapat menangguhkan dan mengesampingkan

segala sesuatu yang bersifat non rasional terhadap pernyataan dasar

mengenai kehidupan. Oleh karena itu, kepercayaan merupakan gejala

yang mengambil tempat di dalam alam bawah sadar setiap orang.

Bahkan jika kepercayaan itu diungkapkan secara kelompok,

intinya masih tetap bersifat perorangan untuk memahami ikhwal ini,

harus berurusan dengan fikiran seseorang sebagai individu. Barangkali

interpretasi yang paling tepat tentang agama sebagai perasaan adalah apa

yang diungkapkan oleh Schleirmacher, seorang teolog Jerman (Karim,

(35)

Dalam Bahasa Arab ‘tasamuh’ berarti saling mengizinkan, saling

memudahkan, maka dari itu toleransi mengandung konsensi, artinya

konsensi dalam pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan

dan kebaikan hati saja, bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwasanya

toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip untuk

menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu sendiri tanpa

mengorbankan prinsip sendiri (Al-Munawar, 2005: 13).

Agama tidak dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang

terpisahkan dalam kehidupan manusia, ketika ia dijadikan reaksi terhadap

keseluruhan wujud manusia, karena ia memuat berbagai ajaran dan

tujuan dalam segala hal untuk kebahagiaan manusia, namun sebaliknya,

agama harus dirasakan, difikirkan, dihayati dan dijelmakan dalam

tindakan. Keagamaan ini didefinisikan sebagai pencarian akan realitas

asli (Fauzi, 2007: 5-6).

Pada dasarnya toleransi beragama diartikan sebagai pemberian

kebebasan kepada sesama manusia atau kepada penganut

organisasi-organisasi yang berbasis Islam untuk tetap menjalankan keyakinan atau

mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama

dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan

tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban,

keamanan dan perdamaian di dalam suatu organisasi atau dalam

(36)

19

2. Manfaat Toleransi

Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain :

a. Menghindari Terjadinya Perpecahan

Bersikap toleran atau saling menghargai merupakan salah

satu solusi agar tidak terjadi perpecahan antar umat beragama dalam

mengamalkan ajaran suatu agama atau suatu organisasi yang mereka

yakini. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi

yang harus selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial oleh setiap

manusia. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat

mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi dan ardli.

Dalam kaitanya ini Allah SWT telah mengingatkan umat

manusia dengan pesan yang sangat universal dalam QS. Al-Imran

ayat 103 sebagai berikut:

(37)

Pengertian ayat di atas adalah mengenai pesan kepada umat

manusia tanpa terkecuali untuk tetap menjalankan agama atau

keyakinan mereka masing-masing dan harus menjauhi perpecahan

yang mengakibatkan perpecahan antar umat beragama maupun

sesama umat beragama.

b. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah

menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama

dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia yang lainnya.

Pada umumya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara

sesamanya, perbedaan pendapat dijadikan sebagai alasan untuk

bertentangan satu sama lainya. Perbedaan merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan konflik antar sesama manusia.

Merajut hubungan damai antar agama dan pengikut

organisasi yang berbasis Islam hanya bisa dimungkinkan jika

masing-masing pihak saling menghargai satu sama lainnya.

Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut

agama dan organisasi boleh menjalankan ajaran dan ritual sesuai

dengan keyakinannya dengan bebas tanpa ada tekanan dari pihak

manapun. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita

jadikan sebagai kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan

menerima semua perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian,

(38)

21

B. Sikap Toleran

1. Pengertian Sikap Toleran

Sikap merupakan suatu pendapat atau keyakinan seseorang

mengenai suatu objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai dengan

adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut

untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang

dipilihnya (Walgito, 1994:109).

Sementara pengertian yang lain mengenai sikap adalah keadaan

mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu

pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap toleran

adalah kesiapan seseorang dalam bertindak untuk saling menghargai,

menghormati, perbedaan-perbedaan yang ada di sekitarnya dan

membolehkan pendirian ataupun keyakinan yang bertentangan dengan

pendirian yang ada.

2. Ciri-Ciri Sikap Toleran

Ciri-ciri sikap toleran menurut Hasyim (1979:23) adalah sebagai

berikut :

a. Mengakui Hak Setiap Orang

Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang

(39)

merupakan suatu sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia

berhak untuk menentukan kepercayaan dan nasibnya masing-masing.

b. Menghormati Keyakinan Orang Lain

Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan

keyakinan seseorang dengan kekerasan atau dengan cara yang tidak

halus akan mengakibatkan orang lain bersikap hiprokit (munafik)

c. Agree In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan)

Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan yang

mengakibatkan perselisihan antara umat beragama dan sesama

agama yang memiliki keyakinan yang berbeda, karena memang

perbedaan selalu dan pasti ada di dunia ini.

d. Saling Mengerti

Tidak akan terjadi rasa saling menghormati antar sesama

manusia apabila tidak ada rasa pengertian, rasa saling menghargai

dan rasa saling menerima perbedaan yang terjadi antara sesama

manusia yang memiliki keyakinan berbeda dengan keyakinan yang

kita anut.

e. Kesadaran dan Kejujuran

Sikap toleran menyangkut sikap dan kesadaran batin

seseorang dan kesadaran dari jiwa menimbulkan kejujuran dan

(40)

23

3. Pentingnya Sikap Toleran Dalam Kehidupan Plural.

Di Negara Indonesia mayoritas penduduknya adalah pemeluk

agama Islam, namun sikap toleransi tetap menjadi prioritas yang pertama

dan sangat penting dalam kehidupan. Pemerintah juga merencanakan

tentang tri kerukunan hidup umat beragama, yaitu kerukunan internal

umat beragama, kerukunan antar umat beragama, kerukunan umat

beragama dengan pemerintah. Dari tri kerukunan hidup beragama

tersebut, pemerintah juga menghendaki adanya sikap toleran antar umat

beragama, serta memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan

mengikuti suatu organisasi sesuai dengan keyakinan masing-masing

dengan catatan harus tetap menjaga kerukunan umat beragama.

Terjalinya kerukunan serta terjadinya sikap saling menghargai

akan memungkinkan dan memudahkan untuk bekerja sama satu dengan

yang lainnya. Dapat dikatakan mewujudkan kerukunan antar umat

beragama merupakan usaha untuk mendorong setiap penganut dari

konsekuen dengan kepercayaan yang mereka anut, sehingga

keberagamaanya bukan hanya dalam bentuk pengakuan atau akuan saja,

tetapi dapat memberi nilai dan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Al

Munawaar, 2003: 25).

Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam kehidupan plural ini

merupakan bagian dari usaha untuk menciptakan kemaslahatan umum

(41)

berbeda, sehingga setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan

bagian dari tuntutan kepercayaan yang mereka yakini masing-masing.

Di dalam agama Islam sangat melarang sikap permusuhan dan

menebar kebencian di antara sesama manusia, akan tetapi agama Islam

mengajarkan untuk saling bersikap toleran dan menghormati kepercayaan

yang dianut oleh orang lain. Karena hal ini akan menghindarkan

kekerasan dalam beragama. Kekerasan merupakan sebuah tindakan yang

membahayakan manusia. Kekerasan akan menimbulkan prasangka,

kekakuan dan kebekuan. Kekerasan merupakan awal perpecahan umat

manusia dan menggiring pada perselisihan internal (kedalam) dan

eksternal (keluar).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Sikap Toleran

Pelaksanaan sikap toleran ini harus di dasari dengan sikap kelapangan

dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang

dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut (Daud,

1998: 80). Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat

perbedaan pendapat dan menghormati pendapat orang lain tanpa harus

mengorbankan pendapat sendiri (Al-Munawar, 2003: 13). Dengan kata lain,

pelaksanaannya hanya terdapat pada aspek-aspek yang mendetail saja dan

bukan dalam persoalan yang prinsipil. Sebenarnya toleransi lahir dari watak

Islam, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, dapat dengan mudah

mendukung suatu etika yang meliputi perbedaan dan toleransi. Al-Qur’an

(42)

25

dan keagamaan dalam suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah

SWT dalam surat Al-Hujarat ayat 13, yang berbunyi :

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. Al Hujarat:13) (Depag,1989:847).

Ayat tersebut menunjukan bahwa adanya ketatanan manusia yang

essensial dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara

golongan yang satu dengan golongan yang lain, manusia merupakan keluarga

besar. Dalam upaya memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama

perlu dilakukan suatu upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup

antar umat beragama secara mantap dalam bentuk :

1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama,

serta antar umat beragama dengan pemerintah.

2. Membangun keharmonisan sosial dan persatuan nasional dalam bentuk

upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup

rukun dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan

kebersamaan dan sikap toleransi.

3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka

(43)

agama yang mendukung bagi pemberian kerukunan hidup intern dan

antar umat beragama.

4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai

kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya

dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip

berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan

memperlihatkan adanya sikap keteladanan.

5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi

kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak

terjadi penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial

keagamaan.

6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan

cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain,

sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa

dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

7. Menyadari bahwa perbedaan ialah suatu realita dalam kehidupan

bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang

dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

D. Macam-Macam Sikap Toleran

Di dalam memaknai toleransi terdapat dua penafsiran tentang konsep

tersebut: Pertama, penafsiran negatif yang menyatakan bahwa toleransi itu

cukup mensyaratkan adanya sikap membenarkan dan tidak menyakiti orang

(44)

27

kedua adalah penafsiran positif yaitu menyatakan bahwa toleransi tidak hanya

sekedar seperti pertama (penafsiran negatif) tetapi harus adanya bantuan dan

dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain (Abdullah,

2003: 13). Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan

dalam mengekspresikannya terhadap orang lain. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Memberikan kebebasan atau kemerdekaan

Dimana setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat,

bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam

memilih suatu agama atau kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak

manusia lahir sampai nanti ia meninggal dunia dan kebebasan yang

manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh orang lain dengan

cara apapun. Karena kebebasan itu datangnya dari Tuhan YME yang

harus dijaga dan dilindungi. Di Negara Indonesia melindungi

kebebasan-kebebasan setiap manusia baik dalam undang-undang maupun dalam

peraturan yang ada, begitu pula di dalam memilih suatu agama atau

kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam memilihnya

tanpa ada paksaan dari siapapun (Abdullah, 2002: 202).

2. Mengakui Hak Setiap Orang

Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam

menentukan sikap atau perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja

sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain,

karena jika hal tersebut terjadi akan menyebabkan kekacauan di dalam

(45)

3. Menghormati Keyakinan Orang Lain

Landasan keyakinan diatas berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak

benar ada orang atau golongan yang bersikeras untuk memaksakan

kehendaknya sendiri kepada seseorang atau golongan lain. Tidak ada

orang atau golongan yang memonopoli kebenaran dan landasan ini

disertai dengan catatan bahwa keyakinan adalah urusan pribadi

masing-masing dari setiap orang.

4. Saling Mengerti

Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama manusia

apabila mereka tidak ada rasa saling mengerti satu sama lainnya. Saling

anti dan saling membenci, saling berrebut pengaruh adalah salah satu

akibat dari tidak adanya rasa saling mengerti dan rasa saling menghargai

antara satu dengan yang lainnya (Hasyim, 1990: 23).

5. Kebebasan Beragama

Kebebasan memeluk suatu agama atau beragama sebagai salah

satu hak yang essensial bagi kehidupan manusia, karena kebebasan untuk

memilih agama datangnya dari hakekat manusia serta martabat sebagai

makhluk ciptaan Tuhan YME, bukan dari orang lain ataupun dari orang

tua.

Untuk itu dalam menganut agama atau memilih suatu golongan

tidak bisa dipaksakan oleh siapapun. Di Indonesia dalam peraturan

udang-undang dasar 45 disebutkan pada pasal 29 ayat 2 yang berbunyi :

(46)

29

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaanya itu”. Hal ini sangat jelas bahwa negera Indonesia

menjamin penduduknya dalam memilih dan memeluk agama ataupun

keyakinanya masing-masing serta menjamin dan melindungi

penduduknya di dalam menjalankan peribadatan menurut agama dan

kepercayaan masing-masing.

Masyarakat Islam memiliki sifat yang pluralistic dan sangat

toleran terhadap berbagai kelompok sosial dan keagamaan karena hidup

bermasyarakat merupakan suatu kebutuhan dasar hidup manusia agar

tujuan hidup manusia dapat diwujudkan, karena bila terbentuk suatu

kehidupan berdasarkan persaudaraan, penuh kasih sayang dan harmoni

(Munir, 1980: 50). Toleransi pada kaum muslimin seperti yang

diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut:

a. Tidak Boleh Memaksakan Suatu Agama Pada Orang Lain.

Didalam agama Islam orang muslim tidak boleh melakukan

pemaksaan pada kaum agama yang lainnya, karena memaksakan

suatu agama sangat bertentangan dengan Firman Allah SWT dalam

surat Al-Kafirun sebagai berikut :

(47)

Artinya: Katakanlah :”Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untuk mu agamamu, untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun 1-6). Depag, 1989:1112).

Dari makna ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang

muslim tidak menyembah apa yang disembah oleh orang kafir,

begitu pula orang-orang kafir tidak menyembah apa yang disembah

oleh orang muslimin, dijelaskan juga bahwa bahwa bagi kita agama

kita (orang muslimin) dan bagi mereka agama mereka (orang kafir).

b. Jangan Memusuhi Orang-Orang Selain Muslim atau Kafir.

Perintah Nabi untuk melindungi orang-orang selain muslim

seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW waktu berada di

Madinah, kaum Yahudi dan Nasrani yang jumlahnya sedikit,

dilindungi baik dari segi keamanannya maupun dari segi

kepercayaannya. Kaum muslimin dianjurkan untuk bisa hidup damai

dengan masyarkat sesamanya, walaupun diantara mereka berbeda

keyakinan atau berbeda golongan.

c. Hidup Rukun dan Damai dengan Sesama Manusia.

Hidup rukun antar kaum Muslimin maupun non Muslimin

seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW akan membawa

kehidupan yang damai dan sentosa, selain itu juga dianjurkan untuk

bersikap lembut kepada semua manusia baik yang beragama Islam

(48)

31

d. Saling Tolong Menolong dengan Sesama Manusia.

Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong sesama

manusia akan membuat hidup di dunia yang tentram dan tenang.

Nabi memerintahkan untuk saling menolong dan membantu dengan

sesamanya tanpa memandang suku dan agama yang dipeluknya. Hal

ini juga dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 yaitu:

Artinya :”Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah:2) (Depag,1989:156)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa kitab suci Al-Qur’an

menjerangkan dengan sikap saling tolong menolong hanya pada

kaum muslimin, akan tetapi dianjurkan untuk saling tolong

menolong kepada sesama manusia baik itu yang beragama Islam

maupun non Islam. Selain itu orang-orang muslim juga dianjurkan

untuk berbuat kebaikan di muka bumi dengan sesama makhluk

Tuhan dan tidak diperbolehkan untuk berbuat kejahatan pada

manusia. Selain itu juga dilarang untuk saling tolong menolong

dalam perbuatan yang tidak baik (perbuatan keji atau dosa).

E. Cara Menanamkan Sikap Toleran

Upaya untuk menanamkan sikap toleransi harus dilakukan dalam

(49)

hal ini menjadi sangat penting untuk menjalin kerukunan antar umat

beragama karena didalamnya ada banyak kepentingan yang menyangkut

tentang nilai-nilai dari toleransi. Benturan-benturan akan terjadi bilamana

tidak adanya pengertian, kebersamaan, saling menghargai baik antara

individu, antar kelompok, antar organisasi, agama dan perbedaan lainnya

(Marzuki, 2011: 48).

Untuk mengembangkan dalam menanamkan sikap toleran secara

umum, dapat dimulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan

seseorang dalam mengelola dan mensikapi perbedaan pendapat yang

mungkin akan terjadi pada keluarga, saudara, masyarakat dan lingkungan di

sekitar. Sikap toleran dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau

keharmonisan dan bisa menyadari adanya perbedaan dan menyadari bahwa

sesama manusia adalah saudara dari hal tersebut maka akan timbul rasa kasih

sayang, saling pengertian, saling menghormati dan saling menghargai yang

pada akhirnya akan mewujudkan sikap toleransi.

Menurut Irwan Marzuki dalam bukunya yang berjudul berislamdalam

toleranupaya atau cara untuk menanamkan sikap toleransi harus dimulai dari

dalam diri sendiri dengan cara menerapkan pemikiran yang inklusif mengenai

pentingnya sikap toleransi yang mencakup perbuatan saling menghormati,

saling menerima perbedaan pendapat dan saling menghormati (Marzuki,

2011: 52).

Apabila seseorang sudah mampu menerapkan pemikiran yang inklusif

(50)

33

sesamanya sehingga akan mewujudkan suasana yang tenang dan nyaman, hal

tersebut akan sangat menunjang kehidupan di masyarkat yang serasi, selaras

dan seimbang. Sehingga eksistensi kerukunan umat beragama akan terjaga

dengan baik.

Upaya pemerintah dalam menumbuh kembangkan kondisi masyarakat

beragama yang harmonis telah dilakukan dari berbagai segi dan kegiatan. Di

antaranya menumbuh kembangkan cara berfikir masyarakat mengenai

pentingnya sikap toleransi antar sesama manusia dan instansi yang memang

berkompeten untuk mengurusi permasalahan-permasalahan antar agama.

Selain itu, cara untuk menanamkan sikap toleransi yang efektif dalam

mengembangkan kehidupan yang harmonis antar pemeluk agama tersebut

adalah melalui penanaman nilai-nilai melalui jalur pendikan, baik formal, non

formal ataupun pendidikan informal(http://m.hukumonline.com)

Sebagai makhluk sosial manusia sangat mutlak membutuhkan

sesamanya dan lingkungan sekitar untuk melestarikan eksistensinya di dunia.

Tidak ada satupun manusia yang mampu bertahan hidup dengan tanpa

memperoleh bantuan dari lingkungan dan sesamanya dalam konteks ini,

manusia harus selalu menjaga hubungan yang sebaik-baiknya tak terkecuali

dengan orang yang berlainan agama ataupun orang yang berlainan

kepercayaan untuk melestarikan kehidupanya didunia.

Cara menanamkan sikap toleran keberagamaan adalah sebagai berikut:

a. Memperbaiki tempat-tempat umum.

(51)

c. Membantu korban kecelakaan lalu lintas.

d. Menolong orang yang terkena musibah atau bencana alam.

e. Ta’ziah di tempat orang yang meninggal dunia

Contoh sikap toleran keberagamaan tersebut adalah contoh dari

beberapa sikap toleran yang dilakukan oleh jama’ah rijalul ansor di desa

Kalibening dalam kegiatan kemasyarakatan yang sama sekali tidak

membeda-bedakan antara pemeluk agama lain dan penganut keyakinan yang lain pula.

Melalui hal tersebut diharapkan dapat mewujudkan ketertiban, ketenangan

dan kenyamanan dalam menjalankan ibadah menurut agama dan

kepercayaannya masing-masing.

Allah SWT juga memerintahkan umat muslim untuk melakukan sikap

toleransi atau perbuatan yang baik, seperti yang terkandung dalam QS.

Al-Mumtahanah ayat 8 sebagai berikut:

Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah: 8).

Dari ayat di atas sudah sangat jelas bahwa Allah SWT memerintahkan

umat muslim untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tidak melakukan kejahatan atau kedzaliman dalam beragama, dengan kata

(52)

35

terhadap orang lain yang tidak melakukan kejahatan atau kedzaliman dalam

beragama meskipun berbeda agama ataupun berbeda keyakinan tanpa harus

membeda-bedakan satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk

(53)

A. Gambaran Umum Rijalul Ansor

1. Sejarah Singkat

Rijalul ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi

”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan

antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul

Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam,

pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah,

tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya

menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya

semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

Gerakan pemuda ansor atau rijalul ansor hingga saat ini telah

berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di

Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan

kebangsaan. Rijalul ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433

cabang (tingkat kabupaten/kota) di bawah koordinasi 32 pengurus wilayah

(tingkat provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya

mengelola keanggotaan khusus BANSER (barisan ansor serbaguna) yang

memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.

(54)

37

Organisasi gerakan pemuda ansor atau rijalul ansor yang berdiri di

desa Kalibening merupakan organisasi dari cabang tingkat kota yang

bernaung di bawah kepengurusan wilayah (tingkat provinsi). Pada tahun

2012 organisasi masyarkat yang berbasis NU ini mulai didirikan di desa

Kalibening oleh beberapa pemuda di desa Kalibening yang sudah

berkecimpung di organisasi rijalul ansor tingkat pusat sebelumnya. Hingga

saat ini organisasi masyarakat rijalul ansor masih berjalan di desa Kalibening

yang beranggotakan semua pemuda yang bertempat tinggal di desa

Kalibening.

Berdirinya organisasi Masyarakat di desa Kalibening yang berbasis

NU ini sangat berpengaruh besar bagi masyarakat desa Kalibening dan

masyarakat di desa sekitar Kalibening, seperti di desa Krasak, Tegalsari,

Kumpit dan di desa Kalilondo terbukti dengan ikut berkecimpungnya para

jama’ah rijalul ansor dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di

desa-desa tersebut.

2. Letak Geografis

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wilayah penelitian yaitu desa

Kalibening, kecamatan Tingkir, kota Salatiga, maka penulis melaporkan

beberapa tinjauan sebagai berikut. Secara geografis desa Kalibening terletak

di daerah dataran rendah yang dikelilingi oleh area persawahan penduduk

yang berbatasan dengan desa-desa yang mengelilinginya. Adapun

(55)

a. Di sebelah barat berbatasan dengan desa Krasak.

b. Di sebelah timur berbatasan dengan desa Kalilondo.

c. Di sebelah selatan berbatasan dengan desa Tegalsari.

d. Di sebelah utara berbatasan dengan desa Klumpit.

3. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi

“Menjadikan para pemuda Indoneisa yang beragama Islam untuk

menjadi kader NU yang handal yang mampu mewujudkan perdamaian

umat sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah”.

b. Misi

1) Mampu bersikap toleran terhadap munculnya perbedaan pandangan

baik dalam pemahaman ajaran agama yang bersifat furu’iyah

maupun khilafiah dalam masalah kemasyarakatan dan kebangsaan.

2) Mampu bersikap tawazun atau sikap untuk seimbang dalam

menjalankan pengabdian. Dimana harus mampu menyeimbangkan

pengkhidmatan kepada Allah SWT, kepada sesama umat manusia

dan alam semesta. Demikian pula harus mampu menjalin

pengalaman masa lalu, keadaan masa kini dan harapan di masa

yang akan datang.

3) Mampu bersikap adil dan lurus dalam menjalankan tugas,

(56)

39

4) Mampu bersikap amar ma’ruf nahi munkar atau sikap berani

menegakkan kebenaran dan kebaikan serta menolak kebatilan

dengan cara-cara yang penuh hikmah, istiqomah dan berdasarkan

hukum.

c. Tujuan

“Memberikan semangat bagi para pemuda di desa Kalibening untuk

lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta sebagai sentral

ukhuwah Islamiyah yang berakhlakul karimah”.

4. Susunan Organisasi

Organisasi merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk

mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan kerjasama antara

individu dalam sebuah organisasi melalui struktur organisasi. Berdasarkan

dokumentasi dari ketua jama’ah rijalul ansor memberikan rincian struktur

organisasi sebagai berikut :

a. Penasehat :

1) KH. Abda’ Abdul Malik

2) Maskur Suyuti

3) Abdur Raziq

4) Agus Hamin Shodiq S.Ag.

Memiliki tugas utama yaitu menaungi dan memberikan nasehat,

bimbingan, arahan dan masukkan kepada semua jama’ah rijalul ansor

(57)

tersebut dan untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah yang berakhlakul

karimah.

b. Ketua: Setiawan S.Ag.

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas

jalannya organisasi, bertanggung jawab atas perkembangan dan

pembinaaan organisasi, mengkoordinir kerja tiap-tiap bagian, mewakili

organisasi ketika berhubungan dengan pihak lainnya dan merencanakan

kegiatan organisasi.

c. Sekertaris: Muhammad Farih Rahmatullah S.Ag

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas

kesekertariatan organisasi, mewakili ketua rijalul ansor jika

berhalangan, bertanggung jawab atas progam kerja di bagian

kesekertariatan.

d. Bendahara: Muhammad Yusuf Achmad

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas

keuangan organisasi, bertanggung jawab atas progam kerja di bagian

perbendaharaan pengurus.

e. Pengurus:

1) M. Saunan Fahmi S. Ag.

2) Khairul Anam

3) Slamet Ariyanto

(58)

41

5) Muhammad Alwi Saifurrahman

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas

semua kepengurusan organisasi dan bertanggung jawab atas semua

kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi.

f. Pemberdayaan Jama’ah:

1) Muhammad Syafik Badrul Huda

2) Fahmi Aqwa

3) Ki Husnal Hulqi

4) Agus Naji Alhaq

5) Slamet Riyadi

Memiliki tugas utama antara lain: bertanggung jawab atas

terselenggaranya pengumuman-pengumuman, bertanggung jawab atas

terselenggaranya media informasi dan bertanggung jawab atas

program kerja yang diselenggarakan oleh organisasi rijalul ansor.

5. Kegiatan Rijalul Ansor

Dari hasil penelitian organisasi masyarakat rijalul ansor di desa

Kalibening, peneliti menemukan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan

oleh para jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening baik dalam kegiatan

agama maupun dalam kegiatan sosial, hal ini dibuktikan dengan kegiatan

rutin yang selalu diikuti oleh para jama’ah dalam kegiatan keagamaan

maupun kegiatan sosial, adapun kegiatan para jama’ah ini dibagi menjadi

(59)

mingguan seperti bermain sepak bola bersama atau olahraga yang lainya,

yang diikuti oleh seluruh anggota ormas GP ansor yang aktif, pasif dan

pemuda dari desa yang lainnya yang beragama muslim ataupun non muslim,

kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari minggu sore dengan tujuan

untuk mempererat tali persaudaraan dan terciptanya persatuan dan kesatuan

tanpa memandang perbedaan. Adapun kegiatan bulanan seperti adanya

pertemuan rutin para anggota jama’ah rijalul ansor di desa Kalibening yang

diisi dengan dzikir dan tahlil dan pembacaan Asmaul Husna yang biasanya

dilaksanakan setiap sebulan sekali setiap tanggal 1 awal bulan, kegiatan ini

dilakukan untuk menjaga silaturrahmi antar jama’ah dan untuk

menyampaikan informasi jika ada sesuatu yang penting dan mempersiapkan

suatu acara atau kegiatan. Terakhir yaitu kegiatan tahunan meliputi

membantu dalam acara pengajian akbar, peringatan hari Islam dan ikut

berpartisipasi dalam mengamankan gereja-gereja di kota Salatiga pada saat

hari natal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

TABEL 3.1

Daftar Kegiatan Rutinan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening Tingkir

Salatiga

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan

1. Pertemuan rutin jama’ah GP ansor yang

diisi dengan pembacaan Asmaul Husna, dzikir dan tahlil.

Dilaksanakan pada setiap sebulan sekali, setiap tanggal 1 awal bulan. Bergilir dari

Kegiatan ini dilaksanakan dengan

maksud untuk meenjaga silaturahmi

(60)

43

masjid ke masjid setiap RT.

menyampaikan

informasi apabila ada sesuatu yang

penting dan mempersiapkan suatu

acara atau kegiatan 2. Membantu pelaksanaan

pengajian akbar dan pelaksanaan peringatan hari-hari besar Islam.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap

setahun sekali.

Dalam kegiatan ini para pemuda atau jama’ah rijalul Ansor ikut serta dalam kegiatan. Seperti

dengan seluruh anggota jama’ah rijalul ansor dan pemuda sekitar Kalibening yang beragama Islam maupun non Islam.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap

1 minggu sekali, biasanya

dilaksanakan pada hari minggu. Dimana saat mereka

libur aktifitas baik yang bekerja

sesama temannya dan agar terciptanya persatuan tanpa memandang Islam ataupun non Islam. 4. Peringatan hari santri

Nasional

Kegiatan ini dilaksanakan setiap setahun sekali bertepatan dengan hari santri Nasional

Dalam kegiatan ini para pemuda/jama’ah GP Ansor ikut berpartisipasi dalam kegiatan karnaval yang diadakan setiap 1 tahun sekali di kota

(61)

5. Membantu

mengamankan/menjaga gereja di sekitar kota Salatiga

Kegiatan ini dilakukan setiap 1

tahun sekali bertepatan dengan hari besar umat kristen/hari natal.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk

menciptakan suasana yang aman, damai, kondusif dan saling menghargai

perbedaan keyakinan. Acara ini diikuti oleh sebagian jama’ah nsor yang menjabat dalam BANSER (barisan ansor serbaguna).

B. Temuan Peneliti

Setelah melakukan wawancara pengumpulan data melalui observasi,

interview dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk

data guna memperlancar langkah suatu penelitian.

Untuk memperoleh data tentang implementasi sikap toleran

keberagamaan jama’ah rijalul ansor peneliti menggunakan wawancara, yang

dilakukan dengan enam pertanyaan panduan wawancara untuk ketua jama’ah,

enam pertanyaan panduan wawancara untuk pengurus jama’ah dan tujuh

panduan wawancara untuk anggota jama’ah rijalul ansor yang kemudian peneliti

kuak dan korek secara dalam dengan mewawancarai para responden, lalu hasil

dari wawancara tersebut peneliti kumpulkan menjadi satu, kemudian peneliti

(62)

45

Berikut ini penulis melampirkan data responden dari hasil penelitian di

desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga 2016-2017. Data responden

dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut :

TABEL 3.2 Daftar Informan

No Nama Umur Keterangan

1. Setiawan, S.Ag (ST) 30 tahun Ketua Jama’ah

2. Khairul Anam (KA) 32 tahun Pengurus jama’ah

3. Muhammad Zamroni (MZ) 28 tahun Pengurus Jama’ah

4. Muhammad Alwi S (MA) 26 tahun Pengurus Jama’ah

5. Slamet Riyadi (SR) 16 tahun Anggota Jama’ah

6. Imam Fauzi (IF) 21 tahun Anggota Jama’ah

7. Muhammad Arifan (MAN) 16 tahun Anggota Jama’ah

8. Faizal Abdul Khalid (FK) 16 tahun Anggota Jama’ah

9. Syarifuddin (SRD) 20 tahun Anggota Jama’ah

10. Fahmi Arsyad (FA) 20 tahun Anggota Jama’ah

Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti

mengenai bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor

di desa Kalibening adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap toleran keberagamaan menurut jama’ah rijalul ansor di

Gambar

TABEL 3.1 Daftar Kegiatan Rutinan Jama’ah Rijalul Ansor di Desa Kalibening Tingkir
TABEL 3.2 Daftar Informan

Referensi

Dokumen terkait