• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI OPINI STAKEHOLDERS KEMENTERIAN KEUANGAN RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SURVEI OPINI STAKEHOLDERS KEMENTERIAN KEUANGAN RI"

Copied!
378
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI OPINI

STAKEHOLDERS

KEMENTERIAN KEUANGAN RI

Kerjasama

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

dengan

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga Kami, tim Kegiatan Survei Opini Stakeholders Kementerian Keuangan RI dapat menyelesaikan Laporan akhir kegiatan ini dengan baik.

Laporan Survei Opini Stakeholders Kementerian Keuangan RI ini merupakan hasil survei tahun keempat di enam (6) lokasi penelitian yaitu, Jakarta, Surabaya, Medan, Batam,

Balikpapan, dan Makasar yang meliputi 10 unit Eselon I Kementerian Keuangan RI, yaitu

DJP, DJBC, DJA, DJPb, DJKN, DJPK, SETJEN, ITJEN, DJPU, dan BPPK. Laporan ini terdiri dari

delapan (8) bab, yaitu Bab I. Pendahuluan; Bab II. Telaah Pustaka; Bab III. Metodologi

Penelitian; Bab IV. Karakteristik Responden; Bab V. Kinerja Layanan Unggulan Kementerian

Keuangan RI; Bab VI. Kinerja Layanan Pada Unit Layanan Eselon I Lingkup Kementerian

Keuangan RI; Bab VII. Analisa Persepsi Indikasi Korupsi; dan Bab VIII. Kesimpulan dan

Rekomendasi.

Pada kesempatan ini Kami mengucapkan terimakasih, khususnya kepada

Kementeriaan Keuangan RI atas kepercayaan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan

kegiatan ini, serta kepada seluruh pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung bagi kelancaran kegiatan ini. Kami berharap laporan kegiatan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak, khususnya di lingkungan Kementerian Keuangan Republik

Indonesia sebagai landasan dalam pengambilan keputusan bagi penyempurnaan

pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah berjalan selama ini.

Akhir kata, atas perhatian, kepercayaan dan kerjasamanya, Kami ucapkan

terimakasih.

Bogor, Desember 2013

Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

(5)
(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TENAGA AHLI ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...7

BAB II. TELAAH PUSTAKA ...9

2.1. Reformasi Birokrasi ...9

2.1.1. Reformasi Birokrasi Aparatur Negara ... 10

2.1.2. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan RI ... 10

2.2. Kinerja Pelayanan Publik ... 12

2.2.1. Peningkatan Kinerja Birokrasi Pelayanan... 12

2.2.2. Program Layanan Unggulan Kementerian Keuangan RI ... 19

2.3. Pengertian Kepuasan ... 21

2.4. Konsep Kualitas Layanan ... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1. Desain Penelitian ... 27

3.1.1. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.1.2. Metode Penentuan Sampel dan Responden ... 27

3.2. Metode Analisis Data ... 30

3.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 30

3.3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 36

(7)

BAB IV. KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 41

4.1. Perolehan Responden di Enam Kota Lokasi Penelitian ... 41

4.2. Karakteristik Responden Pengguna Jasa Layanan ... 42

4.2.1. Jenis Pekerjaan ... 43

4.2.2. Tingkat Pendidikan Formal ... 44

4.2.3. Pengalaman Berhubungan dengan Unit Layanan Eselon Satu dalam Lingkup Kementerian Keuangan ... 45

4.2.4. Pengalaman Disurvei pada tahun 2012... 46

4.2.5. Sumber Informasi Yang Diakses ... 47

4.3. Pemahaman Terhadap Layanan Unggulan ... 55

4.3.1. Pengetahuan Mengenai Jenis Layanan Unggulan ... 55

4.3.2. Sumber Informasi Responden dalam Memperoleh Layanan Unggulan ... 56

4.3.3. Cara Responden Mendapatkan Pelayanan Layanan Unggulan ... 58

4.3.4. Cara Responden Mengurus Layanan Unggulan ... 60

BAB V. KINERJA LAYANAN UNGGULANKEMENTERIAN KEUANGAN RI ... 63

5.1. Kepuasan Stakeholders Pengguna Layanan ... 64

5.2. Skor Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Layanan Kementerian Keuangan RI .. 67

5.3. Kinerja Unsur Layanan Unggulan Kementerian Keuangan ... 71

5.4. Analisis Biplot Kinerja Layanan Unggulan Kementerian Keuangan RI . 74 5.5. Importance Performance Analysis (IPA) Kemenkeu ... 78

5.7. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Kemenkeu... 84

BAB VI KINERJA LAYANAN PADA UNIT LAYANAN ESELON-I LINGKUP KEMENTERIAN KEUANGAN ... 87

6.1. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ... 87

6.1.1. Deskripsi Layanan DJP ... 88

6.1.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Layanan Unggulan DJP ... 89

6.1.3. Kinerja Layanan Unggulan DJP ... 94

(8)

6.1.5. Important Performance Analysis (IPA) DJP ... 105

6.1.6. Analisis Procrustes DJP ... 107

6.1.7. Analisis Structural Equation Model (SEM) DJP ... 113

6.2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) ... 114

6.2.1. Deskripsi Layanan DJBC ... 114

6.2.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Layanan Unggulan DJBC ... 118

6.2.3. Kinerja Layanan Unggulan DJBC ... 123

6.2.4. Analisis Biplot DJBC ... 128

6.2.5. Importance Performance Analysis (IPA) DJBC ... 131

6.2.6. Analisis Procrustes DJBC ... 133

6.2.7. Analisis Structural Equation Model (SEM) DJBC ... 136

6.3. Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) ... 138

6.3.1. Deskripsi Layanan DJA ... 138

6.3.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Layanan Unggulan DJA ... 139

6.3.3. Kinerja Layanan Unggulan DJA ... 143

6.3.4. Analisis Biplot Kinerja Layanan DJA ... 148

6.3.5. Importance Performance Analysis (IPA) DJA ... 150

6.3.6. Analisis Procrustes DJA ... 153

6.3.7. Analisis Structural Equation Model (SEM) DJA ... 156

6.4. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) ... 158

6.4.1. Deskripsi Layanan DJPb ... 158

6.4.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Layanan Unggulan DJPb ... 160

6.4.3. Kinerja Layanan Unggulan DJPb ... 162

6.4.4. Analisis Biplot Kinerja Layanan DJPb ... 167

6.4.5. Importance Performance Analysis (IPA) DJPb ... 169

6.4.6. Analisis Procrustes DJPb ... 172

(9)

6.5. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) ... 177

6.5.1. Deskripsi Layanan DJKN ... 177

6.5.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Layanan Unggulan DJKN ... 179

6.5.3. Kinerja Layanan Unggulan DJKN ... 183

6.5.4. Analisis Biplot Kinerja Layanan DJKN ... 187

6.5.5. Important Performance Analysis (IPA) DJKN ... 190

6.5.6. Analisis Procrustes DJKN ... 192

6.5.7. Analisis Struktural Equation Model (SEM) DJKN ... 197

6.6. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) ... 199

6.6.1. Deskripsi Layanan DJPK ... 199

6.6.2. Kepuasan Responden Pengguna JasaTerhadap Layanan Unggulan DJPK ... 201

6.6.3. Kinerja Layanan Unggulan DJPK ... 204

6.6.4 Analisis Biplot Kinerja Layanan DJPK ... 210

6.6.5 Importance Performance Analysis (IPA) DJPK ... 213

6.6.6 Analisis Procrustes DJPK ... 216

6.6.7 Analisis Structural Equation Model (SEM) DJPK... 221

6.7. Sekretariat Jenderal (SETJEN) ... 222

6.7.1. Deskripsi Layanan SETJEN ... 223

6.7.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Layanan Unggulan SETJEN 226 6.7.3. Kinerja Layanan Unggulan SETJEN... 234

6.7.4. Kinerja Layanan Unggulan SETJEN Sebagai Prime Mover ... 236

6.7.5. Analisis Biplot Kinerja Layanan SETJEN ... 239

6.7.6. Important Performance Analysis (IPA) SETJEN ... 241

6.7.7. Analisis Procrustes Layanan SETJEN ... 244

6.7.8. Analisis Structural Equation Model (SEM) SETJEN ... 247

6.8. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) ... 249

(10)

6.8.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Layanan Unggulan DJPU ... 251

6.8.3. Kinerja Layanan Unggulan DJPU ... 254

6.8.4. Analisis Biplot Kinerja Layanan DJPU ... 257

6.8.5. Importance performance Analysis (IPA) DJPU ... 259

6.8.6. Analisis Procrustes DJPU ... 261

6.8.7. Analisis Structural Equation Model (SEM) DJPU ... 266

6.9. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) ... 267

6.9.1 Deskripsi Layanan BPPK... 267

6.9.2 Kepuasan Responden Pengguna Jasa Terhadap Layanan Unggulan BPPK ... 268

6.9.3 Kinerja Layanan Unggulan BPPK ... 271

6.9.4. Analisis Biplot Kinerja Layanan BPPK ... 276

6.9.5. Importance Performance Analysis (IPA) BPPK ... 278

6.9.6. Analisis Procrustes BPPK ... 280

6.9.7. Analisis Structural Equation Model (SEM) BPPK ... 284

6.10. Inspektorat Jenderal (ITJEN)... 286

6.10.1. Deskripsi Layanan ITJEN ... 286

6.10.2. Kepuasan Responden Pengguna Jasa Terhadap Layanan ITJEN ... 287

6.10.3. Kinerja Layanan Unggulan ITJEN ... 288

6.10.4. Importance Performance Analysis (IPA) ITJEN ... 292

6.10.5. Analisis Structural Equation Model (SEM) ITJEN ... 295

BAB VII. ANALISIS PERSEPSI DAN INDIKASI KORUPSI ... 297

BAB VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 311

8.1. Kesimpulan ... 311

8.1.1. Kesimpulan Tingkat Kemenkeu ... 311

8.2. Rekomendasi Kebijakan ... 325

8.2.1. Rekomendasi Kebijakan Tingkat Kemenkeu ... 325

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Transisi Demokrasi dan Governance ... .. 2

Tabel 3.1. Penerima Jasa Layanan Kementerian Keuangan RI... 28 Tabel 3.2. Target Jumlah Responden Menurut Satker dan Lokasi Tahun 2013 ... 29

Tabel 3.3. Realisasi Perolehan Jumlah Responden Menurut Satker dan Lokasi Tahun 2012 ... 30

Tabel 3.4. Jadwal Kegiatan Penelitian Survei Opini Stakeholders Kementerian Keuangan RI, Tahun 2013 ... 38

Tabel 4.1. Realisasi Jumlah Responden di Setiap Kantor Unit Layanan Eselon Satu di Masing-masing Kota Wilayah Penelitian ... 42 Tabel 5.4. Nilai Muatan Faktor Variabel Indikator dalam Model Pengukuran ... 86

Tabel 6.1. Skor Kepuasan Responden Menurut Unsur Layanan dan Wilayah ... 101

Tabel 6.2. Koefisien Perubahan Kinerja Unsur-Unsur Layanan Pada Setiap Layanan Unggulan Ditjen Pajak Tahun 2013 dibandingkan Tahun 2012 ... 109 Tabel 6.4. Layanan yang Diakses Stakeholders DJBC, Tahun 2013 ... 117 Tabel 6.5. Indikator Statistik Analisis Procrustes DJBC... 134 Tabel 6.6. Perbedaan Kinerja DJBC Tahun 2013 dengan Tahun 2012 Berdasarkan

Indikator Layanan ... 135 Tabel 6.7. Perbedaan Kinerja DJBC Tahun 2013 dengan Tahun 2011 Berdasarkan

Indikator Layanan ... 135 Tabel 6.8. Hasil Analisis Model SEM DJBC ... 138

Tabel 6.9. Perubahan Kinerja Layanan Dirjen Anggaran (DJA) Tahun 2013 Terhadap

Tahun 2012 ... 155 Tabel 6.10. Nilai Muatan Faktor Variabel Indikator dalam Model Pengukuran SEM

untuk Direktorat Jenderal Anggaran Tahun 2013 ... 158

Tabel 6.11. Layanan Unggulan pada Ditjen Perbendaharaan yang Diakses Responden Pengguna Jasa ... 159

Tabel 6.12. Indikator Statistik Analisis Procrustes DJPb ... 172 Tabel 6.13. Perbedaan Kinerja DJPb Tahun 2013 dengan Tahun 2012 Berdasarkan

Indikator Layanan ... 174 Tabel 6.14. Perbedaan Kinerja DJPb Tahun 2013 dengan Tahun 2011 Berdasarkan

Indikator Layanan ... 174

Tabel 6.15. Hasil Analisis Model SEM DJPb ... 177 Tabel 6.16. Perbedaan Tingkat Kepuasan Layanan Unggulan DJKN Tahun 2012-2013 .. ... 195

Tabel 6.17. Perbedaan Tingkat Kepuasan Layanan Unggulan DJKN Tahun 2011-2013 ... 196

(12)

Tabel 6.19. Koefisien Perubahan Kinerja Unsur-Unsur Layanan Pada Setiap Layanan Unggulan DJPK Tahun 2013 dibandingkan Tahun 2012 ... 217 Tabel 6.20. Koefisien Perubahan Kinerja Unsur-Unsur Layanan Pada Setiap Layanan

Unggulan DJPK Tahun 2013 dibandingkan Tahun 2011 ... 217

Tabel 6.21. Layanan Unggulan Setjen Yang Disurvei ... 223

Tabel 6.22. Konfigurasi Data Tahun 2013-2012 dan Tahun 2013-2011 pada Layanan

SETJEN ... 245 Tabel 6.23. Nilai Muatan Faktor Variabel Indikator dalam Model SEM SETJEN ... 248

Tabel 6.24. Layanan yang Diakses Stakeholders DJPU, Tahun 2013 ... 250 Tabel 6.25. Perbedaan Tingkat Kepuasan Layanan Unggulan DJPU Tahun 2012-2013 .. ... 265 Tabel 6.26. Perbedaan Tingkat Kepuasan Layanan Unggulan DJPU Tahun 2011-2013 .. ... 265

Tabel 6.27. Perubahan Kinerja Layanan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Tahun 2013 Terhadap Tahun 2012 ... 283

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Persepsi Pelanggan Terhadap Kualitas dan Kepuasan Pelanggan ... 23

Gambar 3.1. Diagram Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja ... 33

Gambar 3.2. Model SEM dalam Survei Kepuasan Stakeholders Kemenkeu ... 36

Gambar 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 43

Gambar 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ... 44

Gambar 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berinteraksi dengan Unit Layanan Eselon Satu Kementerian Keuangan ... 45

Gambar 4.4. Pengalaman Disurvei tahun 2012 ... 47

Gambar 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Diakses 48 Gambar 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Diakses untuk Setiap Unit Eselon-I ... 48

Gambar 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Diakses untuk Setiap Jenis Pekerjaan Responden ... 49

Gambar 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Diakses pada Setiap Tingkat Pendidikan Responden... 50

Gambar 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Status Surat Kabar yang Diakses ... 50

Gambar 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Status Surat Kabar yang Diakses Pada Setiap Kota ... 51

Gambar 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Status Televisi yang Diakses ... ... 52

Gambar 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Status Televisi yang Diakses Pada Setiap Kota ... 52

Gambar 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Status Majalah yang Diakses ... 53

Gambar 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Status Majalah yang Diakses Pada Setiap Kota ... 53

Gambar 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Status Radio yang Diakses ... 54

Gambar 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Majalah yang Diakses Pada Setiap Kota ... 54

Gambar 4.17. Persentase Jumlah Responden Terkait Pengetahuan Mengenai Persyaratan dan ProsedurLayanan dari Unit Layanan Kementerian Keuangan RI ... 55

Gambar 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Mengenai Layanan Unggulan ... 57

Gambar 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mendapatkan Layanan Unggulan ... 59

(14)

Gambar 5.1. Distribusi Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Berdasarkan Unit Layanan, Tahun 2013 ... 65 Gambar 5.2. Distribusi Persepsi Stakeholders Setiap Layanan Unit Eselon Satu

dalam Satu Tahun Terakhir ... 67

Gambar 5.3. Skor Tingkat Kepuasan Stakeholders Terhadap Layanan Eselon Satu Lingkup Kementerian Keuangan RI Tahun 2013 ... 69

Gambar 5.4. Skor Tingkat Kepuasan Stakeholders Berdasarkan Wilayah Penelitian Terhadap Layanan Kementerian Keuangan RI Tahun 2013 ... 70 Gambar 5.5. Skor Tingkat Kepuasan Stakeholders terhadap Layanan Kementerian

Keuangan RI,Tahun 2010-2013 ... 71 Gambar 5.6. Skor Tingkat Kepentingan Unsur-Unsur Layanan Kemenkeu ... 72

Gambar 5.7. Skor Kinerja Layanan Kementerian Keuangan RI Berdasarkan Unsur Layanan ... 73

Gambar 5.8. Hasil Analisis Biplot Kinerja Unsur Layanan Kementerian Keuangan RI

Tahun 2013 ... 75

Gambar 5.9. Hasil Analisis Biplot Kinerja Unsur Layanan KementerianKeuangan RI Berdasarkan Wilayah Tahun 2013 ... 77

Gambar 5.10. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Kemenkeu RI

Berdasarkan UnsurLayanan... 79

Gambar 5.14. Hasil Measurement Equation Analisis SEM untuk Model Kepuasan

Stakeholders Kementerian Keuangan RI ... 85 Gambar 6.1. Layanan Unggulan yang Diakses Pengguna Jasa DJP ... 88

Gambar 6.2. Sebaran Responden Menurut Jenis KPP yang Diakses ... 89

Gambar 6.3. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Ditjen Pajak ... 90

Gambar 6.4. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan di Enam Kota

Wilayah Penelitian ... 91

Gambar 6.5. Distribusi Tingkat Kepuasan Responden Menurut Kantor Pelayanan

Pajak yang Diakses... 91

Gambar 6.6. Persepsi Responden Tentang Kinerja Ditjen Pajak dibandingkan Tahun

Sebelumnya Menurut Jenis Layanan ... 93

Gambar 6.7. Persepsi Responden Tentang Kinerja Ditjen Pajak dibandingkan Tahun

Lalu Menurut Wilayah ... 93

Gambar 6.8. Persepsi Responden Tentang Kinerja Ditjen Pajak dibandingkan Tahun

Lalu Menurut KPP yang Diakses ... 94

Gambar 6.9. Skor Kepuasan Responden Terhadap Pelayanan Ditjen Pajak Menurut

Wilayah Penelitian ... 95

Gambar 6.10. Skor Kepuasan Responden Terhadap Layanan Unggulan Ditjen Pajak

Tahun 2013 ... 96

Gambar 6.11. Skor Kepuasan Responden Terhadap Layanan Unggulan Ditjen Pajak

(15)

Gambar 6.12. Skor Kepuasan Responden Terhadap Layanan Unggulan Ditjen Pajak Tahun 2013 Menurut Pengalaman Responden pada Survei Tahun Lalu ... 97 Gambar 6.13. Skor Kepuasan Responden Terhadap Layanan Unggulan Ditjen Pajak

Tahun 2013 Menurut Cara Mengurus Layanan ... 98

Gambar 6.14. Skor Kepuasan Responden terhadap Kinerja Layanan Ditjen Pajak Tahun 2009 - 2013 ... 98

Gambar 6.15. Skor Tingkat Kepentingan Kinerja Layanan Ditjen Pajak Menurut Unsur Layanan ... 99

Gambar 6.16. Skor Kepuasan Responden Pengguna Jasa Terhadap Unsur Layanan Ditjen Pajak ... 100

Gambar 6.17. Skor Kepuasan Responden Pengguna Jasa Terhadap Kinerja Unsur

Layanan Ditjen Pajak Menurut KPP yang Diakses... 102

Gambar 6.18. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Ditjen Pajak Berdasarkan Jenis Layanan Unggulan ... 103

Gambar 6.19. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Ditjen Pajak, Berdasarkan Kota Wilayah Penelitian ... 104

Gambar 6.20. Matriks Importance Performance Analysis Berdasarkan Unsur

Layanan Ditjen Pajak ... 106 Gambar 6.21. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Direktorat Jenderal

Pajak Tahun 2012 dan 2013 ... 107

Gambar 6.22. Hasil Konfigurasi Tahun 2013 Dibanding Tahun 2012 dan 2011

Menurut Layanan Unggulan di Ditjen Pajak ... 109 Gambar 6.23. Hasil Konfigurasi Tahun 2013 Dibanding Tahun 2012 dan 2011

Menurut Unsur Layanan di Ditjen Pajak ... 110 Gambar 6.24. Hasil Analisis SEM untuk Direktorat Jenderal Pajak ... 114

Gambar 6.25. Distribusi Responden DJBC berdasarkan Jalur Layanan ... 118

Gambar 6.26. Distribusi Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Layanan DJBC Tahun

2013 ... 119

Gambar 6.27. Distribusi Tingkat Kepuasan Penggunan Jasa Layanan DJBC

dibandingkan dengan Kemenkeu RI Tahun 2013 ... 120

Gambar 6.28. Distribusi Tingkat Kepuasan Stakeholders terhadap Layanan DJBC berdasarkan Jalur Layanan ... 121

Gambar 6.29. Distribusi Tingkat Kepuasan Stakeholders terhadap Layanan DJBC berdasarkan Wilayah Penelitian ... 122 Gambar 6.30. Persepsi Stakeholders terhadap Kinerja DJBC dibandingkan Tahun

Lalu ... 122

Gambar 6.31. Persepsi Stakeholders terhadap Kinerja DJBC dibandingkan Tahun Lalu Berdasarkan Jalur Layanan ... 123

Gambar 6.32. Skor Tingkat Kepuasan Stakeholders Terhadap Layanan DJBC

(16)

Gambar 6.33. Skor Kepuasan Stakeholders Pengguna Jasa DJBC terhadap Kinerja DJBC Tahun 2010-2013 ... 125 Gambar 6.34. Skor Kinerja DJBC Berdasarkan Jenis Layanan, Tahun 2013 ... 126

Gambar 6.35. Skor Tingkat Kepentingan Unsur Layanan DJBC Tahun 2013 ... 127

Gambar 6.36. Skor Tingkat Kepuasan Stakeholder DJBC Berdasarkan Unsur Layanan

Tahun 2013 ... 128

Gambar 6.37. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan DJBC Berdasarkan Jenis

Layanan,Tahun 2013 ... 129

Gambar 6.38. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan DJBC Berdasarkan Wilayah .... 130

Gambar 6.39. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Layanan DJBC

Berdasarkan Unsur Layanan... 131

Gambar 6.40. Perbedaan Matriks IPA Layanan DJBC Tahun 2013 dengan Tahun 2012

Berdasarkan Unsur Layanan... 132

Gambar 6.41. Perubahan Kualitas Layanan DJBC Tahun 2013 dengan Tahun

2012/2011 Berdasarkan Layanan ... 134

Gambar 6.42. Perubahan Kualitas Layanan DJBC Tahun 2013 dengan Tahun

2012/2011 Berdasarkan Indikator Layanan ... 136 Gambar 6.43. Hasil Measurement Equation Analisis SEM untuk Model Kepuasan

Stakeholders DJBC ... 137

Gambar 6.44. Layanan Unggulan yang Diakses Responden Pengguna Jasa DJA Tahun

2013 ... 139

Gambar 6.45. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Ditjen Anggaran Tahun 2013... 140

Gambar 6.46. Distribusi Responden DJA dan Kemenkeu Menurut Tingkat Kepuasan

Layanan Unggulan Ditjen Anggaran Tahun 2013 ... 141 Gambar 6.47. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan terhadap Layanan

Ditjen Anggaran Berdasarkan Jenis Layanan Tahun 2013... 142

Gambar 6.48. Penilaian Responden tentang Kinerja Ditjen Anggaran Dibandingkan Tahun Lalu pada Masing-Masing Layanan Unggulan... 143

Gambar 6.49. Skor Kepuasan Stakeholders terhadap Layanan Ditjen Anggaran

Berdasarkan Pengalaman Survei Tahun Lalu ... 143

Gambar 6.50. Skor Kepuasan Responden terhadap Kinerja Layanan DJA, Tahun

2010-2013 ... 144

Gambar 6.51. Skor Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa DJA Berdasarkan Jenis Layanan

Unggulan Tahun 2013 ... 145

Gambar 6.52. Tingkat Kepentingan Layanan Unggulan Ditjen Anggaran

Berdasarkan Jenis Layanan Unggulan Tahun 2013 ... 146

Gambar 6.53. Skor Kinerja Ditjen Anggaran Berdasarkan Unsur Layanan Tahun

2013 ... 147 Gambar 6.54. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Ditjen Anggaran Berdasarkan

(17)

Gambar 6.55. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur Layanan Direktorat Anggaran Tahun 2013 ... 151

Gambar 6.56. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur

Layanan Direktorat Anggaran, Tahun 2012 dan 2013... 152

Gambar 6.57. Uji-Z Hasil Analisis Procrustes untuk Layanan Unggulan DJA... 154 Gambar 6.58. Uji-Z Hasil Analisis Procrustes untuk Indikator-Indikator Layanan DJA ... 154 Gambar 6.59. Hasil Analisis SEM untuk Direktorat Jenderal Anggaran Tahun 2013 ... 157

Gambar 6.60. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Ditjen Perbendaharaan 2013 ... 160

Gambar 6.61. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan Layanan Unggulan Ditjen Perbendaharaan dan Kemenkeu 2013 ... 161

Gambar 6.62. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan antar Wilayah

Penelitian... 162

Gambar 6.63. Skor Tingkat Kepuasan Responden Pengguna Jasa terhadap Kinerja Ditjen Perbendaharaan, tahun 2010-2013 ... 163

Gambar 6.64. Penilaian Responden tentang Kinerja Ditjen Perbendaharaan

dibandingkan Tahun Lalu... 164

Gambar 6.65. Skor Penilaian Responden Terhadap Kinerja Layanan Ditjen

Perbendaharaan Menurut Kota Wilayah Penelitian ... 164

Gambar 6.66. Skor Kepuasan Stakeholders DJPB Berdasarkan Jenis Layanan

Unggulan Tahun 2013 ... 165

Gambar 6.67. Skor Tingkat Kepentingan Kinerja Layanan DJPb Berdasarkan Unsur

Layanan Tahun 2013 ... 166

Gambar 6.68. Skor Kepuasan Stakeholders DJPB Berdasarkan Unsur Layanan ... 167 Gambar 6.69. Hasil Analisis Biplot Layanan Unggulan di Direktorat Jenderal

Perbendaharaan ... 168

Gambar 6.70. Hasil Analisis Biplot Layanan Menurut Kota pada Ditjen

Perbendaharaan ... 169

Gambar 6.71. Matriks Importance Performance Analysis Menurut Unsur Layanan Direktorat Jenderal Perbendaharaan ... 170

Gambar 6.72. Perbedaan Matriks IPA Layanan DJPb Tahun 2013 dengan Tahun

2012 Berdasarkan Unsur Layanan ... 171

Gambar 6.73. Perubahan Kualitas Layanan DJPb Tahun 2013 dengan Tahun

2012/2011 Berdasarkan Layanan ... 173 Gambar 6.74. Perubahan Kualitas Layanan DJPb Tahun 2013 dengan Tahun 2012

/2011 Berdasarkan Indikator Layanan ... 175

Gambar 6.75. Hasil Measurement Equation Analisis SEM untuk Model Kepuasan

Stakeholders DJPb ... 176

Gambar 6.76. Layanan Unggulan pada Ditjen Kekayaan Negara yang Diakses

(18)

Gambar 6.77. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Ditjen Kekayaan Negara Tahun 2013 ... 179 Gambar 6.78. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan Layanan Unggulan

Ditjen Kekayaan Negara ... 180

Gambar 6.79. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan di Wilayah

Penelitian... 181

Gambar 6.80. Penilaian Responden tentang Kinerja Ditjen Kekayaan Negara dibandingkan Tahun Lalu... 182

Gambar 6.81. Penilaian Responden tentang Kinerja Ditjen Kekayaan Negara

dibandingkan Tahun Lalu Berdasarkan Wilayah... 182

Gambar 6.82. Skor Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Ditjen Kekayaan Negara

Tahun 2010-2013... 183

Gambar 6.83. Skor Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Ditjen Kekayaan Negara

Berdasarkan Kota Wilayah Penelitian... 184

Gambar 6.84. Skor Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Ditjen Kekayaan Negara

Berdasarkan Layanan Unggulan ... 185

Gambar 6.85. Skor Kinerja Kualitas Layanan Ditjen Kekayaan Negara Menurut

Unsur Layanan ... 186

Gambar 6.86. Skor Tingkat Kepentingan Kinerja Layanan Ditjen Kekayaan Negara Menurut Unsur Layanan ... 187

Gambar 6.87. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Ditjen Kekayaan Negara Berdasarkan Jenis Layanan Unggulan ... 188

Gambar 6.88. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Ditjen Kekayaan Negara

Berdasarkan Wilayah ... 189

Gambar 6.89. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur

Layanan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara ... 191

Gambar 6.90. Perbandingan Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Tahun

2011-2012 DJKN ... 192

Gambar 6.91. Hasil Análisis Procrustes Layanan Unggulan DJKN Tahun 2012-2013 dan 2011-2013 ... 193

Gambar 6.92. Hasil Análisis Procrustes Unsur-Unsur Layanan Unggulan DJKN Tahun

2012-2013 dan 2011-2013 ... 194

Gambar 6.93. Hasil Analisis SEM untuk Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

(DJKN) ... 198

Gambar 6.94. Layanan Unggulan yang Diakses Pengguna Jasa DJPK ... 200

Gambar 6.95. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan Layanan DJPK 201

Gambar 6.96. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan pada Layanan DJPK menurut Kota Wilayah Penelitian ... 202

Gambar 6.97. Persepsi Stakeholder terhadap Kinerja DJPK dibandingkan Tahun Lalu Menurut Layanan Unggulan ... 203 Gambar 6.98. Persepsi Stakeholders terhadap Kinerja DJPK dibandingkan Tahun

(19)

Gambar 6.99. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan pada Layanan DJPK dan Kementerian Keuangan ... 204

Gambar 6.100. Skor Tingkat Kepuasan Layanan DJPK Menurut Jenis Layanan

Unggulan ... 205

Gambar 6.101. Skor Tingkat Kepuasan Layanan DJPK Menurut Wilayah ... 205

Gambar 6.102. Skor Tingkat Kepuasan Stakeholder Terhadap Layanan DJPK Menurut

Pengalamannya Menjadi Responden pada Survei Tahun Lalu ... 206 Gambar 6.103. Skor Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Layanan DJPK Tahun 2009-2013 ... 207

Gambar 6.104. Skor Kepuasan Responden terhadap Layanan DJPK Menurut Unsur

Layanan ... 208

Gambar 6.105. Skor Tingkat Kepentingan Layanan DJPK Menurut Unsur Layanan 210

Gambar 6.106. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Ditjen Perimbangan Keuangan Berdasarkan Jenis Layanan Unggulan ... 211

Gambar 6.107. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Ditjen Perimbangan Keuangan Berdasarkan Wilayah ... 212

Gambar 6.108. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur Layanan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan... 213 Gambar 6.109. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan Tahun 2012 dan 2013 ... 215 Gambar 6.110. Hasil Konfigurasi Tahun 2013 Dibanding Tahun 2012 dan 2011

Menurut Layanan Unggulan di DJPK ... 217

Gambar 6.111. Hasil Konfigurasi Tahun 2013 Dibanding Tahun 2012 dan 2011

Menurut Unsur Layanan di DJPK ... 218

Gambar 6.112. Hubungan Tingkat Kepuasan Stakeholder dengan Kinerja Input,

Proses dan Output pada DJPK Tahun 2013 ... 222 Gambar 6.113. Layanan Unggulan yang Diakses Pengguna Jasa SETJEN ... 225

Gambar 6.114. Layanan yang Diakses Pengguna Jasa Untuk Setiap Unit Eselon-II dalam Lingkup Setjen ... 226

Gambar 6.115. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan terhadap Layanan SETJEN ... 227 Gambar 6.116. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan Pada Setiap Unit

Eselon II dalam Lingkup Setjen ... 228 Gambar 6.117. Skor Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan SETJEN ... 229

Gambar 6.118. Skor Tingkat Kepuasan Stakeholders Terhadap Layanan Setjen Tahun 2010-2012... 230 Gambar 6.119. Skor Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan Unit Eselon II

dalam Lingkup SETJEN ... 231

Gambar 6.120. Skor Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Jenis Layanan Unggulan

(20)

Gambar 6.121. Penilaian Responden tentang Kinerja SETJEN Dibanding Tahun Lalu 233

Gambar 6.122. Penilaian Responden terhadap Kinerja Unit Eselon II dalam Lingkup

SETJEN Dibanding Tahun Lalu ... 234

Gambar 6.123. Skor Tingkat Kepentingan Unsur Layanan pada Sekretariat Jenderal 235 Gambar 6.124. Skor Kinerja Layanan Unggulan Setjen Berdasarkan Unsur Layanan ... 236

Gambar 6.125. Skor Kinerja Setjen Sebagai Prime Mover ... 237

Gambar 6.126. Skor Kinerja Unit Eselon II Setjen Sebagai Prime Mover ... 238

Gambar 6.127. Skor Kinerja Unit Eselon II Setjen untuk Setiap Aspek Prime Mover ... 239

Gambar 6.128. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan SETJEN Berdasarkan Jenis Layanan Unggulan ... 240

Gambar 6.129. Hasil Analisis Biplot Unit Eselon Dua SETJEN ... 241

Gambar 6.130. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur Layanan Sekretariat Jenderal (SETJEN) ... 242

Gambar 6.131. Perbandingan Matriks Importance Performance Analysis (IPA) 2011-2012 Menurut Unsur Layanan Sekretariat Jenderal ... 244

Gambar 6.132. Hasil Analisis Procrustes untuk Layanan SETJEN ... 246

Gambar 6.133. Hasil Analisis Procrustes untuk Setiap Unsur Layanan SETJEN ... 246

Gambar 6.134. Hasil Analisis SEM untuk Layanan SETJEN ... 247

Gambar 6.135. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Unggulan DJPU ... 251

Gambar 6.136. Distribusi Responden menurut Tingkat Kepuasan Layanan Ditjen Pengelolaan Utangdan Kementerian Keuangan ... 253

Gambar 6.137. Penilaian Responden tentang Kinerja Ditjen Pengelolaan Utang dibandingkan Tahun Lalu... 253

Gambar 6.138. Skor Kinerja Layanan Ditjen Pengelolaan Utang menurut Jenis Layanan ... 254

Gambar 6.139. Skor Kepuasan Layanan DJPU Tahun 2011 dan 2012 ... 255

Gambar 6.140. Skor Tingkat Kepentingan Layanan Ditjen Pengelolaan Utang menurut Unsur Layanan ... 256

Gambar 6.141. Skor Kinerja Kualitas Layanan Ditjen Pengelolaan Utang menurut Unsur Layanan ... 257

Gambar 6.142. Hasil Analisis Biplot untuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. 258 Gambar 6.143. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur Layanan DJPU tahun 2013 ... 259

(21)

Gambar 6.145. Hasil Analisis Procrustes Layanan Unggulan DJPU Tahun 2012-2013 dan 2011-2013 ... 263 Gambar 6.146. Hasil Análisis Procrustes Unsur-Unsur Layanan Unggulan DJKN Tahun

2012-2013 dan 2011-2013 ... 264

Gambar 6.147. Hasil Analisis SEM untuk Layanan Unggulan DJPU ... 267

Gambar 6.148. Layanan Unggulan yang Diakses Pengguna Layanan BPPK ... 268 Gambar 6.149. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan Layanan BPPK

Tahun 2013 ... 269

Gambar 6.150. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan pada BPPK dan

Kementerian Keuangan ... 269

Gambar 6.151. Tingkat Kepuasan Responden terhadap Layanan BPPK dibandingkan Tahun Lalu ... 270

Gambar 6.152. Skor Kepuasan Stakeholders terhadap Layanan BPPK Berdasarkan

Pengalaman Survei Tahun Lalu ... 271

Gambar 6.153. Skor Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan BPPK Menurut Jenis

Layanan Unggulan Tahun 2013 ... 272

Gambar 6.154. Skor Kepuasan Responden terhadap Kinerja Layanan BPPK Tahun

2011-2013 ... 273

Gambar 6.155. Skor Tingkat Kepentingan Layanan BPPK Menurut Unsur Layanan

Tahun 2013 ... 274

Gambar 6.156. Skor Kinerja Layanan BPPK Menurut Unsur Layanan Tahun 2013 . 274

Gambar 6.157. Hasil Analisis Biplot Kinerja Layanan Badan Pendidikan dan Pelatihan (BPPK) Berdasarkan Jenis Layanan Unggulan Tahun 2013 ... 277

Gambar 6.158. Matriks Importance Performance Analysis Menurut Unsur Layanan BPPK Tahun 2013 ... 278

Gambar 6.159. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) menurut Unsur

Layanan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), tahun 2012 dan 2013 ... 280

Gambar 6.160. Uji-Z Hasil Analisis Procrustes untuk Layanan Unggulan BPPK... 281 Gambar 6.161. Uji-Z Hasil Analisis Procrustes untuk Indikator-Indikator Layanan

BPPK ... 282 Gambar 6.162. Hasil Analisis SEM untuk Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

(BPPK) Tahun 2013 ... 285 Gambar 6.163. Penilaian Responden tentang Kinerja ITJEN Dibanding Tahun Lalu ... 288

Gambar 6.164. Skor Tingkat Kepentingan Kinerja Layanan Inspektorat Jenderal menurut Unsur Layanan ... 289

Gambar 6.165. Skor Kinerja Layanan Inspektorat Jenderal Menurut Unsur Layanan 290

(22)

Gambar 6.167. Skor Kinerja Layanan Inspektorat Jenderal menurut Status Responden pada survei sebelumnya ... 292 Gambar 6.168. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur

Layanan pada Inspektorat Jenderal, tahun 2013 ... 293

Gambar 6.169. Matriks Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Unsur Layanan pada Inspektorat Jenderal, tahun 2012 dan 2013 ... 294

Gambar 6.170. Analisis Struktural Equation Model (SEM) Inspektorat Jenderal, Tahun 2013 ... 296

Gambar 7.1. Persentase Responden yang Memberikan Biaya Tambahan Tahun

2011 dan 2012 ... 299

Gambar 7.2. Jumlah Responden yang Memberikan Biaya Tambahan Tahun 2013

... 300

Gambar 7.3. Persentase Responden yang Memberikan Biaya Tambahan

Berdasarkan Wilayah Survei ... 300

Gambar 7.4. Persentase Persepsi Responden atas Pemberian Biaya Tambahan . 301

Gambar 7.5. Persentase Responden Mengenai Inisiatif Pemberian Biaya Tambahan

... 302

Gambar 7.6. Pengaruh Biaya Tambahan terhadap Kualitas Layanan ... 304 Gambar 7.7. Intensitas Biaya Tambahan ... 305

Gambar 7.8. Persentase Bentuk Imbalan ... 306

Gambar 7.9. Jenjang Pemberian Tambahan ... 306 Gambar 7.11. Penentuan besarnya biaya tambahan ... 308

Gambar 7.12. Persentase Responden yang Menganggap Wajar Pemberian Uang

Tambahan dalam Setiap Pengurusan Layanan ... 309

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 335

(24)

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Buruknya birokrasi masih menjadi salah satu problem yang dihadapi

negara-negara di Asia, termasuk di Indonesia. Political and Economic Risk Consultancy (PERC)

yang berbasis di Hongkong meneliti pendapat para eksekutif bisnis asing (expatriats)

terkait dengan kinerja birokrasi, hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2000

birokrasi Indonesia dinilai termasuk terburuk dan belum mengalami perbaikan berarti

dibandingkan keadaan di tahun 1999. Meskipun kondisinya masih lebih baik dibanding

beberapa negara seperti Cina, Vietnam, dan India.

Pada tahun 2000 indeks kinerja birokrasi Indonesia memperoleh skor 8.0, sama

dengan skor tahun 1999 dari kisaran skor antara 0 (nol) untuk terbaik dan 10 untuk

terburuk. Para eksekutif bisnis yang disurvei PERC berpendapat bahwa sebagian besar

negara di kawasan Asia masih perlu menngurangi hambatan birokrasi (red tape

barriers). Namun di sisi lain mereka juga menyebutkan bahwa telah terjadi beberapa

kemajuan terutama terkait dengan tekanan perlunya reformasi birokrasi.

Penilaian kinerja birokrasi publik, disamping menggunakan indikator-indikator

yang melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitias, tetapi harus melihat

indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa

(stakeholders), akuntabilitas, dan responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa

menjadi sangat penting karena birokrasi publik seringkali memiliki kewenangan

monopolis sehingga para pengguna jasa tidak memiliki alternatif sumber pelayanan.

Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar dimana pengguna jasa

memiliki pilihan sumber pelayanan, penggunaan pelayanan dapat menjadi indikator

kepuasan terhadap yang memberi layanan. Namun untuk pelayanan oleh birokrasi

publik, penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada hubungannya sama sekali

dengan kepuasannya terhadap pelayanan. Kesulitan lain dalam menilai kinerja birokrasi

publik muncul karena tujuan dan misi birokrasi publik seringkali kabur dan bersifat

multidimensional.

Pemerintahan di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur memulai proses

(25)

demokratis. Indonesia mengalami transisi dari rejim yang tidak demokratis menuju

rejim yang semakin demokratis. Tabel 1.1 memberikan ilustrasi tipologi negara-negara

Asia Tenggara dilihat dari perspektif demokrasi dan governance. Demokrasi mencakup

kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan

politik secara bebas dan setara. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—

baik secara langsung atau melalui perwakilan, dalam perumusan, pengembangan, dan

pembuatan hukum. Tingkat demokrasi Indonesia dinilai sudah bergerak dari A ke C,

artinya dunia mengakui adanya perubahan penting dari rezim yang tidak demokratis

menuju sistem yang lebih demokratis (Mishra et al, 2001).

Tabel 1.1. Transisi Demokrasi dan Governance

Kata “governance” dalam hal ini diartikan sebagai tata kelola yang berhubungan dengan interaksi antara pemerintah dengan masyarakat. Sedangkan “governing” berarti

semua kegiatan sosial, ekonomi politik, dan administrasi yang dilakukan dalam upaya

untuk mengarahkan, mengendalikan, mengawasi atau mengelola masyarakat.

Kementerian Keuangan memiliki posisi strategis dalam pemerintahan Republik

Indonesia karena memiliki rentang tugas dan fungsi yang luas dan strategis. Hampir

seluruh aspek perekonomian negara berhubungan langsung dengan kebijakan yang

dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan. Kebijakan dimaksud meliputi perencanaan,

penyusunan, dan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

perpajakan, kepabeanan dan cukai, pengelolaan kekayaan negara, perimbangan

keuangan pusat dan daerah, pengelolaan utang, serta pasar modal dan lembaga

keuangan non bank. Dengan kedudukannya yang strategis, maka penataan kelembagaan

yang baik merupakan prasyarat agar Kementerian Keuangan dapat menjalankan tugas

(26)

Sebagai suatu organisasi yang menangani permasalahan yang sangat kompleks

dan dalam rangka menciptakan good governance, Kementerian Keuangan memerlukan

harmonisasi untuk mencapai sinergi dalam mewujudkan visi dan misinya. Sebuah

langkah terobosan telah diambil oleh pimpinan Kementerian Keuangan dengan

melakukan dan mempelopori reformasi birokrasi lembaga pemerintah. Reformasi

birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan perubahan mendasar

terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek

kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (proses bisnis), dan sumber daya manusia

(SDM).

Kompleksitas organisasi Kementerian Keuangan dapat dilihat dari struktur

organisasi yang besar, memiliki kantor vertikal terbesar dan tersebar di seluruh

Indonesia yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat serta jumlah

pegawai yang cukup besar, mencapai sekitar 62000 orang. Untuk itu diperlukan

profesionalisme birokrasi yang tinggi. Kementerian Keuangan dituntut untuk dapat

memberikan pelayanan kepada publik secara efektif dan efisien sebagai publik servant

(pelayanan masyarakat).

Reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan dimulai pada tahun 2003 yang

ditandai dengan lahirnya UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Keuangan

Negara; UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Bendahara Umum Negara; dan UU Nomor 15

Tahun 2004 Tentang Pertanggung-jawaban dan Pelaporan Pelaksanaan Keuangan

Negara.

Sebenarnya reformasi birokrasi di Kemenkeu telah dirintis sejak akhir tahun

2002, melalui penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan peningkatan

manajemen sumber daya manusia dan kemudian mulai dilaksanakan tahun 2006.

Hingga tahun 2009, pelaksanaan Reformasi Birokrasi ditangani oleh Tim Reformasi

Birokrasi Pusat (TRBP). Selanjutnya, pada tahun 2010, pelaksanaan Reformasi Birokrasi

dikoordinasikan oleh Forum Koordinasi Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan

(FKRB) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan dan Tim Reformasi Birokrasi Unit

(TRBU) yang dibentuk oleh pimpinan masing-masing Unit Eselon Satu.

Tugas FKRB berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 65/

KMK.01/2010 adalah mengkoordinasikan, mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi

pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan oleh seluruh unit

(27)

Badan Transformasi Birokrasi di Kementerian Keuangan. FKRB menjadi penyelaras

Program Reformasi Birokrasi yang melebur ke dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi)

unit terkait.

Pada tahun 2007 dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

30/KMK.01/2007, dilakukan penyempurnaan program reformasi birokrasi melalui

pencanangan program utama reformasi birokrasi yang mencakup: (i) Penataan

Organisasi yang meliputi: modernisasi organisasi, pemisahan, penggabungan, dan

penajaman fungsi organisasi; (ii) Perbaikan Proses Bisnis yang meliputi: analisis dan

evaluasi jabatan, analisis beban kerja, dan penyusunan Standar Prosedur Operasi (SOP);

dan (iii) Peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi:

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dan pengintegrasian

Sistem Informasi Manajemen Pegawai (SIMPEG).

Peranan dan tugas Kementerian Keuangan untuk dapat memberikan pelayanan

terbaik baik seluruh masyarakat sebagai stakeholders perlu ditingkatkan. Masyarakat

merupakan pelanggan dari Kementerian Keuangan yang akan merasakan langsung

adanya perubahan dari reformasi birokrasi terutama dalam bidang pelayanan.

Berkaitan dengan pelayanan, Kementerian Keuangan telah melakukan upaya

peningkatan kualitas layanan dengan membangun kantor unit layanan percontohan

dan menerbitkan panduan layanan prima. Pelayanan prima (excellent service)

merupakan layanan oleh suatu unit organisasi untuk memberikan kepuasan masyarakat

melebihi standar layanan publik/pelanggan.

Fungsi pelayanan pemerintah dapat diadopsi dari teori pelayanan dalam industri

jasa. Dalam industri jasa, kualitas layanan memainkan peranan penting dalam memberi

nilai tambah terhadap pengalaman layanan secara keseluruhan. Seorang stakeholders

sebagai pelanggan akan mengevaluasi kualitas layanan berdasarkan persepsi mereka.

Menurut Brady dan Cronin (2001), persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan ini

terdiri dari tiga yaitu : (1) kualitas interaksi, (2) kualitas lingkungan fisik, dan (3)

kualitas hasil. Ketiga kualitas ini membentuk keseluruhan persepsi pelanggan terhadap

kualitas layanan.

Adanya reformasi, kebutuhan pelanggan yang terus meningkat yang didasari

oleh tingkat kekritisan yang semakin tinggi, cenderung menuntut pelayanan semakin

tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk tetap memenuhi kebutuhan,

(28)

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari birokrasi pemerintahan perlu

melakukan perubahan yaitu dari (1) sisi kelembagaan, (2) budaya korporat, dan (3)

hubungan dengan lembaga lain (pelayanan kepada sesama lembaga pemerintahan,

persahaan negara/swasta maupun individu/pribadi). Dalam upaya pemberdayaan

birokrasi yang merupakan bagian dari reformasi birokrasi pemerintahan maka dalam

era yang sekarang ini birokrasi dituntut netral. Beberapa pihak pesimis bahwa kondisi

ini sulit menjadi kenyataan. Sebagai contoh misalnya, besarnya kepentingan atau

kebocoran anggaran birokrasi pemerintahan yang diperkirakan masih cukup besar,

yaitu sekitar 30 persen (Damanhuri, 2006). Namun demikian, walaupun sulit terwujud,

bukan berarti reformasi birokrasi tidak bisa dilakukan.

Upaya perubahan yang dilakukan Kementerian Keuangan akan dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien apabila tersedia informasi yang obyektif

mengenai kondisi pelayanan yang telah dilakukan dan sekaligus pelayanan yang

diharapkan ke depan. Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya Kementerian Keuangan

mengadakan kajian mengenai opini stakeholders dari semua unit eselon satu lingkup

Kementerian Keuangan agar memperoleh informasi yang komprehensif mengenai

kondisi dan permasalahan yang terkait dengan pelayanan yang diberikan, sehingga

dapat diketahui ukuran kepuasan dari stakeholders secara periodik dan faktor-faktor

yang menyebabkannya, dalam rangka upaya perbaikan ke depannya.

1.2.

Perumusan Masalah

Dalam konteks kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia, pemerintah

melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 lahun

1995 telah memberikan berbagai rambu-rambu pemberian pelayanan kepada birokrasi

publik secara baik. Berbagai prinsip pelayanan, seperti kesederhanaan, kejelasan,

kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonomis, dan keadilan yang merata

merupakan prinsip-prinsip pelayanan yang harus diakomodasi dalam pemberian

pelayanan publik di Indonesia.

Berkaitan dengan pelayanan, Kementerian Keuangan RI telah melakukan upaya

peningkatan kualitas layanan dengan membangun kantor unit layanan percontohan dan

menerbitkan panduan layanan prima. Pelayanan prima (excellent service) merupakan

layanan oleh suatu unit organisasi untuk memberikan kepuasan masyarakat melebihi

(29)

laksana layanan umum seperti kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan,

keterbukaan, efisien, ekonomis, keadilan dan ketepatan waktu. Prinsip pelayanan prima

adalah fokus pada pelanggan, pelayanan nurani dan perbaikan yang dilakukan secara

berkelanjutan.

Untuk mengetahui sampai sejauh mana pelayanan yang dilakukan Kementerian

Keuangan telah memberikan kepuasan bagi stakeholders, maka perlu diidentifikasi

tingkat kepuasan stakeholders berdasarkan indikator-indikator yang akan digunakan

untuk mengukur kepuasan stakeholders. Kejelasan dan kepastian persyaratan/prosedur

dan waktu, sikap petugas, keterampilan petugas, suasana ruang pelayanan, sarana

pendukung teknologi yang mutakhir, biaya, mekanisme pengajuan keberatan, dan

partisipatif merupakan aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur kepuasan

stakeholders Kementerian Keuangan. Berdasarkan indikator-indikator pada

masing-masing aspek tersebut maka akan diketahui faktor-faktor yang sangat mempengaruhi

kepuasan stakeholders. Dengan diketahuinya tingkat kepuasan dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya maka Kementerian Keuangan dapat melakukan tindakan untuk

memperbaiki dan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja pelayanan.

Kementerian Keuangan memiliki beberapa unit layanan eselon satu yang

memberikan pelayanan yang berbeda-beda. Pelayanan yang berbeda ini akan

menentukan tinggi rendahnya kepuasan stakeholders. Sebagai contoh pelayanan yang

diberikan Direktorat Jenderal Pajak adalah pelayanan yang berkaitan dengan

pembayaran. Jika Direktorat Jenderal Pajak dinilai tingkat kepuasan yang berhubungan

dengan aspek pengucuran dana maka stakeholders akan cenderung memberikan

penilaian kepuasan yang lebih rendah dibandingkan dengan Direktorat Jenderal

Anggaran (DJA) ataupun Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), dan Direktorat

Jenderal Perbendaharaan Negara (DJPb), yang memang menangani hal tersebut. Oleh

karena itu analisis perbandingan kinerja (performance) dengan bobot yang berbeda dari

direktorat-direktorat atau unit layanan dalam satu direktorat berdasarkan indikator

pelayanan sangat perlu dilakukan. Berdasarkan kajian terdahulu pada awal reformasi

yaitu tahun 2007, trend kepuasan stakeholders mengalami peningkatan. Selanjutnya

tahun 2008-2009 cenderung menurun dan tahun 2009 mulai terasa jenuh (mengalami

penurunan). Sementara pada kajian tahun 2010-2012 menunjukkan hasil tingkat

kepuasan yang relatif stagnan. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana trend

(30)

pelayanan masing-masing direktorat, masing-masing kota dan masing-masing unit

pelayanan dari waktu ke waktu.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat kepuasan stakeholders secara umum dan pada unsure-unsur

layanan pada berbagai level, mulai dari level Kementerian Keuangan dan

masing-masing kota ?

2. Unsur/faktor layanan apa yang sudah baik sehingga perlu dipertahankan dan

unsur/faktor layanan apa yang perlu ditingkatkan agar memberikan kepuasan

stakeholders pada Kementerian Keuangan, di masing-masing unit layanan eselon

satu yang dianalisis, serta pada masing-masing kota ?

3. Bagaimana kinerja (performance) dari masing-masing unit layanan eselon satu

yang dianalisis berdasarkan indikator pelayanan

4. Bagaimana perubahan (secara relatif) kinerja pelayanan Kementerian Keuangan

secara umum, masing unit layanan eselon satu yang dianalisis,

masing-masing kota dari waktu ke waktu ?

5. Menganalisis saling keterkaitan antara kinerja unsur-unsur layanan dan kinerja

stakeholders Kementerian Keuangan RI ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kepuasan stakehoders pada semua unsur

layanan pada berbagai level, mulai dari level Kementerian Keuangan, masing-masing

unit eselon satu yang dianalisis, dan pada masing-masing kota.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis unsur layanan apa yang sudah baik sehingga

perlu dipertahankan dan faktor layanan apa yang perlu ditingkatkan agar

memberikan kepuasan pada stakeholders dari Kementerian Keuangan, maupun pada

masing-masing kota.

3. Menganalisis kinerja (performance) dari unit-unit layanan eselon satu yang

(31)

4. Menganalisis perubahan (secara relatif) kinerja (performance) pelayanan

masing-masing unit layanan eselon satu yang dianalisis, dan masing-masing-masing-masing kota dari waktu

ke waktu.

5. Menganalisis perubahan (secara relatif) kinerja (performance) pelayanan

masing-masing direktorat, masing-masing-masing-masing kota dan masing-masing-masing-masing unit pelayanan dari

antar waktu.

6. Menganalisis saling keterkaitan antara kinerja unsur-unsur layanan dan tingkat

(32)

BAB II.

TELAAH PUSTAKA

2.1. Reformasi Birokrasi

Reformasi Birokrasi adalah proses menataulang, mengubah, memperbaiki, dan

menyempurnakan birokrasi agar menjadi lebih efisien, efektif, dan produktif (BEEP).

Reformasi birokrasi ini bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan

bersih KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), mampu melayani publik, netral, sejahtera,

berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Area

perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek manajemen

pemerintahan, yaitu organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan,

sumberdaya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, dan mind

set dan culture set aparatur.

Prinsip-prinsip reformasi birokrasi meliputi orientasi outcome, terukur, efisien,

efektif, realistik, konsisten, sinergis, inovatif, patuh dan dimonitor. Kebijakan reformasi

birokrasi ini diharapkan mampu mengubah pola pikir dari masyarakat terhadap

aparatur negara, mengubah budaya kerja aparatur negara, dan mengubah tata kelola

pemerintahan. Dengan adanya reformasi birokrasi maka akan ada perubahan signifikan

elemen-elemen birokrasi, antara lain kelembagaan, sumber daya manusia aparatur,

ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan publik.

Beberapa contoh reformasi birokrasi, misalnya reformasi kelembagaan dan

kepegawaian, keuangan, perbendaharaan, perencanaan dan penganggaran,

keimigrasian, kepabeanan, perpajakan, pertanahan, dan penanaman modal. Hal yang

penting dalam reformasi birokrasi adalah perubahan mind-set dan culture-set serta

pengembangan budaya kerja. Reformasi Birokrasi diarahkan pada upaya-upaya

mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi secara berkelanjutan, dalam

menciptakan tata pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa (good governance),

pemerintah yang bersih (clean government), dan bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme

(33)

2.1.1. Reformasi Birokrasi Aparatur Negara

Reformasi birokrasi aparatur negara mengacu pada perubahan dari government

(pemerintah; peran pemerintah lebih dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan)

ke governance (tata pemerintahan, penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan,

bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan, mengelola sumber daya dan

berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, mengandung unsur demokratis, adil,

transparan, penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, dan tata pemerintahan yang

baik). Visi reformasi birokrasi adalah terwujudnya pemerintahan yang amanah atau

terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance), dan misinya adalah

mengembalikan cita dan citra birokrasi pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi

masyarakat serta dapat menjadi suri teladan dan panutan masyarakat dalam menjalani

kehidupansehari-hari. Program reformasi birokrasi dalam rencana pembangunan

jangka menengah 2004 – 2009 yang ditetapkan oleh pemerintah adalah penerapan

tatakelola pemerintahan yang baik (Good Governance); peningkatan supervisi dan

akuntabilitas aparatur negara; restrukturisasi lembaga dan manajemen; peningkatan

manajemen SDM; dan peningkatan mutu pelayanan publik.

2.1.2. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan RI

Kementerian Keuangan RI merupakan kementerian yang strategis karena

hampir seluruh aspek perekonomian negara berhubungan langsung dengan kebijakan

yang dikeluarkan oleh Kementrian Keuangan, yang meliputi: Perencanaan, Penyusunan

dan Pengelolaan APBN; Perpajakan; Kepabeanan dan Cukai; Penerimaan Bukan Pajak;

Penyusunan dan Alokasi Anggaran; Perbendaharaan Negara; Pengelolaan Kekayaan

Negara; Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; Pengelolaan Utang; Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Non-Bank. Dengan demikian reformasi yang dilaksanakan di

kementerian ini akan mempunyai dampak yang luas ke kementerian yang lainnya.

Tujuan reformasi birokrasi yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan adalah :

1) menciptakan aparatur negara yang bersih, profesional, dan bertanggung jawab, dan

2) menciptakan birokrasi yang efisien dan efektif sehingga dapat memberikan

pelayanan publik yang prima, sehingga akan terwujudnya tata kelola pemerintahan

yang baik dan peningkatan pelayanan publik. Adapun Program Utama Reformasi

(34)

1. Penataan Organisasi

2. Penyempurnaan Business Process (Analisis dan Evaluasi Jabatan, Analisis Beban

Kerja, Penyusunan Standar Prosedur Operasi (SOP))

3. Peningkatan Manajemen SDM (Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan berbasis

Kompetensi, Pembangunan Assessment Center, Pedoman Pola Mutasi, Peningkatan

Disiplin, Pengintegrasian SIMPEG)

4. Perbaikan Struktur Remunerasi

Prinsip Penyempurnaan dari Business Process dan Peningkatan Pelayanan Publik

dilakukan dengan berdasarkan pada akuntabilitas jabatan/pekerjaan; Penyempurnaan

proses kerja untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi melalui: penyederhanaan,

transparansi, janji layanan; orientasi pada pemangku kepentingan (stakeholders). Untuk

penyempurnaan program Business Process antara lain dilakukan Analisis dan Evaluasi

Jabatan Analisis Beban Kerja dan Penyusunan Standar Prosedur Operasi (SOP). Analisis

dan Evaluasi Jabatan meliputi beberapa kegiatan yaitu : 1) Penyusunan Pedoman

Pelaksanaan analisis dan evaluasi jabatan (Job Analysis and Job Evaluation), 2)

Penyusunan 5225 Uraian Jabatan (Job Description), 3) Penyusunan Spesifikasi Jabatan

(Job Specification), 4) Penyusunan Peta Jabatan (Job Mapping), dan 5) Penyusunan 27

Peringkat Jabatan (Job Grade).

Adanya Peringkat Jabatan ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada

pegawai sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan risiko jabatan/pekerjaan.

Pemeringkatan Jabatan (Job Grading) adalah pengelompokan sejumlah jabatan yang

memiliki bobot yang relatif sama. Peringkat Jabatan merupakan cerminan atas besarnya

tanggung jawab dan risiko pekerjaan. Prinsip yang menjadi pedoman dalam

Penyusunan Peringkat Jabatan adalah bahwa yang dievaluasi adalah jabatan/pekerjaan

dan bukan pemangku jabatan (pejabat) dalam menghargai tanggung jawab pekerjaan

dan mengakomodasi perbedaan tanggung jawab pekerjaan satu dengan lainnya. Hal ini

sebagai dasar bagi pola mutasi dan perencanaan karir di Kementerian Keuangan secara

profesional. Sementara itu, Analisis Beban Kerja bertujuan untuk meningkatan

produktivitas pegawai melalui penataan PNS (kuantitas dan kualitas pegawai sesuai

dengan yang dibutuhkan). Analisis beban kerja dilaksanakan untuk mengetahui jumlah

pegawai yang tepat yang dibutuhkan oleh organisasi.

Besarnya perubahan-perubahan yang dicanangkan dalam reformasi birokrasi

(35)

meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Untuk mencapai tujuan mulia ini

maka Kementerian Keuangan telah membangun kantor unit layanan percontohan dan

menerbitkan panduan layanan prima. Misalnya saja yaitu pembangunan Kantor

Pelayanan Utama atau KPU Tanjung Priok dan KPU Batam, serta pembentukan tujuh

KPPBC Madya. Selain itu, dibangun juga kantor pelayanan pajak pembantu sebanyak 32

kantor pada 30 propinsi (di Jakarta terdapat tiga kantor).

2.2. Kinerja Pelayanan Publik

2.2.1. Peningkatan Kinerja Birokrasi Pelayanan

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur negara Nomor 63 tahun 2003 tentang Pedoman

Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik). Sianipar (1999) menjelaskan bahwa

pelayanan publik dapat dinyatakan sebagai segala sesuatu bentuk pelayanan sektor

publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah dalam bentuk barang dan jasa, yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan perundangan yang berlaku. Dalam

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kepmen PAN) nomor 63 tahun

2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara

langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik (masyarakat).

Pelayanan publik sering dilihat sebagai representasi dari eksistensi birokrasi

pemerintahan, karena hal itu bersentuhan langsung dengan tuntutan kebutuhan

masyarakat. Filosofi dari pelayanan publik menempatkan rakyat sebagai subyek dalam

penyelenggaraan pemerintahan (Rachmadi, 2008). Hakekat pelayanan publik adalah

pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan

kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Pelayanan prima merupakan

terjemahan dari istilah “excellent service” yang berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan terbaik. Disebut terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang

(36)

sangat baik atau terbaik atau akan menjadi prima, manakala mampu memuaskan pihak

yang dilayani. Jadi pelayanan prima dalam hal ini sesuai dengan harapan pelanggan.

Tujuan pelayanan adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan

memuaskan pelanggan atau masyarakat serta memberikan fokus pelayanan kepada

pelanggan.Pelayanan pada sektor publik didasarkan pada aksioma bahwa pelayanan

adalah pemberdayaan. Pelayanan sektor publik tidaklah mencari untung, tetapi

memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut Widodo (2001), sebagai perwujudan dari apa yang harus diperhatikan

dan dilakukan oleh pelayan publik agar kualitas layanan menjadi baik, maka dalam

memberikan layanan publik seharusnya memenuhi kriteria, (1) mudah dalam

pengurusan bagi yang berkepentingan, (2) mendapat pelayanan yang wajar, (3)

mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih, dan (4) mendapat perlakuan yang

jujur dan transparan

Salah satu yang memperburuk krisis sampai ini adalah buruknya kepercayaan

masyarakat terhadap aparatur pemerintah terutama di sektor pelayanan publik,

sehingga muncul sikap, anggapan dan penilaian terhadap pemerintahan yang kurang

baik. Misalnya kesan bahwa birokrasi adalah prosedur yang berbelit-belit dan

mempersulit urusan. Adanya nepotisme, kolusi dan korupsi dalam sektor pelayanan

publik. Bahkan dalam pelayanan publik muncul jargon “kalau masih bisa dipersulit, kenapa dipermudah?” atau kalau kita berurusan dengan pelayanan pemerintah,

mungkin akan ada penawaaran dari aparatur pelayannya, “mau lewat jalan tol atau biasa ?”. Dengan demikian perbaikan pelayanan sektor publik merupakan kebutuhan yang mendesak. Dalam rangka reformasi administrasi, perbaikan pelayanan kepada

publik merupakan kunci keberhasilannya.

Pelayanan akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan

pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan untuk

pengembangan penyusunan standar pelayanan. Dalam kegiatan pelayanan yang

standar, baik pelayan maupun pelanggan atau stakeholders akan memiliki acuan

mengenai mengapa, kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan mesti

(37)

Asas pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor 63 tahun 2003 adalah sebagai berikut :

1. Transparansi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak

yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Pemerintah akan berusaha mengidentifikasikan

pelanggan yang sesungguhnya. Dengan cara seperti ini, tidak berarti bahwa

pemerintah tidak bertanggungjawab pada dewan legislatif, tetapi sebaliknya, ia

menciptakan sistem pertangungjawaban ganda (dual accountability): kepada

legislatif dan masyarakat (Osborne dan Gaebler, 2005:191).

3. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsif efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif untuk mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

5. Kesamaan hak dengan tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima pelayanan publik

harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Sendi-sendi pelayanan menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara nomor 63 tahun 2003 adalah sebagai berikut :

1. Kesederhanaan dimana prosedur pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar,

cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian dengan adanya kejelasan mengenai prosedur pelayanan,

persyaratan, unit kerja yang melayani, tarif, jadwal, waktu dan kejelasan hak dan

kewajiban pemberi atau penerima pelayanan.

3. Keamanan dimana proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

4. Akurasi produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

5. Tangung jawab dimana pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

(38)

6. Kelengkapan sarana dan prasarana yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja,

peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana

teknologi telekomunikasi dan informatika.

7. Kemudahan akses dimana tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,

mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika.

8. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan dengan memberi pelayanan dengan sikap

disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

9. Kenyamanan dalam lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang

tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan

lain-lain.

Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan

dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar

pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan

publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Standar

pelayanan publik menurut Keputusan Menpan Nomor 63 tahun 2003 terdiri dari:

1. Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan

termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai

dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian

pelayanan.

4. Produk pelayanan/hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.

5. Penyedaiaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara

pelayanan publik.

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan

pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

Menurut Kepmen PAN No. 25 tahun 2004, ada beberapa dimensi yang

menjelaskan kinerja pegawai pelayanan publik. Dari peraturan tersebut, ada 14 hal

yang berkaitan dengan kepuasan masyarakat dari pelayanan yang dilakukan oleh

Gambar

Gambar 2.1. Persepsi Pelanggan Terhadap Kualitas dan Kepuasan Pelanggan
Tabel 3.1. Penerima Jasa Layanan Kementerian Keuangan RI
Tabel 3.3. Realisasi Perolehan Jumlah Responden Menurut Satker dan Lokasi Tahun 2012
Gambar 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Diakses untuk Setiap Jenis Pekerjaan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG STUDI KASUS DESA MANGUNHARJO KECAMATAN.. JATIPURNO

Surat dakwaan yang telah diuraikan Penuntut Umum dalam putusan Pengadilan Negeri telah sesuai dengan ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP dan hukum pidana materiil

11 Pelayanan Pemberian Izin Impor Dengan Penangguhan Pembayaran Bea Masuk, Pajak Dalam Rangka Impor Dan/Atau Cukai (Vooruitslag) Pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Tanjung

Hasil dari proses regresi logistik nominal terhadap penderita TB di Kota Semarang Triwulan Pertama Tahun 2008 diperoleh faktor–faktor yang memberikan pengaruh adalah usia,

Kesesuaian materi dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Buku teks bahasa Indonesia yang baik seharusnya berisi materi yang mendukung

Dari hasil perhitungan survei menggunakan metode CSI terhadap Survei Kepuasan Pengguna Layanan KPPN Muara Bungo Tahun 2021 didapatkan bahwa seluruh layanan KPPN Muara Bungo

Hasil Survei Kepuasan Masyarakat Balai Pengelolaan Sampah untuk jenis layanan informasi publik Survei Kepuasan Masyarakat untuk jenis layanan informasi publik dilakukan kepada

Bagaimana hasil perbandingan antara harapan dan kenyataan kepuasan layanan pengelolaan keuangan maupun sarana prasarana FBS Unesa berdasarkan survei dosen Unesa Tahun 2020..