• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Akuntansi Organisasi Nirlaba Untuk Yayasan Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelatihan Akuntansi Organisasi Nirlaba Untuk Yayasan Pendidikan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pelatihan Akuntansi Organisasi Nirlaba Untuk Yayasan

Pendidikan

Masnawaty Sangkala1, Mohammad Anwar Kadir2 1

Jurusan Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar 2

Jurusan Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Yayasan Pendidikan diharuskan mematuhi berbagai aturan, terutama peraturan pencatatan dan pelaporan khusus bagi organisasi nirlaba. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan penyusunan laporan keuangan Yayasan Pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah swasta. Program Kemitraan Komunitas (PKM) ini dilaksanakan di Kabupaten Luwu Utara. Permasalahan mitra adalah: (1) kompleksitas peraturan terkait pelaporan keuangan untuk organisasi nirlaba (2) terbatasnya sumber daya manusia pada mitra yang mampu menyusun laporan keuangan khusus bagi organisasi nirlaba, dan (3) adanya keharusan untuk menyusun dan melaporkan transaksi keuangan sesuai dengan aturan Pemerintah. Sasaran kegiatan adalah para pengurus yayasan pendidikan yang mampu menyusun laporan keuangan organisasi nirlaba. Metode yang digunakan adalah: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan pendampingan mitra. Hasil yang dicapai adalah (1) mitra memiliki pengetahuan dasar dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba, (2) mitra memiliki kemampuan untuk menata pembukuan sehingga memiliki informasi yang berkualitas, dan (3) mitra memiliki keterampilan untuk menyusun laporan kuangan yayasan pendidikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Kata kunci: akuntansi, nirlaba, yayasan pendidikan

Abstract.Educational Foundations are required to comply with a variety of rules, especially recording and reporting regulations specific to non-profit organizations. This activity aims to ensure the preparation of financial reports for the Education Foundation which runs private schools. The Community Partnership Program (PKM) is implemented in North Luwu Regency. Partner problems are: (1) the complexity of regulations related to financial reporting for non-profit organizations (2) limited human resources for partners who are able to prepare special financial reports for non-profit organizations, and (3) the necessity to prepare and report financial transactions in accordance with Government regulations. . The target of the activity is the management of educational foundations who are able to compile the financial reports of non-profit organizations. The methods used are: lectures, demonstrations, discussions, questions and answers, and partner assistance. The results achieved are (1) partners have basic knowledge in recording and preparing financial reports of non-profit organizations, (2) partners have the ability to organize books so that they have quality information, and (3) partners have the skills to compile financial reports of educational foundations in accordance with applicable accounting standards.

Keywords: accounting, educational foundation, non-profit organization

I. PENDAHULUAN

Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan namun memiliki kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accounting Stan-dard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan pelaporan keuangan untuk

pernerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi

(2)

781 pembayar pajak ter-sebut memadai atau tidak memadai.

International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting Standard (IPSAS). Istilah public sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah regional (misalnya negara bagian, daerah otonom, pro-vinsi, daerah istimewa), pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan entitas pernerintah terkait (misalnya perusahaan negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sektor publik nonpeme-rintah.

Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya di-dasarkan atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah non-komersial lebih tepat dari istilah nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk mengum-pulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.

Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam bentuk tantiern, gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.

Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk kegiatan. Contoh entitas legal adalah:

1. Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah, seperti BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;

2. Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta, misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat

Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk kegiatan/bidang usaha tidak disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan museum swasta mungkin nirlaba atau komersial.

Gambar 1. Spanduk Kegiatan

Sepak terjang organisasi nirlaba di Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa permasalahan, baik dari sisi internal dan eksternal. Dari sisi internal, ia mengungkapkan, di antaranya adalah keterbatasan modal, tata kelola (Good Corporate Governance-GOG), kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM), biaya dana mahal yang berdampak pada suku bunga, serta produk dan layanan yang belum variatif. Dari sisi eksternal sendiri tantangan yang dihadapi adalah persaingan yang semakin meningkat.

Permasalahan pengelolaan yang baik dan kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang sangat krusial bagi yayasan yang ada karena memang kapasitas keuangan mereka belum terlalu mumpuni untuk menghadirkan personel yang handal secara langsung. Demikian halnya dengan upaya peningkatan kualitas SDM yang sudah mereka miliki akan menjadi momok yang berakibat langsung dengan perolehan pendapatan mereka.

Salah satu permasalahan yang juga menjadi perhatian adalah berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan. Peraturan yang ketat

(3)

serta senantiasa termutakhirkan menjadi tantangan tersendiri. Ditambah lagi dengan Standar Akuntansi yang harus mereka gunakan adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Hal tersebut menyebabkan mereka harus melakukan tugas yang tidaklah mudah karena kompleksitas yang tinggi.

II. METODEYANGDIGUNAKAN

a. Pelatihan

Pelatihan ini menggunakan metode yang dapat menjamin bahwa peserta dapat mengimplementasi pengetahuannya setelah mengikuti pelatihan. Adapun metode yang digunakan antara lain:

1. Metode Ceramah Interaktif; metode ini betujuan untuk mengkaji tentang pemahaman manajemen keuangan peserta yang mengikuti pelatihan.

2. Metode Kasus; metode ini memberikan beberapa gambaran kasus yang berkaitan dengan manajemen keuangan organisasi, dan bagaimana penyelesaiannya.

3. Metode Aplikatif; metode ini memberikan aplikasi-aplikasi penyusunan laporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi. b. Pendampingan

Secara teoretis, kategori penerapan suatu ilmu pengetahuan terbagi menjadi 4 (empat), yaitu: (i) tidak memiliki pengetahuan dan tidak memiliki kemauan; (ii) tidak memiliki pengetahuan namun memiliki kemauan; (iii) memiliki pengetahuan namun tidak memiliki kemauan; dan (iv) memiliki pengetahuan dan memiliki kemauan.

Setelah pelaksanaan pelatihan, diasumsikan bahwa para peserta hanya memenuhi kategori (iii) dan (iv). Berikut gaya (metode) pendampingan yang akan sesuai untuk diterapkan pada tahap ini;

1. Partisipatif; metode ini untuk mendampingi mereka yang sudah memiliki pengetahuan/kemampuan, namun belum memiliki kemauan untuk menerapkan ilmunya. Metode ini mengharuskan peserta untuk terlibat dalam setiap proses

pengambilan keputusan sembari diyakinkan mengenai urgensi hal tersebut untuk dilakukan. Sehingga, peserta akan termotivasi dan menikmati pekerjaannya. 2. Delegatif; metode ini tepat bagi mereka yang

sudah memiliki kemampuan dan memiliki keinginan untuk menerapkannya. Melalui metode ini, peserta akan diserahi penuh tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan kapan tepatnya dilaksanakan.

Gambar 2. Suasana Pelaksanaan Kegiatan

III. PELAKSANAANDANHASIL

KEGIATAN

a. Realisasi Penyelesaian Masalah

Pelatihan dapat dilaksanakan berhasil terlaksana dengan baik berkat kerjasama antara Tim Pelaksana Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar dengan mitra. Partisipasi mitra dalam hal ini diantaranya mendaftar dan mengkoordinir peserta yang ikut serta pelatihan, membantu fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pelatihan.

Dalam kegiatan pelatihan ini mengunakan alat dan bahan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan ini. Adapun alat yang digunakan berupa papan tulis, spindol, materi yang dibagikan kepada peserta, serta fasilitas ruangan yang digunakan untuk kegiatan pelatihan, sound system, LCD Proyektor, perangkat-perangkat lainya yang dibutuhkan dalam proses pelatihan berlangsung. Bahan yang digunakan kertas HVS untuk dipakai catatan sementara sebelum dipindahkan ke note book yang diberikan kepada peserta pelatihan, kertas Kwarto untuk laporan penelitian, alat tulis

(4)

783 menulis, serta tinta printer untuk penggandaan laporan.

Selain itu, karena pelaksanaan kegiatan dalam masa pandemi wabah virus COVID-19, maka para peserta dibagikan pula masker dan handsanitizer.

Hal tersebut dilakukan untuk memastikan protokol kesehatan tetap dijalankan, sehingga bisa mencegah penularan virus korona baik antar peserta maupun dengan para narasumber dan panitia.

b. Kegiatan dan Evaluasi

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi: Metode pelatihan, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas dan latihan penatabukuan keuangan sederhana. Cara mengukur dan mengetahui sejauh mana tingkat keefektifan pelaksanaan pelatihan ini, maka perlu dilakukan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dan sekaligus untuk dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya.

Evaluasi kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni: Tahap pertama: Pre-Test/Observasi, dilakukan pada tahap awal (sebelum peserta pelatihan diberikan materi pelatihan yang terdiri dari Definisi, ruang lingkup dan tujuan Pengelolaan Keuangan; Gambaran Umum Proses Pengelolaan. Evaluasi yang dilakukan pada tahap awal kegiatan dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau data mengenai kemampuan dasar yang dimiliki peserta tentang pengelolaan.

Tahap kedua, evaluasi dilakukan pada saat proses pelaksanaan kegiatan berlangsung dimana dilakukan simulasi dan Assessment, meliputi kegiatan pemilihan satu topik khusus, dilanjutkan Pendefinisian Pengelolaan Keuangan. Evaluasi yang dilakukan bersamaan pada saat proses kegiatan pelatihan berlangsung, yakni dengan cara melakukan pengamatan langsung. Tujuannya untuk mengetahui tingkat keaktifan dan partisipasi aktif peserta, kedisiplinan, antusias dan motivasi peserta. Tahap ketiga: Post-Test, evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan (setelah peserta pelatihan memperoleh materi), dengan membagi beberapa

kelompok kecil berdasarkan tugas pokok dan fungsi pada masing-masing tempat Kerja para peserta, kemudian diberikan tugas menyelesaikan tugas secara mandiri sampai menghasilkan laporan masing-masing. Kegiatan dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana perubahan tingkat pemahaman dan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan ini.

Adapun indikator yang dijadikan tolok-ukur penilaian/evaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan in: (1) kemampuan peserta memahami materi yang diberikan, (2) Kemampuan peserta pelatihan di dalam mengelola data serta menganalisa sehingga menjadi informasi yang berguna, dan (3) kedisiplinan, partisipasi, antusias, dan motivasi peserta selama mengikuti pelatihan.

IV. KESIMPULAN

Setelah dilakukan evaluasi kegiatan, maka hasil pelaksanaan kemitraan masyarakat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Mitra memiliki pengetahuan dasar dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba;

b. Mitra memiliki kemampuan untuk menata pembukuan sehingga memiliki informasi yang berkualitas, dan

c. Mitra memiliki keterampilan untuk menyusun laporan kuangan yayasan pendidikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Gambar 3. Kunjungan ke Kantor Mitra

UCAPANTERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor UNM atas arahan dan pembinaanya selama proses kegiatan Pengabdian Masyarakat

(5)

berlangsung. Demikian pula ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNM dan Pemerintah Desa Munte, Kecamatan Tanalili, Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan, yang telah memberi fasilitas, melakukan monitoring, dan mengevaluasi kegiatan PKM hingga selesai.

DAFTARPUSTAKA

Charles T.Horngren dan Walter T. Harrison Jr.2007.

Akuntansi Jilid Satu . Edisi Tujuh. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Harahap, Sofyan. 2013. Teori Akuntansi – Edisi Revisi 2011. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. PSAK No. 45 , No. 109. Ikatan Akuntansi Indonesia,Jakarta. Jusuf, Al. Haryono. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid

1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,

Yogyakarta.

Mangkona, Sri Wardhana Saleh, Walaundouw,Stanley Kho. 2015. “Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba Pada Masjid Nurul Huda Kawangkoan”. Jurnal EMBA

Volume. 3 No. 2.Juni 2015. ISSN 2303 – 1174.

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Pertiwi, B. N., Yahya, M., & Syachbrani, W. (2020). Tinjauan Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-EMKM pada Koperasi Pegawai Dinas Koperasi Provinsi Sulawesi Selatan. BIJAC: Bata Ilyas Journal of

Accounting, 1(1).

Renyowijoyo, Muindro. 2013. Akuntansi Organisasi

Gambar

Gambar 1. Spanduk Kegiatan
Gambar 2. Suasana Pelaksanaan Kegiatan
Gambar 3. Kunjungan ke Kantor Mitra

Referensi

Dokumen terkait

Istilah keblat papat limo pancer ini selalu diucapkan orang yang memimpin suatu kenduri menurut adat Jawa, berbeda dengan apa yang diucapkan oleh modin atau kaum yang memimpin

Maka dari itu pada cluster 1 dan 3 kecenderungan kesiapan penggunaan IT pada UMKM lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi manajemen proses bisnisnya, karena

Berdasarkan syarat dan tahap tersebut, dapat disimpulkan bahwa penetapan bakal calon anggota legislatif di DPC PKB Kabupaten Pesawaran dilakukan sesuai dengan konsep

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah

fotolisis dan sonolisis juga telah dilakukan dengan degradasi senyawa senyawa napthol blue black yang menghasilkan persentase degradasi sebesar 92,51 % setelah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen melakukan manajemen laba, Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

Namun pemberian perlakuan pupuk urea pada umur 24 dan 56 Berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, rataan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan U2 (Pupuk Urea 200 kg/ha) hal

Tujuan kajian ini dilakukan adalah untuk mengenalpasti sistem perekrutan pemilihan kakitanagn yang digunakan oleh universiti awam di Malaysia.. Pengkaji memilih kaedah