• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Dimana manusia pun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Dimana manusia pun"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Dimana manusia pun dikaruniai akal dan pikiran untuk dikembangkan, supaya dirinya dapat menyesuaikan dengan lingkungan dimana tempat ia berada. Adapun sarana untuk mengembangkan akal pikiran serta keterampilan manusia adalah pendidikan. Sehingga dalam kehidupannya diisi dengan berbagai pembelajaran, baik pembelajaran tentang kehidupan, agama maupun tentang ilmu pengetahuan. Dalam pelaksanaannya pendidikan pun ada tiga macam, yakni pendidikan formal, informal dan non formal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Sementara pendidikan non formal dapat diartikan sebagai jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang diakukan dalam keluarga dan lingkungan.(USPN, 2003 : 4). Apabila kita meninjau dari pernyataan sebelumnya, maka dapat digeneralisasikan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini sebagai objek penelitian ini termasuk kedalam jalur pendidikan non formal. Namun, pernyataan di atas diperkuat oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 ayat 28, yang menyatakan bahwa : “Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan/atau informal”.

Dalam penyelenggaraannya pun disesuaikan dengan lembaga yang mendirikannya. Seperti kita tahu, bahwa jenis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

(2)

tidak hanya Taman Kanak-kanak saja, melainkan banyak lagi jenisnya, misalnya, Raudhatul Atfhal (RA), Kelompok Bermain (KB) dan Tempat Penitipan Anak (TPA). Selain itu, pendidikan keluarga pun dapat dijadikan lembaga pendidikan awal bagi anak sebelum memasuki bangku sekolah. pendidikan keluarga dapat diartikan pendidikan informal.

Mengacu pada beberapa kebijakan yang mengatur tentang Pendidikan Anak Usia Dini, peneliti memilih lokasi penelitian untuk skripsi yaitu Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya. Setelah dilakukan studi pendahuluan di TK Islam PERSIS Tasikmalaya ini, diperoleh data dan informasi bahwa terdapat sistem pengelolaan kelas yang sangat unik dan menarik untuk diteliti. Sistem pengelolaan kelas yang gunakan yaitu dengan mengelompokkan anak dalam area-area (wilayah). Dimana area yang telah diberlakukan yaitu:

1. Area baca tulis dimana di dalamnya disisipi keterampilan bahasa, 2. Area seni,

3. Area sains yang diselingi dengan matematika yang disampaikan secara klasikal. Setelah proses manajemen kelas tersebut dilaksanakan secara optimal, maka dilakukanlah pengukuran tingkat keberhasilannya. Dimana diperoleh keberhasilan untuk bidang kognitif yaitu 25 %. Sementara, karena Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya ini, berlandaskan Agama Islam untuk bidang pendidikan agama Islam tingkat keberhasilannya sebesar 75%.(Sumber : Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya).

(3)

Dalam pelaksanaan manajemen kelas dengan sistem area ini, ternyata tidak selalu berjalan mulus. Sehingga guru sebagai fasilitator sering kali mengalami permasalahan atau kendala. Adapun kendala-kendala tersebut adalah:

1. Memerlukan waktu yang lama untuk sosialisasi dan pelaksanaan,

2. Guru cenderung kurang seimbang dalam pemberian tugas pada setiap area, 3. Anak kurang konsenstrasi,

4. Alat peraga kurang memadai.

Dari sekilas penjabaran mengenai Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti proses manajemen kelasnya serta pengaruhnya terhadap mutu pembelajaran. Serta ingin mencari faktor penyebab rendahnya kualitas kognitif dari siswa setelah manajemen kelas dengan sistem area diberlakukan.

Pada lembaga pendidikan sendiri menerapkan pola pengajaran yang beragam. Hal itu dilakukan untuk menarik minat siswa supaya tetap nyaman dalam belajar. Serta sebagai bentuk implementasi kurikulum baru kurikulum tingkat satuan pengajaran (KTSP). Kurikulum tersebut mengemban tujuan yakni tersampaikannya materi atau bahan ajar kepada siswa. Serta mendidik siswa supaya mempunyai keterampilan (life skill). Untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran, salah satu diantaranya harus didukung oleh pengaturan kelas yang dilaksanakan secara efektif supaya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan sempurna. Manajemen kelas sendiri merupakan bentuk pengaturan berbagai aspek yang menunjang dalam menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan. Sebelum mengupas bahasan mengenai pengaruh manajemen kelas terhadap mutu pembelajaran

(4)

hendaknya kita menelaah terlebih dahulu konsep dasar dari manajemen kelas itu sendiri.

Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen pada tahun 1996 dalam Buku Pengantar Pengelolaan Pendidikan yang ditulis oleh Tim Dosen Adpend (2003:60) menyatakan bahwa: “Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan”.

Adapun proses manajemen kelas meliputi pengaturan beberapa hal yakni menyiapkan bahan ajar, pengaturan sarana prasarana, pengaturan ruang belajar, serta pengaturan waktu dan jadwal PBM. Apabila proses manajemen kelas telah terlaksana dengan baik maka keberhasilan belajar pun akan tercapai dengan baik.

Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa sasaran utama dari manajemen kelas yaitu memberikan rasa nyaman dan menyenangkan pada siswa dalam proses belajar mengajar. Dimana guru disini mempunyai peranan besar dalam proses manajemen kelas ini. Adapun peran guru yakni sebagai fasilitator dan administrator dalam kelas. Serta dalam manajemen kelas pun dapat memotivasi guru untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran yang disajikan.

Selain itu, guru pun mengemban beberapa tugas di dalam kelas. Tugas-tugas tersebut diantaranya, yaitu:

1. Instruksional, yakni memberikan petunjuk pada siswa mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2. Educational, merupakan salah satu tugas untuk mendidik para siswa, supaya menjadi siswa yang cerdas serta memiliki kepribadian yang baik.

(5)

3. Manajerial, yaitu tugas guru untuk memanaje berbagai hal di kelas, mulai dari siswa sampai pada ruang kelas.

Setelah menelaah konsep manajemen kelas kita pun perlu mengetahui konsep mutu pembelajaran sebagai variabel ke-duanya. Seperti kita tahu, bahwa mutu atau kualitas selalu melekat pada barang maupun jasa. Mutu sendiri dapat diartikan sebagai berikut.

Seperti menurut Edward Deming dalam Soewarso Hardjosoedarmo (1996:49) menyatakan bahwa:“Kualitas adalah apredicatble degree of uniformity and dependability at alow cost, suited to the market”

Dari definisi di atas dijelaskan bahwa kualitas dapat diartikan sebagai suatu bentuk jaminan terhadap sesuatu untuk mencapai keseragaman nilai serta supaya barang dan jasa yang dihasilkan dapat dinikmati konsumen. Artinya mempunyai nilai jual.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sorotan saat utamanya adalah mutu pembelajaran. Dimana pembelajaran ini termasuk pada salah satu layanan yang terdapat dalam pendidikan formal. Sehingga proses penyelenggaraannya pun harus berkualitas, supaya menghasilkan lulusan yang berkualitas pula.

Adapun yang melatarbelakangi mengambil objek penelitian di Taman Kanak-kanak adalah bahwa Taman Kanak-Kanak-kanak termasuk ke dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Dimana proses manajemen kelas yang dilaksanakan oleh guru pada Taman Kanak-kanak merupakan faktor utama yang mempengaruhi dalam pembelajaran. Seperti kita tahu, bahwa siswa pada Taman Kanak-kanak belum bisa mandiri. Artinya belum bisa melakukan berbagai hal sendiri. Sehingga arahan dari guru sangat

(6)

diperlukan untuk mengendalikan mereka. Supaya mereka dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh sekolah.

Selain diatur oleh USPN, Pendidikan Anak Usia Dini atau pendidikan Pra Sekolah diatur pula oleh Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990. Mengenai pengertian dari pendidikan prasekolah sendiri dijelaskan pada pasal 1 ayat 1, yaitu bahwa:

“Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau dijalur pendidikan luar sekolah”.

Dalam ayat ke-2 pada pasal yang sama dinyatakan bahwa: “Taman Kanak-kanak adalah suatu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak-anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar”.(Depkumham, 1990).

Seiring dengan perkembangan zaman pendidikan pra sekolah lebih dikenal dengan Pendidikan Anak Dini Usia. Dimana cakupannya meliputi pendidikan untuk anak sebelum memasuki pendidikan dasar. Sehingga PAUD dapat didefinisikan sebagai berikut, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

Dirjen PLSP (2003:1) mengemukakan bahwa:

“Pendidikan anak dini usia adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang diselenggarakan pada jalur pendidikan non formal dalam bentuk taman penitipan anak, kelompok bermain dan satuan pendidikan anak dini usia yang sederajat, guna mempersiapkan anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal serta kelak siap memasuki pendidikan dasar”.

Dari beberapa pengertian Pendidikan anak usia dini dapat disimpulkan bahwa PAUD merupakan suatu pendidikan yang dilaksanakan sebelum siswa memasuki

(7)

pendidikan dasar dimana pembelajarannya merupakan perpaduan anatara pelajaran dan permainan serta dapat diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal.

Berkaitan dengan hal itu, penyelenggaraan PAUD hendaknya ditunjang oleh aspek-aspek lain untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Diantaranya harus didukung oleh manjemen kelas yang baik. Manajemen kelas pun menjadi faktor utama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Permasalahannya pada proses pelaksanaan manajemen kelas sendiri tidak terealisasikan dengan baik, karena ada beberapa hal yang menghambat keterlaksanaannya. Faktor penghambat itu diantaranya adalah kurangnya sosialisasi tentang manajmen kelas area pada guru-guru Taman Kanak-kanak dan pengetahuan yang terbatas mengenai konsep dan prosedur pelaksanaan manajemen kelas dengan sistem area. Uraian di atas dapat diartikan pula sebagai latar belakang munculnya masalah manajemen kelas dan pengaruhnya terhadap mutu hasil pembelajaran yang diharapkan oleh guru dan siswa. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat dicari upaya untuk memecahkan masalah tersebut.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, hendaknya guru memperhatikan beberapa sudut permainan. Dimana sudut permainan ini erat kaitannya dengan perkembangan siswa. Seperti kita tahu, anak-anak pada usia 0-6 tahun beranggapan bahwa bermain merupakan salah satu kegiatan yang selalu dilakukan oleh mereka. Sejalan dengan hal itu, Pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan, bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak-kanak

(8)

hendaknya disertai dengan permainan. Dapat pula diartikan sebagai belajar sambil bermain.

Pada dasarnya bermain mempunyai beberapa sifat. Menurut M. Solehuddin, M. Pd., M.A. (2000 : 86) terdapat beberapa sifat yang terkandung dalam bermain, diantaranya adalah:”bermain sifatnya suka rela, bermain pun bersifat spontan, bermain terarah ada proses bukan pada hasil dan bermain juga dapat memberikan kesenangan pada orang yang melakukannya”.

Oleh karena itu, apabila belajar disertai dengan bermain, akan memberikan kesenangan pada siswa yang sedang belajar. Sehingga dapat diperoleh dua keuntungan, yaitu tidak hanya tujuan pembelajaran yang tercapai, tetapi juga memberi keleluasaan pada siswa untuk dapat bermain. Namun, permainan yang dilakukan pun harus sesuai dengan perkembangan anak. Adapun empat sudut permainan yang sesuai dengan perkembangan anak menurut M. Solehuddin, M. Pd., M.A. (2000 : 88) diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Permainan yang berkenaan dengan aspek fisik, artinya bermain mengembangan otot-otot besar pada anak, misalnya mengangkat balok, mendorong benda, menaiki tangga, melempar-lempar bola. Begitu juga bermain mengembangkan otot-otot kecil mereka, seperti memotong kertas, melukis dengan krayon, dan bermain dengan benda-benda kecil lainnya.

2. Permainan yang mengembangkan keterampilan intelektual yaitu pada saat anak terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang menuntut pikirannya. Misalnya pada waktu anak bertutur kata, mengamati warna dan bentuk, melukis, membuat keputusan dan memecahkan masalah.

3. Permainan yang mengembangkan keterampilan sosial, yang dapat dilakukan pada saat anak terlibat secara aktif dalam suatu kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi proses interaksi dengan orang lain.

4. Permainan yang mengembangkan aspek emosi anak. Disaat anak bermain, anak perlu belajar berekspresi secara terkendali. Ia harus belajar untuk mengendalikan emosinya, menghadapi ketegangan, serta mengatasi frustasi dan rasa takut.

(9)

Keempat sudut permainan tersebut dapat melatih dan mengembangkan berbagai potensi yang terdapat pada diri anak. Keterampilan yang diperoleh menjadi bekal bagi anak dalam menjalani kehidupan mereka. Selain itu, melalui penerapan permainan tersebut dapat ditanamkan nilai dan pemahaman mengenai keterampilan dan perilaku yang baik. Proses itu berlangsung secara santai, serta anak-anak pun merasa nyaman dan asyik melakukan permainan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Sugiyono (2003:32) berpendapat bahwa masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang benar-benar terjadi. Sehingga penulis harus mengidentifikasi sumber masalah setelah ditemukan permasalahan tersebut.

Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penelitian hendaknya mengidentifikasi dulu masalah yang akan diteliti. Untuk nantinya dirumuskan dalam sebuah pertanyaan penelitian.

Tuckman dalam Sugiyono (2003:34) menjelaskan bahwa:“…Rumusan masalah yang baik adalah yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu dinyatakan dalam bentuk kalimat Tanya atau alternatif yang secara implisit mengandung pertanyaan”.

Setelah dilakukan studi pendahuluan peneliti menemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan manajemen kelas dan mutu pembelajaran ini. Masalah-masalah yang nampak diantaranya, yaitu :

(10)

2. Sebagian besar guru kurang sesuainya kualifikasinya, ditinjau dari latar belakang pendidikannya, yakni sebagian besar bukan lulusan D-2 PGTK.

3. Kurangnya konsentrasi siswa dalam menyimak pelajaran. 4. Kurangnya alat peraga yang memadai.

Dari keempat masalah itu, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses manajemen kelas yang terdapat di Taman kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya?

2. Bagaimana gambaran aktual mengenai mutu pembelajaran yang ada di Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya?

3. Bagaimana pengaruh manajemen kelas terhadap mutu pembelajaran di Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya?

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh proses manajemen kelas terhadap mutu pembelajaran yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui gambaran aktual mengenai proses manajemen kelas yang terdapat di Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya.

b. Untuk memperoleh gambaran mengenai mutu pembelajaran yang ada di Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya.

(11)

c. Untuk mengetahui mengenai seberapa besar pengaruh dari manjemen kelas terhadap mutu pembelajaran di Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya.

D. Manfaat penelitian

Terdapat beberapa manfaat yang penulis peroleh dari penelitian yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya, yaitu diantaranya akan di jelaskan pada halaman berikutnya.

1. Penelitian ini akan memberikan pengalaman berharga dan dapat menambah wawasan keilmuan penulis mengenai teknik-teknik baru dalam proses manajemen kelas.

2. Bagi guru-guru dan kepala sekolah diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu acuan untuk dapat mengembangkan pola manajemen kelas dan menyadari bahwa proses manajemen kelas sangat berpengaruh terhadap mutu pembelajarannya. 3. Bagi Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya sendiri, diharapkan

penelitian ini dapat memfasilitasi dan mendukung proses manajemen kelas yang dilaksanakan. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang telah ada.

4. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi berbagai pihak.

E. Asumsi dan Hipotesis penelitian 1. Asumsi

Asumsi adalah suatu anggapan dasar yang menjadi titik tolak dan landasan dari penyelidikan suatu masalah. Pernyataan di atas sesuai dengan pedoman

(12)

penulisan Karya Ilmiah UPI (2002:46), yang mengemukakan bahwa:”Asumsi adalah titik pangkal penelitian dalam rangka penulisan skripsi, tesis atau disertasi. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi, dan dapat pula berupa pemikiran peneliti sendiri”.

Adapun asumsi yang diajukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar yang menekankan pada proses belajar harus diarahkan kepada bagaimana bahan pelajaran itu disajikan atau dipelajari. (Abu Ahmadi, 2005:47)

2. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana terhadap aspek manajemen kelas. (Tim Dosen Adpend, 2003:61)

3. Manajemen kelas merupakan salah satu penunjang dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

4. Guru yang mengajar taman kanak-kanak atau pendidikan anak usia dini, memerlukan keterampilan manajemen kelas yang kreatif. Selain meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen kelas pada Taman Kanak-kanak juga sebagai upaya menarik perhatian dan minat siswa agar dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

(13)

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2003:70) bahwa: “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah tersebut telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Terdapat pengaruh yang signifikan antara manajemen kelas terhadap mutu pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Islam PERSIS Tasikmalaya”.

Hubungan antara dua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel X Variabel Y

Pengaruh

Gambar 1.1 Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y F. Kerangka Berfikir

Adapun kerangka berfikir yang menggambarkan pengaruh antara manajemen kelas dengan mutu pembelajaran akan digambarkan pada halaman 15.

Manajemen Kelas • Kondisi fisik • Kondisi psikis • Kondisi organisasional Mutu Pembelajaran • Mutu proses pembelajaran • Mutu hasil pembelajaran Mutu evaluasi

(14)

f e e d b a c k Manajemen Kelas

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir Penelitian

G. Definisi operasional

Untuk lebih memperjelas maksud dari penelitian ini, perlu kita tahu mengenai pengertian dari masing-masing variabel. Yakni dengan menjelaskan definisi dari judul yang diajukan. Sehingga tidak terjadi salah penafsiran dalam penjabaran hasil penelitian nantinya.

Judul skripsi yang diajukan penulis adalah :

“Pengaruh manajemen kelas terhadap mutu pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Islam PERSIS Tasikmalaya”.

Guru Kondisi fisik Mutu hasil belajar siswa Mutu proses pembela jaran Kondisi psikis K.organisa sional

(15)

Secara operasional definisi masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh merupakan suatu keterkaitan antara suatu hal dengan yang lainnya. Sehingga salah satu hal itu dapat dipengaruhi oleh hal yang lain atau sebaliknya, baik bersifat positif maupun negatif atau kuat maupun lemah”.(Winarno Surakhmad, 1985:26)

2. Manajemen Kelas

Menurut Hadari Nawawi dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002:198) menyatakan bahwa :

“Manajemen kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan–kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid”.

3. Mutu Pembelajaran

Mutu pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Dimana dalam hal ini penekanannya pada bagaimana cara atau upaya melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga menghasilkan nilai tambah bagi siswa/individu yang belajar menurut norma dan standar yang berlaku.

(16)

1. Lokasi

Penyusun melaksanakan penelitian di lokasi Taman Kanak-kanak Islam PERSIS Tasikmalaya.

2. Populasi

Sugiyono (2003:90) berpendapat bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulan”.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah manusia, yakni guru-guru kepala sekolah ditambah satu pegawai tata usaha. Jadi jumlah keseluruhan adalah 14 orang. Karena yang akan ditetliti mengenai manajemen kelas yang tentunya menjadi wewenang guru, maka yang diambil hanya guru saja yang berjumlah 12 orang.

3. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2006:91).

Apabila populasinya besar tidak memungkinkan untuk peneliti mempelajari semua yang ada pada populasi. Sehingga perlu diadakan suatu teknik tertentu untuk mengambil dari sebagian populasi yang dianggap representatif atau mewakili.

Dalam penelitian ini, dikarenakan populasinya sedikit yaitu 12 orang maka penyusun mengambil seluruh responden sebagai objek penelitian.

Gambar

Gambar 1.1 Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y          F.  Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

atau (iii) awak kapa l ( Nakhoda dan/atau ABK) yang bekerja pada kapal dimaksud TIDAK SEDANG MENJALANI proses penyidikan tindak pidana perikanan dan/atau tindak pidana selain

Argumen yang menentang adanya regulasi dalam pelaporan keuangan sebagian besar berkaitan dengan insentif bagi perusahaan untuk melaporkan informasi

 Tujuan : (i) Untuk menghindari atau meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dengan menghindari atau meminimalkan pencemaran dari kegiatan proyek,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mimba dengan dosis 1% mampu mempertahankan SR sebesar 100%, meningkatkan jumlah eritrosit ikan nila sebesar 15,0×10

Dari 15 ekor sampel darah domba, semua DNA dapat diisolalsi dan kemurnian DNA yang dihasilkan berkisar antara 1,75 - 2,00 yang berarti sebagian besar sudah sesuai dengan

Kepemilikan individu adalah hak individu yang diakui syariah dimana dengan hak tersebut seseorang dapat memiliki kekayaan yang bergerak maupun tidak bergerak.

Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa komunikasi dan program edukasi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta belum optimal, mengingat Istana Kepresidenan Jakarta

(3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menggunakan media realia dalam pembelajaran struktur daun pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 19 Sungai Raya Kabupaten