• Tidak ada hasil yang ditemukan

(BP-PAUDNI) REGIONAL III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(BP-PAUDNI) REGIONAL III"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEDOMAN TEKNIS

PENYELENGGARAAN PERCONTOHAN PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL

(BP-PAUDNI) REGIONAL III

Jl. Adyaksa No. 2 Panakkukang Makassar

Telp. (0411) 440065, Fax . (0411) 421460 Kode Pos 90231

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk buta aksara pada tahun 2011 usia 15-59 tahun berjumlah 7.546.344 orang (Juknis:Direktorat Dikmas 2011). Jumlah tersebut, sebagian besar bertempat tinggal di daerah tertinggal (terpencil, terisolir, pedalaman, perbatasan, pulau terluar atau pulau-pulau kecil, kawasan pesisir, kawasan perdesaan miskin, komunitas adat terpencil, dan sejenisnya) yang secara geografis umumnya sulit dijangkau. Umumnya mereka bermata pencaharian sebagai: petani, buruh, nelayan dan sebagian lain merupakan kelompok masyarakat miskin perkotaan yang bermata pencaharian sebagai buruh serabutan atau penganggur. Mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan pembangunan.Akibatnya, akses terhadap informasi dan komunikasi yang penting untuk membuka cakrawala kehidupan mereka juga terbatas karena tidak memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai.Penduduk buta aksara di daerah tertinggal tersebut, relatif sangat tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan seperti; permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan hidup lainnya. Mereka merupakan kelompok masyarakat khusus yang perlu mendapat perhatian khusus pula, karena umumnya mereka tidak memiliki pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai

(3)

3

Menindaklanjuti Inpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA), Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal pada tahun 2013, melalui BPPAUDNI Regional III akan menyelenggarakan kelompok percontohan Dikmas meliputi; pembinaan pendidikan keaksaraan Dasar, pembinaan pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM)dan Taman Bacaan Mansyarakat (TBM) sewilayah kerja BPPAUDNI Regional III. Pada penyelenggaraan program percontohan tersebut akan diterapkan model-model Dikmas yang telah dikembangkan (Model keaksaraan Balibolae dan model TBM pesisir berbasis sosial masyarakat).

Sebagai rujukan dalam menyelenggarakan program percontohan Dikmas, BPPAUDNI Regional III perlu menyusun juknis penyelenggaraannya.

B. Dasar

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi

3. Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita; 4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007, tentang Pemberantasan

(4)

5. Peraturan Memteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi nomor 15 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pamong belajar dan angka kriditnya

6. Peraturan Pemerintah:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

b. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar;

7. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender;

8. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNPPWB/PBA);

9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 17 tahun 2012 tentang organisasi dan tata kerja BPPAUDNI.

10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BPPAUDNI Regional III tahun 2013.

(5)

5

C. Tujuan

Penyusunan JuknisProgram Percontohan penyelenggaraan program Dikmas adalah:

1. Sebagai acuan bagi lembaga penyelenggara program percontohan Dikmas untuk menyusun proposal serta menyelenggarakan Program.

2. Sebagai acuan bagi BPPAUDNI Regional III dalam menyeleksi, menetapkan lembaga penyelenggara program percontohan, menyalurkan dana, serta pembinaan program.

(6)

BAB II

TUJUAN, SASARAN, DAN PEMANFAATAN DANA

A. Tujuan Penyelenggaraan Program

Program pembinaan pendidikan masyarakat (pembinaan Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dan program pembinaan TBM) bertujuan untuk:

1. Memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang masih buta aksara atau berkeaksaraan rendah melalui penerapan/reflikasi model-model Dikmas yang telah dikembangkan (Model Pendidikan Keaksaraan Pendekatan Balibolae dan Model TBM Pesisir Berbasis Sosial Masyarakat). 2. Menumbuhkan atau merintis kelompok-kelompok belajar

pendidikan keaksaraanDasar, KUM dan TBM.

3. Meningkatkan kapasitas lembaga penyelenggara dalam mengelola program Dikmas yang berkualitas;

B. Sasaran Penerima Bantuan

Sasaran penerima Program PercontohanDikmas

1. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) di Regional III 2. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Regional III.

(7)

7

C. Kriteria Penerima Bantuan

Kriteria penerima bantuan program percontohan Dikmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Persyaratan Administrasi a. Memiliki akte Kelembagaan

b. Memiliki Rekening Bank yang masih aktif atas nama lembaga c. Memiliki NPWP

d. Memperoleh rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

2. Persyaratan Teknis

a. Memiliki sasaran buta aksara berusia 15 tahun ke atas atau sasaran KUM.

b. Terdapat ruang/tempat untuk menyelenggarakan TBM pesisir

c. Memiliki tenaga pengelola yang sanggup dan mampu mengelola program.

(8)

D. Pemanfaatan Dana Bantuan

Rencana anggaran biaya penyelenggaraan program pembinaan Dikmas dapat dilihat pada tabel berikut:

RAB PROGRAM PERCONTOHAN

PENDIDIKAN MASYARAKAT KEAKSARAAN DASAR

NO

KOMPONEN

VOLUME

HARGA JUMLAH PEMBIAYAAN SATUAN BIAYA

1 2 3 4 5 1 Manajemen - Identifikasi 50 WB 5.000 250,000 - penyusunan Proposal 50 WB 5.000 250,000 - Penyusunan laporan 50 WB 5.000 250,000 - ATK Penyelenggaraan 50 WB 5.000 250,000 2 Pendampingan/orientasi Penyelenggaraan (BPPAUDNI) 50 WB 20.000 1,000,000 3 Pembelajaran dan Keterampilan 50 WB 30,000 1,500,000 4 ATK Warga Belajar 50 WB 10,000 500,000

5 Insentif Tutor 50 WB 250,000 12,500,000 6 Penilaian 50 WB 5.000 250,000 7 Pendampingan pembelajaran 50 WB 20,000 1.000,000 8 SUKMA 50 WB 5,000 250,000 Jumlah 18.000.000,-

(9)

9 RAB PROGRAM PERCONTOHAN

PENDIDIKAN MASYARAKAT KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM)

NO KOMPONEN

PEMBIAYAAN VOLUME HARGA JUMLAH

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Manajemen: - Identifikasi - Peny. Proposal - Peny. laporan - ATK Pendampingan/orientasi penyelenggaraan (BPAUDNI) Pembelajaran dan keterampilan Pemandirian ATK WB Insentif Tutor Penilaian Pendampingan pembelajaran STSB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 50 WB 5.000 5.000 5.000 10.000 33.000 60.000 45.000 15.000 250.000 7.000 20.000 5.000 250.000 250.000 250.000 500.000 1.650.000 3.000.000 2.250.000 750.000 12.500.000 350.000 1.000.000 250.000 Jumlah Rp.

(10)

23.000.000,-RAB PROGRAM PERCONTOHAN

PEMBINAAN TAMAN BACAAN PESISIR BERBASIS SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

N

O KOMPONEN PEMBIAYAAN VOLUME

HARGA JUMLAH

SATUAN BIAYA

1 2 3 4 5

1. Manajemen

- Insentif Pengelola (2 org x 5

bulan) 10 OB 300,000 3,000,000

- Penyusunan Proposal 1 Keg 300,000 300,000 - Penyusunan Laporan 1 Keg 350,000 350,000 - Pendampingan pengelolaan 3 Keg 500,000 1,500,000

- ATK 1 Keg 500,000 500,000 2. Pendampingan/orientasi (BPPAUDNI) 1 Keg 2.000.000 2.000.000

3. Pengadaan Buku 1 Keg 8.000,000 8,000,000

4. Pembenahan Tempat Baca 1 Keg 5,000,000 5,000,000

5. Warung TBM 1 Keg 2,000,000 2,000,000

6. Langganan Koran Lokal (10 bulan)

10 Bln

100,000 1.000,000

7. Pembenahan Administrasi 1 Keg 350,000 350,000

Motivasi

8. Lomba

Baca/Tulis/Keterampilan

2 Keg 3.000.000 6,000,000

(11)

11 BAB III

MODEL PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCONTOHAN

Penyelenggaraan program percontohan Dikmas merupakan reflikasi model-model Dikmas yang telah dikembangkan. Program percontohan pendidikan keaksaraan dasar maupun

KUM merupakan reflikasi model pendidikan keaksraan

pendekatan Balibolae atau model K-3 (Keaksaraan

Kewirausahaan Kooperatif). Selanjutnya program percontohan TBM merupakan reflikasi dari model TBM pesisir berbasis sosial budaya masyarakat.

1. PENDEKATAN BALIBOLAE Pengertian

Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan melalui

pendekatan balibolae adalah suatu model layanan pendidikan

keaksaraan dengan memanfaatkan potensi lokal (tutor, budaya, sosial dan potensi sumber daya) yang ada di lingkungan warga belajar. Dalam konsep penerapannya model bukan hanya tutor tetapi segala sesuatu yang mendukung proses pembelajaran di dalam/sekitar rumah dan di lingkungan dimana warga belajar itu berada.

Ciri khas pendidikan keaksaraan dengan pendekatan

balibolae adalah: (1) tutor direkrut dari tetangga warga belajar; (2) target yang dibelajarkan oleh setiap tutor tidak ditentukan dengan sistem kelompok (10 orang), tergantung berapa orang

(12)

tetangganya yang buta aksara dan kesanggupan tutor itu sendiri; (3) calon warga belajar direkrut oleh tutor kemudian

disahkan oleh tim verifikasi; (4) insentif tutor

dihargai/dibayarkan sesuai dengan jumlah warga belajar yang dilayani; (5) tema-tema pembelajaran diangkat dari konteks dan desain lokal di mana warga belajar itu berada, dimulai dari lingkungan terkecil, rumah dan isinya, dan sekitar rumah dan tetangganya; (6) tema-tema pembelajaran diangkat dari konteks dan disain lokal di mana warga belajar itu berada, dimulai dari lingkungan terkecil, rumah dan isinya, dan sekitar rumah dan tetangganya; (7) penilaian hasil belajar meliputi penilaian awal, proses dan akhir; (8) tema-tema yang diangkat dalam penilaian adalah apa yang ada di sekeliling warga belajar, pengalaman-pengalaman sehari-hari; (9) penilaian pembelajaran dilakukan oleh tutor dengan mengusahakan agar warga tidak merasa dinilai, dan menghindari kesan mengadili; (10) instrumen dalam penilaian menggunakan pedoman observasi dan fortofolio;dan (11) penilaian akhir dilakukan berdasarkan Standar Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri.

(13)

13  Peserta Didik

Sasaran atau peserta didik program Dasaradalah

penduduk dewasa buta aksara atau berkeaksaraan rendah. Kriteria peserta didik sebagai berikut:

1. Warga belajar yang telah menyelesaikan keaksaraan tingkat dasar yang dibuktikan dengan SUKMA atau keterangan lainnya;

2. Usia 15 tahun ke atas; dan

3. Bersedia mengikuti pembelajaran sampai selesai.

Tutor

Syarat untuk menjadi tutor pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri adalah:

1. Berpendidikan minimal SLTA atau sederajat dan dikenal oleh masyarakatnya;

2. Berusia minimal 17 tahun;

3. Memiliki keterampilan khusus yang yang dapat diajarkan; 4. Mampu berkomunikasi dengan bahasa ibu yang digunakan

oleh warga belajar; dan

5. Sanggup dan bersedia menjadi tutor dengan

(14)

Kelompok Belajar

Kelompok belajar adalah peserta didik yang dihimpun berdasarkan tempat tinggal.Setiap kelompok beranggotakan minimal 5 orang dan maksimal 15 orang.

Tempat Belajar

Tempat belajar tidak mutlak dalam gedung khusus, tetapi minimal memiliki ruangan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar, seperti rumah warga, rumah tutor, balai desa, masjid, dan tempat lainnya sesuai kesepakatan antara warga belajar dan tutor.

Bahan Ajar

Pendidikan keaksaraan Dasar dengan pendekatan

Balibolaedapatmenggunakan bahan ajar bahasa ibu (bahasa

daerah) dalam pembelajaran. Tema pembelajaran diarahkan pada pembelajaran Calistung dan keterampilan yang diangkat dan digali dari konteks lokal di mana warga belajar itu berada.

Program Belajar

Program belajar dirancang berdasarkan Standar Kompetensi Keaksaraan Dasar.

(15)

15

iri. Kurikulum disusun berdasarkan selisih antara SKK dengan hasil penilaian kemampuan awal. Lama belajarditentukan berdasarkan pencapaian SKK Dasar.

2. MODEL PENDIDIKAN KEAKSARAAN KEWIRAUSAHAAN KOOPERATIF (K-3)

Gambaran Model

Model penyelenggaraan pendidikan keaksaraan

kewirausahaan secara kooperatif (model K-3), pada dasarnya adalah pengembangan model pendidikan keaksaraan Balibolae

yang tema-tema pembelajarannya diarahkan pada

kewirausahaan. Model ini merupakan pola yang dirancang untuk memberikan pelayanan pendidikan secara merata kepada masyarakat melalui pendidikan Nonformal, khususnya bagi masyarakat yang kurang beruntung berada di daerah terpencil, tidak terjangkau, dan belum tersentuh oleh pendidikan formal, sehingga tertinggal jauh dari masyarakat perkotaan baik pendidikan maupun perekonomian.

Melalui penerapan model K-3 diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengejar ketertinggalan melalui peningkatan pengetahuan Calistung dan keterampilan berusaha dengan menerapkan sistem kebersamaan demi untuk peningkatan tingkat kehidupan yang lebih baik.

(16)

Kelembagaan/Organisasi Pengelolaan

Penyelenggaraan model pendidikan K-3 adalah lembaga pemerintah ataupun masyarakat yang memenuhi syarat minimal:

1. Memiliki ijin operasional/penyelenggaraan dari dinas pendidikan kab./Kota setempat;

2. Memiliki struktur organisasi/kepengurusan yang jelas; 3. Memiliki tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

yang aman dan nyaman sesuai kesepakatan.

4. Memiliki sasaran pendidikan keaksaraan prioritas usia 15-44 tahun, buta huruf murni, DO SD atau buta aksara parsial;

5. Memiliki data calon tutor yang berpendidikan minimal SLTP, memiliki sifat sosial, kebersamaan, keterbukaan,

kemauan, keihlasan dan kesanggupan untuk

membelajarkan.

Program Pembelajaran

1. Ruang lingkup kurikulum

Kurikulum pendidikan keaksaraan kewirausahaan

kooperatif mengacu pada Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK) sesuai tingkatan keaksaraan warga belajar (dasar atau

(17)

17

lanjutan ). Secara umum kurikulum pendidikan keaksaraan kewirausahaan ini, meliputi pengetahuan baca, tulis, hitung (Calistung) dan kewirausahaan.

Kurikulum model K-3 tetap menyesuaikan pencapaian standar Kompetensi pendidikan keaksaraan dengan penyesuaian-penyesuaian untuk kegiatan pengembangan usaha warga belajar demi peningkatan tingkat kehidupan kearah yang lebih baik.

2. Perencanaan program pembelajaran

Perencanaan pembelajaran disusun oleh tutor dengan kesepakatan warga belajar. Program pembelajaran pada model ini, sebagaimana telah dijelaskan bahwa tetap mengacu pada Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK), namun mengutamakan praktek keterampilan berusaha,

dengan perbandingan untuk warga belajar yang

berkemampuan keaksaraan tingkat untuk dasar 40% teori dan 60% praktek sedangkan untuk warga belajar yang sudah memiliki kemampuan keaksaraan untuk tingkat lanjutan (keaksaraan parsial) 20% teori dan 80% praktek.

(18)

Proses Pembelajaran

1. Persiapan pembelajaran

a. Perencanaan pembelajaran model K-3 dilaksanakan berdasarkan atas tema-tema kewirausahaan sesuai kehidupan masyarakat daerah terpencil.

b. Penyiapan bahan belajar dengan tema-tema

pengembangan usaha sesuai kesepakatan warga belajar

c. Kesepakatan tempat dan waktu belajar dan berusaha

2. Pelaksanaan pembelajaran

Langkah-langkah yang digunakan dalam proses

pembelajaran mengacu pada model kooperatif sebagai berikut:

1. Tutor menyampaikan semua tujuan, manfaat

pembelajaran bagi warga belajar dengan cara

memotivasi agar masyarakat tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Membentuk kelompok yang anggotanya heterogen 2-7 orang ( ada yang berkemampuan Calistung dasar atau masih buta aksara murni dan ada yang berkemampuan

(19)

19

Calistung parsial atau sudah memiliki kemampuan Calistung tingkat dasar).

3. Warga belajar diberi kesempatan untuk memilih tema pembelajaran kewirausahaan, kemudian ditetapkan sesuai kesepakatan, agar setiap warga belajar merasa dihargai pendapatnya.

4. Tutor menyajikan materi Calistung yang diarahkan pada pengelolaan usaha.

5. Tutor mengakhiri pembelajaran dengan memberikan

tugas kepada setiap kelompok sesuai tema

kewirausahaan yang telah dipilih.

6. Pembelajaran Calistung selanjutnya dilakukan melalui kegiatan pengelolaan usaha sesuai kesepakatan warga belajar secara kelompok.

Warga Belajar

Rekruitmen calon warga belajar dilakukan oleh tutor dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Buta aksara murni

2. DO SD Kelas I, II dan III (berkeaksaraan parsial) 3. Lulus keaksaraan dasar dan masih ingin belajar

(20)

4. Usia 15 tahun ke atas dengan prioritas usia 15 – 45 tahun.

5. Belum memilikipekerjaan tetap

6. Bersedia mengikuti pembelajaran sampai selesai. 7. Diketahui oleh kepala desa/lurah

Dalam merekrut warga belajar yang diperhatikan adalah; nama, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, pendidikan ( DO SD/Buta huruf murni, lulus pendidikan keaksaraan dasar dan masih berkeaksaraan parsial), pekerjaan, dan alamat.

F. Ketenagaan

1. Tutor

Syarat untuk menjadi `tutor adalah:

 Pendidikan minimal SLTP

 Berusia minimal 17 tahun

 Memiliki data buta aksara di sekitar tempat

tinggalnya

 Bersedia menandatangani akad kerjasama

Selain persyaratan tersebut di atas, seorang tutor perlu memiliki kompetensi dasar, minimal:

 Memahami konsep dasar pendidikan orang dewasa

(21)

21

 Mampu berkomunikasi dengan warga belajar

(bahasa Indonesia dan bahasa daerah)

 Memahami karasteristik dan kebutuhan belajar

warga belajar

 Memiliki keterampilan berusaha yang bisa diajarkan

kepada warga belajar

 Bisa menjadi panutan dalam kehidupan

bermasyarakat atau memiliki sifat sosial tinggi. Dalam merekrut tutor, yang perlu diperhatikan adalah; nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keterampilan yang dimiliki, alamat, ijazah.

Tugas dan fungsi tutor

 Merekrut calon warga belajar

 Mengidentifikasi kebutuhan belajar warga belajar

 Mengembangkan bahan ajar muatan lokal tentang

pengelolaan usaha

 Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran

 Melaksanakan penilaian awal

 Melaksanakan proses pembelajaran

 Menilai kemajuan belajar

(22)

 Membuat admnistrasi Kejar yang terdiri dari buku induk warga belajar, daftar hadir warga belajar, buku

persiapan mengajar, laporan perkembangan

kegiatan pembelajaran, dan laporan penilaian akhir hasil belajar.

2. Pendamping Teknis

Pendamping teknis direkrut dari unsur pamong belajar, penilik atau orang yang memahami tentang pendidikan Keaksaraan. Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang pendamping teknis minimal:

a. Memahami konsep dasar pendidikan orang dewasa b. Memahami konsep dasar pendidikan keaksaraan c. Memahami metode dan strategi pembelajaran

pendidikan Keaksaraan

d. Memahami metode penilaian pendidikan Keaksaraan

Tugas dan fungsi pendamping teknis

a. Memberikan bimbingan kepada tutor dalam membuat persiapan mengajar

b. Memberikan bimbingan kepada tutor dalam memilih tema, menerapkan metode dan strategi pembelajaran;

(23)

23

c. Memberikan bimbingan kepada tutor dalam

mengembangkan bahan ajar

d. Meberikan bimbingan kepada tutor dalam membuat administrasi Kejar

e. Memberikan bimbingan kepada tutor dalam menyusun laporan perkembangan kegiatan belajar dan hasil akhir kegiatan pembelajaran.

G. Tempat Belajar

Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dirumah warga belajar, rumah tutor, tempat ibadah, balai desa, PKBM dan gedung sekolah atau di tempat usaha sesuai kesepakatan antara tutor dan warga belajar

H. Bahan Ajar

Bahan ajar dikembangkan dengan tema-tema

pembelajaran kewirausahaan kooperatif sesuai situasi dan kondisi lingkungan serta kehidupan sehari-hari dimana warga belajar berada. Untuk memudahkan warga belajar memahami materi pelajaran, bahan ajar dapat dikembangkan melalui pendekatan bahasa ibu sesuai situasi dan kondisi lingkungan warga belajar.

(24)

I. Pendanaan

Komponen pembiayaan meliputi: a. Manajemen 5%

b. Pembelajaran dan pelatihan keterampilan 17% c. Pengelolaan usaha 50%

d. Insentif tutor 25% e. Penilaian 3 %

Pembayaran insentif tutor dilakukan melalui dua tahap; tahap pertama (50%) dibayarkan pada saat menandatangani akad kerjasama, dan sisanya dibayarkan setelah warga belajar diuji dan dinyatakan lulus sesuai dengan SKK.

J. Penilaian

1. Penilaian Awal

Setiap warga belajar memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda, dari yang belum mengetahui aksara hingga yang telah mengetahui secara sederhana (keaksaraan parsial).Untuk itu tutor perlu menilai kemampuan awal setiap warga belajar dalam suatu Kejar, penilaian pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan awal warga belajar baik pada pengetahuan Calistung maupun minat dan

(25)

25

kemampuan keterampilan yang diharapkan. Hasil dari penilaian tahap ini akan memudahkan tutor untuk memilih metode/teknik pembelajaran yang sesuai. 3. Penilaian Proses

Penilaian proses biasa juga disebut penilaian kemajuan belajar dapat diartikan sebagai pengukuran yang dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh warga belajar dalam

membaca, menulis, berhitung dan penguasaan

keterampilan berusaha yang dimiliki.

Penilaian ini dimaksudkan untuk mengecek dan mengetahui jumlah dan tingkat pengalaman belajar yang berhasil didapat atau diselesaikan oleh warga belajar dalam kurun waktu tertentu dibanding dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat pada awal

program pembelajaran. Penilaian proses dapat

dilakukan dengan system portofolio dan pengamatan langsung selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Penilaian Akhir

Penilaian akhir biasa juga disebut penilaian hasil belajar dapat diartikan sebagai pengukuran untuk mengetahui kemampuan akhir yang dicapai warga belajar yang mencakup

(26)

kompetensi membaca, menulis, berhitung, berkomunikasi dan kompetensi keterampilan berusaha. Dengan kata lain bahwa penilaian hasil belajar merupakan ujian blok dari keseluruhan kompetensi yang telah dicapai warga belajar. Bagi warga belajar yang telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dinyatakan “berhasil” dan diberi penghagaan berupa piagam.

Penilaian hasil belajar dilakukan melalui tes yang disusun dengan berpatokan pada SKK pendidikan keaksaraan model kewirausahaan dengan pendekatan kooperatif yang telah ditetapkan.Hasil penilaian akhir yang diperoleh dengan angka dikomversi dalam empat kategori; sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Kategori sangat baik, baik, cukup dinyatakan berhasil dan berhak memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA) sesuai tingkatan keaksaraannya, sedangkan kategori kurang dan sangat kurang dinyatakan belum berhasil, diharapkan tutor memberi kesempatan kepada warga belajar tersebut untuk belajar lagi sampai memperoleh Sukma sehingga masyarakat benar-benar bebas buta aksara.

(27)

27 K. Kemitraan

Demi kelancaran penyelenggaraan program, maka perlu menjalin kemitraan. Dengan demikian maka penyelenggaraan

pendidikan keaksaraan di dearah terpencil dengan

pendekatan kewirausahaan pendekatan kooperatif sangat mengharapkan dukungan dari berbagai pihak terkait sebagai mitra antara lain;

1. Dinas pendidikan Nasional

Secara interen dinas pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dalam mengoptimalkan penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan atau model K-3 di daerah terpencil. Kerjasama yang dimaksud antara lain dalam hal: 1. Penyiapan peta sasaran program

2. Kerjasama dalam menyusun bahan ajar yang sesuai 3. Menyelenggarakan Diklat bagi tutor dan pendamping

program

4. Melaksanakan sosialisasi kelembaga-lembaga atau organisasi masyarakat terkait

(28)

2. Dinas perdagangan dan Industri

a. Kerjasama dalam pemberian bimbingan pengelolaan usaha kecil-kecilan

b. Kerjasama dalam pemasaran

c. Kerjasama dalam pemberian modal 3. Koperasi;

a. Pengelolaan usaha b. Perolehan modal c. Pemasaran

4. LSM, PKBM, dan Yayasanatau organisasi masyarakat lainnya.

a. Pendataan sasaran program

b. Perolehan dana bantuan penyelenggaraan c. Penyelenggaraan program

(29)

29

a. Membantu melakukan sosialisasi b. Melakukan pendataan

c. Menyiapkan sarana dan prasarana d. Monitoring penyelenggraan program 6. Tokoh masyarakat

a. Membantu dalam penyediaan sarana-prasarana b. Memotivasi warga belajar

c. Memotrivasi penyelenggara program

d. Membantu memonitoring penyelenggaraan program

1. MODEL TBM

PESISIR BERBASIS NILAI SOSIAL BUDAYA

Ciri-Ciri TBM Pesisir

1. Lokasi TBM

a. TBM berbasis nilai sosial budaya berlokasi di pesisir atau pulau yang merupakan tempat penyeberangan antar pulau atau lokasi strategis lainnya.

(30)

b. Tempat Baca

c. Tempat baca TBM dirancang dalam bentuk payung. Semua material tempat baca diambil dari lingkungan sekitar TBM.

d. (Contoh tempat baca berupa atap payung yang dibuat dari rumput ilalang; tiang payung dari batang pohon pinang, meja baca dari papan, dan kursi baca dari batang pohon kelapa)

e. Papan Baca

f. Papan baca berfungsi sebagai tempat baca dengan bahan bacaan dari surat kabar. Pengunjung dapat membaca surat kabar yang telah ditempel pada papan baca.

2. Keanggotaan TBM

a. Keanggotaan TBM terdiri dari dua unsur: anggota tetap dan anggota biasa. Anggota tetap adalah orang yang memiliki kartu anggota TBM, sedangkan anggota biasa adalah orang yang tidak memiliki kartu anggota.

b. Kriteria Anggota TBM

Anggota tetap dan anggota biasa harus memiliki kriteria sebagai berikut:

(31)

31

1) Memiliki rasa peduli terhadap taman bacaan

masyarakat;

2) Memiliki kemampuan membaca huruf latin;

3) Dapat menghargai dan memahami orang lain

4) Memiliki kemauan untuk mengunjungi taman bacaan

masyarakat; 3. Pengertian-Pengertian

a. TBM adalah singkatan dari taman bacaan masyarakat.

b. TBM berbasis nilai sosial budaya adalah taman bacaan

masyarakat yang dirancang untuk memenuhi minat baca masyarakat dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai sosial budaya masyarakat tempat TBM berada.

c. Anggota tetap TBM adalah orang yang memiliki kartu

anggota yang diberikan oleh TBM.

d. Anggota biasa adalah pengunjung TBM yang tidak

memiliki kartu anggota, tetapi sering mengunjungi TBM.

e. Nilai sosial budaya adalah nilai-nilai yang masih dipatuhi

oleh masyarakat dan menjadi perekat dalam kehidupan bermasyarakat.

f. Kegiatan kreatif adalah kegiatan yang diselenggarakan

oleh TBM dalam membentuk motivasi masyarakat untuk mengunjungi TBM. Kegiatan kreatif yang dimaksud

(32)

adalah kegiatan lomba baca, memasak, dan pemberian penghargaan kepada pengunjung yang paling sering mengunjungi TBM.

g. Kegiatan produktif adalah kegiatan yang dilaksanakan

oleh TBM untuk meningkatkan taraf hidup pengelolanya melalui pendirian warung TBM.

h. Tempat baca adalah tempat membaca pengunjung yang

dirancang dengan bentuk payung dengan meja bundar yang mengelilingi tiang payung.

i. Papan baca adalah tempat baca yang disediakan bagi

pengunjung untuk membaca berita-berita dari surat kabar. Surat kabar tersebut ditempelkan di papan baca sehingga pengunjung dapat membaca dengan cara berdiri di depan papan baca.

4. TBM berbasis nilai sosial budaya diselenggarakan dengan

memperhatikan beberapa komponen.

Komponen-komponen tersebut mencakup: a. Warga Masyarakat

Warga masyarakat adalah warga yang tinggal disekitar TBM yang menjadi sasaran sekaligus pengunjung TBM. b. Penyelenggara TBM

(33)

33

Penyelenggara TBM terdiri dari satu orang ketua, satu orang bendahara, satu orang petugas administrasi dan teknis, satu orang staf bidang layanan pembaca. Penyelenggara TBM minimal memiliki kriteria dan persyaratan sebagai berikut:

1) Berpendidikan minimal Sekolah Menengah Atas.

2) Mampu memberikan bimbingan teknis.

3) Mampu mengusahakan sarana TBM.

4) Mampu mengelola penyelenggaraan percontohan

TBM.

5) Mampu menjalin kemitraan dengan pihak terkait.

6) Mampu mengelola kegiatan usaha produktif TBM.

5. Tugas penyelenggara:

a. Menyelenggarakan TBM di wilayah pesisir dan kepulauan.

b. Menjalin hubungan yang harmonis dengan anggota TBM.

c. Menyediakan sarana baca, memotivasi minat baca, dan menata kelayakan dan kebersihan tempat baca TBM. Fungsi penyelenggara:

(34)

b. Memfasilitasi kegiatan program TBM untuk meningkatkan mutu dan keberhasilan TBM secara efektif dan efisien.

(35)

35 BAB IV

P E N U T U P

Juknis ini merupakan acuan, rujukan dan petunjuk bagi semua pihak yang berkepentingan dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan penyelenggaraan program percontohan Dikmas.

Hal-hal yang belum diatur dalam Juknis ini akan ditindaklanjuti dengan surat edaran atau surat resmi Kepala BPPAUDNI Regional III.

(36)

SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR DANA BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCONTOHAN PAUDNI TAHUN 2013 Kata Pengantar

Ditandatangani dan distempel oleh Kepala UPTD BPKB/SKB.

Daftar Isi

Berisi tentang rincian unsur-unsur (Bab, dan Sub-bab) dan nomor halaman.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Berisi uraian tentang:

1. Menggambarkan kondisi program/kegiatan PAUDNI setelah dana bantuan diberikan;

2. Menyajikan uraian mengapa laporan kegiatan diperlukan yang mengarah pada akuntabilitas (bisa dipertanggungjawabkan), transparansi (terbuka), dan pencitraan publik (meyakinkan masyarakat) atas pemanfaatan dana bantuan.

B. Tujuan Laporan

Menguraikan tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan laporan kegiatan

C. Ruang Lingkup Laporan

Berisi uraian tentang pokok-pokok isi laporan yang disusun.

BAB II GAMBARAN PEMANFAATAN DANA

Program aksi dimaksudkan sebagai uraian rangkaian kegiatan sistematis yang telah dilaksanakan oleh lembaga dalam penyelenggaraan program percontohan PAUDNI.

Program aksi yang dimaksud tersusun dalam bentuk:

A. Deskripsi percontohan program PAUDNI yang dilaksanakan; B. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan;

(37)

37

C. Deskripsi proses penyelenggaraan replikasi model dalam rangka percontohan program PAUDNI;

D. Tahapan dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;

BAB III HASIL DAN TINDAK LANJUT

Berisi gambaran tentang hasil, dampak dan tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan.

BAB IV INDIKATOR KEBERHASILAN

Bagian ini merupakan rekap satuan program dari keseluruhan pemanfaatan danabantuan percontohan program PAUDNI.

BAB VI FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT SERTA SOLUSINYA

A. Faktor Pendukung dan Solusinya B. Faktor Penghambat dan Solusinya

BAB VII PENUTUP

Simpulan hasil penyelenggaraan program PAUDNI pada Lembaga Penyelenggara sebagai dampak dari perubahan pelaksanaan kegiatan dan rekomendasi penyempurnaan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Lampiran :

1. Laporan Pelaksanaan Kegiatan; 2. Laporan Keuangan;

Referensi

Dokumen terkait