• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan. Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan. Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan

Kawasan Rawan Bencana disusun dalam rangka memenuhi

pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/Kegiatan Koordinasi

Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana Tahun 2016, sesuai dengan Peraturan Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 05 tahun 2016 tentang Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran. Di samping itu,

diharapkan dapat menjadi lesson learned untuk perbaikan mekanisme

perencanaan RKP pada tahun berikutnya.

Maksud dan tujuan dilaksanakannya Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana tahun 2016 ini adalah untuk mengidentifikasi dan mensinkronisasikan isu strategis dan permasalahan pada bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, untuk kemudian dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga mitra yaitu Kementerian Desa PDTT, BNPP, BNPB, BP-Sabang, dan BP-Batam, K/L teknis lainnya, dan pemerintah daerah, sehingga terdapat kesepakatan arah kebijakan, bentuk dan alokasi program/kegiatan, dalam RKP tahun 2017.

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana tahun 2016 ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai penyempurnaan pelaksanaan koordinasi perencanaan RKP yang dilakukan setiap tahun.

Jakarta, Desember 2016 Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan

(3)

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... II DAFTAR TABEL ... III DAFTAR GAMBAR ... IV

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1LATAR BELAKANG ... 1

1.2TUJUAN DAN SASARAN ... 3

BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN ...4

2.1RUANG LINGKUP KEGIATAN KOORDINASI ... 4

2.2METODE PELAKSANAAN ... 4

2.3KELUARAN ... 5

2.4ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN ... 6

BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI ...8

3.1KOORDINASI PERENCANAAN RKP,RENJA K/L, DAN RKAK/LTAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL ... 9

3.1.1.Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017 ... 9

3.1.2.Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017 12 3.1.3.Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Mendukung Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2017 ... 16

3.1.4.Penelaahan RKA K/L Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ... 23

3.2KOORDINASI PERENCANAAN RKP,RENJA K/L, DAN RKAK/LTAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN ... 26

3.2.1.Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun 2017 ... 26

3.2.2.Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun 2017 ... 27

3.2.3.Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan Nasional Pengelola Perbatasan dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan Tahun 2017 ... 30

3.2.4.Penelaahan RKA K/L Badan Nasional Pengelola Perbatasan ... 40

3.3KOORDINASI PERENCANAAN RKP,RENJA K/L, DAN RKAK/LTAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KAWASAN EKONOMI KHUSUS/KEK DAN KAWASAN INDUSTRI/KI) ... 43

(4)

iii

3.3.1.Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Strategis

Nasional dalam RKP Tahun 2017 ... 43

3.3.2.Kebijakan Pembangunan Kawasan Strategis Nasional (KEK dan KI) dalam RKP Tahun 2017 ... 44

3.3.3Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 BP-Batam dan BP-Sabang dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Strategis Nasional Tahun 2017 ... 57

3.3.4Penelaahan RKA K/L BP Batam dan BP Sabang ... 65

3.4KOORDINASI PERENCANAAN RKP,RENJA K/L, DAN RKAK/LTAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG KAWASAN RAWAN BENCANA ... 67

3.4.1. . Isu Strategis dan Permasalahan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun 2017... 67

3.4.2. . Kebijakan Pembangunan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun 2017 ... 68

3.4.3.Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam Mendukung Kawasan Rawan Bencana Tahun 2017 ... 69

3.4.4Penelaahan RKA Badan Nasional Penanggulangan Bencana ... 74

3.5KOORDINASI PERENCANAAN RKPTAHUN 2017 DENGAN PEMERINTAH DAERAH ... 76

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 80

4.1KESIMPULAN ... 80

4.2REKOMENDASI ... 81

DAFTAR TABEL TABEL 1. TARGET PENGENTASAN DAERAH TERTINGGAL ...10

TABEL 2. HASIL BILATERAL MEETING PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DALAM RKP 2017 ...16

TABEL 3. REKAP KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL ...17

TABEL 4. JUMLAH USULAN PER WILAYAH PULAU ...18

TABEL 5. PROGRAM/KEGIATAN YANG DISETUJUI KEMENTERIAN/LEMBAGA ...19

TABEL 6. REKAP USULAN DI PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL MENURUT KEMENTERIAN LEMBAGA ...19

TABEL 7. URUTAN PROGRAM KEGIATAN PRIORITAS ...21

TABEL 8. REKAPITULASI JUMLAH PROGRAM/KEGIATAN K/L DALAM PROGRAM PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN ...31

(5)

iv

TABEL 11. KEGIATAN PRIORITAS RKP TAHUN 2017 YANG MENDUKUNG

PENANGGULANGAN BENCANA ...72

TABEL 11. LAMPIRAN PAGU INDIKATIF BNPB HASIL KESEPAKATAN TRILATERAL MEETING ...73

TABEL 12. REKAPITULASI USULAN KEGIATAN SEMUA PN DI KABUPATEN SAMPANG ...77

DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1. PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL ...12

GAMBAR 2. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DALAM RKP TAHUN 2017...14

GAMBAR 2. SKEMA PRIORITAS PEMBAHASAN PROGRAM KEGIATAN ...20

GAMBAR 3. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PERBATASAN NEGARA TAHUN 2017 ...29

GAMBAR 4. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 3 ...35

GAMBAR 5. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 4 ...36

GAMBAR 6. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 5 ...36

GAMBAR 7. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS 6 ...37

GAMBAR 8. KOORDINASI LINTAS KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM PENGEMBANGAN KEK ...45

GAMBAR 9. KOORDINASI LINTAS KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM PENGEMBANGAN KI ...52

(6)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan menjadi salah satu tahap rasional untuk menentukan pembangunan sebuah bangsa dan negara. Pada prosesnya, perencanaan pembangunan dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian, mengkaji berbagai ketidak pastian yang ada, serta mengukur kemampuan (kapasitas) stakeholders pembangunan untuk kemudian memilih arah terbaik dan langkah-langkah untuk mencapaianya. Untuk mendukung keberhasilan implementasi perencanaan pembangunan, diperlukan koordinasi perencanaan sebagai sebuah proses sinkronisasi dan penyamaan persepsi terkait isu-isu strategis dan permasalahannya, sehingga dapat dirumuskan upaya-upaya terencana dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Koordinasi perencanaan pembangunan penting dilakukan untuk menentukan prioritas pembangunan serta merumuskan strategi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah/wilayah.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 sebagai penjabaran tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan integrasi upaya pembangunan yang terencana dan sistematis oleh stakeholders pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya pembangunan yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan.

Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa tujuan dari perencanaan pembangunan nasional yaitu: (1) untuk mendukung koordinasi antar pelaku; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan program dan kegiatan yang akan dilakukan akan lebih tepat sasaran, tepat target, dan memberikan dampak kemanfaatan yang lebih besar. Koordinasi dan perencanaan yang baik juga diharapkan dapat melahirkan kebijakan publik yang tepat, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan anggaran yang

(7)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 2

Direktorat Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan memiliki peran strategis dalam mendesain dan mengawal pembangunan di daerah teringgal, kawasan perbatasan, kawasan strategis, dan penanggulangan bencana.

Berdasarkan hal tersebut, maka komitmen dan dukungan

kementerian/lembaga terkait khususnya Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BP KPBPB Sabang), Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP KPBPB Batam) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT) serta instansi terkait lainnya dalam rangka peningkatan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan program/kegiatan pembangunan di kawasan-kawasan tersebut secara efektif sangat diharapkan.

Permasalahan pokok yang masih dihadapi dalam koordinasi dan sikronisasi perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan kawasan khusus dan daerah tertinggal adalah (1) masih tingginya kesenjangan antar sektor dan antarwilayah; (2) masih dominannya ego sektoral dalam pelaksanaan pembangunan nasional; (3) masih adanya ketidaksesuaian antara Rencana Kerja Pemerintah dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga; serta (4) masih banyaknya perencanaan dan pelaksanaan program/proyek yang overlaping/tumpang tindih baik antar daerah, dan antara pusat dengan daerah. Oleh karena itu diperlukan adanya penguatan pemahaman dan komitmen seluruh stakeholders terkait, dalam perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan agar selalu berpegang kepada kerjasama dan koordinasi untuk keterpaduan sebagai upaya sinkronisasi antar sektor, antara kegiatan pusat dan daerah dan antar daerah. Pemerintah harus mampu menjawab tantangan upaya peningkatan efektivitas pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi berbagai program-program dan kegiatan kementerian/lembaga di pusat yang bersifat lintas pelaku, lintas sektor, dan lintas wilayah sebagai usaha percepatan pengembangan perekonomian daerah. Di samping itu, perencanaan dan koordinasi harus dapat menjawab tantangan dinamika kebutuhan dan permasalahan antar wilayah yang beraneka ragam, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan daerah. Dengan demikian, permasalahan kesenjangan antar wilayah secara bertahap dapat terselesaikan.

(8)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 3

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 dalam Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, adalah tersusunnya Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017 pada bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana secara holistik, integratif, tematik, dan spasial.

Sasaran dari pelaksanaan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana sebagai berikut:

(1) Melakukan identifikasi data dan informasi terkait permasalahan dan isu

strategis pada bidang pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana, sebagai masukan rancangan RKP tahun 2017;

(2) Menyusun konsep arah kebijakan, program dan kegiatan prioritas yang

akan dilakukan tahun 2017 untuk mendukung pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana;

(3) Melakukan rapat-rapat koordinasi dan diskusi terfokus dengan

kementerian/lembaga mitra kerja yaitu Kementerian Desa PDTT, BNPP, BNPB, kementerian/lembaga sektor terkait dan pemerintah daerah untuk membahas isu strategis, program, dan kegiatan yang mendukung pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana dalam RKP tahun 2017.

(9)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 4

BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN

2.1Ruang Lingkup Kegiatan Koordinasi

Kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana antara lain:

(1) Koordinasi perencanaan dan perumusan Rencana Kerja Pemerintah Tahun

2017 terkait isu, permasalahan, target, dan sasaran bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional (Kawasan Industri/KI dan Kawasan Ekonomi Khusus/KEK); dan Kawasan Rawan Bencana;

(2) Koordinasi penyusunan Renja K/L untuk mendukung pembangunan Daerah

Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional; dan Kawasan Rawan Bencana Tahun 2017;

(3) Koordinasi penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 dengan

kementerian/lembaga mitra kerja yaitu Kementerian Desa PDTT, Badan

Nasional Pembangunan Perbatasan (BNPP), Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengelola Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, dan Badan Pengelola KPBPB Sabang dalam mendukung pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional; dan Kawasan Rawan Bencana Tahun 2017.

2.2Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan Koordinasi Penyususunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana akan dilaksanakan dengan menggunakan

dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up.

Pendekatan top-down dipergunakan dalam penetapan prioritas pembangunan

nasional. Sedangkan pendekatan bottom-up lebih dipergunakan sewaktu menyusun program/kegiatan berdasarkan usulan dari daerah. Penyusunan RKP dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip Holistik, Integratif, Tematik, dan Spasial.

1) Untuk mempertemukan antara dua pendekatan tersebut dilakukan melalui

pertemuan dan rapat-rapat koordinasi. Di tingkat pusat, koordinasi dilakukan melalui Rapat Koordinasi Pusat yang ditindaklanjuti dengan pertemuan pertemuan trilateral. Sesuai dengan namanya, pertemuan trilateral ini melibatkan tiga pihak yaitu kementerian/lembaga terkait (BNPB, BNPP,

(10)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 5

KDPDTT, BP KPBPB Sabang dan Batam selaku mitra kerja Dit. DTTP, dan kementerian/lembaga terkait dalam koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan kawasan), dan Kementerian Keuangan dan Bappenas. Pertemuan trilateral ini bertujuan untuk melakukan sinkronisasi antara prioritas program/kegiatan nasional, bidang maupun prioritas pembangunan kementerian/lembaga dan dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran.

2) Untuk mensinkronkan antara prioritas program/kegiatan pembangunan

nasional dengan usulan daerah dilakukan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Musrenbang ini melibatkan tiga pihak yaitu pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, kementerian/lembaga dan Bappenas.

3) Sebelum melaksanakan Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting), akan

dilakukan 3 (tiga) kali rapat koordinasi di dalam kota dengan melibatkan seluruh unit Eselon II Kementerian/Lembaga mitra kerja dan Kementerian Keuangan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan tahun 2015 dan membahas program, kegiatan serta sasaran pembangunan tahun 2016. Yang akan menjadi Narasumber yang dalam rapat koordinasi adalah Kepala Biro Perencanaan Kementerian/Lembaga Mitra Kerja serta Direktur Anggaran, Kementerian Keuangan yang terkait dengan Kementerian/ Lembaga Mitra Kerja.

2.3Keluaran

Adapun keluaran dari kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan rawan bencana ini yaitu sebagai berikut.

(1) Data dan informasi terkait permasalahan dalam perencanaan dan

pelaksanaan program/kegiatan pembangunan kawasan strategis, daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan Kawasan rawan bencana sebagai masukan RKP 2017;

(2) Inventaris isu strategis dan permasalahan yang dihadapi dan upaya

alternatif pemecahan melalui kebijakan dan program/kegiatan tahun berikutnya;

(3) Rumusan arah kebijakan dan rencana program/kegiatan pembangunan

kawasan strategis, daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana dalam RKP 2017 yang tertuang dalam Renja K/L Tahun 2017, dan RKA K/L mitra kerja Tahun 2017 seperti Kementerian Desa PDTT, BNPP, BNPB, BP Batam, dan BP Sabang.

(11)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 6

(4) Laporan akhir koordinasi penyusunan RKP Tahun 2017 bidang daerah

tertinggal, kawasan strategis, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana.

2.4Organisasi Pelaksana Kegiatan

Organisasi pelaksana kegiatan ini mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan NO.65/PMK.02/2015 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2016 yang mengacu pada 5 (lima) ketentuan sebagai berikut:

a) Mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur;

b) Bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengiikutsertakan satuan

kerja/eselon I lainnya;

c) Bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan atau di luar jam

kerja;

d) Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada pegawai negeri

disamping tugas pokok sehari-hari;

e) Dilakukan secara selektif, efektif dan efisien.

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara semi-swakelola, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

1) 1 Orang Penanggung Jawab

2) 1 Orang Ketua Tim Pelaksana

3) 1 Orang Wakil Ketua I Tim Pelaksana

4) 1 Orang Wakil Ketua II Tim Pelaksana

5) 1 Orang Sekretaris Tim Pelaksana

6) 10 Orang Anggota Tim Pelaksana

7) 1 Orang Anggota Tim Pendukung

Pelaksanaan kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, tahun 2016 adalah Deputi Bidang Pengembangan Regional sebagai Penanggungjawab, sementara Ketua Tim Pelaksana adalah Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan.

Penanggung Jawab bertugas memberikan arahan kebijakan, mengawasi, membimbing, dan memantau kemajuan dan memberikan saran pemecahan atas permasalahan pelaksanaan kegiatan. Ketua Tim Pelaksana bertanggungjawab atas terlaksanakannya kegiatan dan penyusunan laporan hasil koordinasi, baik secara substansi maupun dari segi keuangannya sebagaimana berikut ini:

a. Melakukan persiapan melaiui identifikasi dan informasi permasalahan dalam

perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan yang terkait dengan kawasan khusus (rawan bencana, strategis, perbatasan dan daerah tertinggal) sebagai bahan masukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017;

(12)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 7

b. Melakukan rapat-rapat koordinasi dan diskusi terfokus dengan

kementerian/lembaga terkait dan daerah untuk membahas berbagai isu strategis dan permasalahan dihadapi dan upaya alternatif pemecahan melaiui kebijakan dan program/kegiatan pembangunan tahun berikutnya;

c. Menyusun rencana dan memberikan arahan kebijakan program/kegiatan

pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan kawasan rawan bencana;

d. Menyusun draft Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 dan melakukan

koordinasi bersama dengan kementerian/lembaga terkait langsung seperti KDPDTT, BNPP, BNPB dan kementerian/lembaga terkait lainnya;

e. Melaksanakan sinkronisasi dan fasilitasi dalam rangka pembangunan daerah

tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan kawasan rawan bencana di pusat dan daerah;

f. Melakukan konsinyering tentang penyusunan perencanaan koordinasi rencana

kerja, sebagai bahan masukan dalam perencanaan tahun berikutnya;

g. Melakukan penyusunan laporan akhir berkaitan dengan hasil-hasil

pemantauan pelaksanaan program/kegiatan.

Sekretaris Tim Pelaksana bertanggungjawab untuk membantu pelaksanaan tugas Ketua Tim Pelaksana dan mengkoordinasikan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan. Anggota Tim Pelaksana kegiatan koordinasi bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan koordinasi dan penyusunan laporan akhir/final atas pelaksanaan koordinasi Program/kegiatan Pembangunan dan Pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana yang dilaksanakan K/L mitra kerja. Sedangkan Anggota Tim Pendukung bertanggungjawab untuk membantu pelaksanaan tugas Tim Pelaksana dan melaksanakan tugas-tugas lain yang ditugaskan oleh Tim Pelaksana.

(13)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 8

BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI

Pendekatan pembangunan yang digunakan dalam penyusunan RKP 2017 mengalami penyempurnaan untuk mewujudkan kualitas perencanaan yang mampu menjawab tantangan pembangunan antar wilayah, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip:

1. Holistik-tematik untuk pencapaian prioritas nasional melalui koordinasi

berbagai K/L serta pemerintah daerah.

2. Integratif antar berbagai program/kegiatan untuk mencapai prioritas

nasional.

3. Pertimbangan spasial agar rencana kegiatan mempertimbangkan lokasi

berbagai kegiatan lain yang saling mendukung untuk mencapai sasaran prioritas nasional.

Prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dalam rangkaian Penyusunan RKP 2017

melalui berbagai tahapan penting, antara lain: Sidang Kabinet, Multilateral

Meeting (MM) internal Bappenas; MM antar K/L; Bilateral Meeting (BM) antara K/L dan Bappenas; Rakorbangpus dan Musrenbangnas. Adapun tahapan penting dalam pembahasan Prioritas Nasional Pembangunan Kawasan Perbatasan yaitu:

1)Multilateral Meeting I, dilaksanakan dengan Melibatkan multistakeholder K/L,

BUMN, dan Pemda dalam merumuskan rencana pembangunan tahun 2017, yang bertujuan untuk Mengintegrasikan berbagai upaya K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur; Menginformasikan mengenai Prioritas Nasional Tahun 2017 serta hasil Identifikasi awal Sasaran Prioritas Nasional, Arah Kebijakan Prioritas Nasional, Program Prioritas dan Kegiatan Prioritas Tahun 2017 kepada K/L terkait; Menginformasikan mengenai Kerangka Regulasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan prioritas; dan Memperoleh masukan dari K/L terkait sasaran prioritas, program prioritas dan kegiatan prioritas.

2)Bilateral Meeting I, dilaksanakan dengan melibatkan K/L, BUMN, dan Pemda

dalam merumuskan rencana pembangunan tahun 2017 bidang pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana. Tujuan utama kegiatan ini yaitu untuk Pengintegrasian berbagai upaya K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur (dinyatakan dalam Prioritas Nasional, Program Prioritas dan Kegiatan Prioritas). Hasil yang diharapkan yaitu Pencapaian kesepakatan antar stakeholders terhadap sasaran prioritas, program K/L, kegiatan K/L, indikator sasaran (Form B), kerangka pendanaan (Form C), kerangka regulasi (Form D), kerangka kelembagaan (Form D), lokasi (Form E).

(14)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 9

3)Multilateral Meeting II, dengan agenda penyepakatan rencana kegiatan dan

anggaran yang mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan, finalisasi program/kegiatan prioritas serta dukungan program/kegiatan K/L dalam Rancangan Akhir RKP 2017, konfirmasi dan verifikasi usulan Pemerintah Daerah oleh Koordinator PN terkait pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana.

4)Bilateral Meeting II, dengan agenda integrasi hasil MM II ke dalam SIMU

Form A-E dengan mempertimbangkan pagu indikatif. Penelaahan pagu anggaran untuk yang mendukung pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana dalam Rancangan Akhir RKP 2017; Konfirmasi dan verifikasi usulan Pemerintah Daerah oleh Bappenas – K/L mitra.

5)Musrenbangnas, dengan agenda Penyepakatan program, kegiatan, lokasi,

target dan anggaran untuk mencapai sasaran PN terkait Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana antara Kementerian PPN/Bappenas, K/L dan Pemprov dalam bentuk Multilateral dan disepakati dalam bentuk berita acara.

6)Trilateral Meeting, dengan agenda penyusunan Renja K/L dan RKA K/L mitra

berdasarkan RKP Tahun 2017.

Dalam pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, prinsip-prinsip tersebut terutama digunakan dalam pengidentifikasian isu/permasalahan, penentuan target dan sasaran, serta program/kegiatan yang dibutuhkan. Dengan demikian, baik RKP, Renja K/L, dan RKA K/L tahun 2017 diharapkan dapat memberikan kontribusi program/kegiatan yang mampu menjawab tantangan, kebutuhan, dan upaya percepatan pembangunan di daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana.

3.1 Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun 2017 dalam Mendukung Pembangunan Daerah tertinggal

3.1.1. Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam

RKP Tahun 2017

Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh masyarakat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi serta keterbatasan fisik untuk menjadi daerah yang maju dengan masyarakat yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh

(15)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 10

tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Penanganan daerah tertinggal yang ada di Indonesia dilakukan dalam skala nasional dan merupakan program jangka panjang yang memiliki target di setiap tahun pelaksanaannya.

Pembangunan daerah tertinggal merupakan perwujudan dari dimensi pemerataan dan kewilayahan khususnnya Nawacita ketiga yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam Kerangka Negara Kesatuan. Melalui kebijakan pembangunan daerah tertinggal diharapkan ada dukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh sektor terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal. Penanganan daerah tertinggal yang ada di Indonesia dilakukan dalam skala nasional dan merupakan program jangka panjang yang memiliki target di setiap tahun pelaksanaannya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 pasal 1 ayat 3 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud dengan daerah tertinggal merupakan daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Ketertinggalan daerah diukur dari 6 kriteria ketertinggalan yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas serta karakteristik daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuklah Peraturan Presiden No. 131 Tahun 2015 yang berisikan tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019, dengan 122 kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal.

Tabel 1. Target Pengentasan Daerah Tertinggal

INDIKATOR (Baseline)2014 2015 2016 2017 2019 2. PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL a. Jumlah Daerah Tertinggal (termasuk 122 9 DOB)

n.a * n.a * n.a * 42

b. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal

7,10% 6,96% 7,02% 7,17% 7,24%

c. Persentase penduduk

miskin di daerah tertinggal 16,6% 16,0% 15,4% 14,9% 14,0%

d. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal

68,5 68,1 68,5 68,8 69,6

Berdasarkan capaian sasaran pembangunan daerah tertinggal sesuai PP 78/2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, maka penetapan

(16)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 11

daerah tertinggal dilakukan setiap 5 tahun sekali melalui Peraturan Presiden. Jumlah 42 daerah tertinggal tahun 2019 merupakan hasil dari 80 kabupaten terentaskan. Menurut arah kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal, maka upaya yang dilakukan terdiri atas percepatan pembangunan infrastruktur/konektivitas, promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM yang berkualitas.

Sampai saat ini, dalam rangka upaya membangun daerah tertinggal di berbagai wilayah di Indonesia memiliki permasalahan dan kendala di beberapa hal. Secara ringkas wujud dari permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal tersebut berupa : (1) Belum adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha untuk berinvestasi di daerah tertinggal; (2) Belum optimalnya kebijakan yang afirmatif pada percepatan pembangunan daerah tertinggal; (3) Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana publik dasar di daerah tertinggal; (4) Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal; (5) Kurangnya aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah; (6) Belum optimalnya pengelolaan potensi sumberdaya lokal dalam pengembangan perekonomian di daerah tertinggal; dan (7) Rendahnya produktivitas masyarakat di daerah tertinggal.

Dengan memperhatikan isu strategis tersebut maka arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal akan difokuskan kepada: (a) promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan (b) upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik; (c) pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas serta (d) mewujudkan infrastruktur penunjang konektivitas antar daerah tertinggal sehingga dapat membuka wilayah dan mengurangi keterisolasian di daerah tertinggal.

Selain itu, isu lain yang penting untuk diperhatikan ialah terkait fungsi koordinasi antar K/L di tingkat pusat serta integrasi program kegiatan di tingkat daerah. Agar fungsi korrdinasi dapat berjalan optimal maka diperlukan peningkatkan serta sinergi program kegiatan antara Kementerian/Lembaga dalam mendukung pembangunan daerah tertinggal.

Kementerian Desa PDTT dalam hal ini Dirjen PDT dan PDTU masih memiliki tugas besar untuk menyelesaikan STRANAS PPDT yang akan digunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan intervensi program kegiatan di Daerah Tertinggal. RAN PPDT Tahunan yang merupakan penjabaran dari Stranas diharapkan dapat menjadi masukan dalam Rakernis/Ratek/ Konreg yang dilakukan oleh K/L untuk mengalokasikan kegiatan sesuai dengan

(17)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 12

kebutuhan daerah tertinggal. Selain itu Kemendes PDTT diharapkan mampu mendorong pemerintah daerah untuk menyampaikan usulan kegiatan K/L terkait dan usulan DAK melalui mekanisme perencanaan yang ada.

3.1.2. Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017

Berdasarkan Perpres No 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019, terdapat 122 kabupaten yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal dengan mengacu pada 6 (enam) kriteria ketertinggalan. Penentuan prioritas penanganan daerah tertinggal per tahun mempertimbangkan bobot indeks ketertinggalan yang paling parah. Pada tahun 2017, prioritas penanganan daerah tertinggal difokuskan pada 54 kabupaten.

Dalam rangka meningkatkan intergrasi lintas sektor dalam mendukung

pembangunan di daerah tertinggal, terdapat 5 kabupaten tertinggal pada tahun 2017 yang dijadikan lokasi terintergrasi lintas sektor. Penentuan 5 kabupaten tertinggal tersebut mempertimbangkan keterkaitan antara daerah tertinggal dengan kawasan strategis, serta memperhatikan karakteristik wilayah, antara lain merupakan kawasan perbatasan, rawan bencana, rawan konflik, rawan

pangan dan daerah kepulauan. Peta sebaran 122 kabupaten tertinggal, 54

kabupaten tertinggal yang prioritas ditangani tahun 2017, dan 5 kabupaten tertinggal terintegrasi terdapat pada Gambar 1.

(18)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 13

Pembangunan daerah tertinggal yang merupakan bagian dari agenda Prioritas Nasional Presiden RI. Di tahun 2017 akan fokus kepada 54 kabupaten tertinggal dari total 122 Kabupaten yang ada. Intervensi kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berdasarkan data Strategi Nasional (STRANAS) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) tahun 2015-2019. Dari 54 kabupaten yang akan difokuskan pada tahun 2017 maka

telah ditentukan 5 kabupaten sebagai pilot project pembangunan daerah

tertinggal terintegrasi. Kelima kabupaten pilot project tersebut ialah Kabupaten Lombok Timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pulau Morotai di Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat di Provinsi Maluku, Kabupaten Sabu Raijua di Provinsi NTT, serta Kabupaten Sarmi yang terletak di Provinsi Papua.

Melihat dari kondisi wilayahnya kelima kabupaten daerah tertinggal terintegrasi 2017 memiliki perbedaan dari aspek ketertinggalannya, sehingga dalam penentuan program kegiatan maupun arah intervensi pengembangan akan disesuaikan dengan potensi kawasan yang ada. Sebagai contoh Kabupaten Lombok Timur yang memiliki keterkaitan dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional maupun Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang lokasinya berdekatan dengan rencana pengembangan Blok Masela. Kabupaten Pulau Morotai yang wilayahnya merupakan bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus Morotai, serta Kabupaten Sarmi yang berdekatan dengan PKN Jayapura. Penentuan intervensi program kegiatan di 5 daerah tertinggal terintegrasi tersebut menggunakan konsep gabungan antara development from above dan development from below.

Konsep development from above merupakan konsep yang berbasis pada

akselerasi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dasar dari adanya konsep ini dikarenakan adanya perkembangan wilayah yang tidak terjadi di seluruh bagian

yang ada. Hal tersebut menjadikan perencanaan program akan difokuskan

kepada wilayah yang memiliki sektor dinamis sehingga diharapkan dapat menjalar ke sektor / wilayah lainnnya. Dengan kata lain, pemilihan wilayah intervensi akan melihat kepada lokasi yang memiliki pusat pertumbuhan baru.

Adapun konsep development from below merupakan konsep yang berbasis

pada pemerataan, utamanya kebutuhan pokok masyarakat di suatu wilayah. Konsep ini diwujudkan dengan kegiatan pembangunan yang difokuskan kepada wilayah yang paling memerlukan pengembangan (dalam hal ini berupa desa-desa tertinggal). Program pembangunan yang difokuskan di desa-desa tertinggal dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar/standar pelayanan minimum di wilayah tersebut. Sehingga gabungan antara konsep development from above dan development from below diwujudkan dengan intervensi program kegiatan yang dilakukan secara terfokus pada kawasan tertentu

(19)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 14

(bukan tersebar di seluruh wilayah) yang memiliki sektor dinamis berupa potensi kawasan agar memberikan hasil yang signifikan dan memberikan spillover effect kepada wilayah sekitar khususnya desa-desa tertinggal. Dengan adanya integrasi program kegiatan di utamanya di 5 daerah tertinggal terintegrasi maka diharapkan dapat mengentaskan desa tertinggal menjadi desa mandiri atau berkembang.

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah 2017, Prioritas Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal akan berfokus kepada empat kegiatan prioritas. Apabila diurutkan maka kegiatan prioritas paling utama ialah kegiatan pemenuhan pelayanan dasar publik, lalu peningkatan aksesibilitas/ konektifitas di daerah, pengembangan ekonomi lokal, serta yang terakhir terkait peningkatan kapasitas SDM maupun IPTEK. Maksud dari penentuan urutan program prioritas nasional ialah sebagai dasar dalam penentuan proporsi perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Disebabkan karena adanya keterbatasan anggaran, maka intervensi kegiatan terhadap lokus lokasi harus harus ditangani secara bertahap agar memiliki dampak lebih signifikan. Hal tersebut juga selaras dengan prinsip penganggaran presiden terkait

penyusunan RKP 2017 yaitu money follow program, yang berarti anggaran

negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan berorientasi pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Gambar 2. Program Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017

Kegiatan pemenuhan pelayanan dasar publik di prioritas nasional daerah tertinggal menjadi urutan program prioritas yang pertama disebabkan karena pelayanan dasar publik merupakan kebutuhan yang paling utama untuk

(20)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 15

menunjang kehidupan masyarakat di suatu wilayah. Seperti yang diketahui bahwa pada daerah tertinggal hampir sebagian besar masyarakatnya masih mengalami kesulitan dalam mengakses layanan dasar baik itu berupa listrik, air bersih dan sanitasi, sarpras pendidikan, sarpras kesehatan, serta permukiman yang layak huni. Dengan menempatkan kegiatan pemenuhan layanan dasar publik sebagai program prioritas utama maka diharapkan dapat mengurangi ketimpangan antar wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tertinggal.

Program prioritas kedua dalam prioritas nasional pembangunan daerah tertinggal adalah peningkatan aksesibilitas/konektifitas. Program ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan jalan & jembatan, pembangunan dermaga, pengadaan moda transportasi darat, udara, laut dan ASDP serta pelayanan angkutan keperintisan maupun penyediaan akses telekomunikasi. Peningkatan aksesibilitas maupun konektifitas juga mutlak diperlukan bagi setiap daerah tertinggal karena dengan adanya aksesibilitas maupun konektifitas yang terbangun akan membuka keterisolasian masyarakat serta menghubungkan antar wilayah satu dengan wilayah lainnya.

Program prioritas ketiga berupa pengembangan ekonomi lokal dalam bentuk kegiatan yang berbasis pada penyediaan bahan baku & sarana prasarana produksi, peningkatan kapasitas nelayan/petani/pelaku usaha mikro

& ekonomi kreatif, pengolahan pasca panen & home industry, pemberian

bantuan permodalan & pemberian fasilitas kredit usaha ekonomi produktif/UMKM, pemberian bantuan dalam hal promosi dan pemasaran serta pemberian kemudahan dalam hal perijinan usaha maupun penguatan kelembagaan usaha. Program pengembangan ekonomi lokal diarahkan kepada masyarakat agar mampu mengolah sumberdaya yang ada di lingkungannya dengan melihat potensi yang ada, sehingga mampu menumbuhkan kegiatan perekonomian yang berasal dari potensi masyarakat itu sendiri.

Program prioritas keempat berupa peningkatan SDM dan IPTEK yang diwujudkan dalam bentuk penyediaan tunjangan tenaga pendidikan maupun kesehatan. Penyediaan tunjangan bagi tenaga pendidikan maupun kesehatan dimasukkan dalam program prioritas dikarenakan di daerah tertinggal segala fasilitas penunjang untuk pelayanan tenaga kependidikan maupun kesehatan masih sangat terbatas. Selain itu juga dari segi aksesibilitas maupun kondisi geografis di daerah tertinggal yang sebagian besar masih sulit untuk dijangkau sehingga dari adanya pemberian tunjangan diharapkan akan mengurangi beban dalam menjalankan tugas serta mampu mendorong minat bagi para tenaga pendidikan maupun kesehatan untuk terjun ke daerah tertinggal. Dalam proses perencanaan kegiatan yang dilakukan pada keempat program prioritas tersebut tidak akan lepas dari proses koordinasi sehingga ada keterkaitan antara

(21)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 16

program yang satu dengan program lainnya demi mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal di seluruh Indonesia.

3.1.3. Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Mendukung Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2017

a)Pembahasan Bilateral Meeting

Bilateral Meeting merupakan salah satu rangkaian dari penyusunan RKP dengan fokus kegiatan berupa finalisasi hasil pembahasan Program dan Kegiatan Prioritas serta dukungan Program dan Kegiatan K/L yang telah dibahas dalam Multilateral Meeting yang telah dilaksanakan sebelumnya. Selain itu, dalam forum bilateral meeting juga dilakukan konfirmasi dan verifikasi dari Koordinator Prioritas Nasional terhadap usulan daerah kepada Program dan Kegiatan K/L dengan melihat aplikasi Sistem Indormasi Multilateral (SIMU) yang ada. Sedangkan output dari bilateral meeting berupa hasil penelaahan pagu untuk Program dan dan Kegiatan K/L yang mendukung dalam Rancangan Akhir RKP 2017, serta Konfirmasi dan verifikasi hasil persandingan usulan Pemerintah Daerah oleh Bappenas maupun K/L terkait sehingga dapat menjadi masukan dalam forum Musrenbangnas dalam bentuk usulan daerah yang telah dikonfirmasi dan diverifikasi dalam pelaksanaan multilateral meeting tahap II dan bilateral meeting tahap II. Dari hasil Musrenbangnas akan muncul kesepakatan antara rencana Pemerintah Pusat (K/L) dan usulan prioritas program dan kegiatan dari daerah sebagaia masukan Rancangan Akhir RKP 2017.

Tabel 2. Hasil Bilateral Meeting Program Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP 2017

HASIL BILATERAL MEETING

Program Prioritas belu m diver ifika si % diset ujui denga n catata n % diset ujui sepen uhny a % ditolak % Gra nd Tot al % Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik 10 1% 90 70. 3% 54 66.7 % 84 57.5 % 238 17.8 % Pengembangan Ekonomi Lokal 138 14% 34 6% 26. 22 27.2% 19 13.0% 213 15.9% Peningkatan Aksesibilitas/Konektivitas 836 85% 2 1.6% 2 2.5% 37 25.3% 877 65.5%

(22)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 17

Peningkatan SDM dan

Iptek 0% 2 1.6% 3 3.7% 6 4.1% 11 0.8%

Grand Total 984 100% 128 100% 81 100% 146 100% 1339 100%

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil BM jumlah usulan sama seperti pada trilateral meeting yaitu 1339 usulan kegiatan yang berasal dari empat program prioritas di daerah tertinggal. Namun, dari hasil tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar usulan masih belum diverifikasi oleh K/L terkait dikarenakan adanya keterbatasan waktu. Sedikitnya hasil bilateral meeting dengan status disetujui secara sepenuhnya maupun disetujui dengan catatan menandakan bahwa pembahasan program prioritas pada bilateral meeting telah mengerucut kepada kegiatan yang bersifat prioritas.

b)Musrenbangnas

Penetapan status pembahasan yang keluar di hasil Musrenbangnas berasal dari beberapa kriteria penetapan prioritas pembahasan usulan daerah yang telah dibahas sebelumnya pada forum trilateral meeting maupun multilateral meeting. Musyawarah Perencananaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) merupakan forum yang dilakukan dalam rangka penyepakatan program, kegiatan, lokasi, target dan anggaran untuk mencapai sasaran 3 dimensi pembangunan, 24 prioritas nasional. Musrenbangnas dilakukan antara Kementerian PPN/Bappenas, K/L dan Pemprov dalam bentuk Multilateral dan menghasilkan kesepakatan dalam bentuk berita acara kesepakatan.

Pada prioritas nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, terdapat total 4.737 usulan yang berasal dari daerah di seluruh Indonesia. Usulan tersebut belum terfilter terkait daerah mana yang termasuk ke dalam daerah tertinggal atau bukan, termasuk ke dalam prioritas daerah tertinggal atau bukan.

Tabel 3. Rekap Kesepakatan Musrenbangnas Prioritas Nasional Daerah Tertinggal Program Prioritas Disetuju i dengan anggara n K/L Belum ada kesepakata n Ditola k tidak dibaha s Jumla h Usula n Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik 67 66 30 496 659

(23)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 18

Pengembangan Ekonomi Lokal 95 44 64 415 618 Peningkatan Aksesibilitas/Konektivit as 139 121 203 2.886 3.349 Peningkatan SDM dan Iptek 21 12 15 63 111 Jumlah Usulan 322 243 312 3.860 4.737

Tabel rekap kesepakatan musrenbangnas menunjukkan jumlah usulan yang ada di PN daerah tertinggal. Usulan paling banyak sesuai dengan tabel tersebut terdapat pada program prioritas peningkatan aksesibilitas dengan jumlah usulan sebanyak 3349 usulan. Melihat dari status kesepakatan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa usulan paling banyak ialah dengan status tidak dibahas yakni sebanyak 3860 usulan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dari tiap sesi pertemuan yang ada.

Tabel 4. Jumlah Usulan per Wilayah Pulau

Menurut jumlah usulan yang ada di tiap pulau, maka dapat dilihat bahwa usulan paling banyak terdapat pada Kawasan Timur Indonesia yaitu pulau Sulawesi dengan total 1254 usulan. Adapun usulan dari kawasan Timur Indonesia lain seperti Maluku sudah cukup banyak walaupun masih dibawah rata-rata usulan yang ada. Sedangkan yang menjadi perhatian adalah wilayah Pulau Papua yang relatif luas dan memiliki daerah tertinggal paling banyak

(24)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 19

hanya mengajukan usulan dengan jumlah 219 usulan. Perlu adanya perhatian yang berlebih terhadap mekanisme usulan yang sudah berjalan karena keterbatasan akses sarana prasarana komunikasi di daerah tertinggal yang menghambat akses ke pemerintah pusat sehingga proses pengusulan menjadi tidak terakomodir.

Tabel 5. Program/Kegiatan yang Disetujui Kementerian/Lembaga

Melihat dari jumlah K/L yang paling banyak menyetujui terhadap usulan kegiatan pada prioritas nasional pembangunan daerah tertinggal, akan tampak bahwa Kementerian Desa PDTT dalam hal ini Dirjen PDT dan PDTu memiliki fungsi yang krusial sebagai koordinator dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal di seluruh Indonesia.

Tabel 6. Rekap Usulan Di Prioritas Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal Menurut Kementerian Lembaga

Berdasarkan rekap usulan di Prioritas Nasional pembangunan daerah tertinggal menurut Kementerian Lembaga yang menangani, maka dapat dilihat bahwa usulan terbanyak dalam pembangunan daerah tertinggal adalah kepada Kementerian PUPR yaitu sebanyak 1795 atau 37,9%, Kementerian Desa PDTT sebanyak 1.399 atau 28,3% dan Kementerian Perhubungan sebanyak 563 usulan atau 11,9%. Melihat usulan terbesar ditujukan kepada Kementerian PUPR, Kementerian Desa PDTT dan Kemenhub mengindikasikan bahwa konsentrasi dari Pemerintah daerah Tertinggal pada aspek peningkatan aksesibilitas daerah, tertutama pada bidang transportasi.

(25)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 20

c) Pembahasan Trilateral Meeting

Trilateral meeting merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan penyusunan RKP 2017. Tujuan pelaksanaan TM yaitu melakukan pembahasan mencakup detail dari rencana kerja program dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan oleh K/L meliputi sasaran, target, anggaran beserta lokasinya yang dilakukan antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan K/L terkait. Adapun pada prioritas nasional Daerah Tertinggal, maka TM dilakukan dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Dasar Pelaksanaan dari dilaksanakannya Trilateral Meeting yaitu pada PP 90 Tahun 2010 terdapat pada Pasal 8 ayat 7 yang berbunyi “dalam proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara

Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian

Keuangan”.

Gambar 2. Skema Prioritas Pembahasan Program Kegiatan

Fokus TM ialah pembahasan Program dan Kegiatan Prioritas, pembahasan tentang kebijakan pengelolaan belanja negara serta pembahasan terkait program non prioritas yang ada di Kementerian Desa PDTT. Sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan mengacu pada arahan presiden agar perencanaan program kegiatan dilakukan secara holistik integratif, tematik, dan spasial,

maka peran Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal ialah sebagai

fungsi koordinator dan regulator dalam menjalankan program kegiatan. Adapun fungsi eksekutor dilaksanakan dalam kerangka percontohan dengan tetap melalui koordinasi antara Kemendesa PDTT dengan K/L terkait dalam rangka percepatan pencapaian sasaran nasional terentaskannya 5.000 desa tertinggal dan 2.000 desa menjadi mandiri dan pengentasan 80 daerah tertinggal dalam

2015 - 2019.

Hasil kesepakatan pada forum TM menunjukkan bahwa Kebutuhan tambahan mendesak untuk Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan

(26)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 21

Pembangunan Daerah Tertentu difokuskan untuk mengakomodir usulan daerah

dalam musrenbangnas pada 54 kabupaten tertinggal prioritas tahun 2017

yang belum dapat diakomodir dalam RKP 2017 akibat keterbatasan pagu

anggaran, serta mengakomodir usulan daerah dalam Musrenbangnas di luar

54 kabupaten tertingal yang menjadi Stock Program Prioritas pemenuhan

kebutuhan tambahan mendesak sesuai dengan urutan program dan kegiatan prioritas yang ada. Urutan program kegiatan prioritas tersebut seperti terdapat pada tabel 2 berikut:

Tabel 7. Urutan Program Kegiatan Prioritas

K EGI ATAN BOBOT

P R I OR I TAS I ND I K ATOR

UR UTAN P R I OR I TAS

panjang jalan strategis daerah yang ditingkatkan di daerah tertinggal P1

Jumlah Rumah Tangga yang mendapat bantuan sarana air bersih di daerah tertinggal P2

Jumlah PLTS yang dibangun di daerah tertinggal P3

Jumlah pasar kecamatan yang dibangun di daerah tertinggal P4

Jumlah pelabuhan rakyat yang dibangun di Daerah Tertinggal P5

jumlah jembatan penyeberangan yang dibangun di daerah tertinggal P6

jumlah kapal penumpang di daerah Tertinggal P7

pengadaan radio komunikasi terpadu di daerah tertinggal P8

Jumlah asrama siswa dan guru yang dibangun di daerah tertinggal P1

Jumlah puskesmas pembantu/RS kelas D Pratama yang menerima alat kesehatan di Daerah Tertinggal P2

Jumlah ruang kelas SMP yang dibangun di daerah tertinggal P3

Jumlah tenaga terampil yang dilatih dan tenaga kerja yang ditempatkan pada industri-industri dan usaha mandiri P4

Jumlah Bantuan Pengembangan Peternakan Modern P1

Jumlah pembangunan kebun buah P2

Jumlah pengadaan kapal pariwisata P3

Jumlah lokasi terumbu karang yang direhabilitasi dalam mendukung desa wisata bahari P4

Jumlah unit UMKM/koperasi di daerah tertinggal yang mendapat bantuan untuk komoditas kopi/jagung/kakao P1

jenis komoditas unggulan yang dipasarkan melalui e-commerce/outlet P2

jumlah unit UMKM yang diberi bantuan peralatan pengolahan pasca panen P3

jumlah unit UMKM yang diberi bantuan sarpras produksi P4

Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah tertinggal

15% Pengembangan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di Daerah Tertinggal

20% Pengembangan

Sumber Daya Manusia di Daerah Tertinggal 25% Peningkatan Sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal 40% D it j en P D T

K EGI ATAN BOBOT

P R I OR I TAS I ND I K ATOR

UR UTAN P R I OR I TAS

Pembangunan Kapal Barang 30 GT P1

Pembangunan Kapal Penumpang Kapasitas 50 Orang P2

jumlah pelabuhan rakyat yang dibangun di Pulau Kecil dan Terluar P3

Jumlah tambatan perahu yang dibangun P4

Jumlah sarana air bersih yang dibangun di pulau kecil terluar di daerah tertinggal P5

Jumlah pembangunan PLTS komunal di pulau kecil dan terluar di daerah tertinggal P6

Jumlah PLTS komunal yang dibangun di daerah perbatasan P1

panjang jalan penghubung yang ditingkatkan di perbatasan daerah tertinggal P2

panjang jalan penghubung yang ditingkatkan di daerah tertinggal perbatasan P3

Jumlah sarana air bersih yang dibangun di daerah perbatasan P4

jumlah embung irigasi dan sumur bor yang dibangun di daerah rawan pangan P1

jumlah kabupaten rawan pangan yang mendapat bantuan input produksi pertanian P2

Jumlah gudang pangan lokal yang dibangun di daerah rawan pangan P3

Jumlah Kabupaten yang melakukan internalisasi conflict sensitive planning and budgeting P1 internalisasi kurikulum bina damai dalam lembaga pendidikan formal dan non formal P2

Penyusunan indeks ketahanan daerah konflik di daerah tertinggal P3

Ditjen PDTu

Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar 40% Pengembangan Daerah Perbatasan 30% Penanganan Daerah Rawan Pangan 20% Penanganan Daerah Pasca Konflik 10%

Pembagian menu dan lokasi dalam Stock Program menjadi acuan bagi

(27)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 22

tambahan kegiatan, yang bertujuan untuk menjaga konsistensi capaian target pembangunan. Adapun apabila terjadi perubahan lokasi dari kesepakatan hasil Musrenbangnas maka perubahan tersebut harus disertai dengan penjelasan teknis dari Bappeda Kabupaten selaku daerah yang melaksanakan kegiatan dengan mengetahui Bappeda Provinsi. Dalam hal kebijakan belanja operasional bagi Kementerian Desa PDTT maka perlu memperhatikan hal-hal seperti kebutuhan belanja operasional yang agar diprioritaskan dan diperhitungkan secara cermat dan tepat untuk masing-masing Unit Organisasi lingkup Kemendes PDTT serta terkait alokasi belanja barang operasional agar tetap memperhatikan efisiensi belanja perjalanan dinas. Hal yang paling penting dari prinsip pengalokasian anggaran ialah dimana anggaran yang tersedia dalam Pagu Indikatif TA 2017 harus sudah menampung Prioritas Nasional, Program Prioritas maupun Kegiatan Prioritas yang sudah tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun Anggaran 2017.

Salah satu hal yang penting dan dibahas dalam kegiatan TM ialah perlu adanya peningkatan fungsi koordinasi maupun integrasi program kegiatan yang ada di lingkungan Kementerian Desa PDTT, sehingga mampu mengatasi debottlenecking permasalahan yang ada di daerah tertinggal sesuai kriteria dan sub kriteria ketertinggalan. Koordinasi kegiatan dilakukan antara pemerintah daerah dengan pemerintah Pusat, adapun Integrasi kegiatan dilakukan baik itu antar K/L maupun antar Ditjen di dalam Kemendesa PDTT dengan kegiatan yang tertuang dalam APBN serta APBD dengan tetap menjaga keberlanjutan bantuan program kegiatan. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah juga mutlak diperlukan agar setiap kegiatan yang diusulkan baik itu melalui mekanisme DAK, musrenbangnas, Rencana Aksi Daerah maupun mekanisme usulan daerah lainnya sehingga dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan di masyarakat.

Stranas dan RAN yang menjadi acuan bagi Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal sesuai dengan PP nomor 78 tahun 2014 diharapkan dapat selesai sehingga dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengkoordinasikan seluruh K/L dan Daerah, serta menjadi pedoman bagi penyusunan Renja K/L di tingkat pusat. Penyelesaian Stranas dipandang sangat krusial mengingat sampai saat tahun kedua berjalan stranas belum selesai. RAN merupakan penjabaran dari Stranas yang disusun pada T-2 sampai saat ini tidak dapat diwujudkan dikarenakan Stranas yang belum selesai. Sampai dengan akhir tahun 2016 Stranas masih dalam wujud draft dan RAN yang seharusnya sudah disusun untuk tahun 2018 belum juga dibahas.

Total usulan menurut program prioritas pada prioritas nasional pembangunan daerah tertinggal sebanyak 1339 usulan. Dari kempat program prioritas, usulan paling banyak terdapat pada peningkatan aksesibilitas /

(28)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 23

konektifitas dengan total 877 usulan atau 65% dari total usulan yang ada. Berdasarkan status terhadap verifikasi program prioritas yang telah dilakukan

pada Trilateral Meeting, maka sebagian besar program prioritas masih belum

diverifikasi, dikarenakan keterbatasan waktu yang ada.

3.1.4. Penelaahan RKA K/L Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi

Pembahasan RKA K/L dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal dituangkan dalam catatan penelaahan yang berasal dari Ditjen PDT serta ditjen PDTu Kemendesa PDTT. Secara umum pembahasan RKA K/L berisikan tentang penyesuaian volume target pada program kegiatan yang

mengacu pada money follow program priority dalam RKP 2017 dengan tetap

memperhatikan skala prioritas kegiatan dan lokasi dalam kesepakatan trilateral meeting. Apabila ada perubahan/penyesuaian volume target dari RKP akan dibahas melalui pertemuan tiga pihak. Selain itu satuan kegiatan dalam RKA K/L harus terukur dengan jelas dan tidak lagi mengunakan satuan „‟Paket”, sehingga output yang dihasilkan akan lebih terukur.

Menyikapi penyesuaian anggaran yang terjadi maka diperlukan peningkatan fungsi koordinasi pada setiap UKE 2 agar memberikan hasil yang lebih optimal. Peningkatan kualitas koordinasi diwujudkan dengan penyusunan peta konsep pengembangan per bidang (tematik) sesuai tupoksi UKE 2 terkait atau berupa kesepakatan dengan stakeholder terkait dalam rangka mengatasi permasalahan ketertinggalan per bidang. Pada program kegiatan pengembangan daerah tertentu agar fokus dilaksanakan untuk mendukung pencapaian pembangunan daerah tertinggal, utamanya di 5 kabupaten tertinggal terintegrasi dan 54 kabupaten tertinggal prioritas yang akan ditangani tahun 2017 yang memiliki karakteristik tertentu. Apabila kebutuhan pada 54 kabupaten tertinggal yang memiliki karakteristik tertentu telah terpenuhi maka dapat mengintervensi daerah lainnya.

Selain secara umum membahas tentang Rencana Kerja Anggaran K/L Kemendesa PDTT, maka dilakukan juga pembahasan secara khusus tentang kegiatan di UKE II. Catatan di ditjen PDT sebagai berikut:

1. Kegiatan Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal agar menghasilkan

output yang berupa rancangan RAD 2019, penetapan RAD 2018, pemantauan RAD 2017, evaluasi RAD 2016 serta yang paling krusial ialah penyelesaian Stranas PPDT 2015-2019. Dalam hal proses perencanaan, penyusunan dokumen perencanaan agar melalui koordinasi dengan direktorat terkait di lingkup Ditjen PDT sehingga menjadi dasar bagi direktorat lain dalam melakukan intervensi kegiatan.

(29)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 24

2. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah tertinggal berupa

penyelesaian konsep PRUKAB yang konkret meliputi rencana aksi secara

hulu-hilir, business process (kebutuhan investasi; target terhadap

peningkatan produksi, pendapatan, serapan tenaga kerja, dll); serta pembagian peran lintas UKE 1 di Kemendes PDTT, lintas K/L dan pemerintah daerah khususnya untuk Kabupaten Lombok Timur dan Sarmi. Kegiatan Prukab dapat dikembangkan dari lokasi Prukab atau lokasi potensial lainnya yang telah ada sehingga tidak berorientasi pada peningkatan produksi melaikan pada hilirisasi komoditas, dengan demikian dapat mendorong peningkatan nilai tambah dan daya beli masyarakat.

3. Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Daerah Tertinggal dalam

bentuk penguatan kapasitas tenaga kerja/pelatihan keterampilan dilakukan untuk mendukung pengembangan Produk Unggulan kabupaten (PRUKAB), sedangkan kegiatan lainnya untuk mendukung pemenuhan pelayanan dasar dasar khususnya di 5 kabupaten tertinggal prioritas. Sesuai dengan diskusi dalam Trilateral Meeting, tidak diperlukan pembangunan fisik seperti saung ketrampilan melainkan lebih baiknya apabila ada pengoptimalan pada balai atau bangunan lainnya yang telah ada. Fungsi koordinasi dengan K/L lain dibutuhkan agar PSDM di daerah tertinggal dapat merata dan memiliki kapasitas maupun skill yang dibutuhkan di masyarakat.

4. Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di

Daerah Tertinggal agar memperhatikan fungsi koordinasi ke berbagai K/L terkait sehingga SDA LH di daerah tertinggal dapat selaras dengan tujuan RKP dan RPJM yang telah dibangun.

5. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal agar

diarahkan untuk mendukung PRUKAB dan memenuhi pelayanan dasar khususnya di 5 kabupaten tertinggal prioritas serta pembangunan PLTS agar diarahkan kepada kabupaten yang memiliki rasio elektrifikasi yang rendah dan tidak mengintervensi kabupaten dengan rasio elektrifikasi yang sudah relatif tinggi (diatas 75%), sehingga pemenuhan sarana prasarana dasar di daerah tertinggal yang mendorong Prukab dapat tercapai dan mendorong pengembangan ekonomi lokal khususnya di daerah tertinggal.

Adapun catatan yang ada pada tiap kegiatan di Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu berupa:

1. Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan agar mengarahkan kepada

daerah yang memiliki tingkat kerawanan pangan 1 – 2 serta fokus penanganan daerah rawan pangan pada peningkatan ketahanan pangan lokal. Tingkat kerawanan pangan yang tinggi agar diintervensi lebih dahulu sehingga ketahanan pangan di daerah tertinggal dapat diwujudkan.

(30)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 25

2. Kegiatan Pengembangan Daerah Perbatasan agar difokuskan pada efisiensi

pendanaan sehingga disarankan agar rapat koordinasi dilakukan di pusat. Selain itu terdapat perubahan lokasi intervensi sesuai dengan skala prioritasnya, misal: bantuan peningkatan elektrifikasi dan air bersih dilakukan pada kabupaten yang memiliki rasio elektrifikasi dan ketersediaan air bersih yang masih rendah; kegiatan unggulan pengembangan investasi di perbatasan bukan berupa pengadaan benih dan saprotan, melainkan pada forum atau rapat koordinasi yang menghasilkan kesepakatan kerjasama investasi atau kemitraan di daerah perbatasan, khususnya untuk mendukung

pengembangan aquaculture maupun agriculture estate di kawasan

perbatasan.

3. Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana agar fokus pada penguatan

kapasitas masyarakat/aparatur pemerintah dalam menghadapi bencana. Selain itu kegiatan dalam bentuk fisik harus melalui kesepakatan bersama antara Kemendes (c.q Dit. Penanganan Daerah Rawan Bencana) dengan BNPB selaku koordinator terkait dengan penanganan bencana di Indonesia agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.

4. Kegiatan Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar yang memiliki

program unggulan Aquaculture estate diharapkan dapat fokus pada hilirisasi

komoditas, sehingga dapat mendorong peningkatan nilai tambah dan daya beli masyarakat. Direktorat. Pengembangan PKT selaku koordinator dalam

kegiatan aquaculture estate perlu membuat rencana pengembangan

aquaculture estate sebagai guidance seluruh pihak yang akan berkontribusi dalam pengembangan aquaculture estate.

5. Kegiatan Penanganan Daerah Pasca Konflik agar fokus pada kegiatan yang

diarahkan untuk penguatan kapasitas aparatur dan masyarakat dalam menghadapi isu sensitif konflik. Selain itu juga diperlukan pengumpulan data dan informasi terkait dengan kebutuhan dalam penanganan konflik yang terjadi.

Program kegiatan yang dijalankan baik itu oleh Dirjen PDT maupun PDTu diharapkan agar fokus dilaksanakan demi mendukung pencapaian pembangunan daerah tertinggal yang utamanya dilaksanakan di 5 kabupaten tertinggal terintegrasi dan 54 kabupaten tertinggal prioritas yang akan ditangani tahun 2017. Apabila kebutuhan pada 54 kabupaten tertinggal prioritas 2017 telah terpenuhi maka program kegiatan dapat diintervensikan ke daerah tertinggal lainnya demi mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal.

(31)

Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal,

Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana 26

3.2. Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun

2017 dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan

3.2.1. Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Perbatasan

dalam RKP Tahun 2017

Paradigma pembangunan kawasan perbatasan mengalami perubahan

dari inward looking menjadi outward looking, yaitu dengan melihat perspektif

lebih luas terhadap negara tetangga dan tetap memberdayakan potensi dalam negeri, dari halaman belakang menjadi halaman depan yaitu dengan menjadikan masyarakat mampu berdiri sama tinggi atau lebih maju dalam beraktivitas dengan masyarakat negara tetangga, serta dari pendekatan yang tidak hanya berorietasi keamanan akan tetapi juga berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan.

RKP Tahun 2017 menggunakan pendekatan holistik-tematik, integratif, dan spasial dalam meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan. Untuk itu, pendekatan pembangunan holistik-tematik, integratif, dan spasial yang digunakan dalam pembangunan kawasan perbatasan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1)Holistik – Tematik, yaitu untuk mencapai sasaran prioritas nasional sasaran

Isolasi Lokpri/kabupaten perbatasan negara, perlu koordinasi multi kementerian, yaitu antara lain Settap BNPP, Kemen ATR, dan Kemen KLH, Kementan PUPR, Kemenhub, Kominfo, Kemen ESDM, Pemerintah Daerah, dan lain-lain.

2)Integratif, yaitu pencapaian sasaran mengatasi isolasi Lokpri/kabupaten perlu

dilakukan secara terintegrasi melalui peningkatan jalan (strategis nasional, paralel, non status/strategis daerah); transportasi laut/udara, pengadaan ketenagalistrikan dan EBT; kuota BBM, pengadaan akses informasi dan telekomunikasi, dan seterusnya (kombinasi berbagai program/kegiatan).

3)Spasial, yaitu dalam pembangunan akses pembuka isolasi, harus

mempertimbangkan karakteristik lokasi lokpri/kabupaten perbatasan, misal kepulauan atau daratan, jika daratan kebutuhan dominan adalah jalan yang fungsional hingga membuka desa; sedangkan jika kepulauan maka kebutuhan akses adalah transportasi laut dan/atau udara. Pembangunan Pusat Pertumbuhan/PKSN Perbatasan, harus mempertimbangkan lokasi

PKSN, berdekatan dengan PLBN, terintegrasi dengan

jalan/bandara/pelabuhan, gudang, pasar, kawasan industri pengolahan, dan lain-lain.

Dalam menyusun rencana RKP pembangunan kawasan perbatasan, isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian yaitu: (1) Keterisolasian kawasan perbatasan negara merupakan isu utama perbatasan, karena keterbatasan

Gambar

Tabel 1. Target Pengentasan Daerah Tertinggal
Gambar 1. Peta Persebaran Kabupaten Tertinggal
Gambar 2. Program Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP  Tahun 2017
Tabel 2. Hasil Bilateral Meeting Program Prioritas Pembangunan Daerah  Tertinggal dalam RKP 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: 1) Sebagian besar keluarga yang membawa anggota keluarga berkunjung berobat memiliki beban keluarga sebanyak 47 orang (58,8%). 2) Sebagian besar keluarga

Perlu dipertimbangkan bahwa dalam setiap pengelompokan elemen kerja dalam satu stasiun kerja, tidak boleh dilupakan umtan dalam pembuatan televisi seperti pada stasiun kerja aktual

HADIS TENTANG PERINTAH NABI UNTUK MENGUNCI PINTU DAN MENJAGA ANAK YANG MASIH KECIL KETIKA. MEMASUKI WAKTU MAGRIB DALAM SOHIH AL- BUKHARI NO

Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan berjalan kedalam tuba ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang mengganggu fungsi normal

Fluktuasi harga saham yang terjadi disekitar hari pengumuman penerbitan obligasi memberikan peluang bagi investor untuk dapat memperoleh return baik dibawah atau diatas return

Demikian halnya dengan dealer sepeda motor Yamaha Fortuna Jaya Motor juga membutuhkan sebuah sistem yang dapat membantu bagian penjualan dalam memberikan alternatif pilihan sepeda

PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT Pemberlakuan sasi laut dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut pada dasarnya bertujuan untuk menjaga agar kelestarian sumber daya laut

Nilai Original Sample adalah positif yaitu 0.186 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara Karakteristik pekerjaan dengan Intensi