• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

III-1 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB III

KERANGKA PENGEMBANGAN

SANITASI

3.1.

Visi dan Misi Sanitasi

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005 – 2025 bahwa “ Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan”.

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan Kota Yogyakarta tersebut ditempuh melalui 9 (sembilan) misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mempertahankan predikat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan,

2. Memepertahankan predikat Kota Yogyakarta ebagai Kota Pariwisata, Kota Budaya dan Kota Perjuangan,

3. Mewujudkan daya saing Kota Yogyakarta yang unggul dalam pelayanan jasa, 4. Mewujudkan Kota Yogyakarta yang nyaman dan ramah lingkungan,

5. Mewujudkan masyarakat Kota Yogyakarta yang bermoral, beretika, beradab dan berbudaya,

6. Mewujudkan Kota Yogyakarta yang good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), clean government (pemerintahan yang bersih), berkeadilan, demokratis dan berlandaskan hukum,

7. Mewujudkan Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan damai, 8. Mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas, 9. Mewujudkan Kota Yogyakarta Sehat.

Usaha percepatan untuk mewujudkan pencapaian pembangunan sesuai RPJM Nasional maka Pemerintah Kota Yogyakata juga menetapkan visi yang tertuang dalam dokumen Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Yogyakarta Tahun 2012 -2016 yaitu:

“Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata berbasis Budaya dan Pelayanan Jasa, yang berwawasan lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan”.

(2)

III-2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Dalam mewujudkan visi pembangunan Kota Yogyakarta tahun 2012-2016 tersebut ditempuh melalui misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, 2. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas,

3. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Segoro Amarto, 4. Mewujudkan daya saing daerah yang kuat.

Tabel 3. 1. Visi dan Misi Sanitasi Kota Yogyakarta

Visi Kota Yogyakarta

Misi Kota Yogyakarta

Visi Sanitasi Kota Yogyakarta

Misi Sanitasi Kota Yogyakarta

Misi Air Limbah

Domestik: Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan 1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih,

Terwujudnya Sanitasi yang memadai, sehat dan berwawasan Lingkungan bagi masyarakat Kota Yogyakarta menuju universal access 2019 1. Mewujudkan sistem pengelolaan air limbah

yang berkelanjutan 2.Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas, 2. Meningkatkan kualitas layanan air limbah domestik 3.Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Segoro Amarto, 3.Mengembangkan cakupan pelayanan air limbah domestik 4.Mewujudkan daya saing daerah yang kuat. 4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik

(3)

III-3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Misi Persampahan:

1. Mewujudkan sistem penge-lolaan sampah yang handal untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah. 2.Meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengelolan persampahan berbasis masyarakat 3.meningkatkan peran aktif dunia usaha/swasta sebagai mitra dalam pengelolaan sampah

Misi Drainase Perkotaan:

Pengelolaan drainase yang berkualitas, memadai dan

berwawasan lingkungan

Kondisi lingkungan Kota Yogyakarta yang bersih dan sehat akan sangat mendukung identitas Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, pariwisata dan budaya.untuk mewujudkan kondisi tersebut maka disusunlah visi sanitasi Kota Yogyakarta yang merupakan merupakan penjabaran dari visi Kota Yogyakarta dalam dokumen RPJP dan RPJMD. Visi sanitasi ini disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi berdasarkan kesepakatan antar SKPD yang terkait yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pemukiman Prasarana Wilayah (Kimpraswil), Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Dalam rangka melaksanakan visi tersebut disusunlah 3 misi sanitasi Kota Yogyakarta berdasarkan bidang sanitasinya. Misi tersebut meliputi bidang: limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan. Garis besar untuk masing-masing misi sanitasi adalah sebagai berikut: garis besar misi sanitasi bidang limbah domestik Kota Yogyakarta adalah meningkatan pengelolaan dan optimalisasi pelayanan limbah domestik, untuk bidang persampahan yaitu meningkatan pelayanan bidang persampahan, meningkatkan peran aktif masyarakat dan sektor swasta, serta sosialisasi pemilahan sampah. Pengurangan titik-titik genangan dan pemeliharaan saluran drainase merupakan garis besar misi sanitasi drainase.

(4)

III-4 Kerangka Pengembangan Sanitasi

3.2.

Pentahapan Pengembangan Sanitasi

Pengembangan pengelolaan sanitasi di Kota Yogyakarta dilakukan melalui beberapa tahapan. Pentahapan ini dilakukan untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada. Pentahapan yang dilakukan dalam pengembangan sanitasi ada 3 (tiga) yaitu jangka pendek (1-2 tahun), menengah (5 tahun) dan panjang (10-15 tahun) maupun kombinasi antara 2 tahapan. Penentuan tahapan pengembangan sanitasi Kota Yogyakarta berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertimbangan – pertimbangan tersebut antara lain yaitu kepadatan penduduk terkait Central Bussiness District (CBD), area beresiko sanitasi, zonasi, dan topografi. Dari hasil studi EHRA, Kelurahan dengan area beresiko tinggi akan mendapatkan prioritas dalam pembangunan sanitasinya.

Kelurahan dengan kepadatan penduduk yang besar, terutama di daerah pusat bisnis dan pusat pelayanan atau CBD membutuhkan penangan yang lebih cepat dibanding kelurahan dengan kepadatan rendah. Pertimbangan berikutnya dalam menentukan pentahapan adalah kondisi fisik lingkungan terkait topografi,yaitu relief (kemiringan lereng) dan kondisi tanah. Sebagai contoh: kondisi tanah dengan relief terjal tidak dimungkinkan untuk dilakukan pembangunan saluran off-site maupun sanitasi on-site individual. Pertimbangan terhadap faktor fisik penting untuk dilakukan agar pembangunan sarana sanitasi pemanfaatannya dapat optimal dalam jangka panjang.

Pertimbangan terakhir yang tidak kalah penting adalah kesesuaian dengan rencana RTRW Kota dan RPJMD yang telah disusun.

Indikator yang digunakan dalam tahapan cakupan pelayanan dalam dokumen Strategi Sanitasi ini adalah prosentase penduduk terlayani. Diharapkan dalam jangka panjang, semua penduduk akan dapat terlayani oleh program dan kegiatan sanitasi yang dirumuskan dalam dokumen ini.

3.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi

Tahapan pengembangan sanitasi sistem dan zona sanitasi berdasarkan dari hasil analisis studi EHRA yaitu meliputi masalah limbah domestik, persampahan, dan drainase.

1. Tahapan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Dari hasil studi EHRA pengelolaan air limbah domestik dibagi ke dalam empat 4 tingkat resiko, yaitu resiko 1 yang di dalam peta ditandai dengan warna biru adalah Kelurahan dengan tingkat resiko kurang beresiko, resiko 2 adalah Kelurahan dengan resiko sanitasi rendah yang ditandai dengan warna hijau, resiko 3 adalah Kelurahan dengan resiko sanitasi tinggi dan ditandain dengan warna kuning, dan resiko 4 adalah

(5)

III-5 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Kelurahan dengan resiko sangat beresiko dan ditandai dengan warna merah. Sedangkan untuk zonasi air limbah, di Kota Yogyakarta ini diklasifikasikan dalam dua zona, yaitu zona 3 dengan kategori sistem penanganan masalah air limbah dengan off site kepadatan sedang, dan zona 4 kategori zona dengan penanganan masalah air limbah dengan sistem off site terpusat. Zonasi dan sistem penanganan dari hasil EHRA tersebut disesuiakan dengan dengan program yang sedang dan akan dilaksanakan oleh SKPD terkait, dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.2. dan Gambar 3.1 dan 3.2 berikut.

(6)

III-6 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 3. 2. Zonasi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, Kota Yogyakarta

No

Hasil EHRA Penyesuaian

Justifikasi

Kelurahan Zona Sitem Zona Sitem

1 Kelurahan Gedongkiwo 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

2

Kelurahan

Suryodiningratan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

3 Kelurahan Mantrijeron 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

4 Kelurahan Panembahan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

5 Kelurahan

Brontokusuman 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

6 Kelurahan Giwangan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

7 Kelurahan Sorosutan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

8 Kelurahan Pandeyan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

9 Kelurahan Warungboto 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

10 Kelurahan Tahunan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

11 Kelurahan Muja-muju 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

12 Kelurahan Semaki 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

13 Kelurahan Prenggan 3 off site kepadatan sedang 3 off site kepadatan sedang 14 Kelurahan Purbayan 3 off site kepadatan sedang 3 off site kepadatan sedang 15 Kelurahan Rejowinangun 3 off site kepadatan sedang 3 off site kepadatan sedang

16 Kelurahan Baciro 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

17 Kelurahan Demangan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

18 Kelurahan Klitren 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

19 Kelurahan Kotabaru 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

20 Kelurahan Terban 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

(7)

III-7 Kerangka Pengembangan Sanitasi

22 Kelurahan Ngupasan 3 off site kepadatan sedang 3 off site kepadatan sedang

23 Kelurahan Wirobrajan 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

24 Kelurahan

Cokrodiningratan 3 off site kepadatan sedang 3 off site kepadatan sedang 25 Kelurahan Tegalrejo 3 off site kepadatan sedang 3 off site kepadatan sedang

26 Kelurahan Bener 3 off site kepadatan sedang 4 off site terpusat Ada jaringan IPAL Regional

27 Kelurahan Kricak 3 off site kepadatan sedang 2 IPAL Komunal Topografi tidak memungkinkan ke Sewon (IPAL Regional) 28 Kelurahan Karangwaru 3 off site terpusat 2 IPAL Komunal Topografi tidak memungkinkan ke Sewon (IPAL Regional)

29 Kelurahan Patehan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

30 Kelurahan Kadipaten 4 off site terpusat 4 off site terpusat

31 Kelurahan Keparakan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

32 Kelurahan Wirogunan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

33 Kelurahan Suryatmajan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

34 Kelurahan Tegalpanggung 4 off site terpusat 4 off site terpusat

35 Kelurahan Bausasran 4 off site terpusat 4 off site terpusat

36 Kelurahan Purwokinanti 4 off site terpusat 4 off site terpusat

37 Kelurahan Prawirodirjan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

38 Kelurahan Notoprajan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

39 Kelurahan Ngampilan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

40 Kelurahan Patangpuluhan 4 off site terpusat 4 off site terpusat

41 Kelurahan Pakuncen 4 off site terpusat 4 off site terpusat

42

Kelurahan

Pringgokusuman 4 off site terpusat 4 off site terpusat

43 Kelurahan Sosromenduran 4 off site terpusat 4 off site terpusat

44 Kelurahan Bumijo 4 off site terpusat 4 off site terpusat

(8)

III-8 Kerangka Pengembangan Sanitasi

(9)

III-9 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Gambar 3. 2. Peta Pentahapan Pengembangan Sistem Air Limbah Domestik Kota Yogyakarta Zona 3: Sistem Off site

kepadatan sedang (jangka Pendek)

Zona 2: IPAL Komunal Jangka

Menengah Zona 4: Off Site Terpusat

Jangka Pendek

Zona 4: Off site Terpusat jangka Panjang

Zona 4: Off Site Terpusat Jangka Pendek

Zona 3: Sistem Off site kepadatan sedang (jangka Pendek)

Zona 4: Off Site Terpusat Jangka Pendek

Zona 4: Off site Terpusat jangka Panjang

Zona 3: Sistem Off site kepadatan sedang (jangka Pendek)

Zona 4: Off Site Terpusat Jangka Pendek

Zona 2: IPAL Komunal Jangka Menengah

Zona 4: Off Site Terpusat Jangka Pendek

Zona 4: Off site Terpusat jangka Panjang

Zona 2: IPAL Komunal Jangka Menengah

Zona 4: Off Site Terpusat Jangka Pendek

Zona 3: Sistem Off site kepadatan sedang (jangka Pendek)

Zona 4: Off Site Terpusat Jangka Pendek

Zona 4: Off site Terpusat jangka Panjang

Zona 2: IPAL Komunal Jangka Menengah

Zona 4: Off Site Terpusat Jangka Pendek

(10)

III-10 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 3. 3. Tahapan Pengembangan Air Limbah

No Sistem Cakupan Layanan Existing Cakupan layanan (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

A Buang Air Besar Sembarangan

(BABS) 0.22% 0.15% 0.00% 0.00%

B Sistem Pengolahan Air Limbah

Setempat (On-site System)

1 Cubluk dan sejenisnya 2.09% 1.00% 0.00% 0.00%

2 Tangki Septik 75.88% 75.50% 73.40% 70.65%

C System Komunal

1 MCK/MCK ++ 4.56% 3.00% 2.75% 2.50%

2 IPAL Komunal 1.99% 2.35% 2.85% 2.85%

3 Tangki Septik Komunal 0.63% 1.00% 1.50% 2.00%

D Off Site Sistem

1 Skala Kawasan (regional) 14.63% 17.00% 20.00% 22.00%

Jumlah 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Sumber: Analisa Pokja

Tabel 3.2 menjelaskan tentang tahapan pengembangan air limbah di Kota Yogyakarta. pada system on site ada tiga hal yang menjadi tujan utama yaitu terkait STBM MCK, komunal dan induvidual. Untuk STBM MCK, cakupan layanan eksisting sudah mencapai 4,56% untuk Kota Yogyakarta , sedangkan untuk jamban individual mencapai 75.88%. Target yang ingin dicapai untuk STBM MCK individual (septictank) untuk jangka pendek yaitu 75.50%, pada jangka menengah 73.40%, dan jangka panjang 70.65%. Sedangkan untuk IPAL komunal kondisi eksisting adalah 1,99%. Target yang ingin dicapai untuk jangka pendek adalah 2.35%, jangka menengah 2.85%, dan jangka panjang 2.85 %. Hal ini dipertahankan mengingat ada kelurahan yang kondisinya pada daerah cekungan, sehingga tidak bisa menjangkau ke IPAL Sewon (Regional), namun keterbatasan pada lahan, sehingga sistem IPAL komunal masih dipertahankan.

(11)

III-11 Kerangka Pengembangan Sanitasi

2. Tahapan Pengembangan Pengelolaan Persampahan

Berdasarkan analisis studi EHRA, Kota Yogyakarta dikelompokkan dalam dua zona tahapan pengelolaan sampah berdasarkan prioritas tingkat resiko yaitu: resiko tinggi (skor resiko 3-4; dan resiko rendah dengan skor 1-2). Sedangkan zona berdasarkan kepadatan penduduknya diklasifikasikan dalam 2 zona yaitu CBD (Center Bussines Distric) dan Kelurahan yang kepadatannya lebih dari 100 orang/ha dan tergolong urban. Kelurahan yang tergolong CBD yaitu Kalurahan selain Notoprajan, Ngampilan, sedangkan Kelurahan Notoprajan dan Ngampilan tergolong Kelurahan dengan kepadatan penduduk lebih dari 100 orang/ha dan termasuk klasifikasi Kelurahan Urban.

Berdasarkan analisis menggunakan instrumen zonasi SSK, Kota Yogyakarta dapat dikelompokkan ke dalam 2 zona tahapan pengelolaan persampahan. Zona tersebut tersebut yaitu antara lain: I pelayanan penuh termasuk penyapuan jalan penanganan jangka pendek, layanan penuh penanganan jangka menengah, dan layanan > 70% dengan penanganan jangka menengah. Penentuan zona pentahapan pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan kriteria CBD dan kepadatan penduduk. Semakin padat suatu wilayah baik karena permukiman ataupun karena kegiatan komersial (CBD), maka produksi sampah yang dihasilkan akan semakin besar. Wilayah dengan kepadatan tinggi tersebut membutuhkan prioritas yang lebih cepat dibanding dengan wilayah yang memiliki kepadatan sedang.

Daerah dengan kriteria CBD dan kepadatan penduduk tinggi membutuhkan prioritas yang lebih cepat penanganannya. Sebagian besar Kalurahan di Kota Yogyakarta merupakan zona CBD yaitu kelurahan selain Kalurahan Notoprajan, Ngampilan. Sedangkan Kalurahan yang mempunyai tingkat resiko yang tinggi yaitu Kalurahan Pandeyan, Warungboto, Tahunan, Purbayan, Klitren, Tegalpanggung, dan Pringgokusuman. Selain merupakan Kalurahan yang termasuk dalam Kelurahan dengan timgkat resiko sanitasi yang tinggi, Kelurahan tersebut juga tergolong CBD, sehingga Kalurahan tersebut segera dilakukan penanganan.

Pengelolaan sampah pada zona ini dilakukan dengan sistem tidak langsung. Sistem tidak langsung yang diterapkan yaitu pengangkutan harian dari TPS/Kontainer yang baru oleh petugas diangkut ke tempat pembuangan akhir.

Sistem pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta, sekarang banyak yang sudah melalui pemilahan dan dikelola dengan sistem Bank Sampah, dimana masyarakat melakukan pemilahan sampah ditingkat rumah tangga masing-masing, kemudian membawannya ke Bank Sampah, dan di bank Sampah ini akan di lakukan penimbangan dan pencatatan sesuai dengan jenis sampahnya. Dan di akhir bulan ataupun di akhir tahun, warga yang menyetor sampah akan menerima uang atas sampah yang disetornya. Namun

(12)

III-12 Kerangka Pengembangan Sanitasi

yang dikelola oleh Bank Sampah ini baru terbatas pada sampah kering, sedangkan sampah basah (organik) dibuang ke TPS terdekat.

Pengelolaan sampah di Bank Sampah ini ada yang menerapkan sistem 3R (Reduce, Re use, dan Recycle), namun kebanyakan yang pengelolaanya plangsung dijual ke pengepul sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Pengelolaan dengan sistem 3 R ini membutuhkan sumber daya manusia yang lebih, karena membutuhkan orang yang mempunyai kreativitas dan inovasi yang lebih terhadap sampah, seperti mengolah sampah plastik menjadi barang yang lebih bernilai misalnya dari botol plastik menjadi kerajinan bunga, lampión, kap lampu dll. Tahapan pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta ini disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini, dan zona persampahan disajikan pada Gambar 3.4.

Tabel 3. 4. Tahapan Pengelolaan Persampahan Kota Yogyakarta

No Sistem Cakupan Layanan Existing Cakupan layanan (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

A Prosentase Sampah Yang

Terangkut

1 Penanganan langsung (direct) 28.79% 30.00% 32.50% 32.50% 2 Penanganan tidak langsung

(indirect) 58.02% 60.00% 62.50% 62.50%

B Dikelola Sendiri Oleh

Masyarakat atau belum terlayani 9.69% 6.00% 0.00% 0.00%

C 3 R 3.51% 4.00% 5.00% 5.00%

Jumlah 100.00% 100.00% 100.00% 0.00%

(13)

III-13 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Gambar 3. 3. Peta Zona dan Sistem Persampahan Kota Yogyakarta

ZONA 5; Kepadatan

rendah

Zona 1:

CBD

Zona 2 : Urban (>100 org/ha)

Zona 1: CBD

(14)

III-14 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Gambar 3. 4. Peta Zona Penyesuaian Sistem Persampahan Kota Yogyakarta Zona 2 : Urban (>100 org/ha)

Zona 1: CBD

Zona 1 : CBD Zona 1 : CBD

(15)

III-15 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Gambar 3. 5. Peta Pentahpan Pengelolaan Persampahan Kota Yogyakarta Penanganan Indirrect jangka pendek Penanganan Indirrect jangka pendek 3R Jangka pendek Indirect jangka Menengah 3R jangka Menengah 3R jangka Menengah

(16)

III-16 Kerangka Pengembangan Sanitasi

3. Tahapan Pengelolaan Drainase

Hasil dari analisis yang telah dilakukan melalui instrumen profil sanitasi menghasilkan tahapan pengelolaan zona drainase kedalam satu zona yaitu zona rawan banjir. Sedangkan menurut prioritas area beresiko terdapat dua zona yaitu zona dengan resiko tinggi dan zona dengan resiko rendah. Kalurahan yang memiliki resiko tinggi antara lain Keparakan, Giwangan, Sorosutan, Muja-Muju, Tahunan, Klitren, Suryatmajan, Tegalpanggung, Pringgokusuman, Gowongan, Kricak dan Karangwaru. Untuk penanganannya dapat dilakukan secara bertahap yaitu penanganan jangka pendek, penanganan jangka menengah, dan penanganan jangka panjang.

Dari hasil studi oleh Kimpraswil Kota Yogyakarta dari tahun 2013 di Kota Yogyakarta ini terdapat 50 titik genangan (tahun 2013), selanjutnya dilakukan penanganan melalui tahapan jangka pendek yaitu antara satu sampai dua tahun yang mehasilkan pengurangan genangan sebesar 15 titik, sehingga di tahun 2015 menjadi 35 titik genangan. Penanganan masalah genangan oleh Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta dari tahun 2013 dengan luas genangan 10,082 ha menjadi 8,078 ha pada tahun 2015 artinya berkurang sebesar 20% dan pada tahun 2015. Sisa genangan 8.078 ha penanganannya akan dilakukan pada tahapan jangka menengah yaitu dalam waktu 5 tahun dan jangka panjang.

Kriteria yang digunakan dalam penentuan tahapan pengelolaan drainase hampir sama seperti yang digunakan pada pengelolaan limbah domestik dan persampahan, yaitu kepadatan penduduk dan CBD/tempat publik. Satu kriteria khusus yang digunakan dalam pengelolaan drainase adalah keberadaan genangan air di kelurahan yang bersangkutan. Terdapatnya genangan air menunjukkan indikasi terhambatnya aliran air menuju saluran drainase, baik karena tumpukan sampah, kapasitas saluran yang sudah tidak mencukupi, ataupun dikarenakan adanya kerusakan dalam saluran drainase eksisting. Zona drainase dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan tahapan pengurangan titik genangan disajikan pada Tabel 3.3 berikut.

(17)

III-17 Kerangka Pengembangan Sanitasi

(18)

III-18 Kerangka Pengembangan Sanitasi

(19)

III-19 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Gambar 3. 8. Peta Pentahapan Pengembangan Drainase, Kota Yogyakarta Penanganan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang

Penanganan jangka pendek-menengah Penanganan jangka

Pendek-menengah-panjang

Penanganan Jangka Menengah

Penanganan jangka pendek

Jangka Pendek Penanganan jangka pendek-menengah Penanganan jangka menengah-panjang Penanganan jangka menengah-panjang Penanganan jangka pendek-menengah

Penanganan jangka pendek-menengah-panjang

Penanganan jangka menengah-panjang

Penanganan jangka pendek-menengah

Penanganan jangka pendek Penanganan jangka

pendek, menengah, dan jangka panjang

Penanganan jangka pendek-menengah

(20)

III-20 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 3. 5. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan, Kota Yogyakarta

No. Lokasi Luas Genangan Existing Di Permukiman (ha)

Pengurangan Luas Genangan (Ha)

Keterangan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

1 Jl.Kusumanegara Jl.Cendana, Jl.Soka, Jl.Sukonandi,

Jl.Kapas, dan Jl. Kenari 1.600 0.16

0.480 0.96

2 Jl.Atmosukarto Jl.Krasak, Jl.Zakir, Jl.Trimo, dan

Jl.Dr.Sutomo 1.700 -

0.170 1.53 3 Jl.Menteri Supeno Jl.Batikan, Jl.Veteran, Jl.Sidikan 0.700 0

0.070 0.63

4 Jl.Sorogenen, Kel.Sorosutan 0.120 0.02

0.096 -

5 Jl.WR.Monginsidi, Kel.Karangwaru 0.400 0.08

0.320 -

6 Jl.Kartini, Jl.Sagan kidul dan Jl.Sagan timur, jl.Sagan barat 0.150

0.150 - - 7 Jl.Pakuningratan, Kel.Cokrodiningratan 0.160 0.032 0.128 - 8 Jl.Jambon, Kel.Kricak 0.010 0.001 0.003 0.006 9 Jl.Secodiningratan, Kel.Prawirodirjan 0.006 - 0.003 0.003

10 Jl.Sorosutan, Kel. Sorosutan 0.020

0.020 - -

11 JL. Bener, Kel. Bener 0.150 0.075

0.075 -

12 Jl.Wiratama Timur dan Jl.Indraprasta 0.500 0.250

0.250 -

13 Jl.Perwakilan, Kel. Suryatmajan 0.180 0.090

0.090 -

(21)

III-21 Kerangka Pengembangan Sanitasi

14 Jl.Letnan Jendral S.Parman, Kel. Patangpuluhan 0.120 0.120 - - 15 Jl.Suryadiningratan, Kel. Suryadiningratan 0.080 0.064

0.016 -

16 Jl.Kusbini, Kel. Demangan 0.230

0.230 - -

17 RW 13 Kel.Keparakan 0.090

0.090 - -

18 Jl.Manunggal, Kel. Bener 0.010 -

0.005 0.005

19 RT 48 RW 05 sampai Jl.Karangsari, Kel. Rejowinangun 0.110 0.055

0.055 -

20 RT 75 Barat Pasar Talok RW 18, Kel. Baciro 0.030 0.015

0.015 -

21 Ngaglik Kel.Giwangan (Tamanan) 0.070 0.035

0.035 -

22 RW 14 RT 52, Kel. Karangwaru 0.002 -

0.002 -

23 RT 01 RW 01 dan RT 05 Rw 02, Kel. Wirogunan 0.070 -

0.070 -

24 RW 17 RT 61,62, dan 63 Danunegaran, Kel. Mantrijeron 0.016 0.008

0.008 -

25 RT 30 RW 07 (Sal.Urip Sumoharjo), Kel. Klitren 1.200 -

1.200 -

26 RW 13 RT 54 (timur jembatan jambu), Kel. Tegalpanggung 0.001 -

0.001 -

27 Sekitar Ledok Gondomanan RW 05, 14, 15, 16, 17, dan 18

bantaran kali Code, Kel. Prawirodirjan 0.030 -

0.030 -

28 Jl.Bimo Kunthing, Kel. Demangan 0.100 -

0.100 - 29 Jl.Kusbini, Kel. Klitren 0.060

0.060 - -

30 RW 12 RT 46, Kel. Bausasran 0.010 -

(22)

III-22 Kerangka Pengembangan Sanitasi

31 Sekitar Utara Pertemuan Sungai Buntung dan kali Winongo RW 09, 12, dan 13 bantara Kali Winongo Kel. Kricak

0.020 - 0.020 -

32 Sekitar RW 07 dan 08 di bantaran kali Code, Kel.

Ngupasan 0.010 -

0.010 -

33 RT 44 RW 05 (5 titik), Kel. Notoprajan 0.050 -

0.050 - 34 Jl.Kebun Raya , Kel. Rejowinangun, 0.040 0.008

0.032 - 35 Jl.Gambiran sisi selatan 0.010

0.010 - -

8.055 2.577 3.344 3.138

(23)

III-23 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Dari Tabel 3.5 dapat dijelaskan bahwa tahapan pengurangan luas area genangan di Kota Yogyakarta dilakukan dalam tiga tahap yakni jangka pendek dimana pengurangan itu dilakukan dalam waktu 1 sampai dengan 2 tahun, sedangkan jangka menengah dilakukan dalam waktu 5 tahun

.

Selanjutnya jangka panjang dilakukan dalam kurun waktu diatas lima tahun. Namun untuk msalah genangan di Kota Yogyakarta ini dilakukan dengan kombinasi antara jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Penanganan genangan yang dilakukan pada tahap jangka pendek yaitu di sebagian Kelurahan Sorosutan, Patangpuluhan, Keparakan, sebagian Demangan, Klitren, Terban, dan sekitar Jl. Gambiran sisi selatan.

Penanganan genangan yang dilakukan pada tahapan jangka menengah yaitu sebagian Kelurahan Karangwaru, Wirogunan, Demangan, Prawirodirjan, Tegalpanggung, Bausasran, Ngupasan, Kricak, dan Notoprajan.

Penanganan genangan yang dilakukan pada tahap jangka pendek sampai jangka menengah dilakukan pada Kelurahan sebagian Kelurahan Sorosutan, sebagian Karangwaru, Cokrodiningratan, sebagian Bener, Suryatmajan, Tegalrejo, Rejowinangun, Baciro, Giwangan, dan Mantrijeron.

Penanganan genangan yang dilakukan pada tahap jangka menengah sampai jangka panjang dilakukan pada Kelurahan Kotabaru, Tanhunan dan sebagian Bener.

Penanganan genangan yang dilakukan pada tahap jangka pendek, menengah, sampai jangka panjang dilakukan pada Kelurahan Muja-muju dan sebagian Kelurahan Kricak.

Secara detail dari Tabel 3.5 diatas untuk jangka pendek pengurangan luas area genangan kurang lebih 19.58%, jangka pmenengah 41.51%, dan jangka panjang sebesar 38.91% dari luas total genangan, dimana luas total genangan sebesar 8.055 ha, Jadi penanganan genangan terbesar dilakukan pada jangka menegah dan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena kompleksitas permasalahan penyebab genangan, dan kondisi anggaran yang terbatas.

3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi

Penetapan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi mutlak ditetapkan agar target rencana terpenuhi. Adapun tujuan

1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Air Limbah Domestik Tujuan dan sasaran pembangunan air limbah domestik adalah : a. Mewujudkan sistem pengelolaan air limbah yang berkelanjutan, b. Meningkatkan kualitas layanan air limbah domestik

(24)

III-24 Kerangka Pengembangan Sanitasi

c. Mengembangkan cakupan pelayanan air limbah domestik.

d. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik e. Melibatkan peran swasta dalam pengelolaan air limbah domestik

Tabel 3. 6. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Yogyakarta

Tujuan Sasaran Data Dasar

Mewujudkan sistem pengelolaan air limbah yang berkelanjutan,

Penanganan masalah

pengelolaan air limbah domestik tidak sepotong-sepotong

Untuk kasus-kasus tertentu, penanganan masalah air limbah diatasi secara parsial Meningkatkan kualitas layanan air

limbah domestik

masyarakat puas, dan mau membayar iuran ataupun wajib retribusi

Pelayanan yang tidak maksimal menyebabkan masyarakat kurang percaya sehingga menyebabkan O&P tidak berjalan di tingkat masyarakat

Mengembangkan cakupan pelayanan air limbah domestik.

Terlayaninya seluruh masyarakat akan pengelolaan air limbah domestik

Masih ada masyarakat yang belum terlayani akan

pengelolaan air limbah, seperti di daerah tidak ada lahan dan topografinya tidak terjangkau akan saluran air limbah Pemberdayaan masyarakat dalam

pengelolaan air limbah domestik

Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik

Masih ada masyarakat yang BABS dan membuang limbah rumah tangga yang

sembarangan seperti di Sungai, saluran drainase, dan di

lingkungan terbuka Melibatkan peran swasta dalam

pengelolaan air limbah domestik

Patisipasi Organisasi non pemerintah, kelompok masyarakat, ataupun CSR, dalam pengelolaan air limbah domestik

2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Persampahan Tujuan dan sasaran pembangunan persampahan adalah :

a. Mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang handal untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah.

b. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia usaha/swasta sebagai mitra dalam pelayanan pengelolaan sampah.

(25)

III-25 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 3.7. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Persampahan Kota Yogyakarta

Tujuan Sasaran Data dasar

Mendorong regulasi tentang persampahan

Tersedianya regulasi tentang persampahan di tahun 2014 Terciptanya regulasi persampahan Meningkatkan sarana/prasarana persampahan

Peningkatan jumlah layanan pengangkut an sampah dari 78% ke 90% ditahun 2016

Sampah dipilah kemudian diolah tidak semua masuk ke TPA Piyungan Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan persampahan

Menurunkan men jadi 0% masyarakat yang membuang sampah sembarangan , meningkatkan pengelolaan sampah dengan pola 3R

Penyebarluasan tentang

pengeloaan sampah dan perilaku hidup bersih sehat oleh Dinas terkait

3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Drainase

Tujuan dan sasaran pembangunan drainase merupakan penurunan dari visi misi Kota Yogyakarta dalam RPJM 2012- 2017. Adapaun tujuan tersebut adalah :

a. Adanya regulasi tentang pengelolaan drainase yang komprehensif

b. Terwujudnya pembangunan antar kawasan mengenai sistem pengelolan drainase yang komprehensif.

c. Terpeliharanya sarana/prasaran drainase

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya saluran drainase.

Tabel 3. 8. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Drainase Kota Yogyakarta

Tujuan Sasaran Data dasar

Adanya regulasi tentang pengelolaan drainase yang komprehensif

Terbentuknya regulasi tentang pengelolaan drainase tahun 2014

Belum adanya sanksi kepada masyarakat yang menggunakan saluran drainase bukan untuk peruntukannya

Terwujudnya pembangunan antar kawasan mengenai sistem pengelolaan drainase yang komprehensif

Mengurangi titi-titik genangan dengan pembuatan sudetan dengan cakupan layanan dari 50% menjadi 81% di tahun 2015

Jumlah titik genangan masi hada 35 titik

Terpeliharanya

sarana/prasarana drainase

Saluran drainase yang mengalami kerusakan dibeberapa titik (13%) harus diperbaiki sampai tahun 2017

Saluran drainase banyak yang tidak berfungsi sebagai SAH, saluran drainase banyak yang sudah tua sehingga perlu perbaikan

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Saluran Drainase

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah di saluran drainase

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan perawatan saluran drainase

(26)

III-26 Kerangka Pengembangan Sanitasi

3.2.3. Skenario Pencapaian Sasaran

Menyajikan skenario pencapaian sasaran jangka menengah dalam rencana peningkatan akses untuk setiap tahun selama 5 tahun atau strategi – strategi yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian sasaran dalam 5 tahun ke depan disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3. 9Skenario Pencapaian Sasaran Kota Yogyakarta

Komponen Tahun

n n+1 n+2 n+3 n+4 n+5

Air Limbah Domestik 97.69% 98.27% 98.85% 99.07% 99.54% 100.00%

Persampahan 90,31% 92.16% 94.29% 95.50% 97.00% 100.00%

Drainase 0.00% 10,00% 20,00% 35.00% 50.00% 60,00%

Sumber: Analisa Pokja

3.3.

Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah

Anggaran pendanaan sanitasi Kota Yogyakarta yang meliputi pendanaan sektor air limbah, persampahan dan drainase dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 cenderung menaik. Dari ke-tiga sector tersebut sector air limbah yang pmenunjukan pertumbuhan pendanaan dari tahun ke tahun cukup signifikan yaitu 36,16%, dan paling rendah pertumbuhan pendanaannya adalah pada sector Persampahan rumah tangga yaitu sebesar 10,06%. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini.

Jika dilihat pada Belanja APBD murni untuk Sanitasi, terlihat bahwa Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta memiliki anggaran yang cukup besar hingga mencapai kurang lebih 33 milyar. Pada tahun 2011 APBD untuk sanitasi sebesar Rp. 19,164,035,608,- dan pada tahun 2015 meningkat menjadi Rp. 33.440.387.253,-. Pertumbuhan rata-rata belanja langsung Kota Yogyakarta sebesar 26,30%. Dengan demikian jika dibandingan dengan presentasi APBD murni Kota Yogyakarta terhadap belanja langsung, pertumbuhan rata-rata sebesar 4.42%. Berdasarkan pertumbuhan rata-rata ini, selanjutnya komitmen SKPD terhadap Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung atau pun penetapan nilai absolut) sebesar 5%.

(27)

III-27 Kerangka Pengembangan Sanitasi

(28)

III-28 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 3. 12 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kota Yogyakarta untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi

Tabel 3. 13 Perkiraan Pendanaan APBD Kota Yogyakarta untuk kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Terbangun hingga tahun 2020

(29)

III-29 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Jika dilihat dari Tabel 3.14, perkiraan kemampuan pendanaan sanitasi dari 2016 sampai dengan 2020 terlihat meningkat terus, hal ini terlihat dari besarnya kemampuan APBD Murni Kota Yogyakarta 2016 sebesar Rp 40.285.888.427,-hingga tahun 2020 sebesar Rp 80.044.077.722,-.

(30)

III-1 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Table of Contents

3.1. Visi dan Misi Sanitasi ...1

3.2. Pentahapan Pengembangan Sanitasi ...4

3.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi ...4

1. Tahapan Pengelolaan Air Limbah Domestik ...4

2. Tahapan Pengembangan Pengelolaan Persampahan... 11

3. Tahapan Pengelolaan Drainase ... 16

3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi ... 23

3.2.3. Skenario Pencapaian Sasaran ... 26

Gambar

Tabel 3. 1. Visi dan Misi Sanitasi Kota Yogyakarta
Tabel 3. 2. Zonasi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, Kota Yogyakarta
Gambar 3. 1 Peta Zona penyesuaian Sistem Air Limbah Domestik Kota Yogyakarta
Gambar 3. 2. Peta Pentahapan Pengembangan Sistem Air Limbah Domestik Kota Yogyakarta Zona 3: Sistem Off site
+7

Referensi

Dokumen terkait

selaku dosen pembimbing kami yang telah meluangkan waktunya untuk membantu, membimbing dan memberikan saran selama penyusunan skripsi ini.. Segenap Staf pengajar Universitas

Perlakuan berikutnya adalah perendaman dengan HCl, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memotong tudung akar bawang merah (Allium cepa), karena dengan pemberian HCl

Dari hasil analisa disimpulkan bahwa untuk program Preferential Parking , Alternatif 2 dapat mengurangi penggunaan mobil pribadi sekaligus penggunaan lahan parkir dengan lebih

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, mengatur mengenai Kawasan Tanpa Rokok, sebagaimana dinyatakan dalam

Hasil penelitian menunjukkan: Daya saing ekspor karet alam Provinsi Jawa Tengah yang ditinjau dari keunggulan kompetitif dengan menggunakan analisis XCI (Export

Hasil evaluasi dari validasi ahli materi yang dilakukan 2 tahap terlihat perbandingan nya pada gambar grafik di atas yang terdapat peningkatan dari semua aspek

Berdasarkan hasil analisis aktivitas guru selama bercerita menggunakan big book untuk mengembangkan kemampuan berbahasa AUD, maka dapat di simpulkan hasil refleksi

Jika mahasiswa diasumsikan sudah menguasai strategi kognitif yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, maka tujuan proses belejar mandiri dari suatu mata kuliah