• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN

MEDIA KONKRET BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS VII KECAMATAN

GIANYAR

I Md. Oka Susila

1

, I Wyn.Rinda Suardika

2

, I Wyn. Suniasih

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:madeoka158@gmail.com

1

,

suardikarinda@yahoo.co.id

2

,wyn_suniasih@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan rancangan

Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V Gugus

VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 181 orang siswa. Sampel penelitian sebanyak 2 kelas berjumlah 60 orang siswa yang ditentukan dengan teknik random sampling. Data tentang hasil belajar matematika dikumpulkan menggunakan tes obyektif bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis mengunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t didapat thit = 3,19 pada taraf signifikansi 5 % dan db=58

diperoleh ttabel = 2,000. Jadi thit=3,19 > ttabel = 2,000. Hal ini menunjukkan terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian dapat disimpulkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) Berbantuan Media Konkret berpengaruh terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas V Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015.

Kata kunci : kooperatif NHT,media konkret, hasil belajar. Abstract

This research aims to determine the significant differences students’ math learning outcomes that learned by following the cooperative learning model type Numbered Head Together by concrete media and student’s math learning outcomes that learned by following the conventional learning model to the fifth grade students of Elementary School Gugus VII Gianyar sub district, Gianyar regency in academic year 2014/2015. This research was designed using Nonequivalent Control Group Design. The populations of this study were the fifth grade students of Elementary School Gugus VII Gianyar sub district, Gianyar regency in academic year 2014/2015 that consisted of 181 students. The samples were 2 classes consisted of 60 students that determined by random sampling. The data of math learning outcomes were collected using multiple-choice test. The data were analyzed by t-test. Based on the result of t-test, showed that thit = 3,19 and ttable =

2,000. So thit = 3,19 > ttable = 2,000. Showed that there were significant differences in

math learning outcomes of students math who learned with using the cooperative learning model type Numbered Head Together by concrete media and students who learned with using the conventional learning model to the fifth grade students of Elementary School Gugus VII Gianyar sub district, Gianyar regency in academic year

(2)

by concrete media affect the result of learning math to the fifth grade students of Elementary School Gugus VII Gianyar sub district, Gianyar regency in academic year 2014/2015.

Keywords: cooperative NHT, conkret media, learning achievement PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS).

Diperlukan adanya suatu proses

pembelajaran agar pendidikan dapat

berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya. Proses pembelajaran yang

bermutu tentu akan menghasilkan output

sumber daya manusia yang lebih bermutu. Unsur-unsur pendidikan akan menjadi pembanding maju dan perkembangan suatu pendidikan. Unsur-unsur pendidikan itu berupa guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan maupun kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Unsur pendidikan yang sangat berperan penting dalam proses perkembangan pendidikan adalah guru. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang diharapkan, guru memiliki peran yang sangat besar dalam mengorganisasikan

kelas sebagai bagian dari proses

pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengemas proses pembelajaran tentu tidaklah spontan, namun perlu

persiapan-persiapan. “Pembelajaran adalah usaha

sadar dari seorang guru dalam

membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan” (Trianto, 2010: 17). Terkait hal tersebut Abdurrahman, (2012:

202) menyatakan bahwa, “Bidang studi

matematika yang diajarkan di SD

mencakup tiga cabang, yaitu aritmetika, aljabar, dan geometri”. Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan

nyata dengan perhitungan terutama

menyangkut penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian. Penggunaan

abjad dalam aritmatika inilah yang

kemudian disebut aljabar. Sedangkan, geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis”. Titik adalah pernyataan tentang posisi yang tidak memiliki panjang dan lebar sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya.

“Dalam meningkatkan kualitas

pendidikan, pembelajaran merupakan

komponen yang perlu mendapat perhatian khusus, sebab dalam pembelajaran inilah dapat dibentuk perilaku belajar peserta didik” ( Purwanto, 2006:15 ). Sehingga

dapat dikatakan bahwa proses

pembelajaran dalam kelas merupakan faktor yang sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Di dalam proses belajar mengajar, aktivitas peserta didik mempunyai peranan yang

sangat penting. Tanpa adanya

aktivitas peserta didik maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai peserta didik rendah. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal, guru

hendaknya menerapkan model

pembelajaran yang inovatif dan

menyenangkan dalam melaksanakan

pembelajaran. Model pembelajaran harus bisa mengubah gaya belajar peserta didik dari peserta didik yang belajar pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan konsep agar segala materi pembelajaran yang diberikan mampu diterima dengan baik oleh peserta didik. Rusman (2010: 133) menyatakan bahwa, “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk merancang bahan-bahan

pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain”. Salah satu model pembelajaran adalah

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) adalah teknik pengelompokan

yang di dalamnya siswa bekerja terarah

pada tujuan belajar bersama dalam

kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar Kooperatif adalah

(3)

pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Trianto,2009:18)

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting ditanamkan pada peserta didik. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur dan menggunakan rumus

matematika yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan

mengkomunikasikan gagasan dengan

bahasa matematika yang dapat berupa model matematika, kalimat matematika, diagram, grafik atau tabel (Depdiknas, 2003:5). Sehingga melalui pembelajaran matematika, peserta didik mampu berpikir rasional dalam memecahkan masalah

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran

matematika juga memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Berdasarkan hasil wawancara di SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015, siswa menganggap

bahwa pelajaran matematika sebagai

pelajaran yang sulit, karena matematika banyak menggunakan rumus dan konsep yang cukup sulit dimengerti oleh siswa. Selain itu, siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam

kehidupan nyata yang berhubungan

dengan konsep yang dimiliki.

Fenomena seperti itu disebabkan karena siswa tidak diperlakukan sebagai bagian dari realitas dunia mereka dalam proses belajar dalam kelas. Alasan ini diperkuat dengan hasil observasi yang di kelas V SD Negeri 1 Serongga, terungkap

beberapa faktor yang dapat diduga

penyebab rendahnya hasil belajar siswa, yakni sebagai berikut.

Pertama, guru cenderung

menggunakan model konvensional.

Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok

siswa dengan maksud agar siswa

menguasai materi pelajaran secara optimal. Menurut Hanafiah & Suhana (2010: 41), “model pembelajaran merupakan salah satu

model pembelajaran dalam rangka

mensiasati perubahan perilaku siswa

secara adaptif meupun generatif”.

Juliantara, (2009:30) menyatakan bahwa, “pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu cukup kepada siswa untuk merefleksi

materi-materi yang dipresentasikan,

menghubungkan dengan pengetahuan

sebelumnya, dan mengaplikasikannya pada

kehidupan nyata”. Dengan demikian

aktivitas siswa dalam pembelajaran

matematika masih kurang karena

didominasi oleh guru. Di samping itu, masih kurangnya interaksi dan kerja sama antar siswa dalam kelompok karena siswa masih

bersifat individual. Misalnya, dalam

mengerjakan permasalahan yang diberikan guru, siswa yang lebih pintar cenderung tidak mau membantu temannya yang belum mengerti tentang cara penyelesaian tugas atau permasalahan tersebut. Di samping itu, siswa yang kemampuannya kurang, enggan untuk bertanya kepada siswa yang pintar. Pembelajaran didominasi oleh guru sehingga peserta didik menjadi pasif.

Kedua, guru dalam pembelajaran

sangat jarang memberikan kesempatan

kepada siswanya untuk memahami

fenomena-fenomena di sekitarnya

berdasarkan konsep-konsep yang

dipelajari. Guru lebih berorientasi pada materi yang tercantum pada kurikulum dan buku teks. Dengan pembelajaran seperti itu ingatan siswa terhadap materi tidak akan

dapat bertahan lama. Pembelajaran

menjadi kurang bermakna karena siswa tidak mampu mengaitkan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir bersama teman kelompoknya dan dapat menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan maka ingatan siswa akan dapat bertahan lebih lama lagi.

Sadiman (2009:6) mengatakan media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam bahasa Arab, media juga berarti perantara

(4)

(wasail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan ( Arsyad, 2006:3 ). Menurut Ibrahim, dkk (1992:3) menyatakan bahwa media konkret termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem intruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan. Kelebihan dari media konkret ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata

kepada siswa sehingga pembelajaran

bersifat lebih konkret dan waktu retensi lebih panjang.

Ketiga, guru tidak memanfaatkan

sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Misalnya media konkret sebagai media dalam pembelajaran. Benda nyata (konkret) adalah benda yang dapat dilihat, didengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada

mereka. Benda tersebut tidak harus

dihadirkan di ruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi siswa dapat melihat langsung ke lokasi objek. Media nyata juga bisa digunakan oleh peserta didik ketika mempelajari suatu proses produksi melalui kunjungan ke industri. Pada pemahaman anak usia

sekolah dasar, semua materi atau

pengetahuan yang diperoleh harus

dibuktikan dan dilaksanakan sendiri agar mereka bisa paham dengan konsep awal yang diberikan. Dengan demikian guru dapat menggunakan media konkret sebagai alat bantu dalam pembelajaran sehingga siswa dapat ikut berpartisipasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan faktor-faktor

permasalahan tersebut, maka diperlukan

suatu penerapan pembelajaran yang

membuat pembelajaran terasa

menyenangkan serta hasil belajar yang akan dicapai nantinya benar-benar berguna bagi siswa. Salah satu model pembelajaran

yang dapat diterapkan adalah Numbered

Head Together (NHT). Melalui model NHT

siswa dapat mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. NHT memiliki beberapa keunggulan yakni, setiap siswa memiliki kesiapan masing-masing, dapat melakukan diskusi

dengan sungguh-sungguh karena setiap siswa memiliki tugas masing-masing, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Menurut Hamalik (2001: 27)), belajar adalah modifikasi atau memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.

Belajar juga diartikan suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Thobroni & Mustofa (2011:24) menyatakan, “hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya hasil pembelajaran tidaklah dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif”. Hasil belajar adalah tujuan penting dari pembelajaran. Menurut Dimyati & Mudjiono.(2002: 3), “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak membelajarkan”.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik ingin melakukan penelitian yang

berjudul, “Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Berbantuan Media Konkret terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014 / 2015”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Berbantuan Media Konkret dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015.

METODE

Penelitian yang berjudul ,“Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT)

Berbantuan Media Konkret terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014 / 2015” merupakan penelitian

eksperimen semu dengan rancangan

penelitian nonequivalent control group

design. Populasi pada penelitian ini adalah

(5)

Sampel pada penelitian ini diperoleh

melalui teknik random sampling. Setelah

diperoleh sampel yaitu SDN 1 Serongga dan SDN 3 Lebih sebagai sampel maka

dilakukan matching untuk menentukan

kesetaraan sampel penelitian. Berdasarkan

hasil matching yang dilakukan diperoleh 30

siswa dimasing-masing kelas untuk menjadi sampel penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes untuk mengukur hasil belajar kognitif. Tes yang digunakan dalam bentuk pilihan ganda biasa sebanyak 38 soal..Tes yang digunakan telah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda butir soalnya. Berdasarkan uji validitas dari 50 soal yang diuji diperoleh 40 soal yang valid. Berdasarkan uji daya beda diperoleh 2 soal yang berkriteria daya beda jelek sehingga 2

soal tersebut tidak digunakan pada

penelitian ini. Pada uji tingkat kesukaran soal diperoleh 37 soal kriteria sedang dan 1 soal kriteria mudah. Instrumen penelitian dinyatakan memiliki reliabilitas berkreteria tinggi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus VII

Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran

2014/2015 yang terdiri dari 7 kelas dengan

181 orang siswa. Berdasarkan hasil random

sampling diperoleh 2 kelas sebagai sampel

penelitian yaitu kelas V SDN 3 Lebih sebagai kelas kontrol dan SDN 1 Serongga sebagai kelas eksperimen Tahun Ajaran

2014/2015. Pada penelitian ini

menggunakan teknik statistik parametrik

yaitu analisis data uji-t dengan

menggunakan rumus polled varian.

Sugiyono (2009: 210) yang menyatakan bahwa, “Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asusmsi yang utama adalah data yang akan dianalis harus berdistribusi normal. Selanjutnya

dalam penggunaan salah satu test

mengharuskan data dua kelompok atau

lebih yang diuji harus homogen”.

Sehubungan dengan persyaratan tersebut, sebelum melakukan uji-t dilakukan uji normalitas sebaran data menggunakan

rumus chi kuadrat dan uji homogenitas

varian antar kelompok menggunakan rumus Uji-F.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian eksperimen ini

diperoleh menggunakan uji-t melalui

rancangan penelitian nonequivalent control

group design. Pada penelitian ini diperoleh

dua hasil belajar matematika yaitu dari kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Head Together (NHT)

Berbantuan Media Konkret dan kelompok

kontrol yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional. Deskripsi

umum yang dipaparkan pada bagian ini meliputi deskripsi skor rata-rata (

X

) dan

standar deviasi (SD) hasil belajar

matematika siswa. Hasil belajar dari kelas V SDN 1 Serongga dan V SDN 3 Lebih diperoleh dari tes pilihan ganda sebanyak 38 soal. Tes pilihan ganda yang digunakan sebagai instrumen penelitian sudah valid berdasarkan kriteria harga rhitung> rtabel, dan

dinyatakan reliabel.

Instrumen yang digunakan pada

penelitian ini adalah tes obyektif berupa pilihan ganda biasa. Tes pilihan ganda ini diberikan untuk mengetahui hasil belajar

siswa pada ranah kognitif. Post-test

diberikan setelah memperoleh perlakuan sebanyak 8x, tes diberikan pada tanggal 22 April 2015.

Nilai rata-rata hasil belajar matematika

siswa dari hasil post-test kelompok

eksperimen (Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Berbantuan Media Konkret) adalah 77,8 dan standar deviasinya adalah 7,9. Sedangkan, nilai rata-rata hasil belajar

matematika siswa dari post-test kelompok

kontrol yaitu pembelajaran konvensional adalah 71 dengan standar deviasinya adalah 5,7. Secara umum, kelompok eksperimen memiliki rata-rata hasil belajar matematika yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data uji-t menggunakan rumus

polled varians. Sebelum dilakukan

pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan pengujian

terhadap persyaratan-persyaratan yang

(6)

penelitian. Uji prasyarat analisis meliputi dua hal, yaitu (1) uji normalitas sebaran data dan (2) uji homogenitas varian antar kelompok.

Kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol, sebelum dicari perbedaannya

menggunakan uji-t perlu diuji normalitas sebaran datanya terlebih dahulu. Uji normalitas dilakukan untuk menyelidiki bahwa fo (frekuensi observasi) dari gejala

yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fe (frekuensi empirik) dalam

distribusi normal teoretik dengan ketentuan H0 : fo = fe dan H1 : fo ≠ fe. Uji normalitas data

terhadap hasil belajar matematika siswa

dilakukan dengan Chi-Kuadrat.

Adapun kriteria pengujian pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk = (k-1), data berdistribusi normal jika: X2hit<X2 tabel. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan rumus Chi-Kuadrat di atas

hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen pada taraf signifikansi 5% dan dk= 5 memiliki X2 tabel =11.07 dan X2hit=9,3,

ini berarti bahwa X2hit= 9,3 <X2 tabel = 11,07

maka hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, pada hasil belajar matematika siswa dikelompok kontrol pada taraf signifikansi 5% dan dk = 5 memiliki X2 tabel =

11.07 dan X2hit = 9,16, ini berarti bahwa

X2hit= 9,16 < X2 tabel = 11,07 maka data hasil

belajar matematika kelompok kontrol juga

berdistribusi normal. Berdasarkan uji

normalitas sebaran data terbukti bahwa hasil belajar maematika siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Sebaran data hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kontrol telah

dinyatakan normal, sehingga dapat

dilakukan uji homogenitas varians. Uji

homogenitas varian antar kelompok

menggunakan Uji-F pada derajat

kebebasan 5% dan db= (29,29) kriteria data

homogen jika harga

F

hit

F

tabel

,

sebaliknnya jika harga

F

hit

F

tabel maka

sampel tidak homogen.

Pada taraf signifikansi 5% dan db = (29,29) diketahui

F

tabel= 1,72 dan Fhit hasil

belajar matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,85. Ini berarti

F

hit

1

,

85

F

tabel

1

,

72

, sehingga

hasil belajar matematika siswa

dikategorikan homogen.

Uji normalitas dan uji homogenitas telah dilaksanakan dan dinyatakan data

hasil belajar matematika berdistribusi

normal dan memiliki varians yang

homogen. Jadi pengujian menggunakan uji-t dapauji-t dilakukan karena kedua syarauji-t uji-telah

terpenuhi. Pengujian hipotesis yang

diajukan digunakan uji-t sampel tidak berkorelasi dengan menggunakan rumus

polled varians. Berdasarkan hasil uji

prasyarat yang telah dilakukan diperoleh bahwa data hasil belajar matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

berdistribusi normal dan homogen.

Sehingga, pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji-t dapat dilakukan.

Pengujian hipotesis menggunakan uji-t

pada taraf signifikansi (

) 5% dengan

derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) akan

mengikuti kriteria H0 ditolak jika harga

tabel

hit

t

t

, sebaliknya Ha ditolak jika

harga 𝑡ℎ𝑖𝑡 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hipotesis nol

menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar

matematika kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Berbantuan Media Konkret dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015. Sedangkan, hipotesis alternatif menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar

matematika kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Berbantuan Media Konkret dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015.

(7)

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok Penelitian thitung ttabel Status

Hasil belajar matematika kelompok

kontrol dan eksperimen

3,19 2.000 H0 ditolak

Berdasarkan tabel di atas, pada taraf signifikansi 5% dan dk = 58, diperoleh nilai ttabel = 2,000 dan nilat thit = 3,19. Karena

nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel

(3,19 > 2,000), maka hipotesis nol (H0)

ditolak. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT)

Berbantuan Media Konkret dengan

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015.

Pada penelitian eksperimen ini

dilakukan 8 kali perlakuan di kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Setelah diberikan perlakuan berupa

pembelajaran menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT) Berbantuan Media

Konkret dilanjutkan dengan pemberian post

test terhadap kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Secara umum, hasil penelitian ini dapat dideskripsikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Berbantuan Media Konkret dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015.

Pelaksanaan eksperimen selama 8 kali pertemuan dan 1x pertemuan untuk

post test memperoleh hasil yaitu hasil

belajar siswa pada taraf signifikansi 5%

dan db = 58 diperoleh ttabel = 2,000 dan thitung

= 3,19. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui thitung = 3,19 > ttabel =

2,000 ini berarti hasil penelitian ini adalah

signifikan. Hasil penelitian ini telah

membuktikan hipotesis yang telah diajukan yaitu, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika kelompok siswa

yang dibelajarkan dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT) Berbantuan Media

Konkret dengan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015.

Adapun beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian adalah Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT) Berbantuan Media

Konkret memang memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran

konvensional dalam pencapaian hasil

belajar yang maksimal. Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar penentu bahwa

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT)

Berbantuan Media Konkret lebih baik dalam menciptakan hasil belajar yang maksimal dibandingkan pembelajaran konvensional sebagai berikut.

Pertama, beranjak dari teoretik

komparatif antara Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) Berbantuan Media Konkret dengan

pembelajaran konvensional. Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT) Berbantuan Media

Konkret adalah model pembelajaran yang mengajak anak-anak untuk belajar secara

(8)

berkelompok menggunakan nomor-nomor

yang menarik bagi siswa disertai

penggunaan media yang nyata sehingga siswa benar-benar mengamati benda nyata yang dipelajarinya.

Pembelajaran konvensional pada

pelaksanaannya kurang menekankan

interaksi yang baik yang seimbang antara siswa dan antara siswa dengan gurunya. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan, siswa kurang dilatih untuk mendeskripsikan sendiri pengetahuan yang telah dimilikinya serta siswa kurang dilatih untuk menjadi pemimpin diskusi yang mampu bertanggung jawab. Secara garis besar kegiatan pembelajaran ini meliputi (1) kegiatan pendahuluan yang terdiri dari absensi, apersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (2) kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, (3) kegiatan

penutup yang terdiri dari kegiatan

menyimpulkan hasil pembelajaran,

penilaian, refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Proses apersepsi dan elaborasi juga kurang memberikan aktivitas belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga pada pembelajaran matematika tercipta suasana yang kurang kondusif dan mengakibatkan pemahaman dan ingatan siswa terhadap suatu konsep kurang optimal.

Kedua, dilihat dari sudut pandang

operasional empiris kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang difasilitasi lembar kerja siswa (LKS) dan melakukan eksperimen pada materi yang sama yaitu

bangun datar dan bangun ruang.

Perbedaannya terletak pada cara siswa dalam melaksanakan dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. LKS yang diberikan pada pembelajaran konvensional langsung diberikan kepada siswa tanpa dimulai dengan kegiatan menyenangkan dan siswa terfokus pada pengerjaan diskusi kelompok. Proses pembelajaran seperti ini cenderung membuat siswa merasakan

suasana belajar yang monoton dan

membosankan sehingga suatu materi atau konsep yang didiskusikan dalam kelompok kurang mendapatkan perhatian yang baik dan siswa cepat melupakan konsep yang

didiskusikannya tersebut. Sedangkan,

dalam pembelajaran dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT) Berbantuan Media

Konkret siswa memulai pengenalan

konsep-konsep yang akan disajikan dalam materi matematika melalui kegiatan belajar kelompok menggunakan nomor-nomor dan melihat langsung bangun ruang yang nyata. Setiap kelompok mengerjakan LKS yang diberikan, siswa menggali konsep-konsep matematika yang termuat dalam LKS tersebut. Pembelajaran ini menciptakan siswa yang cepat paham pada suatu konsep matematika dan ingatan siswa lebih tahan lama, sehingga menciptakan hasil belajar matematika siswa secara optimal.

Pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa menjadi lebih berani bertanya dan menanggapi pertanyaan karena motivasi dari teman-teman kelompok memberikan keberanian yang lebih tinggi. Beberapa orang siswa yang pendiam di kelas dan

biasanya hanya mencatat dan

mendengarkan penjelasan guru, mulai

mengeluarkan pertanyaan untuk

memperoleh jawaban atas permasalahan yang dihadapi dnegan cara bertanya

dengan teman kelompoknya. Siswa

menjadi belajar lebih menyenangkan dan

konsentrasi siswa terfokus pada

pembelajaran ini ditunjukkan oleh suasana ramai yang ditunjukkan oleh siswa untuk

membahas permasalahan pada saat

diskusi kelompok. Hal ini sesuai dengan

pendapat Awaliyah (2008:3) yang

menyatakan keunggulan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu (1) terjadinya interaksi antara siswa melalui

diskusi/siswa secara bersama dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi; (2) siswa pandai maupun siswa lemah sama -sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif; (3) dengan bekerja

secara kooperatif ini, kemungkinan

konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan; (4) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

(9)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka terbukti secara teoretis dan empiris bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT)

Berbantuan Media Konkret lebih unggul daripada pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil belajar matematika secara optimal. Beberapa kendala yang ditemui

selama proses pembelajaran dalam

penelitian ini untuk menguji pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT)

Berbantuan Media Konkret terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015 yaitu dukung sekolah berupa penyedian fasilitas dan media pembelajaran kurang memadai, sehingga peneliti berupaya menciptakan media-media pembelajaran sesuai materi yang akan disajikan. Selain itu, pelaksanaan diskusi dan pengerjaan tugas keompok

yang diberikan pada masing-masing

kelompok terkadang masih didominasi oleh beberapa orang siswa saja, sedangkan

siswa lainnya hanya memperhatikan

temannya bekerja saja. Untuk

menanggulangi masalah ini, peneliti

melakukan penilaian secara otentik selama

proses pembelajaran yang telah

diinformasikan kepada siswa sebelumnya. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat

memotivasi diri untuk melaksanakan

kegiatan diskusi dengan baik.

Siswa di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol belum terbiasa dalam melaksanakan kegiatan presentasi di depan kelas. Mereka terlihat masih saling tunjuk dengan siswa lain untuk menjadi penyaji yang memaparkan hasil diskusi kelompok. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti memberikan tindakan tegas kepada siswa yang tidak mau mempresentasikan hasil kerjanya dengan meminta salah satu anggota kelompok bersangkutan untuk maju ke depan dan memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

Berdasarkan pengalaman dan hasil penelitian ini dinyatakan banyak manfaat yang diperoleh siswa melalui belajar

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Selain memperoleh

pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang disampaikan siswa juga dapat

melatih keterampilan kerjasama dan

kolaborasi. Keterampilan kerjasama dan kolaborasi ini sangat dibutuhkan ketika

siswa mulai masuk ke lingkungan

masyarakat, karena pada lingkungan

masyarakat kebanyakan hal yang

dilaksanakan dilaksanakan secara bekerja sama satu sama lainnya demi mencapai tujuan bersama yang diinginkan oleh masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan sebuah simpulan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara

kelompok siswa yang dibelajarkan

menggunakan model NHT berbantuan media konkret dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar

Tahun Pelajaran 2014/2015. Dengan

demikian, dapat dinyatakan bahwa model

NHT berbantuan media konkret

berpengaruh terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Gugus VII

Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran

2014/2015.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran kepada sekolah, guru, dan peneliti lain. Diharapkan

sekolah selalu mendukung proses

pembelajaran dari fasilitas yang lengkap

dan memadai sehingga proses

pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan baik serta terus memberikan

kesempatan kepada guru untuk

mengembangkan potensi dalam merancang model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Guru dapat menggunakan

model pembelajaran NHT berbantuan

media konkret sebagai salah satu

pembelajaran yang inovatif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Guru sebagai pendidik diharapkan mampu menjalankan peranan sebagai fasilitator, organisator, dan motivator bagi siswa sehingga siswa dapat

(10)

Diharapkan pada peneliti lainnya agar untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang beragam dan jangka waktu yang lebih lama. Diharapkan juga pada peneliti untuk melakukan penelitian dengan sikap ilmiah, agar hasil penelitian

yang diperoleh bermanfaat bagi

peningkatan sumber daya manusia di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman,

Mulyono.

2012.

Anak

Berkesulitan

Belajar

.

Jakarta:

Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2006.

Media Pembelajaran.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2003.

Kurikulum 2004 (standar

kopetensi

mata

pelajaran

pengetahuan Sosial SD/MI).

Jakarta:

Depdiknas.

Hamalik,

O.

2005.

Perencanaan

Pengajaran

Berdasarkan

Pendekatan Sistem

. Bandung: Bumi

Aksara.

Hanafiah, Nanang &, Cucu Suhana. 2010.

Konsep

Strategi

Pembelajaran

.

Bandung: Refika Aditama.

Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/ 1993.

Perencanaan

Pembelajaran

Depdikbud.

Juliantara, Ketut. 2009.

Pembelajaran

Konvensional

.

Tersedia

pada

http:://edukasi.kompasiana.com/200

9/12/20/pembelajaran-konvensional/, diakses pada tanggal

27 Maret 2012.

Purwanto,

Ngalim.

2006.

Psikologi

Pendidikan.

Bandung:

Remaja

Rosdakarya

Rusman. 2010.

Model-Model Pembelajaran

Mengembangkan

Profesionalisme

Guru

. Bandung: Rajawali Pers.

Tohbroni, Muhamad & Arif Mustofa. 2011.

Belajar

dan

Pembelajaran.

Jogjakarta: AR Ruzzmedia.

Trianto.

2009.

Mendisain

Model

Pembelajaran Inovatif Progresif

.

Surabaya: Kencana Pradana Group.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional

.

Jakarta: Sinar Grafika.

Gambar

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Pada skenario horizontal handover, proses pengukuran dilakukan sama seperti skenario vertical handover, correspondent node dan mobile node terhubung dengan access

Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai kentuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman

Walaupun perairan Gresik bukan jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo), tetapi terhubung melalui arus lokal yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga

Kita saat ini tengah berada di penghujung bulan Dzulqa’dah. Kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan keluar dari

Penelitian yang dikembangkan ialah pengembangan Lembar Kegiatan Siswa pada materi perubahan lingkungan untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis yang bertujuan