• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - WAHYU PRAGOTO KUSUMO BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - WAHYU PRAGOTO KUSUMO BAB I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Di era global saat ini perkembangan industri manufaktur di Indonesia cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari perkembangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun ke tahun semakin bertambah, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan prospeknya akan menguntungkan dimasa kini maupun di masa yang akan datang Sehingga persaingan di industri manufaktur semakin ketat, karena banyaknya produk impor yang sangat mudah masuk kepasar Indonesia.

Namum ditengah persaingan pada industri manufaktur yang semkin ketat pada terjadi penurunan kinerja yang dimana tahun 2013 adalah tahun yang ternilai kurang baik oleh para investor saham. Mengacu data statistik dari www.idx.co.id, hingga 20 Desember 2013, year to date, imbal hasil atau perubahan indeks saham di Bursa Efek Indonesia mayoritas menurun. Demikian juga dari sisi kinerja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2013 menduduki level terendahnya dalam tiga tahun terakhir.

(2)

Pada komoditi sektor industri dasar dan kimia mengalami perubahan terendah atau penuranan sebanyak -27,22 persen, dengan nilai sebesar USD 4,15 Miliar setelah pada tahun sebelumnya mencapai USD 5,70 Miliar. Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor terutama dalam era perdagangan bebas, maka industri perlu terus dipacu antara lain melalui promosi kemampuan produk dalam negeri kepada para calon buyer dan investor baik dalam maupun luar negeri, baik melalui pameran dalam negeri maupun keikutsertaan dalam pameran internasional. Pada Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, kegiatan pameran diprioritaskan untuk komoditas unggulan ekspor.

Berdasarkan informasi tersebut disimpulkan sejak kuartal pertama 2013 hingga tahun 2015 pergerakan index industri dasar dan kimia cukup fluktuatif dimana pada bulan Maret tahun 2014 berhasil mencapai level tertinggi. Tahun 2014 pergerakan indeks tersebut masih cukup terlihat

flat namun cenderung menurun dimana index sedang berusaha mencari pijakan untuk rebound. Dengan melihat kondisi yang terbilang fluktuatif sektor saat ini, pada kuartal selanjutnya diperkiran pergerakan sektor industri dasar dan kimia masih akan cenderung melemah masih juga karena tekanan ketidakstabilan nilai Rupiah ditengah perekonomian global, dimana perseroan yang bergerak di sektor ini masih cukup menggantungkan kebutuhannya dari kegiatan impor.

(Sumber http://vibiznews.com)

Berikut tinjauan tabel dari perkembangan industri dasar dan kimia menurut Laporan Kinerja Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015.

(3)

1. Pengolahan

12 Hasil Industri 97.893,5 102.416,9 93.750,4 -8,46 87,92

Industri lainya 15.136,4 14.913,0 12.886,5 -13,59 12,08

Industri Pengolahan 113.029,9 117.330,0 106.636,8 -9,11 100,00

(4)

Berikut tinjauan grafik perusahaan sektor industri dasar dan kimia berdasarkan tahun pengamatan yang dijelaskan diatas :

Gambar 1. Grafik Industri dasar dan kimia

(Sumber : Lakip Kementrian Perindustrian Tahun 2015). (edited)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan sektor industri dasardan kimia sedang mengalami kinerja yang fluktuatif dari data Lakip Mentri Perindustrian Tahun 2015 perusahaan sektor indutri dasar dan kimia bahkan ternilai menurun dengan dengan nilai tertinggi -27,22 persen berturut-turut disusul oleh industri pengolahan tembaga, timah, dll sebesar 25,93 persen; Industri pengolahan karet sebesar 17,69 persen; industri elektronika sebesar 14,42 persen dan industri pengolahan kelapa/kelapa sawit sebesar 12,51 persen. dari keadaan tersebut ada kemungkinan persuhaan yang ada disektor industri dasar dan kimia akan melakukan kebijkaan pembiyaan dari pihak ketiga atau melakukan kebijakan hutang untuk kelangsungan opersaional perusahaannya.

Setiap perusahaan memerlukan dana yang besar untuk tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang ketat di era globalisalisasi saat ini, dana tersebut dapat diperloleh dari

$41,507 $46,507 $51,507 $56,507 $61,507 $66,507

2011 2012 2013 2014 2015

industri dasar dan kimia

(5)

sumber yang berbeda, masalah pendanaan ini harus diputuskan dengan hati-hati karena setiap kebijakan memiliki konsekuensi berbeda. Keputusan pendanaan akan berkaitan dengan sumber dana dan penggunaan dana yang telah di peroleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari luar (eksternal) kedua pendapatan ini akan sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. keputusan pendanaan keuangan perusahaan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya. Sumber dana internal berasal dari laba ditahan sedangkan sumber dana eksternal berasal dari para kreditur, yang disebut hutang dari pemilik modal tersebut (Setiana dan sibagariang, 2013).

Keputusan penting yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan yang berhubungan dengan fungsi untuk mendapatkan dana dengan cara menentukan seberapa besar hutang yang akan digunakan perusahaan melalui kebijakan hutang. Jika hutang yang digunakan oleh perusahaan semakin besar maka cicilan pembayaran yang dilakukan akan semakin besar dan ini akan berdampak pada meningkatnya risiko ketidak mampuan arus kas dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Membuat kebijakan hutang perusahaan sangat tidak mudah karena dalam perusahaan terdapat banyak pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda antara lain manajer dan pegang saham sehingga pembuatan keputusan tidak akan terlepas dari konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan. Hubungan yang terjadi ini disebut dengan hubungan keagenan (agency teory). (Sheisarvian, Sudjana dan Saifi, 2015).

(6)

menyebabkan timbulnya masalah baru yaitu tentang biaya yang sering disebut dengan agency cost.

Kebijakan dengan menggunakan dana dari luar perusahaan yang disebut dengan kebijakan hutang merupakan tanggung jawab penting manajer. Manajer harus mempertimbangkan kepentingan-kepentingan pihak lain yang terlibat dalam kebijakan yang diambil. Manajemen seharusnya bertindak berdasarkankepentingan pemilik modal. Dalam hal ini mengenai tanggung jawab manajementerhadap pengelolaan pendanaan yang diserahkan padanya.

Kebijakan hutang dapat digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun penentuan kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran perusahaan itu sendiri. Dalam komposisi tertentu hutang akan meningkatkan produktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya jika komposisi itu berlebihan, maka yang akan terjadi adalah penurunan nilai perusahaan. Hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan penggunaan hutang yaitu dengan mempertimbangkan besarnya biaya tetap berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Jika hal ini terjadi, maka harga saham akan menurun dan nilai perusahaan pun akan menurun. Dapat dikatakan bahwa peningkatan jumlah hutang akan menurunkan jumlah pembagian dividen, sehingga nilai perusahaan akan turun (Nurmasari 2015).

Kebijakan hutang akan berdampak pada struktur modal dan faktor leverage perusahaan, baik

(7)

menetapkan kebijakan untuk menggunakan sumber dana dari hutang, berarti leverage keuangan perusahaan akan meningkat dan perusahaan akan menanggung biaya tetap berupa bunga yang harus dibayarkan.

Kepemilikan manajerial yang merupakan persentase kepemilikan saham oleh pihak manajerial atau sering disebut dengan situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer perusahaan tersebut sekaligus pemegang saham perusahaan akan dapat mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian jika keputusan yang diambil salah, terutama pada pengambilan keputusan mengenai pencarian dana apakah melalui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui hutang berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan resiko (Setiana dan Sibagariang 2013).

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2014) menyatakan bahwa kepememilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukakan Larasati (2011) menyatakan bahwa kebijakan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

(8)

monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh para manajer.

Berdasarkan Penelitian Larasati (2011) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namum Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilawati, Silitonga (2014) yang menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

Berikutnya variabel free cash flow yang diduga turut memengaruhi kebijakan hutang perusahaan. menurut Setiana dan Sibagariang (2013) Free cash flow atau aliran kas bebas adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk operasi dan investasi. Arus kas ini merefleksikan tingkat pengembalian bagi penanam modal, baik itu dalam bentuk hutang atau ekuitas. Free cash flow dapat digunakan untuk membayar hutang, pembelian kembali saham, pembayaran dividen atau disimpan untuk kesempatan pertumbuhan perusahaan masa mendatang.

Hasil penelitian Junaidi (2012) yang menyatakan Free cash flow berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kebijakan hutang tetapi hasil peneletian tersebut bertentangan dari penelitian yang dilakukan Hasan (2014) yang menyatakan free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.

(9)

hutang dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham (Syadeli 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan Syadeli (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan utang. Hasil penelitian bertentangan oleh Silitonga (2014) menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan hasil penelitian yang beragam yang telah diuraikan diatas mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini mereplikasi dari penelitan Hasan (2014) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang (Studi pada perusahaan-perusahaan industri dasar dan kimia terdaftar di BEI periode 2009-2011 ). Hasil penelitian Hasan (2014) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Sementara free cash flow dan ukuran perusahaanberpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.

(10)

Hasil tersebut bertentanngan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilawati, Agustina dan Tin (2012) yang menunjukkan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Dari hasil penelitian terdahulu yang masih beragam, maka peneliti ingin menambahkan satu variabel dalam penelitiannya yaitu kepemilikan institusional.

Disamping itu perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan sekarang adalah pada periode yang digunakan. Pada peneiltian sebelumnya yaitu tahun 2009-2011, sedangkan dalam penelitian ini periode yang digunakan yaitu dari tahun 2011-2015, pada penelitian ini objek yang digunakan yaitu pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini mengambil objek pada perusahaan industri dasar dan kimia karena perusahaan yang bergerak di bidang industri dasar dan kimia banyak dilirik oleh para investor untuk menginvestasikan dana milik mereka dan perusahaan industri dasar dan kimia memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang dengan melihat potensi sumber daya alam yang belum cukup banyak terexplorasi dan kebutuhan bahan kimia yang meningkat.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang ? 2. Apakah kepemilikan institusioanal berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang? 3. Apakah free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang ?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang?

(11)

Penelitian ini dibatasi pada variable kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, free cash flow, dan ukuran perusahaan yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur bersektor pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.

1.4Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji pengaruh negatif kepemilikan manaerial terhadap kebijakan hutang. 2. Untuk menguji pengaruh negatif kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang. 3. Untuk menguji penagruh positif free cash flow terhadap kebijakan hutang.

(12)

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa di ambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan peneliti mengenai kebijakan hutang dalam sebuah perusahaan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi dan pembanding untuk penelitian dengan jenis yang sama di masa mendatang.

3. Bagi Akademisi

Gambar

Tabel 1.1. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas
Gambar 1. Grafik Industri dasar dan kimia

Referensi

Dokumen terkait

 pada ureter dan ureter dan kandung kandung kemih, kemih, perdarahan perdarahan yang yang lebih lebih minimal,$aktu operasi minimal,$aktu operasi yang yang lebih cepat,

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana persepsi pelaksana terhadap

Menurut Al-Bahra dalam bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi menjelaskan bahwa “diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu

Di Prancis legalisasi terhadap perbudakan terlihat secara implicit melalui “Dekrit tahun 1685, di mana dalam Dekrit ini diatur hukuman yang dikenakan oleh tuan para

Jadi profesionalisme kerja dalam program pengelolaan keuangan aparatur desa yang mempengaruhi sumber daya memang ada permasalahan dalam kualitas kerja aparatur, masih belum

Sedangkan material berdasarkan aturan syariah Islam adalah material berupa kain yang tidak tipis atau tidak transparan, sesuai dengan sabda Rasullullah SAW dalam beberapa

Maka dari itulah sudah seharusnya ada sebuah sistem atau aplikasi panduan pariwisata atau biasa disebut Travel Agent yang berbasis website untuk memajukan pariwisata di

Jika sebuah muatan uji q’ diletakkan di dalam medan listrik dari sebuah benda bermuatan, kuat medan listrik E benda tersebut adalah besar gaya listrik F yang timbul di antara