• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - YOGI BUDIONO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - YOGI BUDIONO BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Tipes atau typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus

dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri

Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini

dapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Masyarakat

mengenal penyakit ini dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam

dunia kedokteran disebut Typhoid fever atau Thypus abdominalis

karena berhubungan dengan usus di dalam perut (Widoyono, 2002).

Typhus adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009).

Demam Typhoid (thypoid fever) merupakan salah satu penyakit

menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan

yang tida memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang

tidak memenuhi syaarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk.

Penyaklit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (Soewando, 2002)

Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa

(2)

disebabkan oleh bakteri salmonella typhi karena lingkungan yang kurang

sehat serta penerapan pola hidup bersih dan sehat yang masih kurang.

B. ETIOLOGI

Penyakit tipes Thypus merupakan penyakit yang ditularkan melalui

makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,

(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita

penyakit tifus menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau

minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai

suatu spesies, termasuk dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria,

Classis Gamma proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia

Enterobakteriakceae, Genus Salmonella. Salmonella thyposa adalah

bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora

mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0

(somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella)

dan antigen V1 (hyalin, protein membrane). Serum penderita penyakit

typhoid terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut

(3)

C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Gb. 01(Adam.2014)

1. Rongga mulut

Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada

rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan

untuk membantu pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :

a. Gigi

Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling

makanan menjadi partikel yang kecil-kecil.

b. Lidah

Memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut

serta mengecap rasa makanan.

c. Kelenjar Ludah

Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar

ludah tersebut menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1

sampai 2,5 liter ludah. Kandungan ludah pada manusia adalah :

(4)

adalah melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat

menjadi disakarida.

2. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut

dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat

daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis

yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan).

Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar

makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan

peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung

3. Lambung

Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti

kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga

mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang

berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi

otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot-otot polos yang menyusun lambung, yaitu

otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong.

Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi

dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa

kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :

a. Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai

disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan

(5)

b. Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit

c. Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu

(ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.

d. Mukus, melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat

asam HCl.

4. Usus halus

Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus

memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3

bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (±

3,6 m). Usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja,

dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta

senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.

5. Usus besar

Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus

halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U

terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden,

Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :

a. Menyerap air selama proses pencernaan.

b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai

hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.

(6)

d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari

tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.

6. Rektum dan Anus

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum

dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian

rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum

mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang

menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik (Adam, 2014)

D. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari.

Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan

berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai

komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit

ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada

umumnya yaitu : demam,nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,

mual, muntah, obstipasi atau diare,perasaan tidak enak diperut, batuk

dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh

meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama

pada sore hingga malam hari (Djoko,2009)

E. PATOFISIOLOGI

Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),

(7)

yaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya menuju

lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan

sebagian lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi

iritasi) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan darah

mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran

darah dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di dalam

jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah

sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus.

Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan

menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat.

Sehingga beresiko kekurangan cairan tubuh. Jika kondisi tubuh dijaga

tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan

seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur

(8)

F. PATHWAYS

Makanan yang terinfeksi bakteri Salmonella Typhosa

Masuk melalui mulut

Menuju ke saluran pencernaan

Lambung

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Limpa Endotoksin

usus halus

Tukak Splenomegali

Perdarahan dan perforasi Lambung tertekan

Mual

Anoreksia

Gb. 02(Zulkoni, 2011) Mati dimusnahkan

asam lambung

Resiko defisit

volume cairan

Nyeri

Hipertermi

(9)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap (Masjoer, 2002)

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar

leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai

infeksi sekunder. Dapat pula ditemukan anemia ringan dan

trombositopeni. Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi

aneosinofilia maupun limfopeni laju endap darah dapat meningkat.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal

setelah sembuh. Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan

penanganan khusus.

3. Pemeriksaan uji widal

Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri

salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara

antigen bakteri salmonella typhi dengan antibody salmonella yang

sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Uji widal dimaksudkan

untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka

demam Typhoidenema barium mungkin juga perlu dilakukan

(10)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut DJoko (2006) obat-obat antibiotika yang biasa digunakan

ialah ampisilin dan amoksisilin, antipiretika, bila perlu diberikan laksansia,

tirah baring selama demam untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau

perforasi usus, mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya

kekuatan pasien, diet pada permulaan, diet makanan yang tidak merangsang

saluran cerna dalam bentuk sering atau lunak, makanan dapat ditingkatkan

seusai perkembangan keluhan gastrointestinal, perforasi, transfusi bila

diperlukan pada komplikasi perdarahan.

I. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap pertama proses keperawatan yang

meliputi pengumpulan data secara sistematis dan cermat untuk

menentukan status kesehatan klien saat ini dan riwayat kesehatan masa

lalu, serta menentukan status fungsional serta mengevaluasi pola koping

klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data diperoleh dengan cara

wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, peninjauan catatan dan laporan

(11)

Data dasar pengkajian pasien dengan typhoid abdominal menurut

Djoko (2006) adalah

1. Aktivitas atau istirahat

Gejala yang ditemukan pada kasus typhoid abdominal

antara lain kelemahan, malaise, kelelahan, merasa gelisah dan

ansietas, cepat lelah dan insomnia

2. Sirkulasi

Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit

membrane mukosa kotor, turgor buruk, kering dan lidah

pecah-pecah akan ditemukan pada pasien febris typhoid.

3. Integritas ego

Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta

tanda seperti menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam

pengkajian integritas ego pasien.

4. Eliminasi

Pengkajian eliminasi akan menemukan gejala tekstur feses

yang bervariasi dari lunak sampai bau atau berair, perdarahan

per rektal dan riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya

(12)

5. Makanan dan cairan

Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah,

penurunan berat badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan

tanda yang ditemukan berupa penurunan lemak sub kutan,

kelemahan hingga inflamasi rongga mulut.

6. Hygiene

Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan

perawatan diri dan bau badan.

7. Nyeri atau ketidaknyamanan

Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien

dengan titik nyeri yang dapat berpindah

8. Keamanan

Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan

peningkatan suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi

kulit.

Pola fungsional menurut Gordon :

1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan.

Kebersihan lingkungan dan makanan yang kurang terjaga.

2. Pola nutrisi

Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan

(13)

3. Pola eliminasi.

Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB 1x

sehari, BAK 4x sehari.

4. Pola istirahat tidur

Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan

menimbulkan rasa tidak nyaman.

5. Pola aktivitas.

Akan terganggu kondisi tubuh yang lemah.

6. Pola nilai dan kepercayaan.

Kegiatan ibadah terganggu karena sering pusing dan lemas.

7. Pola hubungan dan peran pasien.

Hubungan terganggu jika pasien sering pusing dan lemas.

8. Pola konsep diri.

Merupakan gambaran, peran, identitias, harga, ideal diri pasien

selama sakit.

9. Pola seksual dan reproduksi.

Menunjukkan status dan pola reproduksi pasien.

10.Pola koping dan toleransi stress

Adalah cara individu dalam menghadapi suatu masalah.

11.Pola kognitif

(14)

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien typhoid menurut

NANDA (2008), antara lain:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit infeksi salmonella

typhi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan dalam mengabsorbsi makanan.

3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake

cairan, dan peningkatan suhu tubuh.

4. Nyeri b.d agen injury biologis

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi,

Hipertermia adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

atau beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus

lebih tinggi dari 37,8 C (100 F) peroral atau 38, 8 C(101 F) perectal

(15)

Batasan karakteristik (NANDA, 2008)

Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal, serangan atau konvulsi

(kejang), pertambahan RR, takikardi, saat disentuh tangan terasa

hangat, memiliki tujuan dan kriteria hasil sebagai berikut:

Tujuan: Suhu tubuh klien turun dan bertahan dalam batas normal

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam.Kriteria

hasil: Temperatur tubuh normal 36-37 C, tidak mengalami pusing

Intervensi:

a. Observasi tanda-tanda vital

Rasional:

Untuk memonitor keadaan umum klien berkaitan dengan demam

selama proses infeksi dan usia megnetahui tindakan keperawatan

serta mengidentifikasi kemajuan/penyimpangan dari hasil yang

diharapkan.

b. Observasi dan catat masukkan dan haluaran cairan

Rasional:

Dengan memonitor masukan dan haluaran cairan maka

(16)

c. Observasi keluhan dan tingkat kesadaran

Rasional:

Untuk megnetahui sejauh mana keluhan yang dirasakan klien,

respon terhadap keluhan dan untuk mengetahui tingkat kesadaran

klien karena demam tinggi dapat menyebabkan gangguan

kesadaran atau kesadaranmenurun.

d. Jelaskan penyebab terjadi terjadinya hipertermia

Rasional:

Agar keluarga mengerti bagaimana proses penyakit yang diderita

oleh klien dan mengurangi kecemasan.

e. Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu dan

keluarga untuk pelaksanaannya meliputi:

1) Lakukan kompres hangat: bertujuan untuk membantu pasien

proses konduksi panas dari tubuh dan membantu vasodilatasi

pembuluh darah sehingga tubuh diharapkan berangsur-angsur

normal.

2) Tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik: dengan tirah baring

maka aktivtias sel-sel dan proses metabolisme menurun sehingga

diharapkan dapat mengurangi demam.

3) Banyak minum 1–2 liter/hari (8–9 gelas perhari): diharapkan

dengan pemberian minum yang cukup akan mempertahankan

intake dari dalam tubuh dan meningkatkan output urin untuk

(17)

4) Anjurkan klien mengenakan pakaian tipis dan menyerap

keringat: pakaian tipis akan mempermudah terjadinya penguapan

keringat akibat hipertermia.

f. Laksanakan program medik (antibiotik, antipiretik, infus).

Rasional:

Dengan pemberian anti piretik dapat menunjang upaya-upaya

perawatan dalam usaha menurunkan panas tubuh, serta

memungkinkan klien mendapatkan terapi lebih lanjut untuk

penyakitnya.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan dalam mengabsorbsi makanan, y aitu suatu keadaan

dimana individu yang tidak puasa mengalami dan beresiko megalami

pengurangan berat badan yang hasil sebagai berikut:

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria hasil:

a. Intake nutrisi meningkat.

(18)

Dengan intervensi:

a. Kaji status nutrisi pasien

Rasional:

Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

b. Bantu pemenuhan nutrisi klien, dengan:

1) Berikan makanan yang tidak merangsang saluran pencernaan

dalam porsi kecil dan hangat 5–6 kali/hari: makanan yang

merangsang dapat meningkatkan peristaltik usus dan

merangsang asam lambung. Selera makan klien diharapkan

timbul ketika makanan masih hangat dan makan dalam porsi

kecil tapi sering dimaksudkan untuk menghindari rangsangan

mual, muntah pada klien.

2) Bantu dan dampingi klien saat makan, siapkan lingkungan

yang menyenangkan: dengan mendampinginya diharapkan

anak merasa diperhatikan, sehingga klien mau makan dan

lingkungan yang menyenangkan akan memberikan rasa

nyaman pada klien saat makan.

3) Monitor makanan dihabiskan setiap makan: untuk

mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang

(19)

c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien.

Rasional:

Anggota keluarga lebih tahu tentang kebiasaan makan klien,

makanan kesukaannya sehingga diharapkan anggota keluarga dapat

membantu dalam pemenuhan nutrisi pada klien.

d. Timbang berat badan klien

Rasional:

Penimbangan berat badan berguna untuk mengontrol penurunan

ataupeningkatan berat badan serta untuk mengetahui efektivitas

therapi yang dilaksanakan.

e. Laksanakan program medik (antiemetik)

Rasional:

Dengan pemberian antiemetik diharapkan mual, muntah berkurang

atau hilang dan makanan dapat ditoleransi lebih baik bila mual

muntah tidak ada.

3. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake

cairan, muntah, peningkatan suhu tubuh, yaitu kurang terpenuhinya

kebutuhan cairan dalam tubuh, disebabkan oleh output yang berlebihan

biasanya mengarah pada dehidrasi kehilangan cairan dengan

pengeluaran sodium (Carpenito, 2007). Batasan Karakteristik,

Kelemahan yang disebabkan karena dehidrasi, penurunan turgor kulit,

(20)

Tujuan: Klien tidak muntah lagi, suhu tubuh klien normal, setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria hasil :

a. Kebutuhan cairan terpenuhi

b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

c. Mukosa bibir lembab

Intervensi:

a. Jelaskan penyebab konstipasi kehilangan cairan

Rasional:

Agar keluarga mengerti bagaimana proses penyakit yang diderita

oleh pasien.

b. Observasi dan catat jumlah cairan yang masuk dan keluar, turgor

kulit, membran mukosa.

Rasional:

Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam

tubuh, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dapat

menyebabkan dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa

(21)

c. Berikan stimulasi untuk pasien, dengan:

1) Anjurkan minum air putih 1–2 liter/hari (8–9 gelas/hari);

asupan cairan yang adekuat.

2) Makan buah-buahan antara lain pepaya, sari buah, dan

lain-lain; sari buah seperti pepaya mengandung vitamin.

3) Mobilisasi miring kanan dan kiri atau duduk sesuai dengan

yang diizinkan bagi pasien; mobilisasi dapat merangsang

sel-sel tubuh untuk bekerja termasuk sel-sel-sel-sel dalam saluran

pencernaan sehingga dapat meningkatkan peristaltik usus dan

merangsang untuk defekasi.

d. Laksanakan program dokter (pemberian cairan parenteral laksativ)

Rasional:

Pemberian cairan parenteral dapat mempertahankan keseimbangan

cairan dan elektrolit dalam tubuh dan pemberian obat-obatan

diharapkan dapat mengatasi kehilangan cairan.

4. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri dapat

berkurang atau terkontrol.

Kriteria hasil:

a. Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol

(22)

Intervensi:

a. Observasi karakteristik nyeri (PQRST)

Rasional:

Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat diukur

b. Observasi TTV

Rasional:

Perubahan TTV menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri

c. Beri posisi yang nyaman

Rasional:

Posisi yang nyaman mampu mengurangi nyeri dan membuat relaks

d. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

Rasional:

Relaksasi napas dalam mampu mengurangi ketidaknyamanan karena

nyeri

e. Anjurkan pasien menekan dada saat batuk

Rasional:

Menekan dada untuk mengurangi ketidaknyamanan

f. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional:

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini berisikan mengenai berbagai bentuk aktivitas bermusik yang mendukung peribadatan atau Kebaktian di Gereja Kristen Indonesia Jemaat Gejayan Yogyakarta

Anda juga dapat menggunakan tombol daya untuk mengaktifkan mode tidur atau hibernasi pada PC Notebook dan beralih kembali ke siaga dari mode tidur atau hibernasi2. Jika PC

Saran dari hasil penelitian adalah: (1) Guru hendaknya memilih model pembelajaran yang paling sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran, misalnya pada materi

[r]

di Sulawesi Tenggara. Di samping itu, ditemukan satu rekaman baru untuk Sulawesi Tenggara yaitu Nageia wallichiana. Jenis tersebut dilaporkan dijumpai di Sulawesi Utara dan

Lebih lanjut Soerjono Soekanto (2006:136-140) mengungkapkan masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu

Pada zaman sekarang ini, banyak sekali jenis katalis padat yang telah digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel seperti oksida

Dengan teknologi multimedia dapat digunakan sebagai media pembuatan video profil “Vihara Dhama Sundara” yang menjadi media informasi dan promosi agar dikenal oleh masyarakat