• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2012 SKRIPSI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ACEH BARATTAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN

ACEH BARAT TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

(CMHN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH :

RAHMI WATI

NIM : 06C10104220

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH - ACEH BARAT

(4)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada

stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan aib bagi keluarganya (Hawari, 2003).

Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan

manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial,

psikologis, genetik, fisik, atau kimiawi. Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas (Psikologi, 2012).

Gangguan jiwa tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya tetapi juga bagi orang terdekat, biasanya keluargalah yang paling terkena dampak bagi hadirnya ganggua n jiwa di keluarga mereka. Selain biaya perawatan tinggi pasien juga membutuhkan perhatian dan dukungan yang lebih dari masyarakat terutama keluarga, sedangkan pengobatan gangguan jiwa membutuhkan waktu yang relative lama, bila pasien tidak melanjutkan pengobatan maka akan mengalami kekambuhan (Arif, 2006).

(5)

masalah- masalah kesehatan dalam kelompoknya send iri. Keluarga memiliki peranan yang bersifat mendukung anggota keluarganya yang sakit dalam masa tahap penyembuhan dan pemulihan. Apabila dukungan semacam itu tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat kurang. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terp isahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2012).

Menurut Supiyani (2010) banyak faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan jiwa, hingga saat ini diyakini terdapat tiga faktor utama sebagai penyebabnya, pertama, faktor organobiologi seperti faktor keturunan (genetik), adanya ketidakseimbangan zat-zat neurokimia di dalam otak. Kedua, faktor psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indra kita (halusinasi), dan yang ketiga adalah faktor lingkungan (sosial) baik itu di lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun yang ada diluar lingkungan keluarga seperti lingkungan kerja dan sekolah.

(6)

perhatian akan pentingnya upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat te rmasuk kesehatan jiwa keluarga (UU Kesehatan, 2009).

Total jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, menurut data Departemen Kesehatan tahun 2007, mencapai lebih dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dari populasi dan 0,46% menderita gangguan jiwa. Jumlah penderita gangguan jiwa di Provinsi Aceh menduduki peringkat ke 2 setelah DKI Jakarta. Jumlah penduduk Aceh tahun 2012 yang mengalami gangguan jiwa dilaporkan mencapai 14,1% dari total jumlah penduduk golongan usia 15 tahun ke atas. Gangguan jiwa tersebut antara lain disebabkan konflik bersenjata selama hampir 30 tahun dan bencana gempa tsunami (DepKes RI, 2012).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Aceh Angka gangguan jiwa di Aceh sudah berada di atas rata-rata Nasional yang hanya 11,6%. Hal ini dipengaruhi karena masih adanya kendala dalam menjalankan sistem pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang sedang digalakkan Pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari penyediaan anggaran, dimana dari 23 Kabupaten/Kota, baru 13 Kabupaten/Kota yang menyediakan anggaran. Selain itu, jumlah perawat dan dokter yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk penanganan kesehatan jiwa di Puskesmas masih sangat sedikit dan belum terdistribusi merata ke berbagai Kecamatan (DinKes Aceh, 2012).

(7)

dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh. Sedangkan urutan pertama diduduki oleh Kabupaten Aceh Utara (Dinkes Aceh Barat, 2011).

Puskesmas Mereubo merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Barat. Di puskesmas ini juga dilaksanakan program CMHN. Program CMHN merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah- masalah kesehatan jiwa akibat dampak konflik, tsunami, gempa bumi maupun bencana lainnya. Implementasi program CMHN di Kabupaten Aceh Barat adalah dengan pelaksanaan pelatihan khusus untuk perawat yang bekerja di Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat secara komprehensif, holistik, kontinue dan

paripurna sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal

(Puskesmas Mereubo, 2013).

(8)

Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang Dukungan Keluarga Dalam Pelaksanaan Program Community Mental Health Nursing

(CMHN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Dukungan Keluarga Dalam Pelaksanaan Program

Community Mental Health Nursing (CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas

Mereubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Dukungan Keluarga Dalam Pelaksanaan Program Community Mental Health

Nursing (CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan informasional keluarga kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan penilaian keluarga kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

3. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan instrumental keluarga kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

(9)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis

1. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang berarti karena dapat dimanfaatkan untuk menambah kaya khazanah teori tentang program CMHN bagi masyarakat khususnya keluarga.

2. Memberikan informasi empiris mengenai dukungan keluarga dalam pelaksanaan program CMHN di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

1.4.2 Secara Praktis

1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi Puskesmas Meureubo dalam penentuan dan pengambilan kebijakan kesehatan bagi pasien jiwa.

2. Bagi tenaga kesehatan, untuk menambah motivasi dalam mendukung pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada pasien jiwa.

3. Bagi keluarga, dalam mendapatkan informasi yang benar dan tepat dari program CMHN.

(10)

7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksa nakan peran sosial (Keliat, 2006).

Menurut Undang- undang Nomor 3 tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa, gangguan jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses pikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik, termasuk bicara. Dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan jiwa diartikan sebagai adanya kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan secara klinis, yang disertai adanya penderitaan (disstres) pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi seseorang yang tidak termasuk disini adalah penyimpangan konflik sosial yang tanpa disertai

disfungsi seseorang (Sulistiawati, 2005).

2.2 Community Mental Health Nursing (CMHN)

CMHN adalah upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah- masalah kesehatan jiwa akibat konflik atau bencana. Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat CMHN perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi

(11)

bersama masyarakat harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta masyarakat terutama tokoh masyarakat dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa (Keliat, 2006).

Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi : 1. Perencanaan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas

Menurut Siagian dalam Keliat (2006) perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal- hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilak ukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan dan dimana dalam melaksanakan suatu kegiatan jika tanpa perencanaan kegiatan akan menjadi tidak terarah sehingga hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diinginkan. Marquia & Houston dalam Depkes RI (2002) mengungkapkan jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan satu tahun.

(12)

dilakukan oleh perawat supervisor, perawat CMHN di puskesmas dan kader kesehatan jiwa.

Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat, 2006). 1) Rencana bulanan perawat CMHN

Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh perawat CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat meliputi dua aspek, yaitu:

a. Kegiatan manajerial

Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan b. Kegiatan asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari :

1. Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat, kelompok yang berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga pasien gangguan jiwa. 2. Asuhan keperawatan masalah psikososial

3. Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial

4. Asuhan keperawatan gangguan jiwa

5. Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok pasien yangmengalami gangguan jiwa.

2) Rencana tahunan perawat CMHN

(13)

a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang dilaksanakan dan hasil evaluasi (wilayah kerja Puskesmas dan Desa siaga sehat jiwa).

b. Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan untuk memantapkan hal- hal yang masih rendah.

c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam bentuk

rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.

2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas

Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab (Keliat, 2006).

Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa

komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap perawat CMHN di Puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh perawat CMHN puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau leb ih. Tokoh masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader kesehatan jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap masing- masing dusun yang melakukan kegiatan Desa siaga sehat jiwa.

Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah: a. Wilayah kerja Puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN. Misalnya

(14)

b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu Desa untuk dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa.

c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun, setiap dusun minimal memiliki 2 kader kesehatan jiwa.

Menurut Keliat (2006) pengelompokkan keluarga pada Desa siaga sehat jiwa berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan diberikan kepada keluarga yang sehat, risiko dan gangguan. Keluarga yang sehat dikelompokkan dalam usia:

1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan

2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan 3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun 4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun 5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun 6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun 7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun 8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun

3. Pengarahan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas

(15)

baik, pengelolaan konflik, memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan pendelegasian

dan supervisi,melakukan negosiasi dan advokasi lintas program dan sektor (Keliat, 2006).

Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan

supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik (Keliat, 2006).

1) Manajemen waktu

Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki. Pada desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat. Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen evaluasi perencanaan.

2) Pendelegasian

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pendelegasian dilaksanakan melalui proses : a. Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan

(16)

d. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu maka perawat CMHN harus bisa menjadi contoh peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi e. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai

3) Supervisi

Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.

Kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Fasilitator

Nasional, fasilitator Provinsi dan Dinas Kesehatan melakukan supervisi satu kali sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat, fasilitator lokal dan kepala Puskesmas melakukan supervisi dua kali seminggu terhadap perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan perawat CMHN melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap kader kesehatan jiwa. Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan asuhan keperawatan.

4) Manajemen konflik

(17)

2.3 Dukungan Keluarga 2.3.1 Definisi

Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2012).

Kane yang dikutip oleh Setiadi (2008) mendefinisikan dukungan keluarga sebagian suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat

reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), umpan balik (kuantitas dan

kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalan intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.

Menurut Gottlieb dalam K uncoro (2006) dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal- hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Didalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan dan mendapatkan saran atau kesan menyenangkan pada dirinya.

(18)

kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau menolong dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu atau kelompok.

Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2012).

2.3.2 Fungsi Dukungan Keluarga

Caplan dalam Friedman (2012) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan keluarga diantaranya adalah:

1. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

(19)

2. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.

3. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit

diantaranya: bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau

stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau keperdulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahaan atau penderitaan.

4. Dukungan Emosional

(20)

2.3.3 Sumber D ukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sos ial keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 2012).

Menurut Root & Dooley dalam K uncoro (2006) ada 2 sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga yang natural

diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan

dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non

formal sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah dukungan yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sehingga sumber dukunga n natural

mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga

artifisial, perbedaan itu terletak pada:

a. Keberadaan dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuain dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

(21)

d. Sumber dukungan natural mempunya keragaman dalam penyampaian dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan labelpsikologis.

2.3.4 Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2012).

Wills dalam Friedman (2012) menyimpulkan bahwa efek-efek (dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif dari stres) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utamanya dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.

Serason dalam Kuncoro (2006) berpendapat bahwa dukungan keluarga mencakup 2 hal yaitu:

(22)

b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

2.3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi D ukungan Keluarga

Menurut Feiring dan Lewis dalam Friedman (2012) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal

a. Meliputi tahap perkembangan, artinya dukungan ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi- lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif

akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor- faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

(23)

ancaman penyakit mungkin akan menyangka adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

d. Aspek spiritual, dapat terlihat bagaimana seseorang menjalani kehidupanya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

2. Faktor eksternal

a. Praktik di keluarga, cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehata nnya. Misalnya klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.

b. Faktor sosial ekonomi dan psikososial, dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehata nnya. c. Latar belakang budaya

(24)

2.4 Kerangka Teori

Adapun kerangka teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan oleh Friedman (2012).

Gambar 2.1 Kerangka teori

Skema kerangka teori di atas menjelaskan bahwa dukungan keluarga yang diberikan baik dalam bentuk informasional, penilaian, instrumental dan emosional akan mendukung kemandirian pada pasien gangguan jiwa. P rogram

Community Mental Health Nursing yang dilaksanakan di masyarakat akan memperkuat dukungan keluarga tersebut, kemudian apabila program Community Mental Health Nursing dapat berjalan dengan baik pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian pada pasien gangguan jiwa.

Dukungan Keluarga

Emosional Instrumental

Penilaian

Informasional

Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa

Program

Community Mental Health

(25)

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Program Community Mental Health Nursing

(CMHN) Dukungan Keluarga

(26)

233 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendiskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini yang akan dideskripsikan adalah dukungan keluarga dalam pelaksanaan program CMHN di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 Oktober sampai dengan 8 Oktober tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruha n objek penelitian (Notoatmodjo, 2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa di wilayah Kerja Puskesmas Mereubo yaitu 84 keluarga.

3.3.2 Sampel

(27)

24

populasi” yaitu semua sampel yang ada dijadikan objek penelitian. Jumlah sampel keseluruhan adalah 84 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Prime r

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang berisikan pertanyaaan tentang dukungan keluarga dalam pelaksanaan program CMHN dan responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda

(√) pada jawaban yang tersedia. Pada bagian pertama kuesiner berisi data

demografi responden. Untuk sub variabel dukungan keluarga terdiri dari 10 pertanyaan sehingga jumlah pertanyaan seluruhnya menjadi 40.

3.4.2 Data Sekunder

(28)

25 3.5. Defenisi Ope rasional Variabel

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Keterangan

1 Dukungan Keluarga

Defenisi Sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit

a. Informasional Defenisi

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Dukungan yang berbentuk nasehat, usulan,saran, petunjuk dan pemberian informasi b. Penilaian Defenisi

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Dukungan yang berbentuk support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian

Dukungan yang berbentuk materi dan sarana

Dukungan yang berbentuk kepercayaan, perhatian dan mendengarkan seluruh keluhan pasien jiwa

(29)

26 3.6 Aspek Pengukuran Variabel

Dukungan keluarga diukur dengan menggunakan skala Gutmant, yaitu setiap jawaban ya diberi skor 1 dan setiap jawaban tidak diberi skor 0. Jumlah pertanyaan adalah 40 pertanyaan. Jumlah kategori yang digunakan untuk sub variabel adalah 2 kategori yaitu baik, dan kurang. Untuk menentukan rentang antar kategori digunakan rumus ; (Notoatmodjo, 2010).

Keterangan :

(30)

27

Sehingga didapatkan :

Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5 Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5 Variabel Instrumental

Sehingga didapatkan :

Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5 Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5 Variabel Emosional

Sehingga didapatkan :

Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5 Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5

3.7 Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari tiap-tiap variabel yang bertujuan mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Budiarto, 2002). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat

(31)

28 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

UPTD Puskesmas Meurebo berdiri pada tahun 1992 yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang beralamat Jalan Datoek Janggoet Meuh Gampong Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat. Secara Geografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Meurebo terbagi dua wilayah, yaitu : wilayah pesisir terdiri dari 16 Gampong dan wilayah pegunungan sebanyak 11 Gampong.

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas meurebo, disebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

4.1.2 Hasil Analisa Univariat 4.1.2.1 Dukungan Informasional

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi D ukungan Informasional di Wilayah Kerja Puskesmas Meureboe Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Dukungan Informasional f %

1. Baik 68 81

2. Kurang 16 19

Total 84 100

(32)

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan

informasional berada pada kategori baik dengan jumlah 68 orang (81%).

4.1.2.2 Dukungan Penilaian

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian di Wilayah Kerja Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Dukungan Penilaian f %

1. Baik 72 86

2. Kurang 12 14

Total 84 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan penilaian berada pada kategori baik dengan jumlah 72 orang (86%).

4.1.2.3 Dukungan Instrumental

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi D ukungan Instrumental di Wilayah Kerja Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Dukungan Instrumental f %

1. Baik 64 76

2. Kurang 20 24

Total 84 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan

instrumental berada pada kategori baik dengan jumlah 64 orang (76%).

4.1.2.4 Dukungan Emosional

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional di Wilayah Kerja Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Dukungan Emosional f %

1. Baik 79 94

2. Kurang 5 6

Total 84 100

(33)

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas dukungan emosional berada pada kategori baik dengan jumlah 79 orang (94%).

4.1.2.5 Jenis Kelamin

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013

No Jenis Kelamin f %

1. Laki- laki 51 61

2. Perempuan 33 39

Total 84 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas diketahui mayoritas responden (61%) adalah laki- laki.

4.1.2.6 Umur

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Umur f %

1. Dewasa Awal 70 83,3 2. Dewasa Tengah 12 14,3

3. Dewasa Akhir 2 2,4

Total 84 100

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui mayoritas umur pasien jiwa terbanyak berada pada kategori dewasa awal (83,3%) dan paling sedikit berada pada kategori dewasa akhir sebanyak (2,4%).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Dukungan Informasional

(34)

demikian dukungan informasional ini perlu terus ditingkatkan sehingga pasien jiwa merasa masih diperhatikan oleh keluarganya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Caplan dalam Friedman (2012) Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Oleh karena itu, pada keluarga pasien jiwa diharapkan tetap terus memberikan nasehat dan informasi yang bersifat positif pada pasien jiwa agar mereka dapat meneruskan hidup dengan penuh kasih sayang.

4.2.2 Dukungan Penilaian

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 72 (86%) responden menyatakan telah memberikan dukungan penilaian, hal ini berdampak positif bagi pasien jiwa. Dukungan informasi keluarga meliputi mengingatkan klien untuk berobat, memberikan solusi dari masalah yang dihadapi klien, memberikan nasehat dan saran.

Penelitian yang dilakukan oleh Barton dalam Hawari (2003) menunjukkan bahwa 50% dari penderita sakit jiwa kronis yang menjalani program

(35)

dilakukan secara terstruktur dan dikoordinasikan dalam 2 model perawatan yang menyeluruh agar lebih efektif sehingga membantu pasien meraih penyesuaian sosial yang maksimal.

Sesuai dengan pendapat Caplan dalam Friedman (2012) bahwa Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.

4.2.3 Dukungan Instrumental

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 64 (76%) responden yang telah memberikan dukungan instrumental, hal ini menunjukkan bahwa perlunya ditingkatkan dukungan Instrumental bagi pasien jiwa guna meningkatkan derajat kesehatan bagi pasien jiwa itu sendiri dan hal ini tentunya dapat berdampak positif bagi keluarga pasien jiwa.

Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit

diantaranya: bantuan langsung dari orang ya ng diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau

(36)

Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa selain dukungan informasional, dan penilaian, dukungan instrumental dan emosional sangat diperlukan demi keberlangsungan hidup yang baik bagi pasien jiwa.

4.2.4 Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 79 (94%) responden menyatakan telah memberikan dukungan emosional, hal ini dapat terus ditingkatkan agar pasien jiwa merasa diberikan kepercayaan dan perhatian oleh keluarga. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Hal ini sesuai dengan manfaat dari dukungan emosional dimana secara emosional dapat menjamin nilai- nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta di dengarkan.

(37)
(38)

35

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 81% responden menyatakan telah memberikan dukungan informasional, hal ini menunjukkan bahwa keluarga pasien jiwa telah memberikan informasi yang baik kepada pasien jiwa.

2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 86% responden menyatakan telah memberikan dukungan penilaian, hal ini berdampak positif bagi pasien jiwa. 3. Dari hasil penelitian diketahui 76% responden yang telah memberikan

dukungan instrumental, hal ini menunjukkan bahwa perlunya ditingkatkan dukungan Instrumental guna meningkatkan derajat kesehatan bagi pasien jiwa. 4. Berdasarkan hasil penelitian diketahui (94 %) responden menyatakan telah

memberikan dukungan emosional, hal ini dapat terus ditingkatkan agar pasien jiwa merasa diberikan kepercayaan dan perhatian oleh keluarga.

5.2 Saran

1. Bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dianjurkan untuk memberikan konseling mengenai dukungan keluarga bagi pasien jiwa guna kelancaran pelaksanaan ProgramCommunity Mental Health Nursing (CMHN).

2. Bagi masyarakat diharapkan agar dapat ikut serta dalam memberikan dukungan sosial guna kelancaran Program Community Mental Health Nursing (CMHN). 3. Diharapkan kepada keluarga pasien jiwa agar lebih meningkatkan dukungan

(39)

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Arif. 2009. ObjectRelations Family Therapy Bagi Keluarga Pasien Gangguan Jiwa. http://books.google.co.id. (19 Januari 2009).

DepKes RI. 2002. Pedoman Umum Pengenalan Masalah Psikososial Bagi Petugas Kesehatan/Puskesmas. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta.

DepKes RI. 2012. Penderita Gangguan Jiwa Meningkat Tiap Tahunnya. http://kesehatan.com. (05 Oktober 2010).

DinKes Aceh. 2012. Angka Gangguan Jiwa Di Kabupaten. http://kesehatan.com. (09 Maret 2012).

DinKes Aceh Barat. 2012. Profil Dinas Kesehatan Aceh Barat Tahun 2012.

Friedman. 2012. Pengertiam Dukungan Keluarga. http://psychologymania.com. (17 Agustus 2012).

Hawari. 2003. Makalah Community Mental Health Nursing (CMHN).

http://psikologijiwa.com. (05 Mei 2013).

Irmansyah. 2006. Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012). Keliat. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. EGC. Jakarta.

Kuncoro. 2006. Psikologi Keluarga: Peran Orang Tua Menuju Coparenting.

Salemba Medika. Jakarta.

Niven. 2000. Dukungan Emosional Dalam Menyikapi Gangguan Jiwa.

http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).

Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Puskesmas Meurebo. 2011. Data Pasien Jiwa Tahun 2011.

Puskesmas Meurebo. 2012. Data Pasien Jiwa Tahun 2012.

Puskesmas Meurebo. 2013. Data Pasien Jiwa Tahun 2013.

Psikologi. 2012. Pengertian Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).

(40)

http://psychologymania.com. (12 Agustus 2012).

Supiyani. 2010. Mari Kenali Kesehatan Jiwa. http://medistra.com. (22 Juli 2010). UUD Kesehatan. 2009. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional di Wilayah Kerja
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penyemprotan Spray Powder , dilakukan pemasangan reference point sebagai acuan dalam penggabungan permukaan hasil photoscanning komponen Mass

Suatu perusahaan yang mengetahui hal tersebut, tentu tidak hanya menjual produk itu sendiri, tetapi juga manfaat dari produk tersebut dimana pada akhirnya hal tersebut

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa, hormat mendalam dan terimah kasih yang sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu,

Menimbang, bahwa terhadap kondisi fisik/pendengaran dan juga pemikiran Penggugat yang sudah tidak baik lagi tersebut majelis juga telah berupaya maksimal dengan

Menimbang, bahwa salah satu Kuasa Hukum Penggugat yang bernama ADVOKAT II., adalah Advokat Magang/ pemegang Izin Sementara Praktek Advokat, maka ia terikat dan

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif yang memberikan preskriptif mengenai kesesuaian penerapan dakwaan kumulatif subsidair oleh Penuntut

Metode pengorganisasian file secara konvensional dapat dilakukan dengan 3 cara, cara pertama adalah dengan mengunakan organisasi file secara sekuensial atau

2) Sebagai kriteria penilaian pada setiap unit pusat pertanggungjawaban. 3) Sebagai bahan eveluasi guna meningkatkan performa kinerja manajerial dalam sebuah