• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan Di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan Di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat - Repository utu"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

HUJAN DI GAMPONGBEURAWANG

KEC. BUBON KAB. ACEH BARAT

SKRIPSI

NAZUAR 09C10404075

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

PENGARUHFAKTOR

FAKTORPRODUKSITERHADAPPENDAPATAN USAHATANI

PADI SAWAH TADAH

HUJAN DI GAMPONG BEURAWANG

KEC. BUBON KAB. ACEH BARAT

SKRIPSI

NAZUAR 09C10404075

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(3)
(4)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beras merupakan salah satu golongan padi-padian paling penting

untukkonsumsi manusia di dunia. Sebanyak75 persen masukan kalori harian

masyarakat di negara-negara Asia tersebut berasaldari beras. Lebih dari 59 persen

penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumberkalori utama (Marjuki,

2008).

Beras merupakan bahan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsioleh

sekitar 90 persen penduduk Indonesia dan menyumbang lebih dari 50 persen

kebutuhankalori serta hampir 50 persen kebutuhan protein (Amang, 1995).

Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakatIndonesia,

tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagaisalah satu

faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan nasional.

Menurut Marjuki(2008), berassebagai bahan makanan pokok tampaknya

tetap mendominasi pola makan orangIndonesia. Hal ini terlihat dari tingkat

partisipasi konsumsi di Indonesia yangmasih diatas 95 persen.Bahkan Surono

(2001), memperkirakantingkat partisipasi konsumsi beras baik di kota maupun di

desa, di jawa maupun diluar jawa sekitar 97 persen hingga 100 persen. Ini berarti

hanya sekitar 3 persen dari total RT diIndonesia yang tidak mengkonsumsi beras.

Di Indonesia sendiri, propinsi dengan jumlah produksi padi tertinggiadalah

Jawa Barat, kemudian diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Propinsilainnya

dengan jumlah produksi padi diatas satu juta ton per tahun adalahSulawesi

(5)

konsumsi beras, Indonesia juga berada pada peringkat tiga konsumenberas

terbesar di dunia setelah Cina dan India, yaitu berkisar antara 110-139 kg per

tahun per orang.

Untuk produksi padi, di Indonesia memiliki beberapa propinsi

yangmenjadi kantong-kantong penyedia padi, salah satunya adalah Propinsi Aceh.

Di Propinsi Aceh, Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang

berperan sebagai kantong produksi padi nasional. Dengan luas lahan di Kabupaten

Aceh Barat yaitu seluas 15.346 Ha. Dengan produksi gabah mencapai 55.165 ton

pada tahun 2011 (BPS Kabupaten Aceh Barat, 2012)

Data luas lahan dan produksi padi dalam setiap kecamatan di Kabupaten

Aceh Barat pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 1.1. berikut ini.

Tabel 1.1.DataLuas Lahan dan Produksi Padi dalamKecamatan di Kabupaten Aceh Barat Tahun (2011)

1 Johan Pahlawan 548 1.404 2,56

2 Samatiga 1.234 2.941 2,38

3 Bubon 1.256 5.880 4,68

4 Arongan Lambalek 1.429 3.225 2,25

5 Woyla 2.546 8.102 3,18

6 Woyla Barat 680 4.398 6,46

7 Woyla Timur 115 1.003 8,72

8 Kawai XVI 2.307 7.133 3,09

9 Meurebo 814 5.311 6,52

10 Pante Ceureumen 2.570 8.388 3,26

11 Panton Reu 1.010 4.986 4,93

12 Sungai Mas 837 2.394 2,86

Jumlah 15.346 55.165 4,24

Sumber :BPS Kabupaten Aceh Barat, 2012

Berdasarkan Tabel 1.1.diatas Kecamatan Woyla Timur merupakan

(6)

3

produktivitas produksi padi paling rendah adalah Kecamatan Arongan Lambalek

dengan produktivitas 2,25 ton per hektar.

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Aceh Barat (2012), kecamatanyang

berada di Kabupaten Aceh Barat

dengansawahtadahhujanadalahKecamatanBubon,KecamatanAronganLambalek,

KecamatanJohanPahlawan, KecamatanWoyla, dan Kecamatan Sungai Mas.

Untuk sawah tadah hujan,

KecamatanBubonmerupakansalahsatukecamatandenganproduktivitasproduksi

paling tinggiyaitu 4,68 ton per hektare,

dibandingkandenganproduktivitassawahtadahhujan di kecamatanlainnya pada

tahun 2011.

Untuk data luas lahan, produksi, dan produktivitas padi sawah tadah hujan

di Kecamatan Bubon pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 1.2. berikut ini.

Tabel 1.2. Data Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah TadahHujan di Kecamatan Bubon Tahun 2012.

No Gampong Luas Lahan

3 Kuta Padang 80 456 5,7

4 Layung 193 1.023 5,3

5 Alue Lhok 45 216 4,8

6 Alue Bakong 20 96 4,8

7 Gunong Panah 26 135 5,2

8 Seumuleng 28 132 4,7

9 Kuala Pling 81 421 5,2

10 Ulai Blang 30 153 5,1

11 Seuneubok Trap 45 207 4,6

12 Liceh 60 276 4,6

13 Cot Keumuneng 35 189 5,4

14 Suak Pangkat 37 181 4,9

15 Cot Lada 20 94 4,7

16 Peulanteu 43 215 5

(7)

Jumlah 908 4.711 5,1

Sumber: (BP3K), Kecamatan Bubon 2013

Berdasarkan Tabel 1.2. diatas Desa(Gampong, dalam bahasa Aceh) Blang

Sibeutong merupakan gampongdengan produktivitas padi paling tinggi yaitu 6,1

ton per hektare, sedangkan produktivitas padi paling rendah adalah Gampong

Beurawang dengan produktivitas 4,5 ton per hektar.

Gampong Beurawang merupakan salah satu gampong yang berada di

Kecamatan Bubon dengan jumlah penduduk 479 jiwa pada tahun 2012. Lebih dari

70 persen masyarakat di Gampong Beurawang bekerja sebagai petani padi. Dalam

melakukan usahatani padi, masyarakat di Gampong Beurawang sangat

mengandalkan kondisi alam, karena sawah di Gampong Beurawang adalah sawah

tadah hujan.

Luas lahan sangat mempengaruhi produksi padi. Apabila luas lahan

semakin luas maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.

Sebaliknya apabila luas lahan semakin sempit maka produksi padi yang dihasilkan

akan semakin sedikit. Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani padi di

Gampong Beurawang lebih kurang 50 hektar.

Faktor lain yang turut mempengaruhi pendapatan petani padi adalah

tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

bidang pertanian. Tenaga kerja disektor pertanian seringkali menjadi kendala,

seiring dengan menurunnya minat tenaga kerja muda untuk terjun disektor

pertanian maka seringkali dijumpai kelangkaan tenaga kerja pada saat pengolahan

lahan atau pada saat panen raya, hal ini merupakan salah satu penyebab kurang

(8)

5

Bagi petani tradisional biasanya jumlah tenaga kerja dengan luas lahan

tidak seimbang. Selain itu, banyak dari waktu yang seharusnya digunakan untuk

menggarap sawah digunakan untuk hal – hal lain, sehingga pekerjaan yang

seharusnya dikerjakan menjadi telantar.Jumlah tenaga atau jumlah petani di

Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat tahun 2012

adalah 79 KK, dengan jumlah keluargapetani 337 orang, yang terdiri dari 231

orang laki–laki dan 106 orang perempuan.

Selain dari faktor produksi, yaitu luas lahan, tenaga kerja, faktor lain yang

mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan pupuk. Tingkat produktivitas

usaha tani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan

teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat

penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh dinas

pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka

produktivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi beras

mengalami penurunan. Oleh karena itu, berapa dan dalam kondisi bagaimana

faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan dengan menganggap

bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum

(Budiono, 2002).

Pupuk merupakan faktor penting dalam memproduksi padi. Apabila harga

pupuk mengalami perubahan berarti faktor biaya produksi pun mengalami

perubahan. Hal ini mengandung arti bila harga pupuk lebih mahal maka biaya

produksi meningkat dan bila harga keluaran (padi) relatif tetap maka produsen

(9)

pupuk maka penggunaan pupuk berkurang yang selanjutnya mengurangi

produksi.

Dalam melakukan pemupukan padi petani di Gampong Beurawang

menggunakan pupuk kimia, yaitu pupuk Urea dan pupuk NPK, dengan dosis

pupuk yang berbeda tergantung pemilik. Untuk pupuk Urea dosis rata-rata adalah

200 Kg per Ha. Sedangkan dosis pupuk NPK rata–rata adalah 100 Kg per Ha.

Faktor penting lainnya yang turut menentukan pendapatan petani padi

adalah pestisida yang tepat. Kelebihan dalam penggunaan pestisida

akanberdampak pada peningkatan biaya produksi. Sementara bila kekurangan

pestisida akan menyebabkan penurunan produksi.

Pestisida yang umum digunakan petani padi di Desa Beurawang adalah

pestisida jenis clipper. Penggunaan pestisida clipper oleh petani padi di Desa

Beurawang rata - rata adalah 1 Liter per Ha.

Dalam penelitian ini hanya terbatas pada apakah faktor – faktor produksi

(luas lahan, tenaga kerja,pupuk, dan pestisida)mempengaruhi pendapatan petani

padi sawah. Berdasarkan masalah tersebut maka penelitian skripsi ini akan diberi

judul: PENGARUH FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI TERHADAP

PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH TADAH HUJAN DI

GAMPONG BEURAWANG KECAMATAN BUBON KABUPATEN ACEH

BARAT.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalah

(10)

7

1. Apakah faktor – faktor produksi (luas lahan, jumlah tenaga kerja,

dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara parsial mempengaruhi

pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang

Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat?

2. Apakah faktor – faktor produksi (luas lahan, jumlah tenaga kerja,

dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara simultan mempengaruhi

pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang

Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penetian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruhfaktor – faktor produksi (luas lahan,

jumlah tenaga kerja, dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara

parsialterhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor – faktor produksi (luas lahan,

jumlah tenaga kerja, dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara simultan

terhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petani, khususnya petani di Gampong Beurawang, diharapkan

setelah dilakukan penelitian agar dapat meningkatkan produksi dan

(11)

berkaitan dengan penggunaan lahan, tenaga kerja, pupuk, dan

pestisida.

2. Bagi dinas terkait di Kecamatan Bubon dari hasil penelitian ini dapat

menjadi masukan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani di

Kecamatan Bubon.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitianlebihlanjut yang berkaitandenganpenelitianini.

4. Bagimahasiswa, sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarStrata 1

(12)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi

Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting

dalam peradaban manusia, yang merupakan komoditas utama yang berperan

sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi mayoritas penduduk dunia.

Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan

utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah

penduduk yang besar, serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf,

2010).

Di Indonesia pada umumnya ada 2 teknik budidaya padi sawah yaitu

teknik budidaya padi sawah tadah hujan dan teknik budidaya padi irigasi. Sawah

tadah hujan adalah sawah yang pengairannya sangat tergantung pada musim

hujan, dengan masa tanam 1 kali dalam 1 tahun. Sedangkan sawah irigasi adalah

sawah yang menggunakan sistem irigasi teratur (teknis). Pengairan sawah irigasi

berasal dari sebuah bendungan atau waduk. Pada sawah irigasi petani dapat panen

2-3 kali tanaman padi. Untuk sawah tadah hujan dan sawah irigasi dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

(13)

Tanaman padi tergolong tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

dari ruas-ruas. Rumpun tanaman padi terbentuk dari anakan yang biasanya

tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan padi terjadi secara bersusun

mulai dari batang pokok yang menumbuhkan anakan pertama, anakan kedua

tumbuh dari anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku anakan kedua dan

seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk

perakarannya sendiri (Luh, 1991).

Secara umum padi dikatakan sudah siap untuk dipanen apabila bulir

gabahnya sudah menguning hingga 80 persen dan tangkainya sudah menunduk.

Tangkai padi dapat merunduk karena sarat dengan bulir gabah isi (bernas). Untuk

lebih memastikan padi sudah siap dipanen dapat dilakukan dengan cara manual

yaitu menekan bulir gabah, bulir yang sudah keras berisi menunjukkan siap untuk

dipanen (Andoko, 2002).

Padi dapat tumbuh pada iklim yang beragam, mulai dari daerah tropis

hingga subtropis pada kisaran 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan

kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan. Di dataran rendah padi

dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan kisaran temperatur rata-rata

harian22 – 270C sedangkan didataran tinggi tanaman padi masih dapat tumbuh pada ketinggian 650-1500 mdpl dengan kisaran temperatur rata-rata harian 19 –

230C. Tanaman padi dapat tumbuh baik di daerah yang bersuhu panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan adalah 200 mm

per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang

(14)

11

Temperatur sangat mempengaruhi proses pengisian bulir padi. Hal ini

berkaitan dengan mekanisme membuka dan menutupnya lemma dan palea pada

saat pembuahan. Temperatur yang rendah yang disertai kelembaban tinggi pada

waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan dan dapat

mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi karena bakal biji tidak

membuka. Temperatur yang rendah pada saat tanaman padi memasuki fase

bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari

(Luh, 1991).

2.2. Faktor–Faktor Produksi

Dalam bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya

beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain lahan,tenaga kerja, benih,

pupuk,dan modal serta faktor produksi lainnya. Seorang produsen yang rasionil

tentunya akan mengombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk

mencapai usahatani yang efisien (Mubyarto,1977).

Menurut Prayitno (1987), ada empat sumberdaya yang merupakan faktor

produksi penting dalamusahatani: (1) lahan, (2) tenaga kerja, (3) modal untuk

pembelian input variabel, (4) ketrampilan manajemen petani

2.2.1. Luas Lahan

Purnomo (2006), menyimpulkan bahwa, nilai kesetimbangan

produksi-konsumsi mengalami penurunan karena faktor berkurangnya lahan sawah

sehingga produksi padi menurun.

Menurut Noer dan Agus (2007), luas areal tanam dan produksi per hektar

(15)

perubahan luas areal tanam. Dalam penelitiannya, Noer dan Agus (2007)

menyimpulkan bahwa peningkatan produksi sebagai akibat peningkatan jumlah

areal tanam.

Lains (1988), menunjukkan selama 1971- 1986 kenaikan luas lahan

berkontribusi 41,3 persen terhadap pertumbuhan produksi. Luas lahan sangat

mempengaruhi produksi, karena apabila luas lahan semakin luas maka penawaran

beras akan semakin besar, sebaliknya apabila luas lahan semakin sempit maka

produksi padi akan semakin sedikit. Jadi, hubungan luas lahan dengan produksi

padi adalah positif.

2.2.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses

produksi. “Production / operation cannot fuction without people. The

humanresources fuction is to recruitment train workers to fill

productionprocessaccording to the job design and skill assessment performed by

work-study analyst”(Ruch, Fearon dan Witers, 1992).

Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi

(Zulkarnain, 2004).

Menurut Indiarto (2006), faktor input tenaga kerja dengan nilai elastisitas

sebesar 0,49 dapat diartikan bahwa untuk setiap tambahan penggunaan tenaga

(16)

13

2.2.3. Modal

Menurut mubyarto (1994), modal adalah barang atau uangyang secara

bersama – sama faktor produksi, lahan dan tenaga kerja menghasilkan barang

yang baru yaituoutput.

Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan

ketrampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi

(Mubyarto, 1994).

2.2.4. Benih

Pengertianbibitataubenihsecaraumumadalah: jenisvarietastanaman yang di

anggapbagusdengankriteriatertentuuntuk di tanamsertabisamenghasilkanproduksi

yang baik di saatpanen (Sutopo, 2004).

MenurutNugroho (2011), dengan penggunaan bibit padi yang baik, maka

akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Selain itu kelebihan penggunaan bibit

bermutu adalah menghasilkan produksi padi yang tinggi.

Menurut Noviyanto (2009), menyimpulkan bahwa penyebab utama

rendahnya produktivitas tanaman padi sawah adalah rendahnya pengisian biji atau

masih tingginya gabah hampa 24,2–28,2 persen

Indiarto (2006), dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor

Produksi Padi di ASEAN menggunakan model Cobb-Douglas“, penggunaan

benih padi varietas tinggi diperkirakan dapat meningkatkan produksi minimal 10

persen per hektar, namun program ini harus ditunjang oleh ketersediaan benih itu

sendiri, mudahnya akses untuk mendapatkan benih tersebut dengan harga yang

(17)

2.2.5. Pupuk

Pupukadalahsuatubahan yang mengandungsatuataulebihunsurhara

bagitanaman. Bahantersebutberupa mineral atauorganik,

dihasilkanolehkegiatanalamataudiolaholehmanusia di pabrik (Novizan, 2007).

Tingkat produktifitasusahatanipadi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh

tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan.

Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah

dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai

dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang,

sehingga produksi beras mengalami penurunan. Oleh karena itu berapa dan dalam

kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputusakan

dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan

yang maksimum (Budiono, 2002).

Pesatnya pertumbuhan produksi padi juga tidak terlepas dari dukungan

penyediaan pupuk dan pestisida disertai kebijakan harga yang kondusif. Meskipun

demikian, pemanfaatan pupuk dan pestisida kimiawi dalam jangka panjang dapat

menurunkan tingkat kesuburan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan

tingkat produksi padi (Suparmoko, 2002)

2.2.6. Pestisida

Pestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pestyang berarti hama dan

cide yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara

umumpestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk

mengendalikanpopulasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara

(18)

15

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan

perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma (Sofia, 2001).

Menurut Yuantari (2009) pestisida adalah zat atau campuran yang

diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama

termasuk vektor terhadap manusia dan penyakit pada binatang, tanaman yang

tidak disukai dalam proses produksi.

2.3. Penerimaan

Menurut Rahim dan Diah (2008), penerimaan usahatani adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan menurut Hernanto

(1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua

usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai

yang dikonsumsi.

Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani

yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan usahatani dapat pula

diartikan sebagai keuntungan material yang diperoleh seorang petani atau bentuk

imbalan jasa petani maupun keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun

akibat pemakaian barang modal yang dimilikinya.

Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan,

dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses

produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan

usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan

sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Disamping itu,

bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan

(19)

2.4. Biaya

Krista (2004) mendefinisikan, “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran,

pengorbanan untuk memperoleh manfaat”.

Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil.

Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek

dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost)

dan biaya variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya

dianggap per diperhitungkan sebagai biaya variabel (Hernanto, 1988). Biaya

usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaianinput, harga dari input, tenaga

kerja, upah tenaga kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani.

Menurut Rahardja (2006) biaya – biaya tersebut dapat didefinisikan

sebagai berikut:

1. Biaya tetap (fixed cost–FC)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,

walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas

tertentu). Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya

kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk biaya tetap seperti gaji

yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan

ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya.

2. Biaya variabel (variable cost–VC)

Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai

dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel

berubah menurut tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan, atau tergantung

(20)

17

usahatani seperti biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk

ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan penghitungan volume

produksi.

2.5. Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari

seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan

total biaya yang dikeluarkan (Hadisapoetra,1985).

Menurut Soekartawi, dkk. (1986) menguraikan dan membagi pendapatan

usahatani menjadi dua, yaitu: pendapatan kotor usahatani (gross farm income) dan

pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan kotor usahatani yaitu

nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh

produk yang dihasilkan baik yang (1) dijual, (2) dikonsumsi rumah tangga petani,

(3) digunakan dalam usahatani seperti untuk luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja,

modal dan lainnya, (4) digunakan untuk pembayaran, dan (5) untuk disimpan.

Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus dikalikan dengan harga pasar yang

berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkat petani.

Sementara pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan

kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani

dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani

ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun

harga-harga faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga-harga

produk atau harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan

(21)

18

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Gampong Beurawang Kecamatan

Bubon Kabupaten Aceh Barat, yang dilaksanakan pada bulan September sampai

November 2013. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive

sampling). Pemilihan Gampong Beurawang dikarenakan Gampong tersebut

lebihdari 70 persen masyarakatnya bekerja sebagai petani. Selain itu lokasi

penelitian mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memudahkan penelitian

skripsi/tugas akhir ini.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Kepala Keluarga yang

bekerja sebagai petani, jumlah Kepala Keluarga yang yang bekerja sebagai petani

di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat berjumlah 79

Kepala Keluarga.

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik simple

random sampling. Menurut Notoatmojo (2005), prosedur pengambilan sampel

penelitian dan teknik pengambilan sampel ini adalah bahwa setiap anggota atau

unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi

sampel.

Penentuan sampel secara simple random sampling dengan menggunakan

rumus Vincent Gasper (2006) sebagai berikut:

= . − (1 − )

(22)

19

= 79. (1,96) − 0,5(1 − 0,5) 79.0,1 + 1,96 . 0,5(1 − 0,5)

= 79. (3,8416). 0,25

79. (0,01) + (3,8416). 0,25

= 75,8716 1,7504

= 43,345292 = 43

Dimana:

n = besar sampel

N = besar populasi

Zc = nilai derajat kepercayaan 95% = 1,96

G = galat penduga = 0,1

P = proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5

Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 43 Kepala Keluarga.

3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dilokasi

penelitian yang didapatkan dengan teknik wawancara kepada responden dalam

penelitian ini adalah petani padisawah tadah hujan di Gampong Beurawang

Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat, dengan menggunakan daftar

(23)

3.3.2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang dikumpulkan dan diolah langsung oleh

pihak lain. Dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari beberapa instansi

terkait seperti Dinas Pertanian, BPS, perpustakaan dan sebagainya.

3.4. Batasan Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini tidak semua variabel yang penulis teliti, adapun

batasan–batasan variabel tersebut sebagai berikut:

a) Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang

dalam masyarakat. Pendapatan atau penghasilan petani padi tergantung

dari banyaknya luas lahan yang dimiliki, dalam hal ini yang dimaksud

pendapatan yang berasal dari pertanian padi diukur dalam satuan

rupiah (Rp).

b) Luas lahan adalah total luas tanah yang digunakan oleh petani untuk

menanam padi diukur dalam satuan hektar (Ha)

c) Tenaga kerja yang digunakan adalahpetani yang berasal dari anggota

keluarga petani padi, yang diukur dengan satuan orang.

d) Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam sekali panen.

Pupuk yang digunakan dalam usahatani padi sawah tadah hujan adalah

pupuk kimia yaitu pupuk NPK dan pupuk Urea, dengan dosis dan

harga yang berbeda. Maka satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp).

e) Pestisida adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan gulma

maupun hama penyakit. Dalam usahatani padi ini hanya satu jenis

pestisida yang digunakan yaitu herbisida Clipper yang diukur dalam

(24)

21

3.5. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari lapangan diolah dan ditabulasikan kedalam

bentuk tabulasi tabel sesuai dengan kebutuhan analisis. Rumus analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda. Regresi Linier

Berganda adalah regresi yang digunakan untuk menganalisis lebih dari dua

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Alat analisis yang digunakan

adalahsoftwereSPSS 17.

3.5.1. Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan

antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor – faktor yang

mempengaruhi lebih dari satu prediktor(variabel independen).

Bentuk umum persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = + X + X + X + X +

Dimana:

Y = pendapatan X3= Pupuk

a = Konstanta X4= Pestisida

X1= Luas lahan b= Koefisien

X2= Tenaga Kerja =

3.5.2. Koefisien Determinasi (R2)

Analisis ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan

(25)

(tingkat pendapatan). Koefisien determinasi (r2) merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi.

Rumus koefisien determinasi menurutCut Husna (2011) adalah:

Kp = r2x 100 % Dimana:

Kp = Besarnya Koefisien Penentu (Determinasi)

r = Koefisien Korelasi

3.5.3. Uji t ( Uji Koefisien Regrasi Secara Parsial)

Uji t – statistik merupakan suatu pengujian parsial yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh koefisien regresi secara individu terhadap variabel lainnya

konstan. Rumus uji t menurut Ruslan (2006) adalah:

t = √n − r √1 − r

Dimana:

t = Uji Parsial

n = Jumlah Sampel

r = Koefisien Korelasi

Langkah–langkah Uji t adalah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Ho : bi = 0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan

Pestisida) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa

(26)

23

H1 : bi ≠0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan

Pestisida) secara parsialberpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

2) Menentukan tingkat signifikan, dalam penelitian ini penulis menggunakan

tingkat signifikan 0,05

3) Menentukan t hitung

t hitung diperoleh berdasarkan hasiloutput dari SPSS

4) Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada α = 5 persen : 2,5 persen (uji 2 sisi) dengan

derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 43-4-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k

adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikan =

0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,024 (Lampiran 4)

5) Kriteria pengujian

Ho terima jika–t tabel≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak jika–t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

6) Membandingkan t hitung dengan t tabel

7) Kesimpulan.

3.5.4. Uji F ( Uji Koefisien Regrasi Secara Bersama - Sama)

Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara bersama–sama. Dengan rumus sebagai berikut:

Fhit = R /k

(27)

Dimana:

R2 = Koefisien Determinasi n = Jumlah Sampel

k = Banyaknya variabel Bebas

Langkah–langkah uji F adalah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Ho : bi = 0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan

Pestisida) secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata

terhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

H1 : bi≠ 0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan

Pestisida) secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

2) Menentukan tingkat signifikan, dalam penelitian ini penulis menggunakan

tingkat signifikan 0,05

3) Menentukan F hitung

F hitung diperoleh berdasarkan hasiloutput dari SPSS

4) Menentukan F tabel

Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen, α = 5 persen, df 1

(jumlah variabel – 1) atau 5 – 1 = 4 dan df 2 (n-k-1) atau 43-4-1 = 38 (n

adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil

(28)

25

5) Kriteria pengujian

- Ho diterima bila F hitung≤ F tabel

- Ho ditolak bila F hitung > F tabel

6) Membandingkan F hitung dengan F tabel

(29)

26

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Luas dan Batas Wilayah

Kecamatan Bubon merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Aceh Barat yang terdiri atas 17 gampong, salah satunya adalah

GampongBeurawang. GampongBeurawang memiliki luas wilayah 209hektar.

Secara keseluruhan, Gampong Beurawang terbagi dalam 3 dusun antara lain

Dusun Alue Sungai Pinang, Dusun Rimba Jaya, dan Dusun Kumbang Senang.

Jarak dari Ibukota Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh) adalah 24Km

denganwaktu tempuh lebih kurang 60 menit dan jarak Ibukota Kecamatan Bubon

(Banda Layung) adalah 2 Km denganwaktu tempuh lebih kurang10 menit.

Secara administratif, Gampong Beurawang mempunyai batas-batas

wilayah sebagaiberikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan GampongKuta padang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan GampongPange

- Sebelah Timur berbatasan dengan GampongRambung

- Sebelah Barat berbatasan dengan hutan

4.1.2. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data dari KeuchikGampong Beurawang menunjukkan bahwa

jumlah penduduk di Gampong Beurawang adalah 479 jiwa pada tahun 2012,

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 113 KK. Berdasarkan jenis kelamin,

(30)

27

perempuan sebanyak 247 jiwa (51,56 persen). Komposisi penduduk berdasarkan

mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.1.berikut ini :

Tabel 4.1.Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian diGampong Beurawang, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012.

Sumber :Data primer, diolah 2013.

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa sebanyak 337 jiwa

atau70,35persenmasyarakat GampongBeurawang bekerja pada sektor

Pertanian,yang bekerja sebagai PNS/ABRI adalah 16 jiwa atau 3,34 persen, yang

bekerja sebagai wiraswasta adalah 29 jiwa atau 6,05 persen , yang bekerja

sebagaitukang adalah 10 jiwa atau 2,08 persen, yang bekerja sebagai pedagang

adalah 9 jiwa atau 1,87 , dan yang bekerja pada sektor lainnya (misalnya

pensiunan, buruh, dan lain-lain) adalah 6 orang atau 1, 25 persen, serta yang tidak

bekerja ( bayi, masih sekolah, dan lain-lain) adalah 72 jiwa atau 15,03 persen.

4.1.3. Penggunaan Lahan

Luas wilayah GampongBeurawang menurut jenis penggunaan tanah dibagi

menjadiareal pemukiman,areal persawahan, areal perkebunan, areal hutan, areal

lahan lainnya.Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.berikut:

(31)

Tabel 4.2.Penggunaan Lahan di GampongBeurawang, Kecamatan Bubon,

5 Areal lahan lainnya 9 4,30

Jumlah 209 100

Sumber: Data Primer, diolah 2013.

Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa di GampongBeurawang penggunaan

tanah yangpaling luas adalah untuk lahan bangunan yaitu 73 Ha yaitu 34,92

persen, lahan persawahan 50 Ha yaitu 23,92 persen,lahan hutan 47 Ha yaitu 22,48

persen, lahan perkebunan 30 Ha yaitu14,35 persen, dan lahan lainnya9 Ha yaitu

4,30 persen.

4.2. Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden dibagi menurut kategori umur/usia,

tingkat pendidikan, luas lahan, status kepemilikan lahan, tenaga kerja, pupuk, dan

pestisida dalam mengelola usahatani padi sawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan tingkat umur petani padi sawah tadah

hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat tahun

(32)

29

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

No Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1 < 20 4 9,30

Sumber: Data Primer, diolah, 2013

Dari data Tabel 4.3. diatas dapat dilihat petani padi sawah tadah hujan di

Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat yang menjadi

responden dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur dibawah 20

tahun sebanyak 4 orang atau 9,30 persen, interval umur 21 – 30 tahun sebanyak

11 orang atau 25,58 persen, interval umur 31 – 40 tahun sebanyak 8 orang atau

18,60 persen, interval umur 41 – 50 tahun sebanyak 7 orang atau 16,27 persen,

interval umur 51–60 tahun sebanyak 10 orang atau 23,25 persen. Diikuti dengan

jumlah sampel terkecil interval umur diatas 61 tahun sebanyak 3 orang atau 6,97

persen.

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani

dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi

penggunaan input dalam usahataninya. Pendidikan petani yangsemakin tinggi

membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi yang diperoleh dari

penyuluh – penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan

(33)

Adapun tingkat pendidikan petani sawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat sangat bervariasi dari

tingkat Tidak Sekolah, SD, SLTP, dan SMU. Data distribusi responden

berdasarkan tingkat pendidikan petani padi sawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel

4.4. dibawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Frekuensi

Sumber: Data Primer, diolah, 2013

Dari Tabel 4.4. diatas dapat dilihat petani padi sawah tadah hujan di

Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat didominasi oleh

lulusan Sekolah Dasar (SD), yaitu 16 orang atau 37,20 persen. Lulusan dari

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) merupakan tingkat pendidikan

mayoritas kedua dari responden penelitian, yaitu 11 orang atau 25,58 persen.

Mayoritas berikutnya adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Umum (SMU) yaitu 9 orang atau 20,93 persen. Responden penelitian

yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan Tidak Sekolah yaitu

(34)

31

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam mekakukan suatu

usahatani. Luas lahan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang

Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat dibagikan dalam 3 kategori yaitu < 0,5

hektar, 0,5 sampai 1 hektar, dan > 1 hektar. Data luas lahan petani padi sawah

tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

disajikan dalam Tabel 4.5. dibawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

No Kategori Lahan

Sumber: Data Primer, diolah, 2013

Dari Tabel 4.5. diatas dapat dilihat luas lahan yang dimiliki oleh petani

padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten

Aceh Barat bervariasi dari < 0,5 Ha hingga > 1 Ha. Diketahui bahwa mayoritas

petani padi sawah tadah hujan memiliki lahan berada pada interval 0,5 – 1 Ha,

yaitu 26 orang responden atau 62,79 persen. Mayoritas kedua berada pada interval

luas lahan > 1 Ha, yaitu 9 orang atau 20,93 persen. Responden yang paling sedikit

(35)

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan petani padi

sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh

Barat tahun 2012 adalah 100 persen milik sendiri.

4.3. Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah Tadah Hujan dan Variabel yang Mempengaruhinya.

Komposisi tingkat pendapatan serta faktor – faktor yang

mempengaruhinya dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini.

Tabel 4.6. Komposisi Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah Tadah Hujan dan Variabel yang Mempengaruhinya.

No Variabel Sampel (Orang)

Minimum Maksimum

1 Pendapatan (Rp) 43 3.596.400 21.778.200

2 Luas lahan (M2) 43 1.800 11.900

3 Tenaga Kerja (Orang) 43 2 7

4 Pupuk (Rp) 43 80.000 565.000

5 Pestisida (ml) 43 120 1.000

Sumber: Data Primer, diolah, 2013

Dari Tabel 4.6. diatas dapat dilihat, tingkat pendapatan petani padi sawah

tadah hujan yang maksimum dihasilkan oleh petani padi sawah tadah hujan di

Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat adalah

Rp 21.778.200 per satu kali panen. Pendapatan paling sedikit adalah Rp 3.596.400

per satu kali panen. Tingkat pendapatan petani padi sawah tadah hujan sangat

tergantung pada luas lahan dan juga variabel – variabel lain yang

mempengaruhinya. Jika dilihat dari luas lahan, maka lahan terluas adalah 11.900

M2dan yang paling sempit adalah 1.800 M2.

Selain luas lahan, faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan petani

(36)

33

digunakan dalam usahatani tani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang

Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat adalah 7 orang, dan paling sedikit

adalah 2 orang yang berasal dari anggota keluarga petani.

Selain tenaga kerja, faktor produksi lain yang mempengaruhi pendapatan

petani padi sawah tadah hujan adalah pupuk. Penggunaan pupuk dipengaruhi oleh

luas lahan, iklim, tekstur tanah, dan kondisi lingkungan lainnya. Dalam usahatani

padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten

Aceh Barat menggunakan pupuk kimia, dengan jenis pupuk Urea dan pupuk

NPK, dengan dosis dan harga yang berbeda. Untuk mengukur variabel pupuk,

maka satuan yang digunakan adalah rupiah. Penggunaan pupuk paling banyak

adalah Rp 565.000, dan penggunaan pupuk paling sedikit adalah Rp 80.000.

Selain pupuk, faktor produksi lain yang mempengaruhi pendapatan petani

padi sawah tadah hujan adalah pestisida. Penggunaan pestisida dipengaruhi oleh

luas lahan, iklim, tekstur tanah, dan kondisi lingkungan lainnya. Penggunaan

pestisida paling banyak adalah 1.000 ml, dan penggunaan pestisida paling sedikit

adalah 120 ml.

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

antara dua atau lebih variabel bebas (independent) dengan satu variabel

terikat(dependent)yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi.

Dalam penelitian ini ada 1 variabel terikat (dependent) yang di uji yaitu

Pendapatan, dan 4 variabel bebas (dependent) yaitu Luas lahan, Tenaga kerja,

(37)

Dari output SPSS 17.0 Pengaruh Faktor – Faktor Produksi Terhadap

Pendapatan Petani Padi Sawah Tadah Hujan Di Gampong Beurawang Kecamatan

Bubon Kabupaten Aceh Barat dengan menggunakan rumus analisis regresi linier

berganda dengan persamaan sebagai berikut:

4.4.1. Regresi Linier Berganda

Y = + X + X + X + X

Y = −333409,597 + 1736,442X + 8785,583X + 4,744X − 2194,045X

Keterangan :

Y = pendapatan X2= Tenaga Kerja

a = Konstanta X3= Pupuk

X1= Luas lahan X4= Pestisida

Dari persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan hasil koefisien

regresi sebagai berikut.

- Koefisien regresi variabel Luas Lahan sebesar 1736,442; artinya jika

Luas Lahan mengalami kenaikan satu M2, maka pendapatan petani padi akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.736,442,- dengan asumsi

variabel bebas (independent)lainnya bernilai

tetap.(Lampiran3/Coefficientsa)

- Koefisien regresi variabel Tenaga Kerja sebesar 8785,583; artinya jika

Tenaga Kerja mengalami kenaikan satu orang, maka pendapatan petani

padi akan mengalami peningkatan sebesar Rp 8.785,583,- dengan asumsi

variabel bebas (independent)lainnya bernilai tetap. (Lampiran

(38)

35

- Koefisien regresi variabel Pupuk sebesar 4,744; artinya jika Dosis

Pupuk mengalami kenaikan satu rupiah, maka pendapatan petani padi

akan mengalami peningkatan sebesar Rp 4,744,- dengan asumsi variabel

bebas(independent)lainnya bernilai tetap. (Lampiran 3/Coefficientsa)

- Koefisien regresi variabel Pestisida sebesar – 2194,045; artinya jika

Dosis Pestisida mengalami kenaikan satu mili liter, maka pendapatan

petani padi akan mengalami penurunan sebesar Rp 2.194,045,- dengan

asumsi variabel bebas (independent)lainnya bernilai tetap.(Lampiran

3/Coefficientsa)

4.4.2. Analisis Koefisien Determinasi

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh

variabel bebas yaitu(Luas Lahan, Tenaga Kerja,pupuk, dan Pestisida) secara

bersama – sama terhadap variabel terikat yaitu Pendapatan. Hasil analisis

determinasi dapat dilihat pada output Moddel Summarydari hasil analisis regresi

linier berganda.

Menurut Santoso (2011), bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua

variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai Koefisien Determinasi. Adjusted Rsquare adalah nilai R square yang telah disesuikan. Berdasarkan outputSPSS

17.0 diperoleh angka Adjusted Rsquare sebesar 0,961 atau (96,1 persen).

(Lampiran 3/model summaryb).

Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel bebasyaitu Luas

Lahan, Tenaga Kerja,Pupuk, dan Pestisida terhadap variabel terikat

(39)

dalam model mampu menjelaskan sebesar 96,1 persen variasi variabelterikat.

Sedangkan sisanya sebesar 3,9 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya yang

tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

4.4.3. Uji t (Uji Koefisien Regresi Secara Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

(independent)secara parsial terhadap variable terikat(dependent).

a) Pengujian Variabel Luas Lahan (X1)

Langkah–langkah pengujian sebagai berikut:

Menentukan Hipotesis

Ho:bi=0,Luas Lahan secara parsial tidak nyata berpengaruh

terhadappendapatan petani padisawah tadah hujan di

Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh

Barat

H1: bi ≠0, Luas Lahan secara parsial berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkanoutput SPSS dengan tingkat signifikan 0,05diperoleh t hitung

sebesar 8,635 (Lampiran 3/Coefficients) dan t tabel sebesar 2,024 (Lampiran 4).

Maka, karena nilai t hitung > t tabel (8,635 > 2,024). Maka Ho ditolak, artinya

bahwa Luas Lahan secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

Nilai t hitung positif, maka pengaruh yang terjadi adalah positif, artinya semakin

luas Lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin tinggi pula pendapatan yang

(40)

37

Bubon Kabupaten Aceh Barat.

b) Pengujian Koefisien Regresi Variabel Tenaga Kerja (X2)

Langkah–langkah pengujian sebagai berikut:

Menentukan Hipotesis

Ho:bi=0,Tenaga Kerja secara parsial tidak nyata berpengaruh terhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

H1 : bi≠0, Tenaga Kerja secara parsial berpengaruh nyataterhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

BerdasarkanoutputSPSS dengan tingkat signifikan 0,05diperoleh t hitung

sebesar 0,066 (Lampiran 3/Coefficients) dan t tabel sebesar 2,024 (Lampiran 4).

Maka, karena nilai t hitung < t tabel (0,066 < 2,024). Maka Ho diterima, artinya

bahwa Tenaga Kerja secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan

petani. Nilai t hitung positif, maka pengaruh yang terjadi adalah positif, artinya

semakin banyakTenaga Kerjayang digunakan maka semakin tinggi pula

pendapatan yang diperoleh oleh petanipadisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

c) Pengujian Koefisien Regresi Variabel Pupuk (X3)

Langkah–langkah pengujian sebagai berikut:

Menentukan Hipotesis

Ho:bi = 0,Pupuk secara parsial tidak nyata berpengaruh terhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

(41)

H1:bi≠0, Pupuk secara parsialberpengaruh nyataterhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

BerdasarkanoutputSPSS dengan tingkat signifikan 0,05 diperoleh t hitung

sebesar 1,300(Lampiran 3/Coefficients) dan t tabel sebesar 2,024 (Lampiran 4).

Maka, karena nilai t hitung < t tabel (1,300 < 2,024). Maka Ho diterima, artinya

bahwa Pupuk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

Nilai t hitung positif, maka pengaruh yang terjadi adalah positif, artinya semakin

banyakpupukyang diberikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh

oleh petani padisawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon

Kabupaten Aceh Barat

d) Pengujian Koefisien Regresi Variabel Pestisida (X4)

Langkah–langkah pengujian sebagai berikut:

Menentukan Hipotesis

Ho:bi=0,Pestisida secara parsial tidak nyata berpengaruh terhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

H1 :bi≠0, Pestisida secara parsialberpengaruh nyataterhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkanoutput SPSS dengan tingkat signifikan 0,05diperoleh t hitung

sebesar -1,070 (Lampiran 3/Coefficients) dan t tabel sebesar 2,024 (Lampiran 4).

(42)

39

bahwa Pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan

petani. Nilai t hitung negatif, maka pengaruh yang terjadi adalah negatif, artinya

semakin sedikitPestisidayang diberikan maka semakin sedikit pula pendapatan

yang diperoleh oleh petani padisawah tadah hujan di Gampong Beurawang

Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

4.4.4. Uji F (Uji Koefisien Regresi secara Serempak)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabelbebas

(independent)(Luas Lahan, Tenaga kerja, pupuk, dan Pestisida) secara bersama–

sama terhadap variabel bebas(dependent)Pendapatan.

Tahap–tahap untuk melakukan uji F sebagai berikut:

Merumuskan Hipotesis

Ho:bi=0,Faktor produksi (Luas Lahan, Tenaga kerja, Pupuk, dan Pestisida)

secara bersama–sama tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani padisawah tadah hujan di Gampong

Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.

H1:bi ≠0, Faktor produksi (Luas Lahan, Tenaga kerja, Pupuk, dan

Pestisida) secara bersama – sama berpengaruh nyata

terhadap pendapatan petani padisawah tadah hujan di

Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten

Aceh Barat

Berdasarkan output SPSS dengan tingkat signifikan 0,05 diperoleh F

(43)

2,619(Lampiran 5).karena nilai F hitung > F tabel (257,317 > 2,619), maka Ho

ditolak, artinya bahwa Faktor produksi (Luas Lahan, Tenaga kerja, Pupuk, dan

Pestisida) secara bersama – sama sangat berpengaruh nyata terhadap pendapatan

petani padipadisawah tadah hujan di Gampong BeurawangKecamatan Bubon

(44)

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh faktor –faktor produksi(luas lahan,

tenaga kerja, pupuk, dan pestisida) terhadap petani padi sawah tadah hujan di

Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil uji t (uji regresi secara parsial)variabel luas lahan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usahatani padi sawah

tadahhujan. Untuk variabel tenaga kerja dan pupuk berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap pendapatan usahatani padi sawah tadahhujan.

Sedangkan, variabel pestisida berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap pendapatan usahatani padi sawah tadahhujan.

2. Berdasarkan hasil uji F (uji koefisien regresi secara simultan), faktor –faktor

produksi(Luas Lahan, Tenaga kerja, Pupuk, dan Pestisida) secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah

tadah hujan di Gampong Beurawang, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh

(45)

5.2. Saran

Kepada petani padisawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan

Bubon Kabupaten Aceh Baratdiharapkan agar dapat meningkatkan luas lahan

sawah. Selain itu menggunakan bibit unggul, serta memperbaiki teknis budidaya

yang lebih baiksehingga pendapatan yang diperoleh petani padi sawah tadah hujan

lebih tinggi sehingga kehidupan petani lebih sejahtera.

Kepada pemerintah khususnya dinas terkait agar dapat membuka lahan sawah

baru dan memanfaatkan lahan tidur dan memberikan penyuluhan – penyuluhan

(46)

43

DAFTAR PUSTAKA

Amang, 1995. Sistem Pangan Nasional. Jakarta : PT Dharma Karsa Utama.

Andoko, A. 2002.BudidayaPadiSecaraOrganik.Jakarta :CetakanI. PenebarSwadaya,

Boediono. 2002.Pengantar ilmu ekonomi. no.1 (Ekonomi Mikro).Yogyakarta : BPFE.

DepartemenPertanian. 1983. BercocokTanamPadiPalawijaSayur-sayuran.Jakarta :DepartemenPertanianSatuanPengendali BIMAS.

Endaryati, 2000. Aplikasi fungsi Cobb-Douglas: studi kasus Industri Besi dan Baja dasar Indonesia 1976-1995, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Kinerja,Vol 4 No 2 Th 2000

Gaspersz, V. (2006). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi : Balanced Scorecard dengan Six Zigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintahan.Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Hadisapoetra, S. 1985. Biaya dan pendapatan didalam usahatani. Yogyakarta : Departemen Ekonomi Pertanian UGM.

Hasyim, H. 2000.Padi.MEDAN : FP–USU Press.

Hernanto, F. 1988.IlmuUsahatani. Jakarta: PenebarSwadaya.

Indiarto, A.D, 2006. Analisis Struktural Kesempatan Kerja di Indonesia sebelum dan sesudah Krisis Moneter.Bogor:Makalah Ilmiah Falsafah Sains, Program PascasarjanaProgram Doktoral Ilmu Ekonomi. IPB.

Krista. 2004.Akuntansi Biaya. Jakarta : Salemba Empat.

Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Luh, B. S, 1991.Rice. Second Edition New York : Van Nostrand Reinhold

Marjuki, F. A, 2008. Pendapatan, Harga, dan Konsumsi Beras.Jakarta : Penerbit LPEM- FEUI.

Mubyarto, 1977.Pengantar Ekonomi Pertanian.Jakarta : LP3ES.

(47)

44

Novizan, 2007.Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Notoatmodjo, S, 2005. TeknikPengambilanSampel. In: Notoatmodjo, S, ed. MetodologiPenelitianKesehatan.Jakarta: PT RinekaCipta,

Nugroho, M. N, 2011.PerbaikanMutuBenih Aneka Tanaman Perkebunan MelaluiCara PanendanPenangananBenih.http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213022.pdf[12 Desember 2009]

Priyanto, D. 2011. Buku Saku Analisis Statistik Data. SPSS. Yogjakarta : Media Com.

Purnomo, S. 2006. Teknologi Produksi Padi Sawah. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Rahardja. M, 2006. TeoriEkonomiMikro. EdisiKetiga. Jakarta : LP FakultasEkonomiUniversitas Indonesia.

Rahim, dan Diah, R. D. H, 2008.Pengantar Teori dan Kasus Ekonomi Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya

Husna, C. 2011. Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Kualitas Pelayanan Bank Syariah Mandiri Cabang Meulaboh.Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Meulaboh

Ruch, William A, Fearon and Witers, 1992. Fundamental of Productions / Operation management, West Publising Company, St. Paul.Unitet State of America.

Ruslan, R. (2006). Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Salsinha,J.N, 2005.

EfisiensiPemanfaatanFaktorProduksiTerhadapPeningkatanProduktivitas UsahataniPadiSawah di Sub DistrikMalianaDistrikBobonaro Timor Leste.Yogyakarta :Tesis, SekolahPascasarjanaUniversitasGadjahMada,

Sembiring, R.K. 2003. AnalisisRegresi. EdisiKedua. Bandung: InstitutTeknologi Bandung.

(48)

45

Suparmoko, 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.Edisi Pertama. Yogyakarta.

Surono, 2001. “Arah Kebijakan Perberasan Nasional di Masa Datang”.

Makalah disampaikan pada Seminar Future Direction of Indonesia Rica Policy di Jakarta, 9 Maret 2006. Jakarta : Biro Perencanaan Departemen Pertanian.

Sutopo, L. 2004.Teknologi Benih.Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Tambunan, T. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Beberapa Isu Penting. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Warintek Kab. Bantul. 2008. Budidaya Padi.

http://warintek.bantulkab.go.id.Diakses 1 Februari 2008.

Yusuf, A .2010. TeknologiBudidayaPadiSawahMendukung SL-PTT. Medan :BalaiKajianTeknologiPertanian.

Zulkarnain, I. 2004. AnalisisCurahan Jam

Gambar

Tabel 1.2. Data Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah
Gambar 2. Sawah Irigasi
Tabel 4.1.Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian diGampong
Tabel 4.2.Penggunaan Lahan di GampongBeurawang, Kecamatan Bubon,
+5

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan jika plat resin akrilik yang direparasi dengan penambahan E- JODVV ¿EHU dengan volumetrik 7,4% menghasilkan kekuatan transversal tertinggi dibandingkan

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan diharapkan mampu menjadi payung hukum terkait masalah kebersihan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kandungan pati resisten hingga konsentrasi ≤ 10% (9.85%) akan meningkatkan karakteristik kualitas tanak Beras Siger (tiwul

Tujuan dilakukan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui gambaran umum penerapan emergency response sebagai upaya pendukung kewaspadaan keadaan darurat di PT Chandra

Capron dan Hulldan (1999) mendefinisikan sumber daya sebagai sejumlah pengetahuan, aset fisik, manusia, dan faktor-faktor berwujud dan tidak berwujud lainnya yang dimiliki

Berdasarkan penelitian terhadap 210 anak-anak yang tinggal di daerah yang kadar fluorida dalam airnya 0,61-5,69 ppm, pada anak-anak yang mengkonsumsi lebih dari 2

implementasi Desa Maju Reforma Agraria (Damara) di Kulonbambang Kabupaten Blitar yang dilakukan oleh KPA dan Pawartaku sudah memenuhi unsur-unsur dalam tahapan

Masih terkait dengan penelitian otoritas perempuan, peneliti juga menggunakan penelitian yang diselenggarakan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM IAIN Syarif Hidayatullah