• Tidak ada hasil yang ditemukan

RONA AWAL LINGKUNGAN CALON TAPAK PLTN STUDI KASUS MUNTOK, KAB. BANGKA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RONA AWAL LINGKUNGAN CALON TAPAK PLTN STUDI KASUS MUNTOK, KAB. BANGKA BARAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

311

RONA AWAL LINGKUNGAN CALON TAPAK PLTN

STUDI KASUS MUNTOK, KAB. BANGKA BARAT

Lilin Indrayani

Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir -BAPETEN

ABSTRAK

RONA AWAL LINGKUNGAN CALON TAPAK PLTN STUDI KASUS MUNTOK, KAB. BANGKA BARAT. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir menyatakan bahwa persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh pemegang izin baik pada tahap tapak, konstruksi, komisioning, operasi sampai dekomisioning instalasi nuklir termasuk PLTN adalah hasil studi tapak dan program pemantauan lingkungan pada setiap tahapan perizinan instalasi nuklir. Salah satu komponen lingkungan yang digunakan sebagai dasar dalam program pemantauan lingkungan adalah data rona awal lingkungan. Data rona awal lingkungan pada tahap tapak dapat dipergunakan sebagai dasar dalam mengendalikan dan memverifikasi seluruh aktivitas yang kemungkinan berdampak terhadap lingkungan akibat adanya kegiatan pada setiap tahapan pembangunan dan pengoperasian PLTN baik pada kondisi normal maupun kondisi kecelakaan. Oleh karena itu BAPETEN sebagai Badan Pengawas yang memiliki tujuan untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup yang memiliki beberapa perangkat pengawasan dalam rangka antisipasi pembangunan PLTN di Indonesia penting untuk memperhatikan data rona awal lingkungan pada calon tapak PLTN. Dalam makalah ini dijelaskan beberapa data rona awal lingkungan studi kasus Muntok, Kab. Bangka barat yang berguna untuk menggambarkan status dan kondisi lingkungan pada calon tapak PLTN dimasa mendatang.

ABSTACT

THE ENVIROMENTAL BASELINE OF FUTURE NUCLEAR POWER PLAT SITING ON

CASE STUDIES OF MUNTOK, WEST BANGKA. Based on Government Regulation Number 43 Year 2006

on Nuclear Reactor Licensing stated that the technical requirements to be met by either licences at the stage of siting, construction, commissioning, operation to decommissioning of nuclear installations including Nuclear Power Plants (NPP) are the results of the site studies and environmental monitoring programs at each stage of the installation nuclear permiting. One of the environmental components that are used as environmental monitoring program is the environment baseline data. Environmental baseline data on the siting stage can be used as a basis to control and verify all the activities that may impact on the environment resulting from activities at each stage of development and operation of Nuclear Power Plants (NPP) either under normal conditions and accident conditions. Therefore BAPETEN as Regulatory Body which has the aim to guarantee the safety of workers, communities and the protection of the environment that has several monitoring tools in order to anticipate the development of nuclear power plant (NPP) in Indonesia is important to pay attention to the environment baseline data at potensially site of nuclear plants. In this paper described some of environment baseline data study case on Muntok, Bangka west that is useful to describe the environmental status and conditions on the prospective future nuclear power plant (NPP) siting.

LATAR BELAKANG

Undang-undang nomor 30 tahun 2007 tentang energi memasukkan nuklir sebagai sumber energi nasional dalam kelompok energi baru dan terbarukan. Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) mengamanatkan bahwa rencana pemanfaatan PLTN di Indonesia. Terkait dengan rencana tersebut di atas, BAPETEN sebagai badan pengawas yang memiliki tujuan untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup memiliki beberapa perangkat pengawasan dalam rangka antisipasi pembangunan PLTN di Indonesia salah satunya adalah

pemantauan rona awal lingkungan pada calon tapak PLTN.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah 43 tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir menyatakan bahwa persyaratan teknis yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin dari BAPETEN adalah hasil studi tapak dan program pemantauan lingkungan pada tapak dan pada instalasi PLTN baik pada tahap tapak, konstruksi, komisioning, operasi dan dekomisioning. Salah satu komponen lingkungan yang digunakan dasar dalam program pemantauan lingkungan adalah data rona awal lingkungan. Data rona awal lingkungan pada tahap tapak dapat dipergunakan sebagai dasar dalam mengendalikan dan memverifikasi seluruh

(2)

312

aktivitas yang kemungkinan berdampak terhadap lingkungan akibat adanya kegiatan pada tahapan pembangunan, pengoperasian sampai dekomisioning instalasi PLTN baik pada kondisi normal maupun kondisi kecelakaan.

Rona awal lingkungan adalah data yang dikumpulkan yang merupakan komponen lingkungan yang menggambarkan kondisi dan kualitas lingkungan pada calon tapak. Kegiatan pengumpulan data rona awal lingkungan bertujuan untuk:

a. Menentukan Status Kualitas Lingkungan.

• Merupakan tugas dan tanggung jawab Badan Pengawas untuk menentukan status kualitas lingkungan pada daerah tertentu dan waktu tertentu khususnya pada calon tapak PLTN.

• Memberi informasi kepada pihak yang berkepentingan misalnya publik tentang kualitas lingkungan pada daerah dan waktu tertentu. • Mengevaluasi kecenderungan

kualitas atau perubahan lingkungan pada tahapan kegiatan pembangunan dan pengoperasian pada calon tapak PLTN.

• Sebagai panduan atau acuan dalam pemulihan kondisi lingkungan pada tahap dekomisioning.

• Sebagai panduan atau acuan dalam pemulihan lingkungan akibat terjadinya kecelakaan yang berpotensi mengakibatkan kontaminasi lingkungan.

b. Menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan

Data yang diperoleh dapat digunakan dasar pertimbangan, penyusunan dan evaluasi kebijakan terhadap kegiatan pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan, misalnya penetapan tingkat radiasi, pengendalian teknologi yang akan dipakai, pengendalian limbah radioaktif,dll.

c. Menegakkan Hukum Lingkungan Dalam mengawasi penerapan peraturan perundang-undangan atau untuk membuktikan indikasi terjadinya dampak lingkungan akibat pembangunan dan pengoperasian

instalasi nuklir di kemudian hari. Salah satu alat bukti indikasi kontaminasi lingkungan adalah perlu dilakukan pengambilan sampel lingkungan yang akan dibandingkan dengan data rona awal lingkungan.

II. RONA AWAL LINGKUNGAN KAB. BANGKA BARAT

Perhatian masyarakat nuklir baik pihak pemerintah, LSM maupun masyarakat umum pemerhati nuklir akhir-akhir ini perhatiannya tertuju pada Kabupaten Bangka barat yang selalu disebut-sebut sebagai calon tapak PLTN. Kabupaten Bangka barat secara geografis terletak diantara 105°.00’-106°.00’BT dan 01°.00’- 02°.10’ LS. Adapun secara administrasi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : • Sebelah Utara : Laut Natuna • Sebelah Timur : Kabupaten Bangka • Sebelah Selatan : Selat Bangka dan

kabupaten Bangka • Sebelah Barat : Selat Bangka

Menurut data BPS Kab. Bangka Barat terakhir (November 2008), luas wilayah total Kab. Bangka Barat adalah. yang 2.820,61 km2 terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu Muntok, Simpang Teritip, Kelapa, Jebus dan Tempilang. Luas daratan kurang lebih 2.820,61 km2. Sedangkan untuk luas wilayah laut kewenangan yaitu selebar 4 (empat) mil laut ditarik dari garis pantai/ batas terluar pantai sekitar 202.758 Ha. TOPOGRAFI DAN MORFOLOGI WILAYAH

Ketinggian daerah yang paling dominan di kabupaten bangka barat 0 – 25 meter dpl (diatas permukaan laut) sehingga menunjukkan seolah ada lahan rendah yang memisahkan antara wilayah Kecamatan Jebus dengan wilayah lainnya di Bangka Barat. Bagian lahan rendah tersebut adalah persambungan antara komplek sungai Kampak dan Komplek sungai Antam. Puncak tertinggi di bangka barat adalah Gunung Menumbing dikecamatan Muntok dengan ketinggian sekitar 445 meter diatas permukaan laut. Adapun bukit yang termasuk dataran rendah tersebut adalah bukit Kelumpang, Bukit Kukus, Bukit Mayang, Bukit Penyambung, Bukit Kebon Kapit, Bukit Pasukan, Bukit Penyambung,

(3)

313 Bukit Telimpung yang ketinngiannya

bervariasi antara 150 m sampai 200 m. SIFAT TANAH

A. Jenis tanah

Jenis tanah kabupaten bangka barat yang terletak di ujung barat pulau Bangka didominasi oleh jenis tanah asosiasi podsolik coklat ke kuning-kuningan dengan bentuk wilayah berombak dan bergelombang. Kondisi tanah di Kab. Bangka Barat mempunyai PH rata-rata dibawah 5, yang didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain. Bentuk dan Keadaan tanah di Kab. Bangka Barat adalah sebagai berikut (Sumber BPS Kab. Bangka barat Tahun 2007) :

• 4 % berbukit seperti bukit Menumbing, dengan jenis tanahnya adalah kompleks podsolik coklat kekuning-kuningan dan litosol dari batu plutonik masam. • 51% berombak dan bergelombang

dengan jenis tanah asosiasi podsolik coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk komplek batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam

• 20% lembah/ datar dengan jenis tanah asosiasi podsolik , berasal dari komplek batu pasir dan kwarsit.

• 25 % rawa dan bencah datar engan jenis tanah asosiasi alluvial hidromotif

dengan Glei humus serta Regosol kelabu muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

B. Tekstur Tanah

Tektur tanah merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan perbandingan relatif antara partikel-partikel tanah pasir, tanah liat dan debu. Tingkat kehalusan partikel tanah adalah tekstur halus, sedang dan kasar. Berdasarkan klasifikasi tersebut, Tekstur tanah di Kab. Bangka Barat didominasi tekstur sedang.

IKLIM

Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis type A. Berdasarkan data dari stasiun Meteorologi Pangkal Pinang Tahun 2007, suhu udara maksimal Kab. Bangka Barat adalah 28,3 Celsius dan minimal 26,2 derajat Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 71- 88%. Berdasarkan catatan tahun 2007 curah hujan total 1,760,64 mm,atau rara-rata sebesar 146,72 mm/bulan dan banyaknya hari hujan rata-rata sebesar 9,75 hari. Musim penghujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober sampai Mei. Intensitas penyinaran matahari rata-rata bervariasi antara 30,0-70,41 % dan tekanan udara antara 1.008,1 MB – 1.010,8 MB.

Gambar 1. sifat tanah coklat kekuning-kuningan terdiri dari pasir, kerikil dan bebatuan dengan kontur yang bergelombang

(4)

314

HIDROLOGI

Pola Hidrologi diidentifikasi menurut daerah aliran Sungai (DAS) di wilayah Kab, Bangka barat yang mempunyai arah aliran masing-masing ke laut Natuna, Selat Bangka dan Teluk Kelabat. Keberadaan sungai di kab. Bangka Barat sering berubah-ubah seriring banyaknya penambangan liar disekitar DAS. Beberapa sungai yang relatif besar jika dibandingkan sungai lainnya yaitu :

• Sungai kampak yang mengalir ke arah barat yaitu ke Teluk Kampak (Laut Natuna) yang terletak di kecamatan Jebus.

• Sungai Mancong/Sungai Jering yang mengalir kearah selatan yaitu ke selat Bangka yang terletak di Kecamatan Kelapa

• Sungai Antan yang mengalir kearah timur yaitu keteluk Kelabat yang terletak di Kecamatan Jebus.

Selain Sungai, badan air yang merupakan air pemukaan yang banyak terdapat di kabupaten Bangka barat adalah Kolong yaitu air yang tertampung dalam lubang bekas galian tambang timah. Sejumlah kolong yang terdapat kab. Bangka barat yaitu Kolong Terabek , Kolong Berang, Kolong sekar Biru, Kolong Ketap, Kolong Hijau dan Kolong Panca. Selain itu terdapat juga rawa-rawa yang merupakan tampungan air permukaan.

Sistem penyediaan air minum PDAM kecamatan Muntok ( Sumber : Kajian Potensi Air untuk kabupaten Bangka Barat, Bappeda Kabupaten Bagka Barat Tahun 2007) berasal dari sumber air bersih perpipaan yang dikelola oleh PDAM Muntok diambil dari tiga buah sumber air yaitu Kolong Menjelang, Sungai Daeng (sungai Babi) dan Mata air Gunung Menumbing. Saat ini PDAM kecamatan Muntok hanya mengandalkan sumber air dari Kolong Menjelang yang mempuyai luas 3 ha dengan debit 15 l/dt, mengingat debit air yang dihasilkan mata air Gunung Menumbing relatif kecil sekitar 5 l/dt.

DRAINASE

Dengan karakter topografi wilayah dengan pola aliran sungai, ada permasalahan dalam drainase wilayah ini terutama kota Muntok, berupa adanya banjir periodik pada musim penghujan dan pada saat air laut

pasang. Banjir periodik tersebut terjadi sebagai limpasan/luasan air sungai, terutama yang perbedaan tinggi dengan muara (permukaan laut) tidak terlalu besar, seperti pada sungai Muntok asin

GEOLOGI

Sebaran karakter geologi di Kabupaten Bangka Barat didasarkan pada batuan penyusunnya. Jenis batuan terdiri dari batuan Aluvial, batuan Bintan, batuan Filit, Formasi Bintan, dan Granit.

1. Batuan Granit merupakan batuan beku atau malihan (igneous atau metamorphic rocks) batuan ini mempunyai potensi dan prospek ait tanah sangat rendah.

2. Batuan aluvial terdapat sebagian besar disebelah selatan kecamatan Muntok, bagian selatan kecamatan dan bagian timur kecamatan Jebus. Batuan aluvial ini merupakan sedimen lepas atau setengah padu seperti kerikil, pasir, lanau, lempung. Sebaran jenis batuan aluvial ini terdapat pada catchment area Sungai Kampak, Sungai Jering/ Mancung, Sungai Menduyung, dan Sungai Sukai. Batuan ini mempunyai potensi dan prospek air tanah sedang. 3. Batuan Bintan, tersebar dibagian timur

Kab. Bangka barat yaitu bagian timur kecamatan Jebus, Bagian Timur kecamatan Kelapa, dan Bagian Timur kecamatan tempilang.

4. Batuan Filit, terdapat di bagian selatan kecamatan Jebus, bagian timur kecamatan Kelapa.

STATUS DAN FUNGSI HUTAN.

Dominan Wilayah Kab. Bangka Barat adalah hutan. Kajian penetapan pola ruang yang terkait dengan fungsi hutan yang ada terutama ditetapkan untuk kawasan lindung yang berupa hutan maupun budidaya yang berupa hutan, maka terlebih perlu dilakukan kajian terhadap penetapan fungsi hutan yang ada di kabupaten bangka barat. Dari data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bangka barat diperoleh data kawasan hutan di Kab. Bangka Barat yang terdiri dari Hutan Konservasi (HK), Hutan Lindung/ Hutan Lindung Pantai, dan Hutan Produksi yang

(5)

315 2.8 PENGGUNAAN LAHAN

Status Penggunaan Lahan di kawasan kab. Bangka barat Tahun 2007 (data Badan Perencanaan Daerah Kab. Bangka Barat) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tata guna Lahan Kab. Bangka Barat

No JENIS

PENGGUNAAN LUAS (ha)

1 Hutan 17.351,65 2 Hutan Rawa 26.859,26 3 Rawa 10.255,76 4 Semak Belukar 59.669,33 5 Bekas Galian Tambang 878,49 6 Tambang 11.070,07 7 Tegalan-Ladang 93.747,40 8 Perkebunan 61.355,50 9 Sawah 134,73 10 Pemukiman 3.185,71 11 Pasir Darat 247,56 12 Tanah Kosong 640,63 13 Sungai 1.909,55

JUMLAH DAN DISTRIBUSI PENDUDUK

Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka Barat Tahun 2007 adalah sebesar 142.574 jiwa (Sumber Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bangka Barat Tahun 2008) yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 73.292 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 69.282 jiwa . Kalau dilihat dari tabel diatas Untuk selang waktu tahun 2001 – 2007 Kabupaten Bangka Barat Mempunyai angka laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 2,38 %. Sementara bila dilihat dinamikanya pertumbuhan penduduk tiap tahun pada selang waktu antara 2001 sampai 2007 ada beberapa kecamatan yang mengalami pertumbuhan sangat tinggi dan ada juga yang malahan negatif pertumbuhannya atau berkurang jumlah penduduknya

PRASARANA TRANSPORTASI a. Prasarana Transportasi Darat

Jaringan jalan yang ada di kab. Bangka barat terdiri dari Jalan Negara, Jalan Provinsi dan jalan Kabupaten. Berdasarkan Tahun 2007 Jalan Negara sepanjang 81,00 km, Jalan Propinsi sepanjang 46, 80 km dan

Jalan Kabupaten sepanjang 421, 42 km. Jalan Negara merupakan jaringan jalan yang membentuk sumbu utama di wilayah Kabupaten bangka barat yang menghubungkan tanjung kalian –Muntok-Simpang Teritip –Kelapa- batas Kabupaten Ke Pangkal Pinang. Jalan Kabupaten dan Jalan Propinsi serta jalan lokal dominan merupakan cabang dari jalan negara. Oleh karena itu pola jaringan jalan yang ada pada dasarnya merupakan pola “tulang ikan” . Beberapa titik pertemuan atau persimpangan antara jalan negara dengan jalan-jalan lainnya muntok, air limau, mayang, pelangas, simpang teritip, ibul, kacung, dendang, simpang bulin, kelapa, dan simpang tempilang. Sebagai kelengkapan dari pergerakan transportasi jalan raya, dewasa ini ada 3 terminal dikab. Bangka barat, yaitu:

• Terminal Muntok yang merupakan terminal utama di kab.bangka barat yang melayani trayek antar propinsi ke palempang antar kabupaten di pulau bangka antar kecamatan di bangka barat dan lokal sekitar kota dan kecamatan muntok.

• Terminal Parit Tiga Jebus yang lebih merupakan sub-terminal yang melayani trayek antar kabupaten (ke sungailiat) antar kecamatan (ke muntok, tempilang)dan lokal di kecamatan jebus • Terminal Kelapa yang lebih merupakan terminal perlintasan ataupun sub terminal yaitu melayani perlintasan Muntok- Kelapa- Pangkal pinang. b. Prasarana Pelabuhan Laut dan

Penyebrangan

Pada saat ini Kab. Bangka Barat memiliki 5 pelabuhan penyebrangan yaitu:

• Pelabuhan Muntok yang terletak di Simpul perkotaan Muntok (Kel. Tanjung Kec.Muntok) yang melayani pergerakan barang dan penumpang • Pelabuhan Tanjung Kelian diujung

barat Pulau Bangka yang terletak di desa Air Putih Kecamatan Muntok, yang melayani angkutan penyeberangan Muntok- Palembang.

• Pelabuhan Tanjung Ru, di Desa Bukit Kecamatan Jebus yang melayani penyebrangan ke Belinyu dengan menggunakan perahu rakyat dan bahkan perahu nelayan, untuk menyebrangkan orang dan barang.

(6)

316

• Pelabuhan Kayu arang terletak di desa kayu arang Kecamatan Kelapa yang dahulu merupakan pelabuhan penyebrangan Palembang-Katu arang yang dewasa ini tidak dimanfaatkan lagi untuk itu, sehingga pada lokasi pelabuhan ini lebih banyak dipakai sebagai tambatan perahu nelayan.

SEKTOR EKONOMI

Masyarakat Muntok dari zaman belanda hingga kini terkenal dengan timah dan perkebunan lada. Timah Muntok merupakan sumber tambang timah terbesar di Indonesia. Penambangan timah oleh kapal hisap diperairan laut merupakan bentuk ekspansi pertambangan timah yang dilakukan di darat, akhir-akhir ini disoroti sebagai bentuk kegiatan perusakan lingkungan. Usaha industri yang banyak di kab.bangka barat adalah industri yang mendukung pertambangan timah misalnya industri pengolahan biji timah (smelter). Sesuai dengan kondisi geografisnya yang terletak diperairan dekat laut yang kaya akan keanekaragaman hayati laut, penduduk sekitar pesisir pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Daerah Teresterial yang didominasi dengan hutan sekarang ini banyak berubah menjadi lahan tanaman hutan industri seperti karet, kelapa sawit, dan lahan hutan yang diubah menjadi perkebunan antara lain perkebunan lada. Selain bekerja pada pemerintahan, hanya sebagian kecil masyarakat bergerak dibidang jasa misalnya jasa untuk mendukung

pariwisata yang terkenal dengan pantainya yang indah.

KESIMPULAN

BAPETEN sebagai badan pengawas yang memiliki tujuan untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup memiliki beberapa perangkat pengawasan dalam rangka antisipasi pembangunan PLTN di Indonesia salah satunya adalah pemantauan rona awal lingkungan pada calon tapak PLTN. Rona awal merupakan pedoman/acuan untuk menentukan kualitas lingkungan calon tapak PLTN khususnya tapak Muntok, Kab. Bangka Barat pada tahap pembangunan dan pengoperasian sampai dekomisioning PLTN dimasa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

1 Data Kependudukan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bangka Barat, Tahun 2008 .

2 Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bangka barat tentang penggunaan lahan Kab. Bangka Barat. 3 Data Meteorologi dari stasiun

Meteorologi Pangkal Pinang Tahun 2007

4 Data dari BPS Kab. Bangka barat Tahun 2007.

5 Kajian Potensi Air untuk kabupaten Bangka Barat, Bappeda Kabupaten Bagka Barat Tahun 2007.

Gambar

Gambar 1. sifat tanah coklat kekuning-kuningan terdiri dari pasir, kerikil dan bebatuan  dengan kontur yang bergelombang

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kerusakan seperti retak akibat penggelinciran (slippage crack- ing) perbaikan hanya dilakukan pada lapis aspal yang rusak sedangkan untuk kerusakan alligator cracking

Upaya self-care pada kelompok berisiko Acute Coronary Syndrome (ACS) di Desa Drono Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten rata-rata memiliki sikap dalam.. upaya

Karena Perpustakaan SD Negeri Ngabean Yogyakarta belum memiliki tenaga pustakawan yang berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, menyebabkan proses

Dimensi ini bertujuan untuk mengukur kualitas hasil belajar tari terkait penampilan membawakan tari. Untuk mengukur dimensi ini digunakan indikator sebagai berikut. 1)

Pecking Order Theory Husnan (2001:324) menyatakan teori ini disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki

Program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan program yang diberikan untuk memberikan bekal kepada mahasiswa untuk dapat berlatih dengan ilmu yang telah

Hasan Sadikin Bandung dan menuangkannya dalam sebuah karya tulis yang berjudul ³ TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI BAHU PADA PASIEN DENGAN KASUS TRAUMA BAHU DI INSTALASI RADIOLOGI

Ada tiga masalah penting yang diungkap dalam penelitian ini, yakni (I) perancangan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan "WW", (2) pelaksanaan pembelajaran menu lis,