• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Menulis Cerpen melalui Implementasi Writing Workshop

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran Menulis Cerpen melalui Implementasi Writing Workshop"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DP Ji/id 5, Bil. 212005 Pendidikan Bahasa

Pembelajaran Menulis Cerpen melalui Implementasi Writing Workshop

Ice Sutari Pengenalan

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks dan dapat diandaikan sebagai penguat keterampilan bahasa yang lain, khususnya dalam aspek belajar berbahasa. Kesulitan dalam penguasaan keterampilan menulis dengan sendirinya akan menyebabkan kesulitan dalam pembelajarannya sehingga guru perlu berupaya memilih kaedah dan strategi pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan kualiti pembelajaran yang bermakna baik bagi para pelajar mahupun bagi prestasi kerja guru.

Berdasarkan pemerhatian terhadap kuliah menulis, khususnya Menulis II, terdapat aspek yang secara umumnya dianggap susah untuk diajar, yakni menulis cerpen. Kesulitan pelajar adalah dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah motivasi untuk menulis, menjana idea, menggarap konflik, menentukan tajuk, menyusun dialog, mengolah bahasa agar menarik dan tajam, mengembangkan cerita, mengakhiri cerita, menghilangkan kemalasan untuk menyelesaikan karangan, dan lain-lain. Akibatnya, kemampuan menulis pelajar masih lemah. Alwasilah (2000) dalam bukunya "Perspektif Bahasa Inggeris di Indonesia" menyatakan bahawa menulis merupakan mata pelajaran yang diabaikan baik di sekolah mahupun di perguruan tinggi, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sukar diajarkan, pelajar SMA mahupun mahasiswa PT selama ini diajar menulis oleh guru atau pensyarah yang tidak berpengalaman, pelajaran menulis lebih merupakan pelajaran tatabahasa dan teori-teori menulis dengan sedikit latihan menulis, pada umurnnya karangan pelajar tidak dikembalikan kepada mereka. Persoalan lain yang timbul juga ialah kemampuan pelajar berbeza-beza sehingga kadang-kadang memerlukan pengajaran secara individu, danjumlah pelajar dalam satu-satu kelas ialah di antara 50 - 60 orang! Menyedari hal tersebut, penulis rnemilih model pernbelajaran Writing Workshop (WW) dengan pendekatan tindakan kelas sebagai satu model pengajaran menulis yang diyakini mampu meningkatkan kualiti pembelajaran melalui perkongsian dan kerjasama pelajar. Makalah ini akan membincangkan dapatan kajian . menggunakan model tersebut yang membuktikan bahawa pelajar lebih bermotivasi dan terbimbing untuk menghasilkan karangan sendiri pada akhir pengajaran dan pelajar pun dapat menilai kemampuannya sendiri.

Kajian Literatur

Writing Workshop adalah model pengajaran menulis yang dirancang untuk membantu pelajar meningkatkan kemampuan menulis. Model ini diperkenalkan oleh "National Writing Project" di Amerika Syarikat. Menurut Atwel dan Calkins (1991: 329), WW merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengajaran menulis iaitu satu period pengajaran ditetapkan setiap hari agar para pelajar terlibat dalam kegiatan menulis. Istilah lain yang digunakan oleh pakar pengajaran keterampilan berbahasa, iaitu "Menulis Terbimbing" yang prosedur pembelajarannya hampir sarna dengan "WW". Model ini

(2)

Pendidikan Bahasa DP. Jilid 5, 8il. 212005

memberikan kesempatan kepada pelajar untuk menulis pelbagai tujuan dalam pelbagai bentuk atau gaya.

Writing Workshop fasa pertama, dimulai dengan pemilihan topik yang akan ditulis dan pelajar diminta untuk menulis sebarang topik yang muncul di mindanya. Biasanya pelajar yang baru belajar menu lis karangan akan memilih karangan-karangan pendek atau hanya menulis sebuah perenggan panjang. Panjang karangan terus bertambah apabila pelajar lebih yakin terhadap kemampuan mereka untuk menggunakan pengalaman sebagai sumber tulisan. Fasa pertama diakhiri dengan membaca draf tulisan ternan. Mereka hanya diminta memberikan respon bukan mengkritik. Fasa kedua, siswa diminta pergi ke luar kelas guna mempeiajari dan menulis tentang lingkungan. Mereka menghabiskan waktu untuk mengamati keadaan sekitar di ternpat-ternpat tertentu, seperti perpustakaan dan belajar menuangkan persepsi ke dalam kata-kata. Seperti penulis surat khabar, mereka harus menemukan berita atau cerita dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan diakhiri dengan penulisan majalah. Fasa ketiga, kegiatan menulis diarahkan pada kegiatan menulis akademik. Tulisan yang baik tidak diciptakan melalui proses menulis narasi. Di universiti misalnya, tulisan akademik sering kali berkaitan dengan rumus-rumus. Tulisan akademik yang baik tumbuh daripada pengalaman yang diketahui dan dirasakan secara mendalam. Fasa keempat, kegiatan kelas kembali ke fasa pertama, yaitu menjadikan siswa sebagai pusat proses menulis. Dengan mengenali diri sendiri melalui pendengaran, refleksi dan renungan, siswa akan mengetahui banyak hal. Langkah ini dilakukan untuk mengingatkan siswa bahwa pengalaman adalah dasar bagi semua tulisan. Menulis memungkinkan siswa untuk menemukan dirinya sendiri dan mengembangkan visi tentang diri itu sejelas dan sejujur mungkin, yakni menulis melalui emosi masing-rnasing. Sehubungan dengan menulis cerpen, "WW" juga dirancang untuk mengaktifkan dan menilai latar belakang pengetahuan mahasiswa serta menilai, dan memperbaiki kemampuan menulis mereka. Saat proses menulis berlangsung, pensyarah memberi bimbingan dan kesempatan kepada mahasiswa untuk membuat keputusan, memilih tema, dan bentuk tulisannya mengungkapkan idea dari pengalaman hidupnya. Salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan ialah dalam bentuk pembelajaran yang efektif melalui pemberian model-model cerpen untuk dibincangkan unsur-unsurnya dalam kumpulan kecil sehingga mahasiswa memahami dengan baik dan menguasai kemampuan ini dengan sendiri.

Kaedah Penelitian

Penelitian ini menggunakan "Pendekatan Tindakan Kelas (PTK) dengan Pendekatan Kualitatif, Proses dan Produk". Secara instrumental, kajian tindakan merupakan pendekatan khusus (particular approach) dalam penelitian kelas, serta merupakan kombinasi antara "prosedur penelitian" dan "tindakan subtantif" (Hopkins, 1985, 1993). Sebagai prosedur tindakan, kajian tindakan merupakan suatu kajian reflektif diri secara inkuiri, kolaboratifterhadap latar ilmiah dan implikasi daripada suatu tindakan. Sementara daripada tindakan subtantif, kajian tindakan berciri adanya intervensi skala kecil berupa pengembangan program pembelajaran dengan menjadikan latar semulajadi sebagai upaya diri melakukan reformasi atau peningkatan kualiti tindakan dan iklim sosial kelas selama pengembangan pembelajaran berlangsung (Cohen & Manion, 1990; Hopkins, 1985; 1993; McNiff, Madya, 1994).

(3)

DP Jilid 5, eu. 212005 Pendidikan Bahasa Langkah Kerja

Selama penelitian, pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak empat peringkat. Tahap pelaksanaannya sebagai berikut.

Refleksi Awal (Pratindakan) Pemerhatian Pemerhatian

l

Refleksi Tindakan II Penu lisaniDraft Refleksi Refleksi Keseluruhan Tindakan ~ Pemerhatian ••• Refleke ~ Tindakan I Penulisan Akhir Refleksi Peringkat Pelaksanaan Tindakan dalam Pembelajaran Menulis

Cerpen dengan Model "WW"

Langkah Pembelajaran

Ada tiga masalah penting yang diungkap dalam penelitian ini, yakni (I) perancangan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan "WW", (2) pelaksanaan pembelajaran menu lis, (3) penilaian produk tulisan mahasiswa berupa cerpen dan pendapat serta harapan para mahasiswa terhadap pembelajaran menulis dengan cara Workshop, perkongsian, kolaboratif, mini-lesson, conference kelompok dan kelas, tug as individual, ulangkaji I, ulangkaji II, dan kemampuan mereka setelah menyelesaikan kuliah. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa pusingan kegiatan dengan dilengkapi oleh sejumlah data yakni; catatan lapangan tahap orientasi, catatan hasil pemerhatian terhadap kemampuan pensyarah menggunakan "workshop" (tahap prapenulisan, penulisan draf, ulang kaji, dan penulisan akhir), jumal pelaksanaan tindakan, catatan hasil pemerhatian aktiviti mahasiswa sewaktu pembelajaran, dan lembaran refleksi mahasiswa.

Dapatan Kajian dan Perbincangan

Dengan memberi fokus kepada kegiatan memahami struktur cerita melalui kegiatan membaca yang intensif, maka pemahaman dan pengetahuan para mahasiswa banyak meningkat. Lebih-lebih lagi setelah dilaksanakan kegiatan diskusi, baik diskusi kelompok mahupun diskusi kelas, wawasan mereka tentang struktur cerita meningkat juga. Mereka melakukan perkongsian dan kolaboratif dengan kawan serta pensyarah. Adapun pemahaman mahasiswa terhadap struktur cerita dalam model cerpen "Paman Gober"

(4)

Pendidikan Bahasa DP Jilid 5, eu. 212005

(Pusingan I) menunjukkan sebaran frekuensi lebih banyak pada kriteria "Cukup" sebanyak 80 %, sedangkan kriteria "Baik" sebanyak 20o/()..Rata-rata nilai pemaharnan mahasiswa terhadap struktur cerita pada pusingan I adalah 2. Rata-ratanya menunjukkan bahawa secara umum pemahaman mahasiswa terhadap struktur cerita berada pada kriteria "Cukup".

Kegiatan kolaboratif dilakukan pada saat para mahasiswa melakukan ''peer critique", "peer editing", dan "peer proofreading", yakni mereka saling membaca karya rakannya, memberikan komen, dan saling membuat pembetulan. Melalui kegiatan ini, mahasiswa berasa percaya pada diri dan motivasi menulisnya pun meningkat pula. Kolaboratif pada tahap pertama ini menghasilkan beberapa pengayaan idea/gagasan yang harus dikembangkan oleh mereka untuk selanjutnya diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan cerpen dengan disertai pemilihan tema, watak dan perwatakan, rangkaian peristiwa, dan latar yang tepat hasil kegiatan "clustering". Adapun sebaran frekuensi pemahaman mahasiswa terhadap struktur cerita yang dibuat sendiri menunjukkan pada kriteria "Cukup" sebanyak 52%, kriteria "Baik" sebanyak 28%, dan kriteria "Sangat Baik" sebanyak 20%. Pusingan II difokuskan pada penulisan draf di dalam kelas selama 2 Y2 jam. Para mahasiswa mengembangkan struktur ceritanya menjadi sebuah karangan yang utuh. Draf awal ini merupakan hasil curahan gaga san berdasarkan rencana penulisan tanpa memberi perhatian terhadap aspek kebahasaan terutama ejaan dan tidak dibenarkan untuk membuat pembetulan. Fakta empirik yang ditemukan pada penulisan draf menghasilkan refleksi yang berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran Pusingan III. Adapun sebaran frekuensi kemampuan menulis draf menunjukkan pada kriteria "Cukup" sebanyak 24 %, "Baik" sebanyak 60% dan "Sangat Baik" sebanyak 16%. Pada Pusingan II ini masih ada 6 orang mahasiswa yang selalu melakukan pembetulan dengan mencoret atau memadam bahkan mengganti kertas .Selain itu, mereka menulis tidak memanfaatkan struktur cerita yang telah mereka susun. Oleh karena itu, penanganannya dengan cara "mini-lesson", pendekatan individual untuk mencari terapi terbaik dan udah bagi yang bersangkutan.

Pusingan III difokuskan pada kegiatan mengulangkaj i draf dengan melakukan kolaboratif dan perkongsian dalam kelompok melalui silang baca. Basil kerja mahasiswa dibahaskan dengan menyuruh mahasiswa membacakan hasil pekerjaannya di hadapan kelas dan ternan-ternan sekelasnya memberi "feedback" secara bergilir-gilir, Dengan berbekalkan pengalaman menulis yang telah diperoleh pada Pusingan II dan ulasan yang bermakna yang diperoleh dari rakan-rakan dan pensyarah, seterusnya mahasiswa melakukan kegiatan ulang kaji dengan cara menambah, membuang, meiengkapi kata, frasa, kalimat atau perenggan tertentu untuk kesempumaan tulisannya.

Pusingan IV merupakan kegiatan penulisan akhir/ menulis kembali yang dikerjakan di luar waktu kuliah. Dengan kegiatan menulis kembali (rewriting) hasil kerja mahasiswa merupakan produk tulisan yang telah diproses. Perbincangan dibuat dengan ahl i kumpulan untuk memilih satu tulisan terbaik dari kumpulan masing-masing. Kemudian dilakukan diskusi panel kelas untuk memilih tiga tulisan terbaik atas nama kelas. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan dalam kegiatan diskusi kelas diperoleh frekuensi kemampuan

(5)

DP Jilid 5. Bil. 212005 Pendidikan Bahasa

para mahasiswa dalam menggarap struktur cerita sehingga menjadi karangan yang utuh sebagai berikut: kriteria "Sangat Baik" 20%, "Baik" 68%, dan "Cukup" 12% dari rentang nilai 4, 3, dan 2.

Kesimpulan

1. Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan "WW" menjadikan peranan pensyarah sebagai "eksplorator, mediator, fasilitator, dan rekonstruktor" pengalaman belajar mahasiswa, serta meningkatkan upaya mahasiswa yang kondusif, ekspresif, kolaboratif, partisipatif, percaya diri sehingga pembelajaran sangat bermakna baik bagi pensyarah mahupun mahasiswa.

2. Kegiatan menulis drafberdasarkan struktur cerita yang dibuatnya dalam media kertas berwama pada Pusingan II memperoleh frekuensi kemampuan pada kriteria "Sangat Baik" 16%, "Baik" 60%, dan "Cukup" 24%.

3. Kegiatan mengulang kaji drafpada Pusingan III, menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam hal pemahaman terhadap struktur cerita, penggarapannya mulai awal cerita, tengah, dan akhir, serta teknik penulisan termasuk aspek kebahasaannya.

4. Kegitan menulis kembali kemudian melakukan kolaboratif, perkongsian dengan rakan kumpulan dan kelas melalui diskusi panel dapat menghasilkan tiga tulisan terbaik atas nama kelas. Yang berhasil diberi penghargaan berupa beberapa buah buku cerpen dan mahasiswa lainnya diberi pujian. Sebaran frekuensi kemampuan menulis cerpen mahasiswa menunjukkan "Sangat Baik" 20%, "Baik" 68%, dan "Cukup" 12%.

5. Implikasi pembelajaran menulis cerpen dengan cara "workshop" terhadap kebolehan mahasiswa mewujudkan dan meningkatkan kesedaran diri dan pengakuan diri mahasiswa sebagai peribadi dan sebagai pelajar yang utuh dan mandiri.

(6)

Pendidikan Bahasa DP Jilid 5, su. 212005

Rujukan

Ahadiah M.K., Sabarti. et al. (1998). Pengembangan kemampuan bernalarkreativitas dan budaya

tulis melalui jalur pendidikan dalam rangka peningkatan sdm dalam bahasa indonesia menjelang tahun 2000. Jakarta: Depdikbud.

Alwasilah, C. (2003). Bangsa yang besar adalah bangsa yang menu/is. UPl: Depdiknas. Brown, H. D. (1994). Teaching by principles an interactives appraoch to language pedagogy.

New Jersey: Printice Hall Regents.

Calkins, L. M. (1989). The art of teaching writing. Columbia University: Teacher Collegge. Donovan, T., & McLelland, H. (1999). Eight approaches to teaching composition. Illinois:

National Council of Teacher ofEngJish.

Kernmis, S. & McTaggart, R. (1998). The action research plenner. Victoria: Deakin University. Lensimire, T. J. (1994). When children write critical revision of the writing workshop.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengaruh Aktivitas Rekreasi Di Situ Buled Terhadap Motivasi Gerak Dasar Siswa Kelas V SDN 19 Nagri Kaler Kabupaten Purwakarta.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Perusahaan efek adalah pihak yang membawa emiten masuk ke pasar modal, memasarkan efek yang dikeluarkan dan setelah dana terkumpul oleh emiten, perusahaan efek akan beralih

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut, yaitu bahwa penerapan model pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPA di SD

Titrasi dengan NaOH 0,0543N sampai terjadi warna merah jambu dan dicatat volume terpakai Lakukan percobaan sebanyak 6 kali.. 1 ml natriumhidroksida 0,0543N setara dengan 204,2

hijau, dan biru sebagai warna papan perangkap untuk hama Spodoptera litura. Penelitian ini menunjukkan

Beberapa negara asia timur seperti Jepang, China dan Korea selatan, sistem pendidikan yang dibangun banyak bersumber dari ajaran konfusianismeB. Konfusianisme bukanlah satu agama

Hasil kegiatan pendidikan kecakapan hidup yaitu: (1) terdapat tiga jenis keterampilan yang berhasil dilatihkan, (2) sumberdaya alam sebagai pendukung kegiatan yaitu