BAB 5
PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN
5.1 Petunjuk Umum
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perkampungan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Dalam penatan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
- Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
- Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian
- Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
- Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.
- Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.
- Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain- lain kurang diperhatikan hampir di semua kota, terutama kota Metro dan Besar.
3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
- Komitmen terhadap kesepakatan intemasional SDGs dan Nawacita bahwa Keberlanjutan agenda pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan, keadilan gender, serta pemenuhan akses terhadap air dan sanitasi sebagai isu yang senantiasa strategis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan antara lain: 1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota,
2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota (lihat Buku Panduan 2 : Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota,
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya,
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
5. Dalam penyusunan RPUM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Kota,
6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan,
7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik,
8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia,
9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan pada kota bersangkutan,
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta, 12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,
13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya investasi,
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut,
15. Safeguard sosial dan lingkungan,
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang belam menindak lanjutinya sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari:
1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung;
2. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran yang belum memiliki atau melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;
3. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan pendataan bangunan gedung;
4. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru hasil pembangunan sejak 2003-2006;
5. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai setiap saat;
6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;
7. Masih banyak Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
8. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan belum ditata ulang;
9. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kabupaten/Kota;
10. Masih banyak Kabupaten/Kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.
sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten/Kota.
Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif.
Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni: mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompk peduli dan dunia usaha secara aktif.Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP.
5.2 Strategi Pendukung
Grand Strategy 1: Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional, Andal, dan Efisien
Tujuan :
Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Sasaran :
- Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota/kabupaten di seluruh Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016,
- Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun 2016.
- Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung pada tahun 2013. - Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan wasdal kegiatan penataan
bangunan dan lingkungan di seluruh Kabupaten/Kota pada tahun 2013.
- Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di
tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya pada tahun 2016.
- Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di Propinsi Kalimantan Timur, hingga tahun 2016
Grand Strategy 2: Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan Berjatidiri Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.
Sasaran :
- Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah di kawasan Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2016
- Terbaikinya dan terpenuhinya sarana prasarana kawasan permukiman kumuh di kawasan Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2016
- Terlaksananya pengelolaan RTH di Propinsi Kalimantan Timur tahun 2016
Grand Strategy 3: Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan Bangunan Agar Dapat Memberi Nilai Tambah Fisik, Sosial, dan Ekonomi
Tujuan:
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Sasaran :
- Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2016.
- Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan.
Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Mewujudkan Arsitektur Perkotaan dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Lokal
Tujuan:
Sasaran :
Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan di Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2016. Grand Strategy 5: Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk Menunjang Regional/Internasional yang Berkelanjutan
Tujuan:
Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.
Sasaran :
Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten pada tahun
2016.
5.3 Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkunan adalah mewujudkan pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL adalah Meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
5.3.1 Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
5.3.1.1 Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Kutai Barat secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata letak kota, bangunan- bangunan memiliki fungsi sebagaimana disebutkan di atas. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1
Fungsi Bangunan di Kabupaten Kutai Barat
Fungsi Bangunan Lokasi
Perdagangan dan Jasa Kec. Barong Tongkok, dan Kecamatan Melak
Pemukiman Tersebar di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan
Barong Tongkok, Melak dan Sekolaq Darat.
Bangunan Tradisional Bersejarah Kawasan AURI di Kampung Sendawar Kec. Barong Tongkok, Pusat Kerajaan Sendawar di Dusun Royok Kec. Sekolaq Darat dan Lamin Adat di Kampung Eheng Kec. Nyuatan.
Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat
Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya kantor pos, kantor dinas pemadam kebakaran dan lain- lain. Secara umum di Sendawar bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terutama kawasan pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan pembangunan kota Sendawar masih baru dan belum semua kantor terbangun secara semuanya. Dari sisi historis banyak bangunan – bangunan dan kawasan di Kabupaten Kutai Barat yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan kawasan peninggalan sejarah baik itu kerajaan maupun perjuangan kemerdekaan. Adapun di Kab. Kutai Barat antara lain berada di Kawasan Barong Tongkok, Melak dan Sekolaq Darat.
Bangunan-bangunan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan perdagangan dan jasa, perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai perbedaan ini bisa didasarkan pada lokasi bangunan, fungsi bangunan, umur atau usia bangunan dan nilai historis bangunan. Bangunan yang berada di kawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dari pada yang berada di pedesaan. Begitupula bangunan fungsi perdagangan biasanya memilki nilai ekonomi yang kebih tinggi dari pada bangunan perkantoran, pendidikan ataupun pemukiman. Bangunan yang memiliki nilai historis sejarah dan berumur tua lebih tinggi nilai ekonominya dari bangunan biasa dan berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan bangunan-bangunan tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan-bangunan tersebut serta nilai sejarah/historis bangunan-bangunan.
5.3.1.2 Pendataan Bangunan Gedung
Tabel 5.2
Percontohan Pendataan Bangunan Gedung
Kegiatan : Percontohan Bangunan Gedung Provinsi : Kalimantan Timur
Kabupaten : Kutai Barat
No Jumlah Bangunan Gedung di
Kabupaten Kutai Barat (Unit)
Data Base Bangunan Gedung
Ada Substansi Pendataan
Manual Komputerisasi Status Arsitektur Utilitas
2 3 4 5 6 7
Data Tabel diatas belum ada dikarenakan belum pernah ada pendataan bangunan gedung di Kabupaten Kutai Barat.
5.3.1.3 Penyusunan Keandalan Bangunan Gedung
Tabel 5.3
Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung
Kegiatan : Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung Provinsi : Kalimantan Timur
Kabupaten : Kutai Barat
No Nama
Bangunan
Jenis
Bangunan Lokasi
Tahun
Pelaksanaan
Aspek yang di periksa
Ar S M Ac E
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5.3.1.4 Pembangunan Aksesibiltas Bangunan Gedung
Tabel 5.4
Aksesibilitas Bangunan Gedung Kegiatan : Percontohan Aksesibilitas
Provinsi : Kalimantan Timur Kabupaten : Kutai Barat
No Dasar Hukum Pemberlakuan Aksesibilitas
Percontohan Aksesibilitas
yang telah dilakukan PTBG Keterangan
Ada
(sebutkan) Tidak Ada Tahun Lokasi
1 2 3 4 5 6
Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat
5.3.1.5 Diseminasi Peraturan Perundang-undangan PBL
Tabel 5.5
Diseminasi Peraturan Perundang-Undangan PBL
PENYELENGGARA DISEMINASI
Sumber: DPU Cipta Karya Kab. Kutai Barat 2009
(5) Pengembangan Sistem Informasi Bangunan Gedung
Sasaran kegiatan ini adalah tercapai keseragaman pemahaman, kesadaran dan tanggungj awab para instansi dan pelaksana khususnya pejabat pembuat komitmen Pembinaan Teknis Bangunan Gedung dan bisa mengimplementasikan di Kabupaten Kutai Barat dan tercapainya pelayanan pusat informasi bidang bangunan gedung bagi masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah sendiri secara maksimal di daerah. Bentuk dan kegiatan pelaksanaan dapat berupa :
- Pembuatan/Pengembangan Website Pusat Informasi Bangunan.
- Penyusunan materi informasi PIPPB (Arsitektur Bangunan Gedung, perundang- undangan bidang bangunan gedung dan permukiman, daftar harga).
- Pelayanan sistem informasi dan teknologi.
- Pemberian fasilitasi kegiatan diskusi dan pembahasan yang berkaitan dengan bangunan gedung dan lingkungan.
Namun sampai saat ini di Kabupaten Kutai Barat belum memiliki kegiatan sistem informasi bangunan gedung dan arsitek.
Tabel 5.6
Pengembangan Sistem Informasi Bangunan Gedung dan Arsitektur
No Pusat Informasi Bangunan Penyebaran Informasi Tentang Bangunan Gedung Gedung PIB Website
PIB
1 Materi pengembangan sistem
informasi belum bisa
dipenuhi, dikarenakan
kegiatan ini belum dilakukan
di Kabupaten Kutai Barat
- Tidak ada - - - -
Sumber: DPU Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2009
(6) Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
Saat ini di Kabupaten Kutai Barat belum terdapat produk Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. Adanya rencana induk ini tentu saja akan mengatur tentang penyediaan kebutuhan sarana penanggulangan bencana kebakaran yang harus dimiliki oleh bangunan gedung dan sesuai dengan kepadatan dan variasi bentuk bangunan gedung.
Tabel 5.7
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
No.
Produk Peraturan Pencegahan & Penanggulangan Kebakaran
(7) Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN dan Keselamatan Bangunan
Pelatihan teknis ini bertujuan untuk mewujudkan bangunan gedung yang andal dan tertib pembangunan bangunan gedung negara melalui tersedianya tenaga yang terampil dalam hal pengecekan keandalan bangunan gedung khususnya keselamatan dan kemudahan. Kegiatan pelatihan teknis pendata HSBGN dan keselamatan bangunan belum diselenggarakan khususnya di Kabupaten Kutai Barat, masih mengikuti pelatihan yang diselengarakan oleh instansi provinsi.
Tabel 5.8
Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN dan Keselamatan Bangunan
No
Permen Perda Peraturan Bupati
SLF (Sertifikasi Layak Fungsi)
- TABG (Tim Ahli Bangunan
Gedung)
Sumber: DPU Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2011
(8) Pembinaan Teknis Bangunan Gedung
kesehatan, kemudahan dan kenyamanan serta efisien dan serasi dalam penggunaan sumber daya dan lingkungannya.
Tabel 5.9
Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara
No
Sumber: DPU Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2011
(9) Ranperda Bangunan Gedung
Ranperda Bangunan Gedung di Kabupaten Kutai Barat belum pernah dilakukan. Ranperda Bangunan Gedung ini dimaksudkan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjatidiri, serasi dan selaras dengan lingkungannya serta tertib dalam penyelenggaraannya.
Tabel 5.10 Penyusunan Ranperda
No
Perda Terkait Dengan BG Proses Penyusunan Raperda Bangunan Gedung
Perda Nama perda
Kesesuai an dengan
UUBG
Tidak sesuai
Ada
Kegiatan
Instansi Penyele nggara
Sasaran
Waktu Penyelenggaraan
Sumber: DPU Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2011
(10)Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RTBL di Kabupaten Kutai Barat belum pernah dilakukan, adapun table Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah berikut ini :
Tabel 5.11
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
No Nama Lokasi
Luas (Ha)
Cakupan Wilayah
Administrasi Karakter Lokasi
Sumber: DPU Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2011
(11)Penataan Ruang Terbuka Hijau
Tabel 5.12 Ruang Terbuka Hijau
No Nama Lokasi Luas (Ha)
Cakupan Wilayah
Administrasi Karakter Lokasi
1 Taman Kota
Sendawar
- Kecamatan Barong Tongkok Kawasan
Perkantoran
Sumber: DPU Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2011
(12)Revitalisasi Kawasan
Kondisi penataan bangunan dan lingkungan khususnya revitalisasi kawasan belum dilakukan di Kabupaten Kutai Barat.
Tabel 5.13
Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Nama Lokasi Luas Lingkungan Jumlah Penduduk Cakupan Wilayah Administrasi
Karakter Lokasi
(13)Penataan Kawasan Kumuh dan Nelayan
Tabel 5.14
Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Kumuh dan Nelayan
No Lokasi Periode
Pembangunan PSD Peningkatan Lingkungan
Jalan Lingkungan
Drainase Air Bersih
Sanitasi Persamp ahan
Jembatan
(14)Penataan Kawasan Tradisional Bersejarah
Di Kabupaten Kutai Barat belum pernah melakukan Penataan secara lebih komprehensif pada Kawasan Tradisional Bersejarah. Hanya pada tahun 2006 telah dilakukan Land Clearing Pusat Kerajaan
Sendawar dengan luas 2 Ha dengan lokasi di daerah Kampung Sendawar yang terletak di jalan poros Barong Tongkok – Melak.
Tabel 5.15
Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Tradisional Bersejarah
Nama Lokasi Luas Lingkungan Jumlah Penduduk Potensi/Karakter Lokasi
Kebutuhan Infrastruktur
Kampung Sendawar 2 Ha Wisata
Sumber: DPU Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat 2009
5.3.1.6 Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan 1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan.
2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penanggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimiliki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah
ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.
3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Beberapa daerah kawasan di Kabupaten Kota di wilayah Propinsi Kalimantan Timur memang telah memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL yang ada belum disahkan yang berarti belum memiliki landasan hukum untuk ditegakkan. Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi lahan/kawasan.Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.
5.4.Permasalahan yang Dihadapi
5.4.1 Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
5.4.2 Rumusan Masalah
Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan bangunan gedung dan lingkungan di Wilayah Kabupaten Kutai Barat, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:
a. Belum tertatanya Bangunan dan Lingkungan secara menyeluruh b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
c. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan tradisonal/ bersejarah d. Belum maksimal dalam penanganan ruang terbuka hijau
e. Tidak ada penataan dan pembangunan sarana prasarana permukiman kumuh
f. Belum tertibnya sarana reklame, belum terkelolanya sarana parkir dan Belum tertatanya perijinan Bangunan Telepon Selular (BTS)
g. Belum adanya penataan yang terpadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima di Kec. Barong Tongkok dan Melak
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung
Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :
1) Saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini berdampak pada tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan.
2) Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
3) Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan Sendawar sering menyulitkan penanggulangan terhadap bencana kebakaran di kabupaten Kutai Barat.
2. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan
Pada bidang penataan lingkungan, dihadapi permasalahan sebagai berikut :
1) Saat ini terdapat banyak bangunan tradisional bersejarah yang tidak terpelihara, rusak bahkan hilang karena tidak tertangani dengan baik.
4) Belum terkelolanya sarana parkir, reklame dan base transmisi system (BTS) menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayah perkotaan. 5) Keberadaan Usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib ikut memberikan dampak
negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan selaras.
5.4.3 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
5.4.4 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Setelah mengetahui beberapa permasalahan diatas selanjutnya dilakukan analisis permasalahan dengan kerangka fikir analisis yaitu :
1. Mengetahui penyebab permasalahan yang terjadi 2. Mengetahui urgensitas permasalahan
3. Menawarkan solusi alternatif pemecahan masalah (rekomendasi)
Dari tiga aspek permasalahan di atas maka dapat dianalisis penyebab permasalahan sebagai berikut : 1. Permasalahan di Bidang Bangunan Gedung
a. Tata Bangunan Gedung
Permasalahan yang muncul pada penataan bangunan yang tidak tertib karena belum memiliki Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang lengkap terutama pada kawasan-kawasan perkotaan. Salah satu bentuk ketidak tertiban ini adalah munculnya overlapping pada fungsi lahan di perkotaan. Di sisi yang lain permasalahan kota terus berkembang dan semakin kompleks sehingga menuntut adanya penataan baik pada bangunan maupun lingkungan kota. Pertumbuhan Kabupaten Kutai Barat sangat cepat karena adalah kabupaten baru hasil pemekaran yang dituntut untuk dapat membangun fasilitas – fasilitas baru, sehingga menuntut adanya penataan kawasan yang serasi melalui perencanaan tata bangunan dan lingkungan. Disamping itu adanya penataan bangunan dan lingkungan secara baik dan terkendali dapat mengurangi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang kota, misalnya penggunaan untuk usaha-usaha informal.
b. Proteksi Kebakaran
Permasalahan lain yang dihadapi adalah tidak tertangani bencana kebakaran secara maksimal pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan pemukiman. Ini disebabkan karena semua kabupaten/kota hingga saat ini belum memiliki Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. Adanya rencana induk ini tentu saja akan mengatur tentang penyediaan kebutuhan sarana penaggulangan bencana kebakaran yang harus dimiliki oleh bangunan gedung dan sesuai dengan kepadatan dan variasi bentuk bangunan gedung. Adapun penyusunan rencana induk sistem proteksi kebakaran (RISPK) ini dijelaskan seperti dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.16
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
No Daerah /
Produk Peraturan Pencegahan & Penanggulangan Kebakaran
Sumber : Setkab Bagian Umum Subbag PMK Kabupaten Kutai Barat 2009
2. Permasalahan di bidang penataan lingkungan a. Permukiman Kumuh dan Nelayan
kawasan permukiman kumuh dan tidak layak huni perdesaan. Bila dianalisis maka kemiskinan ini disebabkan beberapa faktor yaitu:
1) kurangnya kebutuhan dasar 2) tidak mempunyai usaha produktif 3) tidak mempunyai keterampilan 4) tidak mempunyai modal
5) daerah tertinggal, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan daerah yang kurang produktif.
Selama ini berbagi program penanganan penaggulangan kemiskinan oleh berbagai pihak masih secara parsial dan terkesan kurang komprehensif dan terpadu. Data tentang pembangunan prasarana dan sarana kawasan kumuh tertuang di dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.17
Pembanguna prasarana dan sarana Kawasan Kumuh
No Nama
Tabel 5.18
Pembangunan Prasarana dan Sarana Lingkungan Nelayan Data dan Informasi Keciptakaryaan
Kabupaten : Kutai Barat Provinsi : Kalimantan Timur
No Nama
Bangunan (unit) Ketersediaan PSD
Perunt
Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat
b. Penataan Bangunan Tradisional Bersejarah
Sendawar adalah sebuah kota baru hasil dari pemekaran wilayah Kabupaten Kutai dan dikenal sebagai ibu kota kabupaten Kutai Barat. Berbagai bangunan tradisonal bersejarah menjadi objek wisata budaya yang merupakan peninggalan sejarah baik kerajaan maupun perjuangan kemerdekaan Indonesia. Permasalahan yang sering dihadapi di daerah-daerah tersebut adalah menurunnya kualitas dan citra daerah wisata dikarenakan pembangunan bangunan-bangunan baru permanen maupun tidak permanen akibat penataan ruang tidak terkendali. Munculnya bangunan-bangunan perdagangan dan jasa membuat kawasan tersebut menjadi tidak teratur dan cenderung kumuh sehingga menghilangkan nuansa budayanya. Di sisi lain penataan ruang parkir menjadi problem penting mengingat kawasan tersebut mulai dikunjungi oleh wisatawan
c. Ruang Terbuka Hijau dan Taman Jalan
Saat ini telah terjadi penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka kota yang diakibatkan perubahan fungsi lahan sehingga membutuhkan penanganan yang cepat terhadap pengadaan dan penataan ruang terbuka kota demi meningkatnya citra kawasan kota. Ini juga disebabkan karena belum adanya sistem pengendalian pemanfaatan ruang terbuka kota , tata bangunan dan lingkungan.
Keberadaan ruang terbuka kota sangat dibutuhkan karena mempunyai fungsi :
2. Estetika, yaitu menambah keindahan dan keasrian kota.
3. Lingkungan, yaitu mengurangi dampak polusi kota, pemanasan bumi serta daerah resapan kota. Selain itu pula kondisi jalan dan lingkungan belum tertata secara baik karena tidak ada perencanaan yang detail terhadap penataan lingkungan jalan khususnya taman jalan. Akibatnya beberapa sarana lingkungan jalan seperti taman sebagai pendukung fungsi jalan tidak terfungsikan secara baik. Dengan adanya pengadaan taman jalan yang terdiri pohon-pohon pelindung dan sarana taman lainnya dapat membantu memberikan fungsi :
1. Lingkungan, yaitu menyerap polusi udara jalan dan mengurangi panas bumi
2. Estetika, yaitu menciptakan suasana indah dan asri/sejuk ruang dan dapat meningkatkan citra kawasan
3. Kenyamanan pengguna jalan, yaitu peneduhan.
Untuk pemeliharaan taman jalan sampai saat belum dimiliki tenaga operasional yang handal di bidang perawatan taman jalan beserta sarana pendukung operasionalnya menyebabkan sarana lingkungan jalan yang telah ada mudah rusak dan tidak terawat.
d. Sarana Parkir, Reklame dan Bangunan Telepon Selular (BTS)
Sarana reklame, seperti papan iklan, baliho, spanduk dll, merupakan salah satu sarana yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk memberikan dan memperoleh informasi. Sampai saat ini sarana tersebut belum tertata secara baik. Dalam melakukan pengadaan maupun penataan sarana reklame pada ruang publik diperlukan masterplan sarana reklame. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan lokasi penempatan sarana reklame. Di samping itu dampak pertumbuhan perkotaan Sendawar menuntut keterpaduan dari berbagai aspek, diantaranya adalah sarana reklame. Sering penempatan sarana reklame tidak tertata atau tertib dengan asal menempatkan sesuai dengan keinginan sponsor, akibatnya sarana reklame ini sering mengganggu pengguna jalan dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas ruang kota.
Di sisi lain terbatasnya ruang publik untuk lokasi sarana reklame mengurangi tingkat kenyamanan masyarakat untuk memberikan atau mendapatkan informasi yang berkualitas. Selain itu informasi yang diharapkan tidak tersampaikan secara baik kepada masyarakat dikarenakan posisi atau lokasi sarana reklame yang tidak strategis dam mudah terbaca oleh masyarakat. Keterbatasan ruang publik untuk lokasi sarana reklame juga berakibat munculnya sarana reklame ilegal dan menyajikan informasi yang tidak berkualitas. Dengan demikian diperlukan penataan sarana reklame di ruang publik kota.
masih banyak menggunakan ruang publik yaitu trotoar dan badan jalan. Ini tentu saja berdampak kepada fungsi jalan sebagai sarana sirkulasi yang tidak berjalan baik. Kemacetan lalu lintas, Kecelakaan lalu lintas dan ketidaknyamanan pejalan kaki dalam menggunakan trotoar merupakan dampak negatif dari ketidaktertiban parkir selama ini. Sehingga ini menuntut penyediaan kantong parkir yang kondusif yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kawasan yang ada. Kawasan perdagangan atau pasar tradisional merupakan kawasan yan sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat sehingga tentu saja membutuhkan kantong parkir yang memadai.
Tidak adanya manajemen yang baik terhadap sistem pengelolaan parkir bisa berakibat pada munculnya pengelola parkir ilegal yang sering diawali dengan jual beli/sewa lahan parkir yang juga ilegal. Hal ini biasanya disertai dengan penarikan restribusi parkir yang tidak tertib dan tidak seragam. Pengelolaan parkir yang tidak baik juga berdampak pada berkurangnya jaminan tingkat keamanan kendaraan pengguna parkir yaitu memicu tindakan kriminalitas dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
Saat ini di Kabupaten Kutai Barat telah berkembang banyak provider/operator telepon seluler. Kabupaten Kutai Barat telah menjadi pangsa pasar yang menjanjikan perkembangan telepon seluler karena keberadaan pendatang / migrasi penduduk yang menjadi pengguna telepon seluler tersebut. Persaingan untuk memberikan pelayanan yang terbaik di antara masing-masing operator telepon seluler salah satunya diwujudkan dengan perluasan jangkauan area sinyal. Untuk mendukung hal ini pendirian BTS terus dikembangkan. Akibatnya penentuan lokasi bangunan tidak terencana dengan baik karena berada pada kawasan permukiman kota. Tentu saja hal ini memiliki dampak yang negatif pada sektor sosial, kesehatan maupun kualitas lingkungan atau kawasan.
e. Pedagang Kaki Lima (PKL)
oleh PKL ini karena tidak tersedianya lahan-lahan untuk usaha informal seperti PKL dan bentuk bangunan usaha PKL yang tidak fleksibel. Akhirnyat PKL cenderung tidak tertib dan mengeksploitasi ruang publik. Sehingga dibutuhkan penertiban PKL pada semua aspek.
Dengan alasan untuk mendekati konsumennya PKL sering menempatkan usahanya di sepanjang Jalan Protokol Kota sehingga menghilangkan citra kawasan dan mengganggu pemandangan ketertiban jalan-jalan tersebut terutama bila ada kunjungan tamu pemerintahan atau wisatawan.
Salah satu kesulitan dalam menata PKL adalah dikarenakan mental PKL yang cenderung tidak mau ditata, mau menguasai secara penuh lahan publik yang ada dan tidak memiliki modal yang memadai untuk usaha, sering menyebabkan PKL mengambil jalan pintas dan ilegal dalam menjalankan usahanya. PKL juga sering tidak memahami pentingnya kebersihan dan perawatan lingkungan membuat usaha PKL cenderung kumuh dan tidak ramah lingkungan.
3. Analisis Indeks Kenyaman Lingkungan
Indeks kenyaman lingkungan digunakan untuk mengukur tingkat kenyaman lingkungan. Indeks kenyamanan lingkungan diasumsikan berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk. Indeks kenyamanan lingkungan adalah perbandingan antara kepadatan peduduk ideal (1000 jiwa/km2) dengan kepadatan penduduk. Sehingga seiring pertambahan penduduk indeks kenyamanan angka semakin kecil jika tidak melakukan upaya-upaya penataan lingkungan. Berikut gap analisis indeks kenyaman lingkungan Kabupaten Kutai Barat yang terus menurun jika tidak ada upaya-upaya perbaikan penataan lingkungan, gap analisis ini didasarkan pada jumlah kepadatan penduduk di 3 kecamatan yaitu kecamatan Barong Tongkok, Melak dan Sekolaq Darat di Kabupaten
Kutai Barat.
5.5 Rekomendasi
a. Penataan Bangunan Gedung
1. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung maka diperlukan penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi daerah yang belum memilikinya.
2. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan gedung perlu dilakukan legalisasi rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah disusun.
3. Perlu ada sosialisasi RTBL yang telah disusun kepada masyarakat secara umum
4. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan dalam penegakan hukum di bidang penataan bangunan dan lingkungan.
b. Penataan Lingkungan
1. Pelestarian Bangunan Tradisional Bersejarah Untuk melestarikan dan merevitalisasi kawasan wisata dan bangunan tradisonal bersejarah perlu disusun program penataan dan revitalisasi khusus untuk kawasan wisata dan tradisional bersejarah.
2. Permukiman Kumuh Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana prasarana misalnya: perkerasan jalan, pembuatan con block, pembuatan talud dan lain-lain.
3. Ruang Terbuka Hijau dan taman Jalan
a Perlu dilakukan pemetaan dan studi karakter ruang kota sehingga dapat diketahui pola, tingkat kebutuhan dan lokasi pengadaan ruang terbuka kota tiap kabupaten / kota.
b Perlu ada penyusunan masterplan taman jalan dan ruang terbuka hijau sebagai acuan pemerintah kabupaten/kota.
c Perlu ada pemberdayaan SDM di bidang perawatan taman jalan dan pengadaan ataupun penambahan sarana pendukung perawatan taman jalan. Keberadaan tenaga opersional dibidang perawatan taman jalan harus ditunjang dengan sarana pendukung perawatan, misalnya mobil penyiram tanaman, mesin pemotong rumput, dll.
4. Sarana Reklame, Parkir dan BTS
a Untuk menertibkan sarana reklame perlu dibuat master plan penataan sarana reklame di ruang publik b Untuk menertibkan kawasan parkir perlu dilakukan manajemen dan pengelolan kawasan parkir
c Diperlukan penataan pendirian base transmisi system dengan terlebih dahulu melakukan studi dampak keberadaan base transmisi system di kawasan permukiman kota. Studi ini akan dilanjutkan dengan penyusunan regulasi pendirian dan penataan BTS.
5. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Diperlukan relokasi bagi PKL yang menempati Jalan Protokol Kota. Namun demikian relokasi yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan PKL dan tidak semakin membebani usaha PKL
b. Perlu penyediaan bangunan usaha PKL yang baik
Tabel 5.19
Penataan dan Revitalisasi Kawasan Data dan informasi Keciptakaryaan Kabupaten : Kutai Barat
Provinsi : Kalimantan Timur
No. Nama Lokasi Luas Lingkungan (Ha)
Cakupan Wilayah Administrasi
Karakter Lokasi
1 2 3 4 5
1
2
3
Pusat Kerajaan Sendawar
Kaw. Kerajinan Tradisional
Eheng
Kaw. Bangunan Bersejarah
Kampung Sendawar
Kampung Eheng
Kampung Sendawar
Kaw. Wisata
Kaw. Wisata
Pusat Sejarah dan
Wisata
Sumber : RPIJM Kabupaten Kutai Barat
5.6 Program yang Diusulkan 5.6.1 Usulan dan Prioritas Program
A. Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
1. Kegiatan Diseminasi Peraturan Perundang-undangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 5.20
Usulan Diseminasi Peraturan Perundang-undangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
peran pemerintah daerah
dan masyarakat dalam
penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan
b. Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat
menyeleraskan peraturan
perundangan tentang
bangunan gedung
di wilayahnya agar memenuhi
persyaratan administratif
2. Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
Tabel 5.21
Usulan Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
No Daerah
Tabel 5.22
Usulan Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
NO
Instansi Penyelenggara
Waktu
Penyelenggaraan Sasaran
Usulan
Kegiatan Keterangan
1 2 3 4 7 8
1 Pemerintah Kabupaten
Kutai Barat
2010 Tersedianya panduan
pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
di kabupaten Kutai Barat,
dalam rangka
meningkatkan kemampuan
kelembagaan pemadam
kebakaran dan masyarakat
dalam pelaksanaan tugas
pencegahan dan
penanggulangan kebakaran,
serta menurunnya kejadian
kebakaran, jumlah kerugian
dan korban jiwa akibat
bencana.
Penyusunan
Rencana
Induk Sistem
Proteksi
Kebakaran
Belum
Disusun
Sumber : Setkab Bagian Umum Subbag PMK Kabupaten Kutai Barat 2009
3. Kegiatan Penyusunan RAPERDA Bangunan Gedung
Tabel 5.23
Usulan Penyusunan Raperda
No
Perda Terkait Dengan Bangunan Gedung
Proses Penyusunan Raperda BG
Usulan Kegiatan
Usulan penyusunan Raperda ini diharapkan dapat dilaksanakan di tahun 2010 mengingat dalam penataan bangunan gedung diperlukan perda tentang bangunan gedung sehingga kedepannya lebih memudahkan dan memiliki dasar dalam penataan bangunan gedung di kabupaten Kutai Barat.
4. Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Tabel 5.24
Usulan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
No Nama Lokasi
1 Kaw.Barong Tongkok 492,21 Kec.Barong Tongkok Kawasan Perkotaan
2 Kawasan Melak 287,87 Kec. Melak Kawasan Perkotaan
5. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi
Kegiatan : Pengembangan Sistem Informasi Bangunan Gedung Provinsi : Kalimantan Timur
Kabupaten : Kutai Barat
Tabel 5.25
Usulan Pengembangan Sistem Informasi Bangunan Gedung
No
Pusat Informasi
Bangunan (PIB) Penyebaran Informasi Tentang Bangunan Gedung Gedung
PIB
Website
PIB Kegiatan
Instansi
Penyelenggara Sasaran
Waktu Penyelenggaraan
Materi Informasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengembangan Sistem informasi Bangunan Gedung di Kabupaten Kutai Barat sampai dengan saat ini belum ada sehingga dalam hal ini belum diketahui apa yang diperlukan dalam pengembangan sistem informasi bengunan gedung.
6. Kegiatan Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN dan Keselamatan Bangunan
Kegiatan : Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN dan Keselamatan Bangunan Provinsi : Kalimantan Timur
Tabel 5.26
Usulan Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN dan Keselamatan Bangunan
No
Penyelenggaraan Pelatihan Teknis
Instansi Penyelenggara
Waktu
Penyelenggara an Sasaran
Materi
Permen Perda Peraturan Bupati
Tata Cara Penghitungan
Harga Satuan
Peraturan Lainnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mengingat Dinas P2B di Kabupaten Kutai Barat Belum ada maka Usulan Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN dan Keselamatan Bangunan belum bisa diisi karena tidak ada Dinas yang menangani tentang hal tersebut.
7. Kegiatan Pembinaan Teknis Pembangunan Gedung Negara
Kegiatan : Pembinaan Teknis Pembangunan Gedung Negara Provinsi : Kalimantan Timur
Kabupaten : Kutai Barat
Tabel 5.27
Usulan Pembinaan Teknis Pembangunan Gedung Negara
No
Pembinaan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Instansi Penyelenggara
Waktu
Penyelenggaraan Sasaran
Materi Kepmen
Kimpraswil No. 332/KTPS/M/2
Juk is PT
Keppre s No.80/ th
2003
HSBG N
8. Kegiatan Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Tabel 5.28
Usulan Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No.
PENGELOLAAN BANGUNAN GEDUNG DAN RUMAH TANGGA Usulan
Kegiatan Ket.
9. Kegiatan Percontohan Pend. Bangunan Gedung
Kegiatan : Percontohan Bangunan Gedung Provinsi
Provinsi : Kalimantan Timur
Kabupaten/Kota : Kutai Barat
Tabel 5.29
Usulan Percontohan Pendataan Bangunan Gedung
NO.
USULAN KEGIATAN KETERANGAN Ada Substansi Pendataan
(Unit) Manual Komputerisasi Status Kepemilikan
Arsitektur
& Struktur Utilitas BG
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10. Kegiatan Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung
Tabel 5.30
Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung Kabupaten Kutai Barat
No Dasar hukum
Usulan Keg.Aksebilitas Bgn.Gedung/Lingkungan
Ket Nama Bangunan
Gedung Lokasi
Jenis Kegiatan
1 Peraturan Menteri PU No.30/PRT/M/2006 Tanggal 1 Desember 2006 Tentang Pedoman Tekni Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
B. Penataan Lingkungan
1. Kegiatan Dukungan Sarana dan Prasarana Permukiman Kumuh dan Nelayan
Tabel 5.31
Usulan Bantuan Sarana dan Prasarana Permukiman Kumuh dan Nelayan
No Nama Lokasi
Cakupan Wilayah Administrasi
Karakter Lokasi
1 2 3 4
1 Kampung Gemuhan Asa Kec. Barong Tongkok Permukiman Kumuh
2 Kampung Ngenyan Asa Kec. Barong Tongkok Permukiman Kumuh
3 Kampung Melak Ilir Kec. Melak Permukiman Kumuh
4 Kampung Empas Kec. Melak Permukiman Kumuh
5 Kampung Linggang Mapan Kec. Linggang Bigung Permukiman Kumuh
6 Kampung Melapeh Lama Kec. Linggang Bigung Permukiman Kumuh
7 Kec. Muara Pahu Kec. Muara Pahu Permukiman Nelayan
8 Kec. Penyinggahan Kec. Penyinggahan Permukiman Nelayan
9 Kampung Tanjung Isuy, Tanjung Jone, Mancong
Dalam usulan penataan sarana dan prasarana permukiman kumuh ini difokuskan pada 5 kecamatan yaitu Kecamatan Barong Tongkok, Kecamatan Melak, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Muara Pahu, Kecamatan Penyinggahan dan Kecamatan Jempang.
2. Kegiatan Bangunan Tradisional dan Bersejarah
Tabel 5.32
Usulan Bantuan Penataan Bangunan Tradisional dan Bersejarah
No Nama Lokasi
Cakupan Wilayah
Administrasi Karakter Lokasi
1 2 3 4
1 Kawasan KerajinanTradisioanal Kampung Eheng Kec. Barong Tongkok
Kawasan Wisata
2 Kawasan Bangunan Bersejarah Kampung Sendawar Kec. Barong Tongkok
Peninggalan Belanda
3 Kawasan Pusat Kerajaan Sendawar
Kampung Sendawar
Kec. Barong Tongkok
Peninggalan Situs
Kerajaan Sendawar
Usulan bantuan penataan bangunan tradisional dan bersejarah ini diharapkan dapat di bantu di tahun 2010
– 2013 dan daftar usulan terlampir.
3. Kegiatan Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang terbuka hijau didalam dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Kutai Barat tahun 2003 terbagi 2 yaitu Ruang terbuka hijau mutlak dan ruang terbuka hijau sarana. Ruang terbuka hijau mutlak merupakan lahan kendala yang terdiri dari sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan danau lahan dengan kemiringan >15 %. Ruang terbuka hijau mutlak tidak dapat dialihfungsikan menjadi lahan terbangun, antara lain untuk pembangunan perumahan dan sarana.
Tabel 5.33
Usulan Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
No Nama Lokasi
200 Kec. Barong Tongkok Kawasan pariwisata
2 Kawasan Sekolaq Darat 100 Kec. Sekolaq Darat Kawasan pariwisata
3 Kawasan Melak 100 Kec. Melak Kawasan pariwisata
Kegiatan dan Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau adalah sebagai berikut :
1. Penataan RTH Kota Sendawar dan bantaran Sungai Mahakam (yang tidak tergenang banjir ) 2. Pengembangan taman rekreasi Kota Sendawar & Administratif Kota Sendawar
3. Pengawasan & Pengendalian RTH Kota Sendawar dan bantaran Sungai Mahakam (yang tidak tergenang banjir )
4. Monitoring, evaluasi & pelaporan
4. Kegiatan Bantuan Teknis Pengelolaan Sarana Reklame
Tabel 5.34
Usulan Bantuan Teknis Pengelolaan Sarana Reklame
No Nama Lokasi
1 Kawasan Barong Tongkok 3 Kec. Barong Tongkok Kawasan
Perkotaan
5. Kegiatan Bantuan Teknis Penataan Base Transmisi System (BTS)
Seiring dengan kemajuan telekominikasi di indonesia dan menjamurnya operator seluler yang beroperasi di indonesia sehingga membuat beberapa operator seluler berpacu dalam membangun BTS di semua daerah di indonesia, begitu juga dengan kabupaten kutai barat sudah mulai banyak BTS yang berdiri sehingga diperlukan penataan BTS agar sesuai dengan tata ruang daerah kabupaten Kutai Barat. Dalam hal ini maka diperlukan bantuan teknis penataan base transmision system (BTS).
Tabel 5.35
Bantuan Teknis Penataan Base Transmision System (BTS)
No Nama Lokasi
Luas Lingkungan
(Km2)
Cakupan Wilayah
Administrasi Karakter Lokasi
1 2 3 4 5
1 Kawasan Kec. Barong Tongkok 492,21 Kec. Barong Tongkok Kawasan Perkotaan
2 Kawasan Kec. Melak 287,87 Kec. Melak Kawasan Perkotaan
6. Usulan Pembangunan Prasarana dan Sarana
Tabel 5.36
Usulan Pembangunan Prasarana dan Sarana
No. Nama Lokasi
Luas Lingkungan
(Ha.)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Potensi/Karakter Lokasi
Kebutuhan Infrastruktur
Dukungan Pemda