• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikoedukasi perilaku bullying dengan pendekatan level kelas terhadap pengetahuan mengenai perilaku bullying pada siswa siswa SMK Kristen 2 Klaten - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Psikoedukasi perilaku bullying dengan pendekatan level kelas terhadap pengetahuan mengenai perilaku bullying pada siswa siswa SMK Kristen 2 Klaten - USD Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

PSIKOEDUKASI PERILAKU BULLYING DENGAN PENDEKATAN

LEVEL KELAS TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU

BULLYING PADA SISWA SISWA SMK KRISTEN 2 KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Amelia Noviani Arminingtyas

NIM. 099114056

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

PSIKOEDUKASI PERILAKU BULLYING DENGAN PENDEKATAN

LEVEL KELAS TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU

BULLYING PADA SISWA SISWA SMK KRISTEN 2 KLATEN

Disusun oleh :

Amelia Noviani Arminingtyas

NIM. 099114056

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Sylvia Carolina MYM. S.Psi. Pada Tanggal :

(3)

iii

SKRIPSI

PSIKOEDUKASI PERILAKU BULLYING DENGAN PENDEKATAN

LEVEL KELAS TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU

BULLYING PADA SISWA SISWA SMK KRISTEN 2 KLATEN

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Amelia Noviani Arminingtyas

NIM: 099114056

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 10 Februari 2014

dan dinyatakan mememnuhi syarat

Susunan Panitia Penguji :

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji I : Sylvia Carolina MYM., M.Si. I. ……… Penguji II : Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. II. ………... Penguji III : Ratri Sunar Astuti, M.Si. III. ………..

Yogyakarta, Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

When you’re curious, you find lots of interesting things to do

Walt Disney

Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and

success achieved

Hellen Keller

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Seluruh Karya hasil dari kerja keras ini aku persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang telah selalu menguatkan dan menjaga dalam setiap langkah kehidupanku, terlebih lagi selalu memberikan keluatan yang luar biasa untuk membuatku selalu semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Ibu ku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan selalu bersabar selama ini dalam menghadapi ku, serta selalu mendoakan dan memberikan

semangat untuk memperjuangkan semua hal.

Ayah ku tersayang yang selalu tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan petuah-petuah yang bijak untuk bekal dalam aku melangkah serta memberikan

benteng kehidupan supaya aku siap untuk menghadapi apapun yang ada di depan sana.

Adik ku yang selalu membantu dalam setiap kesusahanku, selalu mendengarkan setiap keluh kesah yang aku alami.

Keluarga keduaku Psychology Basket USD yang selalu memberikan semangat dan memberikan motivasi yang luar biasa.

Para alumni Psikologi USD yang banyak memberikan masukan-masukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

&

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,

Penulis

(7)

vii

PSIKOEDUKASI PERILAKU BULLYING DENGAN PENDEKATAN LEVEL KELAS TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU

BULLYING PADA SISWA DI SMK KRISTEN 2 KLATEN

Amelia Noviani Arminingtyas

ABSTRAK

Bullying merupakan salah satu perilaku yang banyak muncul di kalangan remaja dan belum teratasi dengan baik. Pengetahuan siswa yang kurang mengenai perilaku bullying menjadi hal yang cukup mempengaruhi berkembangnya perilaku bullying. Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana sebuah program psikoedukasi bullying dengan menggunakan pendekatan level kelas berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai perilaku bullying pada siswa. Subjek penelitian ini merupakan remaja berusia 15-17 tahun. Sampel penelitian adalah 57 siswa dan siswi SMK Kristen 2 Klaten di kelas 1. Jenis penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan multiple choiche

mengenai perilaku bullying. Koefisien reliabilitas yang didapat sebesar 0,783. Hasil dari uji hipotesis dengan menggunakan Paired sample T Test menghasilkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 yaitu 0,00. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian intervensi dengan pendekatan level kelas mempengaruhi pengetahuan siswa mengenai perilaku bullying.

(8)

viii

PSYCHOEDUCATION BULLYING BEHAVIOR WITH CLASS LEVEL APPROACH TO KNOWLEDGE ABOUT BULLYING BEHAVIOR IN

STUDENTS SMK KRISTEN 2 KLATEN

Amelia Noviani Arminingtyas

ABSTRACT

Bullying is one of the many emerged behaviors among the adolescence and had not been resolved yed . This lack of knowledge of students effeted bullying behavior. This study examines the extent to which a program of preventive bullying by using class -level approach to knowledge about the impact of bullying behavior in students . Subjects of this study is 15-17 year olds . Study sample was 57 male and female students of SMK Kristen 2 Klaten in grade 1 . This research is a pretest - posttest control group . Data collection methods used in this research form multiple choiche questions about bullying behavior . Reliability coefficients were obtained for 0,783 . The results of testing hypotheses by use paired sample t test resulted a significance value smaller than 0.05 is 0.00 . These results indicate that a program of class -level intervention approach affects students' knowledge about bullying behavior .

Key words : bullying, bullying knowledge, adolescence.

(9)

ix

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma

Nama : Amelia Noviani Arminingtyas

Nomomr Mahasiswa : 099114056

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul:

PSIKOEDUKASI PERILAKU BULLYING DENGAN PENDEKATAN

LEVEL KELAS TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU

BULLYING PADA SISWA SISWA SMK KRISTEN 2 KLATEN

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maya Esa yang telah memberikan berkat karunia yang sungguh luar biasa dan mempunyai rencana sangat indah. Dia selalu membimbing dan memberikan penyertaan yang selalu tercurah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari betul bahwa pembuatan skripsi ini melalui proses yang panjang dan melewati proses yang sangat panjang. Proses yang begitu panjang ini dapat terselesaikan dengan baik berkat campur tangan beberapa pihak yang sangat membantu dan mendukung pdalam menyelesaikan penelitian ini. penulis inginmengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan banyak dalam proses pengerjaan skripsi ini dan juga segala kesempatan untuk mengenal dan berproses bersama mereka :

1. Alm. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani yang selalu memberikan banyak inspirasi dan banyak memberikan pelajaran hidup serta dukungan yang diberikan baik dalam bidang akademis maupun non-akademis.

2. Bapak Priyo Widianto selaku dekan Fakultas Psikologi yang selama ini banyak membantu mahasiswa dalam berkembang dan menggali potensi. 3. Ibu Sylvia selalu dosen pembimbing yang selalu memberikan banyak

masukan dan pertimbangan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Serta dengan sangat sabar terus menerus membimbing hingga pada akhirnya tugas akhir ini selesai.

(11)

xi

4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. dan Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku dosen penguji skripsi.

5. Bapak Agung Santoso selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan banyak pengetahuan, masukan, dan motivasi kepada setiap mahasiswanya utuk selalu berkembang dan terus berkembang, serta dengan sabar selalu membantu kesulitan akademik yang dialami oleh mahasiswanya.

6. Ibu Kepala Sekolah SMK Kristen 2 yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah.

7. Orang tua saya Anton Maryoso dan Riwi Handayani yang telah mendidik saya dari kecil hingga sekarang, selalu memberikan nasihat, memberikan semangat dan bimbingan supaya saya selalu bersemangat mengerjakan tugas akhir ini. Serta selalu memberikan masukan supaya saya terus berkembang menjadi orang yang lebih baik lagi.

8. Adik saya Diana Kurniawati yang bersedia membantu saya kapanpun saya membutuhkan bantuan, selalu memberikan masukan yang berharga untuk saya, selalu ada di setiap saya membutuhkan teman untuk bertukar pikiran. 9. Abang Martinus Sinulingga dan Koh Hendrik Lay yang selama ini

memberikan banyak masukan, bimbingan, dan mengenalkan saya dengan arti kekeluargaan di Fakultas Psikologi.

(12)

xii

lapangan saat bertanding, namun di luar lapangan. Dan selalu menjadi motivasi dan semangat saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Para alumni Fakultas Psikologi yang telah memberikan sumbangan pikiran, ide dan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Felicita Tyas Noviani yang selama ini banyak memberikan bantuan dalam hal apapun untuk mengerjakan tugas kuliah hingga skripsi ini.

13. Para saudara angkat saya Ruth Meihana, Angga Praptantya, Stephanie yang selalu memberikan dukungan moral dan selalu ada di setiap keseharian saya untuk bersama-sama menyelesaikan tugas akhir ini.

14. Mas Gandung Ibu Nanik yang telah membantu dalam hal kesekretariatan, dan selama ini memudahkan saya untuk mengurus berbagai hal di Fakulatan Psikologi.

15. Pak Gie yang selalu ramah dan sabar dalam mengahapi semua tingkah laku mahasiswa baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, dan selalu membantu mahasiswa dengan penuh ikhlas.

16. Mas Muji dan Mas Donni yang selalu membantu saat mengerjakan berbagai hal dalam urusan Lab dan alat-alat tes di Psikologi dan membantu menyempurnakan tugas akhir ini.

17. Seluruh siswa-siswi SMK Kristen 2 Klaten yang telah membantu saya dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

18. Semua pihak yang telah membentu saya salam menyelesaikan tugas kahir ini saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya.

(13)

xiii

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari skripsi ini, akan tetapi penulis berharap agar skripsi ini dapat brmanfaat bagi semua orang yang membacanya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

(15)

xv

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Pengetahuan Tentang Bullying ... 10

1. Definisi Pengetahuan tentang Bullying ... 10

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan tentang Bullying ... 13

3. Aspek Pengetahuan tentang Bullying ... 15

B. Remaja... 24

1. Pengertian Remaja ... 24

2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja ... 25

3. Perkembangan Kognitif pada Remaja ... 26

4. Perkembangan Pribadi dan Sosial pada Remaja ... 27

C. Program Preventif ... 29

1. Pendekatan Level Sekolah atau Institusi ... 29

2. Pendekatan Level Kelas ... 30

D. Program Psikoedukasi ... 32

E. Peningkatan Pengetahuan Terhadap Tindak Bullying Menggunakan Program Preventif Bullying dengan Pendekatan Level Kelas ... 33

F. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek Penelitian ... 37

(16)

xvi

D. Definisi Operasional... 38

1. Pengetahuan tentang Perilaku Bullying ... 38

2. Program Preventif Tindak Bullying dengan PendekatanLevel Kelas . 38 E. Alat Pengumpulan Data ... 39

1. Tes Pengetahuan tentang Tindak Bullying ... 39

F. Desain Penelitian ... 41

G. Prosedur Penelitian... 42

1. Pretest ... 42

2. Perlakuan (Program Pelatihan) ... 42

3. Posttest ... 45

H. Pengujian Instrumen Penelitian... 45

1. Pengujian Validitas ... 45

2. Pengujian Reliabilitas... 46

3. Seleksi Aitem ... 46

I. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pelaksanaan Penelitian ... 48

B. Deskripsi Data ... 49

1. Subjek Penelitian ... 49

C. Data Skor Pretest dan Posttest ... 49

D. Hasil Penelitian ... 50

1. Hasil Uji Asumsi ... 50

(17)

xvii

3. Perhitungan Mean Empirik dan Mean Teoritik ... 53

E. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

1. Saran Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian... 61

2. Saran Berkaitan dengan Manfaat Penelitian ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skala Pengetahuan Tentang Perilaku Bullying ... 40

Tabel 2 Item Skala Pengetahuan Mengenai Perilaku Bullying ... 47

Tabel 3 Data Subjek Penelitian ... 49

Tabel 4 Data PosttestPretest Tingkat Pengetahuan Bullying ... 50

Tabel 5 Uji Normalitas Pengetahuan Bullying ... 51

Tabel 6 Uji Homogenitas Pengetahuan Bullying ... 51

Tabel 7 Uji Hipotesis Pengetahuan Bullying ... 53

Tabel 8 Mean Empirik Pretest Pengetahuan Bullying... 54

Tabel 9 Empirik Posttest Pengetahuan Bullying ... 54

Tabel 10 Mean Gain Skor Pretest dan Posttest Pengetahuan Bullying ... 55

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan peningkatan pengetahuan tentang bullying menggunakan program preventif dengan pendekatan level kelas, sebagai usaha untuk menurunkan

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tes Pengetahuan Perilaku Bullying ... 68

Lampiran 2 Data PretestPosttest Tes Pengetahuan Bullying ... 76

Lampiran 3 Hasil Seleksi item ... 78

Lampiran 4 Reliabilitas Aitem dan Normalitas Aitem ... 81

Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis ... 84

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak media massa baik cetak maupun media massa online banyak membahas mengenai tindak kekerasan yang terjadi pada anak maupun remaja di sekolah. Seperti halnya yang banyak terungkap adalah kekerasan yang mereka terima di lingkungan sekolahnya. Pada dasarnya sekolah yang seharusnya memberikan pendidikan yang dapat menunjang pendidikan siswa-siswanya, namun hal ini ternyata dapat menjadi tempat yang menakutkan bagi mereka. Idealnya sekolah dapat memberikan pembelajaran dalam aspek kognitif yaitu materi-materi pembelajaran yang bersifat menunjang kemampuan berpikir dan pembelajaran yang memberikan materi dalam hal budi pekerti yang berhubungan dengan etika berbicara dan bertingkah laku di lingkungan sosial. Namun akhir-akhir ini banyak ditemukan kasus-kasus yang memperlihatkan hal yang menyimpang dari yang seharusnya diterima oleh siswa-siswa di sekolah selain pelajaran yang mereka terima. Sekolah menjadi tempat yang membuat tidak aman dan tidak nyaman bagi beberapa siswa. Hal ini dikarenakan banyak tindakan bullying yang diterima oleh beberapa murid yang terjadi di lingkungan sekolah mereka.

(22)

2

karena mendapat perlakuan dalam bentuk kekerasan oleh seniornya sendiri. Mahasiswa ini diduga mendapat tindakan kekerasan atau bullying saat dirinya berlatih drum band yang menjadi salah satu kegiatan di kampusnya (Indosiar.com, 2009). Masih banyak juga pemberitaan mengenai tindakan

bullying yang dialami oleh anak-anak khususnya saat mereka berada di sekolah. Selain itu terungkap juga kasus yang diakibatkan oleh tindak

bullying, yaitu seorang anak berusia 9 tahun melakukan aksi bunuh diri dengan menggantung diri di kamarnya karena bullying yang diterimanya dari teman-temannya di sekolah (Vivanews, 2012). Bullying yang dilakukan oleh siswa-siswa di sekolah tidak tanggung-tanggung dilakukan oleh beberapa orang. Seperti yang terjadi pada siswa baru yang baru saja mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di salah satu SMA Swasta di Jakarta. Keempat siswa ini dimasukan ke dalam mobil dan di sana mereka mendapat tindak bullying

yaitu dipukul dan disundut rokok oleh kakak kelasnya dari sekolah tersebut (Tempo.com, 2012). Kasus yang terjadi mengenai tindak bullying di sekolah ini mengakibatkan ketakutan tersendiri bagi para siswa. Sekolah yang dipandang tempat yang kondusif untuk tempat belajar, bagi sebagian anak yang menjadi korban bullying adalah tempat yang menakutkan. Sekolah seharusnya menjadi tempat mencari teman dan bersosialisasi dengan orang lain, dipandang menjadi tempat yang terdapat banyak musuh untuk sebagian besar anak yang korban bullying.

Menurut beberapa penelitian yang telah di lakukan di Amerika Serikat mengenai tindak bullying yang terjadi di lingkungan sekolah, Jurnal of the

(23)

American Medical Asosiation (2001) menunjukkan bahwa 16 persen dari 15.686 murid di Amerika mengalami tindak bullying di sekolah mereka. Di negara Jepang, Richard Werly mengemukakan dalam tulisannya Persecuted even on the Playground dalam majalah Liberation pada tahun 2001 mengatakan bahwa 10 persen murid mengalami tindak bullying di sekolah (Yayasan SEJIWA, 2008)

Bullying merupakan tindakan yang dilakukan baik secara verbal maupun non verbal yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan mengakibatkan korban menderita secara fisik maupun psikisnya. Banyak penelitian yang sudah dilakukan mengenai bullying. Penelitian ini menunjukkan jenis-jenis dari bullying, kemudian macam-macam tindakan

bullying, faktor yang menyebabkan bullying terjadi, dampak yang dapat terjadi pada korban bullying dan bentuk intervensi yang pernah dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying khususnya yang terjadi si sekolah.

Bullying sendiri merupakan tindakan yang dilakukan berulang-ulang dengan frekuensi waktu tertentu yang menyebabkan rasa sakit dan biasanya dilakukan oleh orang yang merasa memiliki kekuatan lebih besar daripada orang lain (Steve Wharton 2005 & SEJIWA 2008).

Bullying dapat didefinisikan sebagai situasi dimana terjadi penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dan pihak yang kuat disini bukan hanya kuat secara fisik namun kuat dalam hal secara mental dan kekuasaan. Dalam hal ini korban bullying

(24)

4

karena lemah secara fisik mapun secara mental (SEJIWA,2008). Bullying

tidak hanya dilakukan kepada korban bullying sekali atau dua kali, namun tindak bullying ini dilakukan berulang kali dan dalam jangka waktu tertentu. Tindak bullying dapat dilihat dalam berbagai bentuk. Bullying dapat dilakukan dalam bentuk verbal, fisik, dan social aggression. Termasuk didalamnya adalah name calling atau istilah ini dikenal sebagai menyebut nama seseorang tidak sesuai dengan namanya dan biasanya diganti dengan sebutan, selanjutnya dengan cara menggoda, dan mengancam (Olweus, 1993; Smith et all, 1999).

Terjadinya bullying dikarenakan sebuah situasi dimana terdapat tiga peran yang bertemu pada satu waktu. Masing-masing peran memiliki karakteristik tertentu dan dapat diibaratkan seseorang ini memainkan perannya masing-masing. Peran-peran yang dimaksudkan adalah pelaku

bullying, korban bullying, dan saksi bullying. Peran-peran ini dalam bullying

memiliki karakteristik tertentu dan alasan mengapa mereka menjadi pelaku

bullying, korban bullying dan saksi bullying (SEJIWA, 2008). Karakteristik dari pelaku bullying biasanya dapat dilihat dari perannya dalam kehidupan sosial seperti popularitas, secara fisik kuat, memiliki kelebihan yang belum tentu anak-anak lain miliki. Kemudian karakteristik yang biasa terlihat dari korban bullying adalah seorang yang tidak populer dalam lingkungan sosial, kemudian tidak memliki kepercayaan diri yang lebih, dan memiliki pandangan negatif tentang dirinya sendiri ( Oyasiwo Aluede, Fajoju Adeleke, Don Omoike, & Justina Afen-Akpaida, 2008).

(25)

Bullying memiliki dampak yang dapat dikatakan sangat merugikan bagi si korban maupun si pelaku bullying ini sendiri. Dampak yang ditunjukan oleh korban bullying, mereka akan cenderung menjadi outsider di lingkungan teman-teman sebayanya, kemudian mengalami apa yang dinamakan dengan psychosomatic symptoms seperti sakit kepala, sakit perut, dan sakit punggung. Kemudian korban bullying juga akan mengalami

insomnia atau lebih dikenal dengan gangguan tidur dan cenderung mengalami

anxiety. (William P. Fleisher, 2003). Selain itu korban bullying yang paling parah dapat mengalami depresi dan dalam beberapa kasus mereka melakukan aksi bunuh diri seperti yang banyak tertulis di media massa. Dilihat dari segi akademisnya pengaruh dari bullying ini dapat terlihat dari nilai atau prestasi akademis dari korban bullying akan menurun. Bahkan korban bullying

nantinya dapat melakukan tindakan yang dapat mengarah kepada tindak kriminal yaitu membawa benda tajam ke dalam sekolah yang dapat membayakan orang lain. (Aluede, Oyaziwo;Adeleke, Fajoju;Omoike, Don;Afen-Akpaida, Justina, 2008). Dilihat dari semua dampak-dampak dari

bullying yang telah dipaparkan tersebut, menjadi penting bahwa tindak

bullying dapat membahayakan bagi korban dari bullying ini sendiri. Kemudian jika dilihat dari segi pelaku bullying sendiri, kebanyakan dari mereka para pelaku sebelumnya merupakan korban dari bullying yang telah mengalami dalam jangka waktu lama. (SEJIWA,2008).

(26)

6

atau memanggil nama temannya dengan menggunakan nama yang bukan sebenarnya, hal ini mereka lakukan sebagai bahan untuk mengakrabkan. Selain itu para siswa biasanya menganggap hal ini sebagai bahan bercandaan atau hanya sekedar menjadi bahan untuk bergurau saja diantara sesama teman. Namun hal ini menjadi sebuah masalah bagi siswa yang belum dapat menerima hal ini sebagai hal yang biasa atau hanya bahan bergurau. Kemudian hal ini dapat menunjukkan banyak siswa yang sebenarnya belum mengerti mengenai tindak bullying ini sendiri seperti apa dan akan berdampak seperti apa. Hal ini didukung pula dengan penelitian yang memaparkan bahwa perilaku bullying disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang mendalam terhadap bullying. Hal ini yang membuat pelaku

bullying membernarkan tindakannya (Bernard dan Shapiro, 2005, dalam Gabriela, 2009).

Selain itu wawancara dengan beberapa murid di sekolah yang akan menjadi tempat penelitian ini didapatkan bahwa para siswa pernah mengalami perilaku bullying bahkan pernah melakukan perilaku bullying ini disekolah. Hanya saja mereka tidak pernah mengetahui bahwa tindakan yang mreka lakukan merupakan perilaku yang disebut bullying. Hal yang paling penting yang perlu dipertikan adalah para siswa tidak mengetahui dampak apa saja yang dapat terjadi ketika perilaku ini terus menerus dilakukan atau terjadi di sekolah mereka.

(27)

Pertama swasta di Jakarta. Para pelakunya mengatakan tindakan yang mereka lakukan kepada temannya dianggap hal yang biasa dan wajar dilakukan (Tempo.com,2012). Berdasarkan hasil wawancara, penelitian yang dilakukan dan fakta-fakta yang didapat di media massa dapat menunjukkan bahwa belum semua siswa atau anak-anak mengenal konsep bullying dan pentingnya pengetahuan tentang bullying ini sendiri dan bagaimana dampaknya ke depan ketika tindak bullying ini terus berlangsung dan terjadi dalam lingkungan sekolah mereka. Kemudian pengetahuan menjadi faktor penting penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah.

Dari pemaparan masalah diatas, sekolah dipandang penting sebagai tempat untuk mengurangi frekuensi dari tindak bullying yang terjadi. Banyak usaha yang telah dilakukan dan dikembangkan untuk mengurangi tindak bullying yang terjadi di sekolah. Usaha-usaha yang dilakukan pada umumnya berbentuk pelatihan yang bertujuan menekan tindak bullying yang terjadi di sekolah. Berdasarkan hal ini maka sekolah perlu mengetahui bentuk pelatihan yang tepat digunakan di dalam lingkungan masing-masing sekolah.

(28)

8

sekolah, dan kepada orang tua. Hal ini guna mendukung program yang telah diberikan kepada siswa. Berpijak dari hal ini, peneltian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode yang dirancang dengan bercermin pada program yang pernah dirancang sebelumnya dengan menggunakan pendekatan langsung kepada siswa yang disebut dengan pendekatan level kelas. Pendekatan level kelas langsung memberikan program kepada para siswanya secara langsung dengan membagi siswa secara berkelompok. Program yang akan dilakukan dengan mengadakan Workshop dan Training

dengan menggunakan metode quality circle yang terdiri dari pemberian lekturet, game, role play, gugus tugas, tugas individu, studi kasus, simulasi dan modeling untuk meningkatkan pengetahuan secara mendalam kepada siswa mengenai tindak bullying dan mengurangi frekuensi tindak bullying

disekolah setelah para siswa mendapat pengetahuan secara mendalam mengenai bullying. Penelitian ini menggunakan eksperimen sederhana yang akan mengukur pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan program pelatihan. Penggunakan metode ini penting dilakukan karena metode eksperimen ini akan membandingkan hasil atau nilai dari tingkat pengetahuan siswa dan sekaligus melihat apakah pendekatan level kelas yang dipakai dalam program ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai perilaku bullying.

(29)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan bahwa apakah ada pengaruh pemberian program psikoedukasi dengan pendekatan level kelas terhadap pengetahuan perilaku bullying pada siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian program psikoedukasi dengan pendekatan level kelas terhadap pengetahuan perilaku bullying pada siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan di bidang ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan terkait dengan tindakan preventif terhadap tindak bullying yang terjadi di sekolah. b. Bagi guru penelitian ini dapat digunakan sebagai materi yang dapat

disampaikan kepada siswa.

c. Bagi sekolah penelitian ini dapat digunakan untuk bahan evaluasi iklim sekolah mengenai perilaku bullying yang terjadi.

2. Manfaat Praktis

(30)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengetahuan Tentang Bullying

1. Definisi Pengetahuan tentang Bullying

Pengetahuan merupakan cakupan dari segala kegiatan dengan cara dan sarana yang digunakan maupun segala hasil yang diperoleh oleh seseorang. Pengetahuan juga merupakan segenap hasil dari kegiatan mengetahui yang berkenaan dengan sesuatu objek, dapat pula berupa suatu hal atau sebuah peristiwa yang penting yang dialami oleh seseorang (Wahana, 2010). Kemudian menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan respon mental seseorang dalam hubungannya dengan objek tertentu yang disadari sebagai “ada” atau terjadi. Dalam pengetahuan, objek yang disadari memang harus

“ada” sebagaimana adanya.

(31)

terhadap bullying disampaikan oleh Mellor (dalam Namovanma, 2007) mengatakan bahwa bullying sebagai kekerasan jangka panjang, baik mental maupun fisik, mempertahankan dirinya sendiri dalam situasi yang tiba-tiba.

Bullying terjadi saat seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Hal tersebut dilakukan baik secara fisik seperti memukul, menendang, mengancam dengan kata-kata dan melakukan pengucilan terhadap seseorang yang dilakukan berulang kali hingga membuat orang tersebut tidak berdaya untuk melakukan perlawanan. Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih kuat (Pallegrini dan Bartani, 2000).

Menurut Reni (2008) bentuk-bentuk tindakan bullying dapat dibagi menjadi 4, yaitu :

a. Bullying secara fisik yaitu menarik rambut, meninju, memukul, mendorong, melempar secara sengaja dan lain-lainnya.

b. Bullying secara verbal yaitu memberikan nama panggilan tidak sesuai dengan sebenarnya yang bermaksud menjatuhkan, mengejek, menggosip dan lain sebagainya.

c. Bullying secara emosional yaitu menolak dengan kasar, meneror, mengucilkan, memfitnah, diskriminasi dan lain sebagainya.

(32)

12

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa tindak bullying

merupakan tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kemudian tindak bullying merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencelakai orang lain baik secara fisik, verbal, emosional dan secara seksual yang menyebabkan korban merasa tertekan. Bullying juga suatu tindakan agresi yang dapat dilakukan oleh seseorang atau kelompok dan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Pengetahuan mengenai tindak bullying merupakan pengolahan informasi oleh seseorang yang terdiri dari pengertian tentang bullying,

bentuk-bentuk tindakan bullying, faktor-faktor penyebab bullying, akibat dari perilaku bullying, dan tipe-tipe dari pelaku bullying. Pengetahuan mengenai tindak bullying ini adalah bagaimana seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisa, dan mengevaluasi atau dapat memberikan tanggapan dari perilaku bullying.

Pada peneltian ini batas yang akan diambil dari tingkat mengetahui atau pengetahuan dari tindak bullying ini adalah tahu (know) dan dapat menganalisa tindak bullying seperti apa dan bagaimana. Tahu di sini dapat diartikan dapat mengingat kembali materi-materi atau bahan yang telah dipelajari secara terperinci. Kemudian menganalisa diartikan sebagai dapat memberikan tanggapan atau respon terhadap kasus-kasus yang nantinya diberikan.

(33)

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan tentang Bullying

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan dalam diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam hal memberi respon dari setiap stimulus-stimulus yang diterima dari lingkungan luarnya termasuk dalam hal ini adalah informasi. Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi akan memberikan respon dengan cara berpikir yang lebih rasional terhadap sebuah informasi yang didapatkan dari lingkungan. Kemudian seseorang akan cenderung memikirkan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang didapatkan tersebut.

Pendidikan atau pelatihan yang tepat dapat menyadarkan bahwa perilaku bullying mempunyai dampak yang berbahaya untuk korban

bullying dan bagi pelaku bullying sendiri kedepannya. b. Media Massa

(34)

14

c. Ekonomi

Kemampuan ekonomi seseorang yang satu dengan seseorang yang lainnya pasti berbeda. Kemampuan ekonomi ini menjadi faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dapat memperoleh informasi pendidikan. Seseorang yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik akan lebih mudah memperoleh informasi pendidikan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kemampuan ekonomi yang rendah. Kemudian dari hal ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa kondisi ekonomi dapat mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi mengenai bullying.

d. Hubungan Sosial

Hubungan seseorang dengan sosial dapat membantu seseorang dalam memahami sebuah pesan. Hubungan sosial dapat membantu seseorang dalam kualitas menerima pesan atau informasi yang diterima ketika proses berkomunikasi berlangsung. Proses komunikasi dalam hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang menerima banyak atau sedikitnya informasi yang diterima. Ketika seseorang memiliki hubungan sosial yang luar, maka informasi yang didapat akan semakin banyak karena didalamnya terdapat proses tukar menukar informasi. Hal ini yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai perilaku bullying.

(35)

e. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh secara pribadi ataupun diperoleh dari pengalaman orang lain. Melalui pengalaman seseorang dapat mengetahui kebenaran dari sebuah pengetahuan. Berkaitan dengan hal ini, pengalaman pelaku korban bullying dengan pengalaman korban bullying akan sangat berbeda. Hal ini jika dapat dikomunikasikan dengan baik akan menjadikan pengetahuan yang baru mengenai tindak bullying.

3. Aspek Pengetahuan tentang Bullying

a. Pengertian Perilaku Bullying

Kata bullying sendiri berasal dari kata bull (dalam Bahasa Inggris) yang memiliki pengertian “banteng” yang suka menanduk.

Dari sini pihak yang melakukan bullying biasa disebut bully

(36)

16

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuatan lebih (Ma, Stein & Mah, 2001;Olweus, 1991; Rigby, 1999). Terdapat definisi lain yang menyatakan bahwa bullying merupakan bentuk agresi dalam bentuk verbal, psikis, dan sosial yang dilakukan secara berulang-ulang dan menggunakan kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar dibandingkan yang lainnya, dan tindakan ini dilakukan dalam jangka waktu yang relatif panjang (Olweus, 1993; Smith et all, 1999).

b. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying

Aspek ini mencakup jenis-jenis perilaku atau tindak bullying

yang terbagi menjadi :

1) Kontak fisik yang meliputi : memukul, mendorong, menggigit, menjambak atau menarik rambut, menendang, mencubit, mencakar, dan merusak barang seseorang (Reni, 2008).

2) Kontak verbal yang meliputi : mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, mencela, mengintimidasi, memaki dan menyebarkan gosip (Bauman dan Rio, 2006).

3) Kontak non-verbal yang meliputi : melihat dengan sinis, menjulurkan lidah tanda mengejek, dan menampilkan ekspresi muka merendahkan oang lain(Riauskina, 2005).

(37)

4) Pelecehan seksual yang meliputi : perilaku agresif secara fisik maupun verbal berbuat cabul, dan exsibisionisme (Riauskina, 2005 ; Octa Reni, 2008).

5) Bullying secara psikiologis meliputi : mengintimidasi, mengucilkan atau mengisolasi, mengabaikan, menolak, memfitnah, memanipulasi teman, menekan teman sebaya dan diskriminasi (Bauman dan Rio, 2006 ; Octa Reni, 2008).

c. Faktor Penyebab Perilaku Bullying

Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying menurut teori Ekologi Bronfenbrenner (dalam Namovanma, 2007) terdiri atas 5 aspek :

(1) Microsystem : merupakan level yang paling dasar, dimana seseorang berada dalam lingkungan yang paling sempit dan paling sering berinteraksi, yaitu keluarga. Dalam hal bullying

dapat terjadi ketika seorang anak meniru tindak bullying yang sering dilihat dalam keluarganya seperti dari orangtuanya. (2) Mesosystem : pada lingkungan ini pengalaman yang didapat

seorang anak dalam keluarga ditambah lagi pengalaman yang didapat di sekolahnya mengenai tindak bullying akan menjadikan faktor yang mempegaruhi seorang anak melakukan atau meniru tindakan bullying tersebut.

(38)

18

bullying yang mengikutsertakan pihak orang tua dan sekolah. Aturan-aturan yang ada yang diterima oleh anak dapat mempengaruhi bagaimana mereka bersikap, hal ini yang menjadi faktor bagaimana anak berperilaku termasuk didalamnya melakukan tindak bullying.

(4) Macrosystem : merupakan pengaruh dari aturan-aturan budaya, seperti sikap masyarakat terhadap perilaku bullying.

(5) Kronosystem : lingkungan yang lebih luas lagi dibandingkan dengan keempat lingkungan yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini seorang anak sudah dapat mengakses berbagai informasi dengan penggunaan teknologi yang semakin canggih. Dengan hal ini jika seorang anak tidak mendapat pengawasan yang baik dalam mengkonsumsi infomasi yang mereka dapat di media sosial elektronik maka seorang anak bisa menjadi korban ataupun pelaku dari tindak bullying. Dari teknologi ini maka muncullah juga yang dikenal sebagai cyber-bullying yang banyak terjadi.

Aspek ini mencakup hal-hal yang menyebabkan perilaku

bullying dapat terbentuk.

1.) Frustrasi dan Kemarahan

(39)

meningkat, maka orang akan semakin mudah untuk marah dan kemarahan ini menyebabkan munculnya tindak atau perilaku agresif (Sears, 2004).

Jadi perilaku atau tindak bullying dapat terjadi disebabkan oleh faktor kemarahan dan rasa frustrasi seseorang dan hal ini akan menyebabkan orang lain menjadi frustrasi dan terganggu.

2.) Proses Belajar Masa Lalu

Perilaku agresi dapat terjadi karena faktor belajar masa lalu yang menjadi mekanisme seseorang. Misalnya seorang anak ketika masih bayi, menunjukkan perilaku agresinya dengan cara memukul-mukulkan tangannya dan menangis keras-keras. Pada saat masih bayi hal ini dilakukan untuk menunjukkan agresinya karena belum ada pengendalian sikap agresi. Berbeda ketika seseorang sudah dewasa maka dalam menunjukkan sikap agresinya akan jauh berbeda (Sears, 2004).

3.) Penguatan atau Reinforcement

(40)

20

4.) Modelling

Tindak bullying dapat disebabkan karena proses meniru orang lain, atau adanya contoh-contoh tindakan yang ditiru kemudian dilakukan oleh seseorang kepada orang lain (Sears, 2004). Tindak bullying yang dilakukan seseorang dapat terjadi karena seseorang melihat kemudian meniru apa yang orang lain lakukan, kemudian melakukan hal yang serupa kepada orang lain yaitu kepada sasaran tindak bullying.

d. Ciri-ciri Perilaku Bullying

Sebuah tindakan dapat dikatakan sebagai perilaku bullying

(Namovanma,2008) apabila:

1) Ada perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban, dimana terdapat seseorang yang lebih dominan dari segi fisik maupun mentalnya dibandingkan dengan seseorang yang merasa dirinya lemah atau dianggap lemah oleh orang lain.

2) Ada niat dan secara sengaja menimbulkan penderitaan atau rasa sakit, para pelaku bullying yang memiliki perasaan acuh, atau tidak memiliki rasa kepedualian terhadap penderitaan orang lain yang melakukan tindakan apa saja termasuk tindakan menyakiti temannya agar kekuatan yang dia miliki dapat diakui oleh korban maupun orang-orang di sekitarnya.

3) Perilaku itu dilakukan berulang kali, setelah melakukan tindakan

(41)

kepuasan tersendiri dan bangga terhadap kekuatan yang dimiliki. Sehingga untuk terus bisa merasakan kebanggaan tersebut, pelaku bullying akan terus melakukan tindakan agresifnya berulang kali.

e. Akibat Dari Perilaku Bullying

Banyak dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku bullying. Beberapa penelitian tentang ini memaparkan bahwa tindak bullying

dapat menyebabkan timbulnya depresi bagi para korbannya. Dari 26% anak perempuan korban tindak bullying hanya 8% yang tidak mengalami depresi. Kemudian dari 16% anak laki-laki yang menjadi korban tindak bullying hanya 3% yang tidak mengalami depresi. Dampak lainya adalah melakukan tindak bunuh diri, yaitu terjadi pada 8% anak perempuan dan 4% pada anak laki-laki yang menjadi korban tindak bullying (Kerlikowske, 2003 dalam Oyaziwo Aluede et all, 2008). Kemudian siswa yang menjadi korban dari tindak bullying

(42)

22

para korban tindak bullying akan merasa tidak aman, kesepian dan sendiri, merasa tidak bahagia, selalu merasa gelisah, dan mengalami

physical and mental symtoms.

Selain para korban tindak bullying, dampak bagi para pelaku tindak bullying sendiri antara lain akan menjadikan si pelaku menjadi seseorang yang tidak dapat menjalin relasi dengan baik kepada orang lain, kemudian pelaku tidak akan memiliki sikap empati kepada orang lain, pelaku kurang mampu untuk memandang sesuatu hal dari sudut lain, dan jika tidak segera dilakukan penanganan, maka pelaku dapat mempengaruhi sosialnya untuk melakukan apa yang dia lakukan kemudian tindakan yang dia lakukan dapat menjadi perilaku kriminal yang lebih berbahaya lainnya (Coloroso, 2006 dalam Oyasiwo Aluede et all, 2008)

f. Tipe-tipe Pelaku Bullying

Tipe-tipe pelaku bullying menurut Pearce (dalam Aluede, Adeleke, Omoike, dan Akpaida, 2008) mengidentifikasikan tiga macam perbedaan pelaku bullying, yaitu :

1) The aggressive bully. Bully tipe ini menyerang siapa saja, tidak hanya korban yang lemah. Pelaku tidak sensitif, ingin menguasai, kurang memiliki kontrol diri, keras kepala dan memiliki penghargaan diri yang tinggi.

(43)

penghargaan diri yang rendah, kegelisahan, kesepian, emosi yang tidak stabil, dan provokatif. Dalam melakukan aksinya, bully tipe ini lebih suka sendirian bertemu dengan korbannya.

3) The passive bully. Bully tipe ini terlibat dalam bullying dengan tujuan untuk melindungi diri dan meraih status. Seorang passive bully lebih mudah untuk mendominasi dan memimpin, lebih sensitif terhadap penderitaan orang lain tetapi tidak melakukan apapun dan juga enggan melakukan bullying aktif.

Sedangkan Langevin (dalam Oyaziwo Aluede et all, 2008) mengklasifikasikan pelaku bullying dalam empat kategori, yaitu:

(1) Pysical bullies. Pelaku mengekspresikan kemarahan mereka dengan memukul, mendorong, menendang atau merusak barang-barang miliki korban target yang mereka pilih.

(2) Verbal bullies. Pelaku menggunakan kata-kata untuk menyakiti dan menghina orang lain yang menjadi target. Pelaku memberikan julukan atau mencela dan menyindir dengan tajam.

(3) Relationship bullies. Pelaku menyebarkan rumor yang buruk tentang seseorang yang menjadi targetnya. Pada tipe ini kebanyakan pelakunya adalah perempuan.

(4) Reactive victims. Orang-orang yang termasuk dalam kategori ini adalah para korban-korban bullying yang melakukan bullying

(44)

24

dikarenakan mereka ingin menjelaskan apa yang telah mereka alami.

B.Remaja

1. Pengertian Remaja

Dalam beberapa konteks, remaja memiliki banyak definisi. Menurut F.J. Monks dkk (1989), remaja berusia diantara 12 tahun – 21 tahun. Kemudian pembagian umur pada remaja menurut Konopka (dalam Syamsu Yusuf, 2010) masa remaja meliputi (a) remaja awal : 12-15 tahun, (b) remaja madya : 15-18 tahun, (c) remaja akhir : 19-22 tahun.

Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda seksual sekundernya saat ia mencapai kematangan seksual. Selain itu, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa ini juga terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi ke keadaan yang relatif mandiri (Sarwono,2005).

(45)

(anak, teman, pelajar, dll) namun juga menghayati pribadi sebagai diri sendiri. hal ini harus dilewati oleh remaja yang nantinya akan menjadi perkembangan yang sehat. Masa remaja juga merupakan masa yang disebut “strum dan drang” oleh G. Stanley Hall, yaitu periode yang berada

dalam dua situasi antara otoritas orang dewasa. Status remaja termasuk dalam status interim. Hal ini dimaksudkan sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh mereka dari usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Menurut Erikson masa remaja termasuk dalam tahapan perkembangan yang kelima, yaitu identitas versus kekacauan identitas diamana pada saat ini individu dihadapkan pada pertanyaan siapa dan kemana tujuan hidupnya (Santrock, 2003). Dalam periode perkembangannya, remaja mengalami perubahan secara biologis, kognitif, dan sosio emosinya.

2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja

Menurut Santrock (2002), masa remaja dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Masa Remaja Awal

(46)

26

b. Masa Remaja Madya

Pada masa ini remaja mulai memiliki kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dirinya, dan turut memahami suka dukanya. Kemudian pada masa ini, remaja mengalami proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup dan cita-cita.

c. Masa Remaja Akhir

Pada masa ini, setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa masa remaja akhir dan dalam masa ini dapat dikatakan telah terpenuhinya tugas-tugas perkembangan masa remaja.

3. Perkembangan Kognitif pada Remaja

a. Tahap Operasional Formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif remaja dalam teori Piaget (dalam Santrock, 2002). Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Remaja dalam tahapan ini dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Kemudian remaja tidak melihat segala sesuatu hanya

dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di

(47)

kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.

b. Kognisi Sosial

Remaja mengembangkan suatu egosentris khusus. David Elkind (dalam Santrock, 2002) membagi egosentris remaja menjadi dua bagian yaitu: penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan adalah keyakinan pada diri remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya seperti halnya dirinya sendiri. Remaja ingin menjadi pusat perhatian, cenderung ingin tampil di lingkungan umum, dan ingin terlihat oleh orang lain. Kemudian dongeng pribadi adalah bagian dari egosentris remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik yang ada dalam diri mereka ini menjadikan mereka merasa bahwa ridak ada seorang pun yang dapat mengerti dan memahami perasaan atau yang dirasakan oleh mereka.

4. Perkembangan Pribadi dan Sosial pada Remaja

(48)

28

orang tua mereka. Kemudian remaja juga cenderung melakukan aktivitas di luar rumah dengan teman sebaya mereka (Conger,1991;Papalia dan Olds,2001 dalam Yudrik Jahja, 2011). Dapat dilihat bahwa pada masa remaja ini, peran kelompok teman sebaya besar. Kemudian pengaruh lingkungan atas tindakan atau perilaku mereka berperan besar. Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom et al.,1993 dalam Yudrik Jahja, 2011). Menurut Conger(1991) dan Papalia dan Olds (2001) remaja menjadikan teman sebaya menjadi sumber referensi yang dapat mempengaruhi persepsi dan sikap yang dalam hal ini berkaitan dengan gaya hidup mereka.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa lingkungan dan teman sebaya menjadi faktor penting dalam perkembangan pribadi dan sosial bagi diri remaja. Dilihat dari hal ini, perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah atau lingkungan bermain remaja dapat menjadi faktor yang penting dalam mempengaruhi relasi remaja dengan lingkungan atau dengan teman sebaya mereka. Remaja yang menjadi korban bullying akan jauh dari lingkungan dan relasi dengan teman sebaya mereka. Remaja akan mengalami perkembangan diri yang seharusnya dilewati pada tahap perkembangannya. Berdasarkan hal tersebut, penting bahwa lingkungan yang baik dan relasi sosial yag baik pula dapat membuat perkembangan pribadi dan sosial remaja dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya dilewati mereka.

(49)

C.Program Preventif

Tujuan dilakukannya program preventive terhadap tindak atau perilaku

bullying dalam hal ini adalah memberikan intervensi secara langsung kepada siswa untuk meningkatkan pengetahuan para siswa mengenai tindak atau perilaku bullying. Program preventive tindak bullying ini memiliki dua tujuan utama yaitu menciptakan iklim yang positif dan meningkatkan kompetensi sosial para siswa terhadap tindak bullying. Sekolah yang memiliki iklim yang baik bagi siswa jika memiliki delapan komponen yang harus dipenuhi. Kedelapan komponen yang dimaksud adalah : (a) kualitas dalam hal mengajar yang baik, (b) nilai-nilai yang disampaikan oleh pihak sekolah, (c) adanya kesadaran dari pihak sekolah akan adanya kekuatan yang dimiliki dan permasalahan yang ada, (d) kebijaksanaan dan tanggung jawab (e) saling menghormati (f) mempunyai harapan yang positif (g) adanya dukungan dari guru-guru (h) karakteristik lingkungan fisik sekolah (Orphinas & Horne, 2006). Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan mengenai program-program terhadap anti-bullying terdapat beberapa pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Level Sekolah atau Institusi

(50)

30

dalam menangani tindak bullying yang terjadi di sekolah. Kemudian pada tahun kedua, diadakan pertemuan antara guru dan orang tua murid untuk membahas tindak mengenai bullying. Pada tahun ketiga, program yang telah dirangcang mulai dilaksanakan. Dalam pelaksanaan program tersebut, dibagi dalam tiga tahapan yaitu : kebijakan sekolah, kelas, dan individual (Gini, 2004).

2. Pendekatan Level Kelas

Pendekatan ini dilakukan di dalam kelas atau kelompok besar. Pendekatan level kelas meruapakan bagian dari pendekatan level institusi. Yang membedakan dua pedekatan ini adalah pendekatan level kelas lebih bersifat mikro atau wilayah sasarannya lebih spesifik yaitu langsung dilakukan kepada siswa. Kemudian pendekatan ini lebih memusatkan pada aktivitas atau kegiatan di dalam kelompok. Sasaran pendekatan level kelas hanya sebatas menjurus kepada siswa, tidak memberikan program atau perlakuan kepada orang-orang yang ada di lingkungan sekolah seperti karyawan, kepala sekolah, dan guru. Pendekatan level kelas ini lebih dirasa lebih efisien karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali program tidak terlalu panjang atau lama dan prosedur yang dilakukan pada pendekatan ini lebih sederhana (Menesini dan Smortir, 1997). Salah satu metode yang digunakan dalam pendekatan level kelas ini adalah

(51)

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pendekatan ini efektif untuk meningkatkan kesadaran para siswa terhadap permasalahan bullying dan mengubah sikap siswa(Gini, 2004).

Di dalam pendekatan ini dikenal juga metode quality circle yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada para siswa(Kay Tytler Abella, 1986). Metode ini dibagi menjadi delapan yaitu : lekturet, role play, game dan simulasi, gugus tugas, diskusi kelompok, latihan individual, studi kasus, dan modeling. Tujuan dari metode ini supaya siswa dapat menerima materi mengenai perilaku bullying yang nantinya dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap bullying.

Lekturet yang dimaksudkan dalam metode ini adalah metode dalam penyampaian materi-materi dengan membuat modul yang berisikan mengani bullying. Kemudian role-play adalah metode yang digunakan untuk mempraktekkan atau memvisualkan materi yang sebelumnya diberikan kepada siswa. Yang selanjutnya game dalam metode ini sebagai alat permainan yang nantinya setelah siswa melakukan permainan ini ada sebuah nilai-nilai yang didapat. Selain itu game dalam metode ini dapat juga digunakan sebagai alat mencairkan suasana atau yang biasa disebut

(52)

32

materi dan tugas yang diberikan kepada siswa, supaya siswa dapat menilai secara pribadi. Dengan begitu siswa lebih dalam mengambil nilai-nilai positif secara lebih probadi. Metode studi kasus memberikan contoh kasus yang nantinya siswa lebih mengetahui perlaku bullying dengan jelas dengan langsung melihat pada masalah yang terjadi dalam lingkungan sehari-hari.

Dari dua pendekatan di atas, penelitian ini akan menggunakan pendekatan level kelas sebagai metode yang digunakan untuk dijadikan program preventive terhadap tindak bullying.

D. Program Psikoedukasi

Psikologi pendidikan (dalam bahasa Inggris psychologycal education) atau yang sering disebut psikoedukasi merupakan personal and social education atau pendidikan pribadi dan sosial. Psikoedukasi ini digunakan dalam bidang psikologi konseling. Hakikat dari psikoedukasi menurut Nelson-Jones (dalam Supraktiknya, 2008) ini sendiri adalah “an expansion of the role of counsellor beyond their traditional individual and group

counselling activities”. Hal ini berarti bahwa perluasan peran konselor melampaui aktivitas pemberian layanan konseling individual dan kelompok secara tradisional.

(53)

hal ini berperan memberikan cakupan mengenai program yang diberikan. Program dalam penelitian ini mencakup beberapa gerakan mengapa psikoedukasi penting untuk dilakukan, yaitu melatih seseorang mempelajari aneka life skills, pendidikan humanistik, dan pendekatan akademik / ekperiensial.

Kemudian wilayah layanan psikoedukasi yang akan disasar dalam penelitian ini adalah psikoedukasi di lingkungan sekolah. Wilayah psikoedukasi ini dilakukan di sekolah karena subjek dalam penelitian ini adalah siswa. Kemudian dilihat daripermasalahan yang diangkat dalam penelitian ini perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Psikoedukasi di slingkungan sekolah ini memiliki tujuan dalam pengembangan diri siswa. Selain itu program psikoedukasi yang dilakukan di sekolah dapat membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan pribadi dan lingkungan sosial siswa.

E. Peningkatan Pengetahuan Terhadap Tindak Bullying Menggunakan

Program Preventive Bullying dengan Pendekatan Level Kelas.

(54)

34

dalamnya. Dalam hal ini remaja rentan menjadi pelaku bullying maupun korban dari tindak bullying. Perilaku bullying ini didorong oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pengetahuan mengenai tindak bullying. Program preventif yang dilakukan dengan pendekatan level kelas menggunakan situasi di dalam kelas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap tindak bullying. Pendekatan ini lebih efektif dan efisien karena waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama dan prosedur pelaksanaannya lebih sederhana (Menesini dan Smortir, 1997).

Aktivitas-aktivitas yang digunakan dalam pendekatan level kelas ini meliputi penggunaan lekturet, role-play, diskusi kasus, gugus tugas, dan diskusi kelompok. Metode ini digunakan untuk mengolah informasi mengenai tindak bullying. Dengan menggunakan metode ini akan meningkatkan kesadaran siswa (self-awareness) terhadap permasalah bullying

(Gini, 2004). Pada program ini siswa akan diberikan beberapa metode yang berisikan informasi mengenai pengertian tentang perilaku bullying, faktor pembentuk, jenis perilaku, jenis-jenis pelaku, dan yang terpenting dampak yang dapat ditimbulkan dari tindak bullying ini sendiri. Pengetahuan seseorang dapat meningkat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan dan pengetahuan. Kedua faktor ini yang akan diolah dalam aktifitas-aktifitas di dalam kelas. Aktifitas dapat menciptakan pengalaman baru yang dapat memunculkan pengetahuan. Materi-materi yang akan disampaikan disesuaikan dengan tingkat pendidikan siswa yaitu SMA.

(55)

Pada pendekatan ini di dalamnya terdapat metode psikoedukasi yang mengacu pada proses belajar melalui pengalaman langsung (experimental learning) yang merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (Drum dan Knott, dalam Supraktinya, 2008).

F. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan tingkat pengetahuan mengenai tindak bullying

(56)

36

Bagan peningkatan pengetahuan tentang tindak bullying menggunakan

program preventif dengan pendekatan level kelas, sebagai usaha untuk

menurunan tingkat bullying.

REMAJA

PELAKU

BULLYING

KORBAN

BULLYING

KURANGNYA

PENGETAHUAN TENTANG TINDAK BULLYING

KURANGNYA

PENGETAHUAN TENTANG TINDAK BULLYING

PROGRAM PSIKOEDUKASI

DENGAN PENDEKATAN

LEVEL KELAS

PENINGKATAN

PENGETAHUAN TENTANG

TINDAK BULLYING

(57)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas program preventif bullying dengan pendekatan level kelas terhadap tingkat pengetahuan terhadap tindak bullying. Jenis penelitian eksperimen yang yang digunakan adalah one group simple exsperimen.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah remaja siswa SMK berusia 15 sampai dengan usia 17 tahun. Subjek merupakan semua siswa kelas satu yang terdiri dari empat program kejuruan yaitu, teknik persiapan grafika, akuntansi, penjualan, dan administrasi perkantoran. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 57 siswa.

C. Identifikasi Variabel

Penelitian ini memiliki variabel bebas yaitu program preventif tindak

(58)

38

D.Defini Operasional

1. Pengetahuan tentang Perilaku Bullying

Pengetahuan mengenai tindak bullying merupakan pengolahan informasi oleh seseorang yang terdiri dari pengertian tentang bullying,

bentuk-bentuk tindakan bullying, faktor-faktor penyebab bullying, akibat dari perilaku bullying, dan tipe-tipe dari pelaku bullying. Pengetahuan mengenai tindak bullying ini adalah bagaimana seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisa, dan mengevaluasi atau dapat memberikan tanggapan dari perilaku bullying. Pada penelItian ini batas yang akan diambil dari tingkat mengetahui atau pengetahuan dari tindak bullying ini adalah tahu (know) dan dapat menganalisa tindak bullying seperti apa dan bagaimana. Tahu di sini dapat diartikan dapat mengingat kembali materi-materi atau bahan yang telah dipelajari secara terperinci. Kemudian menganaliasa diartikan sebagai dapat memberikan tanggapan atau respon terhadap kasus-kasus yang nantinya diberikan. Tingkat pengetahuan terhadap tindak bullying akan diukur dengan menggunakan skala prestasi belajar dengan peryataan bentuk tertutup dengan menggunakan dua alternatif jawaban yaitu jawaban benar dan jawaban salah (Azwar, 1987).

2. Program Preventif Tindak Bullying dengan Pendekatan Level Kelas

(59)

waktu yang dibutuhkan tidak terlalu panjang atau lama dan prosedur yang dilakukan pada pendekatan ini lebih sederhana (Menesini dan Smortir, 1997). Salah satu metode yang digunakan dalam pendekatan level kelas ini adalah Learning to Care Curiculum (Freshbach et all, 1983) yaitu lebih mengarah pada emotional intelligence, sehingga tujuan akhir metode ini adalah meningkatkan empati dalam diri siswa mengenai tindak bullying. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pendekatan ini efektif untuk meningkatkan kesadaran para siswa terhadap permasalahan bullying dan mengubah sikap siswa(Gini, 2004).

Di dalam pendekatan ini dikenal juga metode quality circle yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada para siswa (Kay Tytler Abella, 1986). Metode ini dibagi menjadi delapan yaitu : lekturet, role play, game dan simulasi, gugus tugas, diskusi kelompok, latian individual, studi kasus, dan modeling.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes pengetahuan mengenai bullying yang disusun berdasarkan metode kuisioner tipe pilihan (Sutrisno Hadi, 2004).

1. Tes Pengetahuan tetang Tindak Bullying

(60)

40

perilaku, jenis-jenis pelaku, penyebab, dan dampak yang terjadi dari tindak bullying. Dalam penelitian ini, menggunakan jenis angket dengan penggunaan kuesioner tipe pilihan yaitu bentuk tes dengan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki empat pilihan jawaban (Sutrisno Hadi, 2004). Penilaian yang digunakan dalam kuisioner ini adalah sebagai berikut : a. Untuk pertanyaan favorable :

Jawaban benar : nilai 1 Jawaban salah : nilai 0 b. Untuk pertanyaan unfavorable :

Jawaban benar : nilai 1 Jawaban salah : nilai 0

Tabel 1

Skala pengetahuan tentang perilaku bullying

(61)

3. Jenis-jenis pelaku

bullying

5 1 6 15 %

4. Faktor pembentuk

perilaku

bullying

3 3 6 15 %

5. Dampak

bullying

10 0 10 25%

6. Respon terhadap

tindak

bullying

1 1 2 5 %

Total 28 12 40 100%

F. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen yaitu

(62)

42

bullying dengan pendekatan level kelas. Setelah manipulasi dilakukan, kemudian dilakukan kembali pengukuran terhadap variabel tergantung dengan menggunakan alat ukur yang sama (Posttest). Desain ini membandingkan selisish skor (gain skor) yang diperoleh berdasarkan hasil

pretest dan posttest pada kelompok ekperimen yaitu kelompok kontrol (Liche, Aries dan Bernadette, 2006).

G.Prosedur Penelitian

1. Pretest

Pretest yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melakukan pemberian tes pengetahuan tentang tindak bullying. Pretest ini dilakukan untuk mengambil data awal mengenai tingkat pengetahuan tentang tindak

bullying sebelum dilakukan pemberian perlakuan atau pemberian program kepada subjek.

2. Perlakuan ( Program Pelatihan)

a. Bentuk perlakuan

Pemberian program preventif terhadap tindak bullying

menggunakan metode diskusi kasus, role play, lekturet, dan gugus tugas. Program ini berlangsung selama 90-120 menit. Prosedur perlakukan atau rancangan program yang akan diberikan adalah sebagai berikut :

i. Subjek memasuki ruangan dan duduk menempati tempat duduk yang telah disediakan.

(63)

ii. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan bagaimana prosedurnya.

iii. Peneliti memberikan ice breaking untuk mencairkan suasana. iv. Peneliti memberikan metode perlakuan yaitu studi kasus

mengenai film tentang tindak bullying.

v. Peneliti membagi subjek menjadi kelompok kecil untuk melakukan diskusi kelompok.

vi. Subjek subjek mensharingkan hasil diskusi dari kelompok kecil kepada kelompok besar.

vii. Peneliti menjelaskan mengenai tindak bullying kepada subjek. viii.Peneliti mengajak subjek untuk berdiskusi mengenai dampak

yang ditimbulkan oleh bullying berdasarkan study kasus.

ix. Subjek diminta untuk berkumpul dengan kelompok yang telah dibentuk untuk melakukan role-play mengenai perilaku bullying yaitu sebagai pelaku dan korban bullying yang telah ditentukan prosedurnya.

x. Subjek diminta untuk mendiskusikan hasil dari role-play yang telah dilakukan.

(64)

44

b. Metode quality circle

Penggunaan metode quality circle dalam pelaksanaan program sebagai berikut :

i. Lekturet : digunakan sebagai metode pemberian materi mengenai perilaku bullying. Lekturet ini berisikan pengertian mengenai tindak bullying, jenis perilaku, jenis pelaku, ciri-ciri perilaku, faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku, dan dampak yang muncul. ii. Role play : dalam program ini role play yang dilakukan dengan

memberikan naskah kepada siswa. siswa membentuk kelompok kecil kemudian masing-masing kelompok menampilkan sebah drama yang menggambarkan perilaku bullying.

iii. Gugus tugas : gugus tugas dalam program ini dilakukan dengan memberikan tugas kelompok bagi siswa untuk membuat karya dalam hal ini majalah dinding yang bertema bullying untuk mengampanyekan anti bullying di sekolah.

iv. Diskusi kelompok : diskusi kelompok dilakukan oleh para siswa untuk mebahas perilaku atau masalah bullying, serta apa yang dapat dilakukan siswa mengenai perilaku bullying tersebut yang sudah dipraktekkan oleh kelompok lain dalam bentuk drama.

Gambar

Gambar 1 Bagan peningkatan pengetahuan tentang bullying
Tabel 1 Skala pengetahuan tentang perilaku bullying
Tabel 2 Item Skala Pengetahuan Mengenai Perilaku Bullying
Tabel 3 Data Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait