• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI OMSET PENJUALAN, LOKASI USAHA DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEUNTUNGAN PENJUAL DAWET IRENG DI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONTRIBUSI OMSET PENJUALAN, LOKASI USAHA DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEUNTUNGAN PENJUAL DAWET IRENG DI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONTRIBUSI OMSET PENJUALAN, LOKASI USAHA DAN

JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEUNTUNGAN

PENJUAL DAWET IRENG DI KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh:

Viandita Pipit Ardyanata

081324042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

KONTRIBUSI OMSET PENJUALAN, LOKASI USAHA DAN

JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEUNTUNGAN

PENJUAL DAWET IRENG DI KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh:

Viandita Pipit Ardyanata

081324042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

DENGAN PENUH RASA SYUKUR KARYA ILMIAH INI SAYA PERSEMBAHKAN SEBAGAI TANDA BAKTI SAYA KEPADA

 BAPAK SARNO DAN IBU ENI DWI ASTUTI TERCINTA,

TERIMAKASIH ATAS DOA DAN KASIH SAYANG YANG TULUS, YANG TELAH MEMBERIKAN MOTIVASI , DOA DENGAN PENUH KEIKHLASAN, SERTA DORONGAN

BAIK MATERIIL DAN SPIRITUIL.

 JUGA UNTUK KAKAK SAYA ANIP OLIVIA HERAYA

CANDRA, YANG TELAH MEMBERIKAN DOA UNTUK KELANCARAN PENULISAN KARYA ILMIAH INI

 SERTA SELURUH KELUARGA YANG TELAH MEMBERIKAN

BANTUAN DENGAN DOA DAN SEMANGAT.

KUPERSEMBAHKAN KARYAKU INI UNTUK ALMAMATER KU

(6)

v

MOTTO

“wa man

jaahada fa-

innamaa yujaahidu linafsihi.”

(QS Al-Ankabut [29]: 6)

“infiruu khifaafaw

-watsiqoolaw-wajaahiduu bi amwaalikum wa

anfusikum fii sabiilillaah..”

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

KONTRIBUSI OMSET PENJUALAN, LOKASI USAHA, DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEUNTUNGAN PENJUAL DAWET

IRENG DI KABUPATEN PURWOREJO

Viandita Pipit Ardyanata Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kontribusi omset penjualan, lokasi usaha, dan jiwa kewirausahaan terhadap keuntungan penjual dawet ireng di Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif asosiatif yang dilakukan pada bulan oktober 2013 sampai dengan November 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh penjual dawet ireng berjumlah 78 penjual. pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik Sampling Jenuh dengan jumlah sampel 78 penjual. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioneryang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Omset Penjualan memberikan kontribusi secara signifikan terhadap keuntungan penjual dawet ireng sebesar 60,260% ( ≥ yaitu 7,028≥ 1,66543 dan sig 7,028 ≥ 0,05). (2) Lokasi Usaha yang ditempati oleh pedagang dawet ireng memiliki kontribusi sebesar 14,332% (thitung>ttabelyaitu 2,745>1,66543 dan sig 2,475> 0,05). (3)

sedangkan variabel Jiwa kewirausahaan memberikan kontribusi sebesar 22,584% (thitung >ttabelyaitu 4,037>1,66543 dan sig 0,000 < 0,05). (4) Variabel omset

(10)

ix ABSTRACT

TURNOVER SALES CONTRIBUTION, LOCATION BUSINESS, AND ENTREPRENEURSHIP SOUL OF PROFITS SELLER DAWET IRENG IN

THE DISTRICT PURWOREJO seller dawet ireng in Purworejo Central Java province.

This research is a kind of associative quantitative research conducted in October 2013 to November 2013. The study population was all sellers dawet ireng totaled 78 sellers. This study uses sampling techniques Saturated sampling with a sample of 78 sellers. The technique of collecting data using questionnaires that have been tested for validity and reliability. Analysis using multiple regression analysis.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Kontribusi Omset Penjualan, Lokasi Usaha

dan Jiwa Kwirausahaan Terhadap Keuntungan Penjual Dawet Ireng di

kabupaten Purworejo”

Penyusunan tugas akhir Skripsi ini dimaksud untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendididkan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan universitas Santa Darma Yogyakarta.

Dalam proses penulisan tugas akhir skrisi ini penulis menyadari bahwa banyak msih banyak kekurangan dan kesulitan yang penulis hadapi sehingga membutuhkan banyak bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.

(12)

xi

4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memotivasi saya dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. Selaku Dosen penguji skripsi ini.

6. Dosen-dosen Pendidikan Ekonomi yang telah membimbing dan

membekali penulis dengan ilmu-lmu selama perkuliahan.

7. Mbak Titin yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi selama perkliahan terlebih dalam penyusunan skripsi.

8. Para Penjual dawet ireng di Kabupaten Purworejo, yang telah mendukung penelitian, dan mengisi kuesioner secara serius, sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

9. Bapak, Ibu, Kakak dan segenap keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan dukungan selama ini.

10.Terima kasih juga untuk Natalia Dwi Susanti yang telah memberikan semangat serta cintanya, dalam menyelesaikan sekripsi

11.Sahabat dan teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2008 Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan semangat serta bantuan dalam penyelesaian skripsi

Penulis Menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangatlah diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 14 Februari 2014

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Definisi Operasional ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

1. Landasan Teori Keuntungan... 7

2. Landasan Teori Omset Penjualan ... 10

(14)

xiii

4. Landasan Teori Jiwa Kewirausahaan ... 22

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 30

C. Kerangka Berfikir ... 32

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

E. Variabel Penelitian ... 35

F. Teknik pengumpulan data ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji Prasyarat ... 38

a. Uji Validitas ... 38

b. Hasil Uji Validitas Variabel Lokasi Usaha ... 39

c. Hasil Uji Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 40

d. Uji Reliabilitas... 41

e. Hasil Uji Reliabilitas Secara Keseluruhan ... 42

f. Kesimpulan Uji Reliabilitas ... 43

2. Analisis Rata-rata Hitung ... 44

3. Uji Asumsi Klasik ... 49

a. Uji Multikulinieritas ... 49

b. Uji Heteroskedastisitas... 50

c. Uji Autokorelasi ... 51

4. Uji Hipotesis ... 54

a. Uji Analisis Regresi Berganda ... 54

b. Uji F ... 55

(15)

xiv

BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Dawet Ireng ... 61

B. Data Responden ... 64

1. Data Responden Jenis Kelamin ... 64

2. Data Responden Usia ... 65

3. Data Responden Tingkat Pendidikan ... 66

4. Data Responden Lama Berjualan ... 67

C. Pengujian Hipotesis ... 68

1. Pengujian Analisis Prasyarat ... 68

a. Uji Normalitas... 68

b. Uji Linieritas ... 70

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 72

a. Uji Multikulinieritas... 72

b. Uji Heteroskedastisitas... 74

c. Uji Autokorelasi ... 76

3. Rangkuman Hasil Asumsi Klasik ... 77

D. Regresi Berganda ... 78

1. Regresi Berganda Omset Penjualan ... 78

2. Regresi Berganda Lokasi Usaha ... 79

3. Regresi Berganda Jiwa Kewirausahaan ... 81

4. Regresi Berganda Omset Penjualan, Lokasi Usaha, Jiwa Kewirausahaan Secara Bersama-sama... 82

E. Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Keterbatasan Penelitian ... 91

C. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Operasional Jiwa Kewirausahaan... 37

Tabel III.2 Hasil Uji Validitas Lokasi Usaha... 40

Tabel III.3 Hasil Uji Validitas Jiwa Kewirausahaan ... 41

Tabel III.4 Tingkat Keterandalan ... 42

Tabel III.5 Uji Realibilitas... 43

Tabel III.6 Tabel Rata-rata Penilaian Responden Lokasi Usaha... 44

Tabel III.7 Distribusi Frekuensi Lokasi Usaha... 46

Tabel III.8 Interval Rata-rata Penilaian Jiwa Kewirausahaan... 48

Tabel III.9 Distribusi Frekuensi Jiwa Kewirausahaan... 49

Tabel III.10 Tabel Uji Stastistik Durbin-Watson D... 52

Tabel IV.1 Presentasi Jumlah Responden Jenis Kelamin... 65

Tabel IV.2 Data Responden Usia... 66

Tabel IV.3 Data Responden Tingkat Pendidikan... 67

Tabel IV.4 Data Responden Lama Berjualan ... 68

Tabel IV.5 Hasil Uji Normalitas SPSS 16.0... 69

Tabel IV.6 Hasil Uji Normalitas ... 69

Tabel IV.7 Hasil Uji Linieritas Omset Penjualan ... 70

Tabel IV.8 Hasil Uji Linieritas Lokasi Usaha ... 71

Tabel IV.9 Hasil Uji Linieritas Jiwa Kewirausahaan ... 72

Tabel IV.10 Hasil Uji Linieritas Keseluruhan Variabel... 72

(17)

xvi

Tabel IV.12 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 75

Tabel IV.13 Hasil Uji Autokorelasi ... 76

Tabel IV.14 Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik... 77

Tabel IV.15 Hasil Regresi Berganda ... 78

Tabel IV.16 Hasil Regresi Berganda Secara Keseluruhan... 82

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Ijin Penelitian

1. Surat ijin dari Kampus Universitas Sanata Dharma kepada Gubernur DIY (Cq : Kepala BAKESBANGLINMAS DIY)

2. Suarat ijin BAKESBANGLINMAS DIY kepada Badan Kesbangpol dan

Linmas Provinsi Jawa Tengah.

3. Surat ijin dari Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah, kepada KPPT Purworejo.

4. Surat ijin penelitian dari KPPT.

Lampiran Kuesioner

Lampiran data Penelitian

1. Data Responden

2. Data Variabel Omset Penjualan dan Keuntungan 3. Data Variabel Lokasi Usaha

4. Data Jiwa Kewirausahaan

Lampiran Hasil Uji

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 2. Hasil Uji Normalitas

3. Hasil Uji Linier

4. Hasil Uji Autokolinearitas – Multikolinearitas 5. Hasil Uji Heteroskedasitas

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, di dalamnya banyak terdapat banyak suku di setiap daerah. Kekayaan itu menjadi salah satu kebanggan bagi Indonesia. Yang lebih istimewa lagi indonesia juga memiliki kuliner di setiap daerahnya yang berbeda-beda. Untuk itu banyak orang-orang yang memanfaatkan itu untuk berwirausaha. di Indonesia banyak yang berkecimpung di dunia usaha, terutama usaha makanan. Karena masyarakat di Indonesia sangat lah konsumtif. Peluang usaha masyarakat di bidang makanan sangat bervariatif. dengan beranekaragaman jenis makanan di Indonesia itulah banyak masyarakat yang menjadikan usaha makanan sebagai sumber mata pencaharian. Hampir disetiap kota pasti ada pedagang kecil di pinggir jalan, yang menjual berbagai jenis makanan. Usaha Kecil Mikro di setiap kota tersebut lebih banyak di sektor kuliner. Pada dasarnya masyarakat lebih mampu mendirikan usaha kecil, karena keterbatasan modal yang dimiliki.

Untuk mendirikan sebuah usaha maka diperlukan sebuah modal. Bahwa dalam dalam ilmu ekonomi istilah modal (capital, capital goods)

(20)

masukan (input) dalam proses produksi (Gilarso 1993). Modal tidak hanya pada uang, tetapi juga diperlukan jiwa kewirausahaan. Kurangnya jiwa kewirausahaan maka akan menimbulkan kegagalan dalam menjalankan usaha.

Oleh karena itu banyak yang berwirausaha, contohnya penjual dawet ireng di Purworejo. Dawet ireng merupakan makanan khas dari Purworejo. Dilihat dari cara mereka menjual dawet ireng mungkin sangat lah susah mendapatkan laba, karena lokasi yang sangat berdekatan. Hal ini yang menjadi ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengetahui masalah tersebut.

Masalah yang pertama yang hendak diteliti yaitu bagaimana pengaruh Omset Penjualanterhadap keuntungan yang diperoleh penjual dawet ireng di Purworejo setiap harinya. Disini peneliti melihat apakah dengan bertambah banyak penjual dawet ireng membuat laba yang di peroleh berkurang atau bahkan tidak mendapatkan laba sama sekali. Untuk memenangkan persaingan maka penjual dawet ireng di Purworejo harus diperhatikan antara lain:Kualitas, Kuantitas, Harga, Desain, Manfaat, Model, Pelayanan, Efisien.

(21)

yang dituju, jumlah penjual yang sejenis. Lokasi yang dipilih para penjual dawet ireng di Purworejo sangatlah berdekatan. Mereka menjual dawet ireng yang sama antara satu penjual dengan penjual lain. Mereka lebih memilih menjual dawet ireng dekat dengan tempat tinggal mereka, tanpa menghiraukan ada penjual lain yang berada di dekatnya.

Masalah ketiga yang akan penulis teliti yaitu apakah penjual dawet ireng di Purworejo memiliki jiwa kewirausahaan untuk memperoleh laba. Dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki penjual dawet ireng di Purworejo dapat membuat inovasi pada dawet ireng. Sedangkan jiwa kewirausahaan sendiri dapat tumbuh sejak masih kecil ataupun setelah para penjual dawet ireng di Purworejo menjalankan usahanya. Dengan mengetahui kesulitan berwirausaha maka jiwa kewirausahaan akan dapat tumbuh dengan sendirinnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas selanjutnya dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Terdapat banyak penjual dawet ireng di jalur profinsi,Kabupaten Purworejo.

2. Lokasi penjual dawet ireng yang sangat berdekatan mempengaruhi laba penjual dawet ireng.

(22)

4. Terdapat banyak persaingan dalam penjualan dawet ireng di jalur profinsi di kabupaten Purworejo.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada kontribusi Omset penjualan terhadap Keuntungan penjual dawet ireng?

2. Apakah ada kontribusi letak lokasi usaha terhadap Keuntungan penjualan dawet ireng?

3. Apakah ada kontribusi jiwa kewirausahaan terhadap

Keuntunganpenjualan dawet ireng?

4. Apakah ada kontribusi antara Omset penjualan, lokasi Usaha, dan jiwa kewirausahaan terhadap Keuntungan penjual dawet ireng?

D. Definisi Operasional

1. Omset Penjualan

Omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan Dawet ireng yang terjual dalam 1 hari yang di hitung dalam satuan gelas. Indikator dari variabel omset adalah harga x jumlah yang terjual, harga dihitung rupiah per gelas.

2. Lokasi Usaha

(23)

3. Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan adalah sesuatu kemampuan penjual dawet ireng melakukan kerasi dan inovatif pada dawet ireng yang di jualnya. Indikator dari variabel Jiwa Kewirausahaan adalah sikap kreatif dan inovatif yang terjual dalam inovasi produk dan rasa dawet.

4. Keuntungan

Keuntungan adalah hasil bersih yang di peroleh pedagang dawet ireng saat berjualan dawet ireng. Dalam penelitian ini berarti bahwa hasil berjualan dalam 1 hari setelah dikurangi oleh biaya produksi dan biaya operasional.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui Kontribusi Omset Penjualanterhadap Keuntungan dari pedangang dawet ireng di Kabupaten Purworejo

2. Untuk mengetahui Kontribusi lokasi Usaha dawet ireng terhadap Keuntungan dari pedagang dawet ireng di Kabupaten Purworejo.

3. Untuk mengetahui Kontribusi jiwa kewirausahaan terhadap

Keuntungan Penjual dawet ireng di Kabupaten Purworejo.

(24)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat

Dengan hasil penelitian ini maka diharapkan dapat membantu bagi masyarakat yang akan melakukan wirausaha di bidang kuliner, agar mendapatkan laba yang maksimal.

2. Bagi mahasiswa

Sebagai masukan bagi mahasiswa untuk melakukan berwirausaha, untuk mengahadapi tuntutan jaman yang sulit mencari pekerjaan. 3. Bagi Universitas

(25)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

G. Landasan Teori

1. Keuntungan

Pada saat kita melakukan usaha, maka kita akan mulai memikirkan tentang keuntungan yang di peroleh. Karena keuntungan merupakan hal terpenting dalam melakukan usaha. Seperti berdagang. Investasi dan lain-lain. Keuntungan bisa di artikan sebagai laba. Untuk mendorong kegiatan ekonomi tetap berjalan maka dibutuhkan keuntungan yang diperoleh maksimal. Keuntungan merupakan tujuan

dari kegiatan ekonomi/ berdagang Menurut (Theodorus M.

Tuanakotta2001) mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :

1. Laba kotor

Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan.

2. Laba dari operasi

Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban biaya.

3. Laba Bersih

(26)

Menurut akuntan laba merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya produksi untuk tenaga kerja, bahan-bahan, penyusutan dan sebagainya. Laba merupakan faktor pendorong dalam kegiatan ekonomi. laba menurut (Zaky Baridwan 2004)Kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.Sedangkan menurut (Henry Simamora, 2002)Laba adalah perbandingan antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih. Terlihat bahwa laba adalah hal penting yang harus di dapat dalam usaha. Beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keuntungan yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan Volume Penjualan

(27)

2. Menaikaan Harga Penjualan

Dengan cara meningkatkan harga jual makan akan

meningkat pula keuntungan yang didapat. Hasil dari

meningkatkan atau kelipatan dari keuntungan harga jual produksi akan menambah keuntungan yang di peroleh.

3. Mengurangi atau menekan biaya.

Penekanan biaya produksi merupakan cara yang biasa di lakukan oleh pengusaha untuk menambah keuntungan. Karena keuntungan bersih berasal dari keuntungan kotor di kurangi biaya-biaya, salah satunya biaya produksi. Jadi semakin rendah biaya produksi maka semakin bertambah keuntungan yang di peroleh, dengan ketentuan harga tetap, dan tanpa mengurangi kualitas barang.

(28)

sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik, dan pragmatik.

Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan

untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.

Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.

2. Omset Penjualan

(29)

Definisi omzet penjualan menurut kamus Bahasa Indonesia (2000), adalah jumlah hasil penjualan (dagangan), omzet penjualan total jumlah penjualan barang/jasa dari laporan laba-rugi perusahaan (laporan operasi) selama periode penjualan tertentu. Menurut (Sutamto 1997) tentang pengertian penjualan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada mereka yang membutuhkan dengan

imbalan uang menurut harga yang telah ditentukan

sebelumnya.(Chaniago 1998) memberikan pendapat tentang omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu.

(Tandjung 2010), terdapat delapan belas (18) jurus meningkatkan omzet penjualan, meliputi:

a. Memiliki kepribadian unggul

(30)

senior. Salesman juga harus mampu berempati dan fleksibel kepada pelanggan agar pelanggan merasa senang. Pada akhirnya, salesman harus tetap antusias pada saat kapan pun dan dimana pun bertemu dengan pelanggan. Mereka juga harus menjaga kedisiplinan sehingga pelanggan merasa dihargai. Selain itu mereka harus siap melayani setiap pelanggan karena pelanggan sebenarnya yang menggaji semua karyawan.

b. Berani berubah

Kebutuhan konsumsi akan terus bertambah, baik terhadap produk/jasa. Ini berarti jumlah pesaing akan semakin bertambah, bahkan pesaing dari mancanegara akan semakin banyak hadir ke dalam pasar domestik. Menyiasati semua itu, mau tidak mau, suka atau tidak suka, para salesman harus mulai berubah. Mereka harus memiliki paradigma lebih global dan tidak gagap teknologi. Juga tidak boleh lagi berpikir secara jangka pendek hanya mengejar order semata melainkan harus berpikir panjang dan berpikir tentang customer.

c. Menjaga penampilan

(31)

sedangkan bagi pelanggan tentu akan lebih senang dilayani oleh salesman yang good looking.

d. Perhatikan bahasa tubuh

Manfaat komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh

adalah dapat memahami pikiran lawan bicara dengan

memperhatikan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang lain. Selain itu kita dapat mengenali lawan bicara yang merasakan kebosanan atau ketidaksetujuan. Dengan bahasa tubuh yang menarik, kita juga dapat mempertahankan perhatian lawan bicara. Dan dengan ekspresi yang lebih menarik, diharapkan lawan bicara akan lebih mudah dipengaruhi.

e. Membangun jaringan

Membangun jaringan adalah mutlak harus dilakukan oleh para salesman saat ini mengingat pelanggan sudah saling terhubung dengan kemajuan teknologi internet. Mereka saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi. Untuk itu kita hendaknya lebih dekat dengan mereka bila ingin menambah jumlah pelanggan. f. Bersatu kita teguh

(32)

g. Memetakan wilayah

Omzet penjualan sangat bergantung pada wilayah penjualan yang akan dikelola. Wilayah penjualan yang potensial atau sering disebut dengan istilah “lahan basah” sering menjadi rebutan

salesman. Jika pertama kali masuk ke dalam wilayah penjualan yang baru, maka yang harus dilakukan adalah menganalisis wilayah tersebut dengan mengetahui potensi pasarnya. Selain itu mengamati pesaing yang ada di wilayah tersebut, mengingat jumlah pesaing berkaitan langsung dengan pencapaian penjualan.

h. Mengembangkan diri

Untuk dapat terus berprestasi, salesman harus belajar dari orang-orang sukses yang ada di sekitar mereka. Mereka juga dapat belajar dari true story orang-orang sukses melalui buku-buku yang banyak dijual di toko buku. Mereka harus mulai mengubah cara berpikir negatif menjadi berpikir positif. Salesman juga wajib mengikuti rapat yang diselenggarakan oleh perusahaan karena forum ini dapat digunakan untuk berbagi informasi dan pengalaman dengan salesman lain.

i. Hargailah pelanggan

Pelanggan akan lebih mudah “ditaklukkan” jika salesman mau

(33)

salesman sebenarnya lebih tampil “beda” dibandingkan salesman

lain.

j. Sedikit bicara, banyak mendengar

Saat ini, salesman dituntut tidak banyak berbicara, sebaliknya mereka harus banyak mendengar. Karena mereka harus mengetahui kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Bahkan situasi persaingan yang sudah tidak terkendali menuntut salesman untuk menggali lebih dalam lagi hasrat dan gairah pelanggan yang terpendam.

k. Melakukan komunikasi dua arah

Komunikasi antara salesman dan pelanggan harus terjalin dua arah. Dengan demikian salesman dapat memahami kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Pada sisi lain, pelanggan dapat mengetahui penjelasan tentang produk dan prosedur lainnya. l. Jangan takut bersaing

Menghadapi pesaing yang sering melakukan serangan frontal dengan “perang harga” atau harga murah tidak bisa dihadapi

dengan cara yang sama. Harus disadari bahwa bisnis harus menghasilkan laba, bukan kerugian. Untuk itu dalam menghadapi pesaing, harus lebih bersikap rendah hati tetapi tetap tidak gentar. m. Menciptakan pengalaman

(34)

rapi. Agar pelanggan mau melakukan repeat order, maka salesman perlu memikirkantaktik menciptakan sesuatu yang ideal untuk pelanggan serta citra merekterhadap produk yang dibeli oleh pelanggan.

n. Menjaga keseimbangan emosi

Salesman setiap hari menghadapi tekanan, baik oleh para pelanggan maupun oleh perusahaan. Mereka dituntut harus dapat mencapai target penjualan sekaligus dapat memuaskan pelanggan. Hal ini menyebabkan emosi mereka kadang kurang terkontrol. Agar dapat sukses menjual, maka salesman perlu menyeimbangkan faktor emosional.

o. Jangan berhenti sampai di sini.

Saat ini kualitas produk yang dijual rata-rata mendekati sama. Artinya, produk yang satu dengan yang lain hampir sama kualitasnya. Kalau sudah begitu, hanya salesman yang bisa melayani dengan memuaskan yang akan dipilih pelanggan.

p. Dekat dengan pelanggan

(35)

q. Loyalitas adalah segalanya

Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil jika pelanggan loyal yang dimiliki semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola harapan pelanggan sehingga mereka merasa dekat, merasa cocok, dan merasa nyaman.

r. Membina hubungan: kunci sukses meningkatkan penjualan

Jika semakin hari jumlah pelanggan semakin berkurang, maka akan mengurangi penghasilan salesaman bahkan bisa dipecat. Oleh karena itu, salesman tidak boleh berpikir hanya sekedar menjual melainkan harus berpikir bagaimana membina hubungan dengan pelanggan.

Menurut (Stanton 1991), desain produk yang baik dapat meningkatkanpemasaran produk dalam berbagai hal diantaranya:

a. Dapat mempermudah operasi pemasaran produk. b. Meningkatkan nilai kualitas dan keawetan produk. c. Menambah daya penampilan produk.

Dalam praktek, kegiatan penjualan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: (Swastha dan Irawan, 1990).

1) Kondisi dan Kemampuan Penjual

(36)

dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan.untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yakni:

a) Jenis dan karakteristik barang yang di tawarkan. b) Harga produk.

c) Syarat penjualan seperti: pembayaran, penghantaran,

pelayanan sesudah penjualan, garansi dan sebagainya. 2) Kondisi Pasar

Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu di perhatikan adalah:

a) Jenis pasarnya

b) Kelompok pembeli atau segmen pasarnya c) Daya belinya

d) Frekuensi pembelian e) Keinginan dan kebutuhan 3) Modal

(37)

usaha, seperti: alat transport, tempat peragaan baik didalam perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjualan memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk itu.

4) Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu/ahli di bidang penjualan.

5) Faktor lain

Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Namun untuk melaksanakannya, diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil yang mempunyai modal relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan. Ada pengusaha yang berpegangan pada suatu prinsip bahwa “paling penting membuat

(38)

3. Lokasi Usaha

Pada saat seseorang akan memulai usaha maka akan mulai berfikir tentang pemilihan lokasi yang tepat dan strategis. Karena pemilihan lokasi juga berpengaruh dalam keberhasilan usaha tersebut. Dalam pemilihan lokasi pelaku bisnis harus menimbang beberapa keputusan, antara lain.

a. Dimana barang akan di produksi, b. Dimana barangakan di olah, c. Dimana barang akan di simpan,

d. dan dimana barang akan di antarkan atau di distribusikan.

(39)

Hal dasar yang harus di pertimbangkan saat memilih lokasi usaha :

a. Barang apa yang akan di produksi b. Modal yang dimiliki

c. Pangsa pasar

Pada saat perusahaan akan memperluas usahanya maka diperlukan Proses pemindahan usaha. Proses ini membutuhkan suatu kisis-kisi yang di tempatkan di atas sebuah peta. Kemudian melihat lokasi suplai bahan mentah dan tempat penerimaan barang jadi. Selanjutnya mulai menghitung biaya yang di perlukan untuk menjalankan usaha di lokasi yang baru, misalnya biaya untuk mengangkut barang mentah, biaya untuk mengangkut barang jadi ke konsumen. Tujuan analisis biaya tersebut adalah untuk memberikan gambaran tentang lokasi yang baru dan meminimumkan total biaya yang dikeluarkan. Agar mendapatkan lokasi yang strategis.

Langkah langkah proses keputusan lokasi yaitu:

1. Penilikan terhadap perilaku aktual tarif pengangkutan dengan perhatian khusus pada hal-hal yang jelas tidaklurus (obvious nonlinearities).

2. Pertimbangan apakah pemindahan beberapa mil itu akan

(40)

3. Penilikan terhadap sumber pengganti yang mungkin dari suplai bahan mentah.

4. Keuntungan dari negosiasi tarif dengan perusahaan-perusahaan angkutan yang sekarang di bawah ancaman yang tersirat mengenai pemindahan itu.

5. Luas dan jenis pelayanan transportasi ke dan dari lokasi yang diusulkan.

6. Trand arah pertumbuhan pasar perusahaan.

4. Jiwa Kewirausahaan

(41)

Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, masyarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masadepannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya.

Menurut (Dan Steinhoff dan John F. Burgess 1993) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan menurut (Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer 1993) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “An entrepreuneur is one who creates a

new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of

(42)

asembling the necessary resourses to capitalize on those

opportunuties”.

Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003), yaitu :

a. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).

b. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).

c. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).

d. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).

e. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.

(43)

menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha

(44)

b. Kerangka berpikir tentang kewirausahaan

Sumber : Pekerti, 1997

Melihat dari pendapat di atas, (Salim Siagian 1999) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan

kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat: dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui

A. POLA PELUANG

(45)

keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”

c. Karakteristik Kewirausahaan 2. Motif Berprestasi Tinggi

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.

Seperti yang dikemukakan oleh (Maslow 1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:

a) Faktor pendorong 1) Kebersihan

2) Pengakuan

(46)

4) Tanggung Jawab b) Faktor Pemeliharaan

1) Lingkungan kerja 2) Insentifitas kerja

3) Hubungan kerja

4) Keselamatan kerja

Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003)

a) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.

b) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.

c) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi. d) Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan. e) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara

seimbang.

(47)

1. Kemampuan, 2. Usaha, dan

3. Suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan.

Lokus penyebab ekstrinsik meliputi

1. Sukar tidaknya tugas,

2. Nasib baik (keberuntungan), dan 3. Pertolongan orang lain.

Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu

1. mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan

2. meningkatkan usaha keras yang berguna dan

mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976). 3. Selalu Perspektif

(48)

menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.

4. Memiliki Kreativitas Tinggi

Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu enurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis (Suryana 2003) dengan judul buku “Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada

(generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka

memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk

meningkatkan dan memperkaya kehidupan.

H. Hasil Penelitian Terdahulu

(49)

Industri Kecil, Kripik Tempe” Studi kasus Pada Para pengusaha Industri Kecil Kripik Tempe di desa Kendung. Penelitian ini Menguji dan menganalisis pengaruh Modal kerja, Lama usaha dan Faktor manajemen terhadaptinggi rendahnya laba. Populasi dalam penelitian ini adalah semuapengusaha kripik tempe yang berlokasi di Desa Kedung Jenar yang berjumlah 30 orang. Penentuan sampel adalah Sampling jenuh dimana semua populasi digunakan sebagai sample. Teknk analisis regresi linier berganda tiga prediktor. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Kuesioner dan wawancara.

Hasil penelitiannyamenunjukan bahwa sebaran data yang digunakan berdistribusi normal yaitu modal kerja, lama usaha, faktor manajemen. Hasil pengujian liniernya menunjukan bahwa masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan yang linier yaitu modalkerja, lama usaha, faktor manajemen dengan variabel terikat yaitu laba. Hasil

pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak terjadi

multikolineritas antara variabel bebas yaitu modal kerja, lama usaha, faktor manajemen. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel modal kerja, variabel lama usaha, variabel faktor manajemen.

(50)

I. Kerangka Berpikir

Usaha Kecil Mikro adalah salah satu usaha yang paling sederhana dilakukan oleh masyarakat, hampir semua orang dapat melakukan nya. Karena Usaha kecil mikro hanya membutuhkan modal yang cukup kecil. Contohnya usaha berjualan dawet ireng dipurworejo. Usaha ini sudah menjamur di seluruh bagian kota purworejo. Dan banyak di gemari masyarakat.

Berkembangnya usaha penjualan dawet ireng di purworejo dapat membantu perekonomian masyarakat di purworejo, yang sebagian masyarakat kota purworejo sebagian besar sebagai petani. Banyak masyarakat yang menambah penghasilan mereka beerdasarkan dari berjualan dawet ireng.

Gambar kerangka berpikir

Keterangan :

X1 : Omset Penjulan

X2 : Lokasi Usaha

X3 : Jiwa Kewirausahaan

Y : Keuntungan X1

X2

X3

(51)

J. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Ada Kontribusi yang signifikan Omset Penjualan terhadap Keuntungan penjual Dawet ireng di Kabupaten Purworejo.

b. Ada Kontribusiyang signifikan Lokasi Usaha Terhadap

Keuntungan penjual Dawet ireng di Kabupaten Purworejo.

c. Ada Kontribusiyang signifikan Jiwa Kewirausahaan terhadap Keuntungan Penjual Dawet Ireng di Kabupaten Purworejo.

(52)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

K. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif. Penelitiankuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, tidakterlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas, tetapi dengan mudahdapat dianalisis, baik melalui rumus-rumus statistik maupun komputer (Masyhuri: 2008). Sedangkan penelitian asosiatif adalah penelitian yangbertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih(Sugiyono: 2005)

L. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian di lakukan pada penjual dawet ireng di Kabupaten Purworejo. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan September –Oktober 2013.

(53)

M. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pedagang Dawet Ireng di Kabupaten Purworejo dengan jumlah 78 orang. Untuk menentukan besar sampel yang akan diteliti penulis mengunakan teknik Sampling Jenuh, yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel.

N. Subjek Penelitian Objek Penelitian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah semua penjual dawet ireng di Kabupaten Purworejo.

2. Objek dalam penelitian ini adalah omset penjualan dari tiap penjual dawet ireng, lokasi tempet para penjual berdagang, dan jiwa kewirausaan yang di punyai para penjual dawet ireng.

O. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas a. Variabel Omset

Menurut kamus Bahasa Indonesia (2000), adalah jumlah hasil penjualan (dagangan). Variabel dalam penelitian ini omset penjualan dawet ireng (x1). Omset penjualan adalah keseluruhan

(54)

1. 0 – 25 bungkus = Rendah

2. 26 bungkus – 50 bungkus = sedang 3. 51 bungkus – 75 bungkus = Tinggi 4. 76 bungkus – habis = sangat besar

Data yang dicari yaitu besarnyaomset penjualan yang didapat penjual dawet ireng dalam satu hari.

b. Variabel Lokasi

Fungsi strategis Pemilihan lokasi ikut menentukan tercapainya badan usaha. Lokasi adalah letak atautoko pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapatmemaksimumkan laba (Basu Swasta dan Irawan,2003). Indikator loasi usaha dalam penelitian ini adalah

1. Dekat dengan keramaian, 2. Akses lokasi

3. Tempat parkir yang luas dan aman

4. Lingkungan yang mendukung

c. Variabel Jiwa Kewirausahaan

(55)

kewirausahaan dalam penelitian di dasarkan pada 8 (delapan) indikator (Priyono dan Soerata, 2004) yang meliputi : (a) Percaya diri, (b) Kepemimpinan, (c) Pengambilan resiko, (d) berorientasi ke masa depan, (e) tahan uji, pekerja keras, (f) indipenden dan mandiri, (g) Bertanggung jawab, (h) fleksibel,

Tabel III. 1

Oprasionalisasi Jiwa Kewirausahaan

No Indikator Pertanyaan

Positif No

Berorientasi ke masa depan, Tahan uji, pekerja keras, Indipenden dan mandiri, Bertanggung jawab,

Masing-masing pertanyaan selajutnya dinyatakan dinyatakan dalam dalam 5 (lima) skala sebagai berikut :

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

(56)

P. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Yaitu metode pengumpulan data dengan membuat daftar pernyataan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden sebenarnya, melalui cara ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer.

2. Wawancara

Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden (Subagyo, 1999).

Q. Teknik Analisis data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (untuk setiap butir dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlations dengan r tabel untuk

(57)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi (r-hitung)

∑x = Skor variabel independen

∑y = Skor variabel dependen

∑xy = Hasil kali skor butir dengan skor total

N = Jumlah responden

Uji validitas dilakukan dengan program SPSS 16.0 for Windows dengan jumlah responden (n) = 78, maka dibulatkan menjadi 80 r tabel menunjukan hasil 0,220 pada taraf signifikasi 5%. Hasil pengujian validitas pada masing-masing variabel dapat dilihat pada penjelasan berikut:

a. Lokasi Usaha

(58)

Tabel III. 2

Tabel Hasil Uji Validitas Variabel Lokasi Usaha

Butir

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa hasil pengujian validitas 9 item pernyataan dalam kuesioner untuk mengukur variabel Lokasi usaha, 8 Butir Pernyataan dinyatakan valid sehingga dapat di gunakan sebagai penelitian, dan 1 butir pernyataan dinyatakan tidak valid sehingga tidak dapat digunakan sebagai penelitian.

b. Jiwa Kewirausahaan

(59)

Tabel III. 3

Tabel Hasil Uji Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan

Butir

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa hasil pengujian validitas 13 item pernyataan dalam kuesioner untuk mengukur variabel Jiwa Kewirausahaan dinyatakan valid Sehingga dapat digunakan sebagai Penelitian.

b. Uji Reliabilitas

(60)

reliabel jika memberikan nilai α > 0,60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2005).

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas

r = korelasi antar item k = jumlah item

Untuk Mengukur keandalan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III. 4

Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian

Koefisien Alpha Tingkat Keterandalan

0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 Sangat Rendah

1) Hasil pengujian reliabilitas secara keseluruhan

Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus cornbach alpha

(61)

Tabel III. 5

Lokasi Usaha 0.716 0.600 Reliabel Sangat

Tinggi

Jiwa Kewirausahaan 0.758 0.600 Reliabel Cukup

2) Kesimpulan Uji Reliabilitas

a) Uji Reliabilitas Lokasi Usaha

Berdasarkan hasil dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari 10 butir pertanyaan pada variabel Lokasi Usaha diperoleh nilai sebesar 0.716.

pengambilan kesimpulan dilakukan dengan

membandingkan nilai bila dan . Dengan jumlah data (n) sebanyak 78 responden dan derajad keyakinan sebesar 0.5 sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai > (0.716> 0.600). Hal ini berarti bahwa item-item pertanyaan pada variabel Lokasi Usaha dapat dikatakan andal.

b) Uji Reliabilitas Jiwa Kewirausahaan

Dilihat dari tabel diatas maka dapat di simpulkan

bahwa 13 item pernyataan dari variabel Jiwa

(62)

kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai bila dan . Dengan jumlah data (n) sebanyak 78 responden dan derajad keyakinan sebesar 0.5 sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel. Diperoleh nilai rhitung> rtabel yaitu 0,716 > 0,600. Hal ini berarti bahwa

item-item pernyatan pada variabel Jiwa Kewirausahaan dapat dikatakan andal.

2. Analisis Rata-rata Hitung

1. Rata-rata hitung Lokasi Usaha

Dari hasil penghitungan dari variabel Lokasi Usaha dapat dari Nilai maximal = (Jawaban Maximal x Item yang valid) yaitu 5 x 8 = 40. Nilai minimal (jawaban Minimal x Item yang Valid) yaitu 1 x 8 = 8. Mean ideal ((Skor Max + Skor Min)/ 2) yaitu 48 / 2 = 24. Standar Devisiasi ideal ((Skor Max - Skor Min)/ 6) yaitu 32 / 6 = 40-8 / 6 = 5,33.

(63)

Tabel III. 6

Interval Rata-rata Penilaian Responden Lokasi Usaha

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Kategori peringkat pada Lokasi Usaha dapat di lihat sebagai berikut :

1. Lokasi Usaha Baik

Dilihat dari jawaban responden tentang variabel lokai usaha dikategorikan baik. Berati bahwa lokasi yang di tempati buat berdagang yaitu strategis. Strategis karena merupakan pusat keramaian kota, banyak orang yang lewat di depan kios, ada tempat parkir yang luas dan aman nyaman buat konsumen.

2. Lokasi Usaha Cukup

Dilihat dari jawaban responden tentang variabel lokai usaha dikategorikan Cukup. Berati bahwa lokasi yang di tempati buat berdagang yaitu cukup strategis. Strategis karena bukan pusat keramaian kota, banyak orang yang lewat di depan kios, ada tempat parkir tapi tidak luas, dan aman nyaman buat konsumen.

Penilaian Interval

Baik X > 47,7

Cukup 30,3 - 47,7

(64)

3. Lokasi Usaha Kurang

Dilihat dari jawaban responden tentang variabel lokai usaha dikategorikan baik. Berati bahwa lokasi yang di tempati buat berdagang yaitu tidak strategis. Tidak Strategis karena bukan pusat keramaian kota, tidak banyak orang yang lewat di depan kios, tidak ada tempat parkir yang luas. dan aman nyaman buat konsumen.

Tabel III. 7

Distribusi Frekuensi Lokasi Usaha

Lokasi usaha

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sumber : Data Primer, diolah 2013

(65)

Respoden yang menjawab baik sebanyak 34 responden dengan prosentase sebesar 43,6%. Responden menjawab kategori Baik dikarenakan respoden merasa lokasi yang di tempati buat berdagang yaitu strategis. Strategis karena merupakan pusat keramaian kota, banyak orang yang lewat di depan kios, ada tempat parkir yang luas dan aman nyaman buat konsumen.

Respoden yang menjawab kategori Cukup dalam lokasi usaha sebanyak 39 responden yaitu 37,2%. Sebagian besar responden menjawab cukup. bahwa lokasi yang di tempati buat berdagang yaitu cukup strategis. Strategis karena bukan pusat keramaian kota, banyak orang yang lewat di depan kios, ada tempat parkir tapi tidak luas, dan aman nyaman buat konsumen.

Sedangkan responden menjawab kuesioner dengan kategori kurang sebanyak 5 responden dengan prosentase sebesar 3,8% dapat diartikan bahwa bahwa lokasi yang di tempati buat berdagang yaitu tidak strategis. Tidak Strategis karena bukan pusat keramaian kota, tidak banyak orang yang lewat di depan kios, tidak ada tempat parkir yang luas. dan aman nyaman buat konsumen. 2. Rata-rata hitung Jiwa Kewirausahaan

(66)

yaitu 78 / 2 = 39. Standar Devisiasi ideal ((Skor Max - Skor Min)/ 6) yaitu 65-13 / 6 = 8,67

Untuk mengetahui penilaian Jiwa Kewirausahaan terhadap Keuntungan dapat ditunujukan dengan memasukan nilai mean dan standar deviasi yang diperoleh dengan interval di bawah ini.

Tabel III. 8

Interval Rata-rata Penilaian Responden Jiwa Kewirausahaan

Sumber : Data Primer, diolah 2013

Kategori peringkat pada Jiwa Kewirausahaan dapat di lihat sebagai berikut :

1. Jiwa Kewirausahaan Baik

Dari hasil jawaban kuesioner yang di bakin responden di kategorikan bahwa jiwa kewirausahaan dikatakan baik, dalam artian bahwa pedagang

mempunyai jiwa kewirausahan. Yang meliputi

pedangan mempunyai inovasi untuk barang dagangan nya sehingga berbeda dengan pedagang yang lain, dan di sukai oleh konsumen.

Penilaian Interval

Baik X > 47,7

(67)

2. Jiwa Kewirausahaan Cukup

Dari hasil jawaban kuesioner yang di bagikan

kepada responden dikategorikan bahwa jiwa

kewirausahaan dikatakan Cukup, dalam artian bahwa pedagang tidak mempunyai jiwa kewirausahan. berarti pedagang tidak mempunyai inovasi untuk barang dagangan nya sehingga barang dagangan sama dengan pedagang yang lain. Jadi pedagang menjual dawet ireng apa adanya tanpa mengalami perubahan pada tampilan.

Tabel III. 9

Distribusi Frekuensi Lokasi Usaha

Jiwa kewirausahaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Cukup 35 44,9 44,9 44,9

Baik 43 55,1 55,1 100,0 Total 78 100,0 100,0

3. Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinieritas

(68)

setiap koefidsien menjadi tidak terhingga. Untuk mendeteksi multikolinieritas digunakan rumus korelasi. Adapun rumusnya sebagai berikut: diadakan analisis Collinearity Statistics. Dari analisis

CollinearityStatistics akan diperoleh VIF (Variance Inflation Factor). Untuk mengetahui terjadi tidaknya multikolinieritas, digunakan ketentuan sebagai berikut:

- Jika VIF > 5, maka terjadi multikolinieritas - Jika VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas b. Uji Heteroskedastisitas

(69)

Keterangan:

d1 = perbedaan pada rank yang diberikan kepada dua

karakteristik yang berbeda dari individu atau fenomena ke-1

n = banyaknya individu atau fenomena yang diberikan kepada rank

Selanjutnya dengan bantuan computer program SPSS 16.0, untuk menentukan terjadi tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan ketentuan sebagai berikut:

- Jika rs hitung > rs tabel, maka terjadi heteroskedastisitas

- Jika rs hitung < rs tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

1) Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota

(70)

observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda (Kuncoro, 2007)

Cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi, salah satunya menggunakan uji Durbin-Watson (d2). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka Durbin-Watson mengembangkan distribusi probabilitas yang berbeda. Uji statistik Durbin-Watson tersebut didasarkan dari residual metode OLS (Widarjono, 2009):

Autokorelasi Ragu-Ragu Tidak Ada Ragu-Ragu Autokorelasi Positif Autokorelasi Negatif

O dL dU2 4 - dU 4 - dL 4

Gambar. Statistik Durbin-Watson d Tabel III.10

Uji Statistik Durbin-Watson d

Nilai Statistik d Hasil

0 < d < dL

dL≤ d ≤ dU

dU≤ d ≤ 4 – dU

4 – dU≤ d ≤ 4 – dL

4 – dL≤ d ≤ 4

Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi positif/ negatif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

(71)

Alternatif lain untuk mendeteksi masalah autokorelasi selain uji

Durbin-Watson adalah uji Lagrange Multiplier (LM) yang

dikembangkan oleh Breusch-Godfrey. Langkah-langkah untuk menguji LM adalah sebagai berikut (Widarjono, 2009):

(1) Estimasi persamaan Yt = β0 + β1Xt + et dengan metode OLS

dan kita dapatkan residualnya.

(2) Melakukan regresi residual êt dengan variabel independen Xt

(jika ada lebih dari satu variabel independen maka kita harus masukkan semua variabel independen) dan lag dari residual e

t-1, et-2, ..., et-p. Langkah kedua ini dapat ditulis sebagai berikut:

êt =0 + 1 Xt + 1êt-1 + 2êt-2 + ... + pêt-p + Vt

Kemudian dapatkan R2 dari regresi persamaan tersebut.

(3) Jika sampel adalah besar, maka menurut Breusch-Godfrey maka model dalam persamaan êt =0 + 1 Xt + 1êt-1 + 2êt-2 + ...

+ pêt-p + Vt akan mengikuti distribusi Chi-Squares dengan df

sebanyak p yaitu panjangnya kelambanan residual dalam persamaan tersebut. Nilai hitung statistik Chi-Squares dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(n – p) R2 = X2p

(72)

paling tidak ada satu  dalam persamaan êt =1êt-1+ 2êt-2 + ...

+ pêt-p + Vtsecara statistik signifikan tidak sama dengan nol.

Ini menunjukkan adanya masalah autokorelasi dalam model. Sebaliknya jika nilai Chi-Squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka kita menerima hipotesis nol. Artinya model tidak mengandung unsur autokorelasi karena semua nilai  sama dengan nol.

Penentuan tidak adanya masalah autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Squares (X). Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai  yang dipilih maka kita menerima Ho

yang berarti tidak ada autokorelasi. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai  yang dipilih maka kita menolak Ho yang berarti ada masalah autokorelasi.

Kelemahan uji LM yang dikembangkan oleh Breusch-Godfrey adalah menentukan panjangnya kelambanan (p) untuk variabel residual. Keputusan ada tidaknya masalah autokorelasi sangat tergantung dari kelambanan yang dipilih, untuk memilih panjangnya lag residual yang tepat bisa menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Akaike dan Schwarz. Berdasarkan kriteria tersebut, panjangnya lag yang dipilih adalah ketika nilai kriteria Akaike dan Schwarz paling kecil. Caranya kita melakukan regresi persamaan êt =0 + 1Xt + 1êt-1+ 2êt-2 + ...

(73)

kemudian dengan lag residual 2 dan seterusnya. Hasil dari regresi tiap lag ini kita akan mendapatkan nilai Akaike dan Schwarz, kemudian kita cari nilai absolut yang paling kecil.

4. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Omset Penjualan, Lokasi Usaha dan Jiwa kewirausahaan terhadap Keuntungan penjual dawet ireng di Kab. Purworejo. Model hubungan nilai pelanggan dengan variabel-variabel tersebut dapat disusun dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2005) :

Keterangan : Y = Keuntungan

b1 = Koefisien regresi variabel X1 b2 = Koefisien regresi variabel X2 b3 = Koefisien regresi variabel X3 X1 = Omset Penjualan

(74)

b. Uji F

Uji F merupakan pengujian signifikansi persamaan yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dengan variabel independen (X1, X2, X3), yaitu Omset Penjualan, Lokasi Usaha dan

Jiwa Kewirausahaan dapat untuk memprediksi kontribusi variabel dependen (Y), yaitu Keuntungan Penjual Dawet Ireng. Langkah-langkah yang digunakan dalam uji ini (Santoso, 2000) adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan rumus uji F

Keterangan:

- R = Koefisien korelasi ganda - k = jumlah variabel bebas - m = banyak prediktor - N = jumlah anggota sampel

b. Menentukan formulasi Ho dan Ha.

(75)

Ha = Model regresi dengan variabel bebas ( X ) Omset Penjualan, Lokasi Usaha dan Jiwa Kewirausahaan dapat digunakan untuk memprediksi variabel terikat ( Y ) yaitu Keuntungan Penjual Dawet Ireng.

- Taraf nyata α = 95 persen.

- Derajat kebebasan F tabel (α , k, n-k -1).

- keterangan, α = 0,05.

- k = Jumlah variabel bebas.

- n = Jumlah sampel.

c. Menguji hipotesis

Kriteria pengujian hipotesis :

1) F-hitung ≥ F-tabel pada α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti model regresi dengan variabel bebas ( X ) Omset Penjualan, Lokasi Usaha dan Jiwa Kewirausahaan dapat digunakan untuk memprediksi variabel terikat ( Y ) yaitu Keuntungan Penjual Dawet Ireng.

(76)

( X ) Omset Penjualan, Lokasi Usaha dan Jiwa

Kewirausahaan tidak dapat digunakan untuk

memprediksi variabel terikat ( Y ) yaitu Keuntungan PenjualDawet Ireng.

d. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisa regresi dimana hal yang ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan I (satu). Koefsien determinasi (R2) nol variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berkontribusi terhadap variabel dependen, Selain itu koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui prosentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).

c. Uji t

(77)

parsial (Ghozali, 2005).Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah :

a. Menentukan formulasi Ho dan Ha

H1 :Semakin Tinggi omset penjualan, maka semakin besar keuntungan penjual dawet ireng.

Ho :Variabel Omset Penjualan tidak mempunyai Kontribusi

yang signifikan terhadap variabel terikat

(Keuntungan).

Ha : Variabel Omset Penjualan mempunyai Kontribusi

yang signifikan terhadap variabel terikat

(Keuntungan).

H2 : Semakin Strategis lokasi penjualan, maka semakin besar keuntungan penjual dawet ireng.

Ho : Variabel Lokasi Usaha tidak mempunyai Kontribusi

yang signifikan terhadap variabel terikat

(Keuntungan).

Ha : Variabel Lokasi Usaha mempunyai Kontribusi yang signifikan terhadap variabel terikat (Keuntungan). H3 : Semakin Tinggi Jiwa Kewirausahaan yang dimiliki penjual

(78)

Ho : Variabel Jiwa Kewirausahaan tidak mempunyai Kontribusi yang signifikan terhadap variabel terikat (Keuntungan).

Ha : Variabel Jiwa Kewirausahaan mempunyai Kontribusi

yang signifikan terhadap variabel terikat

(Keuntungan).

Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu :

a. Apabila angka probabilitas signifikani > 0.05, maka Ho gagal ditolak dan Ha ditolak.

b. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

b. Menguji hipotesis

Kriteria pengujian hipotesis :

1) t-hitung ≥ t-tabel pada maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada Kontribuai yang signifikan Omset Penjualan (X1), Lokasi Usaha (X2), dan Jiwa kewirausahaan (X3) terhadap variabel terikat yaitu Keuntungan (Y)

(79)

61

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Munculnya Dawet Ireng

(80)

yang digunakan sebagai pewarna dawet. penyajian dawet yang biasanya jumlah dawetnya jauh lebih banyak dibanding airnya (santan ditambah air gula).

Seiring tenarnya Dawet Ireng yang berjualan di sekitar jembatana butuh, sekarang banyak orang yang usaha berdagang dawet ireng. Semakin lama bnayak orang yang mengerti bagaimana caranya membuat dawet ireng, jadi mereka mulai usaha ini. Penjual dawet ireng di purworejo kebanyakan mereka karyawan dari pemilik industri rumahan dawet ireng. Banyak yang mendirikan industri rumahan dawet ireng, dan mereka mempekerjakan orang untuk menjual dawet ireng yang mereka buat. Ada juga yang menjual sendiri dawet ireng yang di buat.

Gambar

Tabel IV.12 Hasil Uji Heterokedastisitas .....................................................
Gambar kerangka berpikir
Tabel III. 1
Tabel Hasil Uji Validitas Variabel Lokasi Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait