• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PEMATANGSIANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PEMATANGSIANTAR"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PEMATANGSIANTAR

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pematangsiantar

Tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar adalah “Mewujudkan kota sebagai pusat perdagangan dan jasa pada wilayah tengah Provinsi Sumatera Utara dengan didukung oleh sektor pendidikan, kesehatan, dan pariwisata dalam ruang kota yang aman, nyaman, produktif, dan

berkesinambungan.”

5.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Pematangsiantar

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kota Pematangsiantar beserta strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1.

Pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional;

2.

Peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan Kabupaten/Kota di sekitarnya;

3.

Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan;

4.

Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

5.

Pengembangan kawasan budidaya yang mendorong pemerataan pembangunan;

6.

Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya; dan

7.

Pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Adapun strategi perwujudan kebijakan penataan ruang Kota Pematangsiantar tersebut adalah sebagai berikut ini :

1. Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional, meliputi :

(2)

a. Menetapkan pusat pelayanan lingkungan, sub pusat pelayanan lingkungan, dan pusat lingkungan yang berhierarki;

b. Mengarahkan kawasan pusat kota menjadi pusat pemerintahan kota , pusat kegiatan perdagangan dan jasa; dan

c. Mengarahkan sub pusat kota menjadi kawasan pengembangan kegiatan perekonomian.

2. Strategi peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan Kabupaten/Kota disekitarnya :

a. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang efektif dan efisien di seluruh wilayah kota;

b. Mendukung pengembangan jaringan jalan lingkar luar;

c. Meningkatkan efektivitas jaringan jalan kolektor dan lokal; dan d. Menata kembali sistem angkutan umum kota.

3. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan, meliputi :

a. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi; b. Meningkatkan jangkauan pelayanan air minum;

c. Mengembangkan jaringan energi/kelistrikan secara merata; d. Meningkatkan kualitas sumber daya air kota; dan

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur perkotaan.

4. Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan, meliputi :

a. Mengembangkan ruang terbuka hijau (RTH) kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota;

b. Mengelola kawasan hutan kota;

c. Mengembangkan kawasan sempadan sungai dan sempadan rel kereta api sebagai kawasan lindung;

d. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah beralih fungsi; e. Melestarikan daerah resapan air dan daerah irigasi teknis;

f. Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan cagar budaya; dan

g. Mengembangkan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Simalun gun dalam rangka meningkatkan fungsi lindung.

(3)

a. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata; b. Mengembangkan kawasan pendidikan skala regional;

c. Mendorong perkembangan perumahan vertikal di kawasan pusat kota; d. Mengembangkan fasilitas kesehatan skala regional;

e. Mengembangkan kawasan pariwisata; f. Mengembangkan kawasan industri kota;

g. Memberikan alokasi ruang yang memadai bagi sektor informal;

h. Mengendalikan kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; dan

i. Mempertahankan kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis.

6. Strategi penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya, meliputi :

a. Mengalokasikan ruang untuk kegiatan industri produk lokal untuk mendorong penguatan ekonomi kreatif; dan

b. Mengembangkan kegiatan dan kawasan wisata dan budaya yang menjadi salah satu daya tarik kota.

7. Strategi pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara , meliputi :

a. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zo na penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan c. Turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

Tabel 5.1

Arahan RTRW Kota Pematangsiantar Untuk Bidang Cipta Karya

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang

1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka disusun rencana hirarki pusat pelayanan pada Kota Pematangsiantar sebagai berikut : a. Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat

kegiatan perkotaan yang melayani seluruh wilayah kota dan hinterland kota. Pusat pelayanan kota ditetapkan yaitu : di

1. Rencana RTH

RTH Publik pada Kota Pematangsiantar terwujud dalam bentuk :

1. RTH Hutan Kota, 2. RTH Taman Kota,

(4)

Kelurahan Melayu, Kelurahan Dwikora, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Simalungun, Kelurahan Baru, Kelurahan Sukadame, Kelurahan Banjar, Kelurahan Timbanggalung, Kelurahan Teladan, Kelurahan Karo, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Pardomuan, Kelurahan Martoba.

b. Sub Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani sub wilayah kota. Sub pusat pelayanan kota ditetapkan ada 5 buah yaitu di Kawasan Tanjung Pinggir, Kawasan Gurilla, Kawasan Tojai, Kawasan Simpang Dua, Kawasan Megaland Asahan.

c. Pusat Lingkungan, merupakan pusat kegiatan perkotaan yang melayani skala lingkungan. Pusat lingkungan ditetapkan sebanyak 9 buah yaitu di Kelurahan Tambun Nabolon, Kelurahan Nagapita, Kelurahan Tanjung Pinggir, Kelurahan Gurilla, USI, Kelurahan Setia Negara, Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Marihat Jaya, Lapangan Bola Atas. 2. Rencana Sistem Prasarana Di Wilayah

Kota

1. Rencana Sistem Jaringan Jalan

Pembagian jalan berdasarkan fungsi adalah sebagai berikut:

a. Jalan Arteri primer, meliputi:

 ruas jalan Medan – Batas Kabupaten Simalungun

 ruas jalan Parapat Simpang Dua – batas Kabupaten Simalungun

b. Jalan kolektor primer, meliputi:

 Ruas Jalan Sangnaualuh - batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor Primer 1;

 Ruas Jalan Saribudolok Simpang Dua - batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor Primer 2;

 Ruas Jalan Melanton Siregar – batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor Primer 2; dan

 Ruas Jalan Sidamanik – batas Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor Primer 3.

a. Jalan arteri sekunder, meliputi: - ruas jalan Sisingamangaraja; - ruas jalan Merdeka;

- ruas jalan Sutomo; - ruas jalan Sudirman;

4. RTH Taman Pemakaman Umum (TPU); 5. RTH Kawasan Sempadan, yang mencakup :

sempadan sungai dan sempadan mata air; 6. RTH Jalur Hijau, yang meliputi : jalur hijau

jalan dan jalur hijau sempadan rel KA.

7. RTH Olahraga yang meliputi lapangan olahraga

a. Hutan Kota. Hutan kota di Kota Pematangsiantar direncanakan akan dikembangkan di Kecamatan Siantar Martoba, Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marimbun. Luas total hutan kota di Kota Pematangsiantar adalah seluas 308,26 ha atau 3,85% dari wilayah kota (Tabel 4.1). Pola persebaran hutan kota ditunjukkan pada Gambar 4.1, mencakup :

1. Taman Hewan/Kebun Binatang Jalan MH Sitorus di Kelurahan Teladan

2. Pengembangan hutan Kota seluas lebih kurang 376 (tiga ratus tujuh puluh enam) Kecamatan Siantar Barat;

2. Taman Wisata Rindam di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Sitalasari; dan

3. Pengembangan Taman Kota seluas lebih kurang 25 (dua puluh lima) hektar di Kelurahan Simarimbun.

Luas total taman kota ini adalah seluas 28,50 ha atau 0,36% dari wilayah kota.

c. Taman Lingkungan. Terdiri dari RTH Taman RT (Rukun Tetangga) , RTH Taman RW (Rukun Warga) , RTH Taman Kelurahan dan RTH Taman Kecamatan.

d. Taman Permakaman Umum

TPU di Kota Pematangsiantar terdiri dari beberapa TPU, dengan luas total adalah sebesar 86,41 ha, dan tersebar di beberapa kecamatan, yaitu :

a. Taman Makam Pahlawan (TMP) di Kelurahan Pahlawan

b. TPU Sangkakala di Jalan Rambung Merah Kelurahan Sumber Jaya

c. TPU Parsoburan di Kelurahan Suka Makmur d. TPU Jalan Rakuta Sembiring di Kelurahan

Nagapita

(5)

- ruas jalan Gereja; - ruas jalan DI Panjaitan b. Jalan Kolektor sekunder, meliputi:

- ruas jalan Seram

- ruas jalan Rajimin Purba - ruas jalan Dahlia

- ruas jalan Kartini - ruas jalan Sudirman

- ruas jalan Ade Irma Suryani - ruas jalan Pendidikan - ruas jalan Patuan Anggi - ruas jalan Setia Negara - ruas jalan HOS Cokroaminoto - ruas jalan Sibolga

- ruas jalan Numuronda

- ruas jalan Pendeta J Sihombing - ruas jalan Rakuta Sembiring - ruas jalan AMD 1981

- ruas jalan Pendeta Wismar Saragih. c. Jalan lokal dan lingkungan, meliputi seluruh

jaringan jalan di luar jalan arteri dan kolektor sekunder yang ada, yang disebutkan pada poin 2a dan 2b diatas.

Rencana Jalan Menurut Status adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Status jalan maka kota Pematangsiantar direncanakan atas :

 Jalan Nasional yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis yang menghubungkan Jalan Medan – Jalan Sisingamangaraja – Jalan Parapat.

 Jalan Propinsi yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis yang menghubungkan:

- Pematangsiantar - Perdagangan - Pematangsiantar – Tanah Jawa

 Jalan Kota yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota yakni menghupungkan pusat kota dengan sup pusat kota dan pusat lingkungan.

rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Pematangsiantar, adalah :

a. Peningkatan Ruas jalan meliputi :

- ruas jalan DI Panjaitan – Simpang Dua - ruas jalan Gereja

- ruas jalan Sisingamangaraja - ruas Jalan Sudirman

g. TPU Bahagia di Kelurahan Bantan

h. TPU Pekuburan Cina di Kelurahan Sumber Jaya

i. TPU Perkuburan Cina di Kelurahan Banjar j. TPU Jl. Bangau Kelurahan Sipinggol-Pinggol k. TPU Siabal-Abal Kelurahan Tomuan

l. TPU Jl. Pdt. J. Wismar Saragih m.TPU Jl. Pane Kelurahan Karo

n. Rencana pembangunan TPU baru di Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Gurilla, Tanjung Pinggir dan Kelurahan Pondok Sayur. Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka beberapa ketentuan bentuk pemakaman di antaranya :

 ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.

 pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat burung serta keindahan. b. RTH Penyangga Area Persampahan

Zona penyangga pada TPA dibagi atas dua ruang pemanfaatan yaitu :

a. 0 – 100 meter : diharuskan berupa sabuk hijau; dan

b. 101 – 500 meter : pertanian non pangan dan hutan.

RTH Area Penyangga TPA dapat memanfaatkan kedua zonasi ini dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut :

a.

Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun terutama tanaman yang dapat menyerap bau; dan

(6)

- ruas Jalan Merdeka - ruas Jalan Sutomo

- ruas Jalan Medan ujung Jalan Sutomo – simpang Jalan Sisingamangaraja - ruas jalan Medan simpang

Sisingamangaraja – simpang Jalan Bombongan

- ruas jalan Sangnaualuh - ruas jalan S. Parman

b. Pengembangan jalan bebas hambatan ruas Kota Tebing Tinggi – Kota Pematangsiantar – Parapat – Sibolga;

c. Pengembangan jalan lingkar luar barat yang menghubungkan Jalan Parapat menuju Jalan Medan menjadi jalan arteri primer;

d. Pengembangan jalan lingkar luar timur dari Simpang Dua Jalan Parapat menuju Jalan Sangnaualuh menjadi jalan Kolektor Primer 2;

e. Peningkatan ruas jalan arteri sekunder dan kolektor penghubung PPK serta keseluruhan SPPK meliputi : ruas jalan Sibolga, ruas jalan Melanton Siregar, ruas jalan Ade Irma Suryani, ruas Jalan Patuan Anggi, ruas Jalan Patuan Nagari, ruas jalan Rakuta Sembiring, ruas Jalan Pdt. J. Wismar Saragih, ruas Jalan ABRI Masuk Desa, ruas Jalan Justin Sihombing, ruas Jalan Handayani, ruas Jalan Seram, ruas Jalan Kartini, ruas Jalan Rajamin Purba, ruas Jalan Sibatu-batu, ruas jalan Setia Negara;

f. Pengembangan ruas jalan yang menghubungkan Jalan Rakuta Sembiring menuju Jalan Pdt. J. Wismar Saragih, dan jalan tembus ruas Jalan Handayani menuju ruas Jalan Rajamin Purba.

g. peningkatan ruas jalan Suka Samosir menuju ke Jalan Lingkar Luar Timur.

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kota diperlukan sistem jaringan sumber daya air wilayah Kota Pematangsiantar yang dibangun oleh :

- Wilayah sungai

- Jaringan prasarana air baku untuk air baku - Jaringan irigasi

- Jaringan pengendalian banjir

a. Jaringan sumber daya air baku bagi Kota

m.

Sabuk hijau yang dimaksudkan untuk zona penyangga adalah ruang dengan kumpulan pohon dan bukan sekedar deretan pohon yang bila dimungkinkan mempunyai nilai ekonomi. Tanaman yang direkomendasikan adalah yang sesuai dengan kondisi alam setempat, termasuk iklim, rona fisik, dan kondisi lapisan tanah.

Di wilayah Kota Pematangsiantar terdapat 3 lokasi TPA, yaitu : di Kelurahan Gurila, Kelurahan Tanjung Pinggir dan lahan ex PTP III.

c. RTH Olahraga

RTH Olah Raga sebagaimana dimaksud meliputi meliputi kawasan Stadion Sangnaualuh di Kelurahan Merdeka dan Lapangan Bola di Kelurahan Sukamaju. seluas 4,1 (empat koma satu) hektar dan rencana pengembangan seluas 33,68 (tiga puluh tiga koma enam delapan) hektar di Kelurahan Tanjung Pinggir.

d. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya mencakup : situs budaya, bangunan haritage (bangunan bersejarah), dan bangunan keagamaan. Kriteria kawasan cagar budaya adalah: memiliki nilai penting, bangunan yang indah dan bersejarah, berumur lebih dari 50 tahun.

Situs budaya di wilayah Kota Pematangsiantar meliputi :

a.

Makam Keluarga Raja Siantar di kelurahan Simalungun Kecamatan Siantar Selatan

b.

Museum Simalungun di kelurahan

Simalungun Kecamatan Siantar Selatan Kawasan cagar budaya yang memiliki dengan kedua situs menjadi bangunan bersejarah dan adat, berada di Kelurahan Simalungun.

Bangunan bersejarah (heritage) yang merupakan bangunan berusia lebih dari 50 tahun dan bernilai penting yang meliputi:

a.

Balai Kota - Kantor Walikota Pematangsiantar di Kelurahan Proklamasi

b.

Gedung Juang di Kelurahan Proklamasi

c.

Tugu Taman bunga di Kelurahan Proklamasi

d.

Kawasan Hotel Bersejarah Jl. WS Supratman

(7)

Pematangsiantar terdiri dari air permukaan bersumber pada Wilayah Sungai Bah Bolon sebagai WS Lintas Kabupaten dan air tanah yang bersumber pada Cekungan Air Tanah Medan yang meliputi :

 Daerah Aliran Sungai Bah Bolon, yaitu : Sungai Bah Bolon, Sungai Bah Biak dan Sungai Bah Sibarambang;

 Daerah Aliran Sungai Bah Hapal, yaitu : Sungai Bah Kapul dan Sigulang-gulang

b. Pengembangan jaringan prasarana air baku untuk air bersih terdiri atas:

 jaringan perpipaan Mual Goit melalui Jalan Sidamanik - Jalan Parapat - Jalan DI Panjaitan, Jalan Farel Pasaribu - Jalan Kolonel Simanjuntak - Jalan Gereja - Jalan Kapten Sitorus - Jalan Merdeka - Jalan Sutomo - Jalan Diponegoro - Jalan Kartini - Jalan Ade Irma Suryani - Jalan Brawijaya - Jalan Patuan Anggi - Jalan Tuan Nagari - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Sangnaualuh - dan rencana pembangunan pada Jalan Lingkar Luar Kota Timur;

 jaringan perpipaan Habonaran melalui Jalan Saribudolok, Sisingamangaraja - Jalan Rambung Merah - Jalan Dahlia - Jalan Jawa - Jalan Seram - dan Jalan Singosari - Jalan Pdt Wismark Saragih - Jalan Tuan Nagari - Jalan Rakuta Sembiring - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Bombongan - Jalan Tambun Barat - dan Jalan Tambun Timur; dan

 jaringan perpipaan Naga Huta melalui Perumahan Tojay - Jalan Handayani - Jalan Gurila, Jalan Sibatu-batu - Jalan Tengkoh - Jalan Gurila.

c. Pengembangan jaringan irigasi

Untuk mengaliri kawasan pertanian di Kota Pematangsiantar terdapat jaringan irigasi teknis yang juga melayani kawasan pertanian lainnya di sekitar Kota. Prasarana irigasi teknis terdapat pada kelurahan-kelurahan berikut :

- Kelurahan Nagahuta - Kelurahan Simarimbun - Kelurahan Tong Marimbun - Kelurahan Marihat Jaya - Kelurahan Pematang Marihat - Kelurahan Bp. Nauli

- Kelurahan Sukaraja

- Kelurahan Tambun Nabolon

e.

Kawasan Stasiun Kereta Api di Kelurahan Sibolga di Kelurahan Karo

i.

Kawasan Gereja HKBP Jl. Gereja di Kelurahan Kristen

Bangunan keagamaan pada wilayah Kota Pematangsiantar, adalah :

a.

Kantor Pusat GKPS di Kelurahan Bane

b.

Kantor Pusat Gereja Pentakosta di Kelurahan

c.

Kantor Pusat Gereja HKI di Kelurahan

Pardamean

d.

Kantor Pusat Gereja GKPI di Kelurahan Teladan

e.

Kawasan Mesjid Raya Jl. Mesjid di Kelurahan Timbanggalung

f.

Patung Dewi Kwan Im di Kelurahan Tomuan

g.

Vihara jalan Ade Irma Suryani di Kelurahan

Banjar

Pengembangan situs-situs budaya mencakup : merevitalisasi situs-situs budaya, pelestarian keaslian dan keunikan bangunan bersejarah dan kerjasama pengelolaan situs budaya bersama Pemerintah Kabupaten Simalungun.

2. Kawasan Peruntukan Perumahan

Dalam rencana pola ruang, direncanakan kawasan perumahan seluas lebih kurang 2556,73 ha. Sebaran lokasi rencana kawasan perumahan berdasarkan luas kavling di wilayah kota Pematangsiantar adalah :

a.

perumahan kepadatan tinggi, tersebar di Kelurahan Suka Makmur, Kristen, Toba, Pardamean, Kebun Sayur, Baru, Martoba, Banjar, Proklamasi, Dwi Kora, Simarito, Timbang Galung, Sipinggol-pingol, Bantan, Bah Sorma, Gurila, Asuhan, dengan luas lebih kurang 640,05 ha.

(8)

- Kelurahan Tanjung Tonga - Kelurahan Sumber Jaya.

Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud diatas meliputi jaringan prasarana irigasi primer dan jaringan irgasi sekunder yang meliputi :

 jaringan prasarana irigasi primer meliputi Kelurahan Simarimbun, Tong Marimbun, Nagahuta, Kelurahan Nagahuta Timur, Kelurahan Marihat Jaya, Kelurahan Pematang Marihat; dan

 jaringan prasarana irigasi sekunder meliputi Kelurahan Marihat, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan , Kelurahan Tomuan, Kelurahan Mekar Nauli, Kelurahan Bah Sorma, Kelurahan Tanjung Pinggir, Kelurahan Pondok Sayur.

d. Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud, meliputi : pengembangan tanggul pada Sungai Bah Bolon di Kelurahan Simalungun, Kelurahan Banjar, Kelurahan Bantan dan Kelurahan Teladan, dan Sungai Sigulang-gulang di Kelurahan Martoba, Kelurahan Sigulang-gulang, Kelurahan Proklamasi dan Kelurahan Tomuan.

Karakteristik sungai-sungai yang melewati Kota Pematangsiantar umumnya bertebing tinggi, air sungai dimanfaatkan sebagai sumber air baku air bersih dan irigasi pertanian, serta memiliki debit air yang tinggi. Beberapa bagian sungai-sungai tersebut memiliki resiko banjir dan longsor. Untuk mengatasi kemungkinan resiko bencana banjir terhadap wilayah sekitarnya maka dibangun prasarana pengendalian banjir berupa pengembangan tanggul pada Sungai Bah Bolon di Kelurahan Simalungun, Kelurahan Banjar, Kelurahan Bantan dan Kelurahan Teladan, dan Sungai Sigulang-gulang di Kelurahan Martoba, Kelurahan Sigulang-gulang, Kelurahan Proklamasi dan Kelurahan Tomuan.

3. Sistem Penyediaan Air Minum

rencana penyediaan air minum dikembangkan dalam bentuk jaringan perpipaan dan non perpipaan, yang terdiri :

1. Penyediaan air minimum, yaitu :

Negara, Sigulan, Siopat Suhu, Kahean, Nagapitu, Nagapita, Pondok Saryu, Tanjung Pinggir dengan luas lebih kurang 1542,88 ha;

c.

Perumahan kepadatan rendah tersebar di Kelurahan Nagahuta,Marihat Jaya, Pematang Marihat, Sukaraja, Mekar Marihat, Tanjung Pinggir dan Tambun Nabolon dengan luas lebih kurang 373,80 ha.

Pemenuhan kebutuhan hunian untuk kavling kecil dan sedang alam diarahkan kepada pembangunan secara berimbang antara pembangunan vertikal dan horisontal. Pembangunan vertikal diarahkan kepada pembangunan rumah susun sederhana sewa dan milik terutama pada kawasan padat penduduk di wilayah pusat kota.

3. Kawasan Peruntukan Perdagagan

Arahan lokasi perdagangan di wilayah Kota Pematangsiantar adalah :

1. Pasar regional diarahkan pada kawasan Pasar Regional Agroindustri Parluasan di Kelurahan Sukadame

2. Pasar modern/pusat perbelanjaan pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota, Kawasan Sub Pusat Pelayanan Kota Megaland, Kawasan Sub Pusat Pelayanan Kota Simpang Dua, danKoridor Jalan Sisingamangaraja 3. Pasar tradisional lingkungan diarahkan

berkembang pada wilayah di setiap kecamatan berupa pasar kecamatan

Untuk wilayah Perdagangan berada di wilayah Merdeka dan Sutomo dan di beberapa wilayah Jalan Medan, dan ruko di Jalan Asahan. Secara keseluruhan kawasan perdagangan dan jasa direncanakan menyebar secara merata untuk setiap kecamatan dan mempertahankan kawasan perdagangan yang sifatnya memusat di wilayah pusat kota, yaitu Kawasan Merdeka-Sutomo. Secara keseluruhan luas dari kawasan perdagangan dan jasa adalah sebesar 234,2 ha.

4. Kawasan Peruntukan Perkantoran

(9)

a. Mata air yang berada di wlayah Kota Pematangsiantar, yaitu :

 Mata air Mual Goit di Kelurahan Simarimbun  Mata air Sibulak-bulak di Kelurahan

Simarimbun

 Mata air Pancur Lima di Kelurahan Setia Negara

 Mata air Silumangi di Jalan Marihat Kelurahan Kekar Marihat

 Rencana produksi dari mata air Bah Sikam di Jalan Bah Korah Kelurahan Pematang Marihat  Rencana produksi dari mata air Aek Nauli b. Sumur pompa air tanah yang berada di

wlayah Kota Pematangsiantar, yaitu : - Pompa Mata Air Simarito di Kelurahan

Martimbang;

- Pompa Jalan Sabang Merauke di Kelurahan Simalungun;

- Pompa Jalan Patuan Anggi di Kelurahan Nagapitu;

- Pompa Jalan Raya dengan di Kelurahan Simarito;

- Pompa Jalan Kertas di Kelurahan Siopat Suhu;

- Pompa Simarimbun Dolok di Kelurahan Simarimbun;

- Pompa Nomensen di Kelurahan Siopat Suhu;

- Pompa Timbang Galung di Kelurahan Simarito; Nagahuta menggunakan air Sungai Bah Bolon dengan kapasitas produksi sebesar 100 liter per detik.

d. Instansi penyedia air minum terdapat di Kelurahan Teladan dengan kapasitas sebesar 762,87 liter per detik.

2. Reservoir penampung air minum yang berada di wilayah Kota Pematangsiantar dengan kapasitas simpan total lebih kurang 10.500 meter kubik, terdii dari :

- Reservoir di Kelurahan Simarimbun dengan kapasitas tampung 1.500 meter

untuk kantor-kantor utama berada di kawasan pusat kota, yaitu terutama di 4 kecamatan pusat kota yaitu Siantar Utara, Siantar Selatan, Siantar Timur dan Siantar Barat, yang berada di Jalan RA Kartini, Jalan Dahlia, Jalan Sisingamangaraja, dan Jalan Pendeta J Wismar Saragih. Sedangkan, kantor pemerintahan yang lebih rendah tingkat pelayanannya akan menyebar di tingkat kecamatan dan kelurahan.

Kawasan perkantoran swasta diarahkan berkembang di Pusat Pelayanan Kota pada koridor Merdeka-Sutomo, berupa kantor perbankan, kantor perwakilan perdagangan, dan kantor swasta lainnya.

5. Kawasan Industri

Arahan lokasi kawasan peruntukan industri adalah :

(1)Kegiatan industri besar dan sedang tersebar pada Kelurahan Tomuan, Kelurahan Siopat Suhu, Kelurahan Nagapitu, Kelurahan Sumber Jaya, Kelurahan Tambun Bolon, Kelurahan Tanjung Tonga, Kelurahan Tanjung Pinggir, dan Kawasan agroindustri di Kelurahan Tong Marimbun.

(2)Kegiatan peruntukan industri kecil meliputi pengembangan kawasan industri kecil seluas 15 (lima belas) hektar di Kelurahan Setia Negara.

(3)Kegiatan pergudangan menjadi pendukung kegiatan industri besar dan sedang yang meliputi : Kelurahan Melayu

Untuk wilayah Kota Pematangsiantar, kawasan industri memiliki luasan sebesar 338,70 ha. Kawasan industri terutama berada di wilayah Kecamatan Siantar Martoba dan kawasan agroindustri di Kelurahan Tong Marimbun. 6. Kawasan Pendidikan

Kawasan Pendidikan meliputi pendidikan dari tingkat dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Sebagian besar kawasan pendidikan adalah mempertahankan kawasan yang ada, antara lain adalah kawasan STT Nomensen di Jalan Asahan dan USI (Universitas Simalungun), Kampus STT Advent di Kelurahan Pondok Sayur, dan Kampus Seminari di kelurahan Suka Maju. Pengembangan kawasan pendidikan meliputi : a. Pengembangan pendidikan di Kelurahan

(10)

kubik,

- pembangunan reservoir Kelurahan Bukit Sofa

- pembangunan reservoir Kelurahan Pondok Sayur

- pembangunan reservoir Kelurahan Tanjung Tonga;

- pembangunan reservoir Kelurahan Naga Huta; dan

- pembangunan reservoir Kelurahan Merdeka.

3. Jaringan transmisi dan distribusi untuk melayani masyarakat menggunakan sistem jaringan perpipaan dengan metoda gravitasi dengan pembagian 3 wilayah pelayanan sebagai berikut :

a. jaringan perpipaan Mual Goit melalui Jalan Sidamanik, Jalan Parapat, Jalan DI Panjaitan, Jalan Farel Pasaribu, Jalan Kolonel Simanjuntak, Jalan Gereja, Jalan Kapten Sitorus, Jalan Merdeka, Jalan Sutomo, Jalan Diponegoro, Jalan Kartini, Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Brawijaya, Jalan Patuan Anggi, Jalan Tuan Nagari, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Sangnaualuh, dan rencana pembangunan pada Jalan Lingkar Luar Kota Timur,

b. jaringan perpipaan Habonaran melalui Jalan Saribudolok, Sisingamangaraja, Jalan Rambung Merah, Jalan Dahlia, Jalan Jawa, Jalan Seram, dan Jalan Singosari, Jalan Pdt Wismark Saragih, Jalan Tuan Nagari, Jalan Rakuta Sembiring, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Bombongan, Jalan Tambun Barat, dan Jalan Tambun Timur,

c. jaringan perpipaan Naga Huta melalui Perumahan Tojay, Jalan Handayani, Jalan Gurila, Jalan Sibatu-batu, Jl. Tengkoh, Jalan Gurila.

Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum meliputi :

a. Kerjasama perlindungan dan pemeliharaan sumber mata air dengan Kabupaten Simalungun yang meliputi:

1. kawasan sekitar mata air Naga Huta di Kota, mata air Naga Huta I – II, Mata air Naga Huta III - IV, dan mata air Habonaran di Kabupaten Simalungun; dan

b. Membatasi pengembangan pendidikan pada kawasan pusat kota.

Sedangkan, Kawasan pendidikan lainnya menyebar di seluruh sub pusat pelayanan Kota dan pusat pelayanan lingkungan.

7. Kawasan Kesehatan

Kawasan kesehatan, adalah lahan yang termasuk ke dalam fasilitas kesehatan, antara lain adalah kawasan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai pengobatan, posyandu, baik milik swasta maupun milik pemerintahan. Kawasan Kesehatan ini tersebar secara di seluruh kecamatan, tetapi terutama berada wilayah pusat kota, seperti Rumah Sakit Daerah Djasamen Saragih, di Jalan Sutomo, RSU TNI AD di Kelurahan Teladan. Rumah Sakit, besar lainnya RS Horas Insani, di Jalan Medan, RS Harapan di Jalan Farrel Pasaribu, RS Vita Insani di jalan Merdeka dan rumah sakit lainnya.

Kawasan kesehatan lainnya diarahkan menyebar di seluruh sub pusat pelayanan Kota dan pusat pelayanan lingkungan. 8. Kawasan RTH Non Hijau

Ruang terbuka non hijau yang akan dikembangkan di wilayah Kota Pematangsiantar seluas lebih kurang 4,1 ha, meliputi :

a. Lapangan Adam Malik di Kelurahan Proklamasi;

b. Pelataran Parkir Pariwisata di Kelurahan Pahlawan; dan

c. Lapangan terbuka di Simpang Koperasi di Kelurahan Tanjung Tongah.

9. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana Ruang evakuasi bencana gempa di wilayah Kota Pematangsiantar meliputi :

a. wilayah pusat kota meliputi : lapangan Adam Malik dan Taman Bunga di Kelurahan Proklamasi, pelataran parkir Terminal Regional Agribisnis, Lapangan Parkir Pariwisata, Stadiun Sangnaualuh b. wilayah utara kota meliputi :

(11)

2. kawasan bangunan reservoir Simpang Pane di Kabupaten Simalungun dengan kapasitas tampung sebesar lebih kurang 2.250 meter kubik.

b. Rehabilitasi prasarana-sarana pengaliran untuk mengurangi tingkat kehilangan air hingga 20 % meliputi : jaringan pipa transmisi dan distribusi di Kelurahan Martoba, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Tomuan, Kelurahan Merdeka, Kelurahan Setia Negara. c. Penambahan sumber air baku meliputi mata

air dan air tanah dalam di luar kawasan permukiman di Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Tong Simarimbun, Kelurahan Mekar Nauli, Kelurahan BP Nauli, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Gurila, Kelurahan Tanjung Pinggir, Kelurahan Tambun Nabolon, Kelurahan Siopat Suhu; dan

d. Pembatasan dan pengawasan pengambilan air tanah dalam oleh masyarakat di kawasan pusat kota di Kecamatan Siantar Utara, Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Selatan dan Kecamatan Siantar Timur.

4. Sistem Penyediaan Drainase

Hirarki saluran drainase dan saluran pembuangan limbah cair di kota Pematangsiantar dikelompokan menjadi : 1) Jaringan drainase primer, yaitu saluran yang

langsung bermuara ke Sungai Bah Bolon, Bah Kapul, Bah Sigulang-gulang, Bah Biak dan Bah Sibarambang.

2) Jaringan drainase sekunder ditetapkan pada saluran-saluran yang bermuara ke saluran primer, meliputi :

a. Jaringan drainase jalan-jalan utama yang terdapat pada jalan Medan, jalan Sutomo, jalan Gereja, jalan DI.Panjaitan-jalan Parapat, jalan S.M. Raja, jalan sangnawaluh, jalan Merdeka, jalan Kartini, jalan Farel Pasaribu, jalan Melanton Siregar, jalan Narumonda, jalan ade Irma,

b. Jaringan drainase spoeleiding yang berfungsi sebagai penggelontor saluran drainase yang memperoleh sumber air penggelontor dari Sungai Bah Bolon menggunakan bendungan Bah Kadang di Kelurahan Simarito, jaringan drainase ini meliputi :

1. Saluran dari jalan Padangsidimpuan, Jalan Menambin, Jalan Suprapto, Jalan Sakti Lubis,

dan lahan terbuka Simpang Koperasi di Kelurahan Tanjung Tonga, RTH lingkungan di PPL Tambun Bolon c. wilayah timur kota meliputi :

Kampus STT Nomensen dan pelataran parkir di Kawasan Megaland

d. wilayah tenggara kota meliputi : Lapangan Bola Atas Farel Pasaribu dan lapangan Sekolah Budi Mulia e. wilayah barat kota meliputi :

Pelataran Parkir Kawasan Pemerintahan di SPPK Gurila, RTH Lingkungan SPPK Perumahan Toya, Taman Wisata Rindam, dan Kampus USI

(12)

Jala Kartini, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Adam Malik, Jalan Bambu Runcing, Jalan WR Supratman, Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan Wahidi menuju Sungai Bah Bolon di Kelurahan Simalungun,

2. Saluran dari Jalan WR Suprataman, jalan Lokomotif menuju anak Sungai Bah Sigulang-gulang di Kelurahan Baru,

3. Saluran dari jalan Ade Irma Suryani, Jalan Mataram, Jalan Wahidin, Jalan Patuan Nagari, Jalan Sisingamangaraja menuju Sungai Bah Sigulang-gulang di Kelurahan Bane,

4. Saluran dari Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Patuan Anggi, Jalan Gotong Royong, Jalan Sisingamangaraja, dan Jalan Kabu-Kabu menuju anak Sungai Bah Sigulang-gulang di Kelurahan Sukadame.

3) Jaringan drainase tersier merupakan saluran-saluran yang berskala pelayanan lokal dan bermuara ke saluran sekunder. Saluran ini menyebar ke seluruh wilayah yakni jalan kecil/gang yang mengikuti jalur yang ada. rencana pengembangan jaringan drainase Kota Pematangsiantar meliputi:

 Peningkatan dimensi dan rehabilitasi saluran drainase sekunder;

 Pemeliharaan saluran drainase tertutup di Kelurahan Teladan, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Dwikora, Kelurahan Melayu, Kelurahan Baru, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Siopat Suhu, Kelurahan Pardomuan;

 Pemeliharaan saluran dari sedimentasi dan tertutup bangunan, termasuk perawatan saluran drainase spoeleiding; dan

 Melakukan perawatan saluran secara berkala terutama pada daerah-daerah rawan genangan.

Sistem Pengelolaan Air Limbah

Sistem pengelolaan air limbah Kota Pematangsiantar meliputi :

1. sistem pengelolaan air limbah domestik, yang meliputi:

 sistem setempat komunal di perumahan kepadatan tinggi;

(13)

dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah, serta dibuang secara terpusat;

 sistem setempat individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat;

 pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Kecamatan Siantar Martoba. 2. sistem pengelolaan air limbah industri, yang

meliputi pengembangan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan industri pengolahan hasil pertanian dan industri rumah tangga;

3. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), yang dikembangkan di Kelurahan Simalungun, Kecamatan Siantar Selatan.

Sistem Pengelolaan Persampahan

Rencana pengembangan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar dirumuskan sebagai berikut:

1) Cakupan pelayanan seluruh sumber sampah di wilayah Kota dengan produksi timbulan sampah sebesar 805.760 meter kubik per hari;

2) Pengembangan jaringan persampahan meliputi TPS (Tempat Penampungan Sementara), TPST (Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu) dan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir);

3) Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebagaimana dimaksud, ditetapkan pada setiap unit lingkungan perumahan dan pusat-pusat kegiatan yang tersebar di seluruh kelurahan;

4) Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), meliputi:

a. Kerjasama pengelolaan TPA Regional bersama Kabupaten Simalungun yang berada di Kabupaten Simalungun seluas lebih kurang 30 hektar;

b. TPA di Kelurahan Tanjungpinggir Kecamatan Siantar Martoba seluas lebih kurang 5 hektar; c. Peningkatan TPA di Lahan eks PTPN III di Kelurahan Tanjung Pinggir Kecamatan Siantar Martoba seluas lebih kurang 7 hektar.

(14)

pengangkutan dengan menerapkan pola 3 R (Reduce, Reuse, Recycle);

6) Pengelolaan TPA menggunakan metode sanitary landfill;

7) Pemanfaatan zona penyangga TPA sebagai ruang terbuka hijau

7. Jalur Evakuasi Bencana

Ruang atau lahan ataupun kawasan yang mungkin menjadi ruang evakuasi bencana, antara lain :

1) wilayah pusat kota meliputi : lapangan Adam Malik dan Taman Bunga di Kelurahan Proklamasi, pelataran parkir Terminal Regional Agribisnis, Lapangan Parkir Pariwisata, Stadiun Sangnaualuh

2) wilayah utara kota meliputi : pelataran terminal Tanjung Pinggi dan lahan terbuka Simpang Koperasi di Kelurahan Tanjung Tonga, RTH lingkungan di PPL Tambun Bolon 3) wilayah timur kota meliputi : Kampus STT

Nomensen dan pelataran parkir di Kawasan Megaland

4) wilayah tenggara kota meliputi : Lapangan Bola Atas Farel Pasaribu dan lapangan Sekolah Budi Mulia

5) wilayah barat kota meliputi : Pelataran Parkir Kawasan Pemerintahan di SPPK Gurila, RTH Lingkungan SPPK Perumahan Toya, Taman Wisata Rindam, dan Kampus USI

6) Pelataran kantor pemerintahan serta fasilitas yang berdekatan dengan pinggiran sungai-sungai yang bertebing tinggi.

Untuk itu yang menjadi rute evakuasi di Kota Pematangsiantar adalah:

1. Jalur evakuasi bencana longsor, meliputi : jalan Jalan Pematang, Jalan Diponegoro, Jalan Seram, Jalan Jawa, jalan Ade Irma Suryani, Jalan kapt. MH Sitorus, Jalan Sudirman, Jalan gereja, Jalan Nagur, Jalan Singosari, Jalan Patuan Nagari, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan;

2. Jalur evakuasi bencana banjir, meliputi : Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan Wahidin, Jalan HOS.Cokroaminoto, Jalan tanah Jawa, Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Sangnauwaluh, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan;

(15)

Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan Sudirman, Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan Sangnauwaluh, Jalan Ahmad Yani, Jalan Melanton Siregar;

4. Jalur evakuasi bencana kebakaran, meliputi : Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan Surabaya, Jalan Cipto.

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar tahun 2012 - 2032

5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kota Pematangsiantar

2005-2025

Visi Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut : A. VISI

”Mewujudkan Kota Pematangsiantar sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, yang Mantap,

Maju dan Jaya, dengan dukungan sektor Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan Pariwisata”

Visi tersebut mengandung makna bahwa pada masa dua puluh tahun Kota Pematangsiantar diharapkan menjadi suatu kota perdagangan dan jasa yang maju, layak huni, mampu memberikan suasana nyaman bagi masyarakatnya, dan didukung oleh budaya multikultur dan masyarakat yang beradab, serta memiliki kemampuan dalam mengikuti dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan dalam pemanfaatannya secara bijaksana.

(16)

ditingkatkan di bidang perdagangan dan jasa. Pelayanan jasa yang perlu dikembangkan terutama adalah pelayanan jasa pendidikan, kesehatan, perbankan, perhotelan, restoran/rumah makan, pergudangan, pengangkutan dan hiburan.

Konsep Kota yang Mantap mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar sebagai kota yang dapat menggali dan mendorong semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam keadaan stabil sehingga mampu memberikan andil dalam pembangunan daerah.

Konsep Kota yang Maju mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar sebagai kota yang dapat mewujudkan kinerja pembangunan daerah ditandai oleh adanya laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas yang secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan serta penguatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya masyarakat kota Pematangsiantar secara berkelanjutan.

Konsep Kota yang Jaya mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar sebagai kota yang dapat menciptakan kondisi dimana hasil pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota dan masyarakat Pematangsiantar berhasil dengan sukses sesuai dengan target-target yang ditetapkan dalam kinerja pembangunan.

B. MISI

Untuk mewujudkan visi di atas ditempuh melalui misi sebagai berikut : 1. Mengembangkan Pelaksanaan Tata Pemerintahan yang Baik

(Good Governance)

Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan mengembangkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) melalui berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan yang prima dan

bermutu pada berbagai sektor dan didukung oleh perangkat daerah yang memiliki profesionalitas dan kompetensi yang tinggi yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dalam suasana politik, hukum, dan kamtibmas yang kondusif.

(17)

nilai-nilai dalam peradaban global.

3. Mendorong Pembangunan Masyarakat yang Berkualitas dan Mampu Menguasai serta Menerapkan Sains dan Teknologi Tanpa Mengabaikan Nilai-Nilai Budaya Lokal.

Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan, Jasa, Industri dan Pariwisata yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan mendorong pembangunan masyarakat yang berkualitas melalui upaya pembangunan masyarakat secara komprehensif dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya dengan kemampuan menguasai dan menerapkan sains dan teknologi, serta melalui penggalian dan pengembangan nilai-nilai budaya lokal.

4. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan Disertai dengan Upaya Perbaikan Pendapatan Masyarakat.

Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan, Jasa, Industri dan Pariwisata yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang efisien, efektif dan produktif, serta dilakukan dengan upaya mendorong pertumbuhan bidang perdagangan dan jasa sebagai aktifitas ekonomi utama yang menjadi tulang punggung dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tanpa meninggalkan aktifitas perekonomian lainnya sebagai aktifitas pelengkap dan pendukung, dan disertai dengan upaya yang serius dan konstruktif untuk memperbaiki distribusi pendapatan yang lebih merata pada seluruh lapisan masyarakat.

5. Mengembangkan Pembangunan Ruang dan Infrastruktur yang Berkelanjutan.

Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan, Jasa, Industri dan Pariwisata yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan pengembangan ruang kota, penyediaan infrastruktur yang memadai, dan pengembangan wilayah kota secara efektif dan efisien yang mendukung berbagai aktifitas masyarakat dengan melaksanakan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

1. Mengelola Perekonomian Daerah Secara Fokus, Efisien Dan Efektif Dengan Mengutamakan Perhatian Kepada Sektor-Sektor Yang Memberikan Nilai Tambah dan Pertumbuhan Yang Tinggi.

(18)

fokus perhatian yang didukung oleh sektor primer unggulan.

b. Perekonomian dikembangkan dalam rangka perluasan kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan mendorong tercapainya penanggulangan kemiskinan.

c. Peningkatan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan ekonomi daerah.

d. Peningkatan investasi daerah dengan mewujudkan iklim investasi yang menarik, dan meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai.

e. Peningkatan peran pemerintah daerah sebagai fasilitator, regulator dan katalisator pembangunan ekonomi yang efisien dan efektif terutama dalam pelayanan publik, penciptaan lingkungan usaha yang kondusif dan terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar.

2. Memanfaatkan dan mengelola secara optimal potensi letak geografis sesuai dengan daya dukung lingkungan.

a. Memanfaatkan potensi daerah sebagai pasar produk ekonomi yang terbuka luas, serta peluang berusaha/ekonomi sebagai limpahan kegiatan ekonomi.

b. Menangkap peluang sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan Kabupaten/Kota disekitarnya, sabagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi dengan skala pelayanan Daerah dan Propinsi. c. Pemanfaatan sumberdaya alam dan kegiatan ekonomi diarahkan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya secara rasional, optimal dan bertanggungjawab, yaitu dengan menjaga dan melestarikan sumberdaya alam khususnya sumberdaya air dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.

3. Membangun Sumberdaya Manusia Yang Berdaya Saing Di Lingkungan Nasional Dan Internasional Melalui Peningkatan Kualitas Pendidikan Yang Dilandasi Oleh Nilai-Nilai Keagaman, Hukum Dan Sosial Budaya.

(19)

b. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang berharkat dan berakhlak mulia disesuaikan dengan pembangunan sosial ekonomi masa depan dan perkembangan iptek dalam era globalisasi.

c. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang guna mendapatkan kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai prasyarat dalam mewujudkan produktivitas dan kemampuan daya saing. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif.

d. Pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja dan menghargai prestasi yang menjadi kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan spiritual.

e. Pengembangan budaya diarahkan untuk mewujudkan budaya kreatif, inovatif dan produktif yang berorientasi iptek sehingga mampu bersaing secara regional maupun global. Selain itu juga penting diiringi dengan pembangunan kesenian, kebudayaan dan pembentukan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik, modern dan unggul sehingga tercipta keseimbangan material dan emosional.

f. Pembangunan hukum terutama diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang berkesadaran dan berbudaya hukum tinggi, menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan demokratis, serta penyusunan produk hukum yang dinamis dengan memperhatikan pengaruh globalisasi.

4. Menyediakan Sarana dan Prasarana Kota Dalam Jumlah dan Kualitas Yang Memadai dan Diselaraskan Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

a. Pembangunan sarana dan prasarana diarahkan untuk pembangunan sektor transportasi, pendidikan, kesehatan, perdagangan, sumber daya air, permukiman, energi dan kelistrikan serta sarana/prasarana pemerintahan.

(20)

kereta api.

c. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan diarahkan untuk memenuhi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang bermutu dengan mengarahkan terwujudnya kawasan pendidikan terpadu dan layanan kesehatan tingkat nasional. d. Pembangunan sarana dan prasarana perdagangan diarahkan untuk mewujudkan

pelayanan perdagangan yang berkualitas yang memiliki jangkauan pelayanan sub kota dan wilayah kota.

e. Pembangunan sarana dan prasarana sumberdaya air ditujukan untuk mewujudkan fungsi air sebagai sumberdaya sosial dan ekonomi sehingga dapat menjamin kebutuhan pokok hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu pengembangan sistem drainase yang baik antara lain melalui partisipasi masyarakat dan kemitraan diantara pemangku kepentingan.

f. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman diarahkan untuk penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

g. Pengembangan sarana dan prasarana energi dan kelistrikan diarahkan untuk pengembangan jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerataan pelayanan penerangan jalan umum, dan kegiatan ekonomi.

h. Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan diarahkan untuk mendukung terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat.

5. Menata Sistem Pemerintahan yang Profesional, Baik, Bersih, Transparan, Demokratis dan Bertanggungjawab.

a. Penataan sistem pemerintahan daerah diarahkan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraaan administrasi pemerintahan, meningkatkan pelayanan dalam rangka keberdayaan masyarakat dalam pembangunan, dan mengurangi serta mencegah penyalahgunaan kewenangan.

(21)

c. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat diarahkan untuk meningkatkan pelayanan dasar/umum dan pelayanan unggulan, serta peningkatan transparansi, peningkatan akses dan sebaran informasi.

5.3. Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Pematangsiantar Tahun

2017-2032

Berdasarkan Permen PU No. 18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM : untuk mendapatkan suatu perencanaan yang optimum, maka strategi pemecahan permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan air minum di suatu daerah diatur sebagai berikut:

 Pemanfaatan air tanah dangkal yang ba ik

 Pemanfaatan kapasitas belum terpakai atau idle capacity  Pengurangan jumlah air tak berekening (ATR)

 Pernbangunan baru, (peningkatan produksi dan perluasan sistem)

Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan air Kota Pematangsiantar, diperoleh gambaran hingga tahun 2019/2020 kebutuhan air masih dapat dipenuhi dari kapasitas terpasang saat ini , tetapi karena PDAM Tirtauli saat ini juga melayani Kec. Siantar di Kabupaten Simalungun, dan adanya penurunan debit air pada saat kemarau, maka kebutuhan air menjadi tidak terpenuhi.

Adanya pelayanan air minum PDAM Tirtauli ke wilayah Kec. Siantar Kabupaten Simalungun merupakan kondisi historis sebelum terjadinya pemekaran wilayah. Pengembangan SPAM baru untuk memenuhi kebutuhan air Kota Pematangsiantar ini tidak dapat dipenuhi dari sistem Bukan Jaringan Perpipaan (BJP), tetapi harus dipenuhi dari sistem Jaringan Perpipaan. Dengan tidak tersedianya air baku di wilayah Kota Pematangsiantar, maka pengembangan SPAM baru diharapkan melalui kerjasama antar wilayah dengan pola SPAM Regional antara Kabupaten Simalungun, Kabupaten Batubara dengan membangun IPA baru yang sumber air bakunya berasal dari sungai Bah Bolon.

Rencana program pembangunan SPAM kota Pematangsiantar diarahkan untukmmengantisipasi akses aman air minum 100% pada tahun 2019 adalah sbb.:

1. Kegiatan Penambahan Kapasitas SPAM Baru, Unit Distribusi dan Unit

Pelayanan

(22)

2. Kegiatan Pemanfaatan idle

Pada saat ini PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar tidak memiliki kapasitas air yang tidak termanfaatkan (idle capacity). Bahwa dari uraian data diatas, idle terjadi akibat jam operasi produksi air yang bersumber dari sumur bor. Direncanakan sumber air dari sumur bor akan menjadi cadangan.

3. Kegiatan Penurunan NRW (Kebocoran)

- Penggantian Pipa – pipa yang sudah tua ( Pipa ACP , FIBER GLASS ) - Kegiatan Pembentukan DMA

Hal yangdilakukan untuk penurunan NRW (Kebocoran):

 Pembangunan WTP baru  Pengadaan pompa

 Pembangunan Boster Pump  Penggantian Pompa

 Pengadaan dan pemasangan meter induk  Pemasangan meter induk distribusi  Pembangunan jembatan pipa  Pengadaan dan pemasangan pipa  Penggantian genset

 Pemasangan wash out  Pemasangan air valve

 Pemasangan sambungan baru  Pengadaan mobil tanki  Pengadaan daya listrik PLN  Penyuluhan

 Pembuatan DED

 Penggantian meter periodik/rusak

4. Peningkatan Kapasitas

(23)

a. Perhitungan Tenaga Pompa Kapasitas Menara / Reservoar

Untuk memenuhi pemakaian minimum dan maksimum perlu dibangun reservoir yang ditinggikan atau menara.

b. Penempatan Reservoir / Menara

5. Peningkatan Kinerja PDAM Tirta Uli

Rencana tindak untuk peningkatan kinerja PDAM Tirta Uli adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi target peningkatan jumlah sambungan rumah per tahun dan penurunan kehilangan/kebocoran air.

2. Segera menyusun Rencana Strategis Jangka panjang dan jangka Menengah (corporate plan). 3. Segera menyusun Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik (code of corporate governance)

yang mengatur aturan main atau pola hubungan antara berbagai organ perusahaan.

4. Segera menyusun Pedoman Etika dan Prilaku (code of conduct) yang mengatur perilaku seluruh insan perusahaan.

5. Meningkatkan kompetensi pegawai, melalui pemetaan terhadap kompetensi pegawai dan mengadakan pelatihan yang diperlukan oleh pegawai untuk meningkatkan kompetensinya. 6. Perlunya peningkatan teknologi informasi (SDM dan perangkat TI) dan penyiapan data base

(pangakalan data) secara terintegrasi antar bagian/unit dilengkapi dengan software dan hardware yang memadai. Pangkalan data terintegrasi tersebut berisi antara lain tentang data base pelanggan, kepegawaian, jaringan teknis, keuangan, peran serta masyarakat, dan lain-lain. Tersedianya data base yang di update secara berkala dan berkesinambungan dimaksudkan untuk meningkatkan layanan, meningkatkan efisiensi administrasi dan berbagai keputusan dapat diambil dengan lebih cepat dan akurat. Hal ini sangat penting karena aspek informasi dan komunikasi, laporan daftar tunggu calon pelanggan, data non keuangan dari seluruh unit, dan lain sebagainya belum digunakan sebagai bahan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan. 7. Dari aspek keuangan, PDAM Tirta Uli dapat meningkatkan efisiensi biaya dan efektivitas dalam

perolehan pendapatan perusahaan dengan menetapkan tarip subsidi silang .

8. Meningkatkan kualitas dan kontinuitas air yang disitribusikan, karena saat ini perusahaan baru dapat memenuhi syarat air bersih tetapi belum mampu secara berkelanjutan mengalirkan air kepada seluruh pelanggan.

9. Mengiplementasikan secara konsisten Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dimiliki. 10.Perbaikan kualitas operasional perusahaan khususnya terkait dengan produksi

(24)

11. Melakukan perencanaan investasi yang efektif dan efisien dalam menggali

sumber-sumber pendapatan Pola investasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keuangan, operasional, pelayanan dan sumberdaya manusia.

5.4. Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan

Permukiman (RP3KP) Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Pengembangan permukiman memperlihatkan perlunya strategi sebagai upayauntuk meningkatkan kualitas dan upaya untuk pengelolaan pembangunan pemukiman,yang memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri.Dipihak lain, kemampuan membangun permukiman secara komunitas harus diresponsecara tepat oleh pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalamkerangka pembangunan permukiman yang lebih menyeluruh. Berikut adalah strategipengembangan permukiman di Kota Pematang Siantar.

1. Strategi Pengembangan Permukiman Formal

Strategi pengembangan permukiman formal dijabarkan dengan menelaahpermasalahan yang ada dan menentukan indikator-indikator sebagai wujud dari strategipengembangan ke depan sebagai berikut:

Tabel 5.2

Permasalahan, Strategi dan Indikator Penataan Permukiman Formal

Permasalahan Strategi Pemecahan Indikator Penataan

Kepadatan

bangunan/perumahan yang terlalu tinggi.

 Lenyapnya taman-tamandan ruang terbuka.  Tidak

mencukupinyajaringan air bersih, listrikdan pembuangan airkotor.  Berkurangnya

tingkatpelayanan dan fasilitasumum seperti sekolah,tempat

pertemuan danolah raga, rekreasi, danlain-lain.  Hilangnya ciri-ciri khasatau

karakter spesifik,dari daerah permukiman tertentu.

Penataan tata bangunan dan lingkungan.

 Penambahan jaringanbaru dan

peningkatanpelayanan fasilitas.

Intensitas bangunan (KDB, KLB, GSB dan KDH) yang tertata.

 Lingkungan/aspekarsitektural kawasanberdasarkankarateri stik lingkunganperumahan.  Jaringan utilitaspendukung

terpenuhi.

 Skala pelayananfasilitas yang meratakeseluruh

kawasanpermukiman.

(25)

2. Strategi Pengembangan Permukiman Untuk Masyarakat BerpenghasilanRendah (MBR)

Permukiman untuk MBR sangat penting untuk dikembangkan, mengingat hal inicukup memberikan dampak dalam hal pemerataan di suatu wilayah.Denganpengembangan kawasan permukiman untuk MBR, maka dapat meningkatkankesetaraan hidup.permukiman MBR di jadikan sebagai prioritas program penyusunanrencana pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman didaerah kota Pematang Siantar. Untuk mewujudkannya, maka diperlukan beberapa strategipengembangan dan indikator dalam mewujudkan strategi tersebut. Lihat Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3

Permasalahan, Strategi Dan Indikator Penataan Permukiman Untuk MBR

Permasalahan Strategi Pemecahan Indikator

Keterbatasan kecukupan pangan dan mutu pangan.

 Terbatasnya akseslayanan kesehatan.

 Terbatasnya akseslayanan pendidikan.

 Terbatasnyakesempatan kerja danmembuka usaha.  Terbatasnya akseslayanan

perumahan.  Terbatasnya

akseshubungan transportasi  Memburuknya

kondisiSumber Daya Alamdan

LingkunganHidup, dan lemahnyapartisipas

Mewujudkan kualitas lingkungan masyarakat yang sejahtera.

 Meningkatkanpelayanan fasilitas danakses transportasi.

Layanan di bidang kesehatan, pendidikan dan usaha kerja sangat terbuka untuk

masyarakat dan mudah dijangkau.

 Sumber Daya Alamdapat dikelola

dalampemenuhan kebutuhanpangan danpeningkatan mutupangan.

 Lingkungan yang bersih

Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

3. Strategi Pengembangan Kasiba dan Lisiba

(26)

pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan pemerintah di dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan yang bersifat strategis sebagai kegiatan stimulant dan pendampingan, yang untuk selanjutnya diharapkan dapat lebih diwujudkan berdasarkan prinsip kemitraan yang positif dari dunia usaha, masyarakat, danpemerintah.

Prinsip-prinsip pembangunan kawasan permukiman yang berkelanjutan, baik secara internal di dalam kawasan maupun secara eksternal kesalingterkaitannya dengan skala kawasan yang lebih luas, diterapkan secara efektif di dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba, termasuk Lisiba berdiri sendiri.Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba dengan manajemen kawasan yang efektif diharapkan juga mampu berfungsi sebagai instrumen untuk mengendalikan tumbuhnya lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak teratur dan cenderung kumuh.Keragaman fungsi secara relatif terbatas dari Kasiba dan Lisiba, disamping dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, juga diharapkan dapat menampung secara seimbang kebutuhan perumahan dan permukiman bagi semua lapisan masyarakat, termasuk lapisan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Sehingga dengan demikian mereka dapat terbantu untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk menikmati hunian yang layak, prasarana dan sarana dasar permukiman yang memadai dengan harga yang relatif lebih terjangkau, termasuk melalui pengembangan sistem subsidi silang bila diperlukan. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.

Tabel 5.4

Strategi Dan Indikator Penataan Kasiba dan Lisiba

Permasalahan Strategi Pengembangan Indikator

 Belum

terbentuknyaBa dan Pengelola, yangakan menanganikawa san

tersebutsecara independen.

Pengembangan Kasiba/Lisiba

 Menyediakan perumahanyang layak danterjangkau,

sekaligusmerupakan

strategipembangunanpermuki man di kawasanperkotaan sebagai upaya preventif tumbuhnyapermukiman kumuh.

Akan terwujudpengembangan

Kasiba/Lisibadengan penyediaansarana dan

prasarana

untukmempercepatpertumbuhankawasa n tersebut.

 Terdapat lahanpermukiman siapbangun.

 Terdapat prasaranapenunjang menujulokasi.

Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

(27)

pinggiran menjadi tidak terkendali, dan penyediaan infrastruktur menjadi tidak efisien. Pembangunan perumahan yang tidak terpadu dan terintegrasi dengan infrastruktur kota juga menimbulkan permasalahan seperti pelayanan infrastruktur tidak optimal, banjir, kemacetan, sanitasi buruk, dan harga tanah yang tak terkendali.

Maka strategi atau pendekatan pembangunan perumahan yang mampu mengurangi berbagai permasalahan tersebut. Salah satu pendekatan yang dilakukan Kementerian Perumahan Rakyat, seperti tercantum dalam UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, adalah pengembangan permukiman berbasis kawasan. Pendekatan kawasan ini dibagi dua, yakni pengembangan permukiman skalabesar melalui pola pembangunan kasiba (kawasan siap bangun) dan pengembangan permukiman berdasarkan pola Lisiba BS (lingkungan siap bangun berdiri sendiri). Kasiba menurut undang-undang adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar.Kasiba ini kemudian terbagi dalam satu atau lebih lingkungan siap bangun (Lisiba) yangpelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Secara teknis Kasiba dan Lisiba akanmenampung rumah dalam jumlah yang besar. Kasiba mampu memuat sekitar 3.000-10.000 unit, Lisiba berkisar 1.000-3.000 unit dan Lisiba BS 1.000-2.000 unit.Kasiba harus dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasaranalingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan olehpemerintah daerah tingkat II, dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayananprasarana lingkungan. Dengan demikian, tujuan penyelenggaraan Kasiba untukmemenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah dalam lingkungan hidup yang baik danterjangkau serta menciptakan perkembangan kota yang lebih terarah bisa dicapai.

Dengan Kasiba, pengendalian harga tanah lebih dapat dilakukan karena adanyapenguasaan tanah secara terencana dalam luasan yang besar, baik oleh badanpengelola maupun atas kerja sama berbagai pihak dengan badan pengelola. Jugadukungan bantuan sebagian infrastruktur dari program pemerintah, penerapanlingkungan hunian berimbang dan subsidi silang menjadi lebih dimungkinkan karena skala yang besar.

4. Strategi Penataan Permukiman Kumuh

(28)

diperlukan strategi penataan permukimankumuh.

Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota,telaah tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi,pertama: kondisi fisiknya, kedua: kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yangbermukim dipemukiman tersebut, dan ketiga: dampak oleh kedua kondisi tersebut.Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapatdengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras,sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada dikawasan pemukiman kumuhantara lain mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budayakemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap dan perilaku yang apatis. Kondisi tersebut sering juga mengakibatkan kondisi kesehatanyang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan perilakumenyimpang, yang berdampak pada kehidupan kota keseluruhannya. Oleh karena itukawasan pemukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota yang harus diatasi.Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan spermukiman, sedang kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelolakota akan menentukan kualitas pemukiman yang terwujud. Permukiman kumuh adalahproduk pertumbuhan penduduk, kemiskinan dan kurangnya pemerintah dalammengendalikan pertumbuhan dan menyediakan pelayanan yang memadai.

Permukiman kumuh dan informal bahkan bisa saja mendominasi prosesperumahan kota. Untuk itu diperlukan upaya memahami permukiman informalketimbang melakukan penggusuran yang tidak menyelesaikan masalah.Pertambahankumuh dan informal tetap melaju, apalagi juga tidak menyelesaikan masalah wargayang digusur tersebut. Pemahaman terhadap permukiman informal memiliki potensidalam penanggulangan kemiskinan kota karena sifatnya yang dikembangkan secaraswadaya, partisipatif, dan sedikit investasi publik, memberi kontribusi persediaan rumah(housing stock) dan terjangkau oleh masyarakat miskin. Pemahaman danpemberdayaan permukiman informal adalah langkah untuk meningkatkan akseskeamanan bermukim.Sejalan dengan perlindungan hak perumahan warga, makaupaya pemberdayaan permukiman informal merupakan penanganan mendesak yangpaling realistis dan rasional. Dengan demikian diperlukan langkah sebagai berikut:

(29)

negara maupun di tanah lembaga tertentu. Berbagai pola danskenario dapat saja digunakan seperti skenario tetap di tempat (in situ resettlements)maupun relokasi (ex situ resettlements) maupun kombinasinya. Sejalan pula,berbagai ragam bentuk status bermukim yang lebih mendukung keamananbermukim dikembangkan secara kreatif di dalam skema percontohan ini. 2. Peningkatan kapasitas dan pengembangan kelembagaan penanganan permukimankumuh dan

informal (liar) secara progresif terutama di tingkat kota(city-wide level)melalui unit-unit pemerintah daerah yang terkait. Permukiman kumuh dan informal dikawasan prioritas perlu dilakukan secara terpadu dengan mengkaitkannya denganpeningkatan 3 kapasitas kunci:

 Pengendalian permukiman informal (squatter control) termasuk kegiatanpenataannya.  Pemukiman kembali (resettlement) yang mirip dengan pola transmigrasi.

 Pengembangan kawasan permukiman/kota baru (Kasiba-Lisiba) yang dilekatkandengan pengembangan kawasan-kawasan pusat pertumbuhan baru.Ketiga pola penanganan ini membentuk segitiga squatter control/urban renewal –resettlement – new area development yang perlu dilakukan secara terpadu, sebagaialternatif yang harus dikembangkan menggantikan pola lama yang terfragmentasimelalui proyek-proyek peremajaan kawasan kumuh yang sudah terbukti tidak mampumengentaskan masalah kumuh dan permukiman squatter kawasan.

(30)

Permasalahan, Strategi Pengembangan dan Indikator Penataan Permukiman Kumuh

Permasalahan Strategi Pengembangan Indikator

Ketimpangan tampilan fisik bangunan.

- Munculnya

bangunanbangunantidak permanenbaru di badan jalanmaupun di trotoar yangmengakibatkantergangg unya fungsi jalan dan kenyamananpengguna jalan. - Pemanfaatan daerahsungai

oleh masyarakatuntuk kawasan yang terlalu berlebihan,sehingga

menyebabkanlingkungan hunianmenjadi tidak sehat

dantidak nyaman

untukditinggali.

- Tidak berfungsinyasaluran drainase kota dikawasan tersebut secaraoptimal. - Sampah dan limbah

akibat aktivitas wargayang tidak dikeloladengan baik. - Kurangnya sarana

prasarana juga huniandan penataan ruang yangkurang tepat.

Revitalisasi

kawasankumuh dan dukungan PSD kawasan dan rumah layak huni serta penyediaan - Peningkatan kapasitas

penanganan layak huni dan terjangkau

(31)

Aspek, Strategi Program, Strategis, Pelaku dan Sumber Dana Penataan Permukiman Kumuh

Aspek Strategi

Program Strategis Pelaku SumberDana

Pengembangan

Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Berdasarkan kajian permasalahan, strategi dan indikator penataan permukimandiatas, maka berikut dirumuskan strategi pengembangan dan program-programstrategis untuk pengembangan permukiman di wilayah perencanaan.Lihat pada Tabel 5.7

Tabel 5.7

Strategi Pengembangan Permukiman

Aspek Strategi

Program Strategis Pelaku

Sumber - Pembangunan sarana dan

prasarana rumah sederhana sehat.

- Pengembangan Bank Tanah untuk Lebih mengendalikan harga tanah. - Pengembangan penataan

(32)

Aspek

Program Strategis Pelaku Dana

- Penyediaan tanahsiap bangun dan kavling tanah matang, serta Penyediaan prasarana dan

- Penyediaan saranaair bersih dansanitasi dasarterutama bagimasyarakat miskin.

- Pengendaliandampak resiko pencemaranlingkungan.

Fasilitasi pemberian kredit mikro untuk

pembangunan dan perbaikan perumahan.

- Peningkatan peranserta masyarakatdalam

pelestarianlingkunganperumahan. - Sosialisasi dan

fasilitasi jaminan

kepastian hokum dan perlindungan hukum.

Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

5. Strategi Pengembangan Air Bersih

Permasalahan utama air bersih adalah factor ketidakmerataan danpermasalahan daerah tangkapan. Dari permasalahan tersebut, perlu diarahkan untukpengembangan kedepan adalah pemerataan pelayanan sistem distribusi air bersihdengan beberapa strategi pengembangan akan dispesifik kan kedalam tiga aspek yaituaspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Ketiga aspek tersebut diharapkan akanmenghasilkan dampak positif, dalam hal ini dapat berkelanjutan dan meningkatkankesejahteraan masyarakat.

Dalam perencanaan kota akan selalu berkaitan dengan pengembangan danpenyediaan prasarana air bersih bagi penduduknya. Kegiatan perencanaan kota secara fisik akan mempengaruhi penyediaan dan pengembangan prasarana air bersih melaluidua cara

(33)

2. Jika yang pertama telah dilaksanakan, maka pembangunan prasarana air bersihakan mempengaruhi perencanaan dan akan sekaligus memperkuat polapengembangan tata ruang kota berikutnya.

Gambar 5.2

Bagan Alir Keterkaitan Perencanaan Kota Dengan penyediaan Air Bersih

Dengan pengertian di atas, maka proses pelaksanaan perencanaan air bersihharus memperhatikan rencana kota dengan alasan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan kota akan meningkatkan kebutuhan air bersih.

2. Dengan dapat diketahui kebutuhan peningkatan air bersih, maka ke depan dapatdiantisipasi penyediaannya.

3. Dengan dapat diketahui pola pemekaran wilayah, maka dapat segera ditentukandaerah pelayanan penyediaan air bersih.

Terkait dengan pengembangan penyediaan air bersih, maka dalamperencanaannya dirumuskan beberapa strategi dalam setiap aspek dan dikembangkandalam program-program strategis.

6. Strategi Pengembangan Air Limbah

Gambar

Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Gambar 5.1  Komprehensif Terpadu: Peremajaan-Resettlement-Kasiba/Lisiba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun cara kerja alat adalah sample darah yang telah ditetesi ‘antisera’, dan ditempatkan pada preparat, oleh optoisolator dideteksi, kemudian data dari

Dilaminasi kayu lainnya, tanpa papan partikel dan setidaknya lapisan luar dari kayu jenis non-konifera, polos, lainnya selain dilapisi dengan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru tentang teori tekuk pada bambu laminasi akibat gaya tekan aksial dan aplikasinya pada bangunan tradisional Bali

Diharapkan kepada petugas kesehatan khusunya petugas Puskesmas dan Posyandu agar dapat memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang lebih baik lagi kepada ibu

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengadakan pelatihan teknik pembuatan kain nusantara kepada masyarakat, karena dalam pembuatannya diperlukan pengetahuan teknik

Strategi Imajinasi yang diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarutung dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi, ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar

Perbedaannya adalah dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor 1 yaitu assuranse yang meliputi variabel kemampuan karyawan berkomunikasi, kemampuan karyawan dalam